BAB II TINJAUAN PUSTAKA DAN LANDASAN...
Transcript of BAB II TINJAUAN PUSTAKA DAN LANDASAN...
-
II-1
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA DAN LANDASAN TEORI
Pada bab ini berisikan 2 hal yaitu tinjauan pustaka dan landasan teori.
Tinjauan pustaka membahas mengenai tugas akhir maupun literatur pendukung
lainnya yang menjadi referensi dan inspirasi dalam pembuatan proyek akhir ini.
Sedangkan landasan teori berisi teori-teori yang berkaitan dengan bagian-bagian
yang digunakan pada proyek akhir ini.
2.1 Tinjauan Pustaka
Dibawah ini merupakan beberapa proyek lain yang berkaitan dalam
pembuatan proyek akhir ini antara lain :
Tabel II. 1 Tinjauan pustaka
No. Identitas Metoda Kelebihan Kekurangan
1. Rancang
Bangun
Coolbox
Penyimpan
Makanan
dengan
Menggunakan
Aplikasi
Termoelektrik
/ Roby Rinaldo
/ 2011 [1]
Coolbox untuk menyimpan
dan mendinginkan
makanan, menggunakan 2
buah elemen peltier tipe
TEC-12706. Setelah
dilakukan pengujian, daya
yang digunakan sebesar 72
watt. Selama 2 jam
pengujian suhu terendah
yang terukur 8,2 °C (tanpa
beban) dan 10,1 °C
(dengan beban)
Suhu
terendah
yang dicapai
10,1 °C
dengan beban
dan saat
tanpa beban
8,2°C
Sumber
tegangan yang
digunakan
memiliki arus
yang besar
yaitu 23A
-
II-2
2. Rancang
Bangun
Coolbox
Pendingin
Minuman
Menggunakan
Aplikasi
Termoelektrik
dengan Isolasi
Glasswool/
Muzani
Iskandar/ 2011
[2]
Coolbox ukuran kabin
15cmx10cmx7cm untuk
menyimpan dan
mendinginkan minuman
dengan menggunakan 1
buah elemen peltier tipe
TEC-12706. Daya sebesar
32,76 watt. Setelah
dilakukan pengujian, suhu
terendah sebesar 10,6 °C
pada menit ke-60
Dengan
ukuran kabin
yang cukup
besar dan
jumlah peltier
yang sedikit
dapat
menghasilkan
suhu yang
rendah yaitu
10,6 °C
Isolasi kabin
menggunakan
glasswool,
dimana bahan
glasswool ini
dapat
menyebar
kemana-mana
jika terkena
angin (kipas)
3. Laporan Kerja
Praktek dan
Analisa DC
Cooler sebagai
Perangkat
Pendingin
pada Rectifier
Outdoor
Cabinet
(ODC) di PT
Graha Sumber
Prima
Elektronik/
Nafia
Kurnisari/
2016 [3]
Pembahasan mengenai DC
Cooler sebagai pendingin
kabin panel yang kerjanya
dikendalikan berdasarkan
suhu kabin yang terbaca
oleh LM35. Jika suhu
kabin > 24°C maka DC
Cooler akan aktif
sedangkan ketika suhu
kabin < 25°C maka DC
Cooler tidak aktif. DC
Cooler ini menggunakan 7
buah elemen peltier yang
dipasang secara seri
Dapat
menjaga suhu
dalam panel
yang
ukurannya
cukup besar
dan pengaruh
suhu dari
lingkunganny
a juga besar
Membutuhkan
daya yang
besar
Berdasarkan dari tinjauan pustaka yang terlihat pada tabel II.1, maka pada
proyek akhir ini dibuat sebuah alat pendingin berupa kotak untuk menyimpan buah
-
II-3
strawberry selama proses pendistribusian, dimana untuk pendinginnya tersebut
menggunakan 4 buah elemen peltier dengan tipe yang sama seperti pada ketiga
tinjauan pustaka di atas yaitu TEC-12706 yang dirangkai secara seri-paralel dengan
masing-masing 2 buah peltier diserikan, lalu kedua rangkaian seri tersebut
dihubungkan secara paralel. Hal tersebut dilakukan untuk mengatasi kekurangan
tinjauan pustaka nomor 1 dan 3 yaitu mengurangi daya dan sumber arus yang
dibutuhkan karena dengan dirangkai secara seri-paralel, rakitan peltier dapat
bekerja dengan sumber tegangan dari baterai 12V 7Ah. Selanjutnya, mengatasi
kekurangan dari tinjauan pustaka nomor 2 yaitu alat ini tidak dilapisi glasswool
pada bagian dalamnya, melainkan dilapisi oleh aluminium foil berlapis busa karena
dalam pemasangannya lebih mudah dan dapat meredam panas serta menjaga suhu
dalam kotak tetap rendah. Proyek akhir ini berjudul “Penstabil Suhu Dalam Kotak
Pada Pendistribusian Buah Strawberry Menggunakan Elemen Peltier”. Adapun
teori-teori pendukung dalam pengerjaan proyek akhir, terdapat pada landasan teori
berikut ini.
