BAB II TINJAUAN PUSTAKA DAN TEORI 2.1 Penelitian …eprints.umm.ac.id/47741/2/BAB II.pdfBAB II...

34
28 BAB II TINJAUAN PUSTAKA DAN TEORI 2.1 Penelitian Terdahulu Penelitian terdahulu menjadi salah satu referensi bagi peneliti dalam melakukan sebuah penelitian. Penelitian terdahulu mampu memperkuat teori maupun permasalahan-permasalahan dalam mengkaji penelitian yang akan diteliti oleh Peneliti. Peneliti mengangkat bebrapa penelitian terdahulu yang akan dijadikan acuan penulis dalam melakukan penelitian, sebagai berikut: 1. Penelitian terdahulu dari jurnal karya Irwandi (2017) yang berjudul “Analisis Konflik Antara Masyarakat, Pemerintah dan Swasta (Kabupaten Belitung)”. Relevansi penelitian sebelumnya karya Irwandi dengan peneliti yakni pengidentifikasian akar masalah dari konflik sehingga dapat disimpulkan bagaimana dinamika konflik yang terjadi di Belitung yang memiliki kesamaan para aktornya yakni masyarakat, pemerintah dan swasta (perusahaan). 2. Penelitian terdahulu kedua yakni dari jurnal karya Munauwarah (2016) yang berjudul “Konflik Kepentingan dalam Perebutan Lahan Pertambangan di Kabupaten Luwu Timur antara Masyarakat Adat To Karunsi’e dengan PT Vale Indonesia”. Relevansi dengan penelitian peneliti yakni adanya peran masyarakat asli atau masyarakat adat yang menempati wilayah konflik, dinamika konflik yang terjadi di Kabupaten Luwu yang awalnya lahan

Transcript of BAB II TINJAUAN PUSTAKA DAN TEORI 2.1 Penelitian …eprints.umm.ac.id/47741/2/BAB II.pdfBAB II...

Page 1: BAB II TINJAUAN PUSTAKA DAN TEORI 2.1 Penelitian …eprints.umm.ac.id/47741/2/BAB II.pdfBAB II TINJAUAN PUSTAKA DAN TEORI 2.1 Penelitian Terdahulu ... Dinamika dan struktur konflik

28

BAB II

TINJAUAN PUSTAKA DAN TEORI

2.1 Penelitian Terdahulu

Penelitian terdahulu menjadi salah satu referensi bagi peneliti dalam

melakukan sebuah penelitian. Penelitian terdahulu mampu memperkuat teori

maupun permasalahan-permasalahan dalam mengkaji penelitian yang akan diteliti

oleh Peneliti. Peneliti mengangkat bebrapa penelitian terdahulu yang akan

dijadikan acuan penulis dalam melakukan penelitian, sebagai berikut:

1. Penelitian terdahulu dari jurnal karya Irwandi (2017) yang berjudul

“Analisis Konflik Antara Masyarakat, Pemerintah dan Swasta (Kabupaten

Belitung)”. Relevansi penelitian sebelumnya karya Irwandi dengan peneliti

yakni pengidentifikasian akar masalah dari konflik sehingga dapat

disimpulkan bagaimana dinamika konflik yang terjadi di Belitung yang

memiliki kesamaan para aktornya yakni masyarakat, pemerintah dan swasta

(perusahaan).

2. Penelitian terdahulu kedua yakni dari jurnal karya Munauwarah (2016) yang

berjudul “Konflik Kepentingan dalam Perebutan Lahan Pertambangan di

Kabupaten Luwu Timur antara Masyarakat Adat To Karunsi’e dengan PT

Vale Indonesia”. Relevansi dengan penelitian peneliti yakni adanya peran

masyarakat asli atau masyarakat adat yang menempati wilayah konflik,

dinamika konflik yang terjadi di Kabupaten Luwu yang awalnya lahan

Page 2: BAB II TINJAUAN PUSTAKA DAN TEORI 2.1 Penelitian …eprints.umm.ac.id/47741/2/BAB II.pdfBAB II TINJAUAN PUSTAKA DAN TEORI 2.1 Penelitian Terdahulu ... Dinamika dan struktur konflik

29

masyarakat kemudian dialih fungsikan menjadi lapangan golf yang menjadi

tempat olahraga masyarakat elit. Sesuai dengan yang peneliti teliti karena

konflik di gunung Tumpang Pitu terjadi karena adanya pengalihfungsian

hutan lindung menjadi hutan produksi tetap yang membuat masyarakat Desa

Sumberagung melakukan perlawanan.

3. Penelitian terdahulu ketiga yakni dari jurnal karya Bahtiar (2012) yang

berjudul “Konflik Sosial pada Penambang Emas di Kabupaten Bombana”.

Relevansi dengan penelitian peneliti yakni adanya konflik sosial yang

diciptakan oleh adanya perbedaan kepentingan antara penambang emas dan

masyarakat serta adanya campur tangan dari pihak pemerintah. Konflik

sumber daya alam yang terjadi di Banyuwangi dikarenakan adanya

perbedaan kepentingan antara pihak perusahaan dan masyarakat.

4. Penelitian terdahulu keempat yakni dari jurnal karya Dian Taufik Ramadan

dkk (2012) dengan judul “Resolusi Konflik Antara Masyarakat dengan

Perusahaan Pertambangan Provinsi Sumatera Utara”. Relevansi penelitian

terdahulu ini dengan penelitian yang akan peneliti teliti yakni adanya

ketimpangan dan pendominasian kesejahteraan /nilai tambah ekonomi

masyarakat Kecamatan Naga Juang dengan adanya kedatangan PT SMM.

Sama halnya di Banyuwangi masyarakat Desa Sumberagung berharap

adanya peningkatan perekonomian dengan masuknya perusahaan tambang

di Gunung Tumpang Pitu namun hal tersebut tidak sesuai pemikiran

masyarakat, dan masyarakat hanya menerima dampak negatif baik dari segi

Page 3: BAB II TINJAUAN PUSTAKA DAN TEORI 2.1 Penelitian …eprints.umm.ac.id/47741/2/BAB II.pdfBAB II TINJAUAN PUSTAKA DAN TEORI 2.1 Penelitian Terdahulu ... Dinamika dan struktur konflik

30

lingkungan maupun sosial dengan adanya pertambangan di lingkungan

permukiman masyarakat Dusun Pancer ini.

5. Penelitian terdahulu dalam bentu buku karya Mansur Hidayat (2018) dengan

judul “Emas Hitam Mahameru: Riwayat Pertambangan Pasir dan

Pelestarian Lereng Mahameru”. Relevansi dengan penelitian yang akan

peneliti teliti yakni perjalanan konflik antara masyarakat dengan penguasa

yang berlangsung dalam jangka waktu lama yang menciptakan perubahan

tatanan sosial dan adanya kerenggangan hubungan sosial antara masyarakat

dengan pemerintahan desa dan pihak PT yang menduduki kekuasaan

sebagai penguasa tambang pasir. Masyarakat tidak diberi kebebasan dan

harus tunduk dengan penguasa.

6. Penelitian terdahulu dalam jurnal karya Novri Susan dosen Sosiologi Unair

(2015) dengan judul “Democracy, Land Conflict and Governance In

Indonesia: A Case Study of Land Conflict in Lampung Province”. Relevansi

dengan penelitian yang akan peneliti teliti yakni dalam hasil penelitian

Novri memaparkan adanya hubungan antara konflik dengan kebudayaan

masyarakat adat. Konflik di Banyuwangi tetap berlangsung karena adanya

kekuatan masyarakat untuk melindungi tanah nenek moyang yang sudah

ditinggali jauh sebelum perusahaan dating untuk melirik kandungan emas di

Gunung Tumpang Pitu Desa Sumberagung Banyuwangi.

7. Penelitian terdahulu dalam jurnal karya Jason Gehrig with Mark M. Rogers

(2009) dengan judul “Water And Conflict Incorporating Peacebuilding Into

Page 4: BAB II TINJAUAN PUSTAKA DAN TEORI 2.1 Penelitian …eprints.umm.ac.id/47741/2/BAB II.pdfBAB II TINJAUAN PUSTAKA DAN TEORI 2.1 Penelitian Terdahulu ... Dinamika dan struktur konflik

31

Water Development”. Relevansi dengan kajian yang akan diteliti oleh

peneliti yakni mengenai inisiatif penyelesaian sengketa menurut Jason dkk,

secara umum ada tiga fase meskipun tidak berurutan dalam perencanaan

multi-stakeholder diantaranya sebagai berikut yang pertama persiapan dan

dasar kedua perencanaan dan negosiasi ketiga adanya implementasi dan

pemantauan.

8. Penelitian terdahulu dalam buku karya Ika Ningtyas (2019) dengan judul

“Menambang Emas Di Tanah Bencana”. Yang dijadikan sebagai acuan dan

dasar dari peneleliti karena di dalam buku ini menjelaskan mengenai

bagaimana konflik di Gunung Tumpang Pitu bisa terjadi hingga saat ini

konflik belum mereda.

Tabel 2. Penelitian Terdahulu

No Penulis,

Judul Jurnal

Hasil Penelitian Relevansi Penelitian

1. Irwandi, 2017.

Analisis Konflik

Antara Masyarakat,

Pemerintah Dan

Swasta (Kabupaten

Belitung)

Dinamika Konflik terjadi

karena kurangnya sosialisasi,

kurang terbukanya pemerintah

desa kepada masyarakat, yang

akhirnya menciptakan

perbedaan kepentingan dampak

yang ditimbulkan dari aktivitas

penambangan. Konflik yang

terjadi di Kabupaten Belitung

yakni konflik horizontal (konflk

masyarakat yang Pro dan

Kontra) sedangkan konflik

vertikal terjadi antara

masyarakat, pemerintah Desa

dan perusahaan tambang.

Resolusi yang dilakukan adalah

Dalam bahasan Irwandi Konflik

dapat diselesaikan dengan arbitrasi

namun dampaknya tidak adanya

keharmonisan antara subjek yang

terlibat konflik, penelitian tersebut

memiliki kesamaan dengan fokus

penelitian yang akan peneliti teliti.

Konflik yang terjadi di Gunung

Tumpang Pitu Banyuwangi juga

melibatkan antara masyarakat,

Pemerintah dengan Perusahaan

Tambang emas. Konflik yang terjadi

karena adanya penolakan dari

masyarakat terhadap aktivitas

penambangan yang dilakukan di

Gunung Tumpang Pitu, masyarakat

Page 5: BAB II TINJAUAN PUSTAKA DAN TEORI 2.1 Penelitian …eprints.umm.ac.id/47741/2/BAB II.pdfBAB II TINJAUAN PUSTAKA DAN TEORI 2.1 Penelitian Terdahulu ... Dinamika dan struktur konflik

32

melakukan negosiasi, mediasi

dan terakhir arbitrasi. Setelah

hasil banding keluar perusahaan

menghentikan aktivitas

tambang. Namun setelah hasil

putusan banding keluar

hubungan anatara masyarakat

dan Pemerintah Desa dan

perusahaan tambang masih

belum membaik bahkan sampai

saat ini.

menolak karena jika perusahaan

terus malakukan aktivitas

penambangan maka Gunung

Tumpang Pitu sebagai pelindung

bencana masyarakat akan hilang,

masyarakat terlibat konflik

horizontal (sesama masyarakat Pro

dan Kontra) maupun vertikal

(masyarakat, pemerintah dengan

perusahaan tambang emas, sudah

ada resolusi yakni Goldenshare

pembagian saham dari perusahaan

penambang ke pemerintahan

Kabupaten Banyuwangi. Namun

resolusi ini masih belum meredakan

konflik disana, Karena masyarakat

hanya meminta tambang untuk

ditutup. Hingga saat ini masih terjadi

konflik antara masyarakat,

pemerintah dengan perusahaan.

2. Munauwarah, 2016.

Konflik

Kepentingan Dalam

Perebutan Lahan

Pertambangan di

Kabupaten Luwu

Timur Antara

Masyarakat Adat

To Karunsi’e

Dengan PT. Vale

Indonesia

Dinamika Konflik antara

masyarakat adat dengan PT.

Vale Indonesia terjadi karena

PT. Vale telah menempati lahan

masyarakat adat To Karunsi’e

yang mengubah lahan

pemukiman masyarakat adat

menjadi lapangan golf.

Pemerintah sudah melakukan

mediasi namun tidak pernah

membuahkan kepuutusan yang

adil. Pemerintah bersama PT.

Vale menginginkan masyarakat

adat To Karunsi’e untuk

meninggalkan lokasi adat.

Dalam penelitian ini masih

belum ada resolusi yang

mampu menyelesaikan

permasalahan di Kabupaten

Luwu Timur.

Penelitian yang dilakukan

Munauwarah memiliki kesamaan

dengan fokus penelitian yang akan

peneliti dalami di Desa

Sumberagung mengenai konflik

antara masyarakat lokal, Pemerintah

dengan Perusahaan. Resolusi juga

sudah diciptakan untuk

menyelesaikan konflik ini yakni

dengan Golden Share Pembagian

saham dari Perusahaan ke

Pemerintah Banyuwangi, namun

solusi ini masih belum cukup untuk

meredakan konflik masyarakat

penambang emas Desa

Sumberagung Kabupaten

Banyuwangi ini.

3. Bahtiar, 2012.

Konflik Sosial Pada

Penambangan Emas

Dinamika Konflik yang terjadi

di Kabupaten Bombana adalah

jenis konflik vertikal yakni

Kasus konflik sumber daya alam di

Kabupaten Banyuwangi ini juga

terjadi 2 jenis konflik yakni konflik

Page 6: BAB II TINJAUAN PUSTAKA DAN TEORI 2.1 Penelitian …eprints.umm.ac.id/47741/2/BAB II.pdfBAB II TINJAUAN PUSTAKA DAN TEORI 2.1 Penelitian Terdahulu ... Dinamika dan struktur konflik

33

Di Kabupaten

Bombana.

konflik antara perusahaan

dengan pemilik lahan dengan

penambang rakyat. Sementara

konflik horizontal terjadi antara

perusahaan dengan perusahaan,

pemilik lahan dengan pemilik

lahan, dan konflik antar

penambang itu sendiri.

vertikal dan konflik horizontal.

Konflik vertikal terjadi antara

masyarakat, perusahaan dan

Pemerintah Kabupaten Banyuwangi.

Sedangkan konflik horizontal terjadi

antara masyarakat yang pro dan

kontra terhadap aktivitas

penambangan di Gunung Tumpang

Pitu Banyuwangi.

4. Taufik, Dian

Ramadhan Dkk.

2014. Resolusi

Konflik Antara

Masyarakat Lokal

Dengan Perusahaan

Pertambangan

Provinsi Sumatera

Utara.

Menurut Taufik, Hal-hal yang

menjadi pemicu dinamika

konflik adalah karena adanya

ketimpangan dan

pendominasian. Ketimpangan

yang disebabkan oleh harapan

naiknya kesejahteraan/nilai

tambah ekonomi masyarakat

Kec. Naga Juang dari

kedatangan PT. Naga Juang

dari kedatangan PT. SMM.

Harapan yang terlalu tinggi

yang menimbulkan masalah dan

konflik. Dinamika dan struktur

konflik yang ada merupakan

akumulasi dari kepentingan dan

ekspektasi para aktor yang

dipengaruhi ataupun terkena

pengaruh dari hasil konflik.

Relevansi dengan penelitian yang

akan peneliti yakni adanya

pendominasian antara PT BSI yang

menguasai seluruh hasil bumi di

Gunung Tumpang Pitu. Sehingga

masyarakat melakukan penolakan

hal ini terjadi karena adanya

ketimpangan dan pendominasian

pihak PT BSI. Masyarakat

beranggapan jika masyarakat akan

sejahtera dengan adanya sumber

daya alam emas di Desa

Sumberagung Kecamatan

Pesanggaran ini, namun itu semua

tidak sesuai kenyataan, keberadaan

tambang malah menimbulkan

konflik yang berkelanjutan hingga

saat ini.

5. Mansur Hidayat,

Emas Hitam

Mahameru: riwayat

pertambangan pasir

dan pelestarian

lereng mahameru

(2018)

Dinamika Konflik sumber daya

alam galian pasir di Lumajang

yang melibatkan Pemerintah,

PT/Perusahaan dan juga

masyarakat sekitar sumber

daya. Penolakan dari

masyarakat yang menghasilkan

putusan penghentian aktifitas

tambang pasir.

Korelasi dengan kajian yang akan

peneliti yakni mengenai dinamika

konflik sumber daya alam yang bisa

dijadikan acuan memetakan

dinamika konflik sumber daya alam

di Desa Sumberagung Kabupaten

Banyuwangi.

6. Novri Susan.

Democracy, Land

Conflict and

Governance in

Indonesia: A Case

Study of Land

Dinamika konflik sumber daya

alam di Indonesia dipengaruhi

oleh protes atau perlawanan

masyarakat adat yang

memegang nilai-nilai sosial

masyarakat dengan kuat

Korelasi antara penelitian Novri

yakni Masyarakat di Desa

Sumberagung masih dipengaruhi

nilai-nilai sosial atau adat istiadat

dan kebudayaan masyarakat

Banyuwangi yang tinggal disekitar

Page 7: BAB II TINJAUAN PUSTAKA DAN TEORI 2.1 Penelitian …eprints.umm.ac.id/47741/2/BAB II.pdfBAB II TINJAUAN PUSTAKA DAN TEORI 2.1 Penelitian Terdahulu ... Dinamika dan struktur konflik

34

Conflict in

Lampung Province.

(2015)

melakukan perlawanan. gunung Tumpang Pitu.

7. Jason Gehrig With

Mark M. Rogers.

Water And Conflict

Incorporating

Peacebuilding Into

Water Development

(2009)

Dalam bahasan Jason secara

umum ada tiga fase, meskipun

jarang terpisah, dalam

perencanaan multi-stakeholder

tertentu, inisiatif penyelesaian

sengketa:

1. Persiapan dan dasar

2. Perencanaan dan negosiasi

3. Implementasi dan

pemantauan.

Relevansi dengan kajian peneliti

yakni fokus masalah mengenai

konflik di Bolivia yang akan

dijadikan reverensi dalam penelitian

peneliti tentang konflik sumber daya

alam di Desa Sumberagung

Kabupaten Banyuwangi

8. Ika Ningtyas.

Menambang Emas

di Tanah Bencana

(2019)

Dalam bahasan Ningtyas lebih

ditekankan pada dinamika,

pemicu, kronologi dan

perjalanan korporasi yang

menduduki gunung tumpeng

pitu sejak tahun 90 an sampai

sekarang

Karena relevansi dengan penelitian

dengan peneliti sangat tinggi akan

digunakan sebagai bahan referensi

dalam penulisan karya skripsi

peneliti

2.2 Tinjauan Pustaka

2.2.1 Dinamika Konflik

Secara harfiah dinamika merupakan bagian dari ilmu fisika tentang benda-

benda yang bergerak dan tenaga yang menggerakkannya, dinamika berasal dari

istilah dinamis yang berarti sifat atau tabiat yang bertenaga atau berkemampuan,

serta selalu bergerak dan berubah-ubah (Idrus 1996:144). Sedangkan Menurut

Slamet Santoso (2009:5), dinamika berarti tingkah laku warga yang satu secara

langsung memengaruhi warga yang lain secara timbal balik, jadi dinamika

berarti adanya interaksi dan interdepedensi antara anggota kelompok yang satu

Page 8: BAB II TINJAUAN PUSTAKA DAN TEORI 2.1 Penelitian …eprints.umm.ac.id/47741/2/BAB II.pdfBAB II TINJAUAN PUSTAKA DAN TEORI 2.1 Penelitian Terdahulu ... Dinamika dan struktur konflik

35

dengan anggota kelompok yang lain secara timbal balik dan antara anggota

dengan kelompok secara keseluruhan.

Menurut Munir (2001:16), Munir mengatakan bahwa dinamika adalah

suatu sistem ikatan yang saling berhubungan dan saling mempengaruhi antara

unsur-unsur tersebut. Jika salah satu unsur sistem mengalami perubahan, maka

akan membawa perubahan pula pada unsur-unsur lainnya. Johnson mendefinikan

dinamika sebagai suatu lingkup pengetahuan sosial yang berkonsentrasi pada

pengetahuan tentang hakikat kehidupan kelompok (Johnson, 2012:20).

Dinamika adalah studi ilmu tentang perilaku dalam kelompok untuk

mengembangkan pengetahuan tentang hakikat kelompok, pengembangan

kelompok, hubungan kelompok dengan anggotanya, dan hubungan dengan

kelompok lain atau kelompok yang lebih besar.

Dinamika adalah suatu yang mengandung arti tenaga kekuatan, selalu

bergerak, berkembang dan dapat menyesuaikan diri secara memadai terhadap

keadaan. Dinamika juga berarti adanya adanya interaksi dan interdependensi

antara kelompok dengan kelompok secara keseluruhan. Keadaan ini terjadi

karena selama ada kelompok, maka semangat kelompok (Group Spirit) akan

terus ada dalam kelompok itu. Oleh karena itu kelompok tersebut bersifat

dinamis, artinya setiap saat kelompok yang bersangkutan dapat berubah.

Sedangkan pengertian kelompok tidak lepas dari elemen keberadaaan dua orang

atau lebih yang melakukan interaksi untuk mencapai tujuan bersama (Wildan

Zulkarnain, 2013:25).

Page 9: BAB II TINJAUAN PUSTAKA DAN TEORI 2.1 Penelitian …eprints.umm.ac.id/47741/2/BAB II.pdfBAB II TINJAUAN PUSTAKA DAN TEORI 2.1 Penelitian Terdahulu ... Dinamika dan struktur konflik

36

Kesimpulan dari pengertian dinamika bisa dikatakan sebagai gerak atau

kekuatan yang dimiliki sekumpulan orang di dalam masyarakat yang bisa

menimbulkan perubahan di kehidupan masyarakat yang bersangkutan. Dengan

adanya konflik, masyarakat mencoba melakukan pola perubahan-perubahan

dalam mempertahankan hidupnya menghindari adanya kepunahan berupa materi

dan nonmateri.

Dinamika konflik dibagi dalam beberapa tahapan yakni tahapan prakonflik,

konfortasi, krisis dan pasca konflik (Fisher, 2001:19). Pra konflik yakni masa

dimana ada suatu ketidaksesuaian antara dua pihak atau lebih yang menyebabkan

konflik. Konflik masih tersembunyi dari umum meskipun sudah ada beberapa

pihak yang mengetahui potensi konfrotasi sudah ada ketegangan hubungan

beberapa pihak atau keinginan untuk menghindar satu sama lain dalam tahap ini.

Tahap Konfrontasi dimana konflik sudah mulai terlihat terbuka, keterlibatan

pendukung atau pihak pro salah satu pihak yang mampu menyebabkan

perpecahan seperti demostrasi apabila pemimpin salah satu merasa ada yang

salah. Pertikaian dan kekerasan tingkat rendah biasanya terjadi pada tahap ini.

Tahap krisis atau puncak konflik saat memasuki tahap ini konflik pecah

menjadi aksi kekerasan yang dilakukan secara masal dan intens, komunikasi

terputus dan muncul pernyataan yang cenderung menuduh. Dalam konflik skala

besar dimana sudah terjadi aksi pembunuhan oleh kedua belah pihak, bisa jadi

salah satu pihak yang menang atau keduanya mengalami kekalahan. Tahap

terakhir yakni Tahap pasca konflik situasi dimana sudah ada cara untuk

Page 10: BAB II TINJAUAN PUSTAKA DAN TEORI 2.1 Penelitian …eprints.umm.ac.id/47741/2/BAB II.pdfBAB II TINJAUAN PUSTAKA DAN TEORI 2.1 Penelitian Terdahulu ... Dinamika dan struktur konflik

37

menyelesaikan berbagai konfortasi kekerasan, ketegangan berkurang dan

hubungan kedua belah pihak mengarah ke lebih baik dan normal. Pada tahap ini

ketegangan sudah mulai berkurang namun masalah belum bisa teratasi

sepenuhnya.

2.2.2 Masyarakat Penambang

Masyarakat penambang bisa diartikan sebagai orang atau sekumpulan

orang yang melakukan aktivitas penambangan di lokasi tambang baik itu yang

sudah sesuai prosedur UU No 4 Tahun 2009 maupun sekumpulan orang yang

melakukan aktifitas tambang tanpa izin (eprints.umm.ac.id).

Kewenangan Kabupaten/Kota dilaksanakan dengan ketentuan peraturan

perundang-undangan yang berlaku. Walaupun pemerintah daerah diberikan

kewenangan untuk pengelolaan pertambangan, namun semua kebijakan yang

berkaitan dengan pertambangan masih didominasi oleh pemerintah pusat. Seperti

yang menandatangani kontrak karya pada wilayah kewenangan Pemerintah

Kabupaten/Kota adalah Bupati/Walikota dengan perusahaan pertambangan.

Tetapi segala hal yang berkaitan dengan substansi kontrak karya telah ditentukan

oleh pemerintahan pusat. Ini berarti pemerintah Kabupaten/Kota tidak dapat

mengembangkan substansi kontrak karya sesuai dengan kebutuhan daerah (Ibid:

32).

Didalam Undang-Undang Nomor 11 Tahun 1967 tidak menjelaskan

kewenangan dari pemerintah daerah didalam pengelolaan pertambangan, namun

Page 11: BAB II TINJAUAN PUSTAKA DAN TEORI 2.1 Penelitian …eprints.umm.ac.id/47741/2/BAB II.pdfBAB II TINJAUAN PUSTAKA DAN TEORI 2.1 Penelitian Terdahulu ... Dinamika dan struktur konflik

38

di pasal 6, 7, dan 8. Sedangkan dalam Undang-Undang Nomor 4 Tahun 2009

tentang pertambangan Mineral dan batubara diatur secara rinci kewenangan

pemerintah, pemerintah provinsi dan pemerintah kabupaten/kota dalam

pengelolaan pertambangan.

Kewenangan pemerintah kabupaten/kota diatur dalam pasal 8

UndangUndang Nomor 4 Tahun 2009 tentang mineral dan batubara meliputi:

1. Pembuatan peraturan perundangan daerah tentang pertambangan

2. Pemberian IUP (izin Usaha Produksi) dan IPR (Izin Pertambangan

Rakyat), pembinaan, penyelesaian konflik masyarakat dan

pengawasan usaha pertambangan di wilayah kabupaten/kota dan/atau

wilayah laut sampai dengan 4 mil

3. Pemberian IUP dan IPR, pembinaan, penyelesaian konflik masyarakat

dan pengawasan usaha pertambangan operasi produksi yang

kegiatannya berada di wilayah kabupaten/kota dan/atau wilayah laut

sampai dengan 4 mil

4. Penyelidikan dan penelitan, serta eksplorasi dalam rangka memperoleh

data dan informasi mineral dan batubara

5. Pengelolaan informasi geologi, informasi potensi mineral dan

batubara, serta informasi pertambangan pada wilayah kabupaten/kota

6. Penyusunan neraca sumber daya mineral dan batubara pada wilayah

kabupaten/kota

Page 12: BAB II TINJAUAN PUSTAKA DAN TEORI 2.1 Penelitian …eprints.umm.ac.id/47741/2/BAB II.pdfBAB II TINJAUAN PUSTAKA DAN TEORI 2.1 Penelitian Terdahulu ... Dinamika dan struktur konflik

39

7. Pengembangan dan pemberdayaan masyarakat setempat dalam usaha

pertambangan dengan memperhatikan kelestarian lingkungan

8. Pengembangan dan peningkatan nilai tambah dan manfaat kegiatan

usaha pertambangan secara optimal

9. Penyampaian informasi hasil inventarisasi, penyelidikan umum, dan

penelitian serta eksplorasi dan eksploitasi kepada Mentri dan Gubernur

10. Penyampaian informasi hasil produksi, penjualan dalam negri, serta

ekspor kepada Mentri dan Gubernur

11. Pembinaan dan pengawasan terhadap reklamasi lahan pasca tambang

12. Peningkatan kemampuan aparatur pemerintah kabupaten/kota dalam

penyelenggaraan pengelolaan usaha pertambangan.

Pertambangan ilegal atau pertambangan tanpa izin adalah usaha

pertambangan yang dilakukan oleh perseorangan, sekelompok orang, atau

perusahaan yayasan berbadan hukum yang dalam operasinya tidak memiliki izin

dan instansi pemerintah sesuai peraturan perundang-undang yang berlaku.

Dengan demikian, izin, rekomendasi, atau bentuk apapun yang diberikan kepada

perseorangan, sekelompok orang, atau perusahaan/yayasan oleh instansi

pemerintah di luar ketentuan peraturan perundang-undangan yang berlaku, dapat

dikategorikan sebagai pertambangan tanpa izin atau pertambangan ilegal.

Page 13: BAB II TINJAUAN PUSTAKA DAN TEORI 2.1 Penelitian …eprints.umm.ac.id/47741/2/BAB II.pdfBAB II TINJAUAN PUSTAKA DAN TEORI 2.1 Penelitian Terdahulu ... Dinamika dan struktur konflik

40

2.2.3 Konflik Sosial

2.2.3.1 Pengertian Konflik

Konflik berasal dari kata kerja yaitu configure yang dapat diartikan

sebagai saling memukul. Secara sosiologis, konflik diartikan sebagai suatu

proses sosial antara dua orang atau lebih (bisa juga kelompok) dimana

salah satu pihak berusaha menyingkirkan pihak lain dengan

menghancurkan atau membuatnya tidak berdaya (Irwandi, 2017:26).

Konflik yaitu proses pencapaian tujuan dengan cara melemahkan

pihak lawan, tanpa mematuhi norma dan nilai yang berlaku (Soekanto,

1993: 99). Konflik juga dapat diartikan sebagai suatu proses dimana

pencapaian tujuan dengan melibatkan individu-individu atau kelompok-

kelompok yang akan saling menantang dengan kekerasan (Narwoko,

2005: 68).

Menurut Soerjono Soekanto (2006), Konflik sosial adalah suatu

proses sosial dimana individu atau kelompok berusaha untuk memenuhi

tujuannya dengan jalan menentang pihak lawan yang disertai dengan

ancaman atau kekerasan. Sedangkan menurut Richard E. Crable (1981:53)

pengertian konflik merupakan “conflict is a disagreement or a lack of

harmony”. Kalimat tersebut dapat diartikan dengan konflik merupakan

Ketidaksepahaman atau ketidakcocokan.

Page 14: BAB II TINJAUAN PUSTAKA DAN TEORI 2.1 Penelitian …eprints.umm.ac.id/47741/2/BAB II.pdfBAB II TINJAUAN PUSTAKA DAN TEORI 2.1 Penelitian Terdahulu ... Dinamika dan struktur konflik

41

Setiap individu pada umumnya memiliki pikiran, perasaan, dan

kepentingan yang berbeda. Menurut pemikiran Karl Marx”Karl Marx

dalam Darsono (2009:168)”, didalam kehidupan manusia sejak dalam

pemilikan budak, feodalisme, dan zaman kapitalisme, manusia terbagi

dalam dua kelompok yang saling betentangan kepentingannya, yaitu

kelompok buruh atau pekerja dan kelompok pekerja dan kelompok

pengusaha atau majikan.

Penguasa berusaha memperoleh keuntungan sebesar-besarnya

melalui kerja upahan kaum buruh, sedangkan buruh ingin memperoleh

upah yang relatif bisa memenuhi kebutuhan hidupnya baik kebutuhan

primer maupun kebutuhan sekunder. Max Weber dalam Johnson (1988:

223-226), sependapat dengan Karl Marx bahwa stratifikasi sosial

mendorong konflik sosial, namun Weber melihat konflik sosial sebagai

konflik yang sangat beragam yaitu seperti, ketidaksamaan ekonomi, status

yang mengukur prestise dan kekuasaan, sedangkan Marx melihat konflik

sosial hanya antara dua kelas. Sedangkan Georg Simmel menyatakan

bahwa konflik tidak akan pernah lenyap dari panggung kehidupan

masyarakat, kecuali lenyap bersama dengan lenyapnya masyarakat itu

juga.

Page 15: BAB II TINJAUAN PUSTAKA DAN TEORI 2.1 Penelitian …eprints.umm.ac.id/47741/2/BAB II.pdfBAB II TINJAUAN PUSTAKA DAN TEORI 2.1 Penelitian Terdahulu ... Dinamika dan struktur konflik

42

2.2.3.2 Jenis-Jenis Konflik

Konflik yang terjadi pada manusia ada berbagai macam ragamnya,

bentuknya, dan jenisnya. Soetopo (1999) mengklasifikasikan beberapa

jenis konflik, dipandang dari segi materinya menjadi empat, yaitu:

a. Konflik tujuan yaitu dimana konflik terjadi jika ada dua tujuan atau

yang kompetitif bahkan yang kontradiktif.

b. Konflik peranan yaitu konflik yang timbul karena manusia memiliki

lebih dari satu peranan dan tiap peranan tidak selalu memiliki

kepentingan yang sama.

c. Konflik nilai yaitu konflik yang muncul karena pada dasarnya nilai

yang dimiliki setiap individu dalam organisasi tidak sama, sehingga

konflik dapat terjadi antar individu, individu dengan kelompok,

kelompok dengan organisasi.

d. Konflik kebijakan yaitu suatu konflik dapat terjadi karena ada

ketidaksetujuan individu atau kelompok terhadap perbedaan kebijakan

yang dikemukakan oleh satu pihak dan kebijakan lainnya.

2.2.3.3 Faktor Penyebab Konfik

Sosiologi memandang bahwa masyarakat itu selalu dalam

perubahan dan setiap elemen dalam masyarakat selalu memberikan

sumbangan bagi terjadinya konflik. Salah satu penyebab terjadinya

konflik adalah karena ketidakseimbangan antara hubungan-hubungan

Page 16: BAB II TINJAUAN PUSTAKA DAN TEORI 2.1 Penelitian …eprints.umm.ac.id/47741/2/BAB II.pdfBAB II TINJAUAN PUSTAKA DAN TEORI 2.1 Penelitian Terdahulu ... Dinamika dan struktur konflik

43

manusia seperti aspek sosial, ekonomi dan kekuasaan. Contohnya kurang

meratanya kemakmuran dan akses yang tidak seimbang terhadap sumber

daya yang kemudian akan menimbulkan masalah-masalah dalam

masyarakat (Fisher, Simon, dkk. 2001).

Faktor-faktor penyebab konflik menurut Soejono Soekanto (2006),

antara lain yaitu:

a. Adanya perbedaan individu yang meliputi perbedaan pendirian

dan perasaan, karena setiap manusia unik, dan mempunyai perbedaan

pendirian, perasaan satu sama lain. Perbedaan pendirian dan perasaan ini

akan menjadi satu faktor penyebab konflik sosial, sebab dalam menjalani

hubungan sosial seorang individu tidak selalu sejalan dengan individu atau

kelompoknya.

b. Perbedaan latar belakang kebudayaan sehingga membentuk

pribadi-pribadi yang berbedabeda, individu sedikit banyak akan

terpengaruh oleh pola pemikiran dan pendirian kelompoknya, dan itu akan

menghasilkan suatu perbedaan individu yang dapat memicu konflik.

c. Perbedaan kepentingan antara individu atau kelompok, individu

memiliki latar perasaan, pendirian dan latar belakang budaya yang

berbeda. Ketika dalam waktu yang bersamaan masing-masing individu

atau kelompok memilki kepentingan yang berbeda. Kadang, orang dapat

melakukan kegiatan yang sama, tetapi tujuannya berbeda. Konflik akibat

Page 17: BAB II TINJAUAN PUSTAKA DAN TEORI 2.1 Penelitian …eprints.umm.ac.id/47741/2/BAB II.pdfBAB II TINJAUAN PUSTAKA DAN TEORI 2.1 Penelitian Terdahulu ... Dinamika dan struktur konflik

44

perbedaan kepentingan ini dapat pula menyangkut bidang politik,

ekonomi, sosial, dan budaya.

d. Faktor terjadinya konflik juga dapat disebabkan karena

perubahan-perubahan nilai yang cepat dan mendadak di kehidupan

masyarakat. Perubahan adalah sesuatu yang lazim dan wajar terjadi, tetapi

jika perubahan itu berlangsung cepat atau bahkan mendadak, perubahan

tersebut dapat memicu terjadinya konflik sosial. Misalnya, pada

masyarakat pedesan yang mengalami industrialisai yang mendadak akan

memunculkan konflik sosial, sebab nilai-nilai lama pada masyarakat

tradisional yang biasanya bercorak pertanian secara cepat berubah.

2.2.4 Tipologi Konflik Sumber Daya Alam Di Indonesia

Pemetaan tipologi konflik menurut Fuad dan Maskanah (dalam Safa’at,

2017: 156), dibagi dalam lima ruang konflik, yaitu: Pertama, konflik data.

Dimana adanya kekurangan informasi dalam pengambilan kebijakan, mendapat

informasi yang salah dan penafsiran yang berbeda berakibat kepada

kesalahpahaman. Kedua, konflik kepentingan terjadi karena masalah yang

subtantif (uang dan sumberdaya), masalah tata cara (sikap dalam menangani

permasalahan), atau masalah psikologis. Tipologi konflik kepentingan adalah

yang paling dominan karena pemilik modal, pemerintah, penambang tradisional

dan masyarakat memiliki kepentingan yang sangat besar dalam aktivitas

pertambangan.

Page 18: BAB II TINJAUAN PUSTAKA DAN TEORI 2.1 Penelitian …eprints.umm.ac.id/47741/2/BAB II.pdfBAB II TINJAUAN PUSTAKA DAN TEORI 2.1 Penelitian Terdahulu ... Dinamika dan struktur konflik

45

Ketiga tipologi konflik hubungan antar manusia terjadi karena adanyanya

emosi atau sifat egois yang kuat, salah persepsi, salah komunikasi atau tingkah

laku negatif yang berulang (repetitif) biasanya menimbulkan konflik non

realistis. Keempat konflik nilai, disebabkan oleh system kepercayaan yang tidak

sesuai baik yang dirasakan atau memang nyata. Konflik ini terjadi ketika adanya

pemaksaan nilai ke pihak lain, penegakan regulasi merupakan sumber konflik

yang paling dominan. Kelima konflik struktural terjadi karena adanya

ketimpangan untuk melakukan akses dan kontrol terhadap sumber daya pihak

yang berkuasa dan memiliki wewenang formal untuk menetapkan kebijakan

umum biasanya memiliki peluang untuk melakukan kontrol sepihak terhadap

pihak yang lain. Berdasarkan pemaparan tipologi konflik menurut Safa'at dapat

ditentukan tipologi konflik sumber daya alam di Indonesia sebagai berikut:

1. Tipologi konflik data, contoh kasus PT Semen Indonesia di Pegunungan

Kendeng. Konflik ini disebabkan karena adanya data yang dimaksud disini

adalah adanya kekurangan informasi dalam pengambilan kebijakan dimana

kebijakan ini diambil secara sepihak oleh perusahaan tanpa adanya interaksi

dengan masyarakat.

2. Tipologi konflik kepentingan, contoh kasus kasus PT Lapindo Brantas Inc

dan konflik tanah di Manggarai Flores Barat. Konflik sosial disini

disebabkan kepentingan antara perusahaan, pemerintah dan masyarakat.

3. Tipologi konflik hubungan antar manusia, contoh kasus PT Toba Pulp

Lestari Tbk a.k.a Indorayon, konflik sosial disini disebabkan adanya

Page 19: BAB II TINJAUAN PUSTAKA DAN TEORI 2.1 Penelitian …eprints.umm.ac.id/47741/2/BAB II.pdfBAB II TINJAUAN PUSTAKA DAN TEORI 2.1 Penelitian Terdahulu ... Dinamika dan struktur konflik

46

hubungan antar manusia maksudnya adanya egois yang kuat dari perusahaan

tanpa menghiraukan limbah yang mencemari sungai dan lingkungan alam

disekitar perusahaan.

4. Tipologi konflik nilai, contoh kasus konflik tanah di Manggarai Flores

Barat dan PT Toba Pulp Lestari Tbk a.k.a Indorayon, konflik sosial disini

disebabkan adanya pelanggaran atau penyelewengan dalam nilai adat

masyarakat di Manggarai dan juga di Sumatera Barat.

5. Tipologi konflik struktural, contoh kasus konflik tambang pasir di

Lumajang. Konflik sosial ketimpangan pihak yang berkuasa dalam

mengelola sumber daya alam.

2.2.5 Teori Dinamika Konflik Shimon Fisher

Dinamika konflik dibagi dalam beberapa tahapan yakni tahapan

prakonflik, konfrontasi, krisis dan pasca konflik (Fisher, 2001:19). Pra konflik

yakni masa dimana ada suatu ketidaksesuaian antara dua pihak atau lebih yang

menyebabkan konflik. Konflik masih tersembunyi dari umum meskipun sudah

ada beberapa pihak yang mengetahui potensi konfrotasi sudah ada ketegangan

hubungan beberapa pihak atau keinginan untuk menghindar satu sama lain

dalam tahap ini. Tahap Konfrontasi dimana konflik sudah mulai terlihat

terbuka, keterlibatan pendukung atau pihak pro salah satu pihak yang mampu

menyebabkan perpecahan seperti demostrasi apabila pemimpin salah satu

Page 20: BAB II TINJAUAN PUSTAKA DAN TEORI 2.1 Penelitian …eprints.umm.ac.id/47741/2/BAB II.pdfBAB II TINJAUAN PUSTAKA DAN TEORI 2.1 Penelitian Terdahulu ... Dinamika dan struktur konflik

47

merasa ada yang salah. Pertikaian dan kekerasan tingkat rendah biasanya terjadi

pada tahap ini.

Tahap krisis atau puncak konflik saat memasuki tahap ini konflik pecah

menjadi aksi kekerasan yang dilakukan secara masal dan intens, komunikasi

terputus dan muncul pernyataan yang cenderung menuduh. Dalam konflik skala

besar dimana sudah terjadi aksi pembunuhan oleh kedua belah pihak, bisa jadi

salah satu pihak yang menang atau keduanya mengalami kekalahan. Tahap

terakhir yakni Tahap pasca konflik situasi dimana sudah ada cara untuk

menyelesaikan berbagai konfrontasi kekerasan, ketegangan berkurang dan

hubungan kedua belah pihak mengarah ke lebih baik dan normal. Pada tahap ini

ketegangan sudah mulai berkurang namun masalah belum bisa teratasi dengan

sepenuhnya.

Tabel 3. Dinamika Konflik Sumber Daya Alam di Indonesia

Konflik PT Toba Pulp

Lestari Tbk

a.k.a Indorayon

PT Lapindo

Brantas Inc

(Porong)

PT Semen

Indonesia

(Pegunungan

Kendeng)

Konflik tanah

di Manggarai

Flores Barat

Konflik

tambang pasir

di Lumajang

Tahapan

Konflik

4 Tahapan,

tahap

prakonflik 26

April 1983

(Masalah

pencemaran)

kemudian

tahap

konfrontasi

pada Februari

1990

(Masyarakat

4 Tahap awal

tahap

Prakonflik

yang menjadi

pemicu

konflik 29

Mei 2006

semburan

lumpur

pertama.

Tahap kedua

tahap

4 Tahap, Tahap

pertama tahap

Prakonflik

secara tiba-tiba

PT Semen

Indonesia

melakukan

peresmian

tahun 2014.

Tahap

Konfrontasi

pada tahun

4 Tahap,

dimana tahap

Prakonflik

dilatar

belakangi oleh

hukum adat

yang kuat.

Tahap

konfrontasi

dimulai pada

tahun 1935

perseteruan

4 Tahap.

Tahap

pertama tahun

2000 an

dimana tahap

awal konflik,

tahap kedua

yakni

konfrontasi

pada tahun

2010 oleh PT

Page 21: BAB II TINJAUAN PUSTAKA DAN TEORI 2.1 Penelitian …eprints.umm.ac.id/47741/2/BAB II.pdfBAB II TINJAUAN PUSTAKA DAN TEORI 2.1 Penelitian Terdahulu ... Dinamika dan struktur konflik

48

menggugat

PT). Tahap

ketiga krisis

pada 22

November

1998

masyarakat

konflik

Destruktif

dengan PT.

DPRD

mengehentikan

aktivitas

perusahaan 1

Maret 2000.

Pada 31 Maret

2001 terjadi

Demo warga

karena akan

adanya

reoperasi

perusahaan.

Kemudian

tahap ke empat

pasca konflik 3

Mei 2018

dimana adanya

resolusi konflik

antara

masyarakat

Sosorladang

dengan

Indorayon

konfrontasi

dimana

setelah

prakonflik

mulai terasa

ketegangan

antara PT

Lapindo

dengan

masyarakat

terdampak.

Tahap krisis

dimana sudah

ada

perlawanan

atau

demonstrasi

dari

masyarakat

pada

pertengahan

Agustus

2006.

Kemudian

memasuki

tahap pasca

konflik

dimana

Perusahaan

sudah mulai

mengganti

rugi kerugian

finansial

masyarakat

terdampak.

2016

masyarakat

melakukan

banding ke

pengadilan PT

TUN. Tahap

krisis

masyarakat

melakukan

demonstrasi ke

istana negara.

Tahap ketiga

pasca konflik.

mengenai

lingko Langkas.

Tahap Krisis

1989 sudah

melibatkan

pemerintah

yakni kasus

penyerobotan

tanahdi Iteng.

Kemudian

tahap pasca

konflik dimana

sudah

berkurangnya

ketegangan

diantara

pemerintah dan

masyarakat

adat pada tahun

1979 namun

potensi konflik

masih tinggi.

IMMS

Tahun 2015

konflik mulai

memuncak

atau tahap

ketiga krisis

sampai ada

pembunuhan

aktivis

lingkungan,

tahap

keempat

tahap Pasca

konflik

adanya peran

pihak lain

seperti tokoh

publik

pemerintah

kabupaten

dan

masyarakat

luar lumajang

yang

mendukung

penolakan

tambang.

Persamaan Konflik yang terjadi pada PT Toba Pulp Lestari Tbk a.k.a Indorayon juga melibatkan

masyarakat dan pemerintahan. Perizinan yang menjadi permasalahan utama dan juga

dampak yang dirasakan masyarakat lebih banyak negatif nya sehingga masyarakat

tetap melakukan perlawanan terutama ninik-ninik (ibu) sekitar PT Toba Pulp Lestari.

Sebenarnya dalam penelitian yang peneliti teliti melalui studi kasus kelima konflik

sumber daya alam di Indonesia ini memiliki kesamaan yakni masyarakat harus

mematuhi peraturan yang sudah ditetapkan dalam keteraturan masyarakat. Menurut

Ralf Dahrendorf masyarakat akan tunduk dengan keputusan penguasa. Sama halnya

dengan konflik di daerah lainnya kekuasaan pemerintah dan korporasi sangat kuat

Page 22: BAB II TINJAUAN PUSTAKA DAN TEORI 2.1 Penelitian …eprints.umm.ac.id/47741/2/BAB II.pdfBAB II TINJAUAN PUSTAKA DAN TEORI 2.1 Penelitian Terdahulu ... Dinamika dan struktur konflik

49

yang bertindak sesuai keinginan mereka tanpa melihat aspek sosial maupun

lingkungannya. Pihak penguasa hanya berorientasi pada aspek ekonomi saja.

Lingkungan yang seharusnya menjadi aspek terpenting malah dikesampingkan

akibatnya konflik sumber daya ala mini terus berlanjut khususnya di wilayah negara

berkembang karena kurangnya kestabilan politik juga menyebabkan para elit politik

mendukung para penguasa (perusahaan). Dalam konflik sumber daya alam di

Indonesia peran masyarakat adat maupun masyarakat lokal sangat kuat namun

kekuatan masyarakat mampu diredam oleh penguasa salah satunya dengan usaha

pengalihan isu. Konflik sumber daya alam yang terjadi di Gunung Tumpang Pitu

Banyuwangi juga tidak terlepas dari peran masyarakat lokal yang meminta

pertanggungjawaban atas kerusakan alam yang diakibatkan aktivitas perusahaan

tambang. Pengalihan isu juga terjadi kepada salah satu aktivis lingkungan lokal yang

dikenai tuduhan pasal 107a UU 27tahun 1999 tentang komunisme. Akibatnya petani

yakni Budi Pego harus melawan hukun sebelum melawan perusahaan PT BSI yang

saat ini mengeksploitasi Gunung Tumpang pitu Di Desa Sumberagung Kecamatan

Pesanggaran Kabupaten Banyuwangi. Sebenarnya dampak lingkunganlah yang

menguatkan masyarakat Desa Sumberagung melakukan perlawanan limbah merkuri

yang dibuang ke laut menjadi permasalahan sosial di masyarakat, dengan pihak

perusahaan membuang limbah ke laut maupun sungaimembuat ikan dan hewan laut

lainnya mati, mayoritas masyarakat sekitar Gunung Tumpang Pitu merupakan

nelayan, limbah PT BSI tidak hanya dibuang ke laut namun juga ada istilah lain

yakni under ground sistem pembuangan limbah di bawah tanah, dimana limbah ini

akan meresap ke lapisan tanah dan mengalir ke permukiman masyarakat. Jarak

pabrik dengan permukiman kurang lebih 200 m hal ini akan memperbesar potensi

tercemarnya kandungan merkuri dan sianida ke air masyarakat yang kebanyakan

masih menggunakan sumur tradisional maupun sumur bor. Masyarakat Desa

Sumberagung meminta penghentian aktivitas penambangan karena memperjuangkan

lingkungan yang bersih bagi kehidupan generasi mendatang.

Perbedaan Perbedaan yang terlihat dari berbagai konflik sumber daya alam di Indonesia ini

yakni para aktor-aktor yang terlibat dalam konflik. Beberapa perbedaan yang penulis

temukan yakni penyebab konflik sumber daya alam di Indonesia. Pada konflik PT

Toba Pulp Lestari penyebabnya adalah pengaruh limbah pabrik kertas yang

beroperasi yang menyebabkan anak dan perempuan rentan terkena paparan limbah

seperti gangguan pernapasan bahkan gangguan reproduksi perempuan oleh karena

itu konflik di PT Toba Pulp Lestari yang paling aktif menolak adalah ninik-ninik

atau para ibu-ibu. Kemudian kasus kedua pada PT Lapindo penyebabnya adalah

permasalahan ganti rugi yang tak kunjung diselesaikan dan kerusakan alam yang

mengubah kehidupan sosial masyarakatnya. Dan untuk kasus di PT Semen Indonesia

masyarakat menolak karena PT Semen Indonesia akan melakukan pembangunan

pabrik semen di tanah karts yang digunakan masyarakat untuk bercocok tanam.

Untuk kasus konflik tanah di Manggarai melibatkan pemerintah dan masyarakat adat

dalam mempertahankan tanah adat nenek moyang adat To karonsie. Konflik

tambang emas di Lumajang melibatkan pemerintah dan masyarakat lokal yang

bertahan melindungi tanah mereka yang mulai dikuasai pemerintah yang

Page 23: BAB II TINJAUAN PUSTAKA DAN TEORI 2.1 Penelitian …eprints.umm.ac.id/47741/2/BAB II.pdfBAB II TINJAUAN PUSTAKA DAN TEORI 2.1 Penelitian Terdahulu ... Dinamika dan struktur konflik

50

mengakibatkan pembunuhan kejam yang dialami Salim Kancil yang bertahan

melindungi pasir di Lumajang dari kerakusan penambang yang berkuasa. Sedangkan

di Gunung Tumpang Pitu masyarakat melakukan penolakan karena adanya

kandungan limbah merkuri di lingkungan masyarakat karena hasil pembuangan PT

BSI. Dalam kasus di Gunung Tumpang Pitu juga terjadi SLAPP yang ditujukan ke

petani lokal yang melakukan penolakan tambang emas yakni Budi Pego yang

dipidanakan dengan pasal 107a tahun 1999 tentang komunis yang dilaporkan oleh

PT BSI.

Menurut Fisher dinamika konflik dibagi dalam beberapa empat tahapan yakni

prakonflik, konfrontasi, krisis dan pasca konflik. Berdasarkan pemaparan dan analisis

diatas maka dapat disimpulkan dinamika konflik sumber daya alam di Indonesia.

1. Dinamika konflik sumber daya alam PT Toba lestari Pulp a.k.a Indorayon,

tahap prakonflik 26 April 1983 terjadinya pencemaran karena limbah PT

Indorayon, tahap konfrontasi pada Februari 1990 dimana masyarakat sudah

memberanikan diri untuk mulai melawan yakni dengan melakukan gugatan

atas pencemaran yang dilakukan PT Indorayon, 1 Maret pengehentian

operasi Pabrik oleh DPRD. Tahap krisis masyarakat konflik dengan PT

yakni demonstrasi karena adanya reoperasi perusahaan pada 31 Maret 2000.

Tahap ketiga pasca konflik 3 Mei 2018 dimana sudah adanya resolusi

konflik antara masyarakat Sosorladang dengan PT Indorayon yakni mediasi

kedua belah pihak yang berkonflik di Jakarta.

Tahap Prakonflik 26 April 19983 masalah pencemaran

Tahap konfrontasi Februari 1990 masyarakat mulai

menentang

Tahap krisis 31 Maret 2001 demostrasi masyarakat

Tahap pasca konflik 3 Mei 2018 perundingan

Page 24: BAB II TINJAUAN PUSTAKA DAN TEORI 2.1 Penelitian …eprints.umm.ac.id/47741/2/BAB II.pdfBAB II TINJAUAN PUSTAKA DAN TEORI 2.1 Penelitian Terdahulu ... Dinamika dan struktur konflik

51

2. Kasus di PT Lapindo terdapat empat tahap dinamika, tahap prakonflik pada

tanggal 29 Mei 2006 pertama kali semburan lumpur dari pengeboran

minyak di Porong Sidoarjo. Tahap Konfrontasi dimana sudah ada

ketegangan diantara pihak perusahaan dengan masyarakat yang terkena

semburan lumpur. Tahap krisis adanya perlawanan dalam bentuk

demonstrasi dari masyarakat di pertengahan Agustus 2006. Tahap pasca

konflik pada tahun 22 Maret 2007 sudah ada usaha ganti rugi kerugian

finansial bagi korban namun belum sepenuhnya dibayarkan oleh pihak

Lapindo.

Tahap Prakonflik 29 Mei 20016 semburan lumpur

Tahap konfrontasi Ketegangan setelah semburan pertama

Tahap krisis Demonstrasi Agustus 2006

Tahap pasca konflik 22 Maret 2007 ganti rugi yang

meredakan amarah masyarakat

3. Kasus PT Semen Indonesia 4 tahap dinamika konflik yakni prakonflik

adanya peresmian secara tiba-tiba di pegunungan kendeng pada tahun 2014.

Tahap konfrontasi pada tahun 2016 masyarakat mengajukan banding ke PT

TUN. Tahap krisis dimana masyarakat sudah mulai bertindak dan melawan

dengan cara berdemonstrasi ke istana negara Jakarta penolakan pendirian

pabrik Semen Indonesia di pegunungan Kendeng. Tahap keempat pasca

konflik adanya resolusi atau titik terang antara keduanya yakni dengan

Page 25: BAB II TINJAUAN PUSTAKA DAN TEORI 2.1 Penelitian …eprints.umm.ac.id/47741/2/BAB II.pdfBAB II TINJAUAN PUSTAKA DAN TEORI 2.1 Penelitian Terdahulu ... Dinamika dan struktur konflik

52

sosialisasi dampak negatif dan dampak postitif adanya pembangunan pabrik

Semen Indonesia di pegunungan Kendeng.

Tahap Prakonflik Peresmian pabrik semen 2014

Tahap konfrontasi 2016 penggugatan masyarakat

Tahap krisis 4 September 2017 Berdemonstrasi di

istana negara

Tahap pasca konflik Sosialisasi dampak pabrik

4. Kasus konflik tanah di Manggarai Flores Barat, tahap prakonflik

dilatarbelakangi oleh hukum adat yang kuat. Tahap knfrontasi pada tahun

1935 perseteruan mulai dirasakan diantara kedua belah pihak yang

berkonflik mengenai Lingko Langkas (tanah adat). Tahap krisis tahun 1989

melibatkan pemerintah yakni adanya kasus penyerobotan tanah di Iteng

yang mengakibatkan 2 warga Golo meninggal karena ingin melindungi

tanah adat nenek moyang mereka. Tahap pasca konflik sudah mulai

berkurang ketegangan diantara pelaku konflik yakni pemerintah dan

masyarakat adat di tahun 1979 namun potensi konflik masih tinggi.

Tahap Prakonflik Pengaruh adat yang kuat

Tahap konfrontasi Pada 1935 perseteruan antar adat

Tahap krisis 1989 konflik dengan pemerintah, 2 warga

Golo meninggal

Tahap pasca konflik Setelah tragedi pembunuhan ketegangan

sudah mulai berkurang namun potensi

konflik masih tinggi

Page 26: BAB II TINJAUAN PUSTAKA DAN TEORI 2.1 Penelitian …eprints.umm.ac.id/47741/2/BAB II.pdfBAB II TINJAUAN PUSTAKA DAN TEORI 2.1 Penelitian Terdahulu ... Dinamika dan struktur konflik

53

5. Kasus konflik tambang pasir di Lumajang, dinamika konflik dibagi menjadi

empat tahap yakni tahap prakonflik pada tahun 2000 masuknya PT IMMS

sebagai korporasi pengelolaan sumber daya alam pasir di lumajang. Tahap

konfrontasi pada tahun 2010 sudah mulai ada kecemburuan antara

masyarakat dengan pemerintah desa Selok awar-awar Lumajang. Tahap

krisis pada tahun 2015 adanya penyiksaan dan pembunuhan aktivis

lingkungan yakni salim kancil dan Tosan warga Desa Selok Awar-Awar

oleh kepala desa Hariyono. Tahap pasca konflik dimana setelah tragedi

salim kancil para aktivis Indonesia dan pemerintahan Kabupaten Lumajang

menghentikan aktivitas penambangan illegal yang dilakukan kepala Desa

Hariyono.

Tahap Prakonflik 2000 masuknya PT IMMS

Tahap konfrontasi 2010 adanya kecemburuan sosial

Tahap krisis 2015 penyiksaan dan pembunuhan aktivis

lingkungan

Tahap pasca konflik 2015 setelah tragedi salim kancil konflik

sudah mulai mereda dan pengehentian

penambangan

2.3 Teori Konflik Ralf Dahrendorf

Teori konflik Ralf Dahrendorf muncul sebagai reaksi atas teori

fungsionalisme struktural yang kurang memperhatikan fenomena konflik dalam

masyarakat. Teori konflik melihat masyarakat sebagai sistem sosial yang terdiri

atas kepentingan yang berbeda dimana ada usaha untuk melemahkan yang lain

Page 27: BAB II TINJAUAN PUSTAKA DAN TEORI 2.1 Penelitian …eprints.umm.ac.id/47741/2/BAB II.pdfBAB II TINJAUAN PUSTAKA DAN TEORI 2.1 Penelitian Terdahulu ... Dinamika dan struktur konflik

54

guna memenuhi kepentingan lainnya sebesar-besarnya. Teori konflik Dahrendorf

memfokuskan pada sisi intensitas dan sarana yang digunakan dalam konflik.

Intensitas merupakan sebagai tingkat keterlibatan yang didalamnya meliputi

tenaga, waktu, biaya dan pikiran. Istilah “Konflik“ secara etimologis berasal dari

Bahasa latin “con” yang artinya bersama dan “figere” yang memiliki arti

benturan atau tabrakan. Dengan demikian, konflik dalam kehidupan sosial sama

dengan benturan kepentingan, keinginan, pendapat, dan lain-lain yang minimal

harus melibatkan dua pihak atau lebih. Konflik merupakan perselisihan atau

persengketaan yang melibatkan dua atau lebih baik individu atau kelompok yang

kedua pihak mempunyai keinginan untuk saling menjatuhkan atau

menyingkirkan atau mengalahkan bahkan menyisihkan (Elly M & Usman Kolip,

2011: 347-348).

Dahrendorf melihat konflik sebagai suatu bentuk adanya kepemilikan

kekuasaan dan otoritas yang melahirkan pembagian kelas (R. Dahrendorf dalam

Margaret M. Poloma, 2004). Lahirnya kekuasaan dan otoritas menimbulkan

adanya pihak yang menguasai dan pihak yang dikuasai. Pada hubungan ini

tercipta sebuah asosiasi yang pelaksanaannya memiliki kontribusi dalam

timbulnya konflik. Timbulnya konflik yang dimaksud adalah berada dalam

masyarakat yang berasal dari konsensus yang telah ada sebelumnya. Konsensus

tersebut berpotensi menimbulkan konflik yang didasari oleh berbagai

kepentingan yang dimiliki oleh masing-masing pihak.

Page 28: BAB II TINJAUAN PUSTAKA DAN TEORI 2.1 Penelitian …eprints.umm.ac.id/47741/2/BAB II.pdfBAB II TINJAUAN PUSTAKA DAN TEORI 2.1 Penelitian Terdahulu ... Dinamika dan struktur konflik

55

Ralf Dahrendorf menjelaskan bahwa kelompok yang memegang kekuasaan

akan memperjuangkan kepentingannya sedangkan kelompok yang tidak

memiliki kekuasaan akan berjuang dan kepentingan mereka sering berbeda

dengan si pihak penguasa dan bahkan bertentangan. Dasar baru dalam

pembentukan kelas merupakan hasil dari kepemilikan otoritas dan kekuasaan.

Dalam struktur tersebut terdapat kelompok yang memegang kekuasaan dan

kelompok yang tidak berpartisipasi dalam proses penundukan. Dahrendorf

berpendapat bahwa di dalam setiap asosiasi yang ditandai oleh pertentangan

terdapat ketegangan di antara mereka yang ikut dalam struktur kekuasan dan

tunduk pada struktur itu (Margaret M. Poloma, 2004, hlm 135). Pada

pertentangan yang dimaksud sering kali disebabkan oleh adanya perbedaan

kepentingan dan mengakibatkan adanya kelompok pertentangan yang

memperjuangkan kepentingannya begitu juga dengan pihak sebaliknya. Jadi

konflik sosial menurut Dahrendorf dikarenakan adanya perbedaan kepentingan

diantara pihak-pihak yang saling berkonflik.

Ralf Dahrendorf melihat pelaku konflik adalah kelompok semu (quasi

group) yaitu para pemegang kekuasaan dengan kepentingan yang sama terbentuk

sehingga munculnnya kelompok kepentingan, kemudian kelompok kepentingan

yang terdiri dari kelompok semu yang lebih luas. Kelompok kepentingan ini

mempunyai organisasi, tujuan, program serta anggota yang jelas. Kelompok

inilah yang menjadi sumber konflik dalam masyarakat (Wirawan, 2012).

Page 29: BAB II TINJAUAN PUSTAKA DAN TEORI 2.1 Penelitian …eprints.umm.ac.id/47741/2/BAB II.pdfBAB II TINJAUAN PUSTAKA DAN TEORI 2.1 Penelitian Terdahulu ... Dinamika dan struktur konflik

56

Menurut Ralf Dahrendorf masyarakat merupakan sekumpulan individu

yang setiap saat tunduk akan proses perubahan dan pertikaian (konflik), dalam

sistem sosial terdapat konflik dan juga berbagai elemen kemasyarakatan

memberikan kontribusi bagi disintegrasi dan perubahan. Suatu bentuk

keteraturan dalam masyarakat berasal dari pemaksaan terhadap anggotanya oleh

pemilik kekuasaan, sehingga penguasa menekankan pemaksaan terhadap

anggotanya dan menekankan tentang peran kekuasaan dalam mempertahankan

ketertiban dalam masyarakat (Mandan, 1986: 290).

