BAB II TINJAUAN PUSTAKA -...

11
9 BAB II TINJAUAN PUSTAKA Dewasa ini perkembangan informasi dan teknologi komunikasi mengalami kemajuan yang pesat.Hal ini ditandai dengan adanya kemudahan bagi khalayak luas untuk mengakses informasi melalui berbagai media komunikasi. Kemajuan dan kecanggihan media komunikasi yang diciptakan itulah yang membuat proses komunikasi berjalan dengan semakin lancar. Menurut Effendy (1984:11), proses komunikasi pada hakikatnya adalah proses penyampaian pikiran atau perasaan (pesan) oleh seseorang (komunikator) kepada orang lain (komunikan). Media komunikasi, sebagai salah satu instrumen (channel) komunikasi memiliki posisi strategis. Instrumen (channel) ini memiliki fungsi yang mendasar ketika proses komunikasi berlangsung. Komunikasi yang menggunakan media massa lazim kita sebut sebagai komunikasi massa. Secara kongkret, Bittner (dalam Rakhmat, 2005:188) merumuskan definisi komunikasi massa, “mass communication is messages communicated through a mass medium to large number of people“ (komuni kasi massa adalah pesan yang dikomunikasikan melalui media massa pada sejumlah besar orang). Sedangkan menurut Rakhmat (2001:189), komunikasi massa diartikan sebagai jenis komunikasi yang ditujukan kepada sejumlah khalayak yang tersebar, heterogen dan anonim melalui media cetak atau elektronik sehingga pesan yang sama dapat diterima secara serentak dan sesaat. Ciri-ciri dari komunikasi massa meliputi (Effendy, 1984:20) : 1. komunikasi massa berlangsung satu arah 2. komunikator pada komunikasi massa melembaga 3. pesan pada komunikasi massa bersifat umum 4. media komunikasi massa menimbulkan keserempakan 5. komunikan komunikasi massa bersifat heterogen.

Transcript of BAB II TINJAUAN PUSTAKA -...

Page 1: BAB II TINJAUAN PUSTAKA - repository.uksw.edurepository.uksw.edu/bitstream/123456789/10089/5/T1_362007070_BA… · dikhawatirkan adalah jika hal ini terjadi pada anak-anak.Mereka

9

BAB II

TINJAUAN PUSTAKA

Dewasa ini perkembangan informasi dan teknologi komunikasi mengalami

kemajuan yang pesat.Hal ini ditandai dengan adanya kemudahan bagi khalayak

luas untuk mengakses informasi melalui berbagai media komunikasi. Kemajuan

dan kecanggihan media komunikasi yang diciptakan itulah yang membuat proses

komunikasi berjalan dengan semakin lancar.

Menurut Effendy (1984:11), proses komunikasi pada hakikatnya adalah

proses penyampaian pikiran atau perasaan (pesan) oleh seseorang (komunikator)

kepada orang lain (komunikan). Media komunikasi, sebagai salah satu instrumen

(channel) komunikasi memiliki posisi strategis. Instrumen (channel) ini memiliki

fungsi yang mendasar ketika proses komunikasi berlangsung.

Komunikasi yang menggunakan media massa lazim kita sebut sebagai

komunikasi massa. Secara kongkret, Bittner (dalam Rakhmat, 2005:188)

merumuskan definisi komunikasi massa, “mass communication is messages

communicated through a mass medium to large number of people“ (komunikasi

massa adalah pesan yang dikomunikasikan melalui media massa pada sejumlah

besar orang).

Sedangkan menurut Rakhmat (2001:189), komunikasi massa diartikan

sebagai jenis komunikasi yang ditujukan kepada sejumlah khalayak yang tersebar,

heterogen dan anonim melalui media cetak atau elektronik sehingga pesan yang

sama dapat diterima secara serentak dan sesaat. Ciri-ciri dari komunikasi massa

meliputi (Effendy, 1984:20) :

1. komunikasi massa berlangsung satu arah

2. komunikator pada komunikasi massa melembaga

3. pesan pada komunikasi massa bersifat umum

4. media komunikasi massa menimbulkan keserempakan

5. komunikan komunikasi massa bersifat heterogen.

