Bab II Tinjauan Pustaka TUGAS...

13
Penanganan longsoran Badan Jalan Ruas Jalan Sangata – SP. Perdau Sta. 29 +200 Provinsi Kalimantan Timur Dengan Dinding Penahan Tanah Tipe Cantilever Ivan Anry / NIM.091135009 II - 1 BAB II TINJAUAN PUSTAKA II.1 Pengertian Gerakan tanah adalah suatu proses perpindahan massa tanah/batuan dengan arah tegak, mendatar atau miring dari kedudukan semula dikarenakan pengaruh gravitasi, arus air dan beban luar. Definisi gerakan tanah yang dimaksud tidak termasuk erosi, aliran lahar, amblesan, penurunan tanah karena konsolidasi dan pengembangan. Sedangkan Longsoran adalah suatu proses perpindahan massa tanah/batuan dengan arah miring dari kedudukan semula (sehingga terpisah dari massa yang mantap dikarenakan pengaruh gravitasi dengan jenis gerakan berbentuk rotasi dan translasi. Didalam gerakan tanah, digunakan klasifikasi untuk menyeragamkan istilah sehingga memudahkan pengenalan tipe gerakan tanah dan membantu dalam menentukan penyebab dan pemilihan cara penanggulangannya. Klasifikasi gerakan tanah ditetapkan berdasarkan : Jenis material dan batuan dasar. Jenis gerakan/mekanismenya dengan deskripsi lengkap mengenai bentuk bidang longsoran serta mengenai sifat lainnya seperti kedalaman, aktifitas atau kecepatannya. Daerah berpotensi longsor adalah daerah dimana kondisi terrain dan geologi tidak menguntungkan, sangat peka terhadap gangguan luar baik yang bersifat alami maupun aktivitas manusia yang merupakan faktor pemicu gerakan tanah. II.1.1 Prinsip Dasar Lereng Jalan dan Tipe lereng II.1.1.1 Lereng Alam Lereng alam (natural slope) adalah lereng yang terbentuk karena fenomena alam yang terjadi akibat dari proses geologi. Dalam konteks perencanaan teknik jalan, lereng alam sering dijumpai pada kawasan dengan topografi berbukit dan pegunungan, dimana posisi badan jalan berada pada elevasi tanah asli (existing

Transcript of Bab II Tinjauan Pustaka TUGAS...

Page 1: Bab II Tinjauan Pustaka TUGAS AKHIRdigilib.polban.ac.id/files/disk1/69/jbptppolban-gdl-ivananry09... · Gambar 2.1 Ilustrasi keberadaan lereng a (Buku Petunjuk Teknis Perencanaan

Penanganan longsoran Badan Jalan Ruas Jalan Sangata – SP. Perdau Sta. 29 +200Provinsi Kalimantan Timur Dengan Dinding Penahan Tanah Tipe Cantilever

Ivan Anry / NIM.091135009

II - 1

BAB II

TINJAUAN PUSTAKA

II.1 Pengertian

Gerakan tanah adalah suatu proses perpindahan massa tanah/batuan

dengan arah tegak, mendatar atau miring dari kedudukan semula dikarenakan

pengaruh gravitasi, arus air dan beban luar. Definisi gerakan tanah yang dimaksud

tidak termasuk erosi, aliran lahar, amblesan, penurunan tanah karena konsolidasi

dan pengembangan. Sedangkan Longsoran adalah suatu proses perpindahan massa

tanah/batuan dengan arah miring dari kedudukan semula (sehingga terpisah dari

massa yang mantap dikarenakan pengaruh gravitasi dengan jenis gerakan

berbentuk rotasi dan translasi. Didalam gerakan tanah, digunakan klasifikasi untuk

menyeragamkan istilah sehingga memudahkan pengenalan tipe gerakan tanah dan

membantu dalam menentukan penyebab dan pemilihan cara penanggulangannya.

Klasifikasi gerakan tanah ditetapkan berdasarkan :

Jenis material dan batuan dasar.

