BAB II TINJAUAN PUSTAKA - repository.ump.ac.idrepository.ump.ac.id/165/3/BAB II_Reny...

34
10 BAB II TINJAUAN PUSTAKA A. Konsep Pneumonia 1. Definisi Pneumonia Pneumonia adalah infeksi akut yang mengenai jaringan paru – paru (alveoli) dan mempunyai gejala batuk, sesak nafas, ronkhi, dan infiltrate pada foto rongten. Terjadinya pneumonia pada anak sering kali bersamaan dengan terjadinya proses infeksi akut pada bronkhus yang sering disebut bronchopneumonia (Direktorat jendaral P2PL, 2009). Pneumonia adalah proses infeksi akut yang mengenai jaringan paru – paru (alveoli). Selain gambaran umum diatas, pneumonia dapat dikenali berdasarkan pedoman – tanda klinis lainnya dan pemeriksaan penunjang (rongten,laboratorium) (Wilson, 2006). Pneumonia adalah salah satu bentuk infeksi saluran nafas bawah akut (ISNBA) yang tersering. Pneumonia merupakan peradangan yang mengenai parenkim paru, distal dari bronkhiolus terminalis yang mencakup bronkhiolus respiratorius, dan alveoli serta menimbulkan konsolidasi jaringan paru dan gangguan pertukaran udara setempat (Dahlan,2007). Faktor-Faktor yang Mempengaruhi Kekambuhan..., Reny Kristiyana, Fakultas Ilmu Kesehatan UMP, 2013

Transcript of BAB II TINJAUAN PUSTAKA - repository.ump.ac.idrepository.ump.ac.id/165/3/BAB II_Reny...

10

BAB II

TINJAUAN PUSTAKA

A. Konsep Pneumonia

1. Definisi Pneumonia

Pneumonia adalah infeksi akut yang mengenai jaringan paru – paru

(alveoli) dan mempunyai gejala batuk, sesak nafas, ronkhi, dan infiltrate

pada foto rongten. Terjadinya pneumonia pada anak sering kali bersamaan

dengan terjadinya proses infeksi akut pada bronkhus yang sering disebut

bronchopneumonia (Direktorat jendaral P2PL, 2009).

Pneumonia adalah proses infeksi akut yang mengenai jaringan paru –

paru (alveoli). Selain gambaran umum diatas, pneumonia dapat dikenali

berdasarkan pedoman – tanda klinis lainnya dan pemeriksaan penunjang

(rongten,laboratorium) (Wilson, 2006).

Pneumonia adalah salah satu bentuk infeksi saluran nafas bawah

akut (ISNBA) yang tersering. Pneumonia merupakan peradangan yang

mengenai parenkim paru, distal dari bronkhiolus terminalis yang

mencakup bronkhiolus respiratorius, dan alveoli serta menimbulkan

konsolidasi jaringan paru dan gangguan pertukaran udara setempat

(Dahlan,2007).

Faktor-Faktor yang Mempengaruhi Kekambuhan..., Reny Kristiyana, Fakultas Ilmu Kesehatan UMP, 2013

11

Jadi pneumonia adalah penyakit infeksi saluran nafas bawah akut

yang mengenai jaringan paru (alveoli) dan sering menyerang balita dengan

gejala batuk, sesak nafas, ronkhi dan tampak infiltrate pada foto ringten.

Gejala dari Pneumonia yang biasa ditemukan pada balita dengan

pneumonia antara lain: demam, batuk dengan nafas cepat, crackles (ronkhi

pada auskultasi), kepala terangguk-angguk, pernapasan cuping hidung,

tarikan dinding dada bagian bawah ke dalam, merintih (grunting),

sianosis. Dalam program penanggulangan penyakit ISPA, pneumonia

diklasifikasikan sebagai pneumonia sangat berat, pneumonia berat,

pneumonia dan bukan pneumonia, berdasarkan ada atau tidaknya tanda

bahaya, tarikan dinding dada bagian bawah ke dalam dan frekwensi nafas,

dan dengan pengobatan yang spesifik untuk masing – masing derajat

penyakit. (WHO Indonesia, 2008)

Pneumonia biasa disebabkan oleh virus atau bakteria. Sebagian besar

episode yang serius disebabkan oleh bakteria. Biasanya sulit menentukan

penyebab spesifik melalui gambaran klinis atau gambaran foto dada.

(WHO Indonesia,2008). Dari sumber lain diperoleh bahawa sebagian besar

mikroorganisme (virus/bakteri) dan sebagian kecil disebabkan oleh hal lain

seperti aspirasi dan radiasi. Di negara berkembang, pneumonia pada anak

terutama disebabkan oleh bakteri. Bakteri yang menyebabkan pneumonia

adalah Streptococcus pneumonia, Haemophilus influenzae, dan

Staphylococcus aureus (Said, 2008).

Faktor-Faktor yang Mempengaruhi Kekambuhan..., Reny Kristiyana, Fakultas Ilmu Kesehatan UMP, 2013

12

2. Etiologi Pneumonia

Pneumonia yang ada dikalangan masyarakat umumnya disebabkan

oleh bakteri, virus, mikroplasma ( bentuk peralihan bakteri dan virus) dan

Protozoa. ( Djojodibroto, 2009)

a. Bakteri

Pneumonia yang dipicu bakteri bisa menyerang siapa saja, dari

bayi sampai usia lanjut. Sebenarnya bakteri penyebab pneumonia yang

paling umum adalah streptococcus pneumonia sudah ada di kerongkong

manusia yang sehat. Begitu pertahanan tubuh menurun oleh sakit, usia

tua atau malnutrisi, bakteri segera memperbanyak diri dan

menyebabkan kerusakan. Balita yang terinfeksi dan menyebabkan

kerusakan. Balita yang terinfeksi pneumonia akan panas tinggi,

berkeringat, napas terengah – engah dan denyut jantungnya meningkat

cepat.

b. Virus

Setengah kejadian pneumonia diperkirakan disebabkan oleh

virus. Meskipun virus – virus ini kebanyakan menyerang saluran nafas

bagian atas, pada balita gangguan ini bisa memicu pneumonia. Tetapi

pada umumnya sebagian besar pneumonia jenis ini tidak berat dan

dapat sembuh dalam waktu singkat. Namun bila infeksi terjadi

bersamaan dengan dengan virus influenza, gangguan bisa berat dan

kadang menyebabkan kematian.

Faktor-Faktor yang Mempengaruhi Kekambuhan..., Reny Kristiyana, Fakultas Ilmu Kesehatan UMP, 2013

13

c. Mikroplasma

Mikroplasma adalah agen terkecil di alam bebas yang

menyebabkan penyakit pada manuasia. Mikroplasma tidak bisa

diklasifikasikan sebagai virus sampai bakteri, meski memiliki karakteristik

keduanya. Pneumonia yang dihasilkan biasanya berderajat ringan dan

tersebar luas. Mikroplasma menyerang segala jenis usia, tetapi paling

sering pada anak remaja dan usia muda. Angka kematian sangat rendah,

bahkan juga pada yang tidak diobati.

d. Protozoa

Pneumonia yang disebabkan oleh protozoa sering disebut

pneumonia pneumosistis. Termasuk golongan ini adalah Pneumocystitis

Caranii Pneumonia ( PCP ). Pneumonia pneumosistis sering ditemukan

pada bayi yang premature. Perjalanan penyakitnya dapat lambat dalam

beberapa minggu sampai beberapa bulan, tetapi juga dapat cepat dalam

hitungan hari. Diagnosis pasti ditegakkan jika ditemukan P. Cranii pada

jaringan paru atau specimen yang berasal dari paru.

3. Faktor Resiko Pneumonia

Hasil penelitian dari berbagai negara termasuk Indonesia dan berbagai

publikasi ilmiah dilaporkan faktor resiko baik yang meningkatakan insiden

(morbiditas) maupun kematian (mortalitas) akibat pneumonia (Direktorat

jendral P2PL,2009), adalah sebagai berikut:

Faktor-Faktor yang Mempengaruhi Kekambuhan..., Reny Kristiyana, Fakultas Ilmu Kesehatan UMP, 2013

14

a. Faktor resiko yang meningkatkan insiden pneumonia meliputi :

Faktor resiko pasti (definite) : malnutrisi, BBLR, tidak ASI Eksklusif,

tidak dapat imunisasi campak, polusi udara dalam rumah dan kepadatan

penduduk, Faktor resiko hampir pasti (likely) : asap rokok, defisiensi zinc,

kemampuan ibu merawat, penyakit penyerta (diare dan asma),

Kemungkinan faktor resiko (Possible): pendidikan ibu, kelembapan, udara

dingin, defisiensi vitamin A, Polusi udara luar, urutan kelahiran dalam

keluarga, kemiskinan.

b. Faktor resiko yang meningkatkan angka kematian pneumonia.

Faktor resiko yang meningkatkan angka kematian pneumonia ini

perlu mendapatkan perhatian kita semua agar upaya penurunan kematian

karena pneumonia dapat dicapai. Faktor resiko ini merupakan gabungan

faktor resiko insidens seperti tersebut diatas ditambah dengan faktor tata

laksana pelayanan kesehatan yaitu : Ketersediaan pedoman tata laksana,

Ketersediaan tenaga kesehatan terlatih yang memadai, Kepatuhan tenaga

kesehatan terhadap pedoman, Ketersediaan fasilitas yang diperlukan

untuk tata laksanan pneumonia (obat, oksigen,perawatan intensif),

Prasarana dan sistem rujukan.

Faktor-Faktor yang Mempengaruhi Kekambuhan..., Reny Kristiyana, Fakultas Ilmu Kesehatan UMP, 2013

15

4. Klasifikasi Pneumonia ( Depkes RI, Dirjen P2PL, 2009)

Kelompok Umur Klasifikasi Tanda Penyerta selain batuk atau sukar bernafas

2 bulan -<5 tahun Pneumonia Berat

Pneumonia

Bukan Pneumonia

Tarikan dinding dada bagian bawah ke dalam (Chest indrawing)

Nafas cepat sesuai dengan golongan umur. ( 2 bulan - <1 tahun : 50 kali atau lebih/menit, 1 - <5tahun : 40 kali atau lebih/menit)

Tidak nafas cepat dan tidak ada tarikan dinding dada bagian bawah ke dalam

<2 bulan Pneumonia Berat

Bukan Pneumonia

Nafas cepat >60 kali atau lebih/menit, atau tarikan kuat dinding dada bagian bawah ke dalam (Chest indrawing)

Tidak ada nafas cepat dan tidak ada tarikan dinding dada bagian bawah ke dalam.

5. Gejala Klinis dan Tanda Pneumonia

a. Gejala

Gejala penyakit pneumonia biasanya didahului dengan infeksi

saluran napas atas akut selama beberapa hari. Selain didapatkan demam,

menggigil suhu tubuh meningkat dapat mencapai 40°C, sesak napas, nyeri

dada dan batuk dengan dahak kental, terkadang dapat berwarna kuning

hingga hijau. Pada sebagian penderita juga ditemui gejala lain seperti nyeri

perut, kurang nafsu makan, dan sakit kepala.

Faktor-Faktor yang Mempengaruhi Kekambuhan..., Reny Kristiyana, Fakultas Ilmu Kesehatan UMP, 2013

16

b. Tanda

Menurut Misnadiarly (2008), tanda – tanda penyakit pneumonia

pada balita antar lain : batuk nonproduktif, ingus (nasal discharge), suara

yang lemah, penggunaan otot bantu nafas, demam, cyanosis (kebiruan),

thorax photo menunjukkan infiltrasi melebar, sakit kepala, kekauan dan

nyeri otot, sesak napas, menggigil, berkeringat, lelah, terkadang kulit

menjadi lembab, mual dan muntah.

6. Cara Penularan

Pada umumnya pneumonia termasuk ke dalam penyakit menular yang

ditularkan melalui udara. Sumber penularan adalah penderita pneumonia yang

menyebarkan kuman ke udara pada saat batuk atau bersin dalam bentuk

droplet. Inhalasi merupakan cara terpenting masuknya kuman penyebab

pneumonia kedalam saluran nafas yaitu bersama udara yang dihirup,

disamping itu terdapat juga cara penularan langsung yaitu melalui percikan

droplet yang dikeluarkan oleh penderita saat batuk, bersin dan berbicara

kepada orang di sekitar penderita, transmisi langsung juga bisa melalui

ciuman, memegang dan menggunakan benda yang telah terkena sekresi

saluran pernapasan penderita (Azwar,2002).

Faktor-Faktor yang Mempengaruhi Kekambuhan..., Reny Kristiyana, Fakultas Ilmu Kesehatan UMP, 2013

17

7. Pencegahan Pneumonia

Mengingat pneumonia adalah penyakit beresiko tinggi yang tanda

awalnya sangat mirip dengan flu, alangkah baiknya para orang tua tetap

waspada dengan memperhatikan cara berikut ini ( misnadiarly,2008) :

a. Menghindarkan bayi atau anak dari paparan asap rokok, polusi udara, dan

tempat keramaian yang berpotensi penularan.

b. Menghindarkan bayi atau anak dari kontak dengan penderita ISPA.

c. Membiasakan memberikan ASI.

d. Segera berobat jika mendapati anak mengalami panas, batuk, pilek.

Terlebih jika disertai suara serak, sesak nafas, dan adanya tarikan pada otot

diantara rusuk (retraksi).

e. Periksakan kembali jika dalam dua hari belum menampakkan perbaikan,

dan segera ke rumah sakit jika kondisi anak memburuk.

f. Imunisasi, untuk meningkatkan kekebalan tubuh terhadap penyakit infeksi

seperti imunisasi DPT.

Faktor-Faktor yang Mempengaruhi Kekambuhan..., Reny Kristiyana, Fakultas Ilmu Kesehatan UMP, 2013

18

8. Diagnosis Pneumonia.

Berdasarkan pedoman diagnois dan tatalaksanan pneumonia yang

diajukan oleh WHO di dalam buku Mansjoer (2008), Pneumonia dibedakan

atas :

a. Pneumonia sangat berat : bila ada sianosis dan tidak sanggup minum,

harus dirawat di RS dan diberi antibiotic.

b. Pneumonia berat : bila ada retraksi, tanpa cianosis dan masih sanggup

minum, harus dirawat di RS dan diberi antibiotik.

c. Pneumonia : bila tidak ada retraksi tapi nafas cepat : Lebih dari 60

kali/menit pada bayi kurang dari 2 bulan, lebih dari 50 kali/menit pada

anak 2 bulan sampai dengan satu tahu, lebih dari 40 kali/mnt pada anak 1 –

5 tahun.

d. Bukan pneumonia : hanya batuk tanpa tanda dan gejala seperti diatas, tidak

perlu dirawat, tidak perlu antibiotik.

9. Perawatan pneumonia pada balita di rumah

Perawatan dirumah yang dapat dilakukan pada bayi atau anak balita

yang menderita pneumonia antara lain (Direktorat Jenderal P2PL, 2010):

a. Mengatasi demam

Untuk anak usia dua bulan sampai lima tahun, demam dapat diatasi

dengan memberikan parasetamol atau dengan kompres, bayi dibawah dua

Faktor-Faktor yang Mempengaruhi Kekambuhan..., Reny Kristiyana, Fakultas Ilmu Kesehatan UMP, 2013

19

bulan dengan demam harus segera dirujuk. Paracetamol diberikan sehari

empat kali setiap enam jam untuk waktu dua hari. Cara pemberiannya,

tablet dibagi sesuai dengan dosisnya, kemudian digerus dan diminumkan.

Memberikan kompres, dengan menggunakan kain bersih dengan cara lain

dicelupkan dalam air (tidak perlu menambahkan air es). Menurut Susanti

(2012), pemakaian kompres hangat efektif untuk mengatasi demam

memicu vasodilatasi yang dapat meningkatkan pengeluaran panas tubuh.

Pemakaian kompres hangat dianjurkan sebagai terapi kombinasi dengan

antipiretik untuk membantu menurunkan temperatur tubuh.

b. Mengatasi batuk

Dianjurkan untuk memberikan obat batuk yang aman misalnya

ramuan tradisional yaitu jeruk nipis setengah sendok teh dicampur dengan

kecap atau madu setengah sendok teh dan diberikan tiga kali sehari.

Menurut Cohen, et al (2012), menunjukkan adanya peningkatan yang

signifikan setelah dilakukan intervensi dengan pemberian tiga jenis madu

(madu kayu putih, madu jeruk, dan madu labiatae) dibandingkan dengan

pemberian placebo.

c. Pemberian makanan sering

Dianjurkan memberikan makanan yang cukup gizi, sedikit sedikit

tetapi berulang – ulang yaitu sering dari biasanya, lebih lebih jika terjadi

muntah. Pemberian ASI pada bayi yang menyusu tetap diteruskan.

Faktor-Faktor yang Mempengaruhi Kekambuhan..., Reny Kristiyana, Fakultas Ilmu Kesehatan UMP, 2013

20

d. Pemberian minuman.

Diusahakan memberikan cairan ( air putih, air buah, dan sebagainya)

lebih banyak dari biasanya. Hal ini akan membantu mengencerkan dahak,

selain itu kekurangan cairan akan menambah parah sakit yang diderita.

e. Lain – lain

Tidak dianjurkan mengenakan pakaian atau selimut yang terlalu

tebal atau rapat, lebih – lebih pada anak yang demam. Membersihkan

hidung pada saat pilek akan berguna untuk mempercepat kesembuhan dan

menghindari komplikasi yang lebih parah. Diusahakan lingkungan tempat

tinggal yang sehat yaitu berventilasi cukup dan tidak berasap. Apabila

selama perawatan dirumah keadaan anak memburuk maka dianjurkan

untuk membawa ke dokter atau pengawas kesehatan. Untuk penderita yang

mendapat obat antibiotik, selain tindakan diatas diusahakan agar obat yang

diperoleh tersebut diberikan dengan benar selama lima hari penuh dan

setelah dua hari anak perlu dibawa kembali ke petugas kesehatan untuk

pemeriksaan ulang.

B. Konsep Keluarga

1. Pengertian Keluarga

Marilyn M Frieddman ( 1998 ) yang menyatakan bahwa keluarga

adalah kumpulan dua orang atau lebih yang hidup bersama dengan

Faktor-Faktor yang Mempengaruhi Kekambuhan..., Reny Kristiyana, Fakultas Ilmu Kesehatan UMP, 2013

21

keterikatan aturan dan emosional dimana individu mempunyai peran

masing – masing yang merupakan bagian dari keluarga.

Salvicion G.Bailon dan Arcelis Maglaya ( 1978) menjelaskan bahwa

keluarga adalah dua atau lebih individu yang hidup dalam satu rumah

tangga karena adanya hubungan darah, perkawinan, atau adopsi. Mereka

saling berinteraksi sata sama lainnya, mempunyai peran masing – masing

dan menciptakan serta mempertahankan suatu budaya.

2. Fungsi keluarga

Fungsi – fungsi dasar keluarga adalah memenuhi kebutuhan –

kebutuhan anggota keluarga dan masyarakat yang lebih luas. Lima fungsi

keluarga menurut friedman (1988) adalah :

a. Fungsi affektif

Berhubungan dengan fungsi internal keluarga, yang

merupakan basis kekuatan keluarga. Fungsi affektif berguna untuk

menemukan kebutuhan psiokososial. Keberhasilan melakukan fungsi

afektif tampak pada kebahagiaan dan kegembiraan dari seluruh

anggota keluarga. Tiap anggota keluarga saling mempertahankan

iklim yang positif, perasaan memiliki, perasaan yang berarti dan

merupakan sumber kasih sayang dan reinforcement. Hal tersebut

dipelajari dan dikembangkan melalui interakasi dan berhubungan

dalam keluarga. Dengan demikian keluarga yang berhasil

Faktor-Faktor yang Mempengaruhi Kekambuhan..., Reny Kristiyana, Fakultas Ilmu Kesehatan UMP, 2013

22

melaksanakan fungsi affektif seluruh anggota keluarga dapat

mengembangkan konsep diri yang positif. Fungsi afektif merupakan

sumber energy yang menetukan kebahagiaan keluarga. Perceraian,

kenakalan anak atau masalah keluarga yang sering timbul sebagai

akibat tidak terpenuhinya fungsi afektif. Tidak terkecuali bagi

keluarga dengan balita yang menderita pneumonia, apabila fungsi

afektif berjalan dengan baik seorang ibu terutamanya akan dapat

merawat balitanya dengan baik.

