BAB II TINJAUAN PUSTAKA, KONSEP, LANDASAN TEORI, DAN … 2.pdf · event-event budaya lainnya belum...

29
BAB II TINJAUAN PUSTAKA, KONSEP, LANDASAN TEORI, DAN MODEL PENELITIAN 2.1 Tinjauan Pustaka Tradisi mengarak ogoh-ogoh sudah berusia hampir empat dekade, sejak pertama kali muncul pada awal tahun 1980-an. Meskipun sudah berusia cukup lama dan pelaksanaannya cukup unik, fenomena pengarakan ogoh-ogoh dalam rangkaian menyambut kedatangan Tahun Baru Saka dan parade ogoh-ogoh dalam event-event budaya lainnya belum banyak diteliti. Dari yang sedikit itu, ada penelitian oleh Prabandari (2009), Mahadewi (2012), Noszlopy (2003) dan Indrayana (2006). Sudah menjadi tradisi masyarakat Bali pada umumnya, menjelang Hari Raya Nyepi disambut antusias oleh generasi muda dengan mempersiapkan ogoh-ogoh sebagai sarana untuk memeriahkan malam pengerupukan. Masing-masing wilayah di Bali memiliki cara tersendiri untuk mendukung kreativitas generasi muda dalam pawai ogoh-ogoh sekaligus untuk menarik minat wisatawan. Prabandari (2009) dalam penelitiannya menyebutkan bahwa pawai ogoh-ogoh yang dilaksanakan sehari menjelang Hari Raya Nyepi di Bali, khususnya di Desa Adat Kuta, Kecamatan Kuta, Kabupaten Badung memiliki potensi sebagai daya tarik wisata. Prabandari juga mengungkapkan bahwa pawai ogoh-ogoh mempunyai peluang pasar yang sangat menjanjikan baik pasar domestik maupun pasar internasional. Ini berarti pawai ogoh-ogoh sebagai suatu seni budaya yang telah 16

Transcript of BAB II TINJAUAN PUSTAKA, KONSEP, LANDASAN TEORI, DAN … 2.pdf · event-event budaya lainnya belum...

Page 1: BAB II TINJAUAN PUSTAKA, KONSEP, LANDASAN TEORI, DAN … 2.pdf · event-event budaya lainnya belum banyak diteliti. Dari yang sedikit itu, ada penelitian oleh Prabandari (2009), Mahadewi

16

BAB II

TINJAUAN PUSTAKA, KONSEP, LANDASAN TEORI,

DAN MODEL PENELITIAN

2.1 Tinjauan Pustaka

Tradisi mengarak ogoh-ogoh sudah berusia hampir empat dekade, sejak

pertama kali muncul pada awal tahun 1980-an. Meskipun sudah berusia cukup

lama dan pelaksanaannya cukup unik, fenomena pengarakan ogoh-ogoh dalam

rangkaian menyambut kedatangan Tahun Baru Saka dan parade ogoh-ogoh dalam

event-event budaya lainnya belum banyak diteliti. Dari yang sedikit itu, ada

penelitian oleh Prabandari (2009), Mahadewi (2012), Noszlopy (2003) dan

Indrayana (2006).

Sudah menjadi tradisi masyarakat Bali pada umumnya, menjelang Hari Raya

Nyepi disambut antusias oleh generasi muda dengan mempersiapkan ogoh-ogoh

sebagai sarana untuk memeriahkan malam pengerupukan. Masing-masing wilayah

di Bali memiliki cara tersendiri untuk mendukung kreativitas generasi muda

dalam pawai ogoh-ogoh sekaligus untuk menarik minat wisatawan. Prabandari

(2009) dalam penelitiannya menyebutkan bahwa pawai ogoh-ogoh yang

dilaksanakan sehari menjelang Hari Raya Nyepi di Bali, khususnya di Desa Adat

Kuta, Kecamatan Kuta, Kabupaten Badung memiliki potensi sebagai daya tarik

wisata. Prabandari juga mengungkapkan bahwa pawai ogoh-ogoh mempunyai

peluang pasar yang sangat menjanjikan baik pasar domestik maupun pasar

internasional. Ini berarti pawai ogoh-ogoh sebagai suatu seni budaya yang telah

16

Page 2: BAB II TINJAUAN PUSTAKA, KONSEP, LANDASAN TEORI, DAN … 2.pdf · event-event budaya lainnya belum banyak diteliti. Dari yang sedikit itu, ada penelitian oleh Prabandari (2009), Mahadewi

17

menjadi tradisi masyarakat Bali pada malam pengerupukan, memiliki potensi

untuk dijadikan sebagai daya tarik wisata Bali.

Relevansi penelitian yang dilakukan oleh Prabandari (2009) dengan

penelitian ini yakni sama-sama mengkaji tentang potensi pawai ogoh-ogoh

sebagai daya tarik wisata, namun dengan lokasi penelitian yang berbeda.

Prabandari mengadakan penelitian di Desa Adat Kuta, Kecamatan Kuta,

Kabupaten Badung, sedangkan penelitian ini dilakukan di Kota Denpasar.

Selanjutnya, berdasarkan analisis Mahadewi (2012) mengenai event budaya

di Kota Denpasar, dapat diketahui bahwa pawai ogoh-ogoh yang diselenggarakan

sebelum Hari Raya Nyepi dapat dikategorikan sebagai hallmark event,

sebagaimana diuraikan sebagai berikut:

Salah satu atraksi budaya Kota Denpasar yang dapat dikategorikan sebagai

produk event wisata adalah pawai ogoh-ogoh. Ditinjau dari bentuk event,

maka pawai ogoh-ogoh di Kota Denpasar termasuk dalam hallmark event.

Dengan demikian, pawai ogoh-ogoh sebagai event wisata dapat digunakan untuk

mengembangkan citra positif dari daerah tujuan wisata dan untuk menarik

wisatawan. Adapun keterkaitkan penelitian Mahadewi (2012) dengan penelitian

ini adalah memiliki persamaan dengan menggunakan atraksi budaya ogoh-ogoh

sebagai produk event wisata. Jika dalam penelitian Mahadewi berfokus pada

pengkategorian atraksi budaya di Kota Denpasar di mana pawai ogoh-ogoh

merupakan salah satu produk event wisata di Kota Denpasar, maka dalam

penelitian ini lebih menekankan pada implementasi atraksi ogoh-ogoh sebagai

produk event wisata di Kota Denpasar.

Page 3: BAB II TINJAUAN PUSTAKA, KONSEP, LANDASAN TEORI, DAN … 2.pdf · event-event budaya lainnya belum banyak diteliti. Dari yang sedikit itu, ada penelitian oleh Prabandari (2009), Mahadewi

18

Meskipun tidak diketahui mengenai tanggal pasti munculnya ogoh-ogoh,

pawai ogoh-ogoh menjelang Hari Raya Nyepi dapat dikatakan sebagai tradisi baru.

Noszlopy (2003) dalam penelitiannya mengungkapkan bahwa ogoh-ogoh telah

menjadi tradisi baru yang sangat populer sebagai bagian dari ritual tahunan yang

berlangsung pada malam sebelum Nyepi. Lebih lanjut, Noszlopy (2003:4)

mendeskripsikan mengenai karakter ogoh-ogoh, sebagai berikut:

These characters vary widely from the ‘traditional’ vocabulary of Hindu

deities, epic heroes and various bhuta kala and raksasa from Balinese

demonology to more contemporary figures drawn from international

popular culture or from contemporary Indonesian society.1

Dapat diketahui bahwa dalam perkembangannya, desain ogoh-ogoh yang semula

mengikuti gaya tradisional yang mengambil wujud bhuta kala (raksasa yang

menyeramkan), kini sebagian mulai dibuat dengan menerapkan gaya desain yang

lebih kontemporer. Adapun relevansi penelitian yang dilakukan oleh Noszlopy

(2003) dengan penelitian ini adalah terletak pada topik yang dikaji, yaitu mengkaji

tentang tradisi ogoh-ogoh sehari menjelang Nyepi. Jika penelitian Noszlopy

(2003) mendeskripsikan karakter ogoh-ogoh tradisional hingga kontemporer,

maka dalam penelitian ini lebih ditekankan pada ogoh-ogoh tradisional yang

berbentuk bhuta kala sebagai tema wajib peserta dalam parade ogoh-ogoh di Kota

Denpasar.

