BAB II TINJAUAN PUSTAKA -...

24
BAB II TINJAUAN PUSTAKA A. Pengetahuan 1. Pengertian pengetahuan Pengetahuan merupakan dasar dari sikap, niat dan tindakan. Dengan pengetahuan sebagai dasar maka individu akan mempertimbangkan dengan hati hati untuk melakukan suatu tindakan tertentu. Pengetahuan merupakan hasil dari tahu dan ini terjadi setelah orang melakukan pengindraan terhadap suatu objek tertentu. Pengindraan terjadi melalui panca indera manusia, yakni indera penglihatan, pendengaran, penciuman, rasa dan raba, sebagian besar pengetahuan manusia diperoleh melalui mata dan telinga (Notoatmodjo, 2003). Menurut Bernadib (1984) pengetahuan merupakan materi atau perbendaharaan milik manusia sebagai hasil dari usahanya untuk mengetahui dan lebih lanjut dikatakan bahwa pengetahuan adalah kumpulan kesan kesan dan penerapan yang terhimpun dari pengetahuan yang diperoleh individu. Manurut Aristoteles ada dua bentuk dasar pengetahuan dari diri manusia : a. Mengetahui demi demi mengetahui saja dengan arti hanya untuk memuaskan kebutuhan hati manusia 1

Transcript of BAB II TINJAUAN PUSTAKA -...

BAB II

TINJAUAN PUSTAKA

A. Pengetahuan

1. Pengertian pengetahuan

Pengetahuan merupakan dasar dari sikap, niat dan tindakan. Dengan

pengetahuan sebagai dasar maka individu akan mempertimbangkan dengan

hati hati untuk melakukan suatu tindakan tertentu. Pengetahuan merupakan

hasil dari tahu dan ini terjadi setelah orang melakukan pengindraan

terhadap suatu objek tertentu. Pengindraan terjadi melalui panca indera

manusia, yakni indera penglihatan, pendengaran, penciuman, rasa dan

raba, sebagian besar pengetahuan manusia diperoleh melalui mata dan

telinga (Notoatmodjo, 2003).

Menurut Bernadib (1984) pengetahuan merupakan materi atau

perbendaharaan milik manusia sebagai hasil dari usahanya untuk

mengetahui dan lebih lanjut dikatakan bahwa pengetahuan adalah

kumpulan kesan kesan dan penerapan yang terhimpun dari pengetahuan

yang diperoleh individu.

Manurut Aristoteles ada dua bentuk dasar pengetahuan dari diri manusia :

a. Mengetahui demi demi mengetahui saja dengan arti hanya untuk

memuaskan kebutuhan hati manusia

1

b. Pengetahuan untuk digunakan untuk diterapkan misalnya untuk

melindungi dan membela diri, memperbaiki tempat tinggal,

mempermudah pekerjaannya, mamperlancar hubungan satu dengan

yang lainnya, dll.

2. Aspek aspek pengetahuan

Menurut Van Peursen (1985) pengetahuan mencakup proses

mengamati, menyangka dan menalar sedangkan menurut Salam (1995)

mengatakan bahwa pengetahuan mengandung 2 aspek yaitu :

a. Pengertian adalah suatu hal yang diketahui oleh individu dan hal

tersebut tidak selalu mencerminkan keadaan yang sebenarnya dari

obyek yang bersangkutan.

b. Pemahaman adalah suatu hal yang diketahui oleh individu dan hal itu

mencerminkan keadaan yang sebenarnya dari obyek yang

bersangkutan.

Pengetahuan atau kognitif merupakan domain yang sangat penting

dalam membentuk tindakan seseorang (Notoatmodjo, 2003). Dari

pengalaman dan penelitian terbukti bahwa perilaku yang didasari oleh

pengetahuan akan lebih bertahan lama dari pada perilaku yang tanpa

didasari dengan pengetahuan.

Menurut (Notoatdmojo, 2003) pengetahuan yang mencakup dalam

domain kognitif mempunyai 6 tingkatan :

2

1. Tahu (Know)

Tahu diartikan sebagai mengingat suatu materi yang telah dipelajari

sebelumnya termasuk kedalam pengetahuan tingkat ini adalah

mengingat kembali (recall) sesuatu yang spesifik dari seluruh bahan

yang dipelajari atau rangsangan yang telah diterima.

2. Memahami (Comperehension)

Diartikan sebagai suatu kemampuan untuk menjelasakan secara benar

tentang objek yang diketahui dan dapat menginterpretasikan materi

tersebut secara benar. Orang yang telah paham terhadap obyek atau

materi harus dapat menjelaskan, menyebutkan terhadap objek yang

dipelajari.

3. Aplikasi (Aplication)

Aplikasi diartikan sebagai kemampuan untuk menggunakan materi

yang telah dipelajari pada situasi atau kondisi real. Aplikasi ini dapat

diartikan sebagai aplikasi atau pengguna hukum-hukum, rumus,

metode, prinsip dan sebagainya dalam konteks atau situasi yang lain.

4. Analisis (Analysis)

Analisis adalah suatu kemampuan untuk menjabarkan materi atau

suatu objek kedalam komponen-komponen, tetapi masih didalam satu

struktur organisasi dan masih ada kaitannya satu sama lain.

3

5. Sintesis (Syntesis)

Sintesis menunjuk kepada suatu kemampuan untuk meletakkan atau

menghubungkan bagian-bagian didalam suatu bentuk keseluruhan yang

baru dengan kata lain sintesis adalah suatu kemampuan untuk

menyusun formulasi yang ada.

6. Evaluasi (Evaluation)

Evaluasi ini berkaitan dengan kemampuan untuk melakukan justifikasi

atau penilaian terhadap suatu materi atau objek penilaian-penilaian ini

didasarkan pada suatu kriteria yang ditentukan sendiri atau

menggunakan kriteria-kriteria yang telah ada.

Aspek aspek pengetahuan penyakit menular seksual menurut wulandari

(2000) yaitu :

a. Penularan

Pengetahuan tentang cara cara penyakit seksual tersebut menular

b. Pencegahan

Pengetahuan tentang cara pencegahan agar tidak tertular penyakit

menular seksual

c. Infeksi

Pengetahuan tentang tanda tanda timbulnya penyakit menular seksual

4

3. Faktor faktor yang mempengaruhi pengetahuan

Faktor faktor yang mempengaruhi pengetahuan antara lain :

a. Tingkat pendidikan

Semakin tinggi tingkat pendidikan seseorang maka akan semakin

mudah menerima hal hal baru dan mudah menyesuaikan dengan hal

hal yang baru tersebut.

b. Informasi

Seseorang yang mempunyai sumbner informasi yang lebih banyak

akan memberikan pengetahuan yang lebih jelas.

c. Budaya

Budaya sangat berpengaruh terhadap tingkat pengetahuan seseorang,

karena informasi informasi yang baru disaring disesuaikan dengan

budaya dan agama yang dianut

d. Pengalaman

Pengalaman dalam hal ini berkaitan dengan umur dan pendidikan

individu, maksudnya pendidikan yang tinggi akan menberikan

pengalaman yang lebih luas begitu pula dengan umur, semakin banyak

umur seseorang maka semakin banyak pula pengalaman orang tersebut

e. Sosial ekonomi

Tingkat kemampuan seseorang untuk memenuhi kebutuhan hidup.

Pengetahuan seseorang selain dipengaruhi oleh hal tersebut diatas, juga

5

dipengaruhi adanya media informasi dan peran aktif tenaga kesehatan

dalam memberikan stimulus yang berupa informasi tentang kesehatan.

Berdasarkan pendapat ahli diatas dapat disimpulkan bahwa aspek yang

akan dipakai dalam penelitian ini adalah aspek pengetahuan yang terdiri dari

aspek tahu, aspek paham dan aspek evaluasi yang akan dihubungkan dengan

aspek penyakit menular seksual yang terdiri dari aspek penularan, aspek

pencegahan dan aspek infeksi.

Cara pengukuran pengetahuan dilakukan dengan cara wawancara atau

dengan angket yang menanyakan tentang isi materi yang ingin diukur dari

responden. Kedalaman pengetahuan yang ingin kita ukur disesuaikan dengan

tingkat pengetahuan diatas.

a). Penyakit menular seksual (PMS)

4. Pengertian Penyakit Menular Seksual (PMS)

Penyakit kelamin adalah penyakit yang penularannya terutama

melalui hubungan seksual. Cara hubungan kelamin tidak hanya terbatas

pada cara genito-genital saja tetapi dapat juga secara oro-genital dan ano-

genital sehingga kelainan yang dapat ditimbulkan oleh penyakit ini tidak

terbatas pada daerah genital saja tetapi dapat juga pada daerah ekstra

genital (Daili, 1999).

PMS adalah singkatan dari Penyakit Menular Seksual, yang berarti

suatu infeksi atau penyakit yang kebanyakan ditularkan melalui hubungan

seksual (oral, anal atau lewat vagina). PMS juga diartikan sebagai penyakit

6

kelamin, atau infeksi yang ditularkan melalui hubungan seksual. Harus

diperhatikan bahwa PMS menyerang sekitar alat kelamin tapi gejalanya

dapat muncul dan menyerang mata, mulut, saluran pencernaan, hati, otak,

dan organ tubuh lainnya. (UNAIDS dan WHO 1998).

Pada pria, yang terinfeksi lebih dulu adalah saluran air kencing. Jika

PMS tidak diobati dapat menyebabkan keluarnya cairan yang tidak normal

dari penis dan berakibat sakit pada waktu buang air kecil. PMS yang tidak

diobati dapat mempengaruhi organ-organ reproduksi bagian dalam dan

menyebabkan kemandulan baik pada pria atau wanita. Bagian tubuh yang

dapat terpengaruh PMS pada wanita antara lain : Saluran indung telur,

Indung telur, rahim, kandung kencing, leher rahim, vagina, saluran

kencing dan anus. Sedangkan pada pria antara lain : kandung kencing, vas

deferens, prostat, penis, epididymis, testicle, saluran kencing, kantung

zakar, vesika seminalis dan anus.

5. Jenis Penyakit Menular Seksual

Menurut (UNAIDS dan WHO, 1998) yang paling umum dan paling

penting untuk diperhatikan adalah : Gonore, Herpes genitalis, kondiloma

akuminata, Sifilis, HIV/AIDS. Pada saat ini, klamidia lebih banyak

diperhatikan. Seperti halnya gonore, klamidia dapat menyebabkan

kemandulan. Herpes menyebabkan gejala-gejala yang bisa muncul dan

hilang seumur hidup. Sifilis dapat menyebabkan kerusakan yang berat jika

7

tidak diobati. Sementara AIDS, yang disebabkan oleh HIV menghancurkan

sistem kekebalan tubuh, membuat orang sakit dan bahkan meninggal.

a. Infeksi genital non spesifik

Merupakan penyakit kelamin yang disebabkan oleh penyebab yang non

spesifik dan yang sering terjai karena bakteri Chlamydia Trachomatis.

Pada wanita gejala sering tidak khas atau sangat ringan, gejala berupa

keluarnya cairan dari vagina berwarna kekuningan. Pada laki laki gejala

yang muncul adalah keluarnya cairan berupa lenir yang jernih sampai

keruh dan muncul pada pagi hari. Gejala lain dapat berupa nyeri saat

kencing, rasa gatal di saluran kencing pada ujung kemaluan. Infeksi

genital non spesifik dapat terjadi melalui hubungan seksual aktif dan

berhubungan erat dengan usia muda yang pertama kali melakukan kontak

seksual serta lamanya waktu aktivitas seksual, masa inkubasi biasanya

terjadi 1-5 minggu.

b. Gonorhe

Adalah penyakit yang disebabkan oleh neiseria gonorrheae, pada pria

permulaannya keluar nanah dari orifisium uretra eksterna dan pad wanita

biasanya tanpa gejala, hanya kadang kadang keluar dari vagina. Masa

inkubasi antara tiga sampai lima hari, masa inkubasi kadang kadang

berlangsung singkat hanya dua belas jam dan ada pula yang lama hingga

empat belas hari (widjaja, 1990).

8

Pada umumnya penularan gonorhe melalui melalui hubungan kelamin

yaitu geniti-genital, oro-genital dan ano-genital, tetapi dapat juga terjadi

secara manual melalui alat alat, pakaian, handuk, termometer dan

sebagainya. Oleh karena itu secara garis besar dikenal dengan gonore

genital atau gonore ekstra genital (Daili, 1999).

c. Sifilis

Adalah penyakit infeksi yanga disebabkan oleh treponema pallidum,

sangat kronik dan bersifat sistemik. Pada perjalanannya dapat menyerang

hampir semua alat alat tubuh, dapat menyerupai banyak penyakit,

mempunyai masa laten dan dapat ditularkan dari ibu ke janin. Dalam

istilah indonesia disebut “Raja Singa”, istilah tersebut sangat tepat karena

keganasannya (Natahusada dan Adhi Djuanda, 1999).

Gejala yang ditimbulkan adalah luka yang tidak nyeri pada sekitar alat

kelamin, anus, dan mulut yang muncul 2-3 minggu setelah terkena infeksi.

Setelah 6-8 minggu kemudian timbul pembesaran kelenjar getah bening

disusul rasa badan tidak enak dan bercak kemerahan pada kulit, semua

gejala itu bisa hilang dengan sendirinya tetapi infeksi berlangsung terus

sehingga lama kelamaan akan mempengaruhi tulang, hati, jantung, paru

paru dan syaraf.

9

d. Herpes genitalis

Adalah infeksi akut pada daerah genetalia dengan gejala khas berupa

vesikel yang berkelompok pada dasar yang eritem dan bersifat rekuren

(Daili, 1990).

Infeksi akut yang disebabkan oleh virus herpes simpleks tipe I atau

tipe II yang ditandai adanya vesikel yang berkelompok diatas kulit yang

sembab dan eritematosa pada daerah dekat mukokutan sedangkan infeksi

dapat berlangsung baik primer maupun rekuren (Handoko, 1999).

Infeksi herpes genitalis atau herpes simpleks ini berlangsung dalam

tiga tingkatan yaitu ; infeksi primer, fase laten dan infeksi rekuren.Gejala

yang timbul dapat bersifat berat yaitu pembesaran kelenjar limfe tetapi

bisa juga tanpa adanya gejala. Selain ditularkan melalui hubungan seksual

penyakit ini dapat ditularkan pada janin dalam kandungan ibu yang

terinfeksi. Akibat yang ditimbulkan adalah terjadinya abortus, keluarnya

janin prematur, bayi mengalami kelainan pada organ tubuhnya dan bayi

tidak tumbuh secara normal.

e. Kondiloma akuminata

Kandiloma akuminata merupakan pertumbuhan yang bersifat jinak

superfisial yang disebabkan oleh virus golongan paposa, yang biasanya

tumbuh pada daerah anus dan genetalia laki laki maupun wanita. Penyakit

ini dikelompokkan dalam penyakit yang ditularkan melalui hubungan

kelamin (Siregar, 1990). Penyebaran penyakit ini melalui hubungan

10

kelamin yang mempunyai dua bentuk yaitu genital warts (kutil) di daerah

alat kelamin atau tempat lembab, dapat juga menyerang daerah mulut

sebagai akibat kontak orogenital.

f. Kandidosis Vulvovaginal

Penyakit menular seksual yang disebabkan virus candida albicans.

Gejala pada wanita adalah rasa gatal atau iritasi dengan mengeluarkan

cairan berwarna putih seperti susu yang berbau atau barbau asam.

Sedangkan pada laki laki ditandai dengan rasa gatal pada kelamin dan

daerah sekitar lipatan paha. Sumber penularannya adalah melalui

hubungan seksual dengan penderita dan seorang ibu hamil yang menderita

penyakit ini akan menularkan pada beyinya.

g. Ulkus Mole

Sering disebut changcroid yaitu penyakit infeksi alat kelamin akut

yang disebabkan oleh bakteri haemophilus ducreyi. Masa inkubasi pada

pria berkisar antara 2-35 hari, pada wanita masa inkubasi sukar ditentuka

karena gejalanya sering tidak tampak. Gejala khas berupa luka kotor yang

mudah berdarah dan sangat nyeri dengan tepi yang tidak rata pada alat

kelamin yang muncul kira kira 1 minggu setelah terinfeksi.

h. Trikomoniasis

Penyakit menular seksual yang disebabkan oleh tricimonas vaginalis,

masa inkubasi pada wanita sulit untuk dipastikan tetapi berkisar antara 3 -

28 hari gejala yang timbul berupa keluarnya cairan vagina yang banyak,

11

bau dan sering menimbulkan rasa gatal dan perih pada organ kelamin.

Masa inkubasi pada pria biasanya tidak melebihi 10 hari. Gejala yang

timbul adalah rasa gatal dan panas pada saat buang air kecil.

i. Limfogranuloma Venereum

Penyakit menular seksual yang disebabkan oleh bakteri chlamydia

Trachomatis, masa inkubasi antara 3-20 hari, kadang kadang dapat lebih

lama. Gejala yang timbul berupa demam, menggigil, mual, hilangnya

nafsu makan, sakit kepala, nyeri pinggang bawah, nyeri bagian perut,

nyeri saat buang air besar dan diare. Selain melalui hubungan seksual

dapat juga ditularkan melalui pemakaian handuk dan pakaian yang

terkontaminasi.

j. Acquired Immune Deficiency Syndrome (AIDS)

Adalah suatu sindrom penyakit defisiensi imunitas seluler yang

didapat, yang pada penderitanya tidak akan ditemukan penyebab defisiensi

tersebut. Akibat adanya kehilangan kekebalan penderita AIDS mudah

terkena bernagai jenis infeksi bakteri, jamur, parasit dan virus tertentu

yang bersifat oportunistik. Selain itu penderita AIDS sering kali menderita

keganasan khususnya sarkoma kaposi dan limfoma yang hanya

menyerang otak (Budimulja, 1999)

12

B. Perilaku seksual beresiko

1. Pengertian perilaku seksual beresiko

a. Perilaku

Perilaku manusia pada hakikatnya adalah tindakan atau aktivitas dari

manusia itu sendiri yang mempunyai bentangan yang sangat luas. Jadi dapat

disimpulkan bahwa perilaku manusia adalah semua kegiatan atau aktivitas

manusia baik yang dapat diamati langsung maupun yang tidak dapat diamati

oleh pihak luar. Menurut Skiner (1938) merumuskan bahwa perilaku

merupakan respon atau reaksi seseorang terhadap stimulus (rangsang dari

luar).

b. Perilaku Seksual

Yang dimaksud dengan perilaku seksual adalah segala tingkah laku

yang didorong oleh hasrat seksual, baik dengan lawan jenisnya maupun

dengan sesama jenis. Bentuk bentuk tingkah laku ini bisa bermacam macam

mulai dari perasaan tertarik sampai tingkah laku berkencan, bercumbu dan

bersenggama.obyek seksual bisa berupa orang lain, khayalan atau diri sendiri.

c. Perilaku Seksual Beresiko

menurut Jarlais (Wijanarko) yang dimaksud dengan perilaku seksual

beresiko adalah perilaku seksual yang memiliki resiko tertular penyakit

menular seksual atau HIV AIDS. Perilaku seksual beresiko tampak dalam

seringnya berganti ganti pasangan baik homoseksual maupun heteroseksual,

13

hubungan seksual tanpa kondom, serta kontak seksual dengan pasangan yang

tertular penyakit menular seksual. Perilaku seksual beresiko dilakukan tidak

dalam ikatan perkawinan yang sah karena hal tersebut tidak menjamin jumlah

pasangan dan kesehatan pasangan.

Kehidupan sopir truk memiliki liku-liku yang khas, ritme kehidupan

mereka berbeda dengan petani, pegawai atau profesi lain yang memiliki

keteraturan dalam waktu dan jarak kerja. Makin tinggi mobilitas penduduk dan

arus barang antar daerah mengisyaratkan bahwa makin banyak dan makin

tinggi pula frekuensi sopit truk untuk mengemudikan kendaraannya.

Jarak tempuh yang panjang menimbulkan ketegangan dan kelelahan fisik

secara berlebihan mambuat para sopir mencari tempat tempat untuk

beristirahat. Tidak seperti tempat peristirahatan sopir bus yang pada umumnya

hanya melayani makan minum, tempat peristirahatan sopir truk dilengkapi

dengan tempat mandi dan bahkan fasilitas tempat tidur dan tidak jarang ada

wanita yang siap mendampingi tidur sopir truk.

Dunia sopir truk mempunyai norma norma tersendiri berkaitan dengan

perilaku seksual. Bagi mereka yang melakukan hubungan seksual ditengah

tengah perjalanan tidak dengan pasangan syahnya adalah merupakan suatu

kelaziman.

Salah satu masalah sosial yang saat ini menjadi perhatian adalah masalah

perilaku seksual beresiko. Perilaku beresiko tersebut tampak dalam seringnya

14

berganti ganti pasangan, hubungan seksual tanpa kondom, serta kontak seksual

dengan pasangan yang tertular penyakit menular seksual

2. Faktor faktor yang mempengaruhi perilaku seksual beresiko

Menurut Sarwono beberapa faktor yang turut mempengaruhi perilaku

seksual antara lain :

a. Meningkatnya libido

Perubahan perubahan hormonal yang meningkatkan energi seksual atau

libido membutuhkan penyaluran dalam bentuk tingkah laku seksual

tertentu.

b. Penundaan usia perkawinan

Penyaluran libido seksualitas tidak dapat segera dilakukan karena

adanya penundaan usia perkawinan, baik secara hukum karena adanya

UU perkawinan yang menetapkan batasan usia pernikahan maupun

norma sosial yang makin lama makin menuntut persyaratan untuk

menuju perkawinan (pendidikan, pekerjaan, persiapan mental, dll).

c. Tabu dan larangan

Norma agama tetap berlaku yaitu larangan seseorang melakukan

hubungan seksual sebelum menikah, selain itu masih kuatnya tabu

dalam keluarga untuk membicarakan masalah seksual dan kurangnya

pendidikan seks.

Menurut Mundiharno (1999) perilaku seksual dipengaruhi oleh faktor

antara lain

15

a. Keluarga

Bila rumah tangga yang dimiliki harmonis maka sopir truk cenderung

akan menahandiri terhadap perilaku seksual, sebaliknya jika keluarga

yang dimiliki tidak harmonis maka sopir truk cenderung untuk

mencari “jajanan” diluar.

b. Lingkungan

Faktor lingkungan merupakan materi bagi pengalaman yang bersifat

seksual maupun non seksual akan terekam secara sadar maupun tidak

sadar dalam sel otak manusia.

c. Usia

Usia seseorang mempengaruhi bentuk perilaku orang tersebut.

Menurut Daili 1993 kelompok usia yang tergolong beresiko tertular

penyakit menukar seksual adalah :

20-34 tahun pada laki laki seperti sopir truk, anak buah

kapal, homoseksual

15-24 tahun pada wanita seperti pekerja seks komersil

20-24 tahun pada laki laki dan perempuan

d. Mobilitas yang tinggi

Mobilitas sopit truk yang sangat tinggi dan tantangan yang banyak

dihadapi dalam perjalanan memungkinkan sopir truk untuk mencari

hiburan.

16

e. Biaya seks

Tidak adanya kepastian tarif atau biaya seks berpengaruh terhadap

tingginya frekuensi sopit truk melakukan hubungan seksual dengan

pelacur. Jika tarif pelacur tinggi dengan sistem pembayaran tidak

dapat dibon mungkin frekuensi sopir truk melakukan hubungan

seksual dapat lebih rendah.

f. Pengetahuan

Sebagai sarana eksistensi menusia pengetahuan digunakan untuk

bertahan hidup dan mengatasi masalah seperti melindungi diri dan

meningkatkan kesehatan. Minimnya pengetahuan yang dimiliki sopir

truk ditandai dengan persepsi penyakit menular seksual hanya menular

dari pihak pria ke wanita tetapi tidak menular dari wanita ke pria

g. Gaji

Banyaknya uang yang dipegang selama perjalanan berkaitan dengan

frekuensi hubungan seksual di perjalanan yaitu cenderung mendorong

sopir truk untuk sering mampir ke tempat tempat istirahat, terutama

bagi sopit truk yang beban ekonominya masih ringan.

Berdasarkan uraian diatas dapat disimpulkan bahwa faktor faktor yang

mempengaruhi perilaku seksual adalah peningkatan libido, penundaan usia

perkawinan dan tabu dan larangan, keluarga, lingkungan, usia, mobilitas

yang tinggi, biaya seks, pengetahuan dan gaji.

17

3. Aspek aspek perilaku seksual beresiko pada sopir truk

Perilaku yang dilakukan seseorang dapat diungkapkan melalui aspek :

a. Aspek frekuensi

Frekuensi mencerminkan sering tidaknya perilaku muncul. Usaha

usaha sistematis untuk mengubah perilaku dianggap sebagai usaha

untuk mempengaruhi frekuensi munculnya suatu perilaku.

b. Aspek lamanya berlangsung

Waktu yang diperlukan untuk berlangsungnya suatu perilaku. Jika

perilaku mempunyai permulaan dan akhir tertentu, tetapi terjadi dalam

jangka waktu yang berbeda untuk masing masing peristiwa.

c. Aspek intensitas

Banyaknya daya yang dikeluarkan oleh perilaku tersebut, aspek

intensitas digunakan untuk mengukur seberapa dalam orang melakukan

suatu tindakan.

Thornburg mengatakan bahwa aspek aspek perilaku seksual meliputi :

a. Aspek biologis

Respon individu terhadap dorongan seksualnya, perkembangan orgfan

genital, proses reproduksi.

b. Aspek psikologis

Proses belajar yang terjadi pada individu yang mengekspresikan

dorongan seksual melalui pikiran, perasaan dan tingkah laku.

18

c. Aspek sosial

Dorongan seksual yang dimanifestasikan dalam bentuk hubungan yang

mendalam dengan individu yang lain

d. Aspek moral

Manifestasi dari dorongan seksual disesuaikan dengan norma yang

berlaku dimasyarakat.

Berdasarkan pendapat ahli diatas dapat disimpulkan bahwa aspek

perilaku seksual beresiko terdiri dari aspek biologis yang berhubungan

dengan respon individu terhadap dorongan seksualnya, aspek psikologis

yang berhubungan dengan ekspresi dari dorongan seksualnya, aspek sosial

yang berhubungan dengan relasi dengan orang lain, dan aspek moral yang

berhubungan dengan norma yang berlaku dimasyarakat.

Cara memperoleh data perilaku yang paling akurat adalah melalui

pengamatan atau dapat juga dilakukan dengan wawancara dengan

pendekatan recall atau mengingat kembali perilaku yang telah dilakukan

oleh responden beberapa waktu yang lalu.

C. Hubungan antara pengetahuan tentang penyakit menular seksual

dengan perilaku beresiko pada sopir angkutan berat

Seksualitas bagi orang dewasa termasuk sopir truk merupakan bagian

penting dalam hidupnya. Tidak berbeda dengan kebutuhan biologis lainnya

seperti makan minum kebutuhan seksual juga merupakan aktivitas rutin yang

19

perlu pemenuhan dan penyaluran. Tingkat mobilitas tinggi para sopir truk

yang dialami selama dalam bekerja menyebabkan kelelahan fisik dan

memaksa mereka untuk beristirahat ditempat peristirahatan. Ditempat

peristirahatan yang disinggahi tersebut ada yang menyediakan wanita wanita

yang mau “mendampingi” tidur para sopir. Banyaknya tempat yang

disinggahi berarti banyak pula pasangan wanita yang pernah dilalui.

Dunia sopir truk mempunyai norma norma tersendiri berkaitan dengan

perilaku seksual. Bagi mereka yang melakukan hubungan seksual ditengah

tengah perjalanan tidak dengan pasangan syahnya adalah merupakan suatu

kelaziman. Salah satu masalah sosial yang saat ini menjadi perhatian adalah

masalah perilaku berisiko sopir truk yang karena sikap dan perilakunya secara

tidak langsung ikut menyebarkan penyakit menular seksual. Perilaku beresiko

tersebut tampak dalam seringnya berganti ganti pasangan, hubungan seksual

tanpa kondom, serta kontak seksual dengan pasangan yang tertular penyakit

menular seksual (Jarlis, dikutip Wijanarko 1999).

Perilaku manusia sebagian besar merupakan hasil dari segala pengalaman

serta interaksi manusia dengan lingkungan yang terwujud dalam pengetahuan.

Pada saat ini sangat penting mengetahui secara benar tentang penyakit

menular seksual yang merupakan salah satu resiko akibat hubungan seksual

yang tidak aman, karena pengetahuan sangat berpengaruh terhadap perilaku

seseorang.

20

Perilaku terbentuk melalui adanya pengetahuan. Adanya pengetahuan

akan menyebabkan individu memiliki sikap positif dan negatif. Secara teoritis

bila pengetahuan terhadap penyakit menular seksual tinggi maka

kecenderungan perilaku seksual beresiko tinggi pada sopir truk rendah dan

sebaliknya. Dari sikap yang terbentuk tersebut akan menimbulkan niat baik

positif maupun negatif dan kemudian diaktualisasikan dalam bentuk perilaku.

Dengan pengetahuan yang dimiliki tentang penyakit menular seksual

seseorang akan tahu resiko apa saja yang akan menimpanya maupun pasangan

tetapnya jika seseorang tertular penyakit menular seksual, sehingga akan

mewujudkan penerimaan perilaku yang rendah terhadap perilaku seksual

beresiko begitu pula sebaliknya, minimnya pengetahuan tentang penyakit

menular seksual akan mewujudkan penerimaan perilaku yang tinggi terhadap

perilaku seksual beresiko.

D. Kerangka teori

21

Faktor faktor yang mempengaruhi perilaku seksual beresiko: peningkatan libido penundaan usia perkawinan tabu dan larangan keluarga lingkungan usia mobilitas yang tinggi biaya seks pengetahuan gaji.

PERILAKU SEKS

BERESIKO

E. Kerangka konsep

variabel bebas variabel terikat

F. Variabel penelitian

1. Variabel bebas (independent)

Variabel bebas adalah variabel yang menjadi sebab timbulnya atau

berubahnya variabel terikat atau disebut juga variabel yang mempengaruhi.

Dalam penelitian ini variabel bebasnya adalah Tingkat pengetahuan sopir

angkutan berat tentang penyakit menular seksual (Sugiyono, 2003).

2. Variabel terikat (dependent)

Variabel terikat adalah variabel yang terpengaruh oleh variabel bebas

(Sugiyono, 2003). Variabel terikat penelitian ini adalah Perilaku seksual

beresiko.

G. Definisi operasional

1. Pengetahuan tentang penyakit menular seksual

Pengetahuan tentang penyakit menular seksual adalah hasil dari segala

sesuatu yang diketahui setelah seseorang melakukan pengindraan mengenai

penyakit menular seksual yang ditularkan melalui hubungan seksual.

22

TINGKAT PENGETAHUAN

PERILAKU SEKS BERESIKO

Pengetahuan tentang penyakit menular seksual meliputi pengertian, jenis,

tanda gejala, penularan, pencegahan,dan pengobatan.

Diukur dengan menggunakan kuesioner A yang terdiri dari 13 pertanyaan

dengan kemungkinan jawaban benar atau salah, hasil pengukuran data

berskala ordinal dengan hasil ukur : jawaban tinggi (80 – 100%), sedang (65 –

80%) dan rendah (<65 %).

Tinggi rendahnya skor tes menunjukkan tinggi rendahnya pengetahuan

tentang penyakit menular seksual.

2. Perilaku seksual beresiko

perilaku seksual beresiko adalah suatu bentuk perilaku yang muncul

karena meningkatnya hasrat seksual yang bertujuan untuk mendapatkan

kenikmatan seksual dan beresiko tinggi tertular penyakit menular seksual dan

HIV/AIDS.

Perilaku seksual beresiko dapat diukur dengan skala yang meliputi aspek

biologis, aspek psikologis, aspek sosial dan aspek moral. Tinggi rendahnya

skor skala yang diperoleh menunjukkan sering tidaknya perilaku seksual

beresiko tersebut dilakukan. Pengukuran dengan menggunakan kuesioner B

yang terdiri dari 17 pertanyaan dengan kemungkinan jawaban Sering (S),

Jarang (J), Tidak Pernah (TP), hasil pengukuran data berskala ordinal dengan

kriteria bila jawaban terbanyak adalah sering (S) menunjukkan perilaku

seksual beresiko tinggi, bila jawaban terbanyak adalah jarang (J)

23

menunjukkan perilaku seksual beresiko rendah dan bila jawaban terbanyak

adalah tidak pernah (TP) menunjukkan perilaku seksual tidak beresiko.

H. Hipotesis penelitian

Berdasarkan kerangka konsep, maka hipotesis penelitian yang ditegakkan

adalah Ada hubungan antara tingkat pengetahuan sopir angkutan berat tentang

penyakit menular seksual terhadap perilaku seksual beresiko

24