2.2 Landasan Teori
Bagian ini berisi penjelasan mengenai teori penunjang sebagai referensi
yang berkaitan dengan bagian-bagian yang digunakan pada proyek akhir ini. Materi
yang akan dibahas yaitu mengenai sistem pendingin, termoelektrik, mikrokontroler,
sensor yang digunakan, LCD dan cara pendistribusian buah strawberry.
2.2.1 Sistem Refrigerasi
Refrigerasi adalah proses pengambilan kalor atau panas dari suatu benda
atau ruang untuk menurunkan suhunya. Sistem refrigerasi yang umum dan mudah
dijumpai adalah sistem refrigerasi kompresi uap dan pada sistem ini terdapat
refrigeran yakni suatu senyawa yang dapat berubah fase secara cepat dari uap ke
cair dan sebaliknya. Pada saat terjadi perubahan fase dari cair ke uap, refrigeran
akan mengambil kalor (panas) dari lingkungan. Sebaliknya, saat berubah fase dari
uap ke cair, refrigeran akan membuang kalor (panas) ke lingkungan
sekelilingnya[5].
Pada sistem refrigerasi kompresi uap terdapat beberapa komponen utama
yaitu kompresor, kondensor, evaporator, katup ekspansi dan refrigeran sedangkan
pada sistem refrigerasi termoelektrik tidak menggunakan komponen-komponen
-
II-4
terssebut, untuk itu dalam sistem refrigerasi menggunakan termoelektrik tidak ada
bagian-bagian yang bergerak sehingga tidak ada getaran dan lebih ramah
lingkungan karena tidak membutuhkan refrigeran. Namun, sistem refrigerasi
termoelektrik memiliki kekurangan jika dibandingkan dengan sistem refrigerasi
kompresi uap yaitu koefisien kinerjanya relatif sangat rendah sehingga hanya
efektif jika diaplikasikan pada objek pendingin yang kecil serta daya yang kecil.
2.2.1.1 Termoelektrik
Termoelektrik merupakan teknologi yang bekerja dengan mengkonversikan
energi kalor (perbedaan suhu) menjadi listrik secara langsung atau sebaliknya
mengkonversikan energi listrik menjadi proses pompa kalor. Termoelektrik
dipengaruhi oleh tiga hal, yaitu efek seebeck, efek peltier dan efek thompson[4].
1. Fenomena Termoelektrik
a. Efek Seebeck
Efek seebeck merupakan fenomena yang mengubah perbedaan suhu menjadi
energi listrik. Ketika terdapat dua bahan yang berbeda dihubungkan dalam
suatu rangkaian tertutup dan kedua ujungnya disambungkan serta dibuat
dengan suhu yang berbeda, maka arus listrik akan mengalir dalam rangkaian
tersebut. Jika terdapat arus listrik dalam suatu rangkaian maka terdapat
tegangan pula pada rangkaian tersebut, sehingga dapat dikatakan bahwa
perbedaan suhu dapat mengakibatkan perbedaan tegangan, seperti yang terlihat
pada gambar II.1.
Gambar II. 1 Efek seebeck[4]
-
II-5
Sedangkan koefisien seebeck dinyatakan sebagai perubahan tegangan pada
setiap unit perbedaan suhu pada kedua ujung logam seperti pada persamaan
(1). Koefisien seebeck ini bisa bertanda positif dan negatif bergantung arah
alirah elektron.
𝑆 =𝑑𝑉
𝑑𝑇……………………………………………………………… . . (1)
Keterangan:
S = Koefisien Seebeck
dV = Kenaikan perbedaan tegangan
dT = Kenaikan perbedaan suhu
b. Efek Peltier
Efek peltier merupakan kebalikan dari efek seebeck, yaitu ketika dua buah
bahan yang berbeda disambungkan dan diberi arus listrik searah maka akan
terjadi fenomena pompa kalor. Pada satu sisi akan bersuhu rendah atau dingin
karena adanya penyerapan kalor dan sisi yang lainnya akan bersuhu tinggi atau
panas karena adanya pelepasan kalor, seperti yang terlihat pada gambar II.2.
Gambar II. 2 Efek peltier[4]
Efek seebeck dan efek peltier bersifat reversible artinya jika pemberi arus
terbalik positif dan negatifnya maka sisi yang panas dan dingin akan bertukar.