Jenis gerakan/mekanismenya dengan deskripsi lengkap mengenai bentuk

bidang longsoran serta mengenai sifat lainnya seperti kedalaman, aktifitas atau

kecepatannya.

Daerah berpotensi longsor adalah daerah dimana kondisi terrain dan

geologi tidak menguntungkan, sangat peka terhadap gangguan luar baik yang

bersifat alami maupun aktivitas manusia yang merupakan faktor pemicu gerakan

tanah.

II.1.1 Prinsip Dasar Lereng Jalan dan Tipe lereng

II.1.1.1 Lereng Alam

Lereng alam (natural slope) adalah lereng yang terbentuk karena fenomena

alam yang terjadi akibat dari proses geologi. Dalam konteks perencanaan teknik

jalan, lereng alam sering dijumpai pada kawasan dengan topografi berbukit dan

pegunungan, dimana posisi badan jalan berada pada elevasi tanah asli (existing

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

Page 2: Bab II Tinjauan Pustaka TUGAS AKHIRdigilib.polban.ac.id/files/disk1/69/jbptppolban-gdl-ivananry09... · Gambar 2.1 Ilustrasi keberadaan lereng a (Buku Petunjuk Teknis Perencanaan

Penanganan longsoran Badan Jalan Ruas Jalan Sangata – SP. Perdau Sta. 29 +200Provinsi Kalimantan Timur Dengan Dinding Penahan Tanah Tipe Cantilever

Ivan Anry / NIM.091135009

II - 2

ground) yang berada disisi sebuah bukit atau elevasi badan jalan berada pada

lereng bukit yang sebagian digali/dipotong untuk posisi badan jalan.

Gambar 2.1 Ilustrasi keberadaan lereng a (Buku Petunjuk Teknis Perencanaan dan Penanganan

Longsoran, Dirjen Bina Marga)

Gambar 2.2 Ilustrasi keberadaan lereng b (Buku Petunjuk Teknis Perencanaan dan Penanganan

Longsoran, Dirjen Bina Marga)

II.1.1.2 Lereng Buatan

Lereng buatan (man made slope) adalah lereng yang terjadi akibat

terbentuknya daerah galian atau daerah timbunan pada proses perencanaan

geometrik jalan. Lereng buatan dapat berbentuk lereng buatan dengan penanganan

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

Page 3: Bab II Tinjauan Pustaka TUGAS AKHIRdigilib.polban.ac.id/files/disk1/69/jbptppolban-gdl-ivananry09... · Gambar 2.1 Ilustrasi keberadaan lereng a (Buku Petunjuk Teknis Perencanaan

Penanganan longsoran Badan Jalan Ruas Jalan Sangata – SP. Perdau Sta. 29 +200Provinsi Kalimantan Timur Dengan Dinding Penahan Tanah Tipe Cantilever

Ivan Anry / NIM.091135009

II - 3

konstruksi, baik struktur maupun non struktur atau lereng buatan tanpa

penanganan konstruksi yaitu lereng yang hanya mengandalkan kemiringan dan

tinggi kritis berdasarkan karakteristik tanah pembentuk lereng tersebut. Secara

normatif lereng buatan dapat terjadi pada semua kondisi topografi, baik kondisi

datar, berbukit maupun pegunungan.

II.1.1.3 Lereng akibat galian

Dalam konteks perencanaan teknik jalan, lereng buatan akibat galian

terjadi sebagai konsekuensi dari tuntutan perencanaan geometrik jalan, dimana

elevasi badan jalan direncanakan berada dibawah elevasi tanah asli. Lereng buatan

akibat galian dapat terjadi pada semua bentuk kondisi topografi, baik pada kondisi

topografi datar, berbukit maupun pegunungan. Kemiringan dan penanganan

lereng buatan akibat galian secara normatif ditentukan oleh perencanaan

berdasarkan pertimbangan – pertimbangan teknis, mencakup kondisi gepmetri

jalan, kondisi topografi, karakteristik tanah, kondisi geologi, kondisi geoteknik,

sistem drainase dan kondisi lingkungan disekitarnya.

