BAB II TINJAUAN TEORITIS 2.1 Persepsi
Transcript of BAB II TINJAUAN TEORITIS 2.1 Persepsi
12
BAB II
TINJAUAN TEORITIS
2.1 Persepsi
Persepsi adalah interpretasi manusia terhadap
lingkungan melalui proses informasi yang diterima (Wilson
D, 2000). Dalam teori King, Ia mendefinisikan persepsi
sebagai representasi realitas masing-masing orang.
Representasi ini mencakup : mengambil energi dari
lingkungan yang diorganisasi oleh informasi, mengubah
energi, memproses informasi, menyimpan informasi dan
memberikan informasi dalam perilaku nyata. Untuk
memahami arti persepsi, seseorang harus melakukan
pendekatan melalui karakteristik individu yang
mempersepsikan situasi yang mempunyai makna. Makna
merupakan kerangka penjabaran dari persepsi, ingatan
dan tindakan. Oleh karena itu, persepsi memegang
peranan penting dalam kehidupan secara umum dimana
kita dapat mengumpulkan data dari informasi tentang diri
sendiri, kebutuhan manusia, serta lingkungan di sekitar
kita.
Persepsi menurut Sunaryo (2002) adalah proses
pengorganisasian, penginterpretasian terhadap
13
rangsangan yang diterima oleh organisme atau individu
sehingga merupakan sesuatu yang berarti dan merupakan
aktivitas yang integrated dalam diri individu tersebut.
Selain itu Rangkuti (2002) mengatakan persepsi adalah
proses bagaimana individu memilih, mengorganisasikan,
dan menginterpretasikan masukan serta informasi untuk
menciptakan gambaran dunia yang memiliki arti. Dengan
demikian persepsi dapat diartikan sebagai proses
diterimanya rangasangan melalui panca indra yang
didahului oleh perhatian sehingga individu mampu
mengetahui, mengartikan, dan menghayati tentang hal
yang diamati atau dilakukan, baik yang ada diluar maupun
dalam diri individu. Manusia secara umum menerima
informasi dari lingkungan lewat proses yang sama, oleh
karena itu dalam memahami persepsi harus ada proses di
mana ada informasi yang di peroleh lewat memori
organisme yang hidup. Fakta ini memudahkan
peningkatan persepsi individu, adanya stimulus yang
mempengaruhi individu yang mencetuskan suatu
pengalaman dari organisme, sehingga timbul berpikir yang
dalam proses perseptual merupakan proses yang paling
tinggi (Hill G, 2000).
14
Menurut Bennet (Luanaigh, 2008) persepsi adalah
proses kognitif yang dialami oleh setiap orang dalam
memahami informasi tentang lingkungannya melalui
indera, dan tiap-tiap orang dapat memberikan arti yang
berbeda. Ini dapat dipengaruhi oleh: (1) Tingkat
pengetahuan dan pendidikan seseorang, (2) faktor pada
pemersepsi dan atau pihak pelaku persepsi, (3) faktor
obyek atau target yang dipersepsikan dan (4) faktor situasi
dimana persepsi itu dilakukan. Dari pihak pelaku persepsi
dipengaruhi oleh karakteristik pribadi seperti sikap,
motivasi, kepentingan atau minat, pengalaman dan
pengharapan.
A. Macam-Macam Persepsi
Persepsi terbagi menjadi dua yaitu: External
perception dan Self-perception. External perception yaitu
persepsi yang terjadi karena adanya rangsang yang
datang dari luar diri individu. Sedangkan self-perception,
yaitu persepsi yang terjadi karena adanya rangsang yang
berasal dari dalam diri individu.
Faktor-Faktor Yang Mempengaruhi External perception
dan Self-perception (Wilson, 2000)
15
a) Faktor External perception:
− Concreteness, yaitu wujud atau gagasan yang
abstrak yang sulit di persepsikan dibandingkan
dengan yang objektif.
− Novelty atau hal yang baru, biasanya lebih menarik
untuk dipersepsikan dibandingkan dengan hal-hal
yang lama.
− Velocity atau percepatan misalnya gerak yang
cepat untuk menstimulasi munculnya persepsi lebih
efektif dibandingkan dengan gerakan yang lambat.
− Conditioned stimuli, stimulus yang di kondisikan
seperti bel pintu, deringan telepon dan lain lain.
b) Faktor Self-perception
− Motivation: misalnya merasa lelah menstimulasi
untuk berespon terhadap istirahat.
