BAB II TINJAUAN UMUM A. Ruang Lingkup Urusan Pemerintahanrepository.uir.ac.id/683/2/bab2.pdfA. Ruang...
-
Upload
phamkhuong -
Category
Documents
-
view
226 -
download
0
Transcript of BAB II TINJAUAN UMUM A. Ruang Lingkup Urusan Pemerintahanrepository.uir.ac.id/683/2/bab2.pdfA. Ruang...
52
BAB II
TINJAUAN UMUM
A. Ruang Lingkup Urusan Pemerintahan
Air merupakan kebutuhan pokok bagi makhluk hidup termasuk manusia.
Keberadaan air baik kualitas maupun kuantitas akan berpengaruh pada kehidupan
manusia. Berdasarkan Peraturan Menteri Kesehatan No.492 Tahun 2010 tentang
kualitas air minum, air minum yang memenuhi syarat kesehatan adalah air yang
memenuhi syarat kesehatan baik fisik, kimia, maupun bakteriologi juga air minum
harus memenuhi kebutuhan manusia baik secara kuantitas maupun kontinuitas.
Dalam Undang-Undang Nomor 23 Tahun 2014 tentang Pemerintah Daerah
menyebutkan bahwa Urusan Pemerintahan terdiri atas urusan pemerintahan
absolut, urusan pemerintahan konkuren, dan urusan pemerintahan umum. Dalam
penyediaan air minum yang menggunakan skema SPAM Regional termasuk pada
urusan pemerintahan konkuren dimana Urusan Pemerintahan yang dibagi antara
Pemerintah Pusat dan Daerah provinsi dan Daerah Kabupaten/Kota dan bersifat
wajib karena berkaitan dengan pelayanan dasar.
Dalam pelaksanaan otonomi, dikenal tiga bentuk asas dalam
penyelenggaraan pemerintahan daerah yakni salah satunya adalah asas
desentralisasi.
Terdapat beberapa pemaknaan asas desentralisasi dari masing-masing
pakar yaitu :
a. Desentralisasi sebagai penyerahan kekuasaan dan kewenangan,
b. Desentralisasi sebagai pelimpahan kekuasaan dan kewenangan,
53
c. Desentralisasi sebagai pembagian, penyebaran, pemencaran, dan
pembagian kekuasaan dan kewenangan serta,
d. Desentralisasi sebagai sarana dalam pembagian dan pembentukan daerah
pemerintahan.
Maka secara garis besar, asas desentralisasi adalah pelimpahan kekuasaan
dan kewenangan dari pusat kepada daerah dimana kewenangan yang bersifat
otonom diberi kewenangan dapat melaksanakan pemerintahanya sendiri tanpa
intervensi dari pusat.65
Desentralisasi pada dasarnya terjadi setelah sentralisasi melalui asas
dekonsentrasi tidak dapat melaksanakan tugas pemerintahan secara baik dalam arti
pemerintahan gagal dalam mewujudkan pemerintahan yang demokratis.Suatu
pemerintahan yang mampu mengakomodasikan unsure-unsur yang bersifat
kedaerahan berdasarkan aspirasi masyarakat daerah. Oleh karena itu urusan
pemerintahan yang merupakan wewenang emerintah (pusat) sebagian harus
diserahkan kepada organ Negara lain yang ada didaerah (pemerintah daaerah),
untuk diurus sebagai rumah tangganya. Proses penyerahan sebagian urusan
pemerintahan kepada daerah untuk menjadi urusan rumah tangganya inilah yang
disebut desentralisasi.66
Philipus M. hadjon, mengemukakan:67
Desentralisasi mengandung makna
bahwa wewenang untuk mengatur dan mengurus urusan pemerintahan tidak
semata-mata dilakukan oleh pemerintah pusat, melainkan dilakukan juga oleh
satuan-satuan pemerintahan yang lebih rendah, baik baik dalam bentuk satuan
65
Jazim Hamidi, Optik Hukum Peraturan Daerah Bermasalah, Prestasi Pustaka, Jakarta, 2011,
hal. 17-18. 66
Titik Triwulan, Pengantar Hukum Tata Usaha Negara Indonesia, Prestasi pustaka, Jakarta,
2010. hal. 122 67
Ibid, h.122
54
territorial maupun fungsional. satuan-satuan pemerintahan yang lebih rendah
diserahi dan dibiarkan mengatur dan mengurus sendiri sebagian urusan
pemerintahan.
Berkaitan dengan urusan desentralisasi, Bagir Manan, mengemukakan:68
Ditinjau dari sudut penyelenggaraan pemerintahan, desentralisasi antara lain
bertujuan “meringankan” beban pekerjaan pusat. Dengan desentralisasi berbagai
tugas dan pekerjaan dialihkan kepada daerah.Pusat, dengan demikian dapat lebih
memusatkan perhatian pada hal-hal yang bersangkutan dengan kepentingan
nasional atau Negara secara keseluruhan.Pusat tidak perlu mempunyai aparat
sendiri di daaerah kecuali dalam batas-batas yang diperlukan. Namun demikian,
tidaklah berarti dalam lingkungan desentralisasi tidak boleh ada fungsi
dekonsentrasi.
Berdasarkan pendapat tersebut dapat disimpulkan bahwa antara
desentralisasi dan dekonsentrasi bukanlah suatu pilihan tetapi sesuatu yang harus
ada ( dapat dilaksakan secara bersama-sama dalam penyelenggaraan pemerintahan
pada suatu Negara kesatuan). Baik desentralisasi maupun merupakan merupakan
ciri suatu Negara bangsa dan keduanya berangkat dari suatu titik awal yang
sentralistik, sebagaimana dikemukakan oleh Herbert H. Werlin, bahwa
sesungguhnya desentralisasi tidak terjadi tanpa sentralisasi.
Ismail Husni, mengemukakan:69
Dengan mengikuti sejarah pertumbuhan
dan perkembangan organisasi-organisasi modern dibeberapa Negara. Dapat
diketahui bahwa desentralisasi pada hakikatnya merupakan suatu konsep yang
68
Ibid, h.122 69
Ibid, h. 123-124
55
lahir setelah sentralisasi mencapai wujudnya.Ini berarti bahwa desentalisasi tak
mungkin lahir tanpa didahului sentralisasi, sebab sebelum desentalisasi
dilaksanakan sentralisasilah yang mula-mula diperlukan.
Berdasarkan pemikiran para ahli tersebut di akonstas, maka antara
desentralisasi dan dekonsentrasi memiliki persamaan, namun terdapat
perbedaan.Penyelenggaraan dekonsentrasi dilaksanakan dalam suatu area hokum
administrasi sehingga antara organ pemerintah yang ada dipusat dengan
pemerintah yang menyelenggarakan dekonsentrasi di daerah terdapat suatu
hubungan yang hirarki.Dalam hubungan yang demikian itu, tidak ada suatu
penyerahan wewenang.Penyelenggaraan pemerintahan dekonsentrasi hanya
merupakan pelaksana dari kebijakan yang telah ditetapkan dari pusat.Hal ini
berarti bahwa dekonsentrasi adalah unsur sentralisasi.
Berbeda dengan dekonsentrasi, desentralisasi berangkat dari, saat mana
sentralisasi tidak mampu lagi menyesuaikan dengan kondisi suatu Negara kesatuan
yang memiliki wilayah yang luas dengan jumlah penduduk yang besar, yang
terdiri dari berbagai suku, adat istiadat dan agama, dengan kondisi demikian
sentralisasi menghadapi tantangan berupa tuntutan-tuntutan daerah karena
pemerintahan yang sentralistik dilaksanakan berdasarkan kebijakan pusat,
konsekuaensi dari luas wilayah, keragaman suku, adat istiadat, dan agama adalah
daerah memiliki kebutuhan dan kepentingan yang berbeda-beda sehingga
diperlukan suatu pemerintahan yang mampu mengakomodasi kepentiusangan yang
berbeda setiap daerah.
56
Pemerintah yang sentralistik tidak mampu secara bersamaan
mengakomodasi berbagai kepentingan yang berbeda-beda, sehingga kepada daerah
harus diberi wewenang untuk mengurus kebutuhan dan kepentinganya itu menjadi
urusan rumahtangganya.
Tujuan desentralisasi adalah agar penyelenggaraan pemerintahan didaerah
lebih disesuaikan dengan keadaan daerah masing-masing. Dalam rangka
desentralisasi dibentuk daerah otonom. Dalam rangka desentralisasi daerah otinom
berada diluar hirarki organisasi pemerintahan pusat.Desentralisasi menunjukan
pola hubungan kewenangan antara organisasi, dan bukan pola hubungan intra
organisasi.