Ogoh-ogoh yang dibuat dalam rangka Hari Raya Nyepi tentunya memiliki

makna spiritual yang terikat pada pakem atau simbol tertentu. Menurut Indrayana

(2006:126-130) ogoh-ogoh dalam ritual Nyepi di Bali mempunyai fungsi:

1 Karakter ogoh-ogoh sangat bervariasi berasal dari demonologi „tradisional‟ Bali, seperti dewa

Hindu, pahlawan epik serta berbagai bhuta kala dan raksasa menjadi bentuk yang lebih

kontemporer yang diambil dari budaya populer internasional atau dari masyarakat Indonesia

yang kontemporer.

Page 4: BAB II TINJAUAN PUSTAKA, KONSEP, LANDASAN TEORI, DAN … 2.pdf · event-event budaya lainnya belum banyak diteliti. Dari yang sedikit itu, ada penelitian oleh Prabandari (2009), Mahadewi

19

Fungsi sosial merupakan fungsi yang dimiliki masyarakat pendukung dan

masyarakat penikmat budaya Bali itu sendiri meliputi fungsi kreativitas,

sportivitas, sosial budaya dan pariwisata, sedangkan fungsi estetik adalah

estetik-religius.

Dalam ritual Nyepi, ogoh-ogoh berfungsi wahana simbolis untuk menetralisasi

berbagai pengaruh kekuatan negatif. Dalam proses pembuatan dan mengarak

ogoh-ogoh tidak dapat dilakukan seorang diri melainkan melibatkan banyak orang.

Persatuan dan kerjasama ini tersirat terutama pada saat ogoh-ogoh diarak keliling

banjar maupun desa. Ini menunjukkan bahwa dalam pembuatan ogoh-ogoh

sesungguhnya tidak hanya untuk mencurahkan ide yang kreatif dan inovatif,

namun juga ada simbol persatuan dan kerjasama yang terkandung di dalamnya.

Topik yang dikaji dalam penelitian ini memiliki kesamaan dengan penelitian

yang dilakukan oleh Indrayana (2006), yaitu sama-sama mengkaji tentang ogoh-

ogoh, namun berbeda pada sudut pandang pengkajian dan lokasi penelitian.

Penelitian Indrayana merupakan sebuah kajian budaya yang mengkaji mengenai

bentuk, fungsi dan makna dari ogoh-ogoh ritual Nyepi dengan lokasi penelitian di

Desa Adat Kuta. Sedangkan penelitian ini dilihat dalam sudut pandang kajian

pariwisata yang mengkaji mengenai fungsi ogoh-ogoh pada fungsi kreativitas dan

fungsi pariwisata sehingga selain berfungsi untuk memberikan ruang gerak bagi

pengembangan dan pelestarian budaya oleh masyarakat Bali khususnya generasi

muda Kota Denpasar sekaligus juga sebagai penunjang program pemerintah

dalam mempromosikan kepariwisataan di Kota Denpasar.

Perangkat daerah sebagai unsur pembantu walikota/bupati dalam

penyelenggaraan pemerintahan daerah tentunya menjalankan berbagai program

dan kegiatan yang sesuai dengan tugas pokok dan fungsi dinas untuk mendukung

Page 5: BAB II TINJAUAN PUSTAKA, KONSEP, LANDASAN TEORI, DAN … 2.pdf · event-event budaya lainnya belum banyak diteliti. Dari yang sedikit itu, ada penelitian oleh Prabandari (2009), Mahadewi

20

visi dan misi yang ditetapkan oleh kepala pemerintahan daerah. Salah satunya

melalui penyelenggaraan program-program unggulan untuk mengembangkan

kepariwisataan daerah. Dalam penelitian Nugraha (2012) disebutkan bahwa :

Pemerintah Kota Denpasar telah merancang program Sightseeing Kota

Denpasar sebagai program unggulan yang diimplementasikan melalui

penyelenggaraaan event-event seni dan budaya.

Melalui penyelenggaraan event-event ini diharapkan selain berfungsi untuk

memberikan ruang bagi masyarakat berkreativitas juga sekaligus mempromosikan

kepariwisataan di Kota Denpasar. Lebih lanjut, Nugraha (2012) dalam

penelitiannya menyebutkan bahwa bentuk program Sightseeing Kota Denpasar

belum terimplementasi secara optimal karena banyak kegiatan promosi dari

program tersebut tidak maksimal dikarenakan kurangnya koordinasi antarpihak

penyelenggara dan juga kurang maksimalnya partisipasi pemerintah dalam event-

event promosi bertaraf internasional.

Adapun relevansi penelitian Nugraha (2012) dengan penelitian ini yakni

penggunaan event sebagai topik penelitian. Namun dalam penelitian ini ruang

lingkup lebih difokuskan pada parade ogoh-ogoh sebagai salah satu event yang

dilaksanakan oleh Dinas Kebudayaan Kota Denpasar.

Untuk mengidentifikasi keberhasilan maupun kegagalan suatu

program/kegiatan, evaluasi merupakan salah satu komponen penting dan

mempunyai peranan yang besar. Dinas daerah sebagai perangkat daerah yang

menjalankan suatu program atau kegiatan tentunya juga melakukan evaluasi,

sebagaimana yang diuraikan dalam penelitian Krisnawati (2011) dan Kencana,

Mardianto & Junaidi (2012).

Page 6: BAB II TINJAUAN PUSTAKA, KONSEP, LANDASAN TEORI, DAN … 2.pdf · event-event budaya lainnya belum banyak diteliti. Dari yang sedikit itu, ada penelitian oleh Prabandari (2009), Mahadewi

21

Krisnawati (2011) menekankan evaluasi program komunikasi pemasaran

pariwisata oleh Dinas Kebudayaan Pariwisata Pemuda dan Olah Raga Kabupaten

Pati Jawa Tengah, sedangkan penelitian Kencana, Mardianto & Junaidi (2012)

lebih menitikberatkan pada evaluasi program pengembangan objek wisata Goa

Putri di Desa Padang Bindu Kecamatan Semidang Aji. Kedua peneliti sama-sama

menekankan pada evaluasi program dengan menggunakan model evaluasi CIPP

yang dikembangkan Stufflebeam dalam menganalisis evaluasi.

Berdasarkan indikator evaluasi Stufflebeam, hasil penelitian Krisnawati

(2011) mendeskripsikan bahwa hanya produk dari masing-masing program telah

menunjukkan keberhasilan sesuai tujuan program, sedangkan ditinjau dari konteks,

input dan proses masih diperlukan adanya perbaikan di masa mendatang.

Sebaliknya Kencana, Mardianto & Junaidi (2012) menguraikan bahwa program

telah menunjukkan keberhasilan dari segi konteks, proses dan produk, hanya saja

jumlah sumber daya yang dimiliki serta anggaran operasional sebagai input dari

masing-masing program masih kurang.

Melalui penelitian Krisnawati (2011) dan Kencana, Mardianto & Junaidi

(2012) dapat diketahui bahwa dengan dilaksanakannya evaluasi secara

menyeluruh ditinjau dari segi konteks, input, proses dan produk maka dapat

diketahui kelemahan maupun keberhasilan dari suatu program. Hasil evaluasi ini

dapat dijadikan sebagai bahan pertimbangan dalam penetapan kebijakan

selanjutnya terkait dengan keberlanjutan program yang telah dilaksanakan.

Persamaan penelitian Krisnawati (2011) dan Kencana, Mardianto & Junaidi

(2012) dengan penelitian ini terletak pada penggunaan model evaluasi CIPP untuk

Page 7: BAB II TINJAUAN PUSTAKA, KONSEP, LANDASAN TEORI, DAN … 2.pdf · event-event budaya lainnya belum banyak diteliti. Dari yang sedikit itu, ada penelitian oleh Prabandari (2009), Mahadewi

22

menganalisis data, sedangkan perbedaannya pada ruang lingkup objek yang

diteliti. Krisnawati (2011) dan Kencana, Mardianto & Junaidi (2012) sama-sama

meneliti mengenai evaluasi program sedangkan dalam penelitian ini lebih

ditekankan pada evaluasi kegiatan.