b. Fungsi sosialisasi dan tempat bersosialisasi (socialization and social

placement function)

Fungsi sosialisasi keluarga bagi keluarga dengan balita

pneumonia sangat menentukan apakah keluarga akan menunda

balitanya yang sakit ke fasilitas kesehatan, ke dukun, atau bahkan

tidak kemanapun yang akan berakibat fatal. (Rasmussen, Pio,

Enarson, 2000)

c. Fungsi reproduksi

Pada keluarga dengan usia subur, memiliki kesempatan yang

besar untuk memiliki anak lagi, oleh sebab itu perlu dianjurkan untuk

KB agar lebih intensif dalam merawat balitanya, sehingga tidak

mudah terserang ISPA dan atau pneumonia. (Notosiwoyo,

Martomijoyo, Supardi, Riyadina, 2003)

Faktor-Faktor yang Mempengaruhi Kekambuhan..., Reny Kristiyana, Fakultas Ilmu Kesehatan UMP, 2013

23

d. Fungsi ekonomi

Kondisi ekonomi keluarga sangat berpengaruh pada kemampuan

keluarga dalam memenuhi gizi dan mendatangi fasilitas pelayanan

kesehatan, dimana status gizi sangat berpengaruh dengan kejadian

pneumonia (Sulistiyoningsih, Rustandi, 2010).

e. Fungsi perawatan dan pemeliharaan kesehatan

Keluarga memberikan keamanan dan kenyamanan lingkungan yang

dibutuhkan untuk pertumbuhan dan perkembangan dan istirahat untuk

penyembuhan dari sakit.

C. Pelaksanaan Fungsi Perawatan Keluarga

1. Pengertian Perawatan Keluarga

Perawatan kesehatan keluarga adalah tingkatan keperawatan

kesehatan masyarakat yang dipusatkan pada keluarga sebagai unit satu

kesatuan yang dirawat dengan sehat sebagai tujuan pelayanan dan

perawatan sebagai upaya mencegah penyakit. Sedangkan keluarga adalah

sekumpulan orang dengan ikatan perkawinan, kelahiran dan adopsi yang

bertujuan untuk menciptakan perkembangan fisik, mental, emosional serta

sosial dari anggota keluarga. Keluarga adalah unit pelayanan kesehatan

dan merupakan kumpulan dua orang atau lebih yang ada dan tidak ada

hubungan secara hukum akan tetapi berperan sebagai keluarga atau

siapapun yang dikatakan klien sebagai keluarganya (Friedman,1998).

Faktor-Faktor yang Mempengaruhi Kekambuhan..., Reny Kristiyana, Fakultas Ilmu Kesehatan UMP, 2013

24

Perawatan keluarga yang komprehensif merupakan suatu proses yang

rumit, sehingga memerlukan suatu pendekatan yang logis dan sistematis

untuk bekerja dengan keluarga dan anggota keluarga. Pendekatan ini

disebut proses keperawatan, dimana proses adalah suatu aksi gerak yang

dilakukan dengan sengaja dan sadar dari suatu titik ke titik yang lain

menuju pencapaian tujuan. Pada dasarnya, proses keperawatan merupakan

suatu proses pemecahan masalah yang sistematis yang digunakan ketika

bekerja dengan individu, keluarga, kelompok atau komunitas. Salah satu

aspek terpenting dari keperawatan adalah penekanan pada keluarga,

keluarga bersama inividu, kelompok dan komunitas adalah klien atau

resipien keperawatan. Secara empiris, disadari bahwa kesehatan para

anggota keluarga dan kualitas kesehatan keluarga mempunyai hubungan

yang erat. Akan tetapi, hingga saat ini sangat sedikit yang diberikan

perhatian pada keluarga sebagai obyek dari studi yang sistematis dalam

bidang keperawatan (Friedman,1998).

2. Fungsi keluarga

Fungsi keperawatan keluarga merupakan hal penting dalam

pengkajian keluarga. Sejauh mana masing – masing anggota keluarga

melaksanakan fungsinya antara lain termasuk fungsi afektif dalam

menyelesaikan masalahnya, fungsi sosialisasi dalam melakukan interaksi

baik sesama anggota keluarga maupun dengan orang lain, fungsi kesehatan

seperti yang dikemukakan oleh friedman antara lain dalam mengenali

masalah, mengambil keputusan, merawat anggota keluarga yang sakit,

Faktor-Faktor yang Mempengaruhi Kekambuhan..., Reny Kristiyana, Fakultas Ilmu Kesehatan UMP, 2013

25

memelihara dan memodifikasi lingkungan dan menggunakan sumber

dimasyarakat. Fungsi kesehatan keluarga juga mengenai kebiasaan diet

keluarga mempengaruhi status gizi sebagai faktor pendukung, pola

istirahat dan tidur mempengaruhi status ketahanan tubuh, kebiasaan

mengkonsumsi obat atau zat aditif mempengaruhi berhasil atau tidaknya

pengobatan, pola perawatan diri mempengaruhi proses penularan dan

hygiene seseorang, lingkungan dan riwayat kesehatan keluarga

berpengaruh dalam bertambah parah atau tidak masalah kesehatan yang

dialami keluarga (Friedman,1998).

3. Tugas Pelaksanaan Perawatan Kesehatan Keluarga

Terdapat beberapa tugas dalam pelaksanaan perawatan kesehatan keluarga,

yaitu (Friedman,1998) :

a. Mengenal masalah kesehatan keluarga

Mengenal masalah kesehatan keluarga yaitu sejauh mana keluarga

mengenal fakta – fakta dari masalah kesehatan yang meliputi pengertian

tanda dan gejala, penyebab dan yang mempengaruhi serta persepsi

keluarga terhadap masalah. Dalam hal ini memerlukan data umum

keluarga yaitu nama keluarga, alamat, komposis keluarga, tipe keluarga,

suku, agama, status sosial ekonomi keluarga dan aktivitas rekreasi

keluarga. Kemampuan keluarga dalam mengenal adanya tanda dan gejala

bahaya pada balita dengan pneumonia akan membantu keluarga untuk

mengambil keputusan yang tepat dalm merawat balita dengan pneumonia.

