BAB II TINJAUAN PUSTAKA DAN LANDASAN TEORI A. …repository.ump.ac.id/957/3/BAB II_CICIH...

24
BAB II TINJAUAN PUSTAKA DAN LANDASAN TEORI A. Penelitian Relevan 1. Penelitian dengan judul Ánalisis Bentuk-Bentuk Unsur Serapan Bahasa Asing dalam “Berita Apa Kabar Indonesia di TV One” Bulan Desember 2013 oleh Ria Fitriyani. Penelitian tersebut di atas memiliki perbedaan dan persamaan dengan penelitian yang akan dilakukan ini. Perbedaannya yaitu pada objek, data, dan sumber data. Objek yang dilakukan penelitian terdahulu adalah unsur-unsur serapan bahasa asing yaitu bahasa Inggris, bahasa Sansekerta, bahasa Arab, dan bahasa Belanda. Sedangkan objek yang dilakukan peneliti adalah kata serapan bahasa asing yaitu bahasa Inggris dan Belanda. Data penelitian terdahulu adalah kata serapan bahasa asing yaitu bahasa Inggris, bahasa Sansekerta, bahasa Arab, sedangkan data penelitian yang akan dilakukan ini adalah kata serapan bahasa asing yaitu bahasa Inggris dan Belanda. Sumber data pada penelitian terdahulu diambil dari data tulis yang berupa berita dalam Apa Kabar Indonesia Pagi di TV One Bulan Desember 2013, yaitu enam episode berita Apa Kabar Indonesia Pagi yang ditayangkan pada tanggal 12 Desember 2013, 21 Desember 2013, 24 Desember 2013, 25 Desember, 27 Desember 2013, dan 30 Desember 2013, sedangkan sumber data yang dilakukan peneliti adalah wacana tajuk rencana surat kabar Kompas bulan Januari 2016. Persamaan penelitian Ria Fitriyani dengan penelitian ini terletak pada jenis pendekatan penelitian yang digunakan, yaitu deskriptif kualitatif dan sama-sama meneliti unsur serapan dari bahasa asing. 6 Analisis Kata Serapan…, Cicih Utami, FKIP UMP, 2016

Transcript of BAB II TINJAUAN PUSTAKA DAN LANDASAN TEORI A. …repository.ump.ac.id/957/3/BAB II_CICIH...

114

BAB II

TINJAUAN PUSTAKA DAN LANDASAN TEORI

A. Penelitian Relevan

1. Penelitian dengan judul Ánalisis Bentuk-Bentuk Unsur Serapan Bahasa

Asing dalam “Berita Apa Kabar Indonesia di TV One” Bulan Desember 2013

oleh Ria Fitriyani.

Penelitian tersebut di atas memiliki perbedaan dan persamaan dengan

penelitian yang akan dilakukan ini. Perbedaannya yaitu pada objek, data, dan sumber

data. Objek yang dilakukan penelitian terdahulu adalah unsur-unsur serapan bahasa

asing yaitu bahasa Inggris, bahasa Sansekerta, bahasa Arab, dan bahasa Belanda.

Sedangkan objek yang dilakukan peneliti adalah kata serapan bahasa asing yaitu

bahasa Inggris dan Belanda. Data penelitian terdahulu adalah kata serapan bahasa

asing yaitu bahasa Inggris, bahasa Sansekerta, bahasa Arab, sedangkan data penelitian

yang akan dilakukan ini adalah kata serapan bahasa asing yaitu bahasa Inggris dan

Belanda. Sumber data pada penelitian terdahulu diambil dari data tulis yang berupa

berita dalam Apa Kabar Indonesia Pagi di TV One Bulan Desember 2013, yaitu enam

episode berita Apa Kabar Indonesia Pagi yang ditayangkan pada tanggal 12 Desember

2013, 21 Desember 2013, 24 Desember 2013, 25 Desember, 27 Desember 2013, dan

30 Desember 2013, sedangkan sumber data yang dilakukan peneliti adalah wacana

tajuk rencana surat kabar Kompas bulan Januari 2016. Persamaan penelitian Ria

Fitriyani dengan penelitian ini terletak pada jenis pendekatan penelitian yang

digunakan, yaitu deskriptif kualitatif dan sama-sama meneliti unsur serapan dari

bahasa asing.

6

Analisis Kata Serapan…, Cicih Utami, FKIP UMP, 2016

115

2. Penelitian dengan judul Analisis Bentuk Serapan Bahasa Asing Dalam

Rubrik “Opini” Pada Harian Kompas oleh Siti Sumiati.

Penelitian tersebut di atas memiliki perbedaan dan persamaan dengan

penelitian yang akan dilakukan ini. Perbedaannya yaitu pada tujuan penelitian, objek,

dan sumber data. Penelitian terdahulu bertujuan untuk mendeskripsikan proses

interferensi dan integrasi serta mendeskripsikan proses morfologis bentuk kata

serapan bahasa asing antara lain bahasa Arab, bahasa Sansekerta, bahasa Inggris, dan

bahasa Belanda. Tujuan dari penelitian ini adalah mendeskripsikan bentuk-bentuk kata

serapan bahasa asing yaitu bahasa Inggris dan bahasa Belanda serta proses

penyerapannya ke dalam bahasa Indonesia. Objek yang dilakukan penelitian terdahulu

adalah unsur-unsur serapan bahasa asing yaitu bahasa Inggris, bahasa Sansekerta,

bahasa Arab, dan bahasa Belanda. Sedangkan objek yang dilakukan peneliti adalah

kata serapan bahasa asing yaitu bahasa Inggris dan Belanda. Sumber data penelitian

terdahulu adalah rubrik Opini dalam harian Kompas edisi Januari 2010, sedangakan

sumber data yang dilakukan peneliti adalah wacana tajuk rencana surat kabar Kompas

bulan Januri 2016. Persamaan penelitian Siti Sumiati dengan penelitian ini yaitu sama-

sama menggunakan pendekatan penelitian kualitatif dan sama-sama meneliti unsur

serapan bahasa asing.

B. Bahasa Indonesia dan Bahasa Asing

1. Bahasa Indonesia

Menurut Chaer ( 2010: 13) bahasa Indonesia berasal dari bahasa Melayu. Hal

tersebut terbukti dengan ditemukannya sejumlah prasasti atau inskripsi yang ditulis

dengan huruf Pallawa dan dalam bahasa Melayu Kuno. Namun, sekarang ini bahasa

Indonesia yang kita gunakan sebagai bahasa nasional tidak lagi sama dengan bahasa

Analisis Kata Serapan…, Cicih Utami, FKIP UMP, 2016

116

asalnya, yaitu bahasa Melayu. Bahasa Melayu seperti bahasa Melayu Riau kini sama

kedudukannya dengan bahasa-bahasa daerah lain di Indonesia. Dari bahasa Melayu

yang sederhana, bahasa Indonesia telah tumbuh dan berkembang dengan pesat. Selain

sebagai bahasa resmi di Negara Republik Indonesia, bahasa Indonesia telah tumbuh

menjadi bahasa ilmiah. Dalam kedudukannya sebagai bahasa ilmiah, bahasa Indonesia

biasanya digunakan dalam penulisan buku, makalah, laporan penelitian, skripsi, dan

disertasi. Selain itu bahasa Indonesia juga memperkaya dirinya dengan menyerap

unsur-unsur baik dari bahasa daerah maupun dari bahasa asing yang disesuaikan

dengan sistem fonologi, morfologi, dan sintaksisnya. Penyerapan kata-kata asing itu

kemudian diatur dalam buku “Pedoman Umum Ejaan Bahasa Indonesia yang

disempurnakan dan Pedoman Umum Pembentukan Istilah”.

Masuknya struktur bahasa daerah dan bahasa asing ke dalam bahasa Indonesia

memberikan pengaruh yang perlahan-lahan melembaga walaupun tidak sesuai dengan

kaidah bahasa Indonesia. Dengan tidak sengaja pemakai bahasa yang menguasai

bahasa lain akan memasukkan pengaruh bahasa lain itu ke dalam bahasa Indonesia

yang digunakannya. Karena itu, dapat terjadi struktur asli terdesak pemakaiannya oleh

struktur yang dipengaruhi oleh bahasa asing. Hal tersebut biasanya dilakukan oleh

orang yang menguasai dua bahasa atau lebih. Jika pemakai bahasa kurang menguasai

struktur kata atau kalimat bahasa Indonesia yang baku, maka pengaruh bahasa daerah

dan bahasa asing yang sudah mendarah daging dalam dirinya akan muncul dalam

tuturannya.

2. Bahasa Asing

Bahasa asing adalah bahasa yang dikuasai oleh bahasawan, biasanya melalui

pendidikan formal, dan secara sosiokurtural tidak dianggap bahasa sendiri

Analisis Kata Serapan…, Cicih Utami, FKIP UMP, 2016

117

(Kridalaksana, 2011 : 24) . Artinnya, bahasa asing adalah bahasa milik bangsa lain.

Bahasa-bahasa lain yang bukan milik penduduk asli, antara lain bahasa Cina, bahasa

Inggris, bahasa Arab, bahasa Belanda, bahasa Jerman, dan bahasa Perancis. Di dalam

kedudukannya sebagai bahasa asing, bahasa-bahasa tersebut bertugas sebagai sarana

perhubungan antarbangsa, sarana pembantu pengembangan bahasa Indonesia, dan alat

untuk memanfaatkan ilmu pengetahuan dan teknologi modern bagi kepentingan

pembangunan nasional. Dalam hal ini peneliti mengkhususkan bahasa asing yang

digunakan dalam penelitian yaitu bahasa Inggris dan Belanda karena dari hasil

pengamatan awal, bahasa yang banyak digunakan dalam wacana tajuk rencana pada

surat kabar Kompas bulan Januari 2016 didominasi oleh bahasa Inggris dan Belanda.

C. Kata Serapan

1. Pengertian Kata Serapan

Departemen Pendidikan Nasional (2008: 514) menyebutkan bahwa kata

serapan (juga kata pungutan atau kata pinjam) adalah kata yang diserap dari bahasa

lain. Haugen dalam Rukhsan (2000: 14) mengatakan bahwa pemungutan adalah

reproduksi yang diupayakan dalam satu bahasa mengenai pola-pola yang sebelumnya

ditemukan dalam bahasa lain. Kridalaksana (2011: 112) yang kemudian

menamakannya kata pinjam, menyatakan kata pinjaman adalah kata yang dipinjam

dari bahasa lain dan kemudian sedikit banyaknya disesuaikan dengan kaidah bahasa

sendiri. Berdasarkan pendapat di atas dapat disimpulkan bahwa kata serapan adalah

kata yang berasal dari bahasa asing yang masuk ke dalam bahasa Indonesia akibat dari

terjadinya kontak antar bahasa. Kontak tersebut menimbulkan serapan kata yang

bermakna. Dalam bahasa Indonesia jika tidak ditemukan istilah yang tepat, maka

Analisis Kata Serapan…, Cicih Utami, FKIP UMP, 2016

118

bahasa asing dapat dijadikan sebagai sumber peristilahan Indonesia. Istilah baru

tersebut dapat dibentuk dengan jalan menerjemahkan atau menyerap, sekaligus

menerjemahkan istilah asing.

2. Bentuk-Bentuk Kata Serapan dalam Bahasa Asing

Kridalaksana (2011: 32) menyebutkan bahwa bentuk adalah penampakan atau

rupa satuan bahasa; penampakan atau rupa satuan gramatikal atau leksikal dipandang

secara fonis atau grafemis. Kata adalah satuan bahasa yang dapat berdiri sendiri,

terjadi dari morfem tunggal (Kridalaksana, 2011: 110). Dari pendapat tersebut maka

dapat disimpulkan bahwa bentuk kata adalah penampakan satuan bahasa yang dapat

berdiri sendiri. Pada dasarnya unsur-unsur serapan yang masuk ke dalam bahasa

Indonesia adalah kata. Kaitannya dengan penelitian ini, maka pembahasan tentang

bentuk-bentuk kata serapan tidak lepas dari teori bentuk-bentuk kata dalam bahasa

Indonesia. Unsur serapan tersebut ada yang berupa bentuk kata tunggal dan bentuk

kata kompleks. Ramlan (1997: 28) menyebutkan bentuk kata terbagi menjadi dua

yaitu bentuk kata tunggal dan bentuk kata kompleks.

a. Bentuk Kata Tunggal

Menurut Ramlan (1997: 28) bentuk kata tunggal merupakan satuan gramatik

yang tidak terdiri dari satuan yang lebih kecil lagi. Lyons dalam Rukhsan (2000: 13)

menyatakan bahwa kata tunggal merupakan kata yang pangkalnya tidak dapat lagi

diuraikan lagi. Dari pendapat di atas dapat simpulkan bahwa kata tunggal adalah kata

yang tidak memiliki satuan yang bermakna lagi. Bentuk tunggal terdiri dari satu

morfem, dalam bahasa Indonesia misalnya sepeda, rumah, mobil, ber-, beli, dan baju.

Analisis Kata Serapan…, Cicih Utami, FKIP UMP, 2016

119

Sedangkan bentuk kata tunggal pada bahasa asing yaitu kata media, cabinet,

december, dan target.

b. Bentuk Kata Kompleks

Menurut Ramlan (1997: 28) bentuk kompleks adalah satuan yang terdiri dari

satuan-satuan yang lebih kecil lagi. Lyons dalam Rukhsan (2000: 13) menyatakan

bahwa kata kompleks adalah kata yang dapat diuraikan, yang terdiri atas pangkal

bebas dan afiks. Dalam bahasa Indonesia contohnya bersepeda, mendarat, dan

tertinggi. Kata-kata tersebut terdiri dari dua morfem yaitu ber- dan sepeda, meN- dan

darat, serta ter- dan tinggi. Sedangkan contoh kata dari bahasa asing yang yaitu kata

printer dan actor. Kata printer terdiri dari dua morfem yaitu print dan sufiks -er.

Kemudian kata actor juga terdiri dari dua morfem yaitu act dan sufiks –or. Kaitannya

dengan penelitian ini yaitu kata-kata serapan dari bahasa asing yang masuk ke dalam

bahasa Indonesia dapat melalui berbagai proses. Salah satunya yaitu adaptasi atau

penyesuaian secara morfologis.

3. Proses Penyerapan

Bahasa Indonesia sekarang ini berkembang sangat pesat. Di dalam

perkembangannya bahasa Indonesia menyerap unsur dari berbagai bahasa.

Penyerapan tersebut biasanya dari bahasa daerah maupun bahasa asing. Misalnya:

bahasa Jawa, bahasa Sunda, bahasa Sansekerta, bahasa Arab, bahasa Portugis, bahasa

Belanda, bahasa Cina, dan bahasa Inggris. Menurut Chaer (2008: 239) penyerapan

adalah proses pengambilan kosakata dari bahasa asing Eropa (seperti bahasa Belanda,

Analisis Kata Serapan…, Cicih Utami, FKIP UMP, 2016

120

bahasa Inggris, bahasa Portugis, dan sebagainya), maupun bahasa asing Asia (seperti

bahasa Arab, bahasa Parsi, bahasa Sansekerta, bahasa Cina dan sebagainya), termasuk

dari bahasa-bahasa Nusantara (seperti bahasa Jawa, bahasa Sunda, bahasa Minang,

bahasa Bali, dan sebagainya). Artinya, penyerapan yaitu proses pengambilan unsur

dari suatu bahasa (asal bahasa) ke dalam bahasa lain (bahasa penerima) yang

kemudian oleh penuturnya dipakai sebagaimana layaknya bahasa sendiri. Dalam

penelitian ini bahasa yang diserap berasal dari bahasa asing, yaitu Inggris dan

Belanda.

Pusat Pembinaan dan Pengembangan Bahasa (2012: 51-52) menyebutkan

bahwa berdasarkan taraf integrasinya, proses penyerapan unsur asing dalam bahasa

Indonesia dikelompokkan menjadi dua yakni adopsi dan adaptasi. Adopsi yaitu masih

mengikuti cara asing. Adaptasi yaitu menyesuaikan dengan bahasa yang dimasukinya.

Uraian selengkapnya adalah sebagai berikut.

a. Adopsi

Pusat Pembinaan dan Pengembangan Bahasa (2012: 51) menyebutkan bahwa

adopsi merupakan proses penyerapan unsur asing yang belum sepenuhnya terserap ke

dalam bahasa Indonesia. Menurut Santoso dan Suwignyo (2008: 30) adopsi akan

dilakukan jika (i) konsep keilmuan tidak terdapat dalam bahasa Indonesia, (ii)

dipertahankan makna otentiknya, (iii) memang tidak dapat diindonesiakan baik secara

ucapan atau penulisannya, (iv) jika diindonesiakan menghasilkan banyak

sinonim/padan kata, dan (v) bersifat internasional. Adapun contoh kata yang

mengalami adopsi yaitu reshuffle, shuttle cock, bag hand, smash, dan lain sebagainya.

Analisis Kata Serapan…, Cicih Utami, FKIP UMP, 2016

121

Unsur-unsur tersebut dipakai dalam konteks bahasa Indonesia, tetapi cara pengucapan

dan penulisannya masih mengikuti cara asing. Kata-kata serapan bahasa asing tersebut

diserap ke dalam bahasa Indonesia dalam rangka memperkaya kosakata bahasa

Indonesia. Jadi dapat disimpulkan bahwa adopsi adalah pemungutan unsur asing yang

belum sepenuhnya terserap ke dalam bahasa yang dimasukinya dalam hal ini yaitu

bahasa Indonesia.

b. Adaptasi

Pusat Pembinaan dan Pengembangan Bahasa (2012: 52) menyebutkan bahwa

adaptasi adalah proses penyerapan unsur asing yang penulisan dan pengucapannya

disesuaikan dengan kaidah bahasa Indonesia. Adaptasi ialah perubahan bunyi dan

struktur bahasa asing menjadi bunyi dan struktur yang sesuai dengan penerimaan

pendengaran atau ucapan lidah bangsa pemakai bahasa yang dimasukinya (Muslich,

2008:102). Jadi dapat disimpulkan adaptasi merupakan pemungutan unsur asing yang

penulisan dan pengucapannya disesuaikan dengan pendengaran atau ucapan lidah

pemakai bahasa yang dimasukinya. Misalnya kata situasi, kondisi, orientasi, stasiun.

Pusat Pembinaan dan Pengembangan Bahasa (2012: 70) menyebutkan bahwa

penyesuaian atau adaptasi bentuk unsur serapan bahasa asing dibedakan menjadi

empat, yaitu adaptasi fonologis, otografis, fonologis dan ortografis serta adaptasi

morfologis. Adapatasi fonologis yaitu menyesuaikan lafal dalam bahasa Indonesia.

Adaptasi ortografis yaitu menyesuaikan ejaan dalam bahasa Indonesia. Adaptasi

ortografis dan fonologis yaitu menyesuaikan lafal dan ejaan dalam bahasa Indonesia.

