BAB II TINJAUAN TEORITIS 2.1 Persepsi

23
12 BAB II TINJAUAN TEORITIS 2.1 Persepsi Persepsi adalah interpretasi manusia terhadap lingkungan melalui proses informasi yang diterima (Wilson D, 2000). Dalam teori King, Ia mendefinisikan persepsi sebagai representasi realitas masing-masing orang. Representasi ini mencakup : mengambil energi dari lingkungan yang diorganisasi oleh informasi, mengubah energi, memproses informasi, menyimpan informasi dan memberikan informasi dalam perilaku nyata. Untuk memahami arti persepsi, seseorang harus melakukan pendekatan melalui karakteristik individu yang mempersepsikan situasi yang mempunyai makna. Makna merupakan kerangka penjabaran dari persepsi, ingatan dan tindakan. Oleh karena itu, persepsi memegang peranan penting dalam kehidupan secara umum dimana kita dapat mengumpulkan data dari informasi tentang diri sendiri, kebutuhan manusia, serta lingkungan di sekitar kita. Persepsi menurut Sunaryo (2002) adalah proses pengorganisasian, penginterpretasian terhadap

Transcript of BAB II TINJAUAN TEORITIS 2.1 Persepsi

Page 1: BAB II TINJAUAN TEORITIS 2.1 Persepsi

12

BAB II

TINJAUAN TEORITIS

2.1 Persepsi

Persepsi adalah interpretasi manusia terhadap

lingkungan melalui proses informasi yang diterima (Wilson

D, 2000). Dalam teori King, Ia mendefinisikan persepsi

sebagai representasi realitas masing-masing orang.

Representasi ini mencakup : mengambil energi dari

lingkungan yang diorganisasi oleh informasi, mengubah

energi, memproses informasi, menyimpan informasi dan

memberikan informasi dalam perilaku nyata. Untuk

memahami arti persepsi, seseorang harus melakukan

pendekatan melalui karakteristik individu yang

mempersepsikan situasi yang mempunyai makna. Makna

merupakan kerangka penjabaran dari persepsi, ingatan

dan tindakan. Oleh karena itu, persepsi memegang

peranan penting dalam kehidupan secara umum dimana

kita dapat mengumpulkan data dari informasi tentang diri

sendiri, kebutuhan manusia, serta lingkungan di sekitar

kita.

Persepsi menurut Sunaryo (2002) adalah proses

pengorganisasian, penginterpretasian terhadap

Page 2: BAB II TINJAUAN TEORITIS 2.1 Persepsi

13

rangsangan yang diterima oleh organisme atau individu

sehingga merupakan sesuatu yang berarti dan merupakan

aktivitas yang integrated dalam diri individu tersebut.

Selain itu Rangkuti (2002) mengatakan persepsi adalah

proses bagaimana individu memilih, mengorganisasikan,

dan menginterpretasikan masukan serta informasi untuk

menciptakan gambaran dunia yang memiliki arti. Dengan

demikian persepsi dapat diartikan sebagai proses

diterimanya rangasangan melalui panca indra yang

didahului oleh perhatian sehingga individu mampu

mengetahui, mengartikan, dan menghayati tentang hal

yang diamati atau dilakukan, baik yang ada diluar maupun

dalam diri individu. Manusia secara umum menerima

informasi dari lingkungan lewat proses yang sama, oleh

karena itu dalam memahami persepsi harus ada proses di

mana ada informasi yang di peroleh lewat memori

organisme yang hidup. Fakta ini memudahkan

peningkatan persepsi individu, adanya stimulus yang

mempengaruhi individu yang mencetuskan suatu

pengalaman dari organisme, sehingga timbul berpikir yang

dalam proses perseptual merupakan proses yang paling

tinggi (Hill G, 2000).

Page 3: BAB II TINJAUAN TEORITIS 2.1 Persepsi

14

Menurut Bennet (Luanaigh, 2008) persepsi adalah

proses kognitif yang dialami oleh setiap orang dalam

memahami informasi tentang lingkungannya melalui

indera, dan tiap-tiap orang dapat memberikan arti yang

berbeda. Ini dapat dipengaruhi oleh: (1) Tingkat

pengetahuan dan pendidikan seseorang, (2) faktor pada

pemersepsi dan atau pihak pelaku persepsi, (3) faktor

obyek atau target yang dipersepsikan dan (4) faktor situasi

dimana persepsi itu dilakukan. Dari pihak pelaku persepsi

dipengaruhi oleh karakteristik pribadi seperti sikap,

motivasi, kepentingan atau minat, pengalaman dan

pengharapan.