Berkaitan dengan hal tersebut, Rasyid mengemukakan tiga elemen pokok
dalam desentralisasi: pertama, pembentukan organisasi pemerintahan daerah
otonom, kedua, pembagian wilayah Negara menjadi daerah otonom, dan ketiga,
penyerahan wewenang untuk mengatur dan mengurus urusan pemerintahan kepada
daerah otonom. Dalam Negara kesatuan kedua aktivitas tersebut dilakukan oleh
pemerintah melalui proses hukum. Dengan kata lain bahwa dalam proses
desentralisasi adalah wewenang pemerintah pusat.70
Secara etimologi istilah desentralisasi berasal dari bahasa Latin yaitu
decentrum yang berarti terlepas dari pusat. Menurut Inu Kencana Syafie,
desentralisasi adalah perlawanan kata dari sentralisasi, karena penggunaan kata
“de” dimaksudkan sebagai penolakan kata sesudahnya. Menurut Inu,
70
Ryass Rasyid, Desentralisasi dalam Menunjang Pembangunan Daerah dalam Pembangunan
Administrasi di Indonesia, PT.Pustaka LP3ES, Jakarta, 2008, Hal. 28
57
Desentralisasi adalah:71
“Penyerahan segala urusan, baik pengaturan dalam arti
pembuatan peraturan perundang-undangan maupun penyelenggaraan pemerintahan
itu sendiri, dari pemerintah pusat kepada pemerintah daerah, untuk selanjutnya
menjadi urusan rumah tangga pemerintah daerah tersebut”.
Desentralisasi sebagai suatu sistem yang dipakai dalam bidang
pemerintahan merupakan kebalikan dari sentralisasi.Dalam sistem sentralisasi,
kewenangan pemrintah baik dipusat maupun didaerah, dipusatkan dalam tangan
pemerintah pusat. Pejabat-pejabat di daerah hanya melaksanakan kehendak
pemerintah pusat. Dalam sistem desentralisasi, sebagian kewenangan pemerintah
pusat dilimpahkan kepada pihak lain untuk dilaksanakan.
Menurut jimly, pentingnya desentralisasi pada esensinya agar persoalan
yang kompleks dengan dilatarbelakangi oleh berbagai faktor heterogenitas dan
kekhususan daerah yang melingkunginya seperti budaya, agama, adat istiadat, dan
luas wilayah yang jika ditangani semuanya oleh pemerintah pusat merupakan hal
yang tidak mungkin akibat keterbatasan dan kekurangan yang dimiliki pemerintah
pada hampir semua aspek. Namun sebaliknya adalah hal yang tidak realistis jika
semua didesentralisasikan kepada daerah dengan alasan cerminan dari prinsip
demokrasi, oleh karenanya pengawasan dan pengendalian pusat kepada daerah
sebagai cerminan dari sentralisasi tetap dipandang mutlak sepanjang tidak
melemahkan atau bahkan memandulkan prinsip demokrasi itu sendiri.72
Menurut Muluk, pengertian desentralisasi berkaitan dengan pengertian
negara karena negara itu merupakan tatanan hukum (legal order), maka pengertian
71
Inu Kencana Syafei, Sistem Pemerintahan Indonesia, Jakarta, Rineka Cipta, 2012, Hal. 17 72
Jimly Asshiddigie, Pokok- Pokok Hukum Tata Negara Pasca Reformasi, Jakarta, PT. Bhuana
Ilmu Populer, hal. 423. (selanjutnya disebut Jimly Asshidiqie II), 2015.
58
desentralisasi itu menyangkut berlakunya sistem tatanan hukum dalam suatu
negara. Ada kaidah-kaidah hukum yang berlaku sah untuk seluruh wilayah negara
yang disebut kaidah sentral (central norms) dan ada pula kaidah-kaidah hukum
yang berlaku sah dalam bagian-bagian wilayah yang berbeda yang disebut
desentral atau kaidah lokal (decentral or local norms). Jadi apabila berbicara
tentang tatanan hukum yang desentralistik, maka hal ini akan dikaitkan dengan
lingkungan (wilayah) tempat berlakunya tatanan hukum yang sah tersebut.73
Dennis A. Rondinelli dan Cheema, merumuskan definisi desentralisasi
dengan lebih merujuk pada perspektif yang lebih luas namun tergolong perpektif
administrasi, bahwa desentralisasi adalah:
The transfer of planning, decision making, or administrative authority from
central government to its field organizations, local administrative units, semi
autonomous and parastatal organizations, local government, or local non-
government organization.
Definisi ini tidak hanya mencakup penyerahan dan pendelegasian
wewenang di dalam struktur pemerintahan, tetapi juga telah mengakomodasi
pendelegasian wewenang kepada organisasi non pemerintah (LSM).
Selain asas desentralisasi, terdapat juga asas dekonsentrasi dalam otonomi
daerah. Asas dekonsentrasi adalah pendelegasian wewenang pusat kepada daerah
yang bersifat menjalankan peraturan-peraturan dan keputusan-keputusan pusat
lainya yang tidak berbentuk peraturan, yang tidak dapat berprakarsa menciptakan
peraturan dan/ atau membuat keputusan bentuk lainya untuk kemudian
73
Khairul Muluk,, Desentralisasi dan Pemerintahan Daerah, Malang, Bayumedia Publishing,
2005, Hal. 11
59
dilaksanakan sendiri.Pendelegasian dalam asas dekonsentrasi berlangsung antara
petugas perorangan pusat dipemerintahan pusat kepada petugas perorangan pusat
dipemerintahan.74
Laica marzuki menjelaskan bahwa dekonsentrasi adalah: “Dekonsentrasi
merupakan ambtelijke decentralisastie atau delegatie van bevoegheid, yaitu
pelimpahan kewenangan dari alat perlengkapan Negara dipusat kepada instansi
bawahan, guna melaksanakan pekerjaan tertentu dalam penyelenggaraan
pemerintahan” Sementara maddick berpendapat bahwa: “The delegation of
authority adequate for the discharge of specified functions to staff a central
department who are situated outside the headquarters”. 75
Penegakan hukum merupakan suatu usaha untuk mewujudkan ide-ide
keadilan, kepastian hukum dan kemanfaatan sosial menjadi kenyataan. Jadi
penegakan hukum pada hakikatnya adalah proses perwujudan ide-ide. Penegakan
hukum adalah proses dilakukannya upaya tegaknya atau berfungsinya norma-
norma hukum secara nyata sebagai pedoman pelaku dalam lalu lintas atau
hubungan-hubungan hukum dalam kehidupan bermasyarakat dan bernegara.
Penegakan hukum merupakan usaha untuk mewujudkan ide-ide dan
konsepkonsep hukum yang diharapakan rakyat menjadi kenyataan. Penegakan
hukum merupakan suatu proses yang melibatkan banyak hal.76
Menurut Jimly Asshiddiqie, Pada pokoknya penegakan hukum merupakan
upaya yang secara bersengaja dilakukan untuk mewujudkan cita-cita hukum dalam
74
Philipus M. Hadjon, Pengantar Hukum Administrasi Indonesia (Introduction to the Indonesian
Administrative Law), Yogyakarta, Gajah Mada University Press, 2015, Hal. 119 75
Ibid., Hal. 119 76
Shant Dellyana,1988, Konsep Penegakan Hukum. Liberty, Yogyakarta, 2008, hal 32
60
rangka menciptakan keadilan dan kedamaian dalam kehidupan bermasyarakat,
berbangsa dan bernegara.77
Bahwa desentralisasi mengandung makna wewenang untuk mengatur
urusan pemerintahan tidak semata-mata dilakukan oleh Pemerintah Pusat,
melainkan juga oleh satuan-satuan pemerintahan yang lebih rendah. Desentralisasi
mengandung makna bahwa wewenang untuk mengatur urusan pemerintahan tidak
semata-mata dilakukan oleh Pemerintah Pusat, melainkan juga oleh satuan-satuan
teritorial dan fungsional. Satuan-satuan pemerintahan yang lebih rendah diserahi
dan dibiarkan mengatur dan mengurus sendiri sebagian urusan pemerintahan.78
Dengan demikian terjadi penyerahan urusan kepada daerah atau dengan
kata lain daerah diberi hak untuk mengatur dan mengurus rumah tangga sendiri
yang disebut Otonomi Daerah. Tujuan pemberian otonomi kepada daerah adalah
untuk memungkinkan daerah yang bersangkutan mengatur dan mengurus rumah
tangganya sendiri sehingga kepada daerah diberi wewenang-wewenang untuk
melaksanakan berbagai urusan pemerintahan sebagai urusan rumah tangganya.
Salah satunya adalah bidang perhubungan khususnya pengujian berkala kendaraan
bermotor.
Pandangan yang sama juga disampaikan oleh Soerjono Seokanto. Beliau
mengatakan inti dan arti penegakan hukum terletak pada kegiatan menyerasikan
hubungan nilai-nilai yang terjabarkan didalam kaidah-kaidah yang mantap dan
77
Jimly Asshiddiqie, , Agenda Pembangunan Hukum Nasional Di Abad Globalisasi, Cetakan III,
Balai Pustaka, Jakarta, 2008, hal 93 78
Philipus M. hadjon, Pengantar Hukum Administrasi Indonesia (Introduction to the Indonesia
Administrative Law), Cet. Pertama, Gadjah Mada University Press, Yogyakarta, 2003, hal.
111.
61
mengejawantah dan sikap tindak sebagai rangkaian penjabaran tahap akhir, untuk
menciptakan, memelihara dan mempertahankan kedamaian pergaulan hidup.79
Dikatakan bahwa penegakan hukum bukanlah semata-mata berarti
pelaksanaan perundang-undangan, walaupun didalam kenyataan di Indonesia
kecenderungannya adalah demikian, sehingga pengertian “law enforcement”
begitu populer.
Jika kita menarik kesimpulan dari kedua pendapat diatas dapat dirumuskan
pengertian dari penegakan hukum adalah sebagai suatu kegiatan yang dilakukan
secara bersengaja dalam upaya menyerasikan nilai-nilai yang tercermin dalam
perilaku masyarakat untuk menciptakan, memelihara dan mempertahankan
kedamaian pergaulan hidup.
Penegakan hukum adalah proses dilakukannya upaya untuk tegaknya atau
berfungsinya norma-norma hukum secara nyata sebagai pedoman perilaku dalam
lalu lintas atau hubungan-hubungan hukum dalam kehidupan bermasyarakat dan
bernegara. Ditinjau dari sudut subjeknya, penegakan hukum itu dapat dilakukan
oleh subjek yang luas dan dapat pula diartikan sebagai upaya penegakan hukum
oleh subjek dalam arti yang terbatas atau sempit.
Dalam arti luas, proses penegakan hukum itu melibatkan semua subjek
hukum dalam setiap hubungan hukum. Siapa saja yang menjalankan aturan
normatif atau melakukan sesuatu atau tidak melakukan sesuatu dengan
mendasarkan diri pada norma aturan hukum yang berlaku, berarti dia menjalankan
atau menegakkan aturan hukum. Dalam arti sempit, dari segi subjeknya itu,
79 Soerjono Soekanto. Faktor-Faktor Yang Mempengaruhi Penegeakan Hukum Cetakan Kelima,
Raja Grafindo Persada, Jakarta, 2004, hal. 42
62
penegakan hukum itu hanya diartikan sebagai upaya aparatur penegakan hukum
tertentu untuk menjamin dan memastikan bahwa suatu aturan hukum berjalan
sebagaimana seharusnya. Dalam memastikan tegaknya hukum itu, apabila
diperlukan, aparatur penegak hukum itu diperkenankan untuk menggunakan daya
paksa.80
Pengertian penegakan hukum itu dapat pula ditinjau dari sudut objeknya,
yaitu dari segi hukumnya. Dalam hal ini, pengertiannya juga mencakup makna
yang luas dan sempit. Dalam arti luas, penegakan hukum itu mencakup pula nilai-
nilai keadilan yang terkandung di dalamnya bunyi aturan formal maupun nilai-
nilai keadilan yang hidup dalam masyarakat.
Tetapi, dalam arti sempit, penegakan hukum itu hanya menyangkut
penegakan peraturan yang formal dan tertulis saja. Karena itu, penerjemahan
perkataan ‘law enforcement’ ke dalam bahasa Indonesia dalam menggunakan
perkataan ‘penegakan hukum’ dalam arti luas dan dapat pula digunakan istilah
‘penegakan peraturan’ dalam arti sempit. Pembedaan antara formalitas aturan
hukum yang tertulis dengan cakupan nilai keadilan yang dikandungnya ini bahkan
juga timbul dalam bahasa Inggeris sendiri dengan dikembangkannya istilah ‘the
rule of law’ versus ‘the rule of just law’ atau dalam istilah ‘the rule of law and not
of man’ versus istilah ‘the rule by law’ yang berarti ‘the rule of man by law’.
Dalam istilah ‘the rule of law’ terkandung makna pemerintahan oleh hukum, tetapi
bukan dalam artinya yang formal, melainkan mencakup pula nilai-nilai keadilan
yang terkandung di dalamnya. Karena itu, digunakan istilah ‘the rule of jus law’.
80
L. Tanya, Bernard, Teori Hukum, Strategi Tertib Manusia Lintas Ruang dan Generasi, Genta
Publishing, Yogyakarta, 2013, hal. 231.
63
Dalam istilah ‘the rule of law and not of man’ dimaksudkan untuk menegaskan
bahwa pada hakikatnya pemerintahan suatu negara hokum modern itu dilakukan
oleh hukum, bukan oleh orang. Istilah seRiauknya adalah ‘the rule by law’ yang
dimaksudkan sebagai pemerintahan oleh orang yang menggunakan hukum sekedar
sebagai alat kekuasaan belaka.81
Dengan uraian di atas jelaslah kiranya bahwa yang dimaksud dengan
penegakan hokum itu kurang lebih merupakan upaya yang dilakukan untuk
menjadikan hukum, baik dalam arti formil yang sempit maupun dalam arti
materiel yang luas, sebagai pedoman perilaku dalam setiap perbuatan hukum, baik
oleh para subjek hukum yang bersangkutan maupun oleh aparatur penegakan
hukum yang resmi diberi tugas dan kewenangan oleh undang-undang untuk
menjamin berfungsinya norma-norma hukum yang berlaku dalam kehidupan
bermasyarakat dan bernegara. Dari pengertian yang luas itu, pembahasan kita
tentang penegakan hukum dapat kita tentukan sendiri batas-batasnya. Apakah kita
akan membahas keseluruhan aspek dan dimensi penegakan hukum itu, baik dari
segi subjeknya maupun objeknya atau kita batasi hanya membahas hal-hal tertentu
saja, misalnya, hanya menelaah aspek-aspek subjektifnya saja. Makalah ini
memang sengaja dibuat untuk memberikan gambaran saja mengenai keseluruhan
aspek yang terkait Seperti disebut di muka, secara objektif, norma hukum yang
hendak ditegakkan mencakup pengertian hukum formal dan hukum materiel.
Hukum formal hanya bersangkutan dengan peraturan perundang-undangan
yang tertulis, sedangkan hukum materiel mencakup pula pengertian nilai-nilai
keadilan yang hidup dalam masyarakat. Dalam bahasa yang tersendiri, kadang-
81
Ibid., hal. 235
64
kadang orang membedakan antara pengertian penegakan hukum dan penegakan
keadilan. Penegakan hukum dapat dikaitkan dengan pengertian ‘law enforcement’
dalam arti sempit, sedangkan penegakan hukum dalam arti luas, dalam arti hukum
materiel, diistilahkan dengan penegakan keadilan. Dalam bahasa Inggeris juga
terkadang dibedakan antara konsepsi ‘court of law’ dalam arti pengadilan hukum
dan ‘court of justice’ atau pengadilan keadilan. Bahkan, dengan semangat yang
sama pula, Mahkamah Agung di Amerika Serikat disebut dengan istilah ‘Supreme
Court of Justice’. 82
Istilah-istilah itu dimaksudkan untuk menegaskan bahwa hukum yang
harus ditegakkan itu pada intinya bukanlah norma aturan itu sendiri, melainkan
nilai-nilai keadilan yang terkandung di dalamnya. Memang ada doktrin yang
membedakan antara tugas hakim dalam proses pembuktian dalam perkara pidana
dan perdata. Dalam perkara perdata dikatakan bahwa hakim cukup menemukan
kebenaran formil belaka, sedangkan dalam perkara pidana barulah hakim
diwajibkan mencari dan menemukan kebenaran materiel yang menyangkut nilai-
nilai keadilan yang harus diwujudkan dalam peradilan pidana. Namun demikian,
hakikat tugas hakim itu sendiri memang seharusnya mencari dan menemukan
kebenaran materiel untuk mewujudkan keadilan materiel. Kewajiban demikian
berlaku, baik dalam bidang pidana maupun di lapangan hukum perdata.
Pengertian kita tentang penegakan hukum sudah seharusnya berisi
penegakan keadilan itu sendiri, sehingga istilah penegakan hukum dan penegakan
keadilan merupakan dua sisi dari mata uang yang sama. Setiap norma hukum
82
Mochtar Kusumaatmaja dan Arief Sidharta. Pengantar Ilmu Hukum, Suatu Pengenalan
Pertama Ruang Lingkup Berlakunya Ilmu Hukum, Buku I, Penerbit Alumni, Bandung, 2000,
Hal. 39
65
sudah dengan sendirinya mengandung ketentuan tentang hak-hak dan kewajiban-
kewajiban para subjek hukum dalam lalu lintas hukum. Normanorma hukum yang
bersifat dasar, tentulah berisi rumusan hak-hak dan kewajibankewajiban yang juga
dasar dan mendasar. Karena itu, secara akademis, sebenarnya, persoalan hak dan
kewajiban asasi manusia memang menyangkut konsepsi yang niscaya ada dalam
keseimbangan konsep hukum dan keadilan. Dalam setiap hubungan hukum
terkandung di dalamnya dimensi hak dan kewajiban secara paralel dan bersilang.
Karena itu, secara akademis, hak asasi manusia mestinya diimbangi dengan
kewajiban asasi manusia. Akan tetapi, dalam perkembangan sejarah, issue hak
asasi manusia itu sendiri terkait erat dengan persoalan ketidakadilan yang timbul
dalam kaitannya dengan persoalan kekuasaan.
Unsur-unsur yang dapat ditarik dari pengertian penegakan hukum diatas,
yaitu :83
1. Adanya kegiatan yang dilakukan secara sengaja
Tanpa adanya usaha yang konkrit dari semua pihak, penegakan hukum
tidak akan mencapai cita-cita yang diharapkan. Cita-cita tanpa usaha sama
saja artinya sebagai sebuah angan-angan belaka. Penegakan hukum harus
dilakukan dengan suatu aksi atau tindakan yang nyata. Bukan hanya
wacana dan retorika.
Dalam konteks penegakan hukum aparat penegak hukum merupakan unsur
utama. Aparatur penegak hukum meliputi aparat penegak hukum
(orangnya) dan lembaga-lembaganya (institusi). Dengan demikian, proses
penegakan hukum pada pokoknya menyangkut soal orang, soal institusi
dan soal mekanisme kerja yang perlu dikembangkan atau diusahakan
dalam rangka benar-benar menjamin tegaknya hukum dan keadilan. Dan
proses peradilan itu sendiri haruslah dipahami mulai dari masyarakat
sampai ke masyarakat.
2. Sebagai upaya menyerasikan nilai-nilai yang tercermin dalam perilaku
masyarakat.
83 Riduan Syahrani, Rangkuman Intisari Ilmu Hukum, Citra Aditya Bakti, Bandung, 2009,
Hal. 49
66
Penegakan hukum merupakan proses untuk menyerasikan nilai-nilai yang
terjabarkan dalam kaidah-kaidah yang mengajewantah. Konsepsi yang
mempunyai dasar filosofis tersebut, memerlukan penjelasan lebih lanjut,
sehingga akan tanmpak lebih konkrit.
Didalam penegakan hukum nilai-nilai tersebut perlu diserasikan,
umpamanya ; perlu penyerasian antara nilai ketertiban dengan nilai
ketenteraman. Sebab, nilai ketertiban bertitik tolak pada keterikatan,
sedangkan nilai ketentraman titik tolaknya adalah kebebasan.
Pasangan nilai-nilai yang telah diserasikan tersebut secara lebih konkrit
terjadi dalam bentuk kaidah-kaidah, dalam hal ini kaidah hukum, yang
mungkin berisikan suruhan, larangan atau kebolehan.
3. Untuk menciptakan, memilihara dan mempertahankan kedamaian
pergaulan hidup.
Pasangan nilai-nilai yang telah diserasikan yang terjabarkan dalam kaidah-
kaidah tersebut kemudian menjadi patokan bagi perilaku atau sikap tindak
yang dianggap pantas, atau yang seharusnya. Perilaku atau sikap tindak
tersebut bertujuan untuk menciptakan, memelihara dan mempertahankan
kedamaian.
Pada umumnya tujuan hukum adalah mencapai ketenteraman didalam
pergaulan hidup masyarakat. Dari berbagai pandangan para pakar hukum,
hukum bertujuan mengatur tingkah laku manusia didalam dinamika
perikehidupan bermasyarakat, berbangsa dan bernegara.
Soerjono Soekanto mengatakan norma atau kaidah hukum bertujuan agar
tercapai kedamaian didalam kehidupan bersama, dimana kedamaian berarti suatu
keserasian antara ketertiban dengan ketenteraman, atau keserasian antara
keterikatan dengan kebebasan. Oleh karena itu upaya penegakan hukum dalam
kehidupan suatu bangsa merupakan bagian yang tidak terpisahkan dari kerangka
pembangunan nasional secara keseluruhan. Dengan demikian penegakan hukum
haruslah dilihat secara holistik sebagai upaya sadar, sistematis dan
berkesinambungan untuk membangun kehidupan bermasyarakat, berbangsa dan
bernegara yang semakin maju, sejahtera, aman dan tenteram di atas landasan
hukum yang adil dan pasti. Sedangkan fungsi penegakan hukum adalah tidak lain
67
daripada mencapai suatu keserasian antara kepastian hukum dengan
kesebandingan hukum.84
Dari kedua pengertian diatas maka asas dekonsentrasi diartikan sebagai
penyebaran kewenangan pusat kepada petugasnya yang tersebar diwilayah-
wilayah untuk melaksanakan kebijaksanaan pusat.
B. Pengawasan Pemungutan Retribusi PAM
Pengawasan pada dasarnya diarahkan sepenuhnya untuk menghindari
adanya kemungkinan penyelewengan atau penyimpangan atas tujuan yang akan
dicapai. melalui pengawasan diharapkan dapat membantu melaksanakan kebijakan
yang telah ditetapkan untuk mencapai tujuan yang telah direncanakan secara
efektif dan efisien. Bahkan, melalui pengawasan tercipta suatu aktivitas yang
berkaitan erat dengan penentuan atau evaluasi mengenai sejauhmana pelaksanaan
kerja sudah dilaksanakan. Pengawasan juga dapat mendeteksi sejauhmana
kebijakan pimpinan dijalankan dan sampai sejauhmana penyimpangan yang terjadi
dalam pelaksanaan kerja tersebut.
Hasil pengawasan ini harus dapat menunjukkan sampai di mana terdapat
kecocokan dan ketidakcocokan dan menemukan penyebab ketidakcocokan yang
muncul. Dalam konteks membangun manajemen pemerintahan publik yang
bercirikan good governance (tata kelola pemerintahan yang baik), pengawasan
merupakan aspek penting untuk menjaga fungsi pemerintahan berjalan
sebagaimana mestinya. Dalam konteks ini, pengawasan menjadi sama pentingnya
dengan penerapan good governance itu sendiri.
84
Soerjono Soekanto , Op.Cit, .hal 62
68
Pengawasan merupakan proses kegiatan untuk memastikan dan menjamin
bahwa tujuan dan sasaran serta tugas-tugas organisasi akan dan telah terlaksana
dengan baik sesuai dengan rencana, kebijakan, instruksi dan ketentuan-ketentuan
yang telah ditetapkan. Pengawasan berfungsi untuk mencegah secara dini
kemungkinan terjadinya penyimpangan, pemborosan, penyelewengan, hambatan,
kesalahan dan kegagalan dalam pencapaian tujuan dan sasaran serta pelaksanaan
tugas-tugas organisasi.
