BAB II TINJAUAN PUSTAKA - repository.ump.ac.idrepository.ump.ac.id/9177/3/BAB II.pdf · dalam...

23
13 BAB II TINJAUAN PUSTAKA A. Peran Sosial Muhammadiyah Istilah peran dalam kamus besar bahasa Indonesia (2008 : 854) mempunyai arti pemain sandiwara (film), tukang lawak dalam permainan makyong, perangkat tingkah yang diharapkan dimiliki oleh orang yang berkedudukan di masyarakat. Ketika istilah peran digunakan dalam lingkungan pekerjaan, maka seseorang yang diberi atau mendapat posisi, juga diharapkan menjalankan perannya sesuai dengan apa yang diharapkan oleh pekerjaan tersebut. Setiap orang mempunyai macam-macam peranan yang berasal dari pola-pola pergaulan hidupnya. Hal itu sekaligus bahwa peranan menentukan apa yang diperbuatnya bagi masyarakat kepadanya. Pentingnya peranan adalah karena ia mengatur perilaku seseorang. Peranan yang melekat pada diri seseorang harus dibedakan dengan posisi dalam pergaulan masyarakat. Posisi seseorang dalam masyarakat merupakan unsur statis yang menunjukkan tempat individu dalam masyarakat. Peranan lebih banyak menunjukkan pada fungsi, penyesuaian diri, dan sebagai suatu proses. Jadi seseorang menduduki suatu posisi dalam masyarakat serta menjalankan suatu peranan. Peranan mungkin mencangkup tiga hal, yaitu sebagai berikut: 1. Peranan meliputi norma-norma yang dihubungkan dengan posisi atau tempat seseorang dalam masyarakat. Peranan dalam arti ini merupakan Peran Muhammadiyah Disaster... Ikriani, Fakultas Agama Islam UMP, 2018

Transcript of BAB II TINJAUAN PUSTAKA - repository.ump.ac.idrepository.ump.ac.id/9177/3/BAB II.pdf · dalam...

13

BAB II

TINJAUAN PUSTAKA

A. Peran Sosial Muhammadiyah

Istilah peran dalam kamus besar bahasa Indonesia (2008 : 854)

mempunyai arti pemain sandiwara (film), tukang lawak dalam permainan

makyong, perangkat tingkah yang diharapkan dimiliki oleh orang yang

berkedudukan di masyarakat. Ketika istilah peran digunakan dalam

lingkungan pekerjaan, maka seseorang yang diberi atau mendapat posisi,

juga diharapkan menjalankan perannya sesuai dengan apa yang diharapkan

oleh pekerjaan tersebut.

Setiap orang mempunyai macam-macam peranan yang berasal dari

pola-pola pergaulan hidupnya. Hal itu sekaligus bahwa peranan menentukan

apa yang diperbuatnya bagi masyarakat kepadanya. Pentingnya peranan

adalah karena ia mengatur perilaku seseorang. Peranan yang melekat pada

diri seseorang harus dibedakan dengan posisi dalam pergaulan masyarakat.

Posisi seseorang dalam masyarakat merupakan unsur statis yang

menunjukkan tempat individu dalam masyarakat. Peranan lebih banyak

menunjukkan pada fungsi, penyesuaian diri, dan sebagai suatu proses. Jadi

seseorang menduduki suatu posisi dalam masyarakat serta menjalankan suatu

peranan. Peranan mungkin mencangkup tiga hal, yaitu sebagai berikut:

1. Peranan meliputi norma-norma yang dihubungkan dengan posisi atau

tempat seseorang dalam masyarakat. Peranan dalam arti ini merupakan

Peran Muhammadiyah Disaster... Ikriani, Fakultas Agama Islam UMP, 2018

14

rangkaian peraturan-peraturan yang membimbing seseorang dalam

kehidupan masyarakat.

2. Peranan merupakan suatu konsep tentang apa yang dapat dilakukan oleh

individu dalam masyarakat sebagai organisasi.

3. Peranan juga dapat dikatakan sebagai perilaku individu yang penting bagi

struktur sosial masyarakat (Soekanto, 2009 : 212-213).

Nama Muhammadiyah secara etimologi, berasal dari bahasa Arab

Muhammad, yakni Nabi dan Rasul Allah yang terakhir mendapatkan ya

nasabiyah berarti menjeniskan. Muhammadiyah berarti pengikut Muhammad

atau umat Nabi Muhammad SAW. Semua orang Islam yang mengakui bahwa

Nabi Muhammad merupakan Nabi yang terakhir dan utusan Allah SWT.