− Interest, hal hal yang menarik lebih di perhatikan
daripada yang tidak menarik.
− Need, kebutuhan akan hal tertentu akan menjadi
pusat perhatian.
− Assumptions, juga mempengaruhi persepsi sesuai
dengan pengalaman melihat dan merasakan.
16
B. Proses Persepsi
Menurut Sunaryo (2002) persepsi melewati tiga proses
yaitu:
1. Proses fisik (kealaman); adanya objek yang
diikuti oleh stimulus melalui reseptor atau alat
indera.
2. Proses fisiologis; adanya stimulus respon saraf
sensoris menuju ke otak
3. Proses psikologis; proses dalam otak sehingga
seseorang menyadari stimulus yang diterima.
Secara umum dapat digambarkan sebagai berikut:
Bagan 1. Proses persepsi
Objek Stimulus Reseptor
Saraf Sensorik Otak
Saraf motorik
Persepsi
17
C. Gangguan Persepsi (Dispersepsi)
Sunaryo (2002) mengatakan gangguan persepsi atau
yang dikenal dengan dispersepsi adalah kesalahan atau
gangguan persepsi. Penyebabnya bermacam-macam
diantaranya karena gangguan otak akibat kerusakan otak,
keracunan, obat halusinogenik; gangguan jiwa, seperti
emosi tertentu yang dapat menyebabkan ilusi, psikologis
yang dapat menyebabkan halusinasi; dan pengaruh
lingkungan sosial-budaya yang berbeda menimbulkan
gangguan persepsi.
2.2 Persepsi Perawat
Manusia secara umum menerima informasi dari
lingkungan lewat proses yang sama. Sama halnya dengan
seorang perawat, ketika menerima suatu rangsangan
berupa stimulus dari lingkungan dimana perawat berada,
maka secara langsung akan timbul pemikiran yang dalam
proses perseptual merupakan proses yang paling tinggi.
Oleh karena itu dalam memahami persepsi harus ada
proses di mana ada informasi yang di peroleh lewat memori
organisme yang hidup. Seperti dalam teori King yang
mengatakan bahwa persepsi adalah sebagai representasi
realitas masing-masing orang; representasi ini mencakup:
18
mengambil energi dari lingkungan yang diorganisasi oleh
informasi, mengubah energi, memproses informasi,
menyimpan informasi dan memberikan informasi dalam
perilaku nyata. Sama halnya dengan realitas seorang
perawat, ketika ada stimulus berupa informasi, maka
perawat akan memproses informasi tersebut, menyimpan
informasi dan berusaha memberikan informasi melalui
tindakan atau perilaku nyata kepada pasien, keluarga,
masyarakat (Christensen, 2009). Hal ini juga sesuai dengan
tahapan dalam proses keperawatan di mana perawat dan
pasien saling mengumpulkan data, kemudian data tersebut
akan memberikan nilai yang bermakna serta dapat
dipergunakan untuk memberikan asuhan keperawatan
(Bastable. 2002).
Faktor-faktor yang mempengaruhi persepsi seorang
perawat sama dengan faktor-faktor pada persepsi secara
umumnya yaitu external perception dan self-perception
(Wilson, 2000) (Ratih A, 2008). External perception yaitu
persepsi yang terjadi karena adanya rangsang yang datang
dari luar diri individu. Sedangkan self-perception, yaitu
persepsi yang terjadi karena adanya rangsang yang
berasal dari dalam diri individu.
19
2.3 Peran Perawat
Peran menurut Liliweri (2002) adalah tingkah laku
yang diharapkan oleh orang lain terhadap seseorang
sesuai dengan posisi atau kedudukannya dalam suatu
sistem. Dalam melakukan peran, seseorang diharapkan
memiliki pemahaman dasar yang diperlukan mengenai
prinsip, dalam menjalankan tanggungjawab secara efisien
dan efektif dalam suatu sistem tertentu (Bastable. 2002).
Sedangkan pengertian perawat menurut Undang-Undang
Kesehatan No 23, 1992 menyebutkan bahwa Perawat
adalah mereka yang memiliki kemampuan dan
kewenangan melakukan tindakan keperawatan
berdasarkan ilmu yang dimilikinya yang diperoleh melalui
pendidikan keperawatan.