Page 2: BAB II TINJAUAN PUSTAKA - repository.uksw.edurepository.uksw.edu/bitstream/123456789/10089/5/T1_362007070_BA… · dikhawatirkan adalah jika hal ini terjadi pada anak-anak.Mereka

10

Idealisme yang melekat pada pers dijabarkan dalam pelaksanaan fungsinya, selain

menyiarkan informasi juga mendidik, menghibur dan mempengaruhi (Effendy &

Onong Ucjhana,2006 : 149-150).

Namun sekarang ini, khalayak merupakan seseorang yang aktif dan

dinamis, keberadaan institusi media sebagai sumber informasi tidak lagi dominan.

Dengan kata lain, pengguna media adalah pihak yang aktif dalam proses

komunikasi. Pengguna media berusaha untuk mencari sumber media yang paling

baik di dalam usaha memenuhi kebutuhannya (Nurudin, 2007:192). Khalayak

memiliki otoritas personal untuk menentukan media apa yang dapat dikonsumsi

untuk pemenuhan kebutuhannya (motivasi).

Karlinger (dalam Sugiyono 2005:41) mengemukakan bahwa, teori adalah

seperangkat konstruk atau definisi dan proposisi yang berfungsi untuk melihat

fenomena secara sistematik, melalui spesifikasi hubungan antar variable, sehingga

dapat berguna untuk menjelaskan dan meramalkan fenomena.Sepertihalnya yang

telah dikatakan oleh Cooper dan Schindler (dalam Sugiyono 2005:41)

mengatakan, teori adalah generalisasi yang dapat digunakan untuk menjelaskan

berbagai fenomena secara sistematik.

2.1. Televisi Sebagai Media Massa

Televisi sebagai media massatelevisi atau yang sering disebut TV

merupakan salah satu media massa yang sangat berpengaruh terhadap masyarakat.

Menurut kamus besar bahasa Indonesia, televisi adalah sebuah alat penangkap

siaran bergambar.Televisi berasal dari kata tele (jauh) dan vision (tampak), jadi

televisi berarti tampak atau dapat dilihat dari jauh. Dalam Oxford Learner‟s

Dictionary menyebutkan, Television is system of sending and receiving pictures

and sounds over a distance by radio waves (televisi adalah sistem pengiriman dan

penerimaan visual dan audio dalam suatu jarak tertentu melalui gelombang radio).

Secara sederhana kita dapat mendefinisikan televisi sebagai media massa yang

menampilkan siaran berupa gambar dan suara dari jarak jauh. Sebagai media

massa, televisi merupakan sarana komunikasi massa. Komunikasi massa sendiri

mempunyai definisi sederhana seperti yang dikemukakan Bittner (dalam

Rakhmat,2005:188) “Mass communication is message communicated through a

Page 3: BAB II TINJAUAN PUSTAKA - repository.uksw.edurepository.uksw.edu/bitstream/123456789/10089/5/T1_362007070_BA… · dikhawatirkan adalah jika hal ini terjadi pada anak-anak.Mereka

11

mass medium to a large of people” (komunikasi massa adalah pesan yang

dikomunikasikan melalui media massa pada sejumlah besar orang). Ini berarti

antara televisi dan komunikasi massa yang menyangkut khalayak banyak sangat

berkaitan satu sama lain.Kemampuan televisi tidak dapat diwujudkan oleh media

lain sebelumnya sehingga televisi menjadi medium pembenaran mendekati kaidah

ilmiah telah terjawab melalui medium yang absurd, maya, dan juga penuh dengan

kebohongan. Sebelumnya orang tak membayangkan kalau ia bisa bersahabat

dengan medium yang naïf seperti televisi ini, tetapi nyatanya televisi telah

menjadi sahabat baru berjuta-juta manusia di bumi dengan segala sajian hiburan,

pengetahuan, dan juga kadang fitnah. Televisi memproduksi sifat dan kemampuan

yang ada pada semua manusia, dalam interaksi dengan manusia lain (Bungin,

2001:79).