Secara terminologi, Muhammadiyah merupakan gerakan Islam,

dakwah amar ma’ruf nahi munkar (Q.S.Ali Imran : 104), yang didirikan oleh

KH. Ahmad Dahlan 18 November 1912 di Yogyakarta, berazaskan Islam,

bersumber pada Al- Qur’an dan Sunah. Pemberian nama Muhammadiyah

dengan maksud berpengharapan baik (bertafa’ul), mencontoh dan

menteladani jejak perjuangan Nabi Muhammad SAW. Semua dimaksudkan

agar terwujudnya kejayaan Islam, sebagai idealitas dan kemuliaan hidup umat

Islam sebagai realitas.

Latarbelakang berdirinya gerakan ini didasari pandangan Kiai Ahmad

Dahlan terhadap umat Islam pada saat itu berada dalam keadaan jumud, beku

dan penuh dengan amalan-amalan mistik, maka beliau tergerak hatinya untuk

mengajak mereka kembali pada ajaran Islam yang sebenarnya.

Peran Muhammadiyah Disaster... Ikriani, Fakultas Agama Islam UMP, 2018

15

KH Ahmad Dahlan memberikan pengertian keagamaan dirumahnya,

walaupun awalnya terjadi penolakan namun berkat kerja keras dan

kesungguhannya dia mendapatkan dukungan dari keluarga dan teman

dekatnya. Pada awal terlaksananya pembelajaran, beliau mengulang Q.S. Al-

Ma’un terus-menerus hingga santri seakan merasa bosan. (Leyan Mustapa,

2014 : 136). Namun beliau tetap mengulangi dan memberi pengertian kepada

para santrinya, sehingga QS. Al-Ma’un dapat dikatakan sebagai ideologi awal

pergerakan pembaharuan Islam ini.

Muhammadiyah sejak awal berdiri memposisikan diri sebagai gerakan

sosial keagamaan yang memfokuskan diri pada kerja- kerja sosial seperti

halnya pendidikan, keagamaan, dan kesejahteraan masyarakat. Karena

gerakan sosial yang berwajah kultural dan transformatif itu, maka

Muhammadiyah sebagai gerakan yang mudah diterima, dan meluas dalam

kehidupan masyarakat Indonesia yang mendambakan pembaharuan.

Muhammadiyah menjadi ideologi pergerakan bagi perubahan kehidupan

masyarakat.

Alwi Shihab dalam Zuly Qadir (2004 : 1) mengatakan bahwa sebagai

gerakan sosial, Muhammadiyah sepanjang sejarahnya telah menampilkan diri

sebagai sebuah fenomena gerakan dalam kehidupan keagamaan yang unik di

Indonesia. Sebagai organisasi, Muhammadiyah telah membuktikan bahwa dia

bukanlah sekadar gerakan pendidikan, atau khusus sosial keagamaan,

melainkan juga gerakan yang sangat aktif mendorong kebangkitan kembali

masyarakat muslim Indonesia.

Peran Muhammadiyah Disaster... Ikriani, Fakultas Agama Islam UMP, 2018

16

Alwi Shihab juga memandang Muhammadiyah sebenarnya memiliki

sekurang-kurangnya empat peran penting yang antara satu dengan lainnya

sangat terkait. Keempat tersebut adalah; sebagai agen gerakan pembaruan;

sebagai agen perubahan sosial; sebagai kekuatan sosial politik; dan juga

sebagai gerakan “membendung secara aktif” misi-misi Kristenisasi di

Indonesia. (Qadir, 2004 : 2)

Surah Al-Ma’un merupakan basis ideologi perjuangan yang

memberikan landasan keberpihakan kepada kaum lemah (dhu’afa’) dan

kaum. teraniaya (mustadl’afin). Semangat Al-Ma’un merupakan dasar pijakan

dalam pengembangan awal gerakan “PKO-Penolong Kesengsaraan Oemoem”

dengan tokoh H.M Soedja’ pada tahun 1920. (Iskandar dkk, 2014 : 4). PKO

berkembang hingga sekarang yang biasa disebut sebagai Amal Usaha

Muhammadiyah (AUM).

Berikut adalah data Amal Usaha Muhammadiyah seperti yang

dilansir dari situs web resmi Muhammadiyah (2017) :

Peran Muhammadiyah Disaster... Ikriani, Fakultas Agama Islam UMP, 2018

17

Tabel 1 Data Amal Usaha Muhammadiyah di Indonesia tahun 2017

No Jenis Amal Usaha Jumlah

1 TK/TPQ 4.623

2 Sekolah Dasar (SD)/MI 2.252

3 Sekolah Menengah Pertama (SMP)/MTs 1.111

4 Sekolah Menengah Atas (SMA)/SMK/MA 1.291

5 Pondok Pesantren 67

6 Jumlah total Perguruan tinggi Muhammadiyah 171

7 Rumah Sakit, Rumah Bersalin, BKIA, BP, dll 2.119

8 Panti Asuhan, Santunan, Asuhan Keluarga, dll. 318

9 Panti jompo * 54

10 Rehabilitasi Cacat * 82

11 Sekolah Luar Biasa (SLB) * 71

12 Masjid * 6.118

13 Musholla * 5.080

14 Tanah * 20.945.504 M²

Sumber: PP Muhammadiyah

Semangat Al-Ma’un diterjemahkan kembali sebagai basis dalam

gerakan penanggulangan bencana (LPB PP Muhammadiyah, 2012 : 2).