Faktor-Faktor yang Mempengaruhi Kekambuhan..., Reny Kristiyana, Fakultas Ilmu Kesehatan UMP, 2013

26

Pendidikan kesehatan tentang pneumonia mempengaruhi ibu dalam

bertindak merawat balita dengan pneumonia (Murhayati, 2010).

b. Membuat keputusan mengenai tindakan kesehatan yang tepat

Mengambil sebuah keputusan kesehatan keluarga merupakan

langkah sejauh mana keluarga mengerti mengenai sifat dan luasnya

masalah apakah masalah dirasakan, menyerah terhadap masalah yang

dihadapai, takut akan akibat dari tindakan penyakit, mempunyai sikap

negatif terhadap masalah kesehatan, dapat menjangkau fasilitas yang ada,

kurang percaya terhadap tenaga kesehatan dan mendapat informasi yang

salah terhadap tindakan dalam mengatasi masalah. Dalam hal ini yang

dikaji berupa akibat dan keputusan keluarga yang diambil. Perawatan

sederhana dengan melakukan cara – cara perawatan yang sudah dilakukan

keluarga dan cara pencegahannya.

Intervensi untuk mengurangi hospitalisasi dari kejadian perawatan

dirumah dengan penyakit pneumonia sangat konsisten dengan preferensi

anggota keluarga dalam memutuskan pencarian pelayanan kesehatan

terhadap balitanya yang terkena pneumonia.(Curasone, Loeb, & Lohfeld,

2006).

c. Merawat anggota keluarga yang mengalami maslah kesehatan

Anggota keluarga mengetahui keadaan penyakitnya, mengetahui

sifat dan perkembangan perawatan yang dibutuhkan, mengetahui sumber –

Faktor-Faktor yang Mempengaruhi Kekambuhan..., Reny Kristiyana, Fakultas Ilmu Kesehatan UMP, 2013

27

sumber yang ada dalam keluarga (anggota keluarga yang bertanggung

jawab, keuangan, fasilitas fisik, psikososial), mengetahui keberadaan fisik

yang diperlukan untuk perawatan dan sikap keluarga terhadap yang sakit.

Perawatan keluarga dengan melakukan perawatan sederhana sesuai dengan

kemamapuan, dimana perawatan keluarga yang bisa dilakukan dan cara

pencegahannya seminimal mungkin.

d. Memodifikasi lingkungan atau menciptakan suasana rumah yang sehat.

Sejauh mana mengetahui sumber-sumber keluarga yang dimiliki,

keuntungan atau manfaat pemeliharaan lingkungan mengetahui

pentingnya hygiene sanitasi dan kekompakan antara anggota keluarga.

Dengan memodifikasi lingkungan dapat membantu dalam melakukan

perawatan pada anggota keluarga yang mengalami masalah kesehatan,

dalam bentuk kebersihan rumah dan menciptakan kenyamanan agar

anak dapat beristirahat dengan tenang tanpa adanya gangguan dari luar.

Pengaruh lingkungan dan jenis rumah yang ditinggali serta kondisi

rumah balita dengan pneumonia sangat berpengaruh terhadap kejadian

balita dengan pneumonia, perlu meningkatkan kondisi lingkungan fisik

rumah seperti genting kaca pada atap rumah. (Noviana, 2013).

e. Merujuk pada fasilitas kesehatan masyarakat

Dimana keluarga mengetahui apakah keberadaan fasilitas

kesehatan, memahami keuntungan yang diperoleh dari fasilitas

Faktor-Faktor yang Mempengaruhi Kekambuhan..., Reny Kristiyana, Fakultas Ilmu Kesehatan UMP, 2013

28

kesehatan, tingkat kepercayaan keluarga terhadap petugas kesehatan

dan fasilitas tersebut terjangkau oleh keluarga. Dalam memanfaatkan

pelayanan kesehatan, dimana biasa mengunjungi pelayan kesehatan

yang biasa dikunjungi dan cenderung yang paling dekat misalnya

posyandu, puskesmas maupun rumah sakit. Hal ini dilakukan dengan

alasan lebih efisien waktu dan merasa cocok.

D. Teori Perilaku

Masalah kesehatan masyarakat, terutama di negara – negara

berkembang pada dasarnya menyangkut dua aspek fisik, misalnya tersedianya

sarana kesehatan dan pengobatan penyakit, sedangkan yang kedua adalah

aspek non fisik yang menyangkut perilaku kesehatan. Faktor perilaku ini

mempunyai pengaruh yang besar terhadap status kesehatan individu masupun

masyarakat

Perilaku manusia merupakan hasil daripada segala macam

pengalamannya serta interaksi manusia dengan lingkungannya yang terwujud

dalam bentuk pengetahun, sikap dan tindakan (Sarwono,1977). Perilaku

kesehatan adalah suatu respon seseorang (organism) terhadap stimulus atau

obyek yang berkaitan dengan sakit dan penyakit, sistem pelayanan kesehatan

makanan dan minuman serta lingkungan (Notoatmodjo,2003)

Ada bebrapa penelitian yang mengaitkan dengan peran keluarga dalam

perilaku mencari bantuan kesehatan, menurut penelitian D’sauza (2003),

meneliti tentang peran dari perilaku mencari bantuan kesehatan terhadap

Faktor-Faktor yang Mempengaruhi Kekambuhan..., Reny Kristiyana, Fakultas Ilmu Kesehatan UMP, 2013

29

kematian anak di perkampungan miskin Karachi, Pakistan berdasarkan hasil

penelitian bahwa pemilihan pelayanan kesehatan yang tepat oleh keluarga

dapat menentukan apakah anak dapat bertahan hidup atau meninggal akibat

penyakit yang diderita.

Penilaian individu terhadap status kesehatannya ini merupakan salah

satu faktor yang menentukan prilakunya, yaitu perilaku sehat jika dia

menganggap dirinya sehat, dan perilaku sakit jika merasa dirinya sakit

(Sarwono,1977). Menurut Green yang dikutip oleh sarwono (1977)

mengatakan bahwa kesehatan individu atau masyarakat dipengaruhi oleh dua

faktor pokok, yaitu faktor perilaku dan faktor diluar perilaku. Faktor perilaku

ditentukan oleh tiga kelompok faktor yaitu : predispossing faktor, enabling

faktor dan reinforcing faktor.

a. Predisposing faktor:

Mencakup pengetahuan, sikap, kepercayaan, tradisi, norma social

dan unsur unsur lain yang terdapat dalam diri individu dan masyarakat.

Pada seseorang dengan pengetahuan rendah dan berdampak pada perilaku

pada balita pneumonia, sedangkan sesorang dengan pengetahuan yang

cukup tinggi tentang perilaku perawatan pneumonia dan pencegahan maka

keluarga tersebut akan bersikap positif dan menuruti aturan pengobatan

disertai munculnya keyakinan untuk sembuh, tetapi terkadang masih ada

yang percaya pengobatan alternatif bukan medis yang dipengaruhi oleh

kebiasaan masyarakat yang sudah membudaya.