2.2. Televisi Sebagai Media Pendidikan

Televisi selain sebagai media hiburan dan informasi juga dapat digunakan

sebagai media pendidikan.Hal ini dikarenakan,televisi mempunyai karakteristik

tersendiri yang tidak bisa dimiliki oleh media massa lainnya. Karakteristik audio

visual yang lebih dirasakan perannya dalam mempengaruhi khalayak, sehingga

dapat dimanfaatkan oleh negara dalam menyukseskan pembangunan dalam

bidang pendidikan melalui program televisi sebagai sarana pendukung.Persuasi

serta provokasi acara televisi memang mudah sekali membuat penontonnya

bereaksi.Apalagi komunikasi yang terbentuk oleh televisi dan penontonnya adalah

komunikasi satu arah.Sehingga komunikator atau dalam hal ini misalnya penyiar

berita, tak bisa berkomunikasi secara langsung dengan komunikan atau

penonton.Sehingga tidak terjadi komunikasi efektif seperti halnya dalam

komunikasi intrapersonal.Situasi komunikator yang demikian, menunjukkan

bahwa komunikasi melalui media massa, komunikator tidak mampu

mengendalikan arus informasi, karena komunikan tidak dapat interupsi untuk

menanyakan/menyanggah informasi yang disampaikan. Sebaliknya komunikator

juga tidak mengetahui reaksi dari komunikan saat komunikasi sedang

berlangsung.Baru beberapa waktu kemudian reaksi dari komunikannya

Page 4: BAB II TINJAUAN PUSTAKA - repository.uksw.edurepository.uksw.edu/bitstream/123456789/10089/5/T1_362007070_BA… · dikhawatirkan adalah jika hal ini terjadi pada anak-anak.Mereka

12

diketahuinya.Itu pun masih harus dilakukan dengan melakukan penelitian secara

mendalam.

Umpan balik dalam suatu proses komunikasi merupakan sesuatu yang

sangat penting, yaitu sebagai bahan masukan yang diperlukan untuk

penyempurnaan siaran pada masa mendatang (Darwanto, 2007:47).Yang lebih

dikhawatirkan adalah jika hal ini terjadi pada anak-anak.Mereka yang masih polos

relatif lebih mudah terpengaruh oleh siaran televisi. Anak-anak biasanya mudah

terpengaruh dan menurut pada apa yang mereka dapat dari siaran televisi. Malah

kadang mereka lebih percaya pada televisi ketimbang pada nasihat orang tua atau

orang di sekitar mereka.Hal ini tentu harus diwaspadai karena dapat berakibat

fatal jika terus dibiarkan. Menurut Patricia Marks Greenfield yang ditulis dalam

buku Mind and Media, diungkapkan bahwa media sebagai pembawa pesan

bersifat “netral”. Artinya dapat berpengaruh positif maupun negatif terhadap

penontonnya, khususnya anak-anak, bukan bersumber pada medianya, melainkan

bagaimana memanfaatkan media tersebut.Dengan demikian, peran orang tua

sangat dominan terhadap adanya pengaruh positif maupun negatif terhadap anak-

anak itu (Darwanto, 2007: 121).

2.3. Teori Kultivasi

2.3.1. Asumsi Dasar Teori Kultivasi

Teori kultivasi (cultivation theory) pertama kali dikenalkan oleh Professor

George Gerbner, seorang Dekan Emiritus dari Annenberg School for

Communication di Universitas Pensylvania. Asumsi mendasar dari teori kultivasi

adalah terpaan media yang terus-menerus akan memberikan gambaran dan

pengaruh pada persepsi pemirsanya. Teori kultivasi dalam bentuknya yang paling

mendasar, percaya bahwa televisi bertanggung jawab dalam membentuk, atau

mendoktrin konsepsi pemirsanya mengenai realitas sosial yang ada

disekelilingnya.Pengaruh-pengaruh dari televisi yang berlangsung secara

simultan, terus-menerus, secara tersamar telah membentuk persepsi

individu/audiens dalam memahami realitas sosial. Lebih jauh lagi hal tersebut

akan mempengaruhi budaya kita secara keseluruhan.