Dalam kamus bahasa Indonesia istilah “Pengawasan berasal dari kata awas
yang artinya memperhatikan baik-baik, dalam arti melihat sesuatu dengan cermat
dan seksama, tidak ada lagi kegiatan kecuali memberi laporan berdasarkan
kenyataan yang sebenarnya dari apa yang di awasi”.85
Menurut Prayudi: “Pengawasan adalah suatu proses untuk menetapkan
pekerjaan apa yang di jalankan, dilaksanakan, atau diselenggarakan itu dengan apa
yang dikehendaki, direncanakan atau diperhatikan”.86
Menurut Saiful Anwar, pengawasan atau kontrol terhadap tindakan
aparatur pemerintah diperlukan agar pelaksanaan tugas yang telah ditetapkan dapat
mencapai tujuan dan terhindar dari penyimpangan-penyimpangan.87
Dilain pihak menurut Sarwoto yang dikutip oleh Sujamto memberikan
batasan :”Pengawasan adalah kegiatan manager yang mengusahakan agar
pekerjaan-pekerjaan terlaksana sesuai dengan rencana yang ditetapkan atau hasil
yang dikehendaki”88
85
Sujanto, Beberapa Pengertian di Bidang Pengawasan, Ghalia Indonesia, 1986, hal 2. 86
Prayudi, Hukum Administrasi Negara, Ghalia Indonesia, Jakarta, 1981, hal 80
87 Saiful Anwar., Sendi-Sendi Hukum Administrasi Negara, Glora Madani Press, 2004, hal.127
88 Sujanto, Op.Cit, hal.13.
69
Dari beberapa defenisi yang di kemukakan di atas dapat di tarik
kesimpulan bahwa:
1. Pengawasan adalah merupakan proses kegiatan yang terus-menerus di
laksanakan untuk mengetahui pekerjaan apa yang sudah dilaksanakan,
kemudian di adakan penilaian serta mengoreksi apakah pelaksanaannya sesuai
dengan semestinya atau tidak.
2. Selain itu Pengawasan adalah suatu penilaian yang merupakan suatu proses
pengukuran dan pembandingan dari hasil-hasil pekerjaan yang nyata telah di
capai dengan hasil-hasil yang seharusnya di capai. Dengan kata lain, hasil
pengawasan harus dapat menunjukkan sampai di mana terdapat kecocokan
atau ketidakcocokan serta mengevaluasi sebab-sebabnya.
Akan tetapi kalau di terjemahkan begitu saja istilah controlling dari bahasa
Inggris, maka pengertiannya lebih luas dari pengawasan yaitu dapat diartikan
sebagai pengendalian, padahal kedua istilah ini berbeda karena dalam
pengendalian terdapat unsur korektif. Istilah pengendalian berasal dari kata kendali
yang berarti mengekang atau ada yang mengendalikan. Jadi berbeda dengan istilah
pengawasan, produk langsung kegiatan pengawasan adalah untuk mengetahui
sedangkan kegiatan pengendalian adalah langsung memberikan arah kepada objek
yang di kendalikan. Dalam pengendalian kewenangan untuk mengadakan tindakan
korektif itu sudah terkandung di dalamnya, sedangkan dalam pengertian
pengawasan tindakan korektif itu merupakan proses lanjutan. Pengendalian adalah
pengawasan ditambah tindakan korektif. Sedangkan pengawasan adalah
70
pengendalian tanpa tindakan korektif. Namun sekarang ini pengawasan telah
mencakup kegiatan pengendalian, pemeriksaan, dan penilaian terhadap kegiatan.
Pengawasan yang dilaksanakan oleh badan-badan pemerintah yang
bertingkat lebih tinggi terhadap badan-badan yang lebih rendah. Untuk
pengawasan dapat dikemukakan alasan-alasan berikut:89
- Koordinasi : mencegah atau mencari penyelesaian konflik / perselisihan
kepentingan misalnya di antara kotapraja-kotapraja.
- Pengawasan kebijakan : disesuaikannya kebijakan dari aparat pemerintah
yang lebih rendah terhadap yang lebih tinggi
- Pengawasan kualitas: kontrol atas kebolehan dan kualitas teknis
pengambilan keputusan dan tindakan-tindakan aparat pemeintah yang lebih
rendah.
- Alasan-alasan keuangan : peningakatan kebijaksanaan yang tepat dan
seimbang dari aparat pemerintah yang lebih rendah.
- Perlindungan hak dan kepentingan warga : dalam situasi tertentu mungkin
diperlukan suatu perlindungan khusus untuk kepentingan dari seorang
warga.
Menurut Prayudi, dalam mencapai pelaksanaan pengawasan terhadap
beberapa asas antara lain :
1. Asas tercapainya tujuan, ditujukan ke arah tercapainya tujuan yaitu
dengan mengadakan perbaikan untuk menghindari penyimpangan-
penyimpangan atau deviasi perencanaan.
2. Asas efisiensi, yaitu sedapat mungkin menghindari deviasi dari
perencanaan sehingga tidak menimbulkan hal-hal lain diluar dugaan.
3. Asas tanggung jawab, asas ini dapat dilaksanakan apabila pelaksana
bertanggung jawab penuh terhadap pelaksana perencanaan.
4. Asas pengawasan terhadap masa depan, maksud dari asas ini adalah
pencegahan penyimpangan perencanaan yang akan terjadi baik di
waktu sekarang maupun di masa yang akan datang.
5. Asas langsung, adalah mengusahakan agar pelaksana juga melakukan
pengawasan terhadap pelaksanaan kegiatan.
6. Asas refleksi perencanaan, bahwa harus mencerminkan karakter dan
susunan perencanaan.
89
Asshidiqie, Jimly. Perkembangan & konsolidasi Lembaga Negara Pasca Revormasi. Sinar
Grafika, Jakarta, 2012, Hal. 27.
71
7. Asas penyesuaian dengan organisasi, bahwa pengawasan dilakukan
sesuai dengan struktur organisasi dan kewenangan masing-masing.
8. Asas individual, bahwa pengawasan harus sesuai kebutuhan dan
ditujukan sesuai dengan tingkat dan tugas pelaksana.
9. Asas standar, bahwa pengawasan yang efektif dan efisien memerlukan
standar yang tepat, yang akan digunakan sebagai tolak ukur
pelaksanaan dan tujuan.
10. Asas pengawasan terhadap strategis, bahwa pengawasan yang efektif
dan efisien memerlukan adanya perhatian yang ditujukan terhadap
faktor-faktor yang strategis.
11. Asas kekecualiaan, bahwa efisiensi dalam pengawasan membutuhkan
perhatian yang di tujukan terhadap faktor kekecualian yang dapat
terjadi dalam keadaan tertentu, ketika situasi berubah atau tidak sama.
12. Asas pengendalian fleksibel bahwa pengawasan harus untuk
menghindarkan kegagalan pelaksanaan perencanaan.
13. Asas peninjauan kemRiau, bahwa pengawasan harus selalu ditinjau,
agar sistim yang digunakan berguna untuk mencapai tujuan.
14. Asas tindakan, bahwa pengawasan dapat dilakukan apabila ada
ukuran-ukuran untuk mengoreksi penyimpangan-penyimpangan
rencana, organisasi dan pelaksanaan.90
Oleh karena pengawasan tersebut mempunyai sifat menyeluruh dan luas,
maka dalam pelaksanaanya diperlukan prinsip-prinsip pengawasan yang dapat
dipatuhi dan dijalankan, adapun prinsip-prinsip pengawasan itu adalah sebagai
berikut :
1. Objektif dan menghasilkan data. Artinya pengawasan harus bersifat
objektif dan harus dapat menemukan fakta-fakta tentang pelaksanaan
pekerjaan dan berbagai faktor yang mempengaruhinya.
2. Berpangkal tolak dari keputusan pimpinan. Artinya untuk dapat
mengetahui dan menilai ada tidaknya kesalahan-kesalahan dan
penyimpangan, pengawasan harus bertolak pangkal dari keputusan
pimpinan yang tercermin dalam:
a. Tujuan yang ditetapkan
b. Rencana kerja yang telah ditentukan
c. Kebijaksanaan dan pedoman kerja yang telah digariskan
d. Perintah yang telah diberikan
e. Peraturan-peraturan yang telah ditetapkan.
90
Prayudi, Op.Cit, hal. 86-87
72
3. Preventif. Artinya bahwa pengawasan tersebut adalah untuk menjamin
tercapainya tujuan yang telah ditetapkan, yang harus efisien dan efektif,
maka pengawasan harus bersifat mencegah jangan sampai terjadi
kesalahan-kesalahan berkembangnya dan terulangnya kesalahan-kesalahan.
4. Bukan tujuan tetapi sarana. Artinya pengawasan tersebut hendaknya tidak
dijadikan tujuan tetapi sarana untuk menjamin dan meningkatkan efisiensi
dan efektifitas pencapaian tujuan organisasi.
5. Efisiensi. Artinya pengawasan haruslah dilakuan secara efisien, bukan
justru menghambat efisiensi pelaksanaan kerja.