Setelah mengkaji beberapa penelitian di atas yang terkait dengan penelitian

ini terdapat perbedaan dan persamaan di dalamnya. Persamaannya terdapat pada

topik kajian yang diteliti, yaitu fungsi ogoh-ogoh ritual Nyepi sebagai event

wisata dan mengenai evaluasi. Fokus permasalahan dan lokasi penelitian

(walaupun ada beberapa penelitian yang lokasinya sama dengan penelitian ini)

merupakan perbedaan dalam penelitian ini. Pada penelitian ini lokasi yang dipilih

adalah Kota Denpasar. Sedangkan, fokus permasalahan dalam penelitian ini

adalah mengenai implementasi parade ogoh-ogoh, kontribusi parade ogoh-ogoh

dan strategi terkait pelaksanaan parade ogoh-ogoh.

2.2 Konsep

Untuk memperjelas apa yang akan dibahas dalam penelitian ini, maka

dipandang perlu untuk menguraikan beberapa konsep dasar yang berkaitan

dengan penelitian. Secara umum konsep yang digunakan dalam suatu penelitian

adalah konsep teoritis dan konsep operasional. Konsep teoritis merupakan

penjelasan secara teoritis tentang konsep variabel inti yang digunakan dalam

penelitian. Sedangkan konsep operasional merupakan penjelasan dan deskripsi

secara operasional terukur dari masing-masing variabel inti yang digunakan.

Adapun konsep-konsep yang digunakan dalam penelitian ini antara lain:

evaluasi kegiatan, parade ogoh-ogoh dan pengembangan pariwisata budaya.

Page 8: BAB II TINJAUAN PUSTAKA, KONSEP, LANDASAN TEORI, DAN … 2.pdf · event-event budaya lainnya belum banyak diteliti. Dari yang sedikit itu, ada penelitian oleh Prabandari (2009), Mahadewi

23

2.2.1 Evaluasi Kegiatan

Evaluasi merupakan suatu kegiatan yang penting, akan tetapi sering

dikesampingkan karena dianggap mencari kesalahan, kegagalan maupun

kelemahan kegiatan. Para pakar evaluasi telah mengemukakan berbagai definisi

mengenai evaluasi dengan formulasi yang berbeda, namun dengan substansi yang

sama, di antaranya oleh Tyler (1930) dan Alkin (1990).

Definisi dan teori evaluasi pertama kali disampaikan oleh Ralph Winfred

Tyler (Bapak Evaluasi) pada awal tahun 1930-an dan berkembang menjadi suatu

cabang ilmu yang mandiri. Tyler (dalam Wirawan, 2012:5) mengemukakan

definisi dan teori evaluasi yang memfokuskan pada penilaian keberhasilan

ataupun kegagalan suatu program dalam mencapai tujuannya yang dikenal sebagai

goal based evaluation model.

Selanjutnya Alkin (1990, dalam Wirawan, 2012:7) menjelaskan mengenai

evaluasi sebagai berikut:

The term evaluation refer to the activity of systematically collecting,

analyzing and reporting information that can be used to change attitudes or

to improve the operation of a project or program.2

Berdasarkan pendapat Alkin dapat diketahui bahwa untuk melakukan evaluasi

harus direncanakan sebelumnya dan dilakukan secara sistematis untuk

mendukung tercapainya tujuan sebuah proyek atau program.

Evaluasi paling sedikit akan ditemukan pada tiga dimensi yang saling terkait

dimulai dari kebijakan, program hingga proyek atau kegiatan. Ketiga dimensi

2 Evaluasi merupakan aktivitas sistematis yang terdiri dari pengumpulan, analisis dan pelaporan

informasi yang dapat digunakan untuk mengubah sikap atau meningkatkan kinerja dari sebuah

proyek atau program.

Page 9: BAB II TINJAUAN PUSTAKA, KONSEP, LANDASAN TEORI, DAN … 2.pdf · event-event budaya lainnya belum banyak diteliti. Dari yang sedikit itu, ada penelitian oleh Prabandari (2009), Mahadewi

24

tersebut populer disebut dengan evaluasi kebijakan, evaluasi program dan evaluasi

proyek/kegiatan (Mutrofin, 2010:9; Wirawan, 2012:16-18). Dalam evaluasi yang

dinilai adalah kualitas dari suatu program/kegiatan dan manfaat yang berkaitan

dengan suatu tujuan atau standar tertentu. Pada dasarnya, evaluasi dimaksudkan

untuk memperoleh data atau informasi tentang jarak antara situasi yang ada dan

situasi yang diharapkan dengan menggunakan kriteria-kriteria tertentu (Mutrofin,

2010:36-37).

Dari beberapa pendapat di atas dapat disintesakan bahwa evaluasi merupakan

sebuah proses untuk mengumpulkan, menganalisis dan menyajikan berbagai

informasi mengenai objek evaluasi di antaranya kebijakan, program ataupun

proyek/kegiatan, yang selanjutnya informasi tersebut dapat digunakan sebagai

bahan pertimbangan dalam mengambil keputusan mengenai keberlanjutan objek

evaluasi.

Berdasarkan paparan di atas, maka yang dimaksud dengan evaluasi dalam

penelitian ini adalah evaluasi kegiatan, yakni proses untuk mengumpulkan,

menganalisis dan menyajikan berbagai informasi mengenai parade ogoh-ogoh

tahun 2014 yang diselenggarakan oleh Dinas Kebudayaan Kota Denpasar.

2.2.2 Parade Ogoh-ogoh

Dalam konteks pariwisata budaya, sebuah festival, event dan special event

diselenggarakan di suatu destinasi untuk merayakan tradisi masyarakat lokal

sehingga dapat meningkatkan pendapatan pariwisata (Akerlund, 2014:3). Menurut

Getz (1997, dalam Etiosa, 2012:8) sebuah event memiliki jangka waktu yang

terbatas namun tetap dilakukan secara periodik dan berkelanjutan.

Page 10: BAB II TINJAUAN PUSTAKA, KONSEP, LANDASAN TEORI, DAN … 2.pdf · event-event budaya lainnya belum banyak diteliti. Dari yang sedikit itu, ada penelitian oleh Prabandari (2009), Mahadewi

25

Ada beberapa jenis event yang menjadi perhatian dari para peneliti dan

praktisi, di antaranya special event, hallmark event, mega event, festival, sport

event, bussiness event, dan art event (Etiosa, 2012:8). Mengingat beragamnya

jenis event, maka di dalam penelitian ini jenis event akan dibatasi pada hallmark

event.

Berdasarkan definisi yang diungkapkan oleh Ritchie menunjukkan bahwa

hallmark event mampu memberikan manfaat pencitraan yang tinggi bagi destinasi

karena kekhasan event yang dimiliki oleh suatu destinasi. Definisi standar

mengenai hallmark event disampaikan oleh Ritchie (1984, dalam Getz, et.all,

2012:48) sebagai berikut.

Major one-time or recurring events of limited duration, developed primarily

to enhance the awareness, appeal and profitability of a tourism destination

in the short and/or long term. Such events rely for their success on

uniqueness, status, or timely significance to create interest and attract

attention.3

Dengan diselenggarakannya hallmark event maka masyarakat setempat dapat

mempertahankan identitas budaya lokal yang dimilikinya (Hall, 1989:263)

sehingga antara event dan masyarakat pendukungnya terjadi hubungan yang

saling menguntungkan dan memberikan nilai yang atraktif (Getz, 2012:44).

Jika suatu daerah ingin merancang hallmark event, maka harus memenuhi

beberapa kriteria, di antaranya harus mampu menarik wisatawan, memberikan

citra positif dan menjadi identitas bagi destinasi, harus dapat diterima oleh

3 Event yang terjadi hanya sekali atau berulang dengan durasi yang terbatas, dikembangkan

untuk meningkatkan kesadaran, daya tarik dan keuntungan sebuah destinasi wisata dalam

jangka pendek dan/atau jangka panjang. Keberhasilan event-event tersebut bergantung pada

keunikan, status, atau waktu yang bermakna yang membuat menarik dan menjadi perhatian.