Faktor-Faktor yang Mempengaruhi Kekambuhan..., Reny Kristiyana, Fakultas Ilmu Kesehatan UMP, 2013

30

b. Enabling faktor

Faktor ini mencakup ketersediaan sarana dan prasarana atau fasilitas

kesehatan bagi masyarakat. Upaya pemeliharaan dan peningkatan

kesehatan diwujudkan dalam satu wadah pelayanan kesehatan yang

disebut sarana kesehatan. Menurut Notoatmodjo (2003), upaya

penyelenggaraan pelayanan kesehatan pada umumnya dibedakan menjadi

tiga yaitu : Sarana pemeliharaan kesehatan tingkat pertama merupakan

sarana yang paling pertama menyentuh masalah kesehatan di masyarakat.

Sarana pemeliharaan kesehatan tingkat dua merupakan sarana pelayanan

kesehatan yang menangani kasus yang tidak atau belum ditangani oleh

sarana kesehatan primer karena peralatan atau keahlian belum ada dan

saranan pemeliharaan kesehatan tingkat tiga merupakan saranan pelayanan

kesehatan primer dan pelayanan kesehatan sekunder.

c. Reinforcing faktor

Adalah faktor – faktor yang mendorong atau memperkuat terjadinya

perilaku antara lain :

1. Keaktifan petugas dan motivasi

Untuk mewujudkan derajat kesehatan yang optimal bagi

masyarakat, diselenggarakan upaya kesehatan dengan pendekatan

pemeliharaan,peningkatan (promotif), pencegahan penyakit

Faktor-Faktor yang Mempengaruhi Kekambuhan..., Reny Kristiyana, Fakultas Ilmu Kesehatan UMP, 2013

31

(preventif) dan pemulihan kesehatan (rehabilitatif) yang

dilaksananakan secara menyeluruh, terpadu dan berkesinambungan.

Motivasi adalah upaya untuk menimbulkan rangsangan

dorongan dan pembangkit tenaga pada seseorang ataupun sekelompok

masyarakat tersebut mau berbuat dan bekerja sama secara optimal

melaksanakan sesuatu yang telah direncanakan untuk mencapai tujuan

yang telah ditetapkan (Azwar,1998).

Kunjungan rumah perawat dengan penyuluhan kepada keluarga

penderita pneumonia memberikan motivasi kepatuhan pasien/keluarga

penderita dalam mematuhi anjuran petugas kesehatan,salah satunya

adalah kepatuhan minum obat pada penderita pneumonia.(Triasih,

Istiawan, Riyadi, 2007)

2. Kedisiplinan petugas klinik

Arti disiplin adalah kepatuhan kepada peraturan (tata tertib)

dalam melaksanankan tugasnya petugas kesehatan harus sesuai

dengan mutu pelayanan. Pengertian mutu pelayanan untuk petugas

kesehatan berarti bebas melakukan segala sesuatu secara professional

untuk meningkatkan derajat kesehatan pasien dan masyarakat sesuai

dengan ilmu pengetahuan dan ketrampilan yang maju, mutu peralatan

yang baik dan memenuhi standar yang baik (state of the art).

Komitmen dan motivasi petugas tergantung dari kemampuan mereka

untuk melaksanakan tugas mereka secara optimal.

Faktor-Faktor yang Mempengaruhi Kekambuhan..., Reny Kristiyana, Fakultas Ilmu Kesehatan UMP, 2013

32

E. Tinjauan Umum Tentang Variabel Penelitian

1. Kekambuhan Pneumonia

Pneummonia adalah masalah utama pada anak-anak , terutama yang

lebih muda dari 5 tahun, terdapat 5 juta kematian / 1000 balita di Negara

berkembang di Amerika Utara setiap tahunnya, pada usia dibawah 5 tahun

kejadian pneumonia sekitar 30-45 kasus per 1000 anak balita. Pada usia

yang lebih dari 5 tahun terdapat 16 sampai 22 kasus per 1000 anak balita,

sebuah subkelompok anak-anak menderita pneumonia berulang,

menimbulkan pertanyaan apakah ada penyakit yang mendasari

predisposisi mereka untuk kekambuhan pneumonia tersebut .

Tujuan dari penelitian ini adalah untuk menggambarkan penyakit

yang mendasari anak dengan pneumonia berulang dirawat di perawatan

tersier rumah sakit anak . Dari data tersebut, serangkaian investigasi untuk

anak dengan pneumonia berulang diusulkan .(Owayed, Campbell, Wang,

2000)

2. Pengetahuan Ibu

Pengetahuan merupakan hasil “tahu”, dan ini terjadi setelah orang

melakukan pengindraan terhadap suatu objek tertentu. Pengindraan terjadi

melalui panca indera manusia, yakni: indera penglihatan, pendengaran,

penciuman, rasa dan raba. Sebagian besar pengetahuan manusia diperoleh

melalui mata dan telinga. Menurut penelitian Roger (1974)

Faktor-Faktor yang Mempengaruhi Kekambuhan..., Reny Kristiyana, Fakultas Ilmu Kesehatan UMP, 2013

33

mengungkapkan bahwa sebelum orang mengadopsi perilaku (berperilaku

baru), didalam diri orang tersebut terjadi proses yang berurutan, yakni:

a. Awareness (kesadaran), dimana orang tersebut menyadari dalam arti

mengetahui terlebih dahulu terhadap stimulus (objek).

b. Interest (merasa tertarik) terhadap stimulus atau objek tersebut, disini

sikap objek sudah mulai timbul.

c. Evaluation (menimbang-nimbang) terhadap baik dan tidaknya

stimulus tersebut bagi dirinya. Hal ini berarti sikap responden sudah

lebih baik lagi.

d. Trial, dimana subjek mulai mencoba melakukan sesuatu sesuai

dengan apa yang dikehendaki oleh stimulus.

e. Adoption, dimana subjek telah berperilaku baru sesuai dengan

pengetahuan, kesadaran, dan sikapnya terhadap stimulus.

Pengetahuan atau kognitif merupakan domain yang sangat penting

dalam membentuk tindakan seseorang (overt behavior).

Faktor-Faktor yang Mempengaruhi Kekambuhan..., Reny Kristiyana, Fakultas Ilmu Kesehatan UMP, 2013

34

Menurut Notoatmodjo (2003) menyebutkan bahwa pengetahuan

yang dicakup dalam domain kognitif mempunyai enam tingkat yaitu:

a. Tahu (know)

Tahu diartikan sebagai mengingat suatu materi yang telah

dipelajari sebelumnya. Termasuk kedalaman pengetahuan tingkat ini

adalah mengingat kembali (recall) terhadap segala sesuatu yang

bersifat spesifik dari seluruh bahan yang dipelajari atau rangsangan

yang telah diterima. Oleh sebab itu, “tahu” ini adalah merupakan

tingkat pengetahuan yang paling rendah. Kata kerja untuk mengukur

bahwa orang tahu tentang apa yang dipelajari antara lain:

menyebutkan, menguraikan, mendefinisikan, menyatakan dan

sebagainya.

b. Memahami (Comprehension)

Memahami diartikan sebagai suatu kemampuan menjelaskan

secara benar tentang objek yang diketahui dan menginterpretasi materi

tersebut secara benar. Orang yang telah paham terhadap objek atau

materi harus dapat menjelaskan, menyebutkan contoh, menyimpulkan,

meramalkan dan sebagainya terhadap objek yang dipelajari.

c. Aplikasi (Aplication)

Aplikasi diartikan sebagai kemampuan untuk menggunakan

materi yang dipelajari pada situasi atau kondisi riil (sebenarnya).