Kemudian adaptasi morfologis yaitu menyesuaikan dari struktur bentuk kata dalam

bahasa Indonesia. Uraian selengkapnya sebagai berikut:

Analisis Kata Serapan…, Cicih Utami, FKIP UMP, 2016

122

1) Adaptasi Fonologis atau Lafal

Menurut Muslich (2008: 102) adaptasi fonologis merupakan perubahan bunyi

bahasa asing menjadi bunyi yang sesuai dengan ucapan lidah bangsa pemakai bahasa

yang dimasukinya. Dalam hal ini penulisan kata serapan bahasa asing tidak

mengalami perubahan ke dalam bahasa Indonesia. Artinya, bahasa Indonesia itu tidak

menyerap secara utuh kata-kata dari bahasa asing yang masuk ke dalam bahasa

Indonesia. Bahasa Indonesia hanya menyerap dengan menyesuaikan lafal. Kata-kata

serapan bahasa asing tersebut berasal dari bahasa Inggris dan Belanda. Misalnya kata

video dalam bahasa Inggris dibaca [vidieow] sedangkan dalam bahasa Indonesia

dibaca [video].

2) Adaptasi Ortografis atau Ejaan

Adaptasi ortografis yaitu penyerapan kata-kata bahasa asing dengan

menyesuaikan ejaan atau penulisannya dalam bahasa Indonesia. Artinya, kata-kata

serapan bahasa asing yang diserap dalam bahasa Indonesia tersebut tidak mengalami

penyesuaian lafal. Dalam bahasa Indonesia terdapat kata sains. Kata tersebut

merupakan hasil penyerapan dari kata bahasa Inggris yaitu science. Pengucapan kata

serapan tersebut dalam bahasa Inggris, yaitu [sains] (Echols, 2005: 504), sedangkan

dalam bahasa Indonesia juga [sains], tetapi tulisannya sains bukan science.

3) Adaptasi Fonologis dan Ortografis

Adaptasi fonologis dan ortografis dalam hal ini, yaitu penyesuaian, baik secara

pelafalan maupun penulisannya. Artinya, bahasa Indonesia itu tidak menyerap kata-

kata asing secara utuh melainkan dengan menyesuaikan kaidah dalam bahasa

Analisis Kata Serapan…, Cicih Utami, FKIP UMP, 2016

123

Indonesia. Dalam bahasa Inggris terdapat kata system yang kemudian diserap ke

dalam bahasa Indonesia menjadi sistem. Pengucapan kata serapan tersebut dalam

bahasa Inggris yaitu [sistəm] sedangkan dalam bahasa Indonesia [ sistem].

4) Adaptasi Morfologis

Menurut Muslich (2008: 103) adaptasi morfologis adalah penyesuaian struktur

bentuk kata. Dengan adanya perubahan struktur bentuk kata ini maka akan

berpengaruh pada perubahan bunyi dan penulisan dalam bahasa Indonesia. Misalnya

kata foundation berasal dari bahasa Inggris yang kemudian diserap ke dalam bahasa

Indonesia menjadi fondasi. Kata fondation mempunyai bentuk dasar found. Pada kata

tersebut terdapat sufiks dari bahasa Inggris yaitu –(a) tion yang kemudian berubah

menjadi –(a)si dalam bahasa Indonesia.

D. Proses Morfologis

Menurut Chaer (2008: 25) proses morfologis pada dasarnya adalah proses

pembentukan kata dari sebuah bentuk dasar melalui pembubuhan afiks, pengulangan,

penggabungan, pemendekan, dan pengubahan status. Proses morfologis adalah proses

yang mengubah leksem menjadi kata (Kridalaksana, 2011: 202). Leksem adalah

satuan leksikal dasar abstrak yang mendasari pelbagai betuk inflektif suatu kata;

satuan bermakna yang membentuk kata; satuan terkecil dari leksikon (Kridalaksana,

2011: 141). Sedangkan menurut Seogijo (1989: 18) proses morfologis adalah proses

perubahan bentuk dasar dalam rangka pembentukan kata-kata baru. Dari beberapa

pendapat para ahli di atas dapat disimpulkan bahwa proses morfologis adalah proses

pembentukan kata-kata baru dengan cara menggabungkan morfem yang satu dengan

Analisis Kata Serapan…, Cicih Utami, FKIP UMP, 2016

124

morfem yang lain. Soegijo (1989: 18) menyebutkan di dalam bahasa Indonesia

terdapat tiga proses morfolgis yaitu afiksasi, reduplikasi, dan komposisi. Uraian lebih

lengkapnya sebagai berikut.

1. Afiksasi

Menurut Ramlan (1997: 55) afiks merupakan satuan gramatik terikat yang di

dalam satuan kata merupakan unsur yang bukan kata dan bukan pokok kata, yang

memiliki kesanggupan melekat pada satuan-satuan lain untuk membentuk kata atau

pokok kata baru. Afiks adalah sebuah bentuk, biasanya berupa morfem terikat, yang

diimbuhkan pada sebuah dasar dalam proes pembentukan kata (Chaer,2007:177).

Soegijo (1989: 17) berpendapat afiks merupakan bentuk-bentuk terikat yang

diimbuhkan pada bentuk dasar itu, baik bentuk dasar primer maupun sekunder. Dari

pendapat tersebut dapat disimpulkan bahwa afiks adalah unsur yang bukan kata dan

bukan pokok kata yang diimbuhkan pada sebuah dasar dalam proses pembentukan

kata baru.

Muslich (2008: 38) menyatakan bahwa afiksasi adalah peristiwa pembentukan

kata dengan jalan membubuhkan afiks pada bentuk dasar. Afiksasi adalah proses

pembubuhan afiks pada sebuah dasar atau bentuk dasar (Chaer, 2007: 177). Menurut

Soegijo (1989: 19), afiksasi adalah proses morfologis dalam rangka pembentukan

kata-kata kompleks. Jadi dapat disimpulkan afiksasi adalah proses pembentukan kata

dengan cara membubuhkan afiks pada bentuk dasar. Dalam bahasa Indonesia afiksasi

atau pengimbuhan sangat produktif. Hal tersebut terjadi karena kata pada proses

pembentukannya dengan cara menempelkan unsur-unsur atau bentuk lainnya. Seogijo

(1989: 26-39) menyebutkan afiks dapat digolongkan menjadi empat macam yaitu

sebagai berikut.

Analisis Kata Serapan…, Cicih Utami, FKIP UMP, 2016

125

a. Prefiks

Menurut Kridalaksana (2011: 199) prefiks adalah afiks yang ditambahkan

pada bagian depan pangkal, misalnya ber- pada kata bersepeda. Prefiks adalah afiks

yang diimbuhkan di muka bentuk dasar (Chaer, 2007: 178). Jadi dapat disimpulkan

bahwa prefiks adalah afiks imbuhan yang ditambahkan pada bagian awal sebuah kata

dasar. Menurut Resmini, dkk (2006: 189-190) afiks-afiks dalam bahasa Indonesia,

yang termasuk jenis prefiks, dapat dibagi menjadi 13, yaitu meN-, ber-, di-, ter-, peN-,

pe-, se-, per-, pra-, ke-, a-, maha-, para-. Departemen Pendidikan Nasional (2012: 71)

menjelaskan bahwa prefiks asing yang bersumber pada bahasa Indo-Eropa dapat

dipertimbangkan pemakaiannya di dalam peristilahan Indonesia setelah disesuaikan

ejaannya. Prefiks yang berasal dari bahasa asing antara lain, sebagai berikut.

a-, an-, „tidak, bukan, tanpa‟ tetap a-, an

anemia anemia

aphasia afasia

aneurysm aneurisme

co-, com-, con- „dengan‟, „bersama-sama‟, „berhubungan dengan‟ menjadi ko-,

kom-, kon

coordination koordinasi

commission komisi

concetrate konsentrat

ex- „sebelah luar‟ menjadi eks

exclave ekslave

exclusive eksklusif

im-, in-, il- „tidak‟, „di dalam‟, „ke dalam‟ tetap im-, in-, il

immigration imigrasi

induction induksi

illegal ilegal

meta- „sesudah‟, „berubah‟, „perubahan‟ tetap meta

metamorphosis metamorfosis

metanephros metanefros

dan seterusnya.

Analisis Kata Serapan…, Cicih Utami, FKIP UMP, 2016

126

b. Infiks

Menurut Kridalaksana (2011: 93) infiks adalah afiks yang diselipkan di dalam

bentuk dasar. Infiks adalah afiks yang diimbuhkan di tengah bentuk dasar (Chaer,

2007: 178). Dari pendapat di atas dapat disimpulkan bahwa infiks adalah afiks yang

disisipkan di tengah kata. Dalam bahasa Indonesia contoh infiks adalah: -el pada kata

telunjuk, –er pada kata seruling, dan -em pada kata temurun. Dalam bahasa Sunda -ar-

pada kata barudak dan tarahu. Infiks dalam bahasa Indonesia tidak produktif. Sejak

dari buku-buku tata bahasa tradisional sampai sekarang, infiks bahasa Indonesia tidak

menghasilkan bentukan-bentukan baru. Karena itu, bentuk-bentuk yang mendapatkan

infiksasi itu dipandang sebagai bentuk dasar sekunder (Seogijo, 1989: 31). Sehingga

pembicaraan mengenai infiks kiranya tidak perlu lagi dikemukakan.

c. Sufiks

Menurut Kridalaksana (2011: 230) sufiks adalah afiks yang ditambahkan pada

bagian belakang pangkal; misalnya -an pada ajaran. Sufiks adalah afiks yang

diimbuhkan pada posisi akhir bentuk dasar (Chaer, 2007: 178). Jadi dapat disimpulkan

bahwa sufiks adalah afiks yang diletakkan di belakang bentuk dasar. Dalam bahasa

Indonesia sufiks tergolong afiks yang produktif. Imbuhan tersebut dilekatkan di

bagian akhir bentuk dasar yang merupakan hasil penyerapan dari bahasa asing.

Selain menyerap kosakata dari bahasa asing, untuk memperkaya bentuk

gramatikanyalnya, bahasa Indonesia juga menyerap sejumlah sufiks asing. Dalam

perkembangannya sufiks serapan tersebut mulai melembaga dalam khazanah kosakata

bahasa Indonesia. Badudu (1989: 84) menyebutkan bahwa dalam bahasa Indonesia,

ada unsur bahasa berupa akhiran (sufiks) yang dipungut dari bahasa asing yaitu bahasa

Analisis Kata Serapan…, Cicih Utami, FKIP UMP, 2016

127

Sansekerta, Arab, Belanda dan Inggris. Kaitannya dengan penelitian ini yaitu akhiran

(sufiks) dari bahasa Inggris dan bahasa Belanda yang akan dijelaskan di bawah ini.

1) Akhiran –is

Dalam bahasa Indonesia dikenal kata-kata ekonomis, praktis, logis. Kata-kata

tersebut dipungut dari bahasa Belanda. Dalam bahasa Belanda; economisch, praktisch,

logisch. Jadi dapat disimpulkan bahwa akhiran Belanda yaitu –isch dalam bahasa

Indonesia berubah menjadi –is. Kata-kata tersebut baik dalam bahasa Indonesia

maupun bahasa Belanda merupakan kata sifat.

Berbeda dengan bahasa Belanda, dalam bahasa Inggris yaitu berupa

economical, practical, logical. Melihat bentuk-bentuk yang digunakan dalam bahasa

Indonesia, dapat diartikan bahwa bentuk yang dipakai dalam bahasa Indonesia ialah

bentuk bahasa Belanda. Jika bahasa Indonesia mengambil dari bahasa Inggris maka

bentuk dalam bahasa Indonesianya adalah ekonomikal, praktikal, logikal, sedangkan

bentuk-bentuk tersebut tidak ada dalam bahasa Indonesia.

2) Akhiran –isme

Selain akhiran yang disebutkan di atas terdapat juga akhiran –isme. Dalam

bahasa Indonesia misalnya kolonialisme, modernisme, komunisme. Dalam bahasa

Belandanya yaitu kolonialisme, modernisme, communisme, sedangkan dalam bahasa

Inggris yaitu colonialism, modernism, communism. Dari kedua bentuk tersebut maka

diambil kesimpulan bahwa bentuk-bentuk dalam bahasa Indonesia dipungut dari

bahasa Belanda, bukan bahasa Inggris, karena bentuk bahasa Belanda lebih dekat

kepada bentuk bahasa Indonesianya. Akhiran –isme mengandung makna ajaran,

paham, aliran.

Analisis Kata Serapan…, Cicih Utami, FKIP UMP, 2016

128

3) Akhiran –isasi

Akhiran –isasi merupakan akhiran dari bahasa Belanda. Dalam bahasa

Indonesia akhiran –isasi dapat dijumpai pada bentukan-bentukan seperti spesialisasi,

modernisasi, netralisasi. Dibandingkan dengan bahasa Belanda dan bahasa Inggris

dalam bentuk-bentuk dengan akhiran itu: specialisatie/specialization, modernisatie/

modernization, maka dapat diambil kesimpulan bahwa bentuk bahasa Belanda lah

yang masuk ke dalam bahasa Indonesia karena bentuk dan lafalnya yang sangat dekat

dibandingkan dengan bahasa Inggris.

Akhiran –isasi tidak sama dengan akhiran –asi atau –si. Seperti pada kata

publikasi, produksi, aksi. Dalam bahasa Belanda dan bahasa Inggrisnya yaitu

publicatie/publication, productie/production, actie/action. Dari contoh tersebut dapat

ditarik kesimpulan bahwa bentuk –atie atau –tie dari bahasa Belanda atau –ation/-tion

dari bahasa Inggris menjadi –asi/-si dalam bahasa Indonesia. Selain itu, huruf c dalam

ejaan asing yang dilafalkan /k/ dalam bahasa Indonesia ditulis dengan k.

4) Akhiran –ir

Dalam bahasa Indonesia terdapat akhiran –ir yang dipungut dari bahasa

Belanda. Misalnya pada kata dipublisir dan diprodusir. Bentuk dipublisir diambil dari

bentuk bahasa Belanda gepubliceerd; diprodusir dari bentuk geproduceerd.

Publiceren dan produceren dalam bahasa Belanda merupakan bentuk kata kerja,

sedangkan publicatie dan productie adalah bentuk kata benda. Jika mengambil bentuk

dipublisir, maka yang diambil bentuk kerja yaitu publisir sebagai bentuk dasarnya.

Kemudian dibentuk sekali lagi menjadi kata kerja dalam bahasa Indonesia dengan

Analisis Kata Serapan…, Cicih Utami, FKIP UMP, 2016

129

awalan di-, sedangkan apabila yang diambil bentuk bendanya publikasi dan produksi,

maka membentuknya menjadi kata kerja dengan memberikan awalan di- atau me-

dengan atau tanpa akhiran –kan sebagai imbuhan-imbuhan pembentuk kata kerja

dalam bahasa Indonesia.

publikasi (kata benda) -dipublikasi

atau dipublikasikan (kata kerja)

produksi (kata benda) -diproduksi

atau diproduksikan (kata kerja)

5) Akhiran –ur

Akhiran -ur merupakan akhiran yang dipungut dari bahasa Belanda. Misalnya

kata direktur, inspektur, kondektur. Kata-kata tersebut kemudian ejaannya

diindonesiakan. Artinya, dengan adanya penyesuaian ejaan maka cara menulis dan

pelafalannya pun mengikuti bahasa Indonesia. Dalam bahasa Belanda: directeur,

inspecteur, conductreur. Dalam bahasa Inggrisnya: director, inspector, conductor.

Dari kedua bentuk tersebut dapat ditarik kesimpulan bahwa bentuk bahasa Indonesia

dipengaruhi oleh bentuk bahasa Belanda. Bunyi –eur dijadikan –ur. Apabila kata-kata

tersebut dipungut dari bahasa Inggris yang terjadi bukan –ur melainkan –or.

Selain itu, dalam bahasa Indonesia juga dapat dijumpai pemakaian kata-kata

berakhir –ur yang berasal dari bahasa asing, tetapi bukan berasal dari bentuk –eur.

Kata-kata tersebut misalnya struktur, faktur, miniatur. Kata-kata tersebut diambil dari

bahasa Belanda: structuur, factuur, miniatuur. Bahasa Inggrisnya: structure,

miniature. Dari kedua bentuk di atas dapat ditarik kesimpulan bahwa bentuk –ur

(yang kedua) dalam bahasa Indonesia berasal dari bentuk –uur dalam bahasa

Belanda.

Analisis Kata Serapan…, Cicih Utami, FKIP UMP, 2016

130

6) Akhiran –if

Dalam bahasa Indonesia dijumpai bentuk-bentuk bersaing. Bentuk-bentuk

tersebut seperti: produktif menjadi produktip, aktif menjadi aktip, positif menjadi

positip. Dalam bahasa Belanda productief, actief, positief. Sedangkan dalam bahasa

Inggris productive, active, positive. Akhiran –ive dalam bahasa Inggris dan akhiran –

ief dalam bahasa Belanda dalam bahasa Indonesia menjadi kata bentuk –if. Jadi dapat

disimpulkan bahwa huruf v dan f yang dilafalkan /f/ dalam bahasa Indonesia ditulis f.

Huruf f tersebut sudah ditetapkan dalam abjad sebagai salah satu huruf bahasa

Indonesia. Sehingga, tidak perlu huruf f diganti dengan p, demikian juga huruf v tidak

perlu diganti menjadi p, terkecuali pada beberapa kata yang sudah melembaga seperti

kata pikir dan paham.

7) Akhiran –al

Pedoman ejaan yang disempurnakan dalam Badudu (1989: 100) menyatakan

bahwa untuk bentuk –al mengacu pada bahasa Inggris. Kata-kata dalam bahasa

Inggris yaitu structural dan formal, sedangkan dalam bahasa Belanda structureel dan

formeel. Melihat bentuk-bentuk yang digunakan dalam bahasa Indonesia, dapat

diartikan bahwa bentuk yang dipakai dalam bahasa Indonesia ialah bentuk bahasa

Inggris. Jika bahasa Indonesia mengambil dari bahasa Belanda maka bentuk dalam

bahasa Indonesianya adalah strukturil dan formil, sedangkan bentuk-bentuk tersebut

tidak ada dalam bahasa Indonesia. Dalam hal ini ada pengecualian, bentuk yang

berbeda (-il dan –al) yang masing-masing mempunyai makna sendiri-sendiri sehingga

tidak perlu kedua-duanya dijadikan –al. Misalnya, kata moril berbeda maknanya

dengan kata moral, misalnya pendidikan moral artinya „pendidikan akhlak‟ tidak

dapat dikatakan pendidikan moril.

Analisis Kata Serapan…, Cicih Utami, FKIP UMP, 2016

131

8) Akhiran –logi

Dalam bahasa Indonesia dapat dijumpai kata-kata yang berakhiran –logi.

Akhiran tersebut dipungut dari bahasa Inggris. Dalam bahasa Belanda yaitu –logie dan

dalam bahasa Inggris –logy. Misalnya dalam bahasa Belanda technologie sedangkan

dalam bahasa Inggris yaitu technology. Kedua bentuk tersebut kemudian diserap

dalam bahasa Indonesia menjadi teknologi. Dalam bahasa Indonesia, huruf g pada –

logi dilafalkan sebagai bunyi /g/ sama halnya dengan bahasa Inggris sedangkan dalam

bahasa Belanda cenderung kepada bunyi /kh/.

9) Akhiran –oir/oire → -oar

Dari yang disebutkan di atas, terdapat satu lagi akhiran yang dipungut dari

bahasa Asing, yaitu akhiran –oar. Seperti kata dresoar, trotoar, repoterter. Badudu

(1989: 102) menyebutkan kata-kata tersebut dipungut dari bahasa Perancis yang

dipungut melalui bahasa Belanda, kemudian dipungut lagi oleh bahasa Indonesia.

Dalam ejaan aslinya yaitu dressoir, trottoir, reportire. Akan tetapi karena dalam

bahasa Indonesia tidak terdapat huruf i yang dibaca a maka bahasa Indonesia

menyerap dengan bentuk –oar baik dari penulisan maupun pelafalannya.