Gambar 2.3 Ilustrasi keberadaan lereng buatan akibat galian dalam konteks perencanaan teknis

jalan dimana permukaan badan jalan berada di bawah permukaan tanah asli (Buku

Petunjuk Teknis Perencanaan dan Penanganan Longsoran, Dirjen Bina Marga)

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

Page 4: Bab II Tinjauan Pustaka TUGAS AKHIRdigilib.polban.ac.id/files/disk1/69/jbptppolban-gdl-ivananry09... · Gambar 2.1 Ilustrasi keberadaan lereng a (Buku Petunjuk Teknis Perencanaan

Penanganan longsoran Badan Jalan Ruas Jalan Sangata – SP. Perdau Sta. 29 +200Provinsi Kalimantan Timur Dengan Dinding Penahan Tanah Tipe Cantilever

Ivan Anry / NIM.091135009

II - 4

II.1.1.4 Lereng akibat timbunan

Dalam perencanaan teknik jalan, lereng dibuatan akibat timbunan terjadi

sebagai konsekuensi dari tuntutan perencanaan geometrik jalan dimana elevasi

badan jalan direncanakan berada diatas elevasi tanah asli. Lereng buatan akibat

timbunan dapat terjadi pada semua bentuk kondisi topografi, baik pada kondisi

topografi datar, berbukit maupun pegunungan. Kemiringan dan penanganan

lereng buatan akibat timbunan secara normatif ditentukan oleh perencana

berdasarkan pertimbangan – pertimbangan teknis mencakup kondisi geometri

jalan, kondisi topografi, karakteristik tanah timbunan untuk badan jalan, kondisi

geologi, kondisi geoteknik, sistem drainase dan kondisi lingkungan sekitarnya.

Gambar 2.4 Ilustrasi keberadaan lereng bentukan/buatan akibat timbunan dalam konteks

perencanaan teknis jalan dimana permukaan badan jalan berada di bawah permukaan

tanah asli (Buku Petunjuk Teknis Perencanaan dan Penanganan Longsoran, Dirjen

Bina Marga)

Gerakan tanah atau longsoran adalah perpindahan massa tanah/batuan

pada arah tegak, mendatar atau miring dari kedudukan semula, termasuk juga

deformasi lambat atau jangka panjang dari suatu lereng yang biasa disebut

rayapan (creep). Difinisi yang dimaksud tidak termasuk aliran lahar dan

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

Page 5: Bab II Tinjauan Pustaka TUGAS AKHIRdigilib.polban.ac.id/files/disk1/69/jbptppolban-gdl-ivananry09... · Gambar 2.1 Ilustrasi keberadaan lereng a (Buku Petunjuk Teknis Perencanaan

Penanganan longsoran Badan Jalan Ruas Jalan Sangata – SP. Perdau Sta. 29 +200Provinsi Kalimantan Timur Dengan Dinding Penahan Tanah Tipe Cantilever

Ivan Anry / NIM.091135009

II - 5

amblesan/penurunan tanah (subsidence) yang diakibatkan proses konsolidasi atau

perbedaan kekuatan dari pondasi suatu bangunan.

Faktor-faktor yang dapat memperbesar kemungkinan terjadinya longsoran :

Pengaruh Eksternal

Hilangnya tahanan lateral, misal pembuatan lereng yang terlalu terjal, erosi.

Hilangnya tahanan bawah, misal larutnya lapisan batuan dibawah permukaan,

keruntuhan daya dukung, penggalian.

Penambahan massa, misalnya pembebanan pada lereng.

Penambahan tekanan lateral, misalnya mengembangnya tanah lempung

ekspansif.

Vibrasi, misalnya akibat gempa bumi, peledakan, lalulintas dll.

Pengaruh Internal

Pelapukan kimia dan mekanis dapat mengurangi ikatan mikroskopik antar

partikel tanah.

Air pori, dapat mengurangi tegangan efektif sehingga mengurangi kuat geser.