Penerjemahan tersebut disesuaikan dengan munculnya gagasan yakni

“Baldatun Thayyibatun wa Robbun Ghafur” tentang pembentukan civil

society atau masyarakat sipil atau masyarakat madani atau masyarakat yang

beradab. Masyarakat madani yang dimaksud dalam hal ini adalah masyarakat

yang terbuka dan bermartabat. Prasyarat yang seharusnya ada dalam

masyarakat madani adalah penempatan teknologi dan ilmu pengetahuan

sebagai basis gerakan.

Peran Muhammadiyah Disaster... Ikriani, Fakultas Agama Islam UMP, 2018

18

B. Muhammadiyah Disaster Management Center (MDMC)

1. Pengertian MDMC

Muhammadiyah Disaster Management Center (MDMC) atau

Lembaga Penanggulangan Bencana Muhammadiyah merupakan lembaga

lintas sektor dan multi disiplin di dalam persyarikatan Muhammadiyah

yang melakukan upaya penyadaran dan pengarusutamaan pengurangan

risiko bencana sejalan dengan UU No.24 2007 tentang Penanggulangan

Bencana yang dilakukan terarah mulai pra-bencana, saat tanggap darurat

dan paska bencana.(Adhitya, 2009 : 14)

Setelah Tsunami 2004, Muhammadiyah melembagakan gerakan

Penolong Kesengsaraan Oemoem (PKO) melalui Lembaga

Penanggulangan Bencana (LPB) Muhammadiyah atau Muhammadiyah

Disaster Management Center (MDMC). MDMC pada sejatinya adalah

merupakan manifestasi atau pengejawantahan dari semangat PKO yang

dahulu memang menjadi core Muhammadiyah dalam menolong sesama

tanpa pamrih. Bergiat sebagai relawan penanggulangan bencana adalah

tugas suci yang dedikasinya bukan semata pada sesama manusia tetapi

juga dedikasi terhadap pencipta alam.( LAZISMU, 2016 : 30)

2. Sejarah MDMC

Bencana bisa memiliki dampak yang luas pada sebuah Negara,

Pemerintah, dan rakyatnya. Karena itu, tanggung jawab utama

penanganan bencana harus berada di tangan Negara. Sementara pihak di

luar Negara, seperti organisasi-organisasi non-Pemerintah, sektor swasta,

Peran Muhammadiyah Disaster... Ikriani, Fakultas Agama Islam UMP, 2018

19

masyarakat sipil, dan Lembaga-Lembaga internasional merupakan mitra

kerja Negara atau Pemerintah yang berperan serta dalam mempercepat

dan menyempurnakan proses penanggulangan bencana di Indonesia.

Persyarikatan Muhammadiyah sebagai organisasi kemasyarakatan

merasa terpanggil untuk ikut berperan serta aktif dalam upaya

penanganan bencana. (LPB PP Muhammadiyah, 2012 : 2)

Peran serta aktif dari Persyarikatan Muhammadiyah dalam

“menolong kesengsaraan” disusun dalam suatu sistem penanganan

bencana. Sistem penanganan bencana tersebut haruslah sistem yang

benar-benar lentur dan dapat meningkatkan peran serta Majelis,

Lembaga, Amal Usaha Muhammadiyah (AUM), Organisasi Otonom

(Ortom), dan elemen penting dalam Persyarikatan Muhammadiyah.

Fungsi utama sistem penanganan bencana adalah untuk memastikan

bahwa sumber daya dan kerja dari Majelis, Lembaga, Organisasi Otonom

atau Amal Usaha Muhammadiyah terkoordinasi dengan baik untuk

melakukan usaha terbaik penanggulangan bencana. (LPB PP

Muhammadiyah, 2012 : 2)

Di dunia Internasional Muhammadiyah dianggap sebagai pilar

Islam Moderat dan tonggak demokrasi di Indonesia. Banyak yang ingin

membantu dan bekerjasama, salah satunya organisasi-organisasi yang

tergabung dalam Humanitarian Forum Indonesia (HFI). Muhammadiyah

menjadi salah satu dari inisiator organisasi ini. Isu bencana dalam

community based disaster reduction management (CBDRM) merupakan

Peran Muhammadiyah Disaster... Ikriani, Fakultas Agama Islam UMP, 2018

20

bagian dari strategi makro Muhammadiyah sebagai Islamic Society/Civil

Society yang bertumpu pada konsep surat Al-Ma’un, yang mengandung

proses (1). Karitatif, (2). Pemberdayaan, (3). Takaful (modal sosial),

(4).Ketahanan sosial, (5). Masyarakat yang beradab (civil society). (LPB

PP Muhammadiyah, 2012 : 4)