6. Apa yang salah. Artinya pengawasan haruslah dilakukan bukanlah semata-
mata mencari siapa yang salah, tetapi apa yang salah, bagaimana timbulnya
dan sifat kesalahan itu.
7. Membimbing dan mendidik. Artinya “pengawasan harus bersifat
membimbing dan mendidik agar pelaksana dapat meningkatkan
kemampuan untuk melakukan tugas-tugas yang ditetapkan.”91
Pengawasan adalah sebagai suatu proses untuk mengetahui pekerjaan yang
telah dilaksanakan kemudian dikoreksi pelaksanaan pekerjaan tersebut agar sesuai
dengan yang semestinya atau yang telah ditetapkan.
Di Indonesia dikenal bermacam-macam pengawasan yang secara teoretis
dibedakan atas pengawasan langsung dan tidak langsung, pengawasan preventif
dan represif, pengawasan internal dan eksternal. Bentuk pengawasan tersebut
dapat dijelaskan sebagai berikut :
1. Pengawasan Langsung dan Tidak Langsung.
Pengawasan langsung adalah pengawasan yang dilakukan secara pribadi
oleh pemimpin atau pengawas dengan mengamati, meneliti, memeriksa,
mengecek sendiri secara on the spot di tempat pekerjaan, dan menerima
laporan-laporan secara langsung dari pelaksana. Hal ini dilakukan dengan
inspeksi.
Sedangkan
Pengawasan tidak langsung diadakan dengan
mempelajari laporan-laporan yang diterima dari pelaksana baik lisan
maupun tulisan, mempelajari pendapat masyarakat dan sebagainya tanpa
on the spot.
2. Pengawasan Preventif dan Represif
Arti pengawasan preventif adalah pengawasan yang bersifat mencegah.
Mencegah artinya menjaga jangan sampai suatu kegiatan itu jangan sampai
terjerumus pada kesalahan. Pengawasan preventif adalah pengawasan yang
bersifat mencegah agar pemerintah daerah tidak mengambil kebijakan yang
91
Ibid, hal. 75
73
bertentangan dengan peraturan perundang-undangan yang berlaku.
Pengawasan epresif adalah pengawasan yang berupa penangguhan atau
pembatalan terhadap kebijakan yang telah ditetapkan daerah baik berupa
Peraturan Daerah, Peraturan Kepala Daerah, Keputusan DPRD maupun
Keputusan Pimpinan DPRD dalam rangka penyelenggaraan pemerintahan
daerah. Pengawasan represif berupa penangguhan atau pembatalan
terhadap kebijakan daerah yang dinilai bertentangan dengan kepentingan
umum, peraturan perundang-undangan yang lebih tinggi dan/atau peraturan
perundangundangan yang lainnya.
3. Pengawasan Internal dan Eksternal
Pengawasan internal adalah pengawasan yang dilakukan oleh aparat dalam
organisasi itu sendiri. Pengawasan intern lebih dikenal dengan pengawasan
fungsional. Pengawasan fungsional adalah pengawasan terhadap
pemerintah daerah, yang dilakukan secara fungsional oleh lembaga yang
dibentuk untuk melaksanakan pengawasan fungsional, yang kedudukannya
merupakan bagian dari lembaga yang diawasi seperti Inspektorat Jenderal,
Inspektorat Provinsi, Inspektorat Kabupaten/Kota. Sementara pengawasan
eksternal adalah pengawasan yang dilakukan oleh aparat dari luar
organisasi itu sendiri seperti Badan Pemeriksa Keuangan (BPK). 92
Berbicara tentang arti pengawasan dalam hukum administrasi negara maka
hal ini sangat erat kaitannya dengan peranan aparatur pemerintah sebagai
penyelenggaraan tugas-tugas umum pemerintah dan pembangunan. Tugas umum
aparatur pemerintah dan tugas pembangunan haya dapat dipisahkan, akan tetapi
tidak dapat dibedakan satu samalain. Aparatur pemerintah dalam melaksanakan
tugas pemerintahan juga sekaligus melaksanakan tugas pembangunan, demikian
juga halnya aparatur pemerintah dalam melaksanakan tugas pembangunan
bersamaan juga melaksanakan tugas pemerintahan.
Supaya perencanaan dan program pembangunan di daerah dapat berjalan
sesuai dengan apa yang diharapkan, maka hendaknya diperlukan pengawasan yang
lebih efektif di samping dapat mengendalikan proyek-proyerk pembangunan yang
ada di daerah. Dengan demikian untuk lebih memperjelas arti pengawasan
92
Peter Mahmud Marzuki. 2006. Penelitian Hukum. Kencana Prenada Media Group, Jakarta,
Hal. 28
74
dalamkacamata hukum administrasi negara yang akan dilakukan oleh aparatur
pengawasan maka berikut ini penulis akan mengemukakan pendapat guru besar
hukum administrasi negara Prayudi Atmosudirdjo menyatakan bahwa :
“Pengawasan adalah proses kegiatan – kegiatan yang membandingkan apa yang
dijalankan, dilaksanakan atau diselenggarakan itu dengan apa yang dikehendaki,
direncanakan atau diperintahkan”93
Berdasarkan kutipan di atas maka dapat difahami bahwa yang menjadi
tujuan pengawasan adalah untuk mempermudah mengetahui hasil pelaksanaan
pekerjaana dari aparatur pemerintah di daerah sesuai dengan tahap-tahap yang
telah ditentukan sebelumnya, dan sekaligus dapat melakukan tindakan perbaikan
apabila kelak terjadi penyimpangan dari rencana/program yang telah digariskan.
Sejalan dengan itu pemerintah pusat dalam hal melakukan pengawasan di daerah,
juga melakukan pelimpahan bidang pengawasan ini kepada setiap Gubernur, dan
Bupati. Di samping itu gubernur dengan aparatur pemerintah Daerah seharusnya
melakukan pengendalian terhadap semua proyek-proyek daerah, inpres dan
sebagainya dalam arti untuk mengetahui tahap-tahap kemajuan hasil pelaksanaan
pekerjaan untuk dilaporkan kepada Presiden melalui Menteri Dalam Negeri.
Saiful Anwar menyebutkan bahwa berdasarkan bentuknya pengawasan
dapat dibedakan sebagai berikut :
1. Pengawasan internal yaitu pengawasan yang dilakukan oleh suatu badan
atau organ yang secara organisatoris/struktural termasuk dalam lingkungan
pemerintahan itu sendiri. Misalnya pengawasan yang dilakukan pejabat
atasan terhadap bawahannya sendiri.
2. Pengawasan eksternal dilakukan oleh organ atau lembaga-lembaga yang secara organisatoris/struktural berada di luar pemerintah dalam arti
93 Jhon Salindeho, Tata Laksana Dalam Manajemen, Sinar Grafika, Jakarta, 2008, hal..80
75
eksekutif. Misalnya pengawasan keuangan dilakukan oleh Badan
Pemeriksa Keuangan (BPK).94
Penyelenggaraan pengawasan dapat dilakukan berdasarkan jenis-jenis
pengawasan yaitu :
1. Pengawasan dari segi waktunya
2. Pengawasan dari segi sifatnya.95
Pengawasan ditinjau dari segi waktunya dibagi dalam duya kategori yaitu
sebagai berikut :
1. Pengawasan a-priori atau pengawasan preventif yaitu pengawasan yang
dilakukan oleh aparatur pemerintah yang lebih tinggi terhadap keputusan-
keputusan dari aparatur yang lebih rendah. Pengawasan dilakukan sebelum
dikeluarkannya suatu keputusan atau ketetapan administrasi negara atau
peraturan lainnya dengan cara pengesahan terhadap ketetapan atau
peraturan tersebut. Apabila ketetapan atau peraturan tersebut belum
disahkan maka ketetapan atau peraturan tersebut belum mempunyai
kekuatan hukum.