A. Macam-Macam Persepsi

Persepsi terbagi menjadi dua yaitu: External

perception dan Self-perception. External perception yaitu

persepsi yang terjadi karena adanya rangsang yang

datang dari luar diri individu. Sedangkan self-perception,

yaitu persepsi yang terjadi karena adanya rangsang yang

berasal dari dalam diri individu.

Faktor-Faktor Yang Mempengaruhi External perception

dan Self-perception (Wilson, 2000)

Page 4: BAB II TINJAUAN TEORITIS 2.1 Persepsi

15

a) Faktor External perception:

− Concreteness, yaitu wujud atau gagasan yang

abstrak yang sulit di persepsikan dibandingkan

dengan yang objektif.

− Novelty atau hal yang baru, biasanya lebih menarik

untuk dipersepsikan dibandingkan dengan hal-hal

yang lama.

− Velocity atau percepatan misalnya gerak yang

cepat untuk menstimulasi munculnya persepsi lebih

efektif dibandingkan dengan gerakan yang lambat.

− Conditioned stimuli, stimulus yang di kondisikan

seperti bel pintu, deringan telepon dan lain lain.

b) Faktor Self-perception

− Motivation: misalnya merasa lelah menstimulasi

untuk berespon terhadap istirahat.

− Interest, hal hal yang menarik lebih di perhatikan

daripada yang tidak menarik.

− Need, kebutuhan akan hal tertentu akan menjadi

pusat perhatian.

− Assumptions, juga mempengaruhi persepsi sesuai

dengan pengalaman melihat dan merasakan.

Page 5: BAB II TINJAUAN TEORITIS 2.1 Persepsi

16

B. Proses Persepsi

Menurut Sunaryo (2002) persepsi melewati tiga proses

yaitu:

1. Proses fisik (kealaman); adanya objek yang

diikuti oleh stimulus melalui reseptor atau alat

indera.

2. Proses fisiologis; adanya stimulus respon saraf

sensoris menuju ke otak

3. Proses psikologis; proses dalam otak sehingga

seseorang menyadari stimulus yang diterima.

Secara umum dapat digambarkan sebagai berikut:

Bagan 1. Proses persepsi

Objek Stimulus Reseptor

Saraf Sensorik Otak

Saraf motorik

Persepsi

Page 6: BAB II TINJAUAN TEORITIS 2.1 Persepsi

17

C. Gangguan Persepsi (Dispersepsi)

Sunaryo (2002) mengatakan gangguan persepsi atau

yang dikenal dengan dispersepsi adalah kesalahan atau

gangguan persepsi. Penyebabnya bermacam-macam

diantaranya karena gangguan otak akibat kerusakan otak,

keracunan, obat halusinogenik; gangguan jiwa, seperti

emosi tertentu yang dapat menyebabkan ilusi, psikologis

yang dapat menyebabkan halusinasi; dan pengaruh

lingkungan sosial-budaya yang berbeda menimbulkan

gangguan persepsi.

2.2 Persepsi Perawat

Manusia secara umum menerima informasi dari

lingkungan lewat proses yang sama. Sama halnya dengan

seorang perawat, ketika menerima suatu rangsangan

berupa stimulus dari lingkungan dimana perawat berada,

maka secara langsung akan timbul pemikiran yang dalam

proses perseptual merupakan proses yang paling tinggi.

