BAB II TINJAUAN PUSTAKA - sinta.unud.ac.id II.pdfNamun proses ini tidak begitu saja, melainkan...

22
8 BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Pengetahuan 2.1.1 Definisi pengetahuan Pengetahuan merupakan hasil mengingat suatu hal, termasuk mengingat kembali kejadian yang pernah dialami baik secara sengaja maupun tidak sengaja dan ini terjadi setelah orang melakukan kontak pengamatan terhadap suatu objek tertentu. Menurut Soetriono (2007) pengetahuan merupakan aspek pokok untuk menentukan perilaku seseorang untuk menyadari dan tidak, maupun untuk mengatur perilakunya sendiri. Selain itu menurut Fitriani (2011) dalam Hariati (2013), menyatakan bahwa pengetahuan merupakan hasil dari tahu, dan ini terjadi setelah orang melakukan penginderaan terhadap suatu objek tertentu. Penginderaan terjadi melalui panca indera manusia, yakni indera penglihatan, pendengaran, penciuman, rasa, dan raba. Dari beberapa definisi pengetahuan diatas, pengetahuan dapat diartikan sebagai hasil pemikiran seseorang tentang suatu objek (benda, sifat, maupun harapan) yang diperoleh dari pengindraan seseorang terhadap objek tertentu (pengalaman indrawi), maupun kegiatan lain yang dilakukan orang tersebut yang dapat mempengaruhi prilaku seseorang. 2.1.2 Faktor faktor yang mempengaruhi pengetahuan Menurut Mubarak (2011) dalam Hariati (2013), ada tujuh faktor yang mempengaruhi pengetahuan seseorang, yaitu :

Transcript of BAB II TINJAUAN PUSTAKA - sinta.unud.ac.id II.pdfNamun proses ini tidak begitu saja, melainkan...

Page 1: BAB II TINJAUAN PUSTAKA - sinta.unud.ac.id II.pdfNamun proses ini tidak begitu saja, melainkan stimulus tersebut diteruskan dan proses selanjutnya merupakan proses persepsi. Persepsi

8

BAB II

TINJAUAN PUSTAKA

2.1 Pengetahuan

2.1.1 Definisi pengetahuan

Pengetahuan merupakan hasil mengingat suatu hal, termasuk mengingat

kembali kejadian yang pernah dialami baik secara sengaja maupun tidak sengaja dan

ini terjadi setelah orang melakukan kontak pengamatan terhadap suatu objek tertentu.

Menurut Soetriono (2007) pengetahuan merupakan aspek pokok untuk menentukan

perilaku seseorang untuk menyadari dan tidak, maupun untuk mengatur perilakunya

sendiri. Selain itu menurut Fitriani (2011) dalam Hariati (2013), menyatakan bahwa

pengetahuan merupakan hasil dari tahu, dan ini terjadi setelah orang melakukan

penginderaan terhadap suatu objek tertentu. Penginderaan terjadi melalui panca indera

manusia, yakni indera penglihatan, pendengaran, penciuman, rasa, dan raba.

Dari beberapa definisi pengetahuan diatas, pengetahuan dapat diartikan sebagai

hasil pemikiran seseorang tentang suatu objek (benda, sifat, maupun harapan) yang

diperoleh dari pengindraan seseorang terhadap objek tertentu (pengalaman indrawi),

maupun kegiatan lain yang dilakukan orang tersebut yang dapat mempengaruhi prilaku

seseorang.

2.1.2 Faktor – faktor yang mempengaruhi pengetahuan

Menurut Mubarak (2011) dalam Hariati (2013), ada tujuh faktor yang

mempengaruhi pengetahuan seseorang, yaitu :

Page 2: BAB II TINJAUAN PUSTAKA - sinta.unud.ac.id II.pdfNamun proses ini tidak begitu saja, melainkan stimulus tersebut diteruskan dan proses selanjutnya merupakan proses persepsi. Persepsi

a. Pendidikan

Pendidikan berarti bimbingan yang diberikan seseorang kepada orang lain agar

dapat memahami sesuatu hal. Semakin tinggi pendidikan seseorang, semakin

mudah pula mereka menerima informasi, dan pada akhirnya pengetahuan yang

dimilikinya akan semakin banyak pula. Menurut Amelia (2011) dalam

hubungannya dengan pelayanan kesehatan, bila seseorang mempunyai

pengetahuan dan pendidikan yang tinggi, maka akan mempercepat penerimaan

pesan-pesan, informasi yang disampaikan tentang manfaat dan jenis pelayanan

yang disediakan.

b. Pekerjaan

Lingkungan pekerjaan dapat membuat seseorang memperoleh pengalaman dan

pengetahuan, baik secara langsung maupun tidak langsung. Menurut penelitian

Hariati (2013) seorang ibu yang bekerja memiliki pergaulan, informasi dan

memiliki pengetahuan yang lebih baik. Hal ini dapat diartikan bahwa seseorang

yang memiliki pekerjaan yang sering berinteraksi dengan orang lain akan memiliki

lebih banyak pengetahuan bila dibandingkan dengan orang yang memiliki

pekerjaan tanpa ada interaksi dengan orang lain

c. Umur

Dengan bertambahnya umur seseorang maka orang tersebut akan mengalami

perubahan aspek fisik dan psikologis (mental). Perubahan aspek psikologis atau

mental seseorang akan membuat tarif berpikir seseorang menjadi semakin matang

dan dewasa. Semakin bertambah usia seseorang, maka akan semakin berkembang

pula daya tangkap dan pola pikirnya sehingga pengetahuan yang diperolehnya

semakin baik.

Page 3: BAB II TINJAUAN PUSTAKA - sinta.unud.ac.id II.pdfNamun proses ini tidak begitu saja, melainkan stimulus tersebut diteruskan dan proses selanjutnya merupakan proses persepsi. Persepsi

d. Minat

Minat sebagai suatu kecenderungan atau keinginan yang tinggi terhadap sesuatu.

Minat menjadikan seseorang untuk mencoba dan menekuni suatu hal, sehingga

seseorang memperoleh pengetahuan yang lebih mendalam.

e. Pengalaman

Pengalaman adalah suatu kejadian yang pernah dialami seseorang dalam

berinteraksi dengan lingkungannya. Jika seseorang memiliki pengalaman

menyenangkan, maka secara psikologis mampu menimbulkan kesan yang sangat

mendalam dan membekas dalam emosi kejiwaan seseorang. Pengalaman baik ini

akhirnya dapat membentuk sikap positif dalam kehidupan seseorang. Pengalaman

berkaitan dengan umur dan pendidikan seseorang. Semakin tinggi pendidikan dan

usia seseorang, maka pengalaman yang diperolehnya semakin luas dan banyak,

sehingga tingkat pengetahuannya akan semakin baik pula.

f. Kebudayaan lingkungan sekitar

Lingkungan sangat berpengaruh dalam pembentukan sikap seseorang.

Kebudayaan lingkungan tempat hidup seseorang dan dibesarkan mempunyai

pengaruh besar terhadap pembentukkan sikap orang tersebut. Menurut

Notoatmodjo (2007) dalam Kusumastuti (2010), kultur budaya dalam lingkungan

seseorang mempengaruhi tingkat pengetahuan karena berperan dalam menyaring

informasi baru agar sesuai dengan budaya yang ada dan agama yang dianut.

g. Informasi.

Kemudahan untuk memperoleh suatu informasi dapat mempercepat seseorang

memperoleh pengetahuan yang baru. Informasi yang didapat oleh seseorang akan

merangsang pikiran dan kemampuan seseorang serta menambah pengetahuan.

Sehingga semakin mudah dan semakin banyak informasi yang diperoleh seseorang

Page 4: BAB II TINJAUAN PUSTAKA - sinta.unud.ac.id II.pdfNamun proses ini tidak begitu saja, melainkan stimulus tersebut diteruskan dan proses selanjutnya merupakan proses persepsi. Persepsi

maka pengetahuan seseorang akan suatu hal akan semakin banyak. Menurut

penelitian Hariati (2013) menunjukan bahwa adanya pengaruh informasi dari

tenaga kesehatan terhadap pengetahuan ibu tentang penggunaan IUD Post

Plasenta. Hasil penelitian ini sesuai dengan teori yang disampaikan oleh Mubarak

(2011), bahwa kemudahan untuk memperoleh suatu informasi dapat mempercepat

seseorang memperoleh pengetahuan yang baru. Informasi yang didapat oleh

seseorang akan merangsang pikiran dan kemampuan seseorang serta menambah

pengetahuan.

2.2 Persepsi

2.2.1 Definisi persepsi

Menurut Wenburg dan Wilmot dalam Riswandi (2009) persepsi didefinisikan

sebagai cara organisme memberi makna. Selain itu menurut Bimo Welgito (2004)

dalam Nurmeilita (2010) persepsi adalah suatu proses yang didahuluai dengan proses

pengindraan, yaitu merupakan proses diterimanya stimulus oleh individu melalui alat

indera atau juga disebut proses sensoris. Namun proses ini tidak begitu saja, melainkan

stimulus tersebut diteruskan dan proses selanjutnya merupakan proses persepsi.

Persepsi juga diartikan sebagai inti komunikasi, sedangkan penafsiran (interpretasi)

merupakan inti persepsi, yang identik dengan penyandingan balik atau decoding

(Riswandi, 2009). Dan menurut beberapa ahli menyatakan bahwa persepsi

mengandung pengertian yang sangat luas, menyangkut intern dan ekstern.

Dari beberapa definisi persepsi atas, persepsi dapat diartikan sebagai kegiatan

individu dalam menafsirkan suatu subyek, obyek ataupun peristiwa karena adanya

stimulus yang diterima oleh panca indra yang dipengaruhi oleh faktor intern ataupun

ekstern dari individu tersebut.

Page 5: BAB II TINJAUAN PUSTAKA - sinta.unud.ac.id II.pdfNamun proses ini tidak begitu saja, melainkan stimulus tersebut diteruskan dan proses selanjutnya merupakan proses persepsi. Persepsi

2.2.2 Faktor yang mempengaruhi persepsi

Menurut Riswandi (2009), faktor yang mempengaruhi persepsi seseorang

terhadap suatu objek, terdiri dari:

1. Latar belakang pengalaman

Pengalaman merupakan suatu peristiwa yang pernah dialami oleh seseorang.

Selain mempengaruhi pengetahuan, pengalaman juga dapat mempengaruhi

persepsi seseorang terhadap suatu obyek atau stimulus yang diterimanya.

2. Latar belakang budaya

Budaya yang melekat pada diri seseorang seringkali mempengaruhi pola pikir

serta cara pandang seseorang terhadap sesuatu. Umumnya, seseorang

menganggap budaya yang selama ini diketahui dan dijalani sebagai pedoman

dalam memandang hal baru yang ditemui.

3. Latar belakang psikologis

Kondisi psikologis merupakan faktor internal dari diri individu yang

mempengaruhi persepsi. Persepsi dari individu yang sama dapat berbeda dalam

kondisi psikologis yang berbeda.

4. Latar belakang nilai, keyakinan, dan harapan

Nilai, keyakinan, dan harapan merupakan 3 (tiga) hal yang mendasari seseorang

dalam menafsirkan atau memandang sesuatu. Ketiga hal tersebut dapat

menyebabkan seseorang memiliki persepsi yang positif da dapat juga negatif.

5. Kondisi faktual alat-alat panca indera

Kondisi faktual yang diterima melalui panca indera menjadi dasar kuat bagi

seseorang dalam mempersepsikan sesuatu.

Page 6: BAB II TINJAUAN PUSTAKA - sinta.unud.ac.id II.pdfNamun proses ini tidak begitu saja, melainkan stimulus tersebut diteruskan dan proses selanjutnya merupakan proses persepsi. Persepsi

2.3 Jaminan Kesehatan Krama Badung (JKKB) Manguwaras

2.3.1 Definisi JKKB Manguwaras

Jaminan Kesehatan Karma Badung (JKKB) Manguwaras adalah jaminan

kesehatan yang diberikan kepada masyarakat Badung diluar tanggungan JKBM

(Pemerintah Kabupaten Badung,2013). Dengan kata lain JKKB Manguwaras

merupakan jaminan tambahan (komplementer) yang diberikan khusus bagi

masyarakat yang memiliki KTP Badung, yang sebelumnya telah menggunakan

pelayanan JKBM (lolos administrasi JKBM).

2.3.2 Pembiayaan JKKB Manguwaras

Pembiayaan pelayanan kesehatan pada Jaminan Kesehatan Krama Badung

(JKKB) Manguwaras dibayarkan sepenuhnya oleh pemerintah Kabupaten Badung

yang bersumber dari dana Anggaran Pendapatan Belanja Daerah (APBD) Kabupaten

Badung.

2.4 Jaminan Kesehatan Nasional

2.4.1 Definisi jaminan kesehatan nasional

Peraturan Presiden No. 12 Tahun 2013, menyatakan jaminan kesehatan adalah

jaminan berupa perlindungan kesehatan agar peserta memperoleh manfaat

pemeliharaan kesehatan dan perlindungan dalam memenuhi kebutuhan dasar

kesehatan yang diberikan kepada setiap orang yang telah membayar iuran atau

iurannya dibayar oleh pemerintah. Jaminan Kesehatan Nasional adalah jaminan berupa

perlindungan kesehatan yang diberikan kepada seluruh penduduk termasuk orang

asing yang bekerja lebih dari enam bulan dan wajib diikuti agar dapat memenuhi

Page 7: BAB II TINJAUAN PUSTAKA - sinta.unud.ac.id II.pdfNamun proses ini tidak begitu saja, melainkan stimulus tersebut diteruskan dan proses selanjutnya merupakan proses persepsi. Persepsi

kebutuhan dasar kesehatan yang diselenggarakan melalui mekanisme asuransi

kesehatan sosial yang bersifat wajib.

2.4.2 Sasaran jaminan kesehatan nasional

Berdasarkan Peraturan Presiden RI Nomor 12 tahun 2013 tentang Jaminan

Kesehatan pasal 2, disebutkan bahwa peserta jaminan kesehatan terdiri dari: Penerima

Bantuan Iuran (PBI) jaminan kesehatan dan bukan PBI jaminan kesehatan. Adapun

rincian dari kepesertaan JKN, meliputi:

1. Peserta PBI yaitu orang yang tergolong dalam fakir miskin dan orang yang tidak

mampu.

2. Pesserta non PBI yaitu peserta JKN yang tidak tergolong fakir miskin dan orang

tidak mampu termasuk juga WNA yang bekerja paling singkat selama 6 bulan

yang terdiri atas :

1. Pekerja penerima upah dan anggota keluarganya.

2. Pekerja bukan penerima upah dan anggota keluarganya

3. Bukan pekerja dan anggota keluarganya

4. Penerima pensiun

Anggota keluarga yang dimaksud diatas meliputi istri atau suami serta anak

yang sah dengan kriteria belum pernah menikah, tidak mempunyai penghasilan

sendiri, belum berusia 21 tahun atau belum berusia 25 tahun yang masih melanjutkan

pendidikan formal dengan batas maksimal anggota keluarga yang ditanggung adalah

5 orang. Namun peserta yang bukan PBI dapat juga mendaftarkan anggota keluarga

lain seperti ayah, ibu, anak ke empat, dll dengan membayar iuran tambahan

(Kemenkes,2013).

Page 8: BAB II TINJAUAN PUSTAKA - sinta.unud.ac.id II.pdfNamun proses ini tidak begitu saja, melainkan stimulus tersebut diteruskan dan proses selanjutnya merupakan proses persepsi. Persepsi

2.4.3 Persyaratan pendaftaran jaminan kesehatan nasional

Dalam Undang-Undang No. 24 Tahun 2011 tentang BPJS telah dijelaskan

persyaratan untuk menjadi peserta JKN yaitu dengan memberikan data mengenai diri

sendiri serta anggota keluarga secara lengkap dan benar baik untuk penduduk yang

tergolong PBI maupun bukan PBI. Data yang dimaksud paling sedikit berupa

asli/fotokopi KTP, asli/fotokopi KK, serta foto ukuran 3x4 sebanyak 2 lembar

(Kemenkes, 2013). Sementara untuk WNA, menurut BPJS Kesehatan (2013) data

yang dimaksud paling sedikit berupa Kartu Ijin Tinggal Sementara/Tetap

(KITAS/KITAP) serta foto ukuran 3x4. Namun untuk peserta bukan PBI, terdapat

beberapa data tambahan harus yang dipenuhi peserta sesuai dengan masing-masing

kelompok peserta yang diatur lebih lanjut dalam buku panduan layanan bagi peserta

BPJS Kesehatan.

2.4.4 Prosedur pendaftaran jaminan kesehatan nasional

Berdasarkan penelitian yang dilakukan oleh Dewi (2014) terkait tingkat

pengetahuan masyarakat mengenai JKN, aspek prosedur pendaftaran merupakan salah

satu dari dua aspek JKN yang tidak dipahami oleh masyarakat. Dimana sebanyak 99

responden (93,40%) memiliki tingkat pengetahuan kurang terkait prosedur

pendaftaran JKN. Dalam Peraturan Presiden No. 12 Tahun 2013, telah diatur prosedur

pendaftaran dalam JKN yang disesuaikan dengan kelompok peserta, yaitu :

a. Pemerintah mendaftarkan penduduk yang tergolong PBI sebagai peserta JKN

kepada BPJS Kesehatan.

b. Bagi masyarakat yang tergolong bukan PBI tetapi merupakan pekerja penerima

upah, pekerja didaftarkan oleh pemberi kerja. Namun berdasarkan Peraturan

Pemerintah Nomor 12 Tahun 2013 bila pemberi kerja tidak mendaftarkan

Page 9: BAB II TINJAUAN PUSTAKA - sinta.unud.ac.id II.pdfNamun proses ini tidak begitu saja, melainkan stimulus tersebut diteruskan dan proses selanjutnya merupakan proses persepsi. Persepsi

pekerjanya kepada BPJS Kesehatan, pekerja yang bersangkutan dapat

mendaftarkan dirinya sebagai peserta jaminan kesehatan.

c. Bagi pekerja bukan penerima upah wajib mendaftarkan diri dan keluarganya

secara sendiri-sendiri atau berkelompok sebagai peserta JKN kepada BPJS

Kesehatan dengan membayar iuran; Menurut Kemenkes (2013), prosedur

pendaftaran untuk yang mendaftar secara mandiri dilakukan dengan tahapan

sebagai berikut:

1. Datang ke kantor BPJS terdekat kemudian mengisi Formulir Daftar

Isian Peserta (FDIP) dan menunjukkan persyaratan pendaftaran yang

diperlukan kepada petugas.

2. Setelah itu peserta akan mendapatkan nomor kode pendaftaran (virtual

account) dan melakukan pembayaran tahap awal sesuai dengan besar

iuran yang ditentukan di kantor pos, ATM atau Bank (BNI, BRI, dan

Mandiri)

3. Selanjutnya peserta menyetorkan bukti pembayaran diperoleh ke BPJS

Kesehatan baru kemudian peserta mendapatkan kartu JKN sebagai

identitas kepesertaan.

2.4.5 Besaran iuran jaminan kesehatan nasional

Iuran merupakan sejumlah uang yang dibayarkan secara teratur oleh peserta,

pemberi kerja, dan/atau pemerintah untuk program jaminan kesehatan. Berdasarkan

Peraturan Presiden No 111 Tahun 2013, besaran JKN juga disesuaikan dengan

golongan kepesertaan dengan perincian sebagai berikut:

1. Untuk iuran PBI yang dibayarkan oleh pemerintah yaitu sebesar Rp 19.225,00

(sembilan belas ribu dua ratus dua puluh lima rupiah) per bulan per orang.

Page 10: BAB II TINJAUAN PUSTAKA - sinta.unud.ac.id II.pdfNamun proses ini tidak begitu saja, melainkan stimulus tersebut diteruskan dan proses selanjutnya merupakan proses persepsi. Persepsi

2. Untuk peserta bukan PBI yang masuk golongan pekerja penerima upah di

instansi pemerintah beserta anggota keluarga yang ditanggung, iuran yang

ditetapkan ialah sebesar 5% dari gaji atau upah per bulan dengan ketentuan

3% dibayar oleh pemberi kerja (pemerintah) dan 2% dibayar oleh peserta.

Kemudian untuk pekerja penerima upah di instansi swasta beserta anggota

keluarga yang ditanggung, iuran yang ditetapkan ialah sebesar 4,5% dari gaji

atau upah per bulan dengan ketentuan 4% dibayar oleh pemberi kerja dan

0,5% dibayar oleh peserta pada periode 1 Januari 2014 sampai dengan 30 Juni

2015. Namun, mulai tanggal 1 Juli 2015 iuran dirubah menjadi 5% dengan

ketentuan 4% dibayar oleh pemberi kerja dan 1% dibayar oleh peserta.

Sementara untuk pekerja penerima upah yang mengikutsertakan anggota

keluarga tambahan, iuran yang ditetapkan ialah sebesar 1% dari gaji atau upah

peserta pekerja penerima upah per orang per bulan yang dibayar oleh peserta.

3. Untuk iuran peserta bukan PBI yang tergolong bukan penerima upah dan

bukan pekerja (kecuali penerima pensiun pemerintah, veteran dan perintis

kemerdekaan) yang dibayar oleh yang bersangkutan. Besarnya iuran yang

dibayarkan digolongkan dalam 3 (tiga) kategori yang disesuaikan dengan

kemampuan peserta membayar, yang terdiri dari:

a. Sebesar Rp 25.500,00 (dua puluh lima ribu lima ratus rupiah) per orang

per bulan dengan manfaat pelayanan di ruang perawatan kelas III.

b. Sebesar Rp 42.500,00 (empat puluh dua ribu lima ratus rupiah) per

orang per bulan dengan manfaat pelayanan di ruang perawatan kelas II.

c. Sebesar Rp. 59.500,00 (lima puluh sembilan ribu lima ratus rupiah) per

orang per bulan dengan manfaat pelayanan di ruang perawatan kelas I.

Page 11: BAB II TINJAUAN PUSTAKA - sinta.unud.ac.id II.pdfNamun proses ini tidak begitu saja, melainkan stimulus tersebut diteruskan dan proses selanjutnya merupakan proses persepsi. Persepsi

4. Untuk peserta bukan PBI yang tergolong bukan pekerja (penerima pensiun

pemerintahan), iuran yang ditetapkan adalah sebesar 5% dari besaran pensiun

pokok dan tunjangan keluarga yang diterima per bulan dengan kententuan 3%

dibayar oleh pemerintah dan 2% dibayar oleh penerima pensiun. Sementara

untuk bukan pekerja (veteran dan perintis kemerdekaan) iurannya adalah

sebesar 5% dari 45% gaji pokok PNS golongan ruang III/a dengan masa kerja

empat belas tahun per bulan yang dibayar oleh pemerintah.

2.4.6 Prosedur pembayaran iuran jaminan kesehatan nasional

Berdasarkan penelitian yang dilakukan oleh Dewi (2014) terkait tingkat

pengetahuan masyarakat mengenai JKN, aspek prosedur pembayaran iuran

merupakan salah satu dari dua aspek JKN yang diteliti yang paling banyak tidak

diketahui oleh responden. Dimana sebanyak 100 orang (94,34%) responden memiliki

tingkat pengetahuan kurang. Untuk Prosedur pembayaran iuran Jaminan Kesehatan

Nasional telah diatur dalam Peraturan Presiden No. 111 Tahun 2013. Dimana dalam

melakukan pembayaran iuran terdapat beberapa prosedur yang harus dilakukan, yaitu:

a. Iuran untuk peserta bukan PBI golongan pekerja penerima upah, pembayaran

dilakukan dengan melakukan pemotongan gaji pekerja oleh pemberi kerja

sesuai dengan besaran yang telah ditentukan. Pemberi kerja wajib memungut

iuran dari pekerjanya, membayar iuran yang menjadi tanggung jawabnya dan

menyetorkan iuran tersebut ke BPJS paling lambat tanggal 10 setiap bulannya.

b. Iuran untuk peserta bukan PBI golongan pekerja bukan penerima upah dan

bukan pekerja, pembayaran dilakukan dengan menyetorkan iuran paling

lambat tanggal 10 setiap bulannya kepada BPJS Kesehatan dan dapat

dilakukan diawal untuk lebih dari satu bulan.

Page 12: BAB II TINJAUAN PUSTAKA - sinta.unud.ac.id II.pdfNamun proses ini tidak begitu saja, melainkan stimulus tersebut diteruskan dan proses selanjutnya merupakan proses persepsi. Persepsi

2.4.7 Tempat memproleh pelayanan kesehatan jaminan kesehatan nasional

Penyelenggara pelayanan kesehatan meliputi semua Fasilitas Kesehatan yang

menjalin kerja sama dengan BPJS Kesehatan baik fasilitas kesehatan milik Pemerintah,

Pemerintah Daerah, dan swasta yang memenuhi persyaratan melalui proses kredensialing dan

rekredensialing. Menurut BPJS Kesehatan (2013), fasilitas kesehatan tersebut terdiri

dari:

a. Fasilitas kesehatan tingkat pertama untuk mendapatkan pelayanan kesehatan

tingkat pertama yang terdiri dari puskesmas, fasilitas kesehatan milik

TNI/PORLI, praktek dokter umum bersama/pribadi, klinik umum, praktek

dokter gigi.

b. Fasilitas kesehatan tingkat lanjutan untuk mendapatkan pelayanan kesehatan

tingkat lanjut dari fasilitas tingkat pertama yang terdiri dari RSU, RSUP,

RSUD, RS Umum TNI/PORLI, RS Umum Swasta, RS Khusus (jantung,

kanker, paru, mata, bersalin, kusta, jiwa, dan lainnya yang telah terakreditasi),

RS Bergerak, RS Lapangan dan balai kesehatan khusus (paru, mata, KIA, dan

jiwa).

c. Fasilitas kesehatan penunjang yang merupakan jejaring dari fasilitas

kesehatan tingkat pertama dan lanjutan untuk mendapat pelayanan kesehatan

tingkat pertama ataupun tingkat lanjut yang terdiri dari laboratorium

kesehatan, apotek, unit transfusi darah, serta optik.

2.4.8 Paket manfaat jaminan kesehatan nasional

Berdasarkan Peraturan Presiden No. 12 Tahun 2013, terdapat 2 (dua) jenis

pelayanan yang diterima oleh peserta JKN, yaitu manfaat medis dan manfaat non

medis.

Page 13: BAB II TINJAUAN PUSTAKA - sinta.unud.ac.id II.pdfNamun proses ini tidak begitu saja, melainkan stimulus tersebut diteruskan dan proses selanjutnya merupakan proses persepsi. Persepsi

1) Pelayanan Medis

Adalah pelayanan kesehatan yang tidak terikat dengan besaran iuran yang

dibayarkan. Terdiri dar:

a. Pelayanan kesehatan pertama di fasilitas kesehatan tingkat pertama,

meliputi pelayanan kesehatan non spesialistik yang mencakup:

1. Administrasi pelayanan

2. Pelayanan promotif dan preventif yang terdiri dari:

a) Penyuluhan kesehatan perorangan

b) Imunisasi dasar

c) Keluarga Berencana

d) Skrining kesehatan.

3. Pemeriksaan, pengobatan, dan konsultasi medis, serta tindakan medis

non spesialistik, baik operatif maupun non operatif

4. Pelayanan obat dan bahan medis habis pakai, transfusi darah sesuai

dengan kebutuhan medis

5. Pemeriksaan penunjang diagnostik laboratorium serta rawat inap

tingkat pertama sesuai dengan indikasi

b. Pelayanan kesehatan rujukan di fasilitas kesehatan tingkat lanjutan, meliputi

pelayanan kesehatan yang mencakup:

1. Rawat jalan yang meliputi :

a) Administrasi pelayanan, serta pemeriksaan, pengobatan dan

konsultasi spesialistik oleh dokter spesialis dan subspesialis

b) Tindakan medis spesialistik (bedah maupun non bedah) sesuai

dengan indikasi medis

c) Pelayanan obat dan bahan medis habis pakai.

Page 14: BAB II TINJAUAN PUSTAKA - sinta.unud.ac.id II.pdfNamun proses ini tidak begitu saja, melainkan stimulus tersebut diteruskan dan proses selanjutnya merupakan proses persepsi. Persepsi

d) Pelayanan alat kesehatan implan serta pelayanan penunjang

diagnostik lanjutan sesuai indikasi medis.

e) Rehabilitasi medis, pelayanan darah dan kedokteran forensic, serta

Pelayanan jenazah difasilitas kesehatan

2. Rawat inap yang meliputi :

a) Perawatan inap non intensif.

b) Perawatan inap di ruang intensif

c. Persalinan sampai dengan anak ketiga serta pelayanan berupa alat bantu

kesehatan (kursi roda, kacamata, dan alat bantu kesehatan lain yang

diperlukan peserta dalam pelayanan kesehatan yang dijamin)

2) Pelayanan Non Medis

Manfaat non medis terdiri dari manfaat akomodasi dan ambulan, yaitu:

a. Manfaat akomodasi

Adalah manfaat berupa layanan rawat inap yang ditentukan berdasarkan

skala iuran yang dibayarkan serta golongan kepesertaan yang terdiri dari:

1. Ruang perawatan kelas III bagi peserta PBI jaminan kesehatan serta

pekerja bukan penerima upah dan bukan pekerja yang membayar

iuran untuk manfaat pelayanan di ruang perawatan kelas III.

2. Ruang perawatan kelas II bagi:

a) Pegawai Negeri Sipil dan penerima pensiun Pegawai Negeri

Sipil golongan ruang I dan golongan ruang II beserta anggota

keluarganya

b) Anggota TNI penerima pensiun anggota TNI yang setara PNS

ruangan I dan golongan II beserta angota keluarganya.

Page 15: BAB II TINJAUAN PUSTAKA - sinta.unud.ac.id II.pdfNamun proses ini tidak begitu saja, melainkan stimulus tersebut diteruskan dan proses selanjutnya merupakan proses persepsi. Persepsi

c) Anggota Polri dan penerima pensiun Anggota Polri yang setara

PNS golongan ruangan I dan golongan ruangan II beserta

anggota keluarganya.

d) Pegawai Pemerintah Non Pegawai Negeri yang setara Pegawai

Negeri Sipil golongan ruang I dan golongan ruang II beserta

anggota keluarganya

e) Peserta Pekerja Penerima Upah bulanan sampai dengan 2 (dua)

kali penghasilan tidak kena pajak dengan status kawin dengan

1 (satu) anak, beserta anggota keluarganya

f) Peserta pekerja bukan penerima upah dan peserta bukan pekerja

yang membayar iuran untuk manfaat pelayanan ruang

perawatan kelas II.

3. Ruang perawatan kelas I bagi:

a) Pejabat negara, PNS dan penerima pensiun PNS golongan

ruang III dan golongan ruang IV beserta anggota keluarganya.

b) Anggota TNI dan penerima pensiun anggota TNI yang setara

PNS golongan ruang III dan golongan ruang IV beserta anggota

keluarganya.

c) Anggota Polri dan penerima pensiun anggota Polri yang setara

PNS golongan ruang III dan golongan ruang IV beserta anggota

keluarganya.

d) Veteran dan perintis kemerdekaan beserta anggota keluarganya

maupun janda, duda, atau anak yatim piatu dari veteran atau

perintis kemerdekaan.