2. Pengawasan a-posteriori atau pengawasan represif yaitu pengawasan yang
dilakukan oleh aparatur pemerintah yang lebih tinggi terhadap keputusan
aparatur pemerintah yang lebih rendah. Pengawasan dilakukan setelah
dikeluarkannya keputusan atau ketetapan pemerintah atau sudah terjadinya
tindakan pemerintah. Tindakan dalam pengawasan represif dapat berakibat
pencabutan apabila ketetapan pemerintah tersebut bertentangan dengan
peraturan perundang-undangan yang lebih tinggi. Dalam keadaan yang
mendesak tindakan dapat dilakukan dengan cara menangguhkan ketetapan
yang telah dikeluarkan sebelum dilakukan pencabutan.96
Pengawasan terhadap aparatur pemerintah apabila dilihat dari segi sifat
pengawasan itu, terhadap objek yang diawasi dapat dibedakan dalam dua kategori
yaitu :
1. Pengawasan dari segi hukum (rechtmatigheidstoetsing) misalnya
pengawasan yang dilakukan oleh badan peradilan pada prinsipnya hanya
menitik beratka pada segi legalitas. Contoh hakim Pengadilan Tata Usaha
Negara bertugas menilai sah tidaknya suatu ketetapan pemerintah. Selain
94 Saiful Anwar, Op.Cit, hal.127
95 Ibid. hal.128 96
Ibid. hal.128
76
itu tugas hakim adalah memberikan perlindungan (law proteciton) bagi
rakyat dalam hubungan hukum yang ada diantarra negara/pemerintah
dengan warga masyarakat.
2. Pengawasan dari segi kemanfaatan (doelmatigheidstoetsing) yaitu
pengawasan teknis administratif intern dalam lingkungan pemerintah
sendiri (builtincontrol) selain bersifat legalitas juga lebih menitik beratkan
pada segi penilaian kemanfaatan dari tindakan yang bersangkutan.97
C. Gambaran Umum PDAM Tirta Indragiri
Awalnya prasarana air bersih di Kabupaten Indragiri Hilir dibangun pada
tahun 1980 dengan paket BNA kapasitas 20 l/dt yang terletak di desa Pulau Palas
kurang lebih 13 Km dari kota Tembilahan. Dengan sistem paket Pengolahan
Lengkap, sungai Indragiri yang melintasi desa Pulau Palas dijadikan sebagai
sumber air baku bagi Instalasi Pengolahan Air (IPA) yang dibangun guna melayani
kebutuhan air bersih masyarakat di kota Tembilahan Ibukota Kabupaten Indragiri
Hilir.
Pada tahun 1983 prasarana yang dibangun telah mulai dioperasikan untuk
melayani kebutuhan air bersih masyarakat kota Tembilahan dengan membentuk
Badan Pengelola Air Minum (BPAM) berdasarkan Surat Keputusan Menteri
Pekerjaan Umum Republik Indonesia Nomor : 148/KPTS/CK/1983 Tanggal 20
Agustus 1983.
Pada tahun 1992, tepatnya Tanggal 28 Nopember 1992 Badan Pengelola
Air Minum (BPAM) diserah terimakan pengelolaanya dari Menteri Pekerjaan
Umum RI kepada Pemerintah Daerah Tingkat I Riau melalui Surat Keputusan
Menteri Pekerjaan Umum RI Nomor : 759/KPTS/1992, Tanggal 24 Nopember
97
Ibid. hal.129
77
1992, dan selanjutnya oleh Pemerintah Daerah Tingkat I Riau menyerahkan
kepada Pemerintah Daerah Tingkat II Indragiri Hilir melalui Berita Acara
Penyerahan Pihak Pertama (Pemda Tk. I Riau) Nomor : 174/BA/1992, dan Pihak
Kedua (Pemda Tk. II Indragiri Hilir) Nomor : 3584/UM.1992/690 Tanggal 28
Nopember 1992. Sebelumnya, tahun 1990, Pemerintah Daerah Tingkat II Indragiri
Hilir telah mengesahkan Peraturan Daerah Tentang Pendirian Perusahaan Daerah
Air Minum Tirta Indragiri Nomor : 2 Tahun 1990, dan telah disahkan oleh
Gubernur Kepala Daerah Tingkat I Riau, Nomor : KPTS.325/VI/91 Tanggal 15
Juni 1991. yang selanjutnya diundangkan dalam Lembaran Daerah Kabupaten
Daerah Tingkat II Indragiri Hilir Nomor : 11 Tahun 1991 Tanggal 25 September
1991 seri D Nomor 8. Dan selanjutnya sejak tahun disyahkannya Perda Pendirian
tersebut, pengelolaan sarana prasarana air minum sepenuhnya menjadi tanggung
jawab Perusahaan Daerah Air Minum (PDAM) Tirta Indragiri sebagai suatu Badan
Usaha Milik Pemerintah Kabupaten Indragiri Hilir yang dalam Peraturan Daerah
tersebut didirikan dengan tujuan sebagai berikut:
1. Memproduksi dan mendistribusikan air yang memenuhi syarat kesehatan
kepada masyarakat di kabupaten Indragiri Hilir,
2. Melaksanakan fungsi sebagai suatu perusahaan yang efisien sehingga mampu
memperoleh keuntungan untuk mengembangkan pelayanan tanpa melupakan
fungsi social kemasyarakatan,
3. Mampu menjadi salah satu alternatif sumber pendapatan asli daerah melalui
kontribusi keuntungan yang diperoleh tanpa mengabaikan upaya
pengembangan perusahaan dan tidak memberatkan masyarakat.
78
Pada awal beroperasinya, tahun 1992 PDAM Tirta Indragiri hanya
mengelola asset-asset yang telah dibangun sejak tahun 1983 dari proyek BPAM
yang dibangun oleh Departemen Pekerjaan Umum RI dengan kapasitas produksi
20 l/dt yang berada di desa Pulau Palas yang khusus untuk melayani masyarakat
dikota Tembilahan. Dengan rentang panjang pipa transmisi 10.500 m, yang
berdiameter 200 mm, jenis pipa ACP yang dibangun tahun 1984. Sedangkan untuk
pipa distribusinya berdiameter 250 mm jenis pipa DCIP, 250 mm jenis pipa PVC,
200 mm, 50 mm jenis pipa ACP, 150 mm, 100 mm, 75 mm dan 50 mm jenis pipa
PVC dengan keseluruhan panjang pipa distribusi di kota Tembilahan 17.750 m.
Dari kapasitas terpasang sebagaimana tersebut, jumlah pelanggan yang baru dapat
dilayani hanya 376 SR (sambungan rumah) pada tahun 1992 dengan jam
pelayanan 7 jam setiap harinya.Dengan kondisi yang masih sangat terbatas ini
praktis PDAM hanya mampu melayani 5,3 % dari jumlah penduduk kota
Tembilahan pada tahun tersebut.
Selanjutnya pada tahun 1993, melalui proyek pengembangan air bersih,
dibangun 1 paket Instalasi Pengolahan Air (IPA) lengkap dengan kapasitas 20 l/dt
di desa Pulau Palas, sehingga tahun 1994 PDAM Tirta Indragiri memiliki 2 unit
IPA dengan kapasitas 40 l/dt. Pada tahun yang sama jaringan pipa transmisi
ditambah sepanjang 10.500 m lagi dengan ukuran diameter 250 mm jenis pipa
PVC dari desa Pulau Palas ke kota Tembilahan, yang dengan demikian terdapat 2
jaringan pipa transmisi yang mensuplai reservoir 450 m3 yang dibangun tahun
1979-1980 pada buster pump parit 7 Tembilahan. Jaringan pipa distribusi terus
pula bertambah sampai akhir tahun 1993 sepanjang 30.000 m sehingga jumlah
79
keseluruhan panjang pipa distribusi dari diameter 250 mm s/d 75 mm dibangun
sejak tahun 1994 adalah 47.750 m yang berada di kota Tembilahan.
Sejak tahun 1994, dengan peningkatan kapasitas produksi dan jaringan
yang ada, PDAM Tirta Indragiri terus menambah jumlah pelanggan kota
Tembilahan. Pada tahun 1994 telah dapat melayani sebanyak 9,12 % penduduk
kota Tembilahan dengan jumlah sambungan rumah 1.009 SR. Namun sejalan
dengan berjalannya waktu, jaringan pipa transmisi yang dibangun tahun 1984 jenis
pipa SCP sudah mengalami banyak kebocoran, dan pada beberapa ruas pipa
sepanjang desa Pulau Palas ke buster pump parit 7 sering mengalami gangguan
akibat korosif. Keadaan ini membuat biaya perawatan cukup tinggi, dengan
kemampuan yang juga terbatas, suplai air bersih ke buster pump parit 7 sering
terganggu dan sering terjadi kemacetan. Kondisi inilah yang pada gilirannya
berdampak pada menurunnya pelayanan kepada pelanggan. Hampir 40 %
pelanggan yang ada sudah tidak mau lagi atau tidak disiplin membayar karena
tidak mendapat suplai air secara kontiniu.