Oleh karena itu dalam memahami persepsi harus ada

proses di mana ada informasi yang di peroleh lewat memori

organisme yang hidup. Seperti dalam teori King yang

mengatakan bahwa persepsi adalah sebagai representasi

realitas masing-masing orang; representasi ini mencakup:

Page 7: BAB II TINJAUAN TEORITIS 2.1 Persepsi

18

mengambil energi dari lingkungan yang diorganisasi oleh

informasi, mengubah energi, memproses informasi,

menyimpan informasi dan memberikan informasi dalam

perilaku nyata. Sama halnya dengan realitas seorang

perawat, ketika ada stimulus berupa informasi, maka

perawat akan memproses informasi tersebut, menyimpan

informasi dan berusaha memberikan informasi melalui

tindakan atau perilaku nyata kepada pasien, keluarga,

masyarakat (Christensen, 2009). Hal ini juga sesuai dengan

tahapan dalam proses keperawatan di mana perawat dan

pasien saling mengumpulkan data, kemudian data tersebut

akan memberikan nilai yang bermakna serta dapat

dipergunakan untuk memberikan asuhan keperawatan

(Bastable. 2002).

Faktor-faktor yang mempengaruhi persepsi seorang

perawat sama dengan faktor-faktor pada persepsi secara

umumnya yaitu external perception dan self-perception

(Wilson, 2000) (Ratih A, 2008). External perception yaitu

persepsi yang terjadi karena adanya rangsang yang datang

dari luar diri individu. Sedangkan self-perception, yaitu

persepsi yang terjadi karena adanya rangsang yang

berasal dari dalam diri individu.

Page 8: BAB II TINJAUAN TEORITIS 2.1 Persepsi

19

2.3 Peran Perawat

Peran menurut Liliweri (2002) adalah tingkah laku

yang diharapkan oleh orang lain terhadap seseorang

sesuai dengan posisi atau kedudukannya dalam suatu

sistem. Dalam melakukan peran, seseorang diharapkan

memiliki pemahaman dasar yang diperlukan mengenai

prinsip, dalam menjalankan tanggungjawab secara efisien

dan efektif dalam suatu sistem tertentu (Bastable. 2002).

Sedangkan pengertian perawat menurut Undang-Undang

Kesehatan No 23, 1992 menyebutkan bahwa Perawat

adalah mereka yang memiliki kemampuan dan

kewenangan melakukan tindakan keperawatan

berdasarkan ilmu yang dimilikinya yang diperoleh melalui

pendidikan keperawatan.

Perawat dalam menjalankan perannya, dipengaruhi

oleh keadaan sosial baik dari dalam maupun dari luar

profesi keperawatan yang bersifat konstan. Adapun

peran-peran perawat sejak Lokakarya Nasional

Keperawatan 1983 (Retno, 2011), peran perawat di

Indonesia disepakati sebagai:

1. Peran Pelaksana (care giver) yaitu memberikan

pelayanan kesehatan kepada individu, keluarga,

Page 9: BAB II TINJAUAN TEORITIS 2.1 Persepsi

20

kelompok maupun masyarakat berupa asuhan

keperawatan yang komprehensif meliputi pemberian

asuhan keperawatan, memberikan bantuan langsung

pada individu/pasien dan keluarga/masyarakat yang

mengalami masalah terkait dengan kebutuhan

keamanan.

2. Peran Educator dimana pembelajaran merupakan

dasar dari Health Education yang berhubungan

dengan semua tahap kesehatan dan tingkat

pencegahan. Perawat harus mampu memberikan

pendidikan kesehatan pada pasien dan keluarga

dalam hal pencegahan penyakit, pemulihan dari

penyakit, menyusun program Health Education serta,

memberikan informasi yang tepat tentang kesehatan.

3. Pengamat Kesehatan dalam hal perawat

melaksanakan monitoring terhadap perubahan yang

terjadi pada individu, keluarga, kelompok dan

masyarakat yang menyangkut masalah kesehatan

melalui kunjungan rumah, pertemuan, observasi serta

pengumpulan data.

4. Role Model yaitu perilaku yg ditampilkan perawat

dapat dijadikan panutan atau contoh bagi individu,

Page 10: BAB II TINJAUAN TEORITIS 2.1 Persepsi

21

keluarga, masyarakat atau lingkungan dimana perawat

berada.

5. Peran koordinator pelayanan kesehatan yaitu perawat

mengkoordinir seluruh kegiatan upaya pelayanan

kesehatan masyarakat dalam lingkup rumah sakit,

puskesmas, maupun tempat layanan kesehatan

lainnya dalam mencapai tujuan kesehatan malalui

kerjasama dengan tim kesehatan lain sehingga

pelayanan yang diberikan merupakan kegiatan yang

menyeluruh.