-
II-6
c. Efek Thompson
Efek Thompson menjelaskan bahwa jika suatu arus listrik dilewatkan melalui
suatu konduktor yang memiliki gradient temperature melebihi panjangnya,
kalor hanya akan diserap oleh konduktor atau dilepaskan dari konduktor[4].
2. Prinsip Kerja Pendingin Termoelektrik
Prinsip kerja pendingin termoelektrik berdasarkan efek peltier, yaitu ketika
arus DC dialirkan ke elemen peltier yang terdiri dari beberapa pasang sel
semikonduktor tipe p (semikonduktor yang memiliki tingkat energi yang lebih
rendah) dan tipe n (semikonduktor yang memiliki tingkat energi yang lebih tinggi),
maka akan mengakibatkan salah satu permukaan elemen peltier menjadi dingin
karena terjadi penyerapan kalor dan permukaan yang lainnya menjadi panas karena
terjadi pelepasan kalor, skema aliran peltier seperti yang terlihat pada gambar II.3.
Permukaan elemen peltier yang menjadi panas maupun dingin tergantung dari arah
aliran arus listriknya.
Gambar II. 3 Skema aliran peltier
(Sumber: www.huimao.com)
Elektron mengalir dari semikonduktor tipe p yang kekurangan energi,
menyerap kalor pada bagian yang didinginkan kemudian mengalir ke
semikonduktor tipe n. Semikonduktor tipe n yang kelebihan energi membuang
energi tersebut ke lingkungan dan mengalir ke semikonduktor tipe p dan seterusnya
seperti yang terlihat pada gambar II.4.
-
II-7
Gambar II. 4 Arah aliran elektron pada modul termoelektrik[6]
3. Komponen Dasar Sistem Pendingin Termoelektrik
Pendingin termoelektrik membutuhkan heatsink yang terbuat dari
aluminium atau tembaga yang berfungsi untuk memperluas lahan hantaran panas
dan dingin yang dihasilkan oleh elemen peltier sehingga membantu proses
pendinginan. Pemakaiannya dipadukan dengan kipas DC untuk lebih
mengoptimalkan penyerapan dan pelepasan kalor. Digunakan 2 buah heatsink,
yaitu heatsink untuk sisi dingin dan heatsink untuk sisi panas. Heatsink akan
menyerap kalor pada sisi dingin elemen peltier dan membuang kalor pada sisi panas
elemen peltier. Heatsink pada sisi panas lebih besar ukurannya dibandingkan
heatsink pada sisi dingin agar proses pembuangan panas lebih cepat. Selain
menggunakan heatsink dan kipas DC, juga menggunakan isolator yang terbuat dari
busa yang berfungsi sebagai pemisah antara heatsink dingin dengan heatsink panas.
Bahan busa yang digunakan memiliki konduktivitas termal yang kecil sehingga
tidak dapat mengalirkan kalor yang membuat suhu panas maupun dingin yang
dihasilkan elemen peltier tidak bercampur. Komponen selanjutnya yaitu thermal
paste yang berfungsi untuk mengurangi hambatan panas permukaan antara heatsink
dan peltier, mengisi ruang atau celah kosong antara heatsink dengan peltier akibat
permukaan heatsink dan peltier yang kasar atau tidak rata, sehingga dengan
dioleskannya thermal paste akan memperbesar kontak area ini.
-
II-8
2.2.2 Mikrokontroler
Mikrokontroler merupakan sebuah sistem komputer yang seluruh atau
sebagian besar elemennya dikemas dalam satu chip IC dan mempunyai satu atau
beberapa tugas yang sangat spesifik, berbeda dengan PC yang memiliki beragam
fungsi[14]. Di dalam satu chip IC yang siap pakai tersebut terdapat I/O, RAM,
ROM, CPU, Clock dan peralatan internal lainnya yang saling terhubung dengan
baik. Mikrokontroler mempunyai masukan dan keluaran digital serta kendali
dengan program yang bisa ditulis dan dihapus dengan cara khusus. Kelebihan
dengan menggunakan mikrokontroler ini adalah:
1. Dalam sistem pengoprasian, mikrokontroler tidak tergantung pada
komputer, sehingga komputer hanya digunakan untuk download
perintah instruksi atau program.
2. Mikrokontroler terbentuk dalam satu chip, dimana prosesor, serta I/O
terintegrasi menjadi satu kontrol sistem.
3. Mikrokontroler memiliki fasilitas tambahan yaitu dalam pengembangan
memori dan I/O yang disesuaikan dalam kebutuhan sistem.
4. Penggerak pada mikrokontroler ini menggunakan bahasa assembly
dengan berpacu pada digital dasar sehingga dalam pengoprasian sistem
lebih mudah dijalankan.
Mikrokontroler yang digunakan pada proyek akhir ini adalah Atