BAB II TINJAUAN PUSTAKA - sinta.unud.ac.id II.pdfNamun proses ini tidak begitu saja, melainkan...
Transcript of BAB II TINJAUAN PUSTAKA - sinta.unud.ac.id II.pdfNamun proses ini tidak begitu saja, melainkan...
8
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA
2.1 Pengetahuan
2.1.1 Definisi pengetahuan
Pengetahuan merupakan hasil mengingat suatu hal, termasuk mengingat
kembali kejadian yang pernah dialami baik secara sengaja maupun tidak sengaja dan
ini terjadi setelah orang melakukan kontak pengamatan terhadap suatu objek tertentu.
Menurut Soetriono (2007) pengetahuan merupakan aspek pokok untuk menentukan
perilaku seseorang untuk menyadari dan tidak, maupun untuk mengatur perilakunya
sendiri. Selain itu menurut Fitriani (2011) dalam Hariati (2013), menyatakan bahwa
pengetahuan merupakan hasil dari tahu, dan ini terjadi setelah orang melakukan
penginderaan terhadap suatu objek tertentu. Penginderaan terjadi melalui panca indera
manusia, yakni indera penglihatan, pendengaran, penciuman, rasa, dan raba.
Dari beberapa definisi pengetahuan diatas, pengetahuan dapat diartikan sebagai
hasil pemikiran seseorang tentang suatu objek (benda, sifat, maupun harapan) yang
diperoleh dari pengindraan seseorang terhadap objek tertentu (pengalaman indrawi),
maupun kegiatan lain yang dilakukan orang tersebut yang dapat mempengaruhi prilaku
seseorang.
2.1.2 Faktor – faktor yang mempengaruhi pengetahuan
Menurut Mubarak (2011) dalam Hariati (2013), ada tujuh faktor yang
mempengaruhi pengetahuan seseorang, yaitu :
a. Pendidikan
Pendidikan berarti bimbingan yang diberikan seseorang kepada orang lain agar
dapat memahami sesuatu hal. Semakin tinggi pendidikan seseorang, semakin
mudah pula mereka menerima informasi, dan pada akhirnya pengetahuan yang
dimilikinya akan semakin banyak pula. Menurut Amelia (2011) dalam
hubungannya dengan pelayanan kesehatan, bila seseorang mempunyai
pengetahuan dan pendidikan yang tinggi, maka akan mempercepat penerimaan
pesan-pesan, informasi yang disampaikan tentang manfaat dan jenis pelayanan
yang disediakan.
b. Pekerjaan
Lingkungan pekerjaan dapat membuat seseorang memperoleh pengalaman dan
pengetahuan, baik secara langsung maupun tidak langsung. Menurut penelitian
Hariati (2013) seorang ibu yang bekerja memiliki pergaulan, informasi dan
memiliki pengetahuan yang lebih baik. Hal ini dapat diartikan bahwa seseorang
yang memiliki pekerjaan yang sering berinteraksi dengan orang lain akan memiliki
lebih banyak pengetahuan bila dibandingkan dengan orang yang memiliki
pekerjaan tanpa ada interaksi dengan orang lain
c. Umur
Dengan bertambahnya umur seseorang maka orang tersebut akan mengalami
perubahan aspek fisik dan psikologis (mental). Perubahan aspek psikologis atau
mental seseorang akan membuat tarif berpikir seseorang menjadi semakin matang
dan dewasa. Semakin bertambah usia seseorang, maka akan semakin berkembang
pula daya tangkap dan pola pikirnya sehingga pengetahuan yang diperolehnya
semakin baik.
d. Minat
Minat sebagai suatu kecenderungan atau keinginan yang tinggi terhadap sesuatu.
Minat menjadikan seseorang untuk mencoba dan menekuni suatu hal, sehingga
seseorang memperoleh pengetahuan yang lebih mendalam.
e. Pengalaman
Pengalaman adalah suatu kejadian yang pernah dialami seseorang dalam
berinteraksi dengan lingkungannya. Jika seseorang memiliki pengalaman
menyenangkan, maka secara psikologis mampu menimbulkan kesan yang sangat
mendalam dan membekas dalam emosi kejiwaan seseorang. Pengalaman baik ini
akhirnya dapat membentuk sikap positif dalam kehidupan seseorang. Pengalaman
berkaitan dengan umur dan pendidikan seseorang. Semakin tinggi pendidikan dan
usia seseorang, maka pengalaman yang diperolehnya semakin luas dan banyak,
sehingga tingkat pengetahuannya akan semakin baik pula.
f. Kebudayaan lingkungan sekitar
Lingkungan sangat berpengaruh dalam pembentukan sikap seseorang.
Kebudayaan lingkungan tempat hidup seseorang dan dibesarkan mempunyai
pengaruh besar terhadap pembentukkan sikap orang tersebut. Menurut
Notoatmodjo (2007) dalam Kusumastuti (2010), kultur budaya dalam lingkungan
seseorang mempengaruhi tingkat pengetahuan karena berperan dalam menyaring
informasi baru agar sesuai dengan budaya yang ada dan agama yang dianut.
g. Informasi.
Kemudahan untuk memperoleh suatu informasi dapat mempercepat seseorang
memperoleh pengetahuan yang baru. Informasi yang didapat oleh seseorang akan
merangsang pikiran dan kemampuan seseorang serta menambah pengetahuan.
Sehingga semakin mudah dan semakin banyak informasi yang diperoleh seseorang
maka pengetahuan seseorang akan suatu hal akan semakin banyak. Menurut
penelitian Hariati (2013) menunjukan bahwa adanya pengaruh informasi dari
tenaga kesehatan terhadap pengetahuan ibu tentang penggunaan IUD Post
Plasenta. Hasil penelitian ini sesuai dengan teori yang disampaikan oleh Mubarak
(2011), bahwa kemudahan untuk memperoleh suatu informasi dapat mempercepat
seseorang memperoleh pengetahuan yang baru. Informasi yang didapat oleh
seseorang akan merangsang pikiran dan kemampuan seseorang serta menambah
pengetahuan.
2.2 Persepsi
2.2.1 Definisi persepsi
Menurut Wenburg dan Wilmot dalam Riswandi (2009) persepsi didefinisikan
sebagai cara organisme memberi makna. Selain itu menurut Bimo Welgito (2004)
dalam Nurmeilita (2010) persepsi adalah suatu proses yang didahuluai dengan proses
pengindraan, yaitu merupakan proses diterimanya stimulus oleh individu melalui alat
indera atau juga disebut proses sensoris. Namun proses ini tidak begitu saja, melainkan
stimulus tersebut diteruskan dan proses selanjutnya merupakan proses persepsi.
Persepsi juga diartikan sebagai inti komunikasi, sedangkan penafsiran (interpretasi)
merupakan inti persepsi, yang identik dengan penyandingan balik atau decoding
(Riswandi, 2009). Dan menurut beberapa ahli menyatakan bahwa persepsi
mengandung pengertian yang sangat luas, menyangkut intern dan ekstern.
Dari beberapa definisi persepsi atas, persepsi dapat diartikan sebagai kegiatan
individu dalam menafsirkan suatu subyek, obyek ataupun peristiwa karena adanya
stimulus yang diterima oleh panca indra yang dipengaruhi oleh faktor intern ataupun
ekstern dari individu tersebut.
2.2.2 Faktor yang mempengaruhi persepsi
Menurut Riswandi (2009), faktor yang mempengaruhi persepsi seseorang
terhadap suatu objek, terdiri dari:
1. Latar belakang pengalaman
Pengalaman merupakan suatu peristiwa yang pernah dialami oleh seseorang.
Selain mempengaruhi pengetahuan, pengalaman juga dapat mempengaruhi
persepsi seseorang terhadap suatu obyek atau stimulus yang diterimanya.
2. Latar belakang budaya
Budaya yang melekat pada diri seseorang seringkali mempengaruhi pola pikir
serta cara pandang seseorang terhadap sesuatu. Umumnya, seseorang
menganggap budaya yang selama ini diketahui dan dijalani sebagai pedoman
dalam memandang hal baru yang ditemui.
3. Latar belakang psikologis
Kondisi psikologis merupakan faktor internal dari diri individu yang
mempengaruhi persepsi. Persepsi dari individu yang sama dapat berbeda dalam
kondisi psikologis yang berbeda.
4. Latar belakang nilai, keyakinan, dan harapan
Nilai, keyakinan, dan harapan merupakan 3 (tiga) hal yang mendasari seseorang
dalam menafsirkan atau memandang sesuatu. Ketiga hal tersebut dapat
menyebabkan seseorang memiliki persepsi yang positif da dapat juga negatif.
5. Kondisi faktual alat-alat panca indera
Kondisi faktual yang diterima melalui panca indera menjadi dasar kuat bagi
seseorang dalam mempersepsikan sesuatu.
2.3 Jaminan Kesehatan Krama Badung (JKKB) Manguwaras
2.3.1 Definisi JKKB Manguwaras
Jaminan Kesehatan Karma Badung (JKKB) Manguwaras adalah jaminan
kesehatan yang diberikan kepada masyarakat Badung diluar tanggungan JKBM
(Pemerintah Kabupaten Badung,2013). Dengan kata lain JKKB Manguwaras
merupakan jaminan tambahan (komplementer) yang diberikan khusus bagi
masyarakat yang memiliki KTP Badung, yang sebelumnya telah menggunakan
pelayanan JKBM (lolos administrasi JKBM).
2.3.2 Pembiayaan JKKB Manguwaras
Pembiayaan pelayanan kesehatan pada Jaminan Kesehatan Krama Badung
(JKKB) Manguwaras dibayarkan sepenuhnya oleh pemerintah Kabupaten Badung
yang bersumber dari dana Anggaran Pendapatan Belanja Daerah (APBD) Kabupaten
Badung.
2.4 Jaminan Kesehatan Nasional
2.4.1 Definisi jaminan kesehatan nasional
Peraturan Presiden No. 12 Tahun 2013, menyatakan jaminan kesehatan adalah
jaminan berupa perlindungan kesehatan agar peserta memperoleh manfaat
pemeliharaan kesehatan dan perlindungan dalam memenuhi kebutuhan dasar
kesehatan yang diberikan kepada setiap orang yang telah membayar iuran atau
iurannya dibayar oleh pemerintah. Jaminan Kesehatan Nasional adalah jaminan berupa
perlindungan kesehatan yang diberikan kepada seluruh penduduk termasuk orang
asing yang bekerja lebih dari enam bulan dan wajib diikuti agar dapat memenuhi
kebutuhan dasar kesehatan yang diselenggarakan melalui mekanisme asuransi
kesehatan sosial yang bersifat wajib.
2.4.2 Sasaran jaminan kesehatan nasional
Berdasarkan Peraturan Presiden RI Nomor 12 tahun 2013 tentang Jaminan
Kesehatan pasal 2, disebutkan bahwa peserta jaminan kesehatan terdiri dari: Penerima
Bantuan Iuran (PBI) jaminan kesehatan dan bukan PBI jaminan kesehatan. Adapun
rincian dari kepesertaan JKN, meliputi:
1. Peserta PBI yaitu orang yang tergolong dalam fakir miskin dan orang yang tidak
mampu.
2. Pesserta non PBI yaitu peserta JKN yang tidak tergolong fakir miskin dan orang
tidak mampu termasuk juga WNA yang bekerja paling singkat selama 6 bulan
yang terdiri atas :
1. Pekerja penerima upah dan anggota keluarganya.
2. Pekerja bukan penerima upah dan anggota keluarganya
3. Bukan pekerja dan anggota keluarganya
4. Penerima pensiun
Anggota keluarga yang dimaksud diatas meliputi istri atau suami serta anak
yang sah dengan kriteria belum pernah menikah, tidak mempunyai penghasilan
sendiri, belum berusia 21 tahun atau belum berusia 25 tahun yang masih melanjutkan
pendidikan formal dengan batas maksimal anggota keluarga yang ditanggung adalah
5 orang. Namun peserta yang bukan PBI dapat juga mendaftarkan anggota keluarga
lain seperti ayah, ibu, anak ke empat, dll dengan membayar iuran tambahan
(Kemenkes,2013).
2.4.3 Persyaratan pendaftaran jaminan kesehatan nasional
Dalam Undang-Undang No. 24 Tahun 2011 tentang BPJS telah dijelaskan
persyaratan untuk menjadi peserta JKN yaitu dengan memberikan data mengenai diri
sendiri serta anggota keluarga secara lengkap dan benar baik untuk penduduk yang
tergolong PBI maupun bukan PBI. Data yang dimaksud paling sedikit berupa
asli/fotokopi KTP, asli/fotokopi KK, serta foto ukuran 3x4 sebanyak 2 lembar
(Kemenkes, 2013). Sementara untuk WNA, menurut BPJS Kesehatan (2013) data
yang dimaksud paling sedikit berupa Kartu Ijin Tinggal Sementara/Tetap
(KITAS/KITAP) serta foto ukuran 3x4. Namun untuk peserta bukan PBI, terdapat
beberapa data tambahan harus yang dipenuhi peserta sesuai dengan masing-masing
kelompok peserta yang diatur lebih lanjut dalam buku panduan layanan bagi peserta
BPJS Kesehatan.
2.4.4 Prosedur pendaftaran jaminan kesehatan nasional
Berdasarkan penelitian yang dilakukan oleh Dewi (2014) terkait tingkat
pengetahuan masyarakat mengenai JKN, aspek prosedur pendaftaran merupakan salah
satu dari dua aspek JKN yang tidak dipahami oleh masyarakat. Dimana sebanyak 99
responden (93,40%) memiliki tingkat pengetahuan kurang terkait prosedur
pendaftaran JKN. Dalam Peraturan Presiden No. 12 Tahun 2013, telah diatur prosedur
pendaftaran dalam JKN yang disesuaikan dengan kelompok peserta, yaitu :
a. Pemerintah mendaftarkan penduduk yang tergolong PBI sebagai peserta JKN
kepada BPJS Kesehatan.
b. Bagi masyarakat yang tergolong bukan PBI tetapi merupakan pekerja penerima
upah, pekerja didaftarkan oleh pemberi kerja. Namun berdasarkan Peraturan
Pemerintah Nomor 12 Tahun 2013 bila pemberi kerja tidak mendaftarkan
pekerjanya kepada BPJS Kesehatan, pekerja yang bersangkutan dapat
mendaftarkan dirinya sebagai peserta jaminan kesehatan.
c. Bagi pekerja bukan penerima upah wajib mendaftarkan diri dan keluarganya
secara sendiri-sendiri atau berkelompok sebagai peserta JKN kepada BPJS
Kesehatan dengan membayar iuran; Menurut Kemenkes (2013), prosedur
pendaftaran untuk yang mendaftar secara mandiri dilakukan dengan tahapan
sebagai berikut:
1. Datang ke kantor BPJS terdekat kemudian mengisi Formulir Daftar
Isian Peserta (FDIP) dan menunjukkan persyaratan pendaftaran yang
diperlukan kepada petugas.
2. Setelah itu peserta akan mendapatkan nomor kode pendaftaran (virtual
account) dan melakukan pembayaran tahap awal sesuai dengan besar
iuran yang ditentukan di kantor pos, ATM atau Bank (BNI, BRI, dan
Mandiri)
3. Selanjutnya peserta menyetorkan bukti pembayaran diperoleh ke BPJS
Kesehatan baru kemudian peserta mendapatkan kartu JKN sebagai
identitas kepesertaan.
2.4.5 Besaran iuran jaminan kesehatan nasional
Iuran merupakan sejumlah uang yang dibayarkan secara teratur oleh peserta,
pemberi kerja, dan/atau pemerintah untuk program jaminan kesehatan. Berdasarkan
Peraturan Presiden No 111 Tahun 2013, besaran JKN juga disesuaikan dengan
golongan kepesertaan dengan perincian sebagai berikut:
1. Untuk iuran PBI yang dibayarkan oleh pemerintah yaitu sebesar Rp 19.225,00
(sembilan belas ribu dua ratus dua puluh lima rupiah) per bulan per orang.
2. Untuk peserta bukan PBI yang masuk golongan pekerja penerima upah di
instansi pemerintah beserta anggota keluarga yang ditanggung, iuran yang
ditetapkan ialah sebesar 5% dari gaji atau upah per bulan dengan ketentuan
3% dibayar oleh pemberi kerja (pemerintah) dan 2% dibayar oleh peserta.
Kemudian untuk pekerja penerima upah di instansi swasta beserta anggota
keluarga yang ditanggung, iuran yang ditetapkan ialah sebesar 4,5% dari gaji
atau upah per bulan dengan ketentuan 4% dibayar oleh pemberi kerja dan
0,5% dibayar oleh peserta pada periode 1 Januari 2014 sampai dengan 30 Juni
2015. Namun, mulai tanggal 1 Juli 2015 iuran dirubah menjadi 5% dengan
ketentuan 4% dibayar oleh pemberi kerja dan 1% dibayar oleh peserta.
Sementara untuk pekerja penerima upah yang mengikutsertakan anggota
keluarga tambahan, iuran yang ditetapkan ialah sebesar 1% dari gaji atau upah
peserta pekerja penerima upah per orang per bulan yang dibayar oleh peserta.