6. Peran Koordinasi dimana perawat melakukan

koordinasi terhadap semua pelayanan kesehatan yang

diterima oleh keluarga, dan bekerja sama dengan

keluarga dalam perencanaan pelayanan keparawatan

serta sebagai penghubung dengan institusi pelayanan

kesehatan lain, supervisi terhadap askep yg

dilaksanakan anggota tim.

7. Peran Pembaharu dimana perawat dapat berperan

sebagai inovator terhadap individu, keluarga dan

masyarakat dalam merubah perilaku dan pola hidup yg

berkaitan dengan pelaksanaan dan pemeliharaan

kesehatan.

Page 11: BAB II TINJAUAN TEORITIS 2.1 Persepsi

22

8. Peran pengorganisir pelayanan kesehatan, dimana

perawat memberikan motivasi untuk meningkatkan

keikutsertaan individu, keluarga dan kelompok dalam

setiap upaya pelayanan kesehatan yang dilaksanakan

di masyarakat.

9. Peran Fasilitator dimana perawat merupakan tempat

bertanya bagi masyarakat untuk memecahkan

masalah kesehatan. Diharapkan perawat dapat

memberikan solusi mengatasi masalah kesehatan

yang dihadapi.

10. Modifikasi lingkungan, perawat harus dapat

memodifikasi lingkungan baik lingkungan rumah sakit,

maupun lingkungan masyarakat agar tercipata

lingkungan yang sehat dalam menunjang pemenuhan

kebutuhan keamanan.

11. Peneliti, dimana perawat berperan dalam

pengembangan ilmu kesehatan khusunya

keperawatan dalam hal menuju arah yang lebih baik.

2.4 Peran Perawat Sebagai Educator

Perawat pada dasarnya merupakan seorang guru dan

agen informasi kesehatan tanpa memandang lingkungan

Page 12: BAB II TINJAUAN TEORITIS 2.1 Persepsi

23

tempat ia berada. Pengajaran dianggap sebagai suatu

komponen pokok praktik keperawatan pada perawatan

pasien yang sehat atau sakit, selain itu juga dapat

dilakukan pada keluarga dalam hal yang mendampingi

pasien selama menjalani perawatan di rumah sakit. Agar

perawat dapat bertindak sesuai perannya sebagai

educator pada pasien dan keluarga, maka perawat harus

memiliki pemahaman yang mendalam tentang prinsip-

prinsip pengajaran dan pembelajaran. Selain itu tingkat

pengetahuan didalam domain kognitif seorang perawat

sangatlah penting. Domain kognitif adalah hasil “tahu” dan

ini terjadi seorang melakukan penginderaan terhadap

suatu objek tertentu. Penginderaan terjadi melalui

pancaindera seseorang. Kognitif merupakan domain yang

sangat penting untuk membentuk tindakan seseorang

(overt behavior). Tingkat pengetahuan mempunyai enam

tingkatan antara lain: tahu (know), memahami

(comprehension), aplikasi (application), analisis (analysis),

sintesis (synthesis), evaluasi (evaluation) (Bastable, 2002).

Page 13: BAB II TINJAUAN TEORITIS 2.1 Persepsi

24

A. Pentingnya Peran Perawat Sebagai Educator

Pentingnya peran perawat sebagai educator menurut

Bastable (2002) adalah sebagai berikut:

a) Pengembangan program-program pendidikan

kesehatan yang efektif untuk membantu individu

mengenali dan mengubah perilaku yang beresiko;

untuk menggunakan dan mempertahankan praktik-

praktik kesehatan yang protektif, dan untuk

memanfaatkan sistem pemberian perawatan

kesehatan yang tepat. Hal tersebut membawa dampak

positif bagi pencegahan berjangkitnya penyakit pada

penyakit menular dan kecacatan dini yang dapat

dicegah, dan semua masyarakat akan dibantu

menjalani kehidupan yang lebih sehat dan produktif.

b) Minat yang terus diperlihatkan oleh perawat dalam

mendefinisikan peran, kerangka pengetahuan, dan

keahlian mereka sendiri difokuskan pada pendidikan

pasien sebagai pusat dari praktik keperawatan.