Page 16: BAB II TINJAUAN PUSTAKA - sinta.unud.ac.id II.pdfNamun proses ini tidak begitu saja, melainkan stimulus tersebut diteruskan dan proses selanjutnya merupakan proses persepsi. Persepsi

e) Peserta pekerja penerima upah bulanan dan pegawai pemerintah

non pegawai negeri dengan gaji atau upah diatas 1,5 sampai

dengan 2 kali penghasilan tidak kena pajak dengan status kawin

dengan 1 anak beserta anggota keluarganya.

f) Pekerja bukan penerima upah dan bukan pekerja yang

membayar iuran untuk manfaat pelayanan di ruang perawatan

kelas I.

b. Manfaat ambulan

Ambulan hanya diberikan untuk pasien rujukan dari fasilitas kesehatan

dengan kondisi tertentu yang ditetapkan oleh BPJS Kesehatan.

Dalam Peraturan Presiden No. 12 Tahun 2013, selain paket manfaat diatas

disebutkan juga pelayanan kesehatan yang tidak dijamin dalam JKN, yaitu:

1. Pelayanan kesehatan yang dilakukan tanpa melalui prosedur serta yang

dilakukan di fasilitas kesehatan yang tidak bekerjasama dengan BPJS

Kesehatan, kecuali untuk kasus gawat darurat.

2. pelayanan kesehatan yang telah dijamin oleh program jaminan kecelakaan

kerja terhadap penyakit atau cedera akibat kecelakaan kerja atau hubungan

kerja.

3. Pelayanan kesehatan yang telah dijamin oleh program jaminan kecelakaan

lalu lintas yang bersifat wajib sampai nilai yang ditanggung oleh program

jaminan kecelakaan lalu lintas

4. Pelayanan kesehatan yang dilakukan di luar negeri serta pelayanan kesehatan

untuk tujuan estetik, untuk mengatasi infertilitas dan meratakan gigi.

Page 17: BAB II TINJAUAN PUSTAKA - sinta.unud.ac.id II.pdfNamun proses ini tidak begitu saja, melainkan stimulus tersebut diteruskan dan proses selanjutnya merupakan proses persepsi. Persepsi

5. Gangguan kesehatan/penyakit akibat ketergantungan obat dan/atau alkohol

serta akibat sengaja menyakiti diri sendiri, atau akibat melakukan hobi yang

membahayakan diri sendiri

6. Pengobatan komplementer, alternatif dan tradisional, termasuk akupuntur,

chiropractic, yang belum dinyatakan efektif berdasarkan penilaian teknologi

kesehatan.

7. Pengobatan dan tindakan medis yang dikategorikan sebagai percobaan

(eksperimen) serta pelayanan kesehatan akibat bencana pada masa tanggap

darurat, kejadian luar biasa/wabah.

8. Perbekalan kesehatan rumah tangga serta alat kontrasepsi, kosmetik, makanan

bayi, dan susu.

9. Biaya pelayanan kesehatan pada kejadian tak diharapkan yang dapat dicegah

dan pelayanan lainnya yang tidak ada hubungan dengan manfaat jaminan

kesehatan yang diberikan.

2.4.9 Prosedur memperoleh pelayanan jaminan kesehatan nasional

Menurut BPJS Kesehatan (2013), beberapa prosedur yang wajib diikuti oleh

peserta untuk memperoleh pelayanan kesehatan ialah:

a. Dalam memperoleh pelayanan, pertama-tama harus memanfaatkan pelayanan

di fasilitas kesehatan tingkat pertama bekerjasama dengan BPJS Kesehatan

tempat peserta terdaftar dengan menunjukkan kartu JKN untuk mendapatkan

pelayanan kesehatan.

b. Selanjutnya apabila fasilitas kesehatan tingkat pertama mendiagnosis peserta

memerlukan pelayanan kesehatan tingkat lanjutan, maka peserta dapat

menuju ke fasilitas kesehatan tingkat lanjutan dengan menunjukkan kartu

JKN dan surat rujukan dari fasilitas kesehatan tingkat pertama ke BPJS Center

Page 18: BAB II TINJAUAN PUSTAKA - sinta.unud.ac.id II.pdfNamun proses ini tidak begitu saja, melainkan stimulus tersebut diteruskan dan proses selanjutnya merupakan proses persepsi. Persepsi

rumah sakit untuk mendapatkan Surat Eligibilitas Peserta (SEP) agar dapat

memanfaatkan pelayanan kesehatan di RS.

c. Namun dalam keadaan gawat darurat, maka peserta dapat langsung

memperoleh pelayanan di setiap fasilitas kesehatan baik yang bekerjasama

dengan BPJS Kesehatan ataupun tidak meskipun tanpa surat rujukan dari

fasilitas kesehatan tingkat pertama. Dimana jika keadaan gawat darurat telah

teratasi, maka peserta yang memperoleh pelayan di fasilitas kesehatan yang

tidak bekerjasama dengan BPJS Kesehatan segera dirujuk ke fasilitas

kesehatan yang bekerjasama dan segera melengkapi persyaratan yang

ditentukan.

Page 19: BAB II TINJAUAN PUSTAKA - sinta.unud.ac.id II.pdfNamun proses ini tidak begitu saja, melainkan stimulus tersebut diteruskan dan proses selanjutnya merupakan proses persepsi. Persepsi

2.5 Penelitian Terdahulu

Sepengetahuan penulis, penelitian mengenai gambaran pelaksanaan jaminan kesehatan nasional belum pernah dilakukan

di Kabupaten Badung. Adapun penelitian yang terkait dengan penelitian ini adalah :

Tabel 2. 1 Daftar Penelitian Terdahulu

Nama Pengarang Judul Penelitian Variabel Hasil

Ni Made Devi

Fridayanti Irama,

(2014)

Persepsi Tenaga Kerja

Sektor Informal

Mangenai

Penyelenggaraan

Jaminan Kesehatan

Nasional di Kota

Denpasar

Persepsi tenaga kerja

sektor informal :

1. Penyelenggaraan JKN

2. Besaran iuran

3. Manfaat pelayanan

4. Sosialisasi

5. Prosedur pendaftaran

6. Pembayaran iuran

dalam JKN.

1. Beberapa responden menyatakan

tidak setuju dengan

penyelenggaraan JKN dikarenakan

masih berlakunya jaminan social

yang bersifat gratis.

2. Terdapat responden yang tidak

bersedia membayar iuran, dan

beberapa responden hanya mampu

menjangkau besaran iuran untuk

pelayanan kelas III.

3. Responden menyatakan tertarik

untuk menjadi peserta JKN, namun

banyak yang belum mengetahui

JKN dengan jelas.

Putu Gian Minarti,

(2014)

Gambaran Pelaksanaan

Kebijakan Program

Jaminan Kesehatan

Krama Badung

Manguwaras Ditinjau

dari Persepsi Pengguna

dan Penyedia Layanan

1. Persepsi penyedia

pelayanan terhadap

JKKB Manguwaras

2. Pelaksanaan JKKB

Manguwaras

1. Persepsi dari penyedia layanan dan

pengguna layanan menunjukan

persepsi yang baik.

2. Terdapat masalah pada fungsi

perencanaan anggaran, over

utilization oleh masyarakat,

Page 20: BAB II TINJAUAN PUSTAKA - sinta.unud.ac.id II.pdfNamun proses ini tidak begitu saja, melainkan stimulus tersebut diteruskan dan proses selanjutnya merupakan proses persepsi. Persepsi

Lanjutan Tabel 2.1

Nama Pengarang Judul Penelitian Variabel Hasil

di RSUD Kabupaten

Badung Tahun 2013

3. Sustainabilitas

program JKKB

Manguwaras

4. Equity/ keadilan

pelayanan JKKB

Manguwaras

5. Quality/ kualitas

pelayanan JKKB

Manguwaras

sosialisasi belum menyeluruh, dan

pengawasan belum optimal

Made Dian

Kusuma Dewi

(2014)

Tingkat Pengetahuan

Masyarakat Peserta

Jaminan Kesehatan Bali

Mandara di Kota

Denpasar mengenai

Jaminan Kesehatan

Nasional tahun 2014

1. Definisi JKN

2. Sasaran JKN

3. Persyaratan

pendaftaran peserta

JKN

4. Prosedur pendaftaran

peserta JKN

5. Besaran iuran JKN

6. Prosedur pembayaran

iuran

7. Tempat memperoleh

pelayanan kesehatan

JKN 8. Paket manfaat dalam

JKN

9. Prosedur memperoleh

pelayanan kesehatan

JKN

1. Tingkat pengetahuan peserta JKBM

mengenai JKN sebagian besar

berada pada katagori kurang yaitu

sebanyak 90 responden (84,91%).

Sementara yang berada pada

kategori cukup yaitu sebanyak 16

orang (15,09%) dan tidak ada yang

berpengetahuan baik.

2. Sementara itu, sebagian besar

responden (>50%) memiliki tingkat

pengetahuan kurang pada masing-

masing aspek mengenai JKN.

Page 21: BAB II TINJAUAN PUSTAKA - sinta.unud.ac.id II.pdfNamun proses ini tidak begitu saja, melainkan stimulus tersebut diteruskan dan proses selanjutnya merupakan proses persepsi. Persepsi

Lanjutan Tabel 2.1

Nama Pengarang Judul Penelitian Variabel Hasil

Ni Nyoman

Puspadewi (2013)

Hubungan tingkat

pengetahuan ibu

bersalin pengguna

jampersal dengan sikap

tentang program

jampersal di unit

pelaksanaan teknis

kesehatan masyarakat

UBUD I

1. Tingkat

Pengetahuan Ibu

bersalin pengguna

Jampersal

2. Sikap tentang

Jampersal

1. Terdapa hubungan bermakna

antara tingkat pengetahuan ibu

bersalin pengguna Jampersal

dengan sikap tentang jampersal.

2. Persentase tingkat pengetahuan

tertinggi yaitu pada responden

yang berusia 20 sampai 35

tahun yaitu sebesar 21,43%

dengan tingkat pendidikan

terakhir diploma/sarjana

85,71%.

3. Sikap tentang program

Jampersal dengan kategori

cukup 50 orang (78,13%), dan

kurang 14 orang (21,88%)

Page 22: BAB II TINJAUAN PUSTAKA - sinta.unud.ac.id II.pdfNamun proses ini tidak begitu saja, melainkan stimulus tersebut diteruskan dan proses selanjutnya merupakan proses persepsi. Persepsi