Perawat dalam menjalankan perannya, dipengaruhi
oleh keadaan sosial baik dari dalam maupun dari luar
profesi keperawatan yang bersifat konstan. Adapun
peran-peran perawat sejak Lokakarya Nasional
Keperawatan 1983 (Retno, 2011), peran perawat di
Indonesia disepakati sebagai:
1. Peran Pelaksana (care giver) yaitu memberikan
pelayanan kesehatan kepada individu, keluarga,
20
kelompok maupun masyarakat berupa asuhan
keperawatan yang komprehensif meliputi pemberian
asuhan keperawatan, memberikan bantuan langsung
pada individu/pasien dan keluarga/masyarakat yang
mengalami masalah terkait dengan kebutuhan
keamanan.
2. Peran Educator dimana pembelajaran merupakan
dasar dari Health Education yang berhubungan
dengan semua tahap kesehatan dan tingkat
pencegahan. Perawat harus mampu memberikan
pendidikan kesehatan pada pasien dan keluarga
dalam hal pencegahan penyakit, pemulihan dari
penyakit, menyusun program Health Education serta,
memberikan informasi yang tepat tentang kesehatan.
3. Pengamat Kesehatan dalam hal perawat
melaksanakan monitoring terhadap perubahan yang
terjadi pada individu, keluarga, kelompok dan
masyarakat yang menyangkut masalah kesehatan
melalui kunjungan rumah, pertemuan, observasi serta
pengumpulan data.
4. Role Model yaitu perilaku yg ditampilkan perawat
dapat dijadikan panutan atau contoh bagi individu,
21
keluarga, masyarakat atau lingkungan dimana perawat
berada.
5. Peran koordinator pelayanan kesehatan yaitu perawat
mengkoordinir seluruh kegiatan upaya pelayanan
kesehatan masyarakat dalam lingkup rumah sakit,
puskesmas, maupun tempat layanan kesehatan
lainnya dalam mencapai tujuan kesehatan malalui
kerjasama dengan tim kesehatan lain sehingga
pelayanan yang diberikan merupakan kegiatan yang
menyeluruh.
6. Peran Koordinasi dimana perawat melakukan
koordinasi terhadap semua pelayanan kesehatan yang
diterima oleh keluarga, dan bekerja sama dengan
keluarga dalam perencanaan pelayanan keparawatan
serta sebagai penghubung dengan institusi pelayanan
kesehatan lain, supervisi terhadap askep yg
dilaksanakan anggota tim.
7. Peran Pembaharu dimana perawat dapat berperan
sebagai inovator terhadap individu, keluarga dan
masyarakat dalam merubah perilaku dan pola hidup yg
berkaitan dengan pelaksanaan dan pemeliharaan
kesehatan.
22
8. Peran pengorganisir pelayanan kesehatan, dimana
perawat memberikan motivasi untuk meningkatkan
keikutsertaan individu, keluarga dan kelompok dalam
setiap upaya pelayanan kesehatan yang dilaksanakan
di masyarakat.
9. Peran Fasilitator dimana perawat merupakan tempat
bertanya bagi masyarakat untuk memecahkan
masalah kesehatan. Diharapkan perawat dapat
memberikan solusi mengatasi masalah kesehatan
yang dihadapi.
10. Modifikasi lingkungan, perawat harus dapat
memodifikasi lingkungan baik lingkungan rumah sakit,
maupun lingkungan masyarakat agar tercipata
lingkungan yang sehat dalam menunjang pemenuhan
kebutuhan keamanan.
11. Peneliti, dimana perawat berperan dalam
pengembangan ilmu kesehatan khusunya
keperawatan dalam hal menuju arah yang lebih baik.
2.4 Peran Perawat Sebagai Educator
Perawat pada dasarnya merupakan seorang guru dan
agen informasi kesehatan tanpa memandang lingkungan
23
tempat ia berada. Pengajaran dianggap sebagai suatu
komponen pokok praktik keperawatan pada perawatan
pasien yang sehat atau sakit, selain itu juga dapat
dilakukan pada keluarga dalam hal yang mendampingi
pasien selama menjalani perawatan di rumah sakit. Agar
perawat dapat bertindak sesuai perannya sebagai
educator pada pasien dan keluarga, maka perawat harus
memiliki pemahaman yang mendalam tentang prinsip-
prinsip pengajaran dan pembelajaran. Selain itu tingkat
pengetahuan didalam domain kognitif seorang perawat
sangatlah penting. Domain kognitif adalah hasil “tahu” dan
ini terjadi seorang melakukan penginderaan terhadap
suatu objek tertentu. Penginderaan terjadi melalui
pancaindera seseorang. Kognitif merupakan domain yang
sangat penting untuk membentuk tindakan seseorang
(overt behavior). Tingkat pengetahuan mempunyai enam
tingkatan antara lain: tahu (know), memahami
(comprehension), aplikasi (application), analisis (analysis),
sintesis (synthesis), evaluasi (evaluation) (Bastable, 2002).