Depatemen Pendidikan Nasional (2012: 77) menyebutkan bahwa sufiks asing

dalam bahasa Indonesia dianggap sebagai bagian dari kata berafiks yang utuh. Kata

seperti standarisasi, implementasi, dan objektif diserap secara utuh di samping kata

standar, implemen, dan objek. Di bawah ini adalah daftar sufiks dari bahasa asing

sebagai berikut.

- ancy, -ency (Inggris) menjadi –ansi, -ensi

efficiency efisiensi

frequency frekuensi

relevancy relevansi

Analisis Kata Serapan…, Cicih Utami, FKIP UMP, 2016

132

- atie (Belanda), -(a) tion (Inggris) menjadi –(a) si

actie, action aksi

publicatie, publication publikasi

- eur (Belanda) menjadi –ur

conducteur, conductor kondektur

directeur, director direktur

inspecteur, inspector inspektur

- icle (Inggris) menjadi –ikel

article artikel

particle partikel

- iteit (Belanda), -ity (Inggris) menjadi –itas

faciliteit, facility fasilitas

realiteit, reality realitas

dan lain seterusnya.

d. Konfiks

Menurut Chaer (2007:179), konfiks adalah afiks yang berupa morfem terbagi

yang bagian pertama berposisi pada awal bentuk dasar dan bagian yang ke dua

berposisi pada akhir bentuk dasar. Konfiks juga merupakan afiks tunggal yang terjadi

dari dua bagian yang terpisah; misal ke-an dalam kata keadaan, kelaparan, dan lain-

lain (Kridalaksana, 2011: 130). Konfiks ialah dua buah unsur afiks yang secara

bersama-sama melekat pada bentuk dasar dan secara bersama-sama pula mendukung

satu makna dan satu fungsi (Soegijo, 1989: 35). Jadi, dapat disimpulkan bahwa

konfiks adalah afiks yang melekat di depan dan belakang bentuk dasar. Dalam bahasa

Indonesia yang tergolong sufiks ialah: ke-an, pe-an, per-an, dan ber-an.

2. Reduplikasi

Menurut Chaer (2007: 182-183) reduplikasi adalah proses morfemis yang

mengandung bentuk dasar, baik secara keseluruhan secara sebagian (parsial), maupun

dengan perubahan bunyi. Oleh karena itu lazim dibedakan adanya reduplikasi penuh,

Analisis Kata Serapan…, Cicih Utami, FKIP UMP, 2016

133

seperti kursi-kursi (dari dasar kursi), reduplikasi sebagian seperti kata lelaki (dari

dasar laki), dan reduplikasi dengan perubahan bunyi seperti bolak-balik (dari dasar

balik). Menurut Ramlan (1997: 63), proses pengulangan atau reduplikasi adalah

pengulangan satuan gramatikal, baik seluruhnya maupun sebagiannya, baik dengan

variasi fonem maupun tidak. Reduplikasi merupakan proses dan hasil pengulangan

satuan bahasa sebagai alat fonologi atau gramatikal (Kridalaksana, 2011: 208). Hasil

pengulangan itu disebut kata ulang, sedangkan satuan yang diulang merupakan bentuk

dasar. Dari beberapa pendapat di atas dapat disimpulkan reduplikasi adalah proses

pengulangan suatu kata baik secara keseluruhan atau sebagian, baik dengan variasi

fonem atau tidak. Dalam bahasa Indonesia reduplikasi termasuk proses morfologis

yang kurang produktif. Hal tersebut karena reduplikasi dalam bahasa Indonesia ada

yang secara leksikal dapat diganti dengan suatu leksem. Misalnya pada kata tamu-

tamu dapat diganti dengan kata para tamu. Penyebab lain adalah sistem bahasa

Indonesia tidak mengenal jamak (plural).

Ramlan (1997: 69) menyatakan bahwa berdasarkan cara mengulang bentuk

dasarnya, pengulangan dapat digolongkan menjadi empat golongan. Pertama,

pengulangan seluruh, yaitu pengulangan seluruh bentuk dasar, tanpa perubahan fonem

dan penambahan afiks. Dalam bahasa Indonesia misalnya kata sepeda menjadi

sepeda-sepeda. Kedua, pengulangan sebagian, yaitu pengulangan sebagian dari

bentuk dasar. Misalnya dari kata mengambil menjadi mengambil-ambil. Ketiga,

pengulangan yang berkombinasi dengan pembubuhan afiks, maksudnya pengulangan

terjadi bersama-sama dengan proses pembubuhan afiks dan bersama-sama pula

mendukung satu fungsi. Dalam bahasa Indonesia, misalnya kata kereta menjadi

kereta-keretaan. Keempat, pengulangan dengan perubahan fonem, yaitu pengulangan

Analisis Kata Serapan…, Cicih Utami, FKIP UMP, 2016

134

dengan perubahan bunyi. Dalam bahasa Indonesia, contohnya sangat sedikit, misalnya

bolak-balik, gerak-gerik, sayur-mayur, dan sebagainya.

3. Komposisi

Menurut Chaer (2007: 185) komposisi adalah hasil dan proses penggabungan

morfem dasar dengan morfem dasar, baik yang bebas maupun yang terikat, sehingga

terbentuk sebuah konstruksi yang memiliki identitas leksikal yang berbeda, atau yang

baru. Perpaduan atau pemajemukan atau komposisi ialah proses penggabungan dua

leksem atau lebih yang membentuk kata (Kridalaksana, 1992: 104). Jadi dapat

disimpulkan komposisi merupakan proses menggabungkan morfem dasar dengan

morfem dasar sehingga membentuk kata baru. Kata yang terjadi dari gabungan dua

kata itu lazim disebut kata majemuk (Ramlan, 1997: 76). Kata majemuk ialah

gabungan dua buah morfem atau lebih yang membentuk kesatuan makna dan

bercirikan sebuah kata (Soegijo, 1989: 63). Misalnya rumah sakit, meja makan,

kepala batu, dan keras hati.