Page 5: BAB II TINJAUAN PUSTAKA - repository.uksw.edurepository.uksw.edu/bitstream/123456789/10089/5/T1_362007070_BA… · dikhawatirkan adalah jika hal ini terjadi pada anak-anak.Mereka

13

Hipotesis umum dari analisis teori kultivasi adalah orang yang lebih lama

„hidup‟ dalam dunia televisi (heavy viewer) akan cenderung melihat dunia nyata

seperti gambaran, nilai-nilai, potret, dan ideology yang muncul pada layar televisi.

(J. Bryant and D. Zillman (Eds), 2002). Hipotesis ini menjelaskan bahwa realitas

sama dengan yang ada di televisi.

Dalam riset proyek indikator budaya (cultural indicator research project)

terdapat lima asumsi yang dikaji Gerbner dan koleganya (Baran, 2003 : 324-

325).

1. Televisi secara esensial dan fundamental berbeda dari bentuk media

massa lainnya. Televisi tidak menuntut melek huruf seperti pada media

suratkabar, majalah dan buku.Televisi bebas biaya, sekaligus menarik

karena kombinasi gambar dan suara.

2. Medium televisi menjadi the central cultural arm masyarakat Amerika,

karena menjadi sumber sajian hiburan dan informasi.

3. Persepsi seseorang akibat televisi memunculkan sikap dan opini yang

spesifik tentang fakta kehidupan. Karena kebanyakan stasiun televisi

mempunyai target khalayak sama, dan bergantung pada bentuk

pengulangan program acara dan cerita (drama).

4. Fungsi utama televisi adalah untuk medium sosialisasi dan enkulturasi

melalui isi tayangannya (berita, drama, iklan) sehingga pemahaman akan

televisi bisa menjadi sebuah pandangan ritual/berbagi pengalaman

daripada hanya sebagai medium transmisi.

5. Observasi, pengukuran, dan kontribusi televisi kepada budaya relatif

kecil, namun demikian dampaknya signifikan.

Menurut teori kultivasi ini, televisi menjadi media atau alat utama dimana

para pemirsa televisi itu belajar tentang masyarakat dan kultur lingkungannya.

Dengan kata lain, persepsi apa yang terbangun di benak Anda tentang masyarakat

dan budaya sangat ditentukan oleh televisi. Ini artinya, melalui kontak Anda

dengan televisi, Anda belajar tentang dunia, orang-orangnya, nilai-nilainya serta

adat kebiasannya.

Page 6: BAB II TINJAUAN PUSTAKA - repository.uksw.edurepository.uksw.edu/bitstream/123456789/10089/5/T1_362007070_BA… · dikhawatirkan adalah jika hal ini terjadi pada anak-anak.Mereka

14

2.3.2. Konsep Teori Kultivasi

Televisi mempunyai kemampuan untuk menggambarkan apa yang terjadi,

apa yang penting dalam berbagai kejadian, dan menjelaskan hubungan-hubungan

serta makna yang ada di antara kejadian-kejadian itu. Dengan cara itu, televisi -

begitu pula media massa lainnya- membentuk lingkungan simbolis.

Televisi berfungsi menanamkan ideologi.Usaha untuk menganalisa akibat-

akibat penanaman ideologi oleh televisi inilah yang disebut dengan cultivation

analysis. Misalnya, diduga bahwa makin sering seseorang menonton televisi,

makin mirip persepsinya tentang realitas sosial dengan apa yang disajikan dalam

televisi.