Pada tahun 2007 Pimpinan Pusat Muhammadiyah membentuk

Pusat Penanggulangan Bencana dengan mengeluarkan Surat Keputusan

Nomor: 58/KEP/I.0/2007 tentang penetapan Pengurus dengan ketua

Dr.H.M. Natsir Nugroho, Sp.OG, M.Kes. Pembentukan ini berdasar

rekomendasi Internal Pasal 1 keputusan Muktamar Muhammadiyah 45

tahun 2005. Pada periode 2010-2015 Pimpinan Pusat Muhammadiyah

merubah menjadi Lembaga Penanggulangan Bencana dengan kedudukan

setingkat Majelis dengan Ketua H. Budi Setiawan, S.T. dan

berkedudukan di Kota Yogyakarta. (LPB PP Muhammadiyah, 2012 : 5)

Pimpinan Pusat Muhammadiyah memutuskan bahwa Pusat

Penanggulangan Bencana yang telah dibentuk pada tahun 2007, pada

periode 2010-2015 dirubah menjadi Lembaga Penanggulangan Bencana,

sehingga kedudukannya menjadi lebih kuat karena menjadi instusi yang

langsung berada di bawah koordinasi Pimpinan Muhammadiyah sebagai

Unsur Pembantu Pimpinan (Pasal 20, Anggaran Dasar Muhammadiyah

dan SK PP Muhammadiyah 120/KEP/I.0/B/2006 tentang Qoidah Unsur

Pembantu Pimpinan Persyarikatan). Sementara sebutan dalam bahasa

Inggris Muhammadiyah Disaster Management Center (MDMC) tetap

Peran Muhammadiyah Disaster... Ikriani, Fakultas Agama Islam UMP, 2018

21

dipertahankan. Dasar pembentukannya adalah Keputusan Muktamar

Muhammadiyah ke-46 tahun 2010 yang dirilis (tanfidz) dalam Berita

Resmi Muhammadiyah No. 1/2010-2015. (LPB PP Muhammadiyah,

2012 : 6)

3. Logo

Gambar 1 Logo inti MDMC

Sumber : LPB PP Muhammadiyah

MDMC mengkoordinasikan relawan penanggulangan bencana

dari jaringan Muhammadiyah dengan berbagai latar belakang

kompetensi. Relawan yang dikoordinasikan baik dari unsur relawan

terlatih maupun relawan komunitas / lokal yang bergabung dalam satu

kejadian bencana tertentu .

Relawan terlatih terdiri dari :

a. Relawan Search And Rescue (SAR) yang disebut SAR

Muhammadiyah, berasal dari anggota Pemuda

Muhammadiyah/KOKAM, Mapala PTM dengan pelatihan tertentu.

b. Relawan Disaster Medic Commite (DMC) , berasal dari Rumah

Sakit Muhammadiyah / 'Aisyiyah dengan pelatihan tertentu

Peran Muhammadiyah Disaster... Ikriani, Fakultas Agama Islam UMP, 2018

22

c. Relawan Psikososial, berasal dari Psikolog perguruan tinggi

Muhammadiyah, mahasiswa, kader IMM, IPM, dan NA dengan

pelatihan tertentu

d. Relawan Community Development, bertugas mengorganisasi

komunitas pasca bencana. Berasal dari rekruitmen berbagai unsur

Muhammadiyah dengan pelatihan tertentu. (LAZISMU, 2016 : 49)

Gambar 2 Logo tiap bidang MDMC

Sumber: Laporan akhir MDMC Banjarnegara

4. Peran, Tanggung jawab dan Nilai-nilai

a) Peran Lembaga Penanggulangan Bencana:

1) Membangun kesadaran

2) Mediator perubahan perilaku

3) Membangun partisipasi masyarakat/komunitas

4) Membangun nilai, budaya dan pranata ketahanan masyarakat

Peran Muhammadiyah Disaster... Ikriani, Fakultas Agama Islam UMP, 2018

23

b) Tanggung jawab yang harus diemban Lembaga Penanggulangan

Bencana yakni melaksanakan amanah Illahi (hablun minallah) dan

menolong kesengsaraan umum (hablun minannas)

c) Nilai-nilai filosofis Lembaga Penanggulangan Bencana yang dianut

adalah rahmat bagi alam semesta (rahmatan lil alamiin), berkeadilan

dan profesional. (LPB PP Muhammadiyah, 2012 : 9)

C. Pendidikan Anak di Lokasi Bencana

1. Pendidikan

Pendidikan berasal dari kata “didik” dengan kata imbuhan pe- dan

–an. Menurut Kamus Besar Bahasa Indonesia, pendidikan adalah proses

pengubahan sikap dan tata laku seseorang atau kelompok orang dalam

usaha mendewasakan manusia melalui upaya pengajaran dan pelatihan

atau proses, cara, perbuatan mendidik.