Aktivitas organik, penghilangan akar tumbuhan, dan lubang-lubang akibat

hewan tanah

II.2 Pergerakan Massa

Bergeraknya material tanah/batuan dalam bentuk padat disebut pergerakan

massa. Pergerakan massa ini analog dengan bergeraknya suatu blok pada bidang

miring. Apabila gaya akibat gravitasi (beban bergerak) melebihi kuat geser

penahan lereng, maka material akan bergerak.

Gambar 2.5 Analogi Gerakan Massa di Lereng (Buku Petunjuk Teknis Perencanaan dan

Penanganan Longsoran, Dirjen Bina Marga)

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

Page 6: Bab II Tinjauan Pustaka TUGAS AKHIRdigilib.polban.ac.id/files/disk1/69/jbptppolban-gdl-ivananry09... · Gambar 2.1 Ilustrasi keberadaan lereng a (Buku Petunjuk Teknis Perencanaan

Penanganan longsoran Badan Jalan Ruas Jalan Sangata – SP. Perdau Sta. 29 +200Provinsi Kalimantan Timur Dengan Dinding Penahan Tanah Tipe Cantilever

Ivan Anry / NIM.091135009

II - 6

Pergerakan massa tanah/batuan dapat digolongkan kedalam dua kelompok

seperti terlihat pada bagan berikut ini :

Gambar 2.6 Bagan Klasifikasi Pergerakan Massa Tanah/Batuan

II.2.1 Klasifikasi Berdasarkan Pola Pergerakan

Klasifikasi berdasarkan pola pergerakan terbagi kedalam tiga jenis, yaitu gelincir

(slide), jatuhan (fall), dan aliran (flow) :

II.2.1.1 Gelincir (Slide)

Gelincir terjadi apabila material yang jatuh masih memiliki kontak dengan

permukaan bidang gelincir. Jenis-jenis gelincir berupa translasi, rotasi dan

majemuk.

PERGERAKAN MASSABATUAN/TANAH

1. Gelincir (Slide)- Translasi- Rotasi- Kombinasi

2. Jatuhan (Fall)- Jatuh Bebas- Jungkiran

3. Aliran (Flow)- Aliran pada Bedrock- Aliran pada Tanah

POLAPERGERAKAN

1. Pergerakan Lambat(0.3m/tahun – 1,5m/tahun)- Creep- Soliflaction

2. Pergerakan Sedang(1.5m/tahun – 0.3m/menit)- Nendatan- Aliran Tanah/Lumpur- Longsoran Debris- Debris Avalanche- Aliran Debris

3. Pergerakan Cepat( > 0.3m/menit)- Rock Fall

KECEPATANPERGERAKAN

Sumber : Puslitbang Jalan & Jembatan (NSPM)

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

Page 7: Bab II Tinjauan Pustaka TUGAS AKHIRdigilib.polban.ac.id/files/disk1/69/jbptppolban-gdl-ivananry09... · Gambar 2.1 Ilustrasi keberadaan lereng a (Buku Petunjuk Teknis Perencanaan

Penanganan longsoran Badan Jalan Ruas Jalan Sangata – SP. Perdau Sta. 29 +200Provinsi Kalimantan Timur Dengan Dinding Penahan Tanah Tipe Cantilever

Ivan Anry / NIM.091135009

II - 7

Gelincir Translasi

Keruntuhan terjadi sepanjang zona lemah pada tanah, massa tanah dapat bergerak

jauh sebelum mencapai titik diamnya, umum terjadi pada tanah berbutir kasar.

Gambar 2.7 Tipe Keruntuhan Gelincir Translasi (Buku Petunjuk Teknis Perencanaan dan

Penanganan Longsoran, Dirjen Bina Marga)

Jenis keruntuhan translasi berupa bongkahan atau disebut juga gelincir baji

(wedge slides) terjadi ketika massa tanah atau batuan terpecah belah sepanjang

kekar-kekar (joints), sisipan (seams), rekahan (fissuress) atau zona lemah sebagai

akibat misalnya pembekuan air. Masa yang terpecah bergerak sebagai blok dan

bergerak turun dalam bentuk baji.