Gerbner mengemukakan konsep mainstreaming dan

resonance.Mainstreaming artinya mengikuti arus.Mainstreaming dimaksudkan

sebagai kesamaan di antara penonton berat (heavy viewers) pada berbagai

kelompok demografis, dan perbedaan dari kesamaan itu pada penonton ringan

(light viewers). Bila televisi sering kali menyajikan adegan kekerasan, maka

penonton berat akan melihat dunia ini dipenuhi kekerasan. Sementara itu,

penonton ringan akan melihat dunia tidak sesuram seperti yang dipersepsikan

penonton berat.

Bila yang disajikan televisi itu ternyata juga cocok dengan apa yang

disaksikan pemirsanya di lingkungannya, daya penanaman ideologi dari televisi

ini makin kuat. Ini disebut Gerbner sebagai resonance. Penonton televisi yang

tinggal di daerah yang penuh kejahatan akan makin yakin bahwa dunia yang

disajikan televisi adalah dunia yang sebenarnya. Pembahasan mengenai

mainstreaming dan resonance akan dibahas lebih lanjut pada penjelasan teori

kultivasi.

Menurut teori kultivasi, media, khususnya televisi, merupakan sarana

utama kita untuk belajar tentang masyarakat dan kultur kita. Melalui kontak kita

dengan televisi (dan media lain), kita belajar tentang dunia, orang-orangnya, nilai-

nilainya serta adat kebiasaanya.

Page 7: BAB II TINJAUAN PUSTAKA - repository.uksw.edurepository.uksw.edu/bitstream/123456789/10089/5/T1_362007070_BA… · dikhawatirkan adalah jika hal ini terjadi pada anak-anak.Mereka

15

2.3.3. Penjelasan Teori Kultivasi

Penelitian kultivasi termasuk kedalam tradisi efek media dalam ilmu

komunikasi. Para pakar teori ini berpendapat bahwa televisi memiliki efek yang

relatif kecil akan tetapi sifatnya yang simultan maka ia memiliki efek yang

memanjang, memiliki efek yang gradual, tidak secara langsung mempengaruhi

akan tetapi berjalan secara kumulatif dan efek yang cukup signifikan.

Penelitian kultivasi menekankan bahwa media massa sebagai agen

sosalisasi dan menyelidiki apakah penonton televisi itu lebih mempercayai apa

yang disajikan televisi daripada apa yang mereka lihat sesungguhnya. Gerbner dan

kawan-kawannya melihat bahwa film drama yang disajikan di televisi mempunyai

sedikit pengaruh tetapi sangat penting di dalam mengubah sikap, kepercayaan,

pandangan penonton yang berhubungan dengan lingkungan sosialnya.

Gerbner berpendapat bahwa media massa menanamkan dan memperkuat

ide-ide dan nilai-nilai yang telah terbentuk sebelumnya di dalam masyarakat atau

budaya yang telah terbentuk. Media mempertahankan dan menyebarluaskan nilai-

nilai tersebut diantara anggota-anggota kebudayaan tersebut, dan mengikatnya

menjadi sebuah kesatuan.Gerbner menyebutnya sebagai efek "mainstreaming"

atau efek yang tendensius.Mainstreaming dalam analisis kultivasi terjadi pada

pecandu berat televisi (menonton lebih dari 4 jam sehari) yang mana simbol-

simbol televisi telah memonopoli dan mendominasi sumber informasi dan

gagasan tentang dunia.