Kondisi ini sampai akhir tahun 1998, meskipun kapasitas Instalasi
Pengolahan Air Bersih (IPA) sudah cukup memadai yaitu 110 l/dt, dengan panjang
pipa distribusi sudah mencapai 88.900 m yang berada di kota Tembilahan, dengan
cakupan pelayanan mencapai 14,7 % atau 3.095 Sambungan Rumah. Karena pipa
transmisi masih terbatas yang lama jenis ACP (dibangun tahun 1984) sudah tidak
mungkin lagi dipakai, pelayanan yang diberikan PDAM masih belum membaik,
terjadi banyak tunggakan karena komplain pelanggan yang tidak mendapatkan
suplai air bersih secara kontiniu.
80
Tahun 1999 s/d 2000 pipa transmisi dibangun dengan diameter 300 mm
jenis pipa PVC sepanjang 10.500 m, sejak tahun 2001 s/d awal tahun 2005
pelayanan semakin membaik, sehingga awal tahun 2005 PDAM Tirta Indragiri
untuk kota Tembilahan telah mampu menambah cakupan pelayanannya hingga
36,6 % atau 5.900 Sambungan Rumah, dengan kontinuitas pelayanan 24 jam,
tahun 2010 PDAM telah membangun jaringan pipa transmisi baru 16 inci jenis PE
100 yang akan diselesaikan tahun 2010 ini sepanjang 11.000 meter dari instalasi
Pulau Palas sampai ke Boster pump yang berada di parit 7 Tembilahan hulu.
Sejalan dengan bertambahnya usia, sebagai Perusahaan Daerah, PDAM
Tirta Indragiri terus berbenah dan mengembangkan kinerjanya, sampai awal tahun
2010 telah memiliki 1 kantor pusat yang berada di Tembilahan ibukota kabupaten
dan 18 cabang pelayanan yang berada di ibukota kecamatan, serta 4 unit pelayanan
desa yang berada dalam wilayah Kabupaten Indragiri Hilir dengan cakupan
pelayanan pada awal tahun 2010 mencapai 13.804 Sambungan Rumah.
Visi :
Menjadi Salah Satu PDAM Terbaik Untuk Katogori PDAM Kabupaten Se-
Sumatera 2017
Misi Perusahaan:
1. Memberikan layanan air minum kepada masyarakat secara
berkesinambungan dengan mengutamakan kepuasan pelanggan
2. Meningkatkan kontribusi perusahaan kepada Pemerintah Daerah
3. Meningkatkan profesionalisme Sumber Daya Manusia
4. Turut melestarikan Sumber Daya Air
81
Bentuk dari perusahaan ini adalah perseroan terbatas, sedangkan tipe
organisasi yang digunakan DAM Tirta Indragiri ini adalah organisasi Lini dan
Staff yang mempunyai ciri-ciri sebagai berikut:
1. Organisasi ini cukup besar, dengan beberapa cabang diseluruh indonesia.
2. Setiap orang bekerja dalam struktur yang jelas karena adanya pembagian
kerja.
3. Hubungan kerja antara atasan dan bawahan serta bagian satu dengan yang
lain berdasarkan garis komando dan koordinasii.
4. Manusia dalam tipe organisasi dikelompokkan dalam bagian :
1) Manusia yang berada digaris
2) Manusia yang berada distaff
Kelompok ini adalah mereka yang terlibat langsung dalam pelaksanaan
tugas-tugas yang bersifat operasional dalam organisasi. Orang-orang dalam
kelompok staff mereka yang melaksanakan tugas penunjang yang berarti
membantu tugas pokok berupa pemberian konsep ataupun saran dan nasihat.
Dalam organisasi ini terdapat pembagian tugas yang jelas dari para anggotanya.
Promosi jabatan dilakukan sesuai dengan perkembangan kebutuhan. Pengambilan
keputusan berdasarkan pertimbangan yang matang karena pimpinan selalu
memakai konsep musyawarah dalam memutuskan segala sesuatunya dan dalam
situasi yang mendadak pimpinan juga mengambil keputusan tanpa konsultasi
dengan beberapa staffnya. Prinsip organisasi ini adalah penempatan orang sesuai
dengan kemampuan latar belakang pendidikan dan pengalaman kerja. Struktur
organisasi pada DAM Tirta Indragiri disusun berdasarkan fungsifungsi yang
dijalankan, yaitu:
82
Gambar 2.1. Struktur Organisasi PDAM Tirta Indragiri
Sumber: PDAM Tirta Indragiri Tembilahan, 2017
83
Dari gambar struktur organisasi Perusahaan Daerah Air Minum Tirta
Indragiri Kabupaten Indragiri Hilir, maka sudah terlihat dengan jelas tentang tugas
dan tanggung jawab dari setiap unit kerja. Oleh karena itu untuk memajukan
perusahaan, maka setiap unit kerja yang telah dibentuk harus lah menjalankan
tugas dan tanggung jawab mereka masing-masing. Dan pimpinan setiap unit kerja
harus selalu memantau dan memberikan motivasi kerja yang baik kepada setiap
karyawan yang ada di bawahnya, sehingga karyawan bisa menjalankan pekerjaan
mereka dengan baik. Setiap pimpinan unit kerj harus bertanggung jawab kepada
pimpinan yang ada di perusahaan tersebut, sehingga kinerja masing-masing unit
kerja dapat dipantau dan tujuan perusahaan dapat tercapai dengan efisien dan
efektif.
susunan organisasi yang ada pada perusahaan daerah air minum (PDAM)
Tirta Indragiri Tembilahan adalah sebagai berikut:
1. Bagian Pengawas terdiri dari:
a. Ketua merangkap anggota
b. Sekretaris merangkap anggota
c. Anggota-anggota
tugas dari bagian pengawas ini adalah untuk melakukan pengawasan terhadap
kinerja perusahaan maupun manajerial, dan memberikan pertanggung jawaban
kepada Bupati Indragiri Hilir, selaku pemegang kekuasaan tertinggi dalam
organisasi tersebut.
2. Dewan Direksi terdiri dari:
a. Direktur utama
84
b. Direktur bidang umum
c. Direktur bidang teknik
Dewan Direksi bertugas untuk melakukan evaluasi terhadap pelaksanaan
manajemen dan kegiatan perusahaan, dan membuat laporan pertanggung
jawaban kepada badan pengawas dan Bupati Indragiri.
3. Direktur Umum terdiri dari:
a. Bagian pembukuan
1) Sub Bagian Pembukuan
Bertugas untuk menjaga keuangan perusahaan, dan menyusun laporan
keuangan perusahaan.
2) Sub Bagian Pengolahan Rekening
Bertugas untuk menjaga rekening keuangan perusahaan, seperti
rekening pembayaran konsumen, dan pengeluaran perusahaan.
b. Bagian Kas Dan Penagihan
1) Sub Bagian Keuangan
Sub Bagian Keuangan ini bertugas untuk memantau kondisi pemasukan
keuangan perusahaan dari pembayaran konsumen.
2) Sub bagian Penagihan
Sub Bagian Penagihan ini bertugas untuk melakukan pemantauan dan
penagihan terhadap tunggakan pembayaran yang dilakukan oleh
konsumen
c. Bagian Umum
1) Sub Bagian Personalia
85
Bertugas untuk melakukan pemantauan kinerja karyawan dan
melakukan peningkatan mutu karyawan, serta melakukan pengadaan
karyawan.
2) Sub bagian Adm Umum dan Gudang
bertugas untuk melakukan pengawasan terhadap ketersediaan sarana
prasarana pendukung kerja, dan perlengkapan lainnya yang
berhubungan dengan pelaksaaan pemberian pelayanan air minum
kepada konsumen.
4. Direktur Teknik terdiri dari:
a. Bagian Langganan
1) Sub Bagian Pelayanan Langganan
Bertugas untuk melakukan pelayanan terhadap keluhan konsumen
terhadap pelayanan pengadaan air minum untuk konsumen.
2) Sub Bagian Pencatatan Meter
Bertugas untuk melakukan pencatatan penggunaan air yang digunakan
oleh konsumen dan mengawasi terhadap kecurangan yang dilakukan
oleh konsumen.
b. Bagian Produksi dan Distribusi
1) Sub Bagian Produksi
Bertugas untuk mengawasi kualitas air yang tersedia dan melakukan
pengawasan terhadap ketersediaan air.
2) Sub Bagian Laboratorium
Bertugas untuk melakukan pengujian terhadap kualitas air yang
disalurkan kepada konsumen.