c) Dalam layanan kesehatan, pasien sebagai konsumen

menuntut peningkatan pengetahuan dan keterampilan

mengenai cara merawat diri mereka sendiri dan cara

mencegah penyakit. Dengan makin tingginya

Page 14: BAB II TINJAUAN TEORITIS 2.1 Persepsi

25

kesadaran dan pengetahuan manusia tentang

masalah-masalah perawatan kesehatan, maka mereka

(pasien dan keluarga) perlu mendapatkan informasi

yang tepat dari seorang perawat.

d) Pemulangan dari rumah sakit lebih dini memaksa

pasien dan keluarga untuk lebih bertanggungjawab

dalam mengatasi penyakit mereka sendiri. Pengajaran

pada pasien dan keluarga dari perawat dapat

memfasilitasi respons adaptif terhadap penyakit.

Perawat berada pada posisi kunci untuk melaksanakan

pendidikan kesehatan, karena perawat merupakan

pemberi perawatan kesehatan yang mengadakan kontak

secara berkesinambungan dengan pasien dan keluarga

dan biasanya menjadi sumber informasi yang paling dapat

diakses oleh pasien dan keluarga tersebut. Oleh karena itu

pengajaran pada pasien dan keluarga menjadi fungsi yang

lebih penting lagi dalam lingkup praktik keperawatan.

Perawat dianggap sebagai perantara

informasi/pendidik yang dapat membuat perbedaan

penting pada cara pasien dan keluarga mengatasi

penyakitnya, cara pasien dan keluarga mendapat manfaat

Page 15: BAB II TINJAUAN TEORITIS 2.1 Persepsi

26

dari pendidikan yang ditujukan untuk pencegahan penyakit

dan promosi kesehatan. Tanggung jawab perawat untuk

memberikan perawatan kepada konsumen dapat dipenuhi

sebagian melalui pendidikan yang didasarkan pada

prinsip-prinsip pengajaran dan pembelajaran yang kuat.

Kunci untuk memberikan pendidikan yang efektif pada

pasien dan keluarga adalah perhatian dan komitmen

perawat yang konsisten dengan perannya sebagai

educator/pendidik.

B. Faktor-faktor yang mempengaruhi perawat dalam

menjalankan peran Educator (Lasmito: 2009)

1. Pemahaman atau persepsi perawat mengenai

pendidikan kesehatan itu sendiri pada pasien dan

keluarga.

2. Pemahaman perawat mengenai manfaat pendidikan

kesehatan pada pasien dan keluarga.

3. Pemahaman perawat mengenai pelaksanaan pendidikan

kesehatan (persiapan memberikan pendidikan

kesehatan bagi pasien dan keluarga).

Page 16: BAB II TINJAUAN TEORITIS 2.1 Persepsi

27

4. Pandangan perawat tentang hambatan dari pasien dan

keluarga yang mengganggu perawat dalam menjalankan

perannya sebagai educator

5. Pandangan dari perawat mengenai hambatan dari

perawat sendiri yang mengganggu perawat dalam

menjalankan perannya sebagai educator.

2.5 Pasien dan Keluarga

A. Pasien

Pasien adalah setiap orang yang melakukan

konsultasi masalah kesehatannya untuk memperoleh

pelayanan kesehatan yang diperlukan, baik secara

langsung maupun tidak langsung di Rumah Sakit (Pasal

1 ayat (4) UU 44/2009 Tentang Rumah Sakit). Selain itu

teori Henderson (Asmadi, 2005) menyatakan bahwa

pasien adalah sebagai individu yang membutuhkan

bantuan untuk meraih kesehatan dan kebebasan atau

kematian yang damai. Henderson mengidentifikasi 14

kebutuhan dasar pasien, yang terdiri dari komponen-

komponen penanganan perawatan. Hal ini termasuk

kebutuhan untuk:

1. Bernapas secara normal

Page 17: BAB II TINJAUAN TEORITIS 2.1 Persepsi

28

2. Makan dan minum yang cukup

3. Membuang kotoran tubuh

4. Bergerak menjaga posisi yang diinginkan

5. Tidur dan istirahat

6. Memilih pakaian yang sesuai

7. Menjaga suhu badan tetap dalam batas normal

dengan menyesuaikan pakaian dan mengubah

lingkungan

8. Menjaga tubuh tetap bersih dan terawat dengan baik

dan melindungi integument.