3. Untuk iuran peserta bukan PBI yang tergolong bukan penerima upah dan
bukan pekerja (kecuali penerima pensiun pemerintah, veteran dan perintis
kemerdekaan) yang dibayar oleh yang bersangkutan. Besarnya iuran yang
dibayarkan digolongkan dalam 3 (tiga) kategori yang disesuaikan dengan
kemampuan peserta membayar, yang terdiri dari:
a. Sebesar Rp 25.500,00 (dua puluh lima ribu lima ratus rupiah) per orang
per bulan dengan manfaat pelayanan di ruang perawatan kelas III.
b. Sebesar Rp 42.500,00 (empat puluh dua ribu lima ratus rupiah) per
orang per bulan dengan manfaat pelayanan di ruang perawatan kelas II.
c. Sebesar Rp. 59.500,00 (lima puluh sembilan ribu lima ratus rupiah) per
orang per bulan dengan manfaat pelayanan di ruang perawatan kelas I.
4. Untuk peserta bukan PBI yang tergolong bukan pekerja (penerima pensiun
pemerintahan), iuran yang ditetapkan adalah sebesar 5% dari besaran pensiun
pokok dan tunjangan keluarga yang diterima per bulan dengan kententuan 3%
dibayar oleh pemerintah dan 2% dibayar oleh penerima pensiun. Sementara
untuk bukan pekerja (veteran dan perintis kemerdekaan) iurannya adalah
sebesar 5% dari 45% gaji pokok PNS golongan ruang III/a dengan masa kerja
empat belas tahun per bulan yang dibayar oleh pemerintah.
2.4.6 Prosedur pembayaran iuran jaminan kesehatan nasional
Berdasarkan penelitian yang dilakukan oleh Dewi (2014) terkait tingkat
pengetahuan masyarakat mengenai JKN, aspek prosedur pembayaran iuran
merupakan salah satu dari dua aspek JKN yang diteliti yang paling banyak tidak
diketahui oleh responden. Dimana sebanyak 100 orang (94,34%) responden memiliki
tingkat pengetahuan kurang. Untuk Prosedur pembayaran iuran Jaminan Kesehatan
Nasional telah diatur dalam Peraturan Presiden No. 111 Tahun 2013. Dimana dalam
melakukan pembayaran iuran terdapat beberapa prosedur yang harus dilakukan, yaitu:
a. Iuran untuk peserta bukan PBI golongan pekerja penerima upah, pembayaran
dilakukan dengan melakukan pemotongan gaji pekerja oleh pemberi kerja
sesuai dengan besaran yang telah ditentukan. Pemberi kerja wajib memungut
iuran dari pekerjanya, membayar iuran yang menjadi tanggung jawabnya dan
menyetorkan iuran tersebut ke BPJS paling lambat tanggal 10 setiap bulannya.
b. Iuran untuk peserta bukan PBI golongan pekerja bukan penerima upah dan
bukan pekerja, pembayaran dilakukan dengan menyetorkan iuran paling
lambat tanggal 10 setiap bulannya kepada BPJS Kesehatan dan dapat
dilakukan diawal untuk lebih dari satu bulan.
2.4.7 Tempat memproleh pelayanan kesehatan jaminan kesehatan nasional
Penyelenggara pelayanan kesehatan meliputi semua Fasilitas Kesehatan yang
menjalin kerja sama dengan BPJS Kesehatan baik fasilitas kesehatan milik Pemerintah,
Pemerintah Daerah, dan swasta yang memenuhi persyaratan melalui proses kredensialing dan
rekredensialing. Menurut BPJS Kesehatan (2013), fasilitas kesehatan tersebut terdiri
dari:
a. Fasilitas kesehatan tingkat pertama untuk mendapatkan pelayanan kesehatan
tingkat pertama yang terdiri dari puskesmas, fasilitas kesehatan milik
TNI/PORLI, praktek dokter umum bersama/pribadi, klinik umum, praktek
dokter gigi.
b. Fasilitas kesehatan tingkat lanjutan untuk mendapatkan pelayanan kesehatan
tingkat lanjut dari fasilitas tingkat pertama yang terdiri dari RSU, RSUP,
RSUD, RS Umum TNI/PORLI, RS Umum Swasta, RS Khusus (jantung,
kanker, paru, mata, bersalin, kusta, jiwa, dan lainnya yang telah terakreditasi),
RS Bergerak, RS Lapangan dan balai kesehatan khusus (paru, mata, KIA, dan
jiwa).
c. Fasilitas kesehatan penunjang yang merupakan jejaring dari fasilitas
kesehatan tingkat pertama dan lanjutan untuk mendapat pelayanan kesehatan
tingkat pertama ataupun tingkat lanjut yang terdiri dari laboratorium
kesehatan, apotek, unit transfusi darah, serta optik.
2.4.8 Paket manfaat jaminan kesehatan nasional
Berdasarkan Peraturan Presiden No. 12 Tahun 2013, terdapat 2 (dua) jenis
pelayanan yang diterima oleh peserta JKN, yaitu manfaat medis dan manfaat non
medis.
1) Pelayanan Medis
Adalah pelayanan kesehatan yang tidak terikat dengan besaran iuran yang
dibayarkan. Terdiri dar:
a. Pelayanan kesehatan pertama di fasilitas kesehatan tingkat pertama,
meliputi pelayanan kesehatan non spesialistik yang mencakup:
1. Administrasi pelayanan
2. Pelayanan promotif dan preventif yang terdiri dari:
a) Penyuluhan kesehatan perorangan
b) Imunisasi dasar
c) Keluarga Berencana
d) Skrining kesehatan.
3. Pemeriksaan, pengobatan, dan konsultasi medis, serta tindakan medis
non spesialistik, baik operatif maupun non operatif
4. Pelayanan obat dan bahan medis habis pakai, transfusi darah sesuai
dengan kebutuhan medis
5. Pemeriksaan penunjang diagnostik laboratorium serta rawat inap
tingkat pertama sesuai dengan indikasi
b. Pelayanan kesehatan rujukan di fasilitas kesehatan tingkat lanjutan, meliputi
pelayanan kesehatan yang mencakup:
1. Rawat jalan yang meliputi :
a) Administrasi pelayanan, serta pemeriksaan, pengobatan dan
konsultasi spesialistik oleh dokter spesialis dan subspesialis
b) Tindakan medis spesialistik (bedah maupun non bedah) sesuai
dengan indikasi medis
c) Pelayanan obat dan bahan medis habis pakai.
d) Pelayanan alat kesehatan implan serta pelayanan penunjang
diagnostik lanjutan sesuai indikasi medis.
e) Rehabilitasi medis, pelayanan darah dan kedokteran forensic, serta
Pelayanan jenazah difasilitas kesehatan
2. Rawat inap yang meliputi :
a) Perawatan inap non intensif.
b) Perawatan inap di ruang intensif
c. Persalinan sampai dengan anak ketiga serta pelayanan berupa alat bantu
kesehatan (kursi roda, kacamata, dan alat bantu kesehatan lain yang
diperlukan peserta dalam pelayanan kesehatan yang dijamin)
2) Pelayanan Non Medis
Manfaat non medis terdiri dari manfaat akomodasi dan ambulan, yaitu:
a. Manfaat akomodasi
Adalah manfaat berupa layanan rawat inap yang ditentukan berdasarkan
skala iuran yang dibayarkan serta golongan kepesertaan yang terdiri dari:
1. Ruang perawatan kelas III bagi peserta PBI jaminan kesehatan serta
pekerja bukan penerima upah dan bukan pekerja yang membayar
iuran untuk manfaat pelayanan di ruang perawatan kelas III.
2. Ruang perawatan kelas II bagi:
a) Pegawai Negeri Sipil dan penerima pensiun Pegawai Negeri
Sipil golongan ruang I dan golongan ruang II beserta anggota
keluarganya
b) Anggota TNI penerima pensiun anggota TNI yang setara PNS
ruangan I dan golongan II beserta angota keluarganya.
c) Anggota Polri dan penerima pensiun Anggota Polri yang setara
PNS golongan ruangan I dan golongan ruangan II beserta
anggota keluarganya.
d) Pegawai Pemerintah Non Pegawai Negeri yang setara Pegawai
Negeri Sipil golongan ruang I dan golongan ruang II beserta
anggota keluarganya
e) Peserta Pekerja Penerima Upah bulanan sampai dengan 2 (dua)
kali penghasilan tidak kena pajak dengan status kawin dengan
1 (satu) anak, beserta anggota keluarganya
f) Peserta pekerja bukan penerima upah dan peserta bukan pekerja
yang membayar iuran untuk manfaat pelayanan ruang
perawatan kelas II.