Para pakar teori ini memisahkan antara efek pertama "first order" dan efek

kedua "second order". Efek pertama yakni mengenai keyakinan-keyakinan yang

bersifat umum mengenai fenomena-fenomena yang terjadi dalam kehidupan

sehari-hari (efek pada ranah kognisi).Dalam konsep teori kultivasi mencerminkan

adanya kategorisasi audiens kedalam dua jenis penikmat televisi, yakni "penonton

berat/pecandu televisi" dan "penonton ringan".Pecandu berat televisi (heavy

viewers), yakni pecandu berat televisi yang seakan-akan dia lebih terpengaruh

atau lebih percaya kepada realitas yang dibentuk oleh media dibandingkan dengan

kepercayaannya terhadap realitas yang dia alami sendiri secara langsung.Kategori

Page 8: BAB II TINJAUAN PUSTAKA - repository.uksw.edurepository.uksw.edu/bitstream/123456789/10089/5/T1_362007070_BA… · dikhawatirkan adalah jika hal ini terjadi pada anak-anak.Mereka

16

penonton kedua mungkin memiliki lebih banyak sumber informasi dari pada

kategori penonton yang pertama.

Resonansi (Resonance) menjelaskan efek intensif yang kemudian akan

diterima oleh audiens tentang apa yang mereka lihat di televisi adalah merupakan

apa yang telah mereka alami dalam kehidupan sehari-hari. Resonance terjadi

ketika pemirsa melihat sesuatu di televisi yang sama dengan realitas kehidupan

mereka sendiri. Televisi tidak sekadar memberikan pengetahuan, atau melaporkan

realitas peristiwa.Lebih dari itu, televisi berhasil menanamkan realitas

bentukannya ke benak pemirsa. Sehingga menurut Perse (2001:215) efek dominan

kultivasi kekerasan televisi pada individu adalah pada kognitif (meyakini tentang

realitas sosial) dan afektif (takut akan kejahatan).

Gerbner berpendapat bahwa media massa menanamkan sikap dan nilai

tertentu. Dengan kata lain, media mempengaruhi penonton dan masing-masing

penonton itu meyakininya. Jadi, para pecandu televisi itu akan punya

kecenderungan sikap yang sama satu sama lain.

Televisi, sebagaimana yang pernah dicermati oleh Gerbner, dianggap

sebagai pendominasi “lingkungan simbolik” kita.Sebagaimana menurut McQuail

dan Windahl (1993), teori kultivasi menganggap bahwa televisi tidak hanya

disebut sebagai jendela atau refleksi kejadian sehari-hari di sekitar kita, tetapi

dunia itu sendiri.Gerbner (meminjam istilah Bandura) juga berpendapat bahwa

gambaran tentang adegan kekerasan di televisi lebih merupakan pesan simbolik

tentang hukum dan aturan. Dengan kata lain, perilaku kekerasan yang

diperlihatkan di televisi merupakan refleksi kejadian di sekitar kita. Jadi,

kekerasan yang ditayangkan di televisi dianggap sebagai kekerasan yang memang

sedang terjadi di dunia ini.

Tuduhan munculnya kejahatan di dalam masyarakat kadang-kadang

disebut dengan “sindrome dunia makna (mean world syndrome)”.Bagi para

pecandu berat televisi, dunia ini cenderung dipercaya sebagai tempat yang buruk

dari pada mereka yang tidak termasuk pecandu berat televisi.Efek kultivasi

memberikan kesan bahwa televisi mempunyai dampak yang sangat kuat pada diri

Page 9: BAB II TINJAUAN PUSTAKA - repository.uksw.edurepository.uksw.edu/bitstream/123456789/10089/5/T1_362007070_BA… · dikhawatirkan adalah jika hal ini terjadi pada anak-anak.Mereka

17

individu. Bahkan, mereka itu menganggap bahwa lingkungan di sekitarnya sama

seperti yang tergambar dalam televisi.

2.4.Penelitian Terdahulu

Peran iklan politik televisi terhadap sikap memilih pemilih pemula dalam

pilpres 2009, oleh Losiana Matilda Sir. Tujuan penelitian : 1. Menggambarkan

pola iklan politik capres-cawapres yang ditayangkan di TV selama menjelang

pilpres 2009, 2. Menggambarkan opini pemilih pemula mahasiswa UKSW

mengenai iklan politik TV capres – cawapres menjelang pilpres 2009, 3.