John Dewey dalam Wahyudiana (2012 : 5) berpandangan

pendidikan adalah sebagai proses pembentukan kemampuan dasar secara

fundamental, yang menyangkut daya fikir(intelektual) maupun daya rasa

(emosi) manusia. Selanjutnya Wahyudiana mengartikan pendidikan

sebagai suatu proses, dimana pendidikan merupakan usaha dari manusia

dewasa yang telah sadar akan kemanusiaannya dalam membimbing,

melatih, mengajar, dan menanamkan nilai-nilai serta dasar-dasar

pandangan hidup kepada generasi muda, agar nantinya menjadi sadar dan

bertanggungjawab akan tugas-tugas hidupnya sebagai manusia, sesuai

dengan sifat hakiki dan ciri-ciri kemanusiaanya.

Peran Muhammadiyah Disaster... Ikriani, Fakultas Agama Islam UMP, 2018

24

Poerbakawatja dan Harahap seperti yang dikutip Muhibbin Syah

(2010 : 11) mendefinisikan pendidikan sebagai usaha secara sengaja dari

orang dewasa untuk dengan pengaruhnya meningkatkan si anak ke

kedewasaan yang selalu diartikan mampu menimbulkan tanggung jawab

moril dari segala perbuatannya.

UU Sistem Pendidikan Nasional 2003 Bab II Pasal 3

dikemukakan tentang tujuan pendidikan nasional yakni untuk

berkembangnya potensi peserta didik agar menjadi manusia yang

beriman dan bertakwa kepada Tuhan Yang Maha Esa, berakhlak

mulia,sehat, berilmu, cakap, kreatif, mandiri, dan menjadi warga negara

yang demokratis dan bertanggung jawab.

Gambar 3. Skema proses pendidikan

Sumber: Abin Syamsudin(1986) dalam Sukewi Sugito (1994 : 4)

Peran Muhammadiyah Disaster... Ikriani, Fakultas Agama Islam UMP, 2018

25

Pengertian diatas dapat disimpulkan bahwa pendidikan

merupakan suatu rangkaian proses untuk mengarahkan peserta didik ke

arah yang lebih baik dalam menjalani kehidupannya.Pendidikan dapat

diartikan suatu sistem artinya keseluruhan yang terdiri dari komponen-

komponen yang berinteraksi antara satu dengan yang lainnya secara

keseluruhan untuk mencapai tujuan pengajaran yang telah ditetapkan

sebelumnya. Komponen pendidikan adalah bagian-bagian dari sistem

proses pendidikan yang menentukan berhasil atau tidaknya proses

pendidikan. (Nata, 2014 : 313)

Adapun komponen-komponen tersebut meliputi:

a. Tujuan pendidikan

Tujuan merupakan pedoman dan sekaligus sasaran yang akan

dicapai dalam kegiatan belajar mengajar ( Nata, 2009 : 314).

Tujuan adalah dunia cita, yaitu suasana ideal yang ingin

diwujudkan. Dalam tujuan pendidikan suasana itu nampak pada

tujuan akhir (ultimate aims of education) (Wahyudiana, 2012 :

45). Tujuan sangat diperlukan dalam dunia pendidikan terutama

untuk menentukan arah pendidikan yang akan berlangsung.

b. Peserta didik

Abuddin Nata (2009 : 316) menguraikan bahwa peserta didik

adalah mereka yang secara khusus diserahkan oleh kedua orang

tuanya untuk mengikuti pembelajaran yang diselenggarakan di

Peran Muhammadiyah Disaster... Ikriani, Fakultas Agama Islam UMP, 2018

26

sekolah, dengan tujuan untuk menjadi manusia yang berilmu

pengetahuan, berketerampilan, berpengalaman, berkepribadian,

berakhlak mulia, dan mandiri.

Anak didik, dilihat dari sudut kedudukannya adalah makhluk yang

sedang berada dalam proses perkembangan menurut fitrahnya

masing-masing. Mereka perlu bimbingan dan pengarahan yang

konsisten menuju ke arah titik optimal kemampuan arahnya

(Wahyudiana, 2012 : 55). Inti dari pengertian tersebut yakni orang

yang memerlukan pengetahuan untuk merubah hidupnya.

c. Pendidik

Dalam UU Nomor 20 tahun 2003 tentang Sistem Pendidikan

Nasional pada Bab XI pasal 39 tentang Pendidik dan Tenaga

Kependidikan dinyatakan bahwa pendidik merupakan tenaga

professional yang bertugas merencanakan dan melaksanakan

proses pembelajaran, menilai hasil pembelajaran, melakukan

pembimbingan dan pelatihan, serta melakukan penelitian dan

pengabdian kepada masyarakat, terutama bagi pendidik di

perguruan tinggi. Namun secara fungsional pendidik adalah

seseorang yang melakukan kegiatan dan memberikan

pengetahuan, ketrampilan, pengalaman,dsb (Wahyudiana, 2012 :