Page 11: BAB II TINJAUAN PUSTAKA, KONSEP, LANDASAN TEORI, DAN … 2.pdf · event-event budaya lainnya belum banyak diteliti. Dari yang sedikit itu, ada penelitian oleh Prabandari (2009), Mahadewi

26

masyarakat setempat dan berkelanjutan dalam arti yang luas (Getz, 2012:44;

Getz,et.al, 2012:51). Menurut Krosbacher (2010:69) terdapat beberapa dimensi

yang harus dipenuhi untuk menyelenggarakan event, antara lain: tujuan, tema,

produk, lokasi, peserta event dan pihak penyelenggara.

Dari beberapa keterangan tersebut di atas, kiranya dapat dipahami bahwa

hallmark event pada hakikatnya merupakan jenis event yang diselenggarakan oleh

pihak tertentu dengan menonjolkan ciri khas atraksi destinasi agar mampu

menarik perhatian wisatawan sekaligus memberikan peluang bagi penduduk

setempat untuk memperkuat identitas budayanya.

Pawai ogoh-ogoh yang dilaksanakan sebelum Hari Raya Nyepi di Bali dapat

dikategorikan sebagai hallmark event karena selama ini pawai ogoh-ogoh telah

diidentikkan dengan Bali sebagai penyelenggaranya. Kata ogoh-ogoh berasal dari

kata ogah-ogah yang dalam bahasa Bali berarti sesuatu yang digoyang-goyangkan

(Indrayana, 2006:14). Ogoh-ogoh merupakan karya seni tiga dimensional yang

berbentuk patung (Indrayana, 2006:18) yang berwujud butha kala maupun

menyerupai wujud dewa-dewa, manusia, binatang atau perpaduan antara manusia

dan binatang (buku Panduan Ogoh-ogoh Pengerupukan, 2011:7). Di lain pihak,

Noszlopy (2003: 1) mendefinisikan ogoh-ogoh sebagai berikut.

Ogoh-ogoh are giant papier mache puppets or effigies usually created by

groups of young Balinese men as part of the annual cleansing ceremonies

(ngrupukan), which take place on the night preceding Nyepi, the Hindu-

Balinese New Year or Day of Silence.4

4 Ogoh-ogoh adalah patung berukuran besar yang tebuat dari bubur kertas dan bahan pelekat,

yang biasanya dibuat oleh kaum remaja Bali sebagai suatu bagian dari perayaan tahunan

“upacara pembersihan” (ngerupukan), yang dilaksanakan sehari sebelum perayaan Nyepi.

Page 12: BAB II TINJAUAN PUSTAKA, KONSEP, LANDASAN TEORI, DAN … 2.pdf · event-event budaya lainnya belum banyak diteliti. Dari yang sedikit itu, ada penelitian oleh Prabandari (2009), Mahadewi

27

Ogoh-ogoh dapat dipandang sebagai suatu karya seni pertunjukan yang dapat

ditarikan dan dapat dipindah-pindahkan (Indrayana, 2006:18-19) karena dibuat

dengan mempergunakan bahan-bahan yang ringan dan lentur (Ana, 2007).

Dari beberapa konsep mengenai ogoh-ogoh di atas, maka yang dimaksud

dengan ogoh-ogoh dalam penelitian ini adalah hasil kreativitas tiga dimensional

yang menyerupai patung dengan ukuran besar yang berwujud butha kala yang

terbuat dari rakitan bahan padat, lembut atau lentur. Jika dikaitkan dengan event,

maka parade ogoh-ogoh dalam penelitian ini adalah karya tiga dimensional yang

menyerupai patung berwujud butha kala yang diarak oleh sekaa teruna sebagai

sebuah pertunjukan yang diselenggarakan oleh Dinas Kebudayaan Kota Denpasar

di catus pata Catur Muka secara periodik setiap tahunnya menjelang Hari Raya

Nyepi.

2.2.3 Pengembangan Pariwisata Budaya

Secara umum pengembangan merupakan suatu proses/aktivitas memajukan

sesuatu yang dianggap perlu untuk ditata sedemikian rupa agar menjadi lebih

menarik dan bermanfaat. Pengembangan pariwisata pada suatu daerah sangat erat

kaitannya dengan pembangunan perekonomian daerah tersebut. Pengembangan

pariwisata meliputi berbagai bidang, di antaranya pengembangan wisata alam,

pengembangan wisata budaya dan pengembangan wisata hasil buatan manusia

yang sama-sama memiliki daya tarik khusus bagi para wisatawan.

Pariwisata budaya telah dikategorikan sebagai salah satu dari tiga jenis

pariwisata, di mana budaya menjadi faktor dominan untuk menarik kunjungan

wisatawan atau menjadi motivasi orang untuk melakukan perjalanan (McKercher

Page 13: BAB II TINJAUAN PUSTAKA, KONSEP, LANDASAN TEORI, DAN … 2.pdf · event-event budaya lainnya belum banyak diteliti. Dari yang sedikit itu, ada penelitian oleh Prabandari (2009), Mahadewi

28

& du Cros, 2012:4). United Nations World Travel Organisation (UNWTO)

(dalam Csapo, 2012:205) memberikan definisi pariwisata budaya dari dua

perspektif yakni konseptual dan teknis. Definisi pariwisata budaya secara

konseptual lebih menekankan bahwa dalam jenis wisata ini wisatawan akan

memperoleh informasi dan pengalaman baru mengenai budaya dari destinasi yang

dikunjunginya. Sedangkan definisi secara teknis, lebih ditekankan pada jenis

wisata yang berbasis sumber daya budaya berupa atraksi budaya yang dimiliki

oleh suatu destinasi yang berbeda dengan negara asal wisatawan.

Berdasarkan definisi UNWTO dapat diketahui bahwa pariwisata budaya

merupakan jenis wisata yang berbasis sumber daya budaya berupa atraksi budaya

sebagai daya tarik utama untuk menarik kunjungan wisatawan sehingga

wisatawan akan memperoleh informasi dan pengalaman baru mengenai budaya

dari destinasi yang dikunjunginya.

Untuk daerah Bali, konsepsi pariwisata budaya merupakan kesepakatan dan

pilihan sebagai identitas pariwisata di Bali. Sebagaimana dirumuskan dalam

Seminar Pariwisata Budaya Daerah Bali tahun 1971, pariwisata budaya

merupakan suatu ragam pariwisata yang melestarikan sumber-sumber yang

dimanfaatkannya, yaitu ragam pariwisata yang mengembangkan budaya secara

berkelanjutan (Picard, 2006:188). Konsep pariwisata budaya telah dituangkan

dalam Peraturan Daerah Bali Nomor 2 Tahun 2012 tentang Kepariwisataan

Budaya Bali, disebutkan bahwa “kepariwisataan yang dikembangkan di Bali

adalah kepariwisataan yang berlandaskan pada kebudayaan Bali yang dijiwai oleh

ajaran Agama Hindu dan falsafah Tri Hita Karana sebagai potensi utama”.

Page 14: BAB II TINJAUAN PUSTAKA, KONSEP, LANDASAN TEORI, DAN … 2.pdf · event-event budaya lainnya belum banyak diteliti. Dari yang sedikit itu, ada penelitian oleh Prabandari (2009), Mahadewi

29

Terwujudnya keberhasilan dalam pengembangan pariwisata (termasuk

pariwisata budaya) suatu daerah tergantung dari dua komponen, yakni komponen

penawaran (supply) dan komponen permintaan (demand). Komponen penawaran

meliputi segala sesuatu yang harus ada dan ditawarkan kepada pengunjung.

Menurut Cooper, dkk (1993, dalam Antara, 2011) terdapat empat faktor yang

harus diperhatikan dalam penawaran, antara lain: attraction (atraksi), amenities

(fasilitas), accessibility (aksesibilitas), dan ancillary services (pelayanan

pendukung). Sementara itu, Gunn & Turgut (2002:40-58), mengemukakan lima

komponen pariwisata yang harus dikembangkan oleh pihak tuan rumah sebagai

sisi penawaran pariwisata, antara lain: atraksi wisata, transportasi, pelayanan,

informasi dan promosi.

Berdasarkan kedua pendapat di atas mengenai komponen penawaran

pariwisata, dapat diketahui terdapat beberapa komponen yang memiliki kesamaan

dengan komponen lain. Atas dasar hal tersebut, maka yang dimaksud dengan

komponen penawaran dalam penelitian ini adalah atraksi wisata, fasilitas wisata,

aksesibilitas, pelayanan pendukung serta promosi.

Sedangkan komponen permintaan meliputi besarnya permintaan terhadap

suatu daya tarik wisata oleh wisatawan. Menurut Mathieson & Wall (1982, dalam

Suprapto, 2005:54), permintaan pariwisata terdiri dari tiga jenis utama, meliputi:

permintaan efektif, permintaan tertahan (suppressed demand) dan tidak ada

permintaan (no demand) yakni mereka yang tidak ada dan tidak mau mengadakan

perjalanan. Komponen permintaan dalam penelitian ini adalah jumlah wisatawan

Page 15: BAB II TINJAUAN PUSTAKA, KONSEP, LANDASAN TEORI, DAN … 2.pdf · event-event budaya lainnya belum banyak diteliti. Dari yang sedikit itu, ada penelitian oleh Prabandari (2009), Mahadewi

30

baik domestik maupun mancanegara yang menginap di Kota Denpasar pada bulan

saat diselenggarakannya parade ogoh-ogoh.

Dari beberapa konsep pengembangan pariwisata budaya tersebut di atas,

maka yang dimaksud dengan pengembangan pariwisata budaya dalam penelitian

ini adalah segala kegiatan dan usaha yang dilakukan oleh Pemerintah Kota

Denpasar untuk menarik wisatawan dengan menggunakan tradisi ogoh-ogoh

sebagai atraksi wisata, menyediakan semua sarana dan prasarana serta fasilitas

pendukung untuk memenuhi kebutuhan wisatawan.

2.3 Landasan Teori

Kajian teori dalam penelitian ini dimanfaatkan sebagai tuntunan dalam

pemecahan masalah dan atau sebagai kerangka acuan yang mengarahkan

penelitian. Ada dua teori yang dipakai untuk memecahkan permasalahan dalam

penelitian ini, yaitu teori pariwisata budaya dan teori evaluasi.

2.3.1 Teori Pariwisata Budaya

Pengembangan pariwisata meliputi berbagai bidang, di antaranya

pengembangan wisata alam dan pengembangan wisata budaya yang sama-sama

memiliki daya tarik khusus bagi para wisatawan. Jika suatu destinasi bisa

menggabungkan budaya dan leisure ke dalam produk wisata mereka, maka

pariwisata budaya dapat menjadi objek yang menarik bagi destinasi wisata dengan

fasilitas budaya, situs warisan, pusat seni, museum sejarah dan sumber daya alam

(Marciszewska, 2005:77).

United Nations World Travel Organisation (UNWTO) (dalam Csapo,

2012:205) memberikan definisi pariwisata budaya dari dua perspektif yakni

Page 16: BAB II TINJAUAN PUSTAKA, KONSEP, LANDASAN TEORI, DAN … 2.pdf · event-event budaya lainnya belum banyak diteliti. Dari yang sedikit itu, ada penelitian oleh Prabandari (2009), Mahadewi

31

konseptual dan teknis. Adapun definisi pariwisata budaya secara konseptual dapat

dideskripsikan seperti di bawah ini.

The movement of persons to cultural attractions away from their normal

place of residence, with the intention to gather new information and

experiences to satisfy their cultural needs (Conceptual Definition).5

Menyimak definisi pariwisata budaya secara konseptual, maka dalam jenis wisata

ini wisatawan akan memperoleh informasi dan pengalaman baru mengenai

budaya dari destinasi yang dikunjunginya.

Sedangkan secara teknis, batasan mengenai pariwisata budaya dapat

diuraikan sebagai berikut:

All movements of persons to specific cultural attractions, such as heritage

sites, artistic and cultural manifestations, arts and drama outside their

normal place of residence (Technical Definition).6

Dalam definisi pariwisata budaya secara teknis lebih ditekankan pada jenis wisata

yang berbasis sumber daya budaya berupa atraksi budaya yang dimiliki oleh suatu

destinasi yang berbeda dengan negara asal wisatawan.

Berdasarkan definisi UNWTO baik secara konseptual maupun teknis dapat

diketahui bahwa pariwisata budaya merupakan jenis wisata yang berbasis sumber

daya budaya berupa atraksi budaya sebagai daya tarik utama untuk menarik

kunjungan wisatawan sehingga wisatawan akan memperoleh informasi dan

pengalaman baru mengenai budaya dari destinasi yang dikunjunginya.

5 Pariwisata budaya menyangkut pergerakan orang-orang dari tempat tinggal mereka untuk

atraksi budaya yang bertujuan untuk mengumpulkan informasi dan pengalaman baru untuk

memenuhi kebutuhan budaya mereka (definisi secara konseptual).

6 Pariwisata budaya menyangkut seluruh pergerakan orang-orang untuk atraksi budaya tertentu,

seperti situs warisan, manifestasi seni dan budaya, seni dan drama di luar tempat tinggal

mereka (definisi secara teknis).

Page 17: BAB II TINJAUAN PUSTAKA, KONSEP, LANDASAN TEORI, DAN … 2.pdf · event-event budaya lainnya belum banyak diteliti. Dari yang sedikit itu, ada penelitian oleh Prabandari (2009), Mahadewi

32

Untuk daerah Bali, konsepsi pariwisata budaya merupakan kesepakatan dan

pilihan sebagai identitas pariwisata di Bali. Sebagaimana dirumuskan dalam

Seminar Pariwisata Budaya Daerah Bali tahun 1971, pariwisata budaya

merupakan suatu ragam pariwisata yang melestarikan sumber-sumber yang

dimanfaatkannya, yaitu ragam pariwisata yang mengembangkan budaya secara

berkelanjutan (Picard, 2006:188). Konsep pariwisata budaya telah dituangkan

dalam Peraturan Daerah Provinsi Bali Nomor 3 Tahun 1974 yang kemudian

direvisi dalam Peraturan Daerah Provinsi Bali Nomor 3 Tahun 1991, dan terakhir

disempurnakan dengan Peraturan Daerah Provinsi Bali Nomor 2 Tahun 2012.

Sesuai dengan penjelasan Peraturan Daerah Bali Nomor 2 Tahun 2012 tentang

Kepariwisataan Budaya Bali, disebutkan bahwa “kepariwisataan yang

dikembangkan di Bali adalah kepariwisataan yang berlandaskan pada kebudayaan

Bali yang dijiwai oleh ajaran Agama Hindu dan falsafah Tri Hita Karana sebagai

potensi utama”.

Kebudayaan paling sedikit mempunyai tiga wujud, yakni berwujud

ide/gagasan, berwujud aktivitas kelakuan yang berpola dan berwujud benda-benda

hasil karya manusia (Koentjaraningrat, 2004:5). Melalui aspek kebudayaan ideal,

aspek kebudayaan perilaku dan aspek kebudayaan fisik maka simbol dan makna

kebudayaan dapat dihubungkan dengan pariwisata yang dapat memberikan citra

mendalam sekaligus menjadi daya tarik yang saling menumbuhkan pengertian

akan kehidupan kebudayaan masyarakat Bali (Kusuma, dkk, 2014:120). Dengan

demikian, kebudayaan sebagai modal dasar bagi kepariwisataan Bali selain

Page 18: BAB II TINJAUAN PUSTAKA, KONSEP, LANDASAN TEORI, DAN … 2.pdf · event-event budaya lainnya belum banyak diteliti. Dari yang sedikit itu, ada penelitian oleh Prabandari (2009), Mahadewi

33

berfungsi memberikan identitas juga berfungsi menjadi daya tarik utama bagi

peningkatan pariwisata Bali (Kusuma, dkk, 2014:119).

Dalam wacana pariwisata budaya, kebudayaan Bali selalu dikaitkan dengan

tiga unsur yang saling berkaitan satu sama lainnya seperti diibaratkan sebuah

pohon yakni bersumber pada Agama Hindu (sebagai akar), mengilhami adat-

istiadat masyarakat dan menjiwai lembaga adat (sebagai batang) serta tertuang

dalam bentuk seni yang bernilai tinggi (sebagai buah). Ini berarti, kebudayaan

sebagai ciri khas identitas Bali merupakan perpaduan yang khas antara upacara

agama, kegiatan adat dan kreativitas seni yang harus tetap dipertahankan,

dipelihara dan dibina (Picard, 2006:269).

Selanjutnya, menurut Picard (2006:168) pariwisata budaya merupakan suatu

ragam pariwisata yang melestarikan sumber-sumber yang dimanfaatkannya, yaitu

ragam pariwisata yang mengembangkan budaya dan berkembang secara

berkelanjutan. Melalui pariwisata budaya masyarakat berpeluang memperkuat

identitas budaya dan para wisatawan dapat memperkaya pengalaman budayanya,

begitu pula sebaliknya kebudayaan merupakan sumber kekayaan pariwisata yang

mampu menjadi daya tarik utama bagi peningkatan pariwisata (Picard, 2006:167-

170). Ini berarti melalui pengembangan pariwisata budaya masyarakat

mempunyai peluang untuk memperkuat identitas budayanya sekaligus

melestarikan tradisi budaya mereka dengan memanfaatkan keuntungan ekonomi

yang diperoleh melalui pertunjukan pariwisata (Picard, 2006:170), sehingga

apabila hubungan antara pariwisata dan kebudayaan dapat berjalan secara

Page 19: BAB II TINJAUAN PUSTAKA, KONSEP, LANDASAN TEORI, DAN … 2.pdf · event-event budaya lainnya belum banyak diteliti. Dari yang sedikit itu, ada penelitian oleh Prabandari (2009), Mahadewi

34

harmonis maka pariwisata tidak lagi akan dianggap sebagai perusak budaya,

melainkan sebagai faktor pelestari budaya (Picard, 2006:170).

Pariwisata budaya sangat penting dalam industri pariwisata mengingat adanya

perbedaan sumber daya, fasilitas dan orang-orang yang terlibat dalam kegiatan

wisata budaya. Pariwisata budaya menggabungkan produk wisata klasik seperti

akomodasi, restoran dan hiburan dengan produk warisan budaya seperti museum,

pertunjukan, galeri dan sebagainya. Keseimbangan antara memanfaatkan dan

menjaga produk budaya sangat penting untuk pengembangan pariwisata budaya

berkelanjutan demi kepentingan wisatawan budaya, pemerintah, sektor swasta dan

masyarakat lokal (Durovic & Lovrentjev, 2014:181).

Dalam mengembangkan pariwisata budaya, sumber daya budaya yang

dipergunakan tentunya memiliki karakteristik tersendiri di antaranya bervariasi

sesuai dengan keunikan destinasi budaya, merupakan buatan manusia bukan

bersifat alami serta memiliki fitur mobilitas (Zhang, 2011:10). Untuk menarik

lebih banyak wisatawan, maka penyedia pariwisata budaya mengembangkan

produk wisata yang unik dengan berfokus pada elemen inti budaya yang

dimilikinya. Produk-produk ini dapat dibentuk untuk memenuhi kebutuhan dan

keinginan wisatawan.

Salah satu aturan praktis di bidang pariwisata adalah bahwa permintaan

pengunjung tergantung dan didasarkan pada atraksi-atraksi yang menjadi elemen

kunci dari penawaran pariwisata (Puczko, 2005:227). Istilah atraksi wisata

pertama kali diperkenalkan oleh Cohen pada tahun 1972 (Kruczek, 2010:145) dan

sejak itu definisi mengenai atraksi wisata terus berkembang. Atraksi wisata tidak

Page 20: BAB II TINJAUAN PUSTAKA, KONSEP, LANDASAN TEORI, DAN … 2.pdf · event-event budaya lainnya belum banyak diteliti. Dari yang sedikit itu, ada penelitian oleh Prabandari (2009), Mahadewi

35

hanya mengenai tempat dengan karakteristik alam dan budaya yang unik, namun

juga mencakup hubungan yang empiris antara wisatawan dengan sikap penduduk

terhadap wisatawan (Goodall,1990; Podemski, 2004; MacCannell, 2002, dalam

Kruczek, 2010:145).

Atraksi wisata mempunyai dua fungsi utama dalam sistem pariwisata, yakni

memberikan daya tarik (entice), memikat (lure) & merangsang (stimulate) minat

untuk berwisata serta memberikan kepuasan bagi pengunjung (Gunn, 1994, dalam

Benckendorff & Pearce, 2003:24). Atraksi wisata juga memiliki peran yang

penting dalam pemasaran pariwisata dan branding destinasi (Zhang, 2014:255).

Atraksi wisata yang baik akan dapat mendatangkan wisatawan sebanyak-

banyaknya, menahan mereka di tempat atraksi dalam waktu yang cukup lama dan

memberi kepuasan kepada wisatawan yang datang berkunjung.

Dalam pariwisata budaya, atraksi budaya merupakan komponen penawaran,

sebagaimana yang diungkapkan oleh Michalkó & Rátz (2011, dalam Csapo,

2012:206) seperti di bawah ini.

Cultural tourism is such a tourism product in which the motivation of the

tourist (providing the supply side) is getting acquainted with new cultures,

participate in cultural events and visiting cultural attractions and the

demand side’s core element is the peculiar, unique culture of the visited

destination.7

Atraksi budaya memiliki peran penting dalam pariwisata di semua tingkatan,

membawa budaya global dunia ke tempat-tempat yang mendukung identitas lokal.

7 Pariwisata budaya adalah produk pariwisata di mana motivasi wisatawan (memberikan sisi

penawaran) berkenalan dengan budaya baru, berpartisipasi dalam acara-acara kebudayaan dan

mengunjungi atraksi budaya serta inti elemen sisi permintaan adalah dikunjunginya budaya

yang unik di suatu destinasi.

Page 21: BAB II TINJAUAN PUSTAKA, KONSEP, LANDASAN TEORI, DAN … 2.pdf · event-event budaya lainnya belum banyak diteliti. Dari yang sedikit itu, ada penelitian oleh Prabandari (2009), Mahadewi

36

Atraksi budaya juga memainkan peran utama dalam kebijakan budaya dan dalam

upaya untuk mempromosikan pengembangan budaya (Richards, 2001:4-5).

Adanya fasilitas dan event budaya menciptakan peluang untuk menarik

banyak orang yang tidak begitu termotivasi terhadap budaya tetapi memiliki

ketertarikan akan budaya (Silberberg, 1994:4). Meningkatkan jumlah festival dan

event budaya merupakan salah satu usaha destinasi untuk dalam bersaing dalam

perkembangan pasar budaya (Robinson & Smith, 2005:5). Dalam

penyelenggaraan event, menurut Krosbacher (2010:69) terdapat beberapa dimensi

yang harus dipenuhi, antara lain: ada tujuan, tema, produk, lokasi, peserta event

dan adanya pihak penyelenggara.

Parade ogoh-ogoh merupakan salah satu event wisata di Kota Denpasar yang

memanfaatkan tradisi lokal sebagai daya tarik wisata. Sebagai salah satu event di

Kota Denpasar, parade ogoh-ogoh dapat dijadikan sebagai media promosi

kepariwisataan di Kota Denpasar. Selain itu pula, melalui penyelenggaran parade

ogoh-ogoh maka masyarakat mempunyai peluang untuk meningkatkan kreativitas,

memperkuat identitas budaya sekaligus melestarikan tradisi ogoh-ogoh. Oleh

karena itu, diperlukan pendekatan dengan menggunakan teori pariwisata budaya

untuk mengetahui implementasi parade ogoh-ogoh sebagai pendukung Denpasar

sebagai kot budaya yang untuk selanjutnya dapat dirumuskan strategi pelaksanaan

parade ogoh-ogoh bagi pengembangan pariwisata budaya di Kota Denpasar ke

depannya.

Page 22: BAB II TINJAUAN PUSTAKA, KONSEP, LANDASAN TEORI, DAN … 2.pdf · event-event budaya lainnya belum banyak diteliti. Dari yang sedikit itu, ada penelitian oleh Prabandari (2009), Mahadewi

37

2.3.2 Teori Evaluasi

Teori evaluasi pertama kali dikemukakan oleh Ralph Winfred Tyler (Bapak

Evaluasi) pada awal tahun 1930-an dan berkembang menjadi suatu cabang ilmu

yang mandiri. Tyler mengemukakan definisi dan teori mengenai evaluasi yang

memfokuskan pada penilaian keberhasilan/kegagalan suatu program untuk

mencapai tujuannya, yang dikenal sebagai goal based evaluation model (Wirawan,

2012:5).

Sebagai cabang ilmu pengetahuan yang mandiri, ilmu evaluasi didukung oleh

sejumlah teori. Hue Tsyh Chen (1990, dalam Wirawan, 2012:30-31) berpendapat

bahwa dalam teori evaluasi mengadung unsur-unsur bagaimana memahami objek

evaluasi, bagaimana memberikan nilai terhadap program yang dievaluasi dan

kinerjanya serta bagaimana mengembangkan ilmu pengetahuan dari hasil evaluasi.

Teori mengenai evaluasi juga dikemukakan oleh Stufflebeam & Shikfiled

(2007:15-18) sebagai berikut.

Evaluation is the process of delinieting, obtaining, reporting and applying

descriptive and judgmental information about some objects merit, worth,

probity, feasibility, safety, significance and/or equity.8

Menyimak pendapat Stufflebeam & Shikfiled dapat diketahui bahwa dalam

evaluasi terjadi proses untuk mengumpulkan, menganalisis dan menyajikan

berbagai informasi mengenai objek evaluasi.

Selanjutnya menurut Vendung (2004, dalam Wirawan, 2012:7) yang

dimaksud dengan evaluasi adalah sebagai berikut.

8 Evaluasi adalah proses menguraikan informasi perencanaan, pencapaian, pelaporan, dan

penerapan serta penilaian secara deskriptif tentang kualitas, manfaat, transparansi, kelayakan,

keamanan, signifikansi, dan / atau keadilan suatu objek.

Page 23: BAB II TINJAUAN PUSTAKA, KONSEP, LANDASAN TEORI, DAN … 2.pdf · event-event budaya lainnya belum banyak diteliti. Dari yang sedikit itu, ada penelitian oleh Prabandari (2009), Mahadewi

38

Careful retrospective assessment of the merit, worth, and value of

administration, output, and outcome of government intervention, which is

intended to play a role in future, practical situations.9

Definisi evaluasi yang disampaikan oleh Vendung (2004) menunjukkan bahwa

dalam melakukan kegiatan evauasi harus dilakukan secara hati-hati, bertanggung

jawab dan dapat dipertanggungjawabkan sebab informasi dari hasil evaluasi akan

sangat bermanfaat bagi pengambil keputusan dalam menentukan alternatif

keputusan ke depannya.

Berdasarkan pendapat Chen, Stufflebeam & Shikfiled dan Vendung dapat

dipahami bahwa teori evaluasi menjelaskan proses bagaimana dan mengapa suatu

objek evaluasi seharusnya bekerja untuk mencapai hasil yang diharapkan, yang

selanjutnya informasi tersebut dapat digunakan sebagai bahan pertimbangan

dalam mengambil keputusan mengenai keberlanjutan objek evaluasi.

Untuk mendukung teori yang dikemukakan, para teoritisi mengembangkan

metode/ model evaluasi, salah satunya model evaluasi CIPP yang dikembangkan

oleh Stufflebeam (Wirawan, 2012:57). Evaluasi CIPP merupakan singkatan dari

context (konteks), input (masukan), process (proses) dan product (produk). Model

evaluasi CIPP memfokuskan pada evaluasi dan pengambilan keputusan yakni

informasi hasil evaluasi akan dipergunakan untuk mengambil keputusan yang

memandang program/kegiatan yang dievaluasi sebagai sebuah sistem dan

dilakukan secara bertahap (Arikunto & Cepi, 2010:45; Wirawan, 2012:57).

Berkaitan dengan penelitian ini, seperti halnya yang diungkapkan dalam teori

evaluasi bahwa evaluasi merupakan sebuah proses untuk mengumpulkan,

9 Penilaian yang dilakukan secara hati-hati terhadap kualitas, manfaat dan nilai administrasi,

output dan outcome dari kebijakan pemerintah, yang berperan dalam menentukan

keberlanjutan kedepannya.

Page 24: BAB II TINJAUAN PUSTAKA, KONSEP, LANDASAN TEORI, DAN … 2.pdf · event-event budaya lainnya belum banyak diteliti. Dari yang sedikit itu, ada penelitian oleh Prabandari (2009), Mahadewi

39

menganalisis dan menyajikan berbagai informasi mengenai objek evaluasi, yang

selanjutnya informasi tersebut dapat digunakan sebagai bahan pertimbangan

dalam mengambil keputusan mengenai keberlanjutan objek evaluasi. Demikian

pula dengan kegiatan parade ogoh-ogoh tentunya juga memiliki berbagai

informasi terkait dengan bagaimana seharusnya pelaksanaannya untuk mencapai

hasil yang diharapkan. Untuk mengetahui kontribusi parade ogoh-ogoh dipakai

pendekatan teori evaluasi yang berfokus pada empat aspek dengan masing-masing

indikator (Mutrofin, 2010:38-44; Arikunto & Cepi, 2010:46-49; dan Wirawan,

2012:57) yang meliputi:

(1) Context (Konteks)

Evaluasi konteks dilaksanakan untuk mengidentifikasi dan menilai

kebutuhan-kebutuhan yang mendasari disusunnya suatu program/kegiatan.

Analisis ini akan membantu dalam merencanakan keputusan, menetapkan

kebutuhan dan merumuskan tujuan kegiatan secara lebih terarah. Dalam

penelitian ini evaluasi konteks didasarkan pada indikator perencanaan, terdiri

dari tujuan kegiatan, dasar pemikiran kegiatan, kekuatan dan kelemahan

kegiatan parade ogoh-ogoh tahun 2014.

(2) Input (Masukan)

Evaluasi input memberikan informasi untuk menentukan bagaimana cara

memanfaatkan sumber daya yang mengarah pada keputusan-keputusan

strategis dan desain agar dapat mencapai tujuan dan sasaran kegiatan. Dalam

penelitian ini evaluasi input didasarkan pada indikator sumber daya, yaitu

anggaran yang dibutuhkan untuk pelaksanaan kegiatan, waktu yang

Page 25: BAB II TINJAUAN PUSTAKA, KONSEP, LANDASAN TEORI, DAN … 2.pdf · event-event budaya lainnya belum banyak diteliti. Dari yang sedikit itu, ada penelitian oleh Prabandari (2009), Mahadewi

40

diperlukan dalam pelaksanaan kegiatan dan ketersediaan sumber daya

manusia (SDM) pelaksana kegiatan parade ogoh-ogoh tahun 2014.

(3) Process (Proses)

Evaluasi proses mengidentifikasi kekurangan-kekurangan kegiatan dan

memperbaiki implementasinya. Evaluasi proses mengarah pada seberapa jauh

kegiatan sudah terlaksana sesuai dengan rencana. Dalam penelitian ini

evaluasi proses didasarkan pada indikator pelaksanaan yang meliputi tahapan-

tahapan pelaksanaan kegiatan dan hambatan/kendala dalam pelaksanaan

parade ogoh-ogoh tahun 2014.

(4) Product (Produk)

Evaluasi produk mengukur keluaran kegiatan yang mengarah pada hal-hal

yang menunjukkan adanya perubahan setelah pelaksanaan suatu kegiatan.

Dalam penelitian ini evaluasi produk lebih terarah pada hasil yang dicapai

dari dilaksanakannya parade ogoh-ogoh yang ditinjau dari tingkat partisipasi

peserta parade, tingkat kreativitas peserta parade dan kepuasan wisatawan.

2.4 Model Penelitian

Model penelitian menggambarkan langkah-langkah dalam penelitian untuk

memecahkan masalah. Sejalan dengan kebijakan pengembangan pariwisata Bali,

pariwisata budaya juga diprogramkan oleh pemerintah Kota Denpasar

sebagaimana yang tertuang dalam visi Kota Denpasar 2010-2015 yakni “Denpasar

Kreatif Berwawasan Budaya dalam Keseimbangan Menuju Keharmonisan”. Sejak

pencanangan Denpasar sebagai kota berwawasan budaya, berbagai program di

berbagai sektor kehidupan masyarakat dirancang dengan landasan kebudayaan

Page 26: BAB II TINJAUAN PUSTAKA, KONSEP, LANDASAN TEORI, DAN … 2.pdf · event-event budaya lainnya belum banyak diteliti. Dari yang sedikit itu, ada penelitian oleh Prabandari (2009), Mahadewi

41

Bali sebagai jati diri, salah satunya penyelenggaraan berbagai event dengan

melibatkan seluruh lapisan masyarakat (Bappeda Kota Denpasar, 2010:18).

Atraksi pawai ogoh-ogoh yang digelar setiap tahunnya sehari menjelang Hari

Raya Nyepi di Kota Denpasar merupakan salah satu ajang kreativitas masyarakat

yang berbasis budaya unggulan Kota Denpasar (Geriya, 2010:15).

Dengan dikembangkannya pariwisata budaya di Kota Denpasar diharapkan

parade ogoh-ogoh dapat menjadi salah satu ikon budaya unggulan di Kota

Denpasar yang dapat menarik minat wisatawan sehingga nantinya secara tidak

langsung dapat meningkatkan jumlah kunjungan wisatawan ke Kota Denpasar.

Pawai ogoh-ogoh yang digelar di catus pata Catur Muka ternyata tidak hanya

menarik masyarakat lokal namun juga wisatawan domestik dan mancanegara

yang tengah berlibur di Kota Denpasar. Hanya saja promosi yang selama ini

dilakukan oleh Pemerintah Kota Denpasar terkait parade ogoh-ogoh masih kurang,

terutama infomasi ke pihak pelaku pariwisata khususnya travel agent, sehingga

pihak travel agent cenderung bekerja secara mandiri dalam mempromosikan

parade ogoh-ogoh di Kota Denpasar. Hal ini tentunya harus mendapat perhatian

yang serius dari Pemerintah Kota Denpasar, mengingat selain keterlibatan dari

masyarakat tentunya keterlibatan komponen pariwisata juga diperlukan agar hasil

kreativitas masyarakat ini mampu memberikan nilai tambah bagi perkembangan

kepariwisataan budaya di Kota Denpasar.

Selain itu pula, untuk menjaga kualitas dan entitas penyelenggaraan parade

ogoh-ogoh sebagai salah satu event di Kota Denpasar, tentunya fungsi evaluasi

haruslah berjalan dengan baik agar nilai-nilai yang mendasari penyelenggaraan

Page 27: BAB II TINJAUAN PUSTAKA, KONSEP, LANDASAN TEORI, DAN … 2.pdf · event-event budaya lainnya belum banyak diteliti. Dari yang sedikit itu, ada penelitian oleh Prabandari (2009), Mahadewi

42

event dapat dipahami dan diapresiasi dengan baik oleh masyarakat. Akan tetapi,

selama ini dalam penyelenggaraan event di Kota Denpasar belum ada indikator-

indikator yang dijadikan dasar dalam melakukan evaluasi yang mampu

memberikan gambaran dan ukuran tentang efektivitas sebuah event (Bappeda

Kota Denpasar, 2011:25) termasuk parade ogoh-ogoh yang diselenggarakan oleh

Dinas Kebudayaan Kota Denpasar.

Evaluasi terhadap parade ogoh-ogoh selama ini telah dilakukan secara rutin

setiap tahunnya oleh Dinas Kebudayaan Kota Denpasar. Evaluasi yang dilakukan

belum secara menyeluruh karena belum adanya indikator yang dapat dijadikan

sebagai dasar dalam melakukan evaluasi. Mengingat pada penyelenggaraan tahun

2014 muncul kembali protes dari sekaa teruna peserta seleksi dan juga terjadi

penurunan jumlah peserta seleksi, serta terlebih lagi atraksi pawai ogoh-ogoh

merupakan salah satu atraksi budaya di Kota Denpasar yang berbentuk hallmark

event (Mahadewi, 2012:6) yang sudah dimasukkan dalam kalender event

kepariwisataan Kota Denpasar, maka perlu dilakukan evaluasi terhadap parade

ogoh-ogoh tahun 2014 secara menyeluruh. Melalui evaluasi nantinya akan

diperoleh informasi mengenai keberhasilan dan kegagalan pelaksanaan parade

ogoh-ogoh sehingga dapat disusun rekomendasi terkait pelaksanaan parade ogoh-

ogoh ke depannya sebagai upaya mendukung pengembangan pariwisata budaya di

Kota Denpasar.

Berdasarkan fenomena tersebut diangkat tiga permasalahan dalam penelitian

ini. Permasalahan pertama mengenai implementasi parade ogoh-ogoh sebagai

pendukung Denpasar sebagai kota budaya. Kontribusi parade ogoh-ogoh sebagai

Page 28: BAB II TINJAUAN PUSTAKA, KONSEP, LANDASAN TEORI, DAN … 2.pdf · event-event budaya lainnya belum banyak diteliti. Dari yang sedikit itu, ada penelitian oleh Prabandari (2009), Mahadewi

43

pendukung Denpasar dalam mengembangkan pariwisata budaya menjadi

permasalahan kedua dalam penelitian ini. Sedangkan permasalahan ketiga

mengenai strategi pelaksanaan parade ogoh-ogoh untuk pengembangan pariwisata

budaya di Kota Denpasar.

Untuk membantu dalam menjelaskan dan menganalisis permasalahan dalam

penelitian ini, digunakan teori yang relevan dengan permasalahan. Tujuannya

adalah untuk memberikan arahan/bimbingan bagi peneliti dalam membahas

permasalahan yang diangkat pada penelitian ini. Adapun teori yang digunakan

untuk permasalahan pertama dan ketiga adalah teori pariwisata budaya. Untuk

membahas permasalahan kedua digunakan teori evaluasi yang akan dianalisis

dengan menggunakan model evaluasi CIPP.

Hasil penelitian diharapkan dapat memberikan sumbangan informasi untuk

berbagai pihak khususnya Dinas Kebudayaan Kota Denpasar mengenai

pelaksanaan parade ogoh-ogoh secara menyeluruh. Dengan mengetahui hal ini,

maka Dinas Kebudayaan Kota Denpasar diharapkan mampu berperan secara lebih

aktif, optimal dan tepat sasaran terutama dalam hal pengambilan kebijakan terkait

dengan parade ogoh-ogoh. Adapun kerangka model penelitian dalam penelitian

ini dapat diilustrasikan pada Gambar 2.1 berikut.

Page 29: BAB II TINJAUAN PUSTAKA, KONSEP, LANDASAN TEORI, DAN … 2.pdf · event-event budaya lainnya belum banyak diteliti. Dari yang sedikit itu, ada penelitian oleh Prabandari (2009), Mahadewi

44

Gambar 2.1 Kerangka Model Penelitian

Keterangan:

: Hubungan searah

: Hubungan timbal balik

Visi dan Misi Kota Denpasar 2010 - 2015

Konsep:

1. Evaluasi Kegiatan

2. Parade Ogoh-ogoh

3. Pengembangan

Pariwisata Budaya

4.

Simpulan dan Saran

Rekomendasi

Parade Ogoh-ogoh di Kota Denpasar

Pariwisata Budaya

Evaluasi parade ogoh-ogoh

sebagai pendukung

pengembangan pariwisata

budaya di Kota Denpasar

Teori :

1. Teori Evaluasi

2. Teori Pariwisata Budaya

Implementasi parade ogoh-

ogoh sebagai pendukung

Denpasar sebagai kota budaya

Kontribusi parade ogoh-ogoh

sebagai pendukung Denpasar

dalam mengembangkan

pariwisata budaya

Strategi pelaksanaan parade

ogoh-ogoh untuk

pengembangan pariwisata

budaya di Kota Denpasar

Keterlibatan:

1. Pemerintah

2. Masyarakat

3. Swasta