3. Ruang perawatan kelas I bagi:
a) Pejabat negara, PNS dan penerima pensiun PNS golongan
ruang III dan golongan ruang IV beserta anggota keluarganya.
b) Anggota TNI dan penerima pensiun anggota TNI yang setara
PNS golongan ruang III dan golongan ruang IV beserta anggota
keluarganya.
c) Anggota Polri dan penerima pensiun anggota Polri yang setara
PNS golongan ruang III dan golongan ruang IV beserta anggota
keluarganya.
d) Veteran dan perintis kemerdekaan beserta anggota keluarganya
maupun janda, duda, atau anak yatim piatu dari veteran atau
perintis kemerdekaan.
e) Peserta pekerja penerima upah bulanan dan pegawai pemerintah
non pegawai negeri dengan gaji atau upah diatas 1,5 sampai
dengan 2 kali penghasilan tidak kena pajak dengan status kawin
dengan 1 anak beserta anggota keluarganya.
f) Pekerja bukan penerima upah dan bukan pekerja yang
membayar iuran untuk manfaat pelayanan di ruang perawatan
kelas I.
b. Manfaat ambulan
Ambulan hanya diberikan untuk pasien rujukan dari fasilitas kesehatan
dengan kondisi tertentu yang ditetapkan oleh BPJS Kesehatan.
Dalam Peraturan Presiden No. 12 Tahun 2013, selain paket manfaat diatas
disebutkan juga pelayanan kesehatan yang tidak dijamin dalam JKN, yaitu:
1. Pelayanan kesehatan yang dilakukan tanpa melalui prosedur serta yang
dilakukan di fasilitas kesehatan yang tidak bekerjasama dengan BPJS
Kesehatan, kecuali untuk kasus gawat darurat.
2. pelayanan kesehatan yang telah dijamin oleh program jaminan kecelakaan
kerja terhadap penyakit atau cedera akibat kecelakaan kerja atau hubungan
kerja.
3. Pelayanan kesehatan yang telah dijamin oleh program jaminan kecelakaan
lalu lintas yang bersifat wajib sampai nilai yang ditanggung oleh program
jaminan kecelakaan lalu lintas
4. Pelayanan kesehatan yang dilakukan di luar negeri serta pelayanan kesehatan
untuk tujuan estetik, untuk mengatasi infertilitas dan meratakan gigi.
5. Gangguan kesehatan/penyakit akibat ketergantungan obat dan/atau alkohol
serta akibat sengaja menyakiti diri sendiri, atau akibat melakukan hobi yang
membahayakan diri sendiri
6. Pengobatan komplementer, alternatif dan tradisional, termasuk akupuntur,
chiropractic, yang belum dinyatakan efektif berdasarkan penilaian teknologi
kesehatan.
7. Pengobatan dan tindakan medis yang dikategorikan sebagai percobaan
(eksperimen) serta pelayanan kesehatan akibat bencana pada masa tanggap
darurat, kejadian luar biasa/wabah.
8. Perbekalan kesehatan rumah tangga serta alat kontrasepsi, kosmetik, makanan
bayi, dan susu.
9. Biaya pelayanan kesehatan pada kejadian tak diharapkan yang dapat dicegah
dan pelayanan lainnya yang tidak ada hubungan dengan manfaat jaminan
kesehatan yang diberikan.
2.4.9 Prosedur memperoleh pelayanan jaminan kesehatan nasional
Menurut BPJS Kesehatan (2013), beberapa prosedur yang wajib diikuti oleh
peserta untuk memperoleh pelayanan kesehatan ialah:
a. Dalam memperoleh pelayanan, pertama-tama harus memanfaatkan pelayanan
di fasilitas kesehatan tingkat pertama bekerjasama dengan BPJS Kesehatan
tempat peserta terdaftar dengan menunjukkan kartu JKN untuk mendapatkan
pelayanan kesehatan.
b. Selanjutnya apabila fasilitas kesehatan tingkat pertama mendiagnosis peserta
memerlukan pelayanan kesehatan tingkat lanjutan, maka peserta dapat
menuju ke fasilitas kesehatan tingkat lanjutan dengan menunjukkan kartu
JKN dan surat rujukan dari fasilitas kesehatan tingkat pertama ke BPJS Center
rumah sakit untuk mendapatkan Surat Eligibilitas Peserta (SEP) agar dapat
memanfaatkan pelayanan kesehatan di RS.
c. Namun dalam keadaan gawat darurat, maka peserta dapat langsung
memperoleh pelayanan di setiap fasilitas kesehatan baik yang bekerjasama
dengan BPJS Kesehatan ataupun tidak meskipun tanpa surat rujukan dari
fasilitas kesehatan tingkat pertama. Dimana jika keadaan gawat darurat telah
teratasi, maka peserta yang memperoleh pelayan di fasilitas kesehatan yang
tidak bekerjasama dengan BPJS Kesehatan segera dirujuk ke fasilitas
kesehatan yang bekerjasama dan segera melengkapi persyaratan yang
ditentukan.