24
A. Pentingnya Peran Perawat Sebagai Educator
Pentingnya peran perawat sebagai educator menurut
Bastable (2002) adalah sebagai berikut:
a) Pengembangan program-program pendidikan
kesehatan yang efektif untuk membantu individu
mengenali dan mengubah perilaku yang beresiko;
untuk menggunakan dan mempertahankan praktik-
praktik kesehatan yang protektif, dan untuk
memanfaatkan sistem pemberian perawatan
kesehatan yang tepat. Hal tersebut membawa dampak
positif bagi pencegahan berjangkitnya penyakit pada
penyakit menular dan kecacatan dini yang dapat
dicegah, dan semua masyarakat akan dibantu
menjalani kehidupan yang lebih sehat dan produktif.
b) Minat yang terus diperlihatkan oleh perawat dalam
mendefinisikan peran, kerangka pengetahuan, dan
keahlian mereka sendiri difokuskan pada pendidikan
pasien sebagai pusat dari praktik keperawatan.
c) Dalam layanan kesehatan, pasien sebagai konsumen
menuntut peningkatan pengetahuan dan keterampilan
mengenai cara merawat diri mereka sendiri dan cara
mencegah penyakit. Dengan makin tingginya
25
kesadaran dan pengetahuan manusia tentang
masalah-masalah perawatan kesehatan, maka mereka
(pasien dan keluarga) perlu mendapatkan informasi
yang tepat dari seorang perawat.
d) Pemulangan dari rumah sakit lebih dini memaksa
pasien dan keluarga untuk lebih bertanggungjawab
dalam mengatasi penyakit mereka sendiri. Pengajaran
pada pasien dan keluarga dari perawat dapat
memfasilitasi respons adaptif terhadap penyakit.
Perawat berada pada posisi kunci untuk melaksanakan
pendidikan kesehatan, karena perawat merupakan
pemberi perawatan kesehatan yang mengadakan kontak
secara berkesinambungan dengan pasien dan keluarga
dan biasanya menjadi sumber informasi yang paling dapat
diakses oleh pasien dan keluarga tersebut. Oleh karena itu
pengajaran pada pasien dan keluarga menjadi fungsi yang
lebih penting lagi dalam lingkup praktik keperawatan.
Perawat dianggap sebagai perantara
informasi/pendidik yang dapat membuat perbedaan
penting pada cara pasien dan keluarga mengatasi
penyakitnya, cara pasien dan keluarga mendapat manfaat
26
dari pendidikan yang ditujukan untuk pencegahan penyakit
dan promosi kesehatan. Tanggung jawab perawat untuk
memberikan perawatan kepada konsumen dapat dipenuhi
sebagian melalui pendidikan yang didasarkan pada
prinsip-prinsip pengajaran dan pembelajaran yang kuat.
Kunci untuk memberikan pendidikan yang efektif pada
pasien dan keluarga adalah perhatian dan komitmen
perawat yang konsisten dengan perannya sebagai
educator/pendidik.
B. Faktor-faktor yang mempengaruhi perawat dalam
menjalankan peran Educator (Lasmito: 2009)
1. Pemahaman atau persepsi perawat mengenai
pendidikan kesehatan itu sendiri pada pasien dan
keluarga.
2. Pemahaman perawat mengenai manfaat pendidikan
kesehatan pada pasien dan keluarga.
3. Pemahaman perawat mengenai pelaksanaan pendidikan
kesehatan (persiapan memberikan pendidikan
kesehatan bagi pasien dan keluarga).
27
4. Pandangan perawat tentang hambatan dari pasien dan
keluarga yang mengganggu perawat dalam menjalankan
perannya sebagai educator
5. Pandangan dari perawat mengenai hambatan dari
perawat sendiri yang mengganggu perawat dalam
menjalankan perannya sebagai educator.