Pusat Pembinaan dan Pengembangan Bahasa (2012: 87-90) menyebutkan

bahwa istilah bentuk majemuk atau kompositum merupakan hasil penggabungan dua

bentuk atau lebih, yang mejadi satuan leksikal baru. Gabungan kata itu berupa (1)

gabungan bentuk bebas dengan bentuk bebas, (2) bentuk bebas dengan bentuk terikat,

atau (3) bentuk terikat dengan bentuk terikat.

a. Gabungan Bentuk Bebas dengan Bentuk Bebas

Gabungan bentuk bebas merupakan penggabungan dua unsur atau lebih, yang

unsur-unsurnya dapat berdiri sendiri sebagai bentuk bebas. Gabungan bentuk bebas

Analisis Kata Serapan…, Cicih Utami, FKIP UMP, 2016

135

meliputi: pertama, gabungan bentuk dasar dengan bentuk dasar, merupakan

penggabungan dua bentuk dasar atau lebih, misalnya rawat jalan, dengan bentuk

dasar rawat dan jalan. Kedua, gabungan bentuk dasar dengan bentuk berafiks,

merupakan penggabungan bentuk dasar dan bentuk berafiks, misalnya sistem

pencernaan, kata pencernaan mempunyai bentuk dasar cerna dan mendaptkan

imbuhan peN- dan –an. Ketiga gabungan bentuk berafiks dengan bentuk berafiks,

yaitu penggabungan bentuk berafiks dengan bentuk berafiks, contohnya perawatan

kecelakaan, kata perawatan mempunyai bentuk dasar rawat dan mendapat imbuhan

peN- dan –an sedangkan kata kecelakaan mempunyai bentuk dasar celaka mendapat

imbuhan ke- dan -an.

b. Gabungan Bentuk Bebas dengan Bentuk Terikat

Istilah majemuk bentuk gabungan ini merupakan penggabungan dua bentuk

atau lebih yang salah satu unsurnya tidak dapat berdiri sendiri. Dalam hal ini

gabungan bentuk bebas dengan bentukan terikat berasal dari serapan bahasa asing

yang kemudian diserap ke dalam bahasa Indonesia. Semua ini menunjukan kata-kata

serapan yang masuk ke dalam bahasa Indonesia itu melalui berbagai proses salah

satunya bentuk gabungan. Ada sejumlah bentuk terikat yang dapat digunakan dalam

pembentukan istilah yang berasal dari bahasa Jawa Kuno dan Melayu, misalnya:

bentuk catur- bergabung dengan wulan sehingga menjadi caturwulan dalam bahasa

Inggris menjadi quarter. Ada lagi pada bentuk pasca- yang bergabung dengan sarjana

menjadi pascasarjana kemudian dalam bahasa Inggris postgrduate.

Sementara itu, bentuk terikat yang berasal dari bahasa asing Barat dengan

beberapa pengecualian langsung diserap bersama-sama dengan kata lain yang

Analisis Kata Serapan…, Cicih Utami, FKIP UMP, 2016

136

mengikutinya. Misalnya gabungan bentuk asing Barat dengan kata Melayu-Indonesia

yaitu kata modernization berubah menjadi modernisasi. Selain itu, juga terdapat pada

kata globalization berubah menjadi globalisasi. Kemudian gabungan bentuk bebas

dan bentuk terikat seperti –wan dan –wati dapat dilihat pada kata ilmuan yang berasal

dari bentuk scientist.

c. Gabungan Bentuk Terikat dengan Bentuk Terikat

Istilah majemuk gabungan ini merupakan penggabungan bentuk terikat dan

bentuk terikat unsur itu ditulis serangkai, tidak diberi tanda hubung. Dalam bahasa

Inggris misalnya kata decade. Kata tersebut kemudian diserap ke dalam bahasa

Indonesia menjadi dasawarsa. Selain itu, terdapat kata swantara yang berasal dari

bentuk selfgoverment. Dari kedua bentukan tersebut menunjukkan bahwa tidak diberi

tanda penghubung.

E. Tajuk Rencana

1. Pengertian Tajuk Rencana

(Romli, 2009: 91) menyatakan tajuk rencana atau yang biasa disingkat „tajuk‟

dikenal sebagai „induk karangan‟ sebuah media massa. Kuncoro (2009: 33)

menyebutkan tajuk rencana merupakan artikel utama dalam surat kabar yang berisi

pandangan atau pendapat redaksi terhadap peristiwa/isu yang sedang hangat

dibicarakan pada saat surat kabar itu ketika diterbitkan. Tajuk rencana atau yang

sering disebut editorial adalah opini yag berisi berisi pendapat/sikap resmi suatu

media sebagai institusi penerbitan terhadap persoalan aktual, fenomenal, atau

kontroversial yang berkembang di masyarakat (Pujanarko dalam Kuncoro, 2009: 33).

Dari pendapat di atas disimpulkan bahwa tajuk rencana adalah artikel pokok dalam

Analisis Kata Serapan…, Cicih Utami, FKIP UMP, 2016

137

surat kabar, mengenai masalah aktual, fenomenal atau kontroversial yang berkembang

di masyarakat. Tajuk rencana juga merupakan pandangan redaksi mengenai peristiwa

yang sedang menjadi pembicaraaan pada saat surat kabar itu ketika diterbitkan. Tajuk

rencana yang berupa artikel pendek dan mirip dengan kolom, biasanya ditulis oleh

pimpinan redaksi atau redaktur. Opini yang ditulis pihak redaksi tersebut diasumsikan

dapat mewakili redaksi sekaligus mencerminkan pendapat dan sikap resmi media yang

bersangkutan.

2. Fungsi Tajuk Rencana

Tajuk rencana biasanya ditulis secara panjang, hal ini bertujuan untuk

memberikan kesempatan kepada penulisnya untuk memasukan analisisnya dan

menguraikan permasalahan yang ingin diungkapkannya. Karena hal tersebut,

(Djuroto, 2004: 78) menyebutkan tajuk rencana mempunyai kebebasan dalam

menguraikan masalah, sehingga ada beberapa fungsi dari tajuk rencana yaitu, a)

meramalkan, yaitu isi dari tajuk rencana biasanya berupa analisis yang bersifat ke

depan, dari peristiwa aktual yang kini terjadi. Artinya, penulis memasukan

imajinasinya untuk memprediksi atau meramal kejadian-kejadian yang akan datang

berdasarkan informasi yang melatar belakangi ditulisnya sebuah tajuk rencana, b)

memaparkan, maksudnya penulisan tajuk rencana biasanya digunakan untuk

memaparkan kembali berita atau peristiwa yang kurang jelas dalam pemuatan

penerbitannya, jadi penulis berfungsi sebagai guide dalam memperjelas informasi

pemberitaannya, c) mengungkapkan, selain bersandar pada informasi pemberitaan

penerbitannya, penulis tajuk rencana biasanya mengangkat permasalahan yang

dihadapi oleh masyarakat sebagai sumber informasinya. Jadi penulis harus

mempunyai kepekaan dalam menjaring aspirasi masyarakat.

Analisis Kata Serapan…, Cicih Utami, FKIP UMP, 2016