9. Menghindar dari bahaya dalam lingkungan dan

yang bisa melukai

10. Berkomunikasi dengan orang lain dalam

mengungkapkan emosi, kebutuhan, rasa takut

atau pendapat pendapat

11. Beribadah sesuai keyakinan seseorang.

12. Bekerja dengan suatu cara yang mengandung unsur

prestasi

13. Bermain atau terlibat dalam beragam bentuk

rekreasi.

14. Belajar, mengetahui, atau memuaskan rasa

penasaran yang menuntut pada perkembangan

Page 18: BAB II TINJAUAN TEORITIS 2.1 Persepsi

29

normal dan kesehatan serta menggunakan fasilitas-

fasilitas kesehatan yang tersedia.

Menurut Henderson, ke-14 kebutuhan dasar yang harus

menjadi fokus tersebut dipengaruhi oleh: usia, kondisi

emosional (mood & temperamen), latar belakang sosial dan

budaya., kondisi fisik dan mental, termasuk berat badan,

kemampuan dan ketidakmampuan sensorik, kemampuan dan

ketidakmampuan lakomotif, dan status mental seorang pasien.

Adapun asumsi-asumsi tentang pasien menurut teori

Henderson adalah:

1. Pasien harus mampu mempertahankan

keseimbangan fisiologis dan emosional.

2. Perasaan dan tubuh pasien adalah sesuatu yang

tidak dapat terpisahkan.

3. Pasien harus dibantu agar dapat mandiri.

4. Pasien dan keluarga adalah satu kesatuan.

5. Kebutuhan pasien harus dapat terpenuhi dengan

ke-14 komponen dari keperawatan.

Henderson menjelaskan mengenai hubungan antara

pasien dan perawat adalah sebagai berikut :

1. Perawat sebagai pengganti pasien (substitute). Pada

saat pasien sakit, perawat menggantikan peran untuk

Page 19: BAB II TINJAUAN TEORITIS 2.1 Persepsi

30

membantu memenuhi kebutuhan pasien yang

diakibatkan oleh karena kehilangan kekuatan fisik,

ketidakmauan dan kurangnya pengetahuan. Henderson

mengungkapkan bahwa "Perawat adalah kesadaran bagi

ketidaksadaran, kehidupan bagi kematian, tangan bagi

orang yang teramputasi, mata bagi orang buta, pemberi

kehangatan bagi bayi, serta juru bicara bagi orang bisu."

2. Perawat sebagai pembantu pasien (helper). Selama

kondisi tidak sadar, perawat membantu pasien

menemukan kemandiriannya. Henderson mengatakan

"Kemandirian adalah suatu hal yang relatif, tidak satupun

kita tidak bergantung pada orang lain, tetapi kita

mencoba memberi kemandirian dalam kesehatan, bukan

ketergantungan dalam kesakitan".

3. Perawat sebagai teman pasien (partner). Sebagai

partner, pasien dan perawat bersama-sama

memformulasikan rencana keperawatan kebutuhan

dasar yang didiagnosis, dimodifikasi sesuai kondisi, usia,

temperamen, emosi, status sosial, kebudayaan, dan

kapasitas intelektual pasien. Perawat juga harus dapat

mengatur lingkungan sekitar bila diperlukan. Henderson

percaya "Perawat yang tahu reaksi fisiologis dan

Page 20: BAB II TINJAUAN TEORITIS 2.1 Persepsi

31

patologis dari perubahan temperatur, pencahayaan,

tekanan gas, bau, kebisingan, bau zat kimia, dan

organisme akan mengorganisasikan lingkungan dan

memaksimalkan fungsi fasilitas yang ada," Perawat dan

pasien harus selalu bekerja sama untuk mencapai

tujuan, baik dalam mencapai kemandirian atau kematian

yang tenang. Salah satu tujuan perawat adalah menjaga

aktifitas sehari-hari pasien senormal mungkin.

Peningkatan status kesehatan adalah tujuan penting dari

perawatan.