Faktor-Faktor yang Mempengaruhi Kekambuhan..., Reny Kristiyana, Fakultas Ilmu Kesehatan UMP, 2013

35

Aplikasi disini dapat diartikan aplikasi atau penggunaan hukum-

hukum, rumus metode, prinsip dan sebagainya dalam konteks atau

situasi yang lain.

d. Analisa

Analisa adalah suatu kemampuan untuk menjabarkan materi

atau suatu objek kedalaman komponen – komponen, tetapi masih

didalam suatu struktur organisasi tersebut, dan masih ada kaitannya

satu sama lainnya.

e. Sintesis (Synthesis)

Sintesis menunjuk kepada suatu kemampuan untuk meletakkan

atau menghubungkan bagian – bagian didalam suatu bentuk

keseluruhan yang baru. Dengan kata lain sintesis itu suatu kemampuan

untuk menyusun formasi baru dari formulasi – formulasi yang sudah

ada.

f. Evaluasi (Evaluation)

Evaluasi ini berkaitan dengan kemampuan untuk menentukan

penilaian suatu materi atau objek sesuai kriteria – kriteria yang ada.

Menurut Notoatmodjo (2003) pengukuran atau penilaian

pengetahuan dapat dikategorikan menjadi 3 (tiga), yaitu:

(1) Pengetahuan baik : 61-100%

Faktor-Faktor yang Mempengaruhi Kekambuhan..., Reny Kristiyana, Fakultas Ilmu Kesehatan UMP, 2013

36

(2) Pengetahuan cukup baik : 31-60%

(3) Pengetahuan tidak baik : 0-30%

Pengetahuan ibu tentang pneumonia dapat diperoleh baik

pengalaman sendiri maupun dari pengalaman orang lain. Pengetahuan

yang mencakup cara mengenal pneumonia dan mencegah pneumonia

akan berpengaruh menurunkan angka kesakitan dan angka kematian

akibat penyakit pneumonia.

3. Perilaku Ibu

Notoatmodjo (2003:121) mengemukakan secara lebih rinci perilaku

kesehatan yaitu : perilaku seseorang terhadap sakit atau penyakit, yaitu

bagaimana manusia berespons, baik secara pasif (mengetahui, bersikap,

dan mempersepsi penyakit dan rasa sakit yang ada pada dirinya dan di

luar dirinya, maupun aktif (tindakan) yang dilakukan sehubungan dengan

penyakit dan sakit tersebut. Perilaku terhadap sakit dan penyakit ini

dengan sendiirnya sesuai dengan tingkat-tingkat pencegahan penyakit

yaitu :

a. Perilaku sehubungan dengan peningkatan dan pemeliharaan kesehatan

(health promotion behavior), misalnya makan makanan yang bergizi,

olah raga dan sebagainya;

b. Perilaku pencegahan penyakit (health prevention behavior) adalah

respons untuk melakukan pencegahan penyakit, misalnya : tidur

memakai kelambu untuk mencegah gigitan nyamuk malaria, dan

Faktor-Faktor yang Mempengaruhi Kekambuhan..., Reny Kristiyana, Fakultas Ilmu Kesehatan UMP, 2013

37

sebagainya. Termasuk juga perilaku untuk tidak menularkan penyakit

kepada orang lain

c. Perilaku sehubungan dengan pencaharian pengobatan (health seeking

behavior), yaitu perilaku untuk melakukan atau mencari pengobatan,

misalnya : usaha-usaha mengobati sendiri penyakitnya atau mencari

pengbatan ke fasilitas-fasilitas kesehatan modern (puskesmas, mantri,

dokter prakatek, dan sebagainya), maupun ke fasilitas kesehatan

tradisional (dukun, sinshe, dan sebagainya).

d. Perilaku sehubungan dengan pemulihan kesehatan (health

rehabilitation behavior) yaitu perilaku yang berhubungan dengan

usaha-usaha pemulihan kesehatan setelah sembuh dari suatu penyakit

seperti : mematuhi anjuran-anjuan dokter dalam rangka pemulihan

kesehatannya.

Tindakan ibu bayi/anak Balita adalah pernyataan ibu bayi/anak

Balita tentang tindakan yang diambil apabila anaknya menderita ISPA

(Notosiwoyo,et al, 2003)

Dari penjelasan diatas maka dapat disimpulkan bahwa yang

dimaksud dengan perilaku kesehatan masyarakat adalah respons

masyarakat sehubungan dengan peningkatan dan pemeliharaan

kesehatannya, respons untuk melakukan pencegahan penyakit atau

mencari pengobatan serta respons yang berhubungan dengan usaha-usaha

pemulihan kesehatan.

4. Sarana Pelayanan Kesehatan

Faktor-Faktor yang Mempengaruhi Kekambuhan..., Reny Kristiyana, Fakultas Ilmu Kesehatan UMP, 2013

38

Pengertian pelayanan banyak macamnya, menurut Levey dan

Loomba dalam Azwar (1996) pelayanan kesehatan adalah setiap upaya

yang diselenggarakan sendiri atau secara bersama-sama dalam suatu

organisasi untuk memelihara dan meningkatkan kesehatan dan mencegah

dan menyembuhkan penyakit serta memulihkan kesehatan perorangan,

keluarga, kelompok dan ataupun masyarakat.

Bentuk pelayanan kesehatan yang dianut oleh tiap negara tidaklah

sama namun secara umum berbagai bentuk ini dapat dikelompokkan

menjadi tiga macam yakni (Azwar, 1996):

a. Pelayanan Kesehatan Tingkat Pertama

Yang dimaksud dengan pelayanan kesehatan tingkat pertama

(primary health services) adalah pelayanan kesehatan yang bersifat

pokok (basic health services), yang dibutuhkan oleh sebagian besar

masyarakat serta mempunyai nilai strategis untuk meningkatkan

derajat kesehatan masyarakat. Pada umumnya pelayanan kesehatan

tingkat pertama ini bersifat pelayanan rawat jalan.

b. Pelayanan Kesehatan Tingkat Dua

Yang dimaksud dengan pelayanan kesehatan tingkat kedua

(secondary health services) adalah pelayanan kesehatan lebih lanjut,

telah bersifat rawat inap dan untuk menyelenggarakannya dibutuhkan

tersedianya tenaga-tenaga spesialis.