Gelincir Rotasi

a. Rotasi pada Batuan

Tipe ini dicirikan dengan adanya bentuk “sendok”, bagian lereng atas

terbentuk “gawir” melengkung dan dibagian tengah longsor terjadi bagian yang

labil dan nampak adanya gelombang tidak rata (bulging).

Jenis longsor sangat umum terjadi pada batuan serpih lapuk (shale-marine) atau

batuan lunak yang mengalami retakan kuat dan gerakannya adalah progresive

serta meliputi daerah yang cukup luas, sudut lereng alam antara 8o – 15o.

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

Page 8: Bab II Tinjauan Pustaka TUGAS AKHIRdigilib.polban.ac.id/files/disk1/69/jbptppolban-gdl-ivananry09... · Gambar 2.1 Ilustrasi keberadaan lereng a (Buku Petunjuk Teknis Perencanaan

Penanganan longsoran Badan Jalan Ruas Jalan Sangata – SP. Perdau Sta. 29 +200Provinsi Kalimantan Timur Dengan Dinding Penahan Tanah Tipe Cantilever

Ivan Anry / NIM.091135009

II - 8

b. Rotasi pada Tanah

Tipe ini dicirikan adanya bidang gelincir lengkung dan gerakan rotasi.

Penyebab utama adalah gaya-gaya rembesan air tanah atau kemiringan lereng

yang bertambah pada tanah residual. Bidang gelincir sangat tergantung dari

kondisi geologinya. Bidang gelincir yang dalam biasanya terjadi pada tanah

lempung lunak dan kenyal. Longsoran rotasi pada tanah koluvial biasanya

dangkal. Morfologi longsoran rotasi pada tanah dapat dilihat pada gambar

dibawah ini.

Gambar 2.8 Tipe Keruntuhan Gelincir Rotasi (Buku Petunjuk Teknis Perencanaan dan

Penanganan Longsoran, Dirjen Bina Marga)

Gelincir Majemuk

Tipe gelincir majemuk merupakan bentuk gabungan dari translasi dan rotasi. Tipe

ini sangat mungkin terjadi baik pada tanah maupun batuan lapuk. Banyak

terdapat pada deposit tanah residual, batuan serpih lapuk, dan batuan sedimen

lapuk lainnya.

Gambar 2.9 Tipe Keruntuhan Gelincir Majemuk (Buku Petunjuk Teknis Perencanaan dan

Penanganan Longsoran, Dirjen Bina Marga)

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

Page 9: Bab II Tinjauan Pustaka TUGAS AKHIRdigilib.polban.ac.id/files/disk1/69/jbptppolban-gdl-ivananry09... · Gambar 2.1 Ilustrasi keberadaan lereng a (Buku Petunjuk Teknis Perencanaan

Penanganan longsoran Badan Jalan Ruas Jalan Sangata – SP. Perdau Sta. 29 +200Provinsi Kalimantan Timur Dengan Dinding Penahan Tanah Tipe Cantilever

Ivan Anry / NIM.091135009

II - 9

II.2.1.2 Jatuhan (Fall)

Tipe longsoran yang termasuk dalam kategori jatuhan adalah jatuh bebas dan

jungkiran.

Jatuh Bebas

Material jatuh bebas dan kehilangan kontaknya dengan permukaan tanah,

pergerakan massa dalam jarak tertentu terjadi melalui udara.

