BAB II TINJAUAN PUSTAKA - repository.ump.ac.idrepository.ump.ac.id/4081/3/Maryam Makhmudah_BAB...

18
3 BAB II TINJAUAN PUSTAKA A. Hasil Penelitian Terdahulu Penelitian ini mengacu pada penelitian yang telah dilakukan sebelumnya. Fidrianny et al (2016) melakukan penelitian tentang aktivitas antioksidan ekstrak biji kopi hijau arabika terhadap DPPH. Hasil penelitian menunjukkan ekstrak etanol biji kopi hijau arabika mempunyai aktivitas antioksidan ditunjukkan dengan nilai IC 50 sebesar 0,7 134,56 μg/ml. B. Landasan Teori 1. Tinjauan Umum Biji Kopi Hijau Arabika a. Klasifikasi Gambar 2.1. Coffea arabica, L. Kopi Arabika merupakan tanaman perdu tahun yang secara lengkap diklasifikasikan sebagai berikut : Kingdom : Plantae Sub kingdom : Trachebionta Super Divisi : Spermatophyta Divisi : Magnoliophyta Kelas : Magnoliopsida Sub Kelas : Asteridae Ordo : Rubiales Famili : Rubiaceae Genus : Coffea Species : Coffea arabica L. (Rahardjo, 2012) Formulasi Sediaan Lulur…, Maryam Makhmudah, Fakultas Farmasi UMP, 2017

Transcript of BAB II TINJAUAN PUSTAKA - repository.ump.ac.idrepository.ump.ac.id/4081/3/Maryam Makhmudah_BAB...

Page 1: BAB II TINJAUAN PUSTAKA - repository.ump.ac.idrepository.ump.ac.id/4081/3/Maryam Makhmudah_BAB II.pdf · Obat yang dimampatkan dalam alat ekstraksi khusus yang ... Minyak zaitun .

3

BAB II

TINJAUAN PUSTAKA

A. Hasil Penelitian Terdahulu

Penelitian ini mengacu pada penelitian yang telah dilakukan

sebelumnya. Fidrianny et al (2016) melakukan penelitian tentang aktivitas

antioksidan ekstrak biji kopi hijau arabika terhadap DPPH. Hasil penelitian

menunjukkan ekstrak etanol biji kopi hijau arabika mempunyai aktivitas

antioksidan ditunjukkan dengan nilai IC50 sebesar 0,7 – 134,56 µg/ml.

B. Landasan Teori

1. Tinjauan Umum Biji Kopi Hijau Arabika

a. Klasifikasi

Gambar 2.1. Coffea arabica, L.

Kopi Arabika merupakan tanaman perdu tahun yang secara

lengkap diklasifikasikan sebagai berikut :

Kingdom : Plantae

Sub kingdom : Trachebionta

Super Divisi : Spermatophyta

Divisi : Magnoliophyta

Kelas : Magnoliopsida

Sub Kelas : Asteridae

Ordo : Rubiales

Famili : Rubiaceae

Genus : Coffea

Species : Coffea arabica L.

(Rahardjo, 2012)

Formulasi Sediaan Lulur…, Maryam Makhmudah, Fakultas Farmasi UMP, 2017

Page 2: BAB II TINJAUAN PUSTAKA - repository.ump.ac.idrepository.ump.ac.id/4081/3/Maryam Makhmudah_BAB II.pdf · Obat yang dimampatkan dalam alat ekstraksi khusus yang ... Minyak zaitun .

4

b. Morfologi Tanaman

Tanaman kopi Arabika merupakan jenis tanaman berkeping

dua (dikotil) dan memiliki akar tunggang. Pada akar tunggang, ada

beberapa akar kecil yang tumbuh ke samping (melebar) yang

sering disebut akar lateral. Pada akar lateral ini terdapat akar

rambut, bulu – bulu akar, dan tudung akar (Panggabean, 2011).

Kopi Arabika merupakan jenis kopi tertua yang dikenal

dan dibudidayakan di dunia dengan varietas-varietasnya. Kopi

Arabika menghendaki iklim subtropik dengan bulan-bulan

kering untuk pembungaannya. Di Indonesia, tanaman kopi

Arabika cocok dikembangkan di daerah-daerah dengan ketinggian

antara 800-1500 m di atas permukaan laut (mdpl) dan dengan suhu

rata-rata 15-24ºC. Pada suhu 25ºC, kegiatan fotosintesis

tumbuhannya akan menurun dan akan berpengaruh langsung

pada hasil kebun. Mengingat belum banyak jenis kopi Arabika yang

tahan akan penyakit karat daun, dianjurkan penanaman kopi

Arabika tidak di daerah-daerah di bawah ketinggian 800 mdpl

(Sihombing,2011).

Menurut Hiwot (2011), kopi Arabika merupakan tanaman

berbentuk semak tegak atau pohon kecil yang memiliki tinggi

5 m sampai 6 m dan memiliki diameter 7 cm saat tingginya

setinggi dada orang dewasa. Selain itu, kopi Arabika memiliki

warna kulit abu - abu, tipis, dan menjadi pecah - pecah dan kasar

ketika tua. Daun kopi Arabika berwarna hijau gelap dan

dengan lapisan lilin mengkilap. Daun ini memiliki panjang

empat hingga enam inci dan juga berbentuk oval atau

lonjong. Daun kopi Arabika juga merupakan daun sederhana

dengan tangkai yang pendek dengan masa pakai daun kopi Arabika

adalah kurang dari satu tahun.

Menurut Budiman (2012), bunga kopi Arabika memiliki

mahkota yang berukuran kecil, kelopak bunga berwarna hijau,

dan pangkalnya menutupi bakal buah yang mengandung dua

Formulasi Sediaan Lulur…, Maryam Makhmudah, Fakultas Farmasi UMP, 2017

Page 3: BAB II TINJAUAN PUSTAKA - repository.ump.ac.idrepository.ump.ac.id/4081/3/Maryam Makhmudah_BAB II.pdf · Obat yang dimampatkan dalam alat ekstraksi khusus yang ... Minyak zaitun .

5

bakal biji. Benang sari pada bunga ini terdiri dari 5 – 7 tangkai

yang berukuran pendek. Kopi Arabika umumnya akan mulai berbunga

setelah berumur ± 2 tahun, buah tanaman kopi terdiri atas daging

buah dan biji. Daging buah terdiri atas tiga lapisan, yaitu kulit

luar (eksokarp), lapisan daging (mesokarp) dan lapisan kulit

tanduk (endokarp) yang tipis tapi keras. Buah kopi umumnya

mengandung dua butir biji, tetapi kadang – kadang hanya

mengandung satu butir atau bahkan tidak berbiji (hampa) sama sekali.

Keunggulan dari kopi arabika itu sendiri antara lain bijinya

berukuran besar, beraroma harum, dan memiliki cita rasa yang enak,

tetapi kelemahannya rentan terhadap penyakit karat daun/HV

(Hemelia vastatrix) (Anggara dan Marini, 2011).

c. Kandungan Kimia

Kopi jenis arabika memiliki aktivitas antioksidan yang tinggi.

Menurut (Nicoli et al., (1997); Del et al., (2002); dan Nebesny (2003))

salah satunya pada biji kopi hijau arabika, banyak senyawa yang

terkandung dalam biji kopi hijau arabika yang berperan sebagai

antioksidan diantaranya adalah asam clorogenik, asam ferulat, asam

kafeat, asam n-kumarat, kafein, trigonelina, dan antioksidan volatil

berupa furan dan pirol (Alexander et al, 2013). Polifenol merupakan

senyawa kimia yang bekerja sebagai antioksidan kuat di dalam kopi

(Almada 2009, dan Lelyana 2008). Kadar polifenol pada biji kopi

arabika bervariasi antara 6 - 7 %, sedangkan pada robusta sekitar 10 %

(Septianus, 2011).

2. Ekstraksi

Simplisia adalah bahan alami yang dipergunakan sebagai obat yang

belum mengalami pengolahan apapun juga dan kecuali dinyatakan lain

berupa bahan yang telah dikeringkan. Simplisia dibagi menjadi 3 yaitu,

simplisia nabati, simplisia hewani, dan simplisia pelikan atau mineral

(Depkes RI, 1989).

Simplisia yang disari mengandung zat aktif yang dapat larut dan

zat aktif yang tidak larut seperti serat, karbohidrat dan protein. Faktor

Formulasi Sediaan Lulur…, Maryam Makhmudah, Fakultas Farmasi UMP, 2017

Page 4: BAB II TINJAUAN PUSTAKA - repository.ump.ac.idrepository.ump.ac.id/4081/3/Maryam Makhmudah_BAB II.pdf · Obat yang dimampatkan dalam alat ekstraksi khusus yang ... Minyak zaitun .

6

yang mempengaruhi kecepatan penyarian adalah kecepatan difusi zat

yang larut melalui lapisan-lapisan batas antara penyari dengan bahan yang

mengandung zat tertentu (Depkes RI, 1986).

Ekstrak adalah sediaan pekat yang diperoleh dengan mengekstraksi

zat aktif dari simplisia hewani atau nabati menggunakan pelarut yang

sesuai, kemudian semua atau hampir semua pelarut diuapkan dan massa

atau serbuk yang tersisa diperlakukan sedemikian rupa hingga memenuhi

baku yang telah ditetapkan (Depkes RI, 1986). Ekstrak adalah sediaan

yang diperoleh dengan cara ekstraksi tanaman obat dengan ukuran partikel

tetentu dan menggunakan medium pengekstraksi (menstrum) yang tertentu

pula (Agoes, 2007).

Berdasarkan sifatnya ekstrak dibedakan menjadi 4 (Voigt, 1995) yaitu :

a. Ekstrak encer (extractum tenue)

Sediaan ini memiliki konsistensi semacam madu dan dapat

dituang. Pada saat ini ekstrak encer sudah tidak terpakai lagi.

b. Ekstrak kental (extractum spissum)

Sediaan ini liat (kuat) dalam keadaan dingin dan tidak dapat

dituang. Kandungan airnya berjumlah sampai 30%.

c. Ekstrak kering (extractum siccum)

Sediaan ini memiliki konsistensi kering dan mudah digosokkan.

Melalui penguapan cairan pengekstraksi dan pengeringan sisanya akan

terbentuk suatu produk, yang sebaiknya memiliki kandungan lembab

tidak lebih dari 5%.

d. Ekstrak cair (extractum fluidum)

Dalam hal ini diartikan sebagai ekstrak cair, yang dibuat

sedemikian rupa sehingga satu bagian simplisia sesuai dengan dua

bagian (kadang-kadang juga satu bagian) ekstrak cair.

Ekstraksi adalah suatu proses menarik kandungan kimia yang

dapat larut dengan pelarut yang sesuai. Dengan mengetahui senyawa

aktif yang dikandung oleh simplisia maka akan mempermudah

pemilihan pelarut dan cara ekstraksi yang tepat (Ditjen POM, 2000).

Formulasi Sediaan Lulur…, Maryam Makhmudah, Fakultas Farmasi UMP, 2017

Page 5: BAB II TINJAUAN PUSTAKA - repository.ump.ac.idrepository.ump.ac.id/4081/3/Maryam Makhmudah_BAB II.pdf · Obat yang dimampatkan dalam alat ekstraksi khusus yang ... Minyak zaitun .

7

Macam–macam metode ekstraksi antara lain :

1. Maserasi

Maserasi adalah penyarian dengan merendam serbuk simplisia dalam

cairan penyari. Digunakan untuk menyari zat aktif yang mudah larut

dalam cairan penyari, tidak mengembang dalam penyari. Contoh cairan

penyari yaitu air, etanol, air-etanol (Depkes RI, 2000).

2. Infudasi

Infundasi adalah proses penyarian yang digunakan untuk menyari zat

aktif yang larut dalam air dari bahan-bahan nabati. Infundasi dilakukan

dengan cara menambahkan serbuk dengan air secukupnya dalam

penangas air selama 15 menit yang dihitung mulai suhu di dalam panci

mencapai 90 °C sambil sesekali diaduk, infus disaring sewaktu masih

panas dengan menggunakan kain flanel. Penyarian dengan cara ini

menghasilkan sari yang tidak stabil dan mudah tercemar oleh bakteri

dan jamur (Depkes RI, 1986).

3. Sokhletasi

Sokhletasi adalah ekstraksi menggunakan pelarut yang selalu baru yang

umumnya dilakukan dengan alat khusus sehingga terjadi ekstraksi

kontinyu dengan jumlah pelarut relatif konstan dengan adanya

pendingin balik (Depkes RI, 1986).

4. Perkolasi

Istilah perkolasi berasal dari bahasa Latin per yang artinya melalui dan

colare yang artinya merembes, secara umum dapat dinyatakan sebagai

proses dimana obat yang sudah halus diekstraksi dalam pelarut yang

cocok dengan cara melewatkan perlahan-lahan melalui obat dalam

suatu kolom. Obat yang dimampatkan dalam alat ekstraksi khusus yang

disebut perkolator, dan ekstrak yang telah dikumpulkan disebut perkolat

(Ansel, 1989).

3. Krim

Menurut Farmakope Indonesia Edisi IV, krim adalah sediaan

setengah padat mengandung satu atau lebih bahan obat terlarut atau

terdispersi dalam bahan dasar yang sesuai. Istilah ini secara tradisional

telah digunakan untuk sediaan setengah padat yang mempunyai

Formulasi Sediaan Lulur…, Maryam Makhmudah, Fakultas Farmasi UMP, 2017

Page 6: BAB II TINJAUAN PUSTAKA - repository.ump.ac.idrepository.ump.ac.id/4081/3/Maryam Makhmudah_BAB II.pdf · Obat yang dimampatkan dalam alat ekstraksi khusus yang ... Minyak zaitun .

8

konsistensi relatifnya cair diformulasikan sebagai emulsi air dalam minyak

atau minyak dalam air. Sekarang ini, batasan tersebut lebih diarahkan

untuk produk yang terdiri dari emulsi minyak dalam air atau disperse

mikrokristal asam-asam lemak atau alkohol yang berantai panjang dalam

air yang dapat dicuci dengan air dan lebih ditujukan untuk penggunaan

kosmetika dan estetika (Depkes RI, 1995).

Krim adalah sediaan setengah padat berupa emulsi kental

mengandung tidak kurang dari 60% air, dimaksudkan untuk pemakaian

luar. Tipe krim ada 2 yaitu: krim tipe air dalam minyak (A/M) dan krim

minyak dalam air (M/A). Untuk membuat krim digunakan zat pengemulsi,

umumya berupa surfaktan-surfaktan anionik, kationik dan nonionik

(Anief, 2008).

Sifat umum sediaan semi padat terutama krim ini adalah mampu

melekat pada permukaan tempat pemakaian dalam waktu yang cukup lama

sebelum sediaan ini dicuci atau dihilangkan. Krim yang digunakan sebagai

obat umumnya digunakan untuk mengatasi penyakit kulit seperti jamur,

infeksi ataupun sebagai anti radang yang disebabkan oleh berbagai jenis

penyakit (Anwar, 2012). Krim merupakan sistem emulsi sediaan

semipadat dengan penampilan tidak jernih, berbeda dengan salep yang

tembus cahaya. Konsistensi dan sifatnya tergantung pada jenis emulsinya,

apakah jenis air dalam minyak atau minyak dalam air (Lachman et al.,

1994).

Krim terdiri dari emulsi minyak dalam air sehingga dapat dicuci

dengan air serta lebih ditujukan untuk pemakaian kosmetik dan estetika.

Krim digolongkan menjadi dua tipe, yakni:

1. Tipe A/M, yakni air terdispersi dalam minyak. Contohnya cold cream.

Cold cream adalah sediaan kosmetika yang digunakan untuk memberi

rasa dingin dan nyaman pada kulit.

2. Tipe M/A, yakni minyak terdispersi dalam air. Contohnya, vanishing

cream. Vanishing cream adalah sediaan kosmetik yang digunakan

untuk membersihkan, melembabkan dan sebagai alas bedak (Widodo,

2013).

Formulasi Sediaan Lulur…, Maryam Makhmudah, Fakultas Farmasi UMP, 2017

Page 7: BAB II TINJAUAN PUSTAKA - repository.ump.ac.idrepository.ump.ac.id/4081/3/Maryam Makhmudah_BAB II.pdf · Obat yang dimampatkan dalam alat ekstraksi khusus yang ... Minyak zaitun .

9

4. Lulur krim

Lulur krim adalah perawatan tubuh dengan menggunakan lulur.

Produk lulur berupa krim yang mengandung butiran – butiran kasar di

dalamnya. Bahan alami yang dapat digunakan sebagai bahan lulur antara

lain bengkoang, beras giling kasar, belimbing, jeruk nipis, pepaya, bunga-

bungaan, daun-daunan, biji cokelat, kopi dan kedelai (Tranggono &

Latifah, 2007).

Lulur krim bertujuan untuk mengangkat sel-sel kulit mati, kotoran

dan membuka pori-pori sehingga dapat bernapas serta kulit menjadi lebih

cerah dan putih. Sekarang ini begitu banyak jenis lulur yang beredar di

masyarakat dengan berbagai khasiat dimulai dari menghaluskan kulit,

meremajakan kulit hingga memutihkan kulit (Ery, 2012). Manfaat yang

dapat diperoleh luluran adalah mencerahkan kulit tubuh, mengencangkan

kulit, menghilangkan penyakit kulit, menghilangkan bau badan dan

menenangkan syaraf dan pikiran (Gumpita, 2013). Pemakaian lulur

memerlukan waktu jadi tidak langsung terlihat hasilnya, butuh proses

panjang untuk mencerahkan kulit badan. Segi keamanan, lulur tradisional

sangat terjamin dibandingkan dengan produk lulur pemutih produk

industri (Suya, 2009).

Selain itu, lulur krim juga berfungsi mengangkat sel kulit mati di

permukaan kulit tubuh yang kasar dan kusam, selain itu juga berfungsi

membantu mempercepat pergantian sel-sel kulit tubuh yang baru, bersih

dan sehat. Lulur adalah perawatan yang dilakukan oleh terapis dengan cara

menggerakan telapak tangan memutar sambil mengusap permukaan kulit

yang sudah diberi produk lulur. Perawatan ini dapat dilanjutkan dengan

perawatan body masker. Perawatan ini diakhiri dengan bath terapy, dan

pengolesan lotion, body cream atau body butter untuk memaksimalkan

hasil perawatan (Tranggono & Latifah, 2007).

Luluran adalah aktivitas menghilangkan kotoran, minyak atau kulit

mati yang dilakukan dengan pijatan diseluruh badan. Hasilnya dapat

langsung terlihat, kulit lebih halus, kencang, harum, dan sehat bercahaya

(Fauzi & Nurmalina, 2012). Melakukan perawatan lulur dapat membantu

Formulasi Sediaan Lulur…, Maryam Makhmudah, Fakultas Farmasi UMP, 2017

Page 8: BAB II TINJAUAN PUSTAKA - repository.ump.ac.idrepository.ump.ac.id/4081/3/Maryam Makhmudah_BAB II.pdf · Obat yang dimampatkan dalam alat ekstraksi khusus yang ... Minyak zaitun .

10

kita untuk menyehatkan dan merawat kulit agar tidak terlihat gelap,selalu

bersih, halus dan cerah (Darwati, 2003). Menurut Achroni (2012), dengan

menggunakan lulur maka sel kulit mati yang menumpuk di permukaan

kulit akan terangkat sehingga kulit tidak terlihat gelap, bersih, halus dan

cerah.

5. Uraian bahan

a. Lemak kakao (Lemak coklat)

Lemak coklat adalah lemak coklat padat yang diperoleh dengan

pemerasan panas biji Theobroma cacao L, yang telah dikupas dan

dipanggang. Pemerian lemak padat, putih kekuningan, bau khas

aromatik, rasa khas lemak, agak rapuh. Kelarutan sukar larut dalam

etanol (95%) P, mudah larut dalam kloroform P, dalam eter P dan

dalam eter minyak tanah P. Suhu lebur 31o sampai 34

oC. Khasiat dan

kegunaannya sebagai zat tambahan (Depkes RI, 1979).

b. Minyak zaitun

Minyak zaitun adalah minyak lemak yang diperoleh dengan

pemerasan dingin biji masak Olea europaea L. Pemerian cairan,

kuning pucat atau kuning kehijauan, bau lemak, bau tengik, rasa khas,

pada suhu rendah sebagian atau seluruhnya membeku. Kelarutan

sukar larut dalam etanol (95%) P, mudah larut dalam kloroform P,

dalam eter P, dan dalam eter minyak tanah P. Khasiat dan kegunaan

sebagai zat tambahan (Depkes RI, 1979).

c. Setil alkohol

Setil alkohol dalam krim digunakan sebagai bahan pengemulsi

dan bahan pengeras dalam sediaan topical (krim). Setil alkohol dapat

meningkatkan viskositas krim dan meningkatkan kestabilan sediaan

pada emulsi minyak dalam air dengan mengkombinasikannya dengan

emulgator yang larut dalam air. Sebagai bahan pengeras, konsentrasi

umum yang digunakan adalah 2-10 % dan sebagai bahan pengemulsi

digunakan konsentrasi 2-5%. Bahan ini sangat mudah larut dalam

etanol 95% dan eter. Kelarutannya akan meningkat jika suhunya

Formulasi Sediaan Lulur…, Maryam Makhmudah, Fakultas Farmasi UMP, 2017

Page 9: BAB II TINJAUAN PUSTAKA - repository.ump.ac.idrepository.ump.ac.id/4081/3/Maryam Makhmudah_BAB II.pdf · Obat yang dimampatkan dalam alat ekstraksi khusus yang ... Minyak zaitun .

11

dinaikkan. Titik lelehnya adalah 45-52% (American Pharmaceutical

Association, 2001).

d. Asam stearat

Asam stearat merupakan asam lemak jenuh yang digunakan

untuk formulasi oral dan topikal dalam sediaan farmasi. Asam stearat

digunakan sebagai bahan pengemulsi pada sediaan topikal. Kelarutan

mudah larut dalam benzena, kloroform, eter, dan etanol 95% serta

tidak larut dalam air (Rowe et al., 2009).

e. Propil paraben

Propil paraben mengandung tidak kurang dari 99,0 % dan tidak

lebih dari 101,0 % C10 H12O3. Pemerian serbuk hablur putih, tidak

berbau, tidak berasa. Kelarutan sangat sukar larut dalam air, larut

dalam 3,5 bagian etanol (95%) P, dalam 3 bagian aseton P, dalam 140

bagian gliserol P dan dalam 40 bagian minyak lemak, mudah larut

dalam larutan alkali hidroksida. Khasiat dan kegunaan sebagai zat

pengawet (Depkes RI, 1979).

f. Propilenglikol

Pemerian cairan kental, jernih, tidak berwarna, tidak berbau,

rasa agak manis, higroskopik. Kelarutan dapat campur dengan air,

dengan etanol (95%) P, dan dengan kloroform P, larut dalam 6 bagian

eter P, tidak dapat campur dengan eter minyak tanah P, dan dengan

minyak lemak. Jarak didih pada suhu 1850C sampai 189

0C tersuling

tidak kurang dari 95,0 % v/v. Khasiat dan kegunaan sebagai zat

tambahan, juga sebagai pelarut (Depkes RI, 1979).

g. Metil paraben

Metil paraben mengandung tidak kurang dari 99,0 % dan tidak

lebih dari 101,0 % C8H8O3. Pemerian serbuk hablur halus, putih,

hamper tidak berbau, tidak mempunyai rasa, kemudian agak

membakar diikuti rasa tebal. Kelarutan larut dalam 500 bagian air,

dalam 20 bagian air mendidih, dan dalam 3,5 bagian etanol (95%) P,

dan dalam 3 bagian aseton P, mudah larut dalam eter P, dan dalam

larutan alkali hidroksida, larut dalam 60 bagian gliserol P panas dan

Formulasi Sediaan Lulur…, Maryam Makhmudah, Fakultas Farmasi UMP, 2017

Page 10: BAB II TINJAUAN PUSTAKA - repository.ump.ac.idrepository.ump.ac.id/4081/3/Maryam Makhmudah_BAB II.pdf · Obat yang dimampatkan dalam alat ekstraksi khusus yang ... Minyak zaitun .

12

dalam 40 bagian minyak lemak nabati panas, jika didinginkan larutan

tetap jernih. Suhu lebur 1250C sampai 128

0C. Kegunaan dan khasiat

sebagai zat tambahan juga sebagai zat pengawet (Depkes RI, 1979).

h. Tepung/Pati Beras (Amylum oryzae)

Pati beras adalah pati yang diperoleh dari biji Oryza sativa L.

Pemerian serbuk sangat halus, putih, tidak berbau, tidak berasa.

Kelarutan : keasaman-kebasaan (Depkes RI, 1979).

i. Trietanolamin (TEA)

Pemerian berupa cairan kental bening atau berwarna kuning pucat,

jernih, tidak berbau atau hampir tidak berbau, bersifat higroskopis.

Bahan ini mudah larut dalam air, metanol dan aseton. Titik lebur

antara 20-21°C. Bahan ini berfungsi sebagai pengemulsi dan

pengatur pH pada sediaan topikal (Rowe., et al, 2009).

j. Aqua destilata (Air suling)

Air suling dibuat dengan menyuling air yang dapat diminum.

Pemerian cairan jernih, tidak berwarna, tidak berbau, tidak

mempunyai rasa. BM 18,02. Penyimpanan dalam wadah tertutup baik

(Depkes RI, 1979).

k. Vitamin C

Pemerian berupa serbuk atau hablur, putih atau agak kuning,

tidak berbau, rasa asam. Vitamin C bisa menjadi gelap karena

pengaruh cahaya. Vitamin C mudah larut dalam air, agak sukar larut

dalam etanol (95%), praktis tidak larut dalam kloroform, dalam eter

dan dalam benzen (Depkes RI, 1979).

6. Radikal Bebas

Para ahli biokomia menyebutkan bahwa radikal bebas merupakan

salah satu bentuk senyawa oksigen reaktif, yang secara umum diketahui

sebagai senyawa yang memiliki elektron yang tidak berpasangan (Winarsi,

2007). Radikal bebas yang ada pada tubuh dapat mengalami serangkaian

reaksi yang berlangsung terus menerus hingga radikal bebas hilang dari

dalam tubuh. Hilangnya radikal bebas dari dalam tubuh dikarenakan

bereaksi dengan radikal bebas lain sehingga menjadi suatu senyawa yang

Formulasi Sediaan Lulur…, Maryam Makhmudah, Fakultas Farmasi UMP, 2017

Page 11: BAB II TINJAUAN PUSTAKA - repository.ump.ac.idrepository.ump.ac.id/4081/3/Maryam Makhmudah_BAB II.pdf · Obat yang dimampatkan dalam alat ekstraksi khusus yang ... Minyak zaitun .

13

stabil, atau hilangnya bisa juga karena sistem kerja antioksidan (Winarsi,

2007).

Menurut Winarsi (2007), tahap-tahap reaksi radikal bebas adalah

sebagai berikut :

1. Tahap Inisiasi

Merupakan tahap yang menyebabkan terbentuknya radikal bebas.

Misalnya :

Fe ++

+ H2O2 Fe+++

+ OH- + .OH

Cl-Cl Cl. + Cl.

2. Propagasi

Yaitu perpanjangan radikal bebas, radikal yang terbentuk pada

tahap ini mengawali sederetan reaksi yang menyebabkan terbentuknya

radikal bebas baru. Reaksi-reaksi ini disebut tahap propagasi. Jumlah

berulangnya tahap propagasi disebut rantai panjang (chain length).

R2-H + R1. R2. + R1-H

R3-H + R2. R3. + R2-H

3. Terminasi

Tahap terminasi yaitu tahap bereaksinya senyawa radikal dengan

radikal lain atau dengan penangkal radikal, sehingga potensi

propagasinya rendah. Tahap terminasi digambarkan sebagai berikut :

R1. + R1. R1-R1

R2. + R1. R2-R1

R2. + R2. R2-R2

Radikal bebas dapat menyebabkan penyakit, misalnya penuaan

dini. Pada umumnya semua sel jaringan organ tubuh dapat menangkal

serangan radikal bebas karena di dalam sel terdapat sejenis enzim

khusus yang mampu melawannya, tetapi karena manusia secara alami

mengalami degradasi atau kemunduran seiring dengan peningkatan

usia, akibatnya pemunahan radikal bebas tidak dapat terpenuhi dengan

baik, maka akan terjadi kerusakan jaringan secara perlahan-lahan.

Misalnya kulit menjadi keriput karena kehilangan elastisitas jaringan

kolagen serta otot. Untuk mencegah hal ini diperlukan antioksidan

Formulasi Sediaan Lulur…, Maryam Makhmudah, Fakultas Farmasi UMP, 2017

Page 12: BAB II TINJAUAN PUSTAKA - repository.ump.ac.idrepository.ump.ac.id/4081/3/Maryam Makhmudah_BAB II.pdf · Obat yang dimampatkan dalam alat ekstraksi khusus yang ... Minyak zaitun .

14

yang mampu menetralisir radikal bebas atau mencegah terbentuknya

radikal bebas dalam tubuh (Kustanto, 2009).

7. Antioksidan

Antioksidan merupakan senyawa pemberi elektron (electron donor)

atau reduktan. Antioksidan juga merupakan senyawa yang dapat

menghambat reaksi oksidasi, dengan mengikat radikal bebas dan molekul

yang sangat reaktif (Winarsi, 2007).

Berdasarkan mekanisme kerjanya, antioksidan dibedakan menjadi

tiga kelompok (Winarsi, 2007), yaitu :

1. Antioksidan primer

Antioksidan primer disebut juga dengan antioksidan

endogenus dan antioksidan dan antioksidan enzimatis. Suatu

senyawa dikatakan sebagai antioksidan primer apabila dapat

memberikan atom hidrogen secara cepat kepada senyawa radikal,

kemudian radikal yang terbentuk segera berubah menjadi senyawa

yang lebih stabil. Enzim-enzim tersebut menghambat pembentukkan

radikal bebas dengan cara memutus reaksi berantai (polimerasi),

kemudian mengubahnya ke produk yang lebih stabil.

2. Antioksidan sekunder

Antioksidan sekunder disebut juga antioksidan eksogenus

atau non-enzimatis. Antioksidan kelompok ini disebut juga

pertahanan preventif. Dimana terbentuknya senyawa oksigen reaktif

dihambat dengan cara dirusak pembentukannya. Mekanisme

kerjanya adalah memotong reaksi oksidasi berantai dari radikal

bebas atau dengan menyapu radikal bebas tersebut (free radical

scavenger).

3. Antioksidan tersier

Kelompok antioksidan tersier meliputi sistem enzim DNA-

repair dan metionin sulfoksida reduktase. Enzim-enzim ini berfungsi

dalam perbaikan biomolekular yang rusak akibat reaktifitas radikal

bebas.

Formulasi Sediaan Lulur…, Maryam Makhmudah, Fakultas Farmasi UMP, 2017

Page 13: BAB II TINJAUAN PUSTAKA - repository.ump.ac.idrepository.ump.ac.id/4081/3/Maryam Makhmudah_BAB II.pdf · Obat yang dimampatkan dalam alat ekstraksi khusus yang ... Minyak zaitun .

15

Antioksidan meredam radikal bebas dengan memberikan satu atau

lebih elektronnya pada radikal bebas sehingga menjadi molekul normal

kembali. DPPH digunakan sebagai model radikal bebas. Radikal bebas

DPPH akan ditangkap oleh senyawa flavonoid. Flavonoid akan dioksidasi

oleh radikal bebas DPPH menghasilkan bentuk radikal yang lebih stabil,

yaitu radikal dengan kereaktifan rendah. Flavonoid mendonorkan atom

hidrogen dari cincin aromatiknya untuk mengurangi radikal bebas yang

bersifat toksik. Reaksi ini menghasilkan senyawa radikal baru yang stabil

dan DPP-Hidrazin (Mun’im et al., 2009).

Gambar 2.2. Donasi proton dari antioksidan ke radikal DPPH (Mun’im et al., 2009)

8. Uji Penangkapan Radikal Bebas Dengan Metode DPPH (1,1-

Diphenyl-2-Picrylhydrazyl)

Metode yang paling sering digunakan untuk menguji aktivitas

antioksidan tanaman obat adalah metode uji dengan menggunakan

radikal bebas DPPH. Tujuan metode ini adalah mengetahui parameter

konsentrasi yang ekuivalen memberikan 50 % efek aktivitas antioksidan

(IC50). Hal ini dapat dicapai dengan cara menginterpretasikan data

eksperimental dari metode tersebut.

Gambar 2.3. Rumus bangun DPPH

Formulasi Sediaan Lulur…, Maryam Makhmudah, Fakultas Farmasi UMP, 2017

Page 14: BAB II TINJAUAN PUSTAKA - repository.ump.ac.idrepository.ump.ac.id/4081/3/Maryam Makhmudah_BAB II.pdf · Obat yang dimampatkan dalam alat ekstraksi khusus yang ... Minyak zaitun .

16

DPPH merupakan radikal bebas yang dapat bereaksi dengan

senyawa yang dapat mendonorkan atom hidrogen, dapat berguna untuk

pengujian aktivitas antioksidan komponen tertentu dalam suatu ekstrak.

Karena adanya elektron yang tidak berpasangan, DPPH memberikan

serapan kuat pada 517 nm. Ketika elektronnya menjadi berpasangan oleh

keberadaan penangkap radikal bebas, maka absorbansinya menurun

secara stokiometri sesuai jumlah elektron yang diambil. Keberadaan

senyawa antioksidan dapat mengubah warna larutan DPPH dari ungu

menjadi kuning (Dehpour, et al, 2009). Perubahan absorbansi akibat

reaksi ini telah digunakan secara luas untuk menguji kemampuan

beberapa molekul sebagai penangkap radikal bebas. Metode DPPH

merupakan metode yang mudah, cepat dan sensitif untuk pengujian

aktivitas antioksidan senyawa tertentu atau ekstrak tanaman (Koleva, et

al, 2002 dan Prakash, et al, 2010).

Setiap molekul yang dapat menyumbangkan elektron atau

hidrogen akan bereaksi dan memudarkan DPPH. Intensitas warna DPPH

akan berubah dari ungu menjadi kuning oleh elektron yang berasal dari

senyawa penangkap radikal bebas (Nihlati et al., 2011). DPPH (1,1-

difenil-2-pikrilhidrazil) merupakan radikal bebas, jadi metode DPPH

digunakan secara luas untuk menguji kemampuan senyawa yang

berperan sebagai pendonor elektron atau hidrogen (Prakash,2001).

Tabel 2.1. Tingkat kekuatan antioksidan dengan metode DPPH

Intensitas Nilai IC 50 (ppm)

Sangak aktif < 50

Aktif 50-100

Sedang 101-250

Lemah 250-500

(Sumber : Jun, et al., 2006)

9. Spektrofotometri Ultraviolet Visibel

Spektrofotometri adalah metode untuk analisis baik kuantitatif

maupun kualitatif. Prinsip dari pembacaan spektrofotometri adalah jika

suatu molekul sederhana dikenakan radiasi elektromagnetik maka molekul

tersebut akan menyerap radiasi elektromagnetik yang energinya sesuai.

Formulasi Sediaan Lulur…, Maryam Makhmudah, Fakultas Farmasi UMP, 2017

Page 15: BAB II TINJAUAN PUSTAKA - repository.ump.ac.idrepository.ump.ac.id/4081/3/Maryam Makhmudah_BAB II.pdf · Obat yang dimampatkan dalam alat ekstraksi khusus yang ... Minyak zaitun .

17

Suatu senyawa dapat dideteksi dengan spektrofotometri adalah jika

mempunyai gugus kromofor, yaitu merupakan semua gugus atau atom

dalam senyawa organik yang mampu menyerap sinar ultraviolet dan sinar

tampak. Senyawa kompleks akan mempunyai serapan pada panjang

gelombang yang lebih panjang karena energi radiasi yang dibutuhkan oleh

senyawa tersebut lebih kecil dan akan terbaca pada panjang gelombang

yang lebih panjang. Oleh karena itu, senyawa kompleks terbaca pada

panjang gelombang sinar tampak (Gandjar & Rohman, 2007).

Prinsip penentuan spektrofotometri UV-Vis adalah aplikasi

hukum “Lambert-Beer” yang menyatakan bahwa intensitas yang

diteruskan oleh larutan zat penyerap berbanding lurus dengan tebal dan

konsentrasi larutan (Sudjadi, 2007).

A = a.b.c

Keterangan : A = absorbansi sampel

a = absorptivitas

b = tebal kuvet

c = konsentrasi sampel

Dalam hukum Lamber-Beer berlaku syarat (Gandjar & Rohman,

2007) sebagai berikut :

1. Sinar yang digunakan dianggap monokromatis.

2. Penyerapan terjadi dalam suatu volume yang mempunyai penampang

luas yang sama.

3. Senyawa yang menyerap dalam larutan tersebut tidak tergantung

terhadap yang lain dalam larutan tersebut.

4. Tidak terjadi peristiwa fluorosensi atau fosforisensi.

5. Indeks bias tidak tergantung pada konsentrasi larutan.

Panjang gelombang yang digunakan dalam analisis kuantitatif adalah

panjang gelombang yang mempunyai absorbansi maksimal. Untuk

pemilihan panjang gelombang maksimal, dilakukan dengan membuat

kurva hubungan antara absorbansi dengan panjang gelombang dari suatu

larutan baku pada konsentrasi tertentu, kurva tersebut disebut sebagai

kurva baku (Gandjar & Rohman, 2007).

Formulasi Sediaan Lulur…, Maryam Makhmudah, Fakultas Farmasi UMP, 2017

Page 16: BAB II TINJAUAN PUSTAKA - repository.ump.ac.idrepository.ump.ac.id/4081/3/Maryam Makhmudah_BAB II.pdf · Obat yang dimampatkan dalam alat ekstraksi khusus yang ... Minyak zaitun .

18

Spektrofotometri serapan adalah pengukuran serapan radiasi

elektromagnetik panjang gelombang tertentu yang sempit, mendekati

monokromatik yang diserap zat. Pengukuran serapan dapat dilakukan pada

daerah ultraviolet (panjang gelombang 190-380 nm) atau pada daerah sinar

tampak (panjang gelombang 380-780 nm). Meskipun spektrum pada

daerah ultraviolet dan daerah cahaya tampak dari suatu zat yang tidak

khas, tetapi sangat cocok untuk penetapan kuantitatif, dan untuk beberapa

zat berguna untuk membantu identifikasi (Depkes RI, 1979).

Instrumen yang digunakan menurut Gandjar dan Rohman (2007)

untuk mempelajari serapan atau emisi radiasi elektromagnetik sebagai

fungsi dari panjang gelombang disebut “spektrometer” atau

spektrofotometer. Komponen-komponen pokok dari spektrofotometer

meliputi:

1. Sumber-sumber lampu

Lampu deuterium digunakan untuk daerah UV pada panjang

gelombang dari 190-350 nm, sementara lampu halogen kuarsa atau

lampu tungsten di gunakan untuk daerah visibel (pada panjang

gelombang antara 350-900 nm).

2. Monokromator

Digunakan untuk mendispersikan sinar ke dalam komponen-

komponen panjang gelombangnya yang selanjutnya akan dipilih oleh

celah (slit). Monokromator berputar sedemikian rupa sehingga kisaran

panjang gelombang dilewatkan pada sedemikian rupa sehingga

kisaran panjang gelombang dilewatkan pada sampel sebagai scan

intrumen melewati spektrum.

3. Optik-optik

Dapat didesain untuk memecah sumber sinar sehingga sumber sinar

melewati 2 kompartemen, dan sebagaimana dalam spektrofotometer

berkas ganda (double beam), suatu larutan blanko dapat digunakan

dalam satu kompartemen untuk mengkoreksi pembacaan atau

spektrum sampel. Yang paling sering digunakan sebagai blanko dalam

Formulasi Sediaan Lulur…, Maryam Makhmudah, Fakultas Farmasi UMP, 2017

Page 17: BAB II TINJAUAN PUSTAKA - repository.ump.ac.idrepository.ump.ac.id/4081/3/Maryam Makhmudah_BAB II.pdf · Obat yang dimampatkan dalam alat ekstraksi khusus yang ... Minyak zaitun .

19

spektrofotometri adalah semua pelarut yang digunakan untuk

melarutkan sampel atau pereaksi.

4. Sel absorpsi (kuvet), pada pengukuran di daerah tampak kuvet kaca

atau kuvet kaca corex dapat digunakan, tetapi untuk pengukuran pada

daerah UV kita harus menggunakan sel kuarsa karena gelas tidak

tembus cahaya pada daerah ini. Umumnya tebal kuvetnya adalah 10

mm, tetapi yang lebih kecil ataupun yang lebih besar dapat digunakan.

Sel yang biasa digunakan berbentuk persegi, tetapi bentuk silinder

juga dapat digunakan. Kita harus menggunakan kuvet yang tertutup

untuk pelarut organik. Sel yang baik adalah kuarsa dan gelas hasil

leburan serta seragam keseluruhannya (Underwood, 2002).

5. Detektor, peranan detektor penerima adalah memberikan respon

terhadap cahaya pada berbagai panjang gelombang (Underwood,

2002).

Formulasi Sediaan Lulur…, Maryam Makhmudah, Fakultas Farmasi UMP, 2017

Page 18: BAB II TINJAUAN PUSTAKA - repository.ump.ac.idrepository.ump.ac.id/4081/3/Maryam Makhmudah_BAB II.pdf · Obat yang dimampatkan dalam alat ekstraksi khusus yang ... Minyak zaitun .

20

Biji kopi hijau arabika diekstraksi

Metode Sokhletasi

Lulur krim ekstrak etanol biji kopi hijau arabika

Antioksidan

Ekstrak kental yang mengandung senyawa fenolik

Uji sifat fisik Pengujian aktivitas penangkapan radikal

bebas terhadap DPPH

Lulur krim antioksidan yang memenuhi

persyaratan

Pengujian aktivitas penangkapan radikal bebas terhadap DPPH ekstrak

etanol biji kopi hijau arabika

C. KERANGKA KONSEP

Menggunakan

Menghasilkan

Yang berkhasiat sebagai

Diformulasi

Menghasilkan

Gambar 2.4. Kerangka Konsep

D. HIPOTESIS

Hipotesis dalam penelitian ini adalah :

1. Biji kopi hijau arabika dapat diformulasikan menjadi sediaan lulur krim

yang memiliki persyaratan fisik yang baik.

2. Sediaan lulur krim biji kopi hijau arabika memiliki aktivitas penangkapan

radikal bebas terhadap DPPH.

Formulasi Sediaan Lulur…, Maryam Makhmudah, Fakultas Farmasi UMP, 2017