Menjelaskan peran iklan politik TV capres-cawapres terhadap sikap memilih (

khususnya dalam pengambilan keputusan ) pemilih pemula mahasiswa UKSW

dalam pilpres 2009. Hasil penelitian : 1. Pola iklan politik televisi capres-

cawapres 2009. Pola iklan dari tiap – tiap pasangan capres-cawapres 2009 yang

menonjol adalah unsure copy text/ jingle/ jargon/ dan nomor urut dalam pemilu,

2. Opini pemilih pemula terhadap iklan politik dipengaruhi oleh faktor

informative dan creative iklan, selain informan yang tertarik dengan iklan politik

informan yang tidak tertarik dikarenakan oleh faktor janji yang berlebihan yang

diberikan, over expose, adanya persaingan yang tidak sehat oleh capres-cawapres

dalam iklan politiknya dan ketertarikan mereka terhadap hal – hal yang

berhubungan dengan politik, 3. Peran iklan TV terhadap sikap memilih pemilih

pemula mahasiswa UKSW adalah sebagai sarana pemantapan/ peneguhan pilihan

mereka terhadap satu pasangan capres-cawapres 2009. Penelitian mengenai

Perilaku Pemilih Pemula Maasiswa Dalam Pemilu Presiden 2009 , oleh : Hilda

Hosiana Prameswari. Tujuan penelitian : 1. Menggambarkan perilaku pemilih

dari pemilih pemula mahasiswa dalam pemilu presiden 2009, 2. Menggambarkan

perbedaan faktor yang mempengaruhi perilaku pemilih pemula dibanding dengan

perilaku pemilih yang diungkapkan oleh Firman dan Nurzal. Hasil penelitian : 1.

Perilaku pemilih pemula yaitu adalanya kesamaan ideology, personal event,

orientasi policy, problem solving, candidate personality (citra kandidat), sosial

imagery (citra sosial), current events, lingkungan, pengalaman dengan kandidat,

visi dan misi kandidat, money politik (politik uang). 2. Perbedaan faktor dilihat

dari pendekatan sosiologis dan pendekatan psikologis. Berdasarkan peneilitan –

Page 10: BAB II TINJAUAN PUSTAKA - repository.uksw.edurepository.uksw.edu/bitstream/123456789/10089/5/T1_362007070_BA… · dikhawatirkan adalah jika hal ini terjadi pada anak-anak.Mereka

18

penelitian diatas Penulis akan melakukan penelitian mengenai Dampak Media

Massa Televisi Dalam Mempengaruhi Perspektif dan Sikap Memilih Pemilih

Pemula dalam Pemilu 2014. Dengan tujuan 1.melihat dampak media massa

televisi terhadap perspektif dan sikap memilih pemilih pemula,2. Menjelaskan

faktor – faktor apa saja yang memperngaruhi perspektif dan sikap memilih

pemilih pemula. Perbedaan dari penelitian – penelitian sebelumnya adalah dalam

penelitian ini penulis ingin melihat dampak media massa (mengenai pemberitaan

– pemberitaan politik maupun iklan – iklan politik menjelang pemilu 2014), yang

kemudian menjadi dasar untuk pernyataan kurang pendidikan politik atau sudah

cukup pendidikan politik terhadap pemilih pemula khususnya siswa-siswi SMA

di Salatiga.

Page 11: BAB II TINJAUAN PUSTAKA - repository.uksw.edurepository.uksw.edu/bitstream/123456789/10089/5/T1_362007070_BA… · dikhawatirkan adalah jika hal ini terjadi pada anak-anak.Mereka

19

2.5. Kerangka Pikir Penelitian

Pemilih Pemula Siswa – siswi SMA N 1

Salatiga

Peran Media Massa : tentang pemberitaan Metro TV dan

TV One tentang PEMILU 2014

Perspektif dan sikap memilih pemilih Pemula

Teori kultivasi

Heavy viewers

Afektif

Kognitif Behavioral

Light viewers

Afektif

Kognitif Behavioral