48)

Peran Muhammadiyah Disaster... Ikriani, Fakultas Agama Islam UMP, 2018

27

d. Bahan atau materi pelajaran

Syaiful Bahri Djamarah, dkk (2006 : 43) menerangkan materi

pembelajaran adalah substansi yang akan disampaikan dalam

proses belajar mengajar. Tanpa materi pembelajaran proses belajar

mengajar tidak akan berjalan. Materi pembelajaran disusun secara

sistematis dengan mengikuti prinsip psikologi. Agar materi

pembelajaran itu dapat mencerminkan target yang jelas dari

perilaku siswa setelah mengalami proses belajar mengajar.

e. Pendekatan dan metode

Konsep atau prinsip pendidikan individualistis, sosialis, dan

prinsip keseimbangan menimbulkan aliran dalam pendekatan

pendekatan yakni pendekatan individualistis, pendekatan

kelompok, pendekatan campuran, dan pendekatan edukatif lainnya

( Nata, 2009 : 152).

Metode dapat diartikan sebagai cara-cara atau langkah-langkah

yang digunakan dalam menyampaikan sesuatu gagasan, pemkiran,

atau wawasan yang disusun secara sistematik dan terencana serta

didasarkan pada teori, konsep, dan prinsip tertentu yang terdapat

dalam berbagai disiplin ilmu terkait, terutama psikologi,

manajemen, dan sisiologi. Ilmu-ilmu tersebut erat kaitannya

dengan metode karena di dalamnya dijumpai pembahasan tentang

jiwa dan perkembangan manusia sebagai salah satu pertimbangan

dalam menyampaikan teori, konsep, dan wawasan

Peran Muhammadiyah Disaster... Ikriani, Fakultas Agama Islam UMP, 2018

28

kepadanya.(Nata, 2009 : 176). Metode pembelajaran merupakan

cara melakukan atau menyajikan, menguraikan, dan memberi

latihan isi pelajaran kepada siswa untuk mencapai tujuan tertentu.

f. Media atau alat

Kata “Media” berasal dari bahasa latin yang merupakan

bentuk jamak dari “medium”, secara harfiah berarti perantara

atau pengantar. Association for Education and Communication

Technology (AECT), mengartikan kata media sebagai segala

bentuk dan saluran yang dipergunakan untuk proses informasi.

National Education Association (NEA) mendefinisikan media

sebagai segala benda yang dapat dimanipulasikan, dilihat,

didengar, dibaca atau dibicarakan beserta instrumen yang

dipergunakan untuk kegiatan tersebut. Sedangkan Heinich, dkk

(1982) mengartikan istilah media sebagai “the term refer to

anything that carries information between a source and a

receiver”. (Nurseto, 2011 : 20)

Abuddin Nata (2009 : 310) menjelaskan bahwa alat pengajaran

adalah setiap peralatan yang dapat menunjang efektivitas dan

efisiensi pengajaran. Karena sifatnya yang demikian itu, maka

sebagian orang ada yang berpendapat atau menyebutkan alat

pengajaran sebagai sarana belajar atau sarana pengajaran.

Media dan alat pembelajaran secara umum adalah alat bantu

proses belajar mengajar. Segala sesuatu yang dapat dipergunakan

Peran Muhammadiyah Disaster... Ikriani, Fakultas Agama Islam UMP, 2018

29

untuk merangsang pikiran, perasaan, perhatian dan kemampuan

atau ketrampilan pembelajar sehingga dapat mendorong terjadinya

proses belajar.

g. Evaluasi

Petty dalam Muhibbin Syah (2010 : 140) berpendapat bahwa

evaluasi berarti pengungkapan dan pengukuran hasil belajar yang

pada dasarnya merupakan proses penyusunan deskripsi siswa,

baik secara kuantitatif maupun kualitatif.

2. Anak

Menurut UU Nomor 23 tahun 2002 anak adalah seseorang yang

belum berusia 18 tahun, termasuk anak yang masih dalam kandungan.

Sedangkan Elizabeth B. Hurlock menerangkan masa anak-anak dimulai

setelah melewati masa bayi yang penuh ketergantungan, yaitu kira-kira

pada usia dua tahun sampai matang secara seksual, mereka akan beralih

kemudian bertemu dengan masa remaja. Pada masa remaja mereka akan

menghadapi perubahan fisik dan psikologis secara drastis. Kemudian

berdasarkan ajaran Islam anak adalah seseorang yang belum mencapai

baligh, yaitu perubahan secara seksualitas yang ditandai dengan mimpi

basah bagi anak laki-laki dan menstruasi bagi perempuan.