Kekuasaan secara sosiologis dimanifestasikan dalam bentuk wewenang

legal formal dan modal-modal ekonomi serta budaya. Dalam konteks konflik

industrial kekuasaan lebih didefinisikan oleh legal formal negara dan modal

ekonomi pasar. Kekuasaan legal formal negara yang mampu bekerjasama

dengan kekuasaan ekonomi pasar yang bisa menentukan keberhasilan ekonomi

suatu negara. Pada pengertian struktural ini dapat dilihat mengenai bagaimana

dua pihak pemilik kekuasaan tersebut melakukan penyimpangan untuk

kepentingan dan tujuan masing-masing pemegang kekuasaan yakni pemerintah

dan pemegang ekonomi pasar.

Page 30: BAB II TINJAUAN PUSTAKA DAN TEORI 2.1 Penelitian …eprints.umm.ac.id/47741/2/BAB II.pdfBAB II TINJAUAN PUSTAKA DAN TEORI 2.1 Penelitian Terdahulu ... Dinamika dan struktur konflik

57

2.4 Resolusi Konflik

Resolusi konflik (conflict settlement) adalah upaya menyelesaikan konflik

baik secara langsung (negosiasi) maupun melalui mediasi secara komprehensif

artinya bahwa kesepakatan yang dibangun bukan hanya berkaitan dengan

dampak yang muncul tetapi juga berkaitan dengan sumber permasalahannya

(Santosa, dalam Hadi, 2006:21).

Susilo (2017: 68) menjelaskan dalam penelitiannya yang berjudul “Praktik

Pembelajaran Sosial Pada Co-Management Air Minum Masyarakat Sekitar

Sumber Air”, tentang praktik konflik sumber daya alam, berawal dari

kelangkaan jumlah sumber mata air, kelangkaan sumber daya alam dimana

pengelola air kurang mengakomodir kepentingan semua stakeholders, dimana

pemerintah masih merasa bahwa memiliki otoritas untuk pendayagunaan air.

Ketika peran antara pemerintah dengan masyarakat lokal berbenturan makan

akan memunculkan konflik-konflik sosial. Untuk mengurangi potensi kelompok

co-management dinilai mampu mengurangi potensi konflik, baik dari komunitas

masyarakat, pemerintah serta pelaku bisnis (swasta).

Cara meningkatkan kesadaran masyarakat tentang pentingnya pengelolaan

sumber daya mampu melahirkan tiga aspek yaitu meningkatkan kesadaran

masyarakat tentang pentingnya keberlanjutan sumber daya alam yang menunjang

kehidupan, meningkatnya partisipasi masyarakat dalam mengelola sumber daya

secara terpadu, mampu meningkatkan kesejahteraan masyarakat dengan tetap

manjamin adanya kelestarian dan keberlanjutan ekologis (Hanif, Hasrul, 2008).

Page 31: BAB II TINJAUAN PUSTAKA DAN TEORI 2.1 Penelitian …eprints.umm.ac.id/47741/2/BAB II.pdfBAB II TINJAUAN PUSTAKA DAN TEORI 2.1 Penelitian Terdahulu ... Dinamika dan struktur konflik

58

Suharko (2016) mengatakan usaha industri yang memanfaatkan sumber

daya alam selalu menimbulkan konflik sosial dan menimbulkan dampak bagi

lingkungan hidup. Konflik tersebut melibatkan masyarakat lokal (termasuk

masyarakat adat) dan korporasi yang didukung pemerintah daerah.

Bagi pemerintah daerah minat investor dan korporasi sangat dinantikan

bahkan diundang, semakin banyak pelaku industri terutama korporasi maka

semakin besar peluang untuk meningkatkan pendapatan asli daerah PAD

(Suharko, 2016: 105)

Novri (2015) mengatakan konflik tanah di Lampung melibatkan

masyarakat adat, petani illegal, perusahaan perkebunan, LSM, polisi dan militer,

Pemerintah Pusat dan Pemerintah daerah. Menurut Novri konflik tanah di

Lampung yang terjadi selama ini didukung konteks lokal yaitu calo tanah dan

bebrapa elit lokal yang juga memanfaatkan lahan kosong di Lampung.

Masyarakat lokal menganggap konflik disini lebih condong memihak elit

ekonomi. Aktor yang mendominasi yakni oligarki ekonomi politik membentuk

sistem hukum untuk melindungi dan mencapai kepentingan elit melalui

pembangunan, oleh karena itu elit politik mendapatkan kekayaan lebih dominan

dalam bentuk hukum atas kepentingan elit.

Konflik sumber daya alam bentuknya sangat beraneka ragam dan tidak

terbatas serta menimbulkan dampak pada lingkungan seperti pencemaran dan

kerusakan lingkungan akibat aktivitas industri. Banyaknya kasus sengketa

lingkungan diselesaikan melalui jalur arbitrasi (pengadilan) namun putusan

Page 32: BAB II TINJAUAN PUSTAKA DAN TEORI 2.1 Penelitian …eprints.umm.ac.id/47741/2/BAB II.pdfBAB II TINJAUAN PUSTAKA DAN TEORI 2.1 Penelitian Terdahulu ... Dinamika dan struktur konflik

59

melalui jalur ini biasanya kurang memuaskan pihak-pihak yang bersengketa.

Pihak masyarakat berada di posisi yang lemah karena kesulitan untuk

mengajukan barang bukti.

Secara sosiologis penyelesaian konflik sumber daya alam bisa diselesaikan

melalui jalur perundingan dengan budaya masyarakat Indonesia yang

mengedepankan musyawarah. Penyelesaian konflik dengan jalur perundingan

lebih efisien dari segi biaya, tenaga dan waktu. Dimana memiliki potensi untuk

menciptakan kesepakatan yang win-win. Dengan adanya kesepakatan win-win

menjamin keberlanjutan hubungan baik diantara para pihak yang berkonflik.

Karena hubungan yang baik ini akan sangat penting karena jika konflik masih

berlanjut karena hubungan antara keduanya akan menimbulkan resistensi dan

akan mengancam kegiatannya baik kegiatan korporasi maupun masyarakatnya,

salah satunya dengan cara akomodasi dimana pihak yang bersengketa

menyetujui untuk memenuhi kepentingan pihak lain dengan mengorbankan

kebutuhannya (Hadi, 2016:21-61).

Susilo (2017: 68) mengatakan tentang praktik konflik sumber daya alam,

berawal dari kelangkaan jumlah sumber mata air, kelangkaan sumber daya alam

dimana pengelola air kurang mengakomodir kepentingan semua stakeholders,

dimana pemerintah masih merasa bahwa memiliki otoritas untuk pendayagunaan

air. Ketika peran antara pemerintah dengan masyarakat lokal berbenturan maka

akan memunculkan konflik-konflik sosial. Untuk mengurangi potensi kelompok

Page 33: BAB II TINJAUAN PUSTAKA DAN TEORI 2.1 Penelitian …eprints.umm.ac.id/47741/2/BAB II.pdfBAB II TINJAUAN PUSTAKA DAN TEORI 2.1 Penelitian Terdahulu ... Dinamika dan struktur konflik

60

co-management dinilai mampu mengurangi potensi konflik, baik dari komunitas

masyarakat, pemerintah serta pelaku bisnis (swasta).

Resolusi konflik sumber daya alam ini dengan cara meningkatkan

kesadaran masyarakat tentang pentingnya pengelolaan sumber daya mampu

melahirkan tiga aspek yaitu meningkatkan kesadaran masyarakat tentang

pentingnya keberlanjutan sumber daya alam yang menunjang kehidupan,

meningkatnya partisipasi masyarakat dalam mengelola sumber daya secara

terpadu, mampu meningkatkan kesejahteraan masyarakat dengan tetap manjamin

adanya kelestarian dan keberlanjutan ekologis (Hanif, Hasrul, 2008).

Novri (2015) mengatakan konflik sumber daya alam tanah di Lampung

juga melibatkan masyarakat adat, petani illegal, perusahaan perkebunan, LSM,

polisi dan militer, Pemerintah Pusat dan Pemerintah daerah. Menurut Novri

konflik tanah di Lampung yang terjadi selama ini didukung konteks lokal yaitu

calo tanah dan bebrapa elit lokal yang juga memanfaatkan lahan kosong di

Lampung. Masyarakat lokal menganggap konflik disini lebih condong memihak

elit ekonomi. Aktor yang mendominasi yakni oligarki ekonomi politik

membentuk sistem hukum untuk melindungi dan mencapai kepentingan elit

melalui pembangunan, oleh karena itu elit politik mendapatkan kekayaan lebih

dominan dalam bentuk hukum atas kepentingan elit.

Page 34: BAB II TINJAUAN PUSTAKA DAN TEORI 2.1 Penelitian …eprints.umm.ac.id/47741/2/BAB II.pdfBAB II TINJAUAN PUSTAKA DAN TEORI 2.1 Penelitian Terdahulu ... Dinamika dan struktur konflik

61

Skema Teori Konflik Ralf dahrendorf

Gambar 1. Skema Teori Konflik Ralf Dahrendolf

Masyarakat

Perbedaan

Kepentingan

Ekonomi:

1. Uang

2. 2. SDA

Korporasi Masyarakat dan LSM

Pemerintah Daerah Kab. Banyuwangi

Dinamika Konflik

1. Prakonflik

2. Konfrontasi

3. Krisis

4. Pasca Konflk