B. Keluarga

Friedman (Christensen, 1996) mendefinisikan bahwa

keluarga adalah kumpulan dua orang atau lebih yang hidup

bersama dengan keterikatan aturan dan emosional, dan

individu mempunyai peran masing-masing yang merupakan

bagian dari keluarga. Selain itu, menurut UU No. 10 tahun

1992 tentang perkembangan kependudukan dan

pembangunan keluarga sejahtera, keluarga adalah unit

terkecil dari masyarakat yang terdiri dari suami, istri dan

anak-anak. Kedua pengertian di atas mempunyai

persamaan bahwa dalam keluarga terdapat ikatan

Page 21: BAB II TINJAUAN TEORITIS 2.1 Persepsi

32

perkawinan dan hubungan darah yang tinggal bersama

dalam satu atap (serumah) dengan peran masing-masing

serta keterikatan sosial (Suprajitno. 2003).

C. Adapun bentuk-bentuk keluarga adalah sebagai berikut:

Menurut Hariyanto (2005).

a) Keluarga inti (konjugal) yaitu keluarga yang menikah,

sebagai orang tua atau pemberi nafkah. Keluarga inti

terdiri dari suami, istri dan anak-anak kandung, anak

adopsi atau keduanya.

b) Keluarga orientasi (keluarga asal) yaitu unit keluarga

yang didalamnya seseorang dilahirkan.

c) Keluarga besar yaitu keluarga inti dan orang-orang yang

berhubungan (oleh darah), yang paling lazim menjadi

anggota keluarga orientasi yaitu salah satu teman

keluarga inti. Berikut ini termasuk sanak keluarga,

kakek/nenek, tante, paman dan sepupu.

D. Struktur keluarga

Menurut Friedman (1998) (Supartini, 2002) struktur

keluarga terdiri atas pola dan proses komunikasi.

1. Pola interaksi keluarga yang berfungsi:

Page 22: BAB II TINJAUAN TEORITIS 2.1 Persepsi

33

a. Bersifat terbuka dan jujur

b. Selalu menyelesaikan konflik keluarga

c. Berpikiran positif

d. Tidak mengulangi isu dan pendapat sendiri

2. Karakteristik komunikasi keluarga yang berfungsi :

a. Karakteristik pengirim :

− Yakin dalam mengemukakan sesuatu atau

pendapat

− Apa yang disampaikan jelas dan berkualitas

− Selalu meminta dan menerima umpan yang baik

b. Karakteristik penerima :

− Siap mendengarkan

− Memberikan umpan balik

− Melakukan validasi

E. Fungsi keluarga

Lima fungsi dasar keluarga menurut Friedman (1998)

adalah :

1. Fungsi Afektif : Anggota keluarga merasa kebutuhan -

kebutuhan individu lain dalam keluarga, orang tua

(suami/ istri) mampu menggambarkan kebutuhan-

kebutuhan; persoalan - persoalan lain dari anak-anak

Page 23: BAB II TINJAUAN TEORITIS 2.1 Persepsi

34

mereka dan pasangannya; mereka saling menghormati

satu sama lain, serta mereka saling mendukung satu

sama lain.

2. Fungsi sosialisasi : Sosialisasi di mulai sejak lahir,

keluarga merupakan tempat individu belajar

bersosialisasi. Keberhasilan perkembangan individu dan

keluarga dicapai melalui interaksi atau hubungan antar

anggota keluarga yang di wujudkan dalam sosialisasi.

Anggota keluarga belajar disiplin, belajar tentang norma,

budaya, dan perilaku melalui hubungan interaksi dalam

keluarga.

3. Fungsi reproduksi : Keluarga berfungsi untuk

meneruskan kelangsungan keturunan dan menambah

sumber daya manusia.

4. Fungsi ekonomi : Sejauh mana keluarga memenuhi

kebutuhan sandang, pangan dan papan, dan sejauh

mana keluarga memanfaatkan sumber yang ada di

masyarakat dalam upaya peningkatan status kesehatan

keluarga.

5. Fungsi perawatan keluarga : Keyakinan -keyakinan,

nilai-nilai dan perilaku keluarga terhadap kesehatan,

definisi keluarga tentang tingkat pengetahuan mereka.