Gambar 2.10 Tipe Keruntuhan Jatuhan (Buku Petunjuk Teknis Perencanaan dan Penanganan

Longsoran, Dirjen Bina Marga)

Jungkiran

Jungkiran terjadi ketika pergerakan sebagai akibat momen guling yang bekerja

pada suatu titik putar dibawah titik massa. Jungkiran ini terjadi pada batuan yang

mempunyai banyak kekar- kekar

b

w DC

BA

HWM

LWM

CD

B A B

E

Jungkiran batu Jungkiran bahan rombakan

b

Gambar 2.11 Tipe Keruntuhan Jungkiran (Buku Petunjuk Teknis Perencanaan dan Penanganan

Longsoran, Dirjen Bina Marga)

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

Page 10: Bab II Tinjauan Pustaka TUGAS AKHIRdigilib.polban.ac.id/files/disk1/69/jbptppolban-gdl-ivananry09... · Gambar 2.1 Ilustrasi keberadaan lereng a (Buku Petunjuk Teknis Perencanaan

Penanganan longsoran Badan Jalan Ruas Jalan Sangata – SP. Perdau Sta. 29 +200Provinsi Kalimantan Timur Dengan Dinding Penahan Tanah Tipe Cantilever

Ivan Anry / NIM.091135009

II - 10

II.2.1.3 Aliran (Flow)

Aliran melibatkan pergerakan material yang berperilaku plastis sampai

cair, ada dua jenis aliran, yaitu aliran pada bedrock dan pada tanah.

Aliran pada Bedrock

Flow termasuk deformasi yang terus menerus dan rangkak dalam.

Biasanya melibatkan rangkak dalam yang lambat dan perbedaan pergerakan

antara unit–unit yang utuh, pergerakan dapat berupa sepanjang permukaan geser

yang saling tidak berhubungan, menghasilkan lipatan, lenturan dan gembungan

dengan distribusi kecepatan mirip aliran fluida yang kental.

Aliran pada Tanah

Pergerakan pada material yang bergerak menyerupai fluida kental.

Permukaan gelincir dalam bidang material yang bergerak dapat berupa permukaan

tajam atau perbedaan pergerakan atau suatu zona distribusi geser. Rentang

pergerakan mulai dari sangat cepat dan sangat lambat.

R a y a p a n t a n a h

L a w i n a b a h a n r o m b a k a n

Gambar 2.12 Tipe Longsoran Aliran pada Tanah (Buku Petunjuk Teknis Perencanaan dan

Penanganan Longsoran, Dirjen Bina Marga)

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

Page 11: Bab II Tinjauan Pustaka TUGAS AKHIRdigilib.polban.ac.id/files/disk1/69/jbptppolban-gdl-ivananry09... · Gambar 2.1 Ilustrasi keberadaan lereng a (Buku Petunjuk Teknis Perencanaan

Penanganan longsoran Badan Jalan Ruas Jalan Sangata – SP. Perdau Sta. 29 +200Provinsi Kalimantan Timur Dengan Dinding Penahan Tanah Tipe Cantilever

Ivan Anry / NIM.091135009

II - 11

Ciri-ciri pergerakan aliran :

Longsor aliran terjadi ketika kondisi-kondisi internal dan eksternal

menyebabkan tanah berperilaku seperti liquid/cairan dan mengalir kebawah

meskipun kemiringan lerengnya landai.

Tanah yang mengalir bergerak ke berbagai arah dan tidak memiliki

permukaan keruntuhan yang terdefinisi secara jelas.

Permukaan keruntuhan berganda terbentuk dan berubah secara terus menerus

selama proses aliran ini terjadi.

II.2.2 Klasifikasi Berdasarkan Kecepatan Pergerakan

II.2.2.1 Pergerakan Lambat

Rangkak (Creep)

Pergerakan tanah terjadi sangat lambat dan kadang tidak terlihat secara

langsung. Tanda-tandanya antara lain adalah tiang-tiang dan pohon miring.

Solifluction

Jenis solifluction adalah pergerakan debris dalam kondisi jenuh.

II.2.2.2 Pergerakan Sedang

Nendatan (Slump)

Adalah pergerakan kebawah dan keluar, satuan atau beberapa satuan

tanah. Sering terjadi setelah kemiringan lereng diubah.