Muhibbin Syah (2010 : 50) menerangkan masa anak-anak (late

childhood) berlangsung antara usia 6 sampai 12 tahun dengan ciri-ciri

utama sebagai berikut :

Peran Muhammadiyah Disaster... Ikriani, Fakultas Agama Islam UMP, 2018

30

a. Memiliki dorongan untuk keluar dari rumah dan memasuki kelompok

sebaya (peer group)

b. Keadaan fisik yang memungkinkan /mendorong anak memasuki dunia

permainan dan pekerjaan yang membutuhkan keterampilan jasmani

c. Memiliki dorongan mental untuk memasuki dunia konsep, logika,

simbol,dan komunikasi yang luas

Tugas-tugas perkembangan pada masa anak-anak meliputi kegiatan

belajar dan mengembangkan hal-hal sebagai berikut :

a. Belajar ketrampilan fisik yang diperlukan untuk bermain, seperti

lompat jauh,lompat tinggi, mengejar, menghindari kejaran , dan

seterusnya

b. Membina sikap yang sehat (positif terhadap dirinya sendiri sebagai

seorang individu yang sedang berkembang, seperti kesadaran tentang

harga diri (self-esteem) dan kemampuan diri (self efficacy)

c. Belajar bergaul dengan teman-teman sebaya sesuai dengan etika moral

yang berkembang di masyarakat

d. Belajar memainkan peran sebagai seorang pria (jika ia seorang pria)

dan sebagai seorang wanita (jika ia seorang wanita)

e. Mengembangkan dasar-dasar keterampilan membaca, menulis, dan

berhitung ( matematika atau aritmetika)

f. Mengembangkan konsep-konsep yang diperlukan dalam kehidupan

sehari-hari

Peran Muhammadiyah Disaster... Ikriani, Fakultas Agama Islam UMP, 2018

31

g. Mengembangkan kata hati, moral dan skala nilai yang selaras dengan

keyakinan dan kebudayaan yang berlaku di masyarakatnya

h. Mengembangkan sikap objektif/ lugas baik positif maupun negatif

terhadap kelompok dan lembaga kemasyarakatan, dan

i. Belajar mencapai kemerdekaan atau kebebasan pribadi sehingga

menjadi dirinya sendiri yang independen (mandiri) dan bertanggung

jawab)

Menurut Hurlock, kegagalan tugas-tugas perkembangan dalam

suatu tahapan perkembangan akan mengakibatkan konsekuensi-

konsekuensi yang serius. Salah satu konsekuensinya adalah adanya

tekanan-tekanan sosial yang tidak dapat dihindari (Hartini, 2011 : 48).

3. Pendidikan Anak di Lokasi Bencana

Asian Disaster Reduction Centre dan The United Nations

mendefinisikan bencana sebagai suatu gangguan serius terhadap fungsi

masyarakat yang merugikan manusia, material, atau lingkungan yang

luas melebihi kemampuan masyarakat yang terkena dampak dan harus

mereka hadapi menggunakan sumber daya yang dimiliki (Karimah, 2015

: 3).

Bencana dalam konteks Muhammadiyah diartikan didefinisikan

sebagai “ gangguan serius yang disebabkan baik oleh faktor alam

maupun faktor manusia, yang bisa melumpuhkan fungsi-fungsi

masyarakat yang dibangun untuk menopang keberlangsungan hidup,

melindungi aset-aset, kelestarian lingkungan dan menjamin martabatnya

Peran Muhammadiyah Disaster... Ikriani, Fakultas Agama Islam UMP, 2018

32

sebagai manusia, sebagai bagian dari perintah agama”. (Majelis Tarjih

dan Tajdid PP Muhammadiyah, 2015 : 11)

UU No. 24 tahun 2007 tentang Penanggulangan Bencana

mendefinisikan bencana adalah peristiwa atau rangkaian peristiwa yang

mengancam dan mengganggu kehidupan dan penghidupan masyarakat

yang disebabkan, baik oleh faktor alam dan/atau faktor non-alam maupun

faktor manusia sehingga mengakibatkan timbulnya korban jiwa manusia,

kerusakan lingkungan, kerugian harta benda, dan dampak psikologis.

Anak merupakan individu berbentuk kecil dalam lingkup

masyarakat. Anak-anak rentan terkena gangguan serius terutama dalam

aspek kejiwaan. Kondisi demikian mengharuskan anak-anak beradaptasi

dengan keadaan yang dialaminya sesulit apa pun. Menurut Pasal 6 ayat

(1) UU No. 20 Tahun 2003 tentang Sistem Pendidikan Nasional, anak-

anak wajib belajar 9 tahun. Sehingga anak-anak harus tetap belajar

meskipun kehilangan harta benda dan orang yang dikasihinya.