2.5 Penelitian Terdahulu
Sepengetahuan penulis, penelitian mengenai gambaran pelaksanaan jaminan kesehatan nasional belum pernah dilakukan
di Kabupaten Badung. Adapun penelitian yang terkait dengan penelitian ini adalah :
Tabel 2. 1 Daftar Penelitian Terdahulu
Nama Pengarang Judul Penelitian Variabel Hasil
Ni Made Devi
Fridayanti Irama,
(2014)
Persepsi Tenaga Kerja
Sektor Informal
Mangenai
Penyelenggaraan
Jaminan Kesehatan
Nasional di Kota
Denpasar
Persepsi tenaga kerja
sektor informal :
1. Penyelenggaraan JKN
2. Besaran iuran
3. Manfaat pelayanan
4. Sosialisasi
5. Prosedur pendaftaran
6. Pembayaran iuran
dalam JKN.
1. Beberapa responden menyatakan
tidak setuju dengan
penyelenggaraan JKN dikarenakan
masih berlakunya jaminan social
yang bersifat gratis.
2. Terdapat responden yang tidak
bersedia membayar iuran, dan
beberapa responden hanya mampu
menjangkau besaran iuran untuk
pelayanan kelas III.
3. Responden menyatakan tertarik
untuk menjadi peserta JKN, namun
banyak yang belum mengetahui
JKN dengan jelas.
Putu Gian Minarti,
(2014)
Gambaran Pelaksanaan
Kebijakan Program
Jaminan Kesehatan
Krama Badung
Manguwaras Ditinjau
dari Persepsi Pengguna
dan Penyedia Layanan
1. Persepsi penyedia
pelayanan terhadap
JKKB Manguwaras
2. Pelaksanaan JKKB
Manguwaras
1. Persepsi dari penyedia layanan dan
pengguna layanan menunjukan
persepsi yang baik.
2. Terdapat masalah pada fungsi
perencanaan anggaran, over
utilization oleh masyarakat,
Lanjutan Tabel 2.1
Nama Pengarang Judul Penelitian Variabel Hasil
di RSUD Kabupaten
Badung Tahun 2013
3. Sustainabilitas
program JKKB
Manguwaras
4. Equity/ keadilan
pelayanan JKKB
Manguwaras
5. Quality/ kualitas
pelayanan JKKB
Manguwaras
sosialisasi belum menyeluruh, dan
pengawasan belum optimal
Made Dian
Kusuma Dewi
(2014)
Tingkat Pengetahuan
Masyarakat Peserta
Jaminan Kesehatan Bali
Mandara di Kota
Denpasar mengenai
Jaminan Kesehatan
Nasional tahun 2014
1. Definisi JKN
2. Sasaran JKN
3. Persyaratan
pendaftaran peserta
JKN
4. Prosedur pendaftaran
peserta JKN
5. Besaran iuran JKN
6. Prosedur pembayaran
iuran
7. Tempat memperoleh
pelayanan kesehatan
JKN 8. Paket manfaat dalam
JKN
9. Prosedur memperoleh
pelayanan kesehatan
JKN
1. Tingkat pengetahuan peserta JKBM
mengenai JKN sebagian besar
berada pada katagori kurang yaitu
sebanyak 90 responden (84,91%).
Sementara yang berada pada
kategori cukup yaitu sebanyak 16
orang (15,09%) dan tidak ada yang
berpengetahuan baik.
2. Sementara itu, sebagian besar
responden (>50%) memiliki tingkat
pengetahuan kurang pada masing-
masing aspek mengenai JKN.
Lanjutan Tabel 2.1
Nama Pengarang Judul Penelitian Variabel Hasil
Ni Nyoman
Puspadewi (2013)
Hubungan tingkat
pengetahuan ibu
bersalin pengguna
jampersal dengan sikap
tentang program
jampersal di unit
pelaksanaan teknis
kesehatan masyarakat
UBUD I
1. Tingkat
Pengetahuan Ibu
bersalin pengguna
Jampersal
2. Sikap tentang
Jampersal
1. Terdapa hubungan bermakna
antara tingkat pengetahuan ibu
bersalin pengguna Jampersal
dengan sikap tentang jampersal.
2. Persentase tingkat pengetahuan
tertinggi yaitu pada responden
yang berusia 20 sampai 35
tahun yaitu sebesar 21,43%
dengan tingkat pendidikan
terakhir diploma/sarjana
85,71%.
3. Sikap tentang program
Jampersal dengan kategori
cukup 50 orang (78,13%), dan
kurang 14 orang (21,88%)