Slum p

Gambar 2.13 Tipe Pergerakan Nendatan (Buku Petunjuk Teknis Perencanaan dan Penanganan

Longsoran, Dirjen Bina Marga)

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

Page 12: Bab II Tinjauan Pustaka TUGAS AKHIRdigilib.polban.ac.id/files/disk1/69/jbptppolban-gdl-ivananry09... · Gambar 2.1 Ilustrasi keberadaan lereng a (Buku Petunjuk Teknis Perencanaan

Penanganan longsoran Badan Jalan Ruas Jalan Sangata – SP. Perdau Sta. 29 +200Provinsi Kalimantan Timur Dengan Dinding Penahan Tanah Tipe Cantilever

Ivan Anry / NIM.091135009

II - 12

Aliran Tanah/Lumpur (Earth Flows)

Adalah pergerakan yang lambat namun bisa dideteksi secara mudah. Hal

ini biasanya terjadi pada tanah yang memiliki kadar air terus bertambah maka

akan terjadi mud flow.

Longsoran Debris (Debris Slide)

Adalah pergerakan material tak terkonsolidasi yang relatif kering. Material

biasanya lebih besar dibanding material pada aliran tanah/lumpur. Debris adalah

kumpulan masa tanah, atau tanah tercampur fragmen batuan, yang berpindah

sepanjang permukaan datar yang miring agak curam. Longsoran debris ini terjadi

secara progressif dan akan berkembang menjadi “avalanche” atau aliran yang

tiba-tiba dapat meluncur cepat. Longsoran ini sering terjadi pada tanah colluvial

atau residual yang terletak diatas permukaan batuan dasar yang miring. Mula-

mula terjadi rekahan (tersier crack) yang mana akan bertambah lebar dan akhirnya

1 blok atau lebih akan meluncur kebawah. Kegiatan runtuhan ini akan terus

berjalan hingga mencapai daerah yang paling tinggi didaerah “upper slope”

(lereng atas).

Bedding or joint planes

Rock and Debris Slide

Gambar 2.14 Tipe Gerakan Debris Slide Pada Batuan (Buku Petunjuk Teknis Perencanaan dan

Penanganan Longsoran, Dirjen Bina Marga)

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

Page 13: Bab II Tinjauan Pustaka TUGAS AKHIRdigilib.polban.ac.id/files/disk1/69/jbptppolban-gdl-ivananry09... · Gambar 2.1 Ilustrasi keberadaan lereng a (Buku Petunjuk Teknis Perencanaan

Penanganan longsoran Badan Jalan Ruas Jalan Sangata – SP. Perdau Sta. 29 +200Provinsi Kalimantan Timur Dengan Dinding Penahan Tanah Tipe Cantilever

Ivan Anry / NIM.091135009

II - 13

Debris Avalanche

Debris avalanche adalah tipe perpindahan tanah/batuan yang sangat cepat

yang diawali dengan hancuran sepanjang permukaan runtuhan. Penyebab utama

adalah rembesan air tanah yang besar, curah hujan yang tinggi, gempa bumi atau

rayapan yang berkembang sedikit demi sedikit dari suatu lapisan batuan. Biasanya

kejadian runtuh tanpa ada tanda-tanda terlebih dahulu, dan tanpa bisa diduga.

Dampak kerusakan pada daerah yang sudah ada permukiman bisa menjadi sangat

parah. Umumnya terjadi pada daerah pegunungan dengan lereng curam dari tanah

residual.

Aliran Debris (Debris Flow)

Adalah sama seperti debris avalanche kecuali jumlah keairan cukup besar

untuk membawa debris mengalir seperti cairan kental (slurry). Penyebab utama

adalah curah hujan yang tinggi, erosi permukaan yang besar.

Aliran debris sering atau umumnya terjadi pada tebing-tebing sungai curam (steep

gullies).

II.2.2.3 Pergerakan Cepat

Pergerakan cepat misalnya jatuh bebas batuan (rock falls) yang

mengakibatkan terbentuknya akumulasi batuan pada dasar jurang, dan disebut

juga talus.

A n g le o f r e p o s e

T a lu s

R o c k a n d D e b r is F lo w

Gambar 2.15 Tipe Gerakan Jatuh Bebas Batuan (Buku Petunjuk Teknis Perencanaan dan

Penanganan Longsoran, Dirjen Bina Marga)