Berdasarkan hasil penelitian Kliewer et al seperti yang dikutip

Hartini (2012 : 45) disebutkan bahwa pembangunan pola pembelajaran

merupakan intervensi psikologis dan proses kognitif penting yang dapat

mengembalikan anak dan remaja pada kemampuan penyesuaian sosial

pasca trauma. Pentingnya pembangunan pola pembelajaran dilakukan

sedini mungkin pasca bencana, agar anak-anak tidak terbawa kepada

penyimpangan perilaku sebagai dampak dari bencana. Yang dimaksud

dengan kegiatan intervensi psikologis adalah pemberian pertolongan

Peran Muhammadiyah Disaster... Ikriani, Fakultas Agama Islam UMP, 2018

33

kepada masyarakat untuk meringankan beban psikologis akibat bencana

dan mencegah terjadinya dampak psikologis lebih lanjut yang mengarah

kepada gangguan mental. Intervensi diberikan oleh profesional. (BNPB,

2008 : 20)

Sebagai contoh kasus yang telah terjadi di Aceh yakni pasca

bencana tsunami yang telah meluluhlantahkan sebagian besar daratan.

Hartini (2012 : 51) dalam penelitiannya terhadap remaja, menyimpulkan

bahwa pasca tsunami tersebut terjadi penurunan motivasi remaja untuk

melanjutkan sekolah. Hal ini yang perlu dihindari bagi generasi

muda,karena bagaimanapun juga keberhasilan personal ataupun suatu

bangsa ditentukan dari pendidikan yang ditempuh.

D. Penelitian Terdahulu

Penelitian yang membahas tentang peran MDMC dalam pendidikan

masih sulit ditemukan, karena jenis penelitian ini belum ada maka topik ini

menarik untuk dikaji. Namun ada beberapa penelitian terdahulu yang dapat

menjadi rujukan peneliti, diantaranya :

Pertama, penelitian oleh Resa Karimah,Mahasiswi UIN Sunan

Kalijaga, tahun 2015, judul penelitiannya “Trauma Healing oleh

Muhammadiyah Disaster Management Center Untuk Anak Korban Bencana (

Studi Kasus Bencana Tanah Longsor Di Desa Sampang, Kecamatan

Karangkobar, Banjarnegara, Jawa Tengah 2014)”. Pada penelitiannya

dijelaskan mengenai peran MDMC dalam mengatasi trauma pada anak-anak

yang terkena dampak bencana tanah longsor dimana ada dua jenis pendekatan

Peran Muhammadiyah Disaster... Ikriani, Fakultas Agama Islam UMP, 2018

34

yakni pendekatan individu dan kelompok. Kemudian dampak dilakukan

tersebut adalah anak-anak kembali ceria.

Kedua, penelitian berjudul “Respon Masyarakat Terhadap Dakwah

LEMBKOTA dalam Menumbuhkan Rasa Aman dan Motivasi Kehidupan

Korban Gempa tektonik Klaten 2006 ( Tinjauan Perspektif BPI) “ oleh Yitno

Mahasiswa IAIN Walisongo, tahun 2007. Penelitiannya menjelaskan aktifitas

pendampingan korban gempa tektonik Klaten 2006 yang dilaksanakan

LEMBKOTA (lembaga bimbingan dan konsultasi tasawuf) berupa ceramah

agama, pembagian jatah hidup, kegiatan untuk anak-anak (permainan) dan

lomba-lomba, penyuluhan kepada masyarakat, kegiatan belajar mengajar

TPQ dan sekolah formal, dan penyembuhan trauma “trauma healing”

terhadap persoalan yang dihadapi anak, remaja maupun dewasa masyarakat

korban gempa tektonik di Desa Krakitan Kecamatan Bayat, Kabupaten

Klaten yang tujuannya memberikan rasa aman dan motivasi hidup.

Ketiga, Jurnal Penelitian berjudul “Remaja Nangroe Aceh Darussalam

Pasca Tsunami” oleh Nurul Hartini, dosen Psikologi Universitas Airlangga.

Jurnal tersebut menjelaskan hasil penelitiannya terhadap keadaan sosial

remaja pasca tsunami yakni terjadinya penurunan motivasi bersekolah,

peningkatan perilaku konsumtif, dan penurunan motivasi belajar kesenian dan

budaya Aceh sendiri. Penelitian tersebut dilaksanakan pada tahun 2011 yang

berarti pada saat kejadian tsunami 2004, para remaja tersebut masih anak-

anak.

Peran Muhammadiyah Disaster... Ikriani, Fakultas Agama Islam UMP, 2018

35

Perbedaan penelitian ini dengan penelitian sebelumnya terletak pada

peran, lokasi, dan bencana. Pada penelitian sebelumnya berbicara mengenai

trauma healing yang dilakukan MDMC sedangkan penelitian ini mengkaji

upaya-upaya MDMC dalam pendidikan anak. Selain itu penelitian yang

kedua mengkaji peran lembaga yang berbeda dan di lokasi yang berbeda.

Peran Muhammadiyah Disaster... Ikriani, Fakultas Agama Islam UMP, 2018