2.5 Pasien dan Keluarga
A. Pasien
Pasien adalah setiap orang yang melakukan
konsultasi masalah kesehatannya untuk memperoleh
pelayanan kesehatan yang diperlukan, baik secara
langsung maupun tidak langsung di Rumah Sakit (Pasal
1 ayat (4) UU 44/2009 Tentang Rumah Sakit). Selain itu
teori Henderson (Asmadi, 2005) menyatakan bahwa
pasien adalah sebagai individu yang membutuhkan
bantuan untuk meraih kesehatan dan kebebasan atau
kematian yang damai. Henderson mengidentifikasi 14
kebutuhan dasar pasien, yang terdiri dari komponen-
komponen penanganan perawatan. Hal ini termasuk
kebutuhan untuk:
1. Bernapas secara normal
28
2. Makan dan minum yang cukup
3. Membuang kotoran tubuh
4. Bergerak menjaga posisi yang diinginkan
5. Tidur dan istirahat
6. Memilih pakaian yang sesuai
7. Menjaga suhu badan tetap dalam batas normal
dengan menyesuaikan pakaian dan mengubah
lingkungan
8. Menjaga tubuh tetap bersih dan terawat dengan baik
dan melindungi integument.
9. Menghindar dari bahaya dalam lingkungan dan
yang bisa melukai
10. Berkomunikasi dengan orang lain dalam
mengungkapkan emosi, kebutuhan, rasa takut
atau pendapat pendapat
11. Beribadah sesuai keyakinan seseorang.
12. Bekerja dengan suatu cara yang mengandung unsur
prestasi
13. Bermain atau terlibat dalam beragam bentuk
rekreasi.
14. Belajar, mengetahui, atau memuaskan rasa
penasaran yang menuntut pada perkembangan
29
normal dan kesehatan serta menggunakan fasilitas-
fasilitas kesehatan yang tersedia.
Menurut Henderson, ke-14 kebutuhan dasar yang harus
menjadi fokus tersebut dipengaruhi oleh: usia, kondisi
emosional (mood & temperamen), latar belakang sosial dan
budaya., kondisi fisik dan mental, termasuk berat badan,
kemampuan dan ketidakmampuan sensorik, kemampuan dan
ketidakmampuan lakomotif, dan status mental seorang pasien.
Adapun asumsi-asumsi tentang pasien menurut teori
Henderson adalah:
1. Pasien harus mampu mempertahankan
keseimbangan fisiologis dan emosional.
2. Perasaan dan tubuh pasien adalah sesuatu yang
tidak dapat terpisahkan.
3. Pasien harus dibantu agar dapat mandiri.
4. Pasien dan keluarga adalah satu kesatuan.
5. Kebutuhan pasien harus dapat terpenuhi dengan
ke-14 komponen dari keperawatan.
Henderson menjelaskan mengenai hubungan antara
pasien dan perawat adalah sebagai berikut :
1. Perawat sebagai pengganti pasien (substitute). Pada
saat pasien sakit, perawat menggantikan peran untuk
30
membantu memenuhi kebutuhan pasien yang
diakibatkan oleh karena kehilangan kekuatan fisik,
ketidakmauan dan kurangnya pengetahuan. Henderson
mengungkapkan bahwa "Perawat adalah kesadaran bagi
ketidaksadaran, kehidupan bagi kematian, tangan bagi
orang yang teramputasi, mata bagi orang buta, pemberi
kehangatan bagi bayi, serta juru bicara bagi orang bisu."
2. Perawat sebagai pembantu pasien (helper). Selama
kondisi tidak sadar, perawat membantu pasien
menemukan kemandiriannya. Henderson mengatakan
"Kemandirian adalah suatu hal yang relatif, tidak satupun
kita tidak bergantung pada orang lain, tetapi kita
mencoba memberi kemandirian dalam kesehatan, bukan
ketergantungan dalam kesakitan".
3. Perawat sebagai teman pasien (partner). Sebagai
partner, pasien dan perawat bersama-sama
memformulasikan rencana keperawatan kebutuhan
dasar yang didiagnosis, dimodifikasi sesuai kondisi, usia,
temperamen, emosi, status sosial, kebudayaan, dan
kapasitas intelektual pasien. Perawat juga harus dapat
mengatur lingkungan sekitar bila diperlukan. Henderson
percaya "Perawat yang tahu reaksi fisiologis dan
31
patologis dari perubahan temperatur, pencahayaan,
tekanan gas, bau, kebisingan, bau zat kimia, dan
organisme akan mengorganisasikan lingkungan dan
memaksimalkan fungsi fasilitas yang ada," Perawat dan
pasien harus selalu bekerja sama untuk mencapai
tujuan, baik dalam mencapai kemandirian atau kematian
yang tenang. Salah satu tujuan perawat adalah menjaga
aktifitas sehari-hari pasien senormal mungkin.
Peningkatan status kesehatan adalah tujuan penting dari
perawatan.
B. Keluarga
Friedman (Christensen, 1996) mendefinisikan bahwa
keluarga adalah kumpulan dua orang atau lebih yang hidup
bersama dengan keterikatan aturan dan emosional, dan
individu mempunyai peran masing-masing yang merupakan
bagian dari keluarga. Selain itu, menurut UU No. 10 tahun
1992 tentang perkembangan kependudukan dan
pembangunan keluarga sejahtera, keluarga adalah unit
terkecil dari masyarakat yang terdiri dari suami, istri dan
anak-anak. Kedua pengertian di atas mempunyai
persamaan bahwa dalam keluarga terdapat ikatan
32
perkawinan dan hubungan darah yang tinggal bersama
dalam satu atap (serumah) dengan peran masing-masing
serta keterikatan sosial (Suprajitno. 2003).
C. Adapun bentuk-bentuk keluarga adalah sebagai berikut:
Menurut Hariyanto (2005).
a) Keluarga inti (konjugal) yaitu keluarga yang menikah,
sebagai orang tua atau pemberi nafkah. Keluarga inti
terdiri dari suami, istri dan anak-anak kandung, anak
adopsi atau keduanya.
b) Keluarga orientasi (keluarga asal) yaitu unit keluarga
yang didalamnya seseorang dilahirkan.
c) Keluarga besar yaitu keluarga inti dan orang-orang yang
berhubungan (oleh darah), yang paling lazim menjadi
anggota keluarga orientasi yaitu salah satu teman
keluarga inti. Berikut ini termasuk sanak keluarga,
kakek/nenek, tante, paman dan sepupu.
D. Struktur keluarga
Menurut Friedman (1998) (Supartini, 2002) struktur
keluarga terdiri atas pola dan proses komunikasi.
1. Pola interaksi keluarga yang berfungsi:
33
a. Bersifat terbuka dan jujur
b. Selalu menyelesaikan konflik keluarga
c. Berpikiran positif
d. Tidak mengulangi isu dan pendapat sendiri
2. Karakteristik komunikasi keluarga yang berfungsi :
a. Karakteristik pengirim :
− Yakin dalam mengemukakan sesuatu atau
pendapat
− Apa yang disampaikan jelas dan berkualitas
− Selalu meminta dan menerima umpan yang baik
b. Karakteristik penerima :
− Siap mendengarkan
− Memberikan umpan balik
− Melakukan validasi
E. Fungsi keluarga
Lima fungsi dasar keluarga menurut Friedman (1998)
adalah :
1. Fungsi Afektif : Anggota keluarga merasa kebutuhan -
kebutuhan individu lain dalam keluarga, orang tua
(suami/ istri) mampu menggambarkan kebutuhan-
kebutuhan; persoalan - persoalan lain dari anak-anak
34
mereka dan pasangannya; mereka saling menghormati
satu sama lain, serta mereka saling mendukung satu
sama lain.
2. Fungsi sosialisasi : Sosialisasi di mulai sejak lahir,
keluarga merupakan tempat individu belajar
bersosialisasi. Keberhasilan perkembangan individu dan
keluarga dicapai melalui interaksi atau hubungan antar
anggota keluarga yang di wujudkan dalam sosialisasi.
Anggota keluarga belajar disiplin, belajar tentang norma,
budaya, dan perilaku melalui hubungan interaksi dalam
keluarga.
3. Fungsi reproduksi : Keluarga berfungsi untuk
meneruskan kelangsungan keturunan dan menambah
sumber daya manusia.
4. Fungsi ekonomi : Sejauh mana keluarga memenuhi
kebutuhan sandang, pangan dan papan, dan sejauh
mana keluarga memanfaatkan sumber yang ada di
masyarakat dalam upaya peningkatan status kesehatan
keluarga.
5. Fungsi perawatan keluarga : Keyakinan -keyakinan,
nilai-nilai dan perilaku keluarga terhadap kesehatan,
definisi keluarga tentang tingkat pengetahuan mereka.