Faktor-Faktor yang Mempengaruhi Kekambuhan..., Reny Kristiyana, Fakultas Ilmu Kesehatan UMP, 2013

39

c. Pelayanan Kesehatan Tingkat Tiga

Yang dimaksud dengan pelayanan kesehatan kesehatan tingkat

(tertiary health services) adalah pelayanan kesehatan bersifat lebih

komplek dan umumnya diselenggarakan oleh tenaga-tenaga sub

spesialis.

Upaya pencarian pengobatan merupakan tindakan yang dilakukan

seseorang yang mengalami sakit untuk memilih pengobatan profesional

atau tidak. Pengobatan profesional adalah pengobatan yang berdasarkan

ilmu kedokteran. Pencarian pengobatan dipengaruhi oleh banyak faktor,

yaitu antara lain faktor demografi, struktur sosial, kepercayaan,

pendapatan keluarga, akses terhadap pelayanan kesehatan, rasio tenaga

dan fasilitas kesehatan terhadap penderita, persepsi individu terhadap

penyakitnya dan jumlah hari sakit. Persentase perilaku pencarian

pengobatan terbanyak ke Puskesmas (28,5%), selanjutnya ke praktik

petugas kesehatan (14,5%) dan dokter (14,7%). Menurut tempat tinggal,

di perkotaan ataupun di Jawa-Bali lebih banyak ibu membawa berobat

anaknya ke praktik dokter, sedangkan di pedesaan atau di luar Jawa-Bali

lebih banyak yang berobat ke puskesmas atau praktik petugas kesehatan.

(Djaja, Ariawan, Afifah, 2001)

5. Dukungan petugas kesehatan

Faktor-Faktor yang Mempengaruhi Kekambuhan..., Reny Kristiyana, Fakultas Ilmu Kesehatan UMP, 2013

40

Dukungan petugas kesehatan sangat besar pengaruhnya terhadap

penurunan angka kesakitan maupun angka kematian balita yang

menderita pneumonia. Dimana dukungan petugas kesehatan ini bisa

dilakukan pada masyarakat terutama ibu balita yang anaknya menderita

pneumonia supaya diberikan penyuluhan kesehatan tentang pencegahan

dan perawatan pada balita dengan pneumonia, sehingga diharapkan

keluarga lebih mengerti dan termotivasi untuk melakukan tindakan

pencegahan dan perawatan pada balita dengan pneumonia, sehingga

diharapkan dapat mengurangi resiko terjadinya pneumonia pada balita

(Direktorat jendral P2PL, 2006)

Dari jurnal lain diperoleh data bahwa prosentase terbesar ibu

bayi/anak balita memilih penyuluhan diberikan oleh petugas Puskesmas

(50,5%), kemudian melalui Posyandu (40,9%). Mereka memilih petugas

kesehatan Puskesmas sebagai tenaga penyuluh mungkin karena tenaga

inilah yang dianggap mampu dan sesuai dengan bidangnya serta yang

sering mereka temui bila pergi berobat.(Notosiswoyo et al, 2003)

2. Balita

Balita atau anak umur lima tahun adalah anak usia kurang dari lima

tahun. Namun faal (kerja alat tubuh semestinya) bagi usia dibawah satu tahun

tidak termasuk ke dalam golongan ini. Anak usia 1-5 tahun dapat pula

dikatakan mulai disapih atau selepas menyusui sampai dengan pra sekolah.

Sesuai dengan pertumbuhan badan dan perkembangan kecerdasannya, faal

Faktor-Faktor yang Mempengaruhi Kekambuhan..., Reny Kristiyana, Fakultas Ilmu Kesehatan UMP, 2013

41

tubuhnya juga mengalami perkembangan sehingga jenis makanan dan cara

pemberiannya pun harus disesuaikan dengan keadaanya. Berdasarkan

karakteristiknya balita usia 1-5 tahun dapat dibedakan menjadi dua, yaitu

anak yang berumur 1-3 tahun yang dikenal dengan batita merupakn

konsumen pasif, usia prasekolah lebih dikenal sebagai konsumen aktif

(Direktorat Jendral P2PL, 2006)

Salah satu faktor penyebab kematian maupun yang berperan dalam

proses tumbuh kembang balita yaitu pneumonia, penyakit yang dapat

dicegah dengan imunisasi. Untuk itu kegiatan yang dilakukan terhadap balita

antara pemeriksaan perkembangan kecerdasan, pemeriksaan penyakit infeksi,

imunisasi, perbaikan gizi dan pendidikan kesehatan pada orang tua

(Direktorat Jendral P2PL, 2006).

Faktor-Faktor yang Mempengaruhi Kekambuhan..., Reny Kristiyana, Fakultas Ilmu Kesehatan UMP, 2013

42

G. Kerangka Teori

Gambar 1. Kerangka Teori

(Faktor yang mempengaruhi kemampuan keluarga dalam merawat balita dengan kekambuhan pneumonia)

Djojodibroto(2009), Dirjen P2PL(2009), Friedman(1998), Notoatmodjo(2003), L Green dalam Sarwono (1977)

a. Faktor Resiko Pneumonia yang meningkatkan insiden pneumonia

1.Faktor Resiko pasti

2.Faktor resiko hampir pasti

3.Kemungkinan factor resiko

b. Faktor Resiko yang meningkatkan angka kematian pneumonia

Bakteri,Virus,Mikroplasma,Pneumonia

Pneumonia

Fungsi keluarga dalam perawatan atau pemeliharaan kesehatan

Faktor – factor Perilaku :

a. Predisposing factors (Pengetahuan Ibu, Sikap Ibu, Perilaku Ibu, Kepercayaan,tradisi,norma social)

b. Enabling Factors(Sarana dan prasarana atau fasilitas kesehatan)

c. Reinforcing Factors(Keaktifan petugas dalam memotivasi,kedisplinan petugas klinik, Dukungan Petugas Kesehatan)

Kekambuhan Pneumonia

Faktor-Faktor yang Mempengaruhi Kekambuhan..., Reny Kristiyana, Fakultas Ilmu Kesehatan UMP, 2013

43

G. Kerangka Konsep

Gambar 2 Kerangka Konsep

( Faktor-faktor yang mempengaruhi kemampuan keluarga dalam merawat balita dengan kekambuhan pneumonia)

H. Hipotesis Penelitian

Hipotesis dalam penelitian ini adalah:

1. Ada hubungan antara pengetahuan ibu dengan kekambuhan Pneumonia

2. Ada hubungan antara perilaku ibu dengan kekambuhan Pneumonia.

3. Ada hubungan antara dukungan petugas kesehatan dengan kekambuhan

Pneumonia.

4. Ada hubungan antara sarana pelayanan dengan kekambuhan Pneumonia.

Variabel Independent :

Pengetahuan Ibu

Perilaku Ibu

Dukungan Petugas kesehatan

Sarana Pelayanan Kesehatan

Variabel dependent :

kekambuhan pneumonia

Faktor-Faktor yang Mempengaruhi Kekambuhan..., Reny Kristiyana, Fakultas Ilmu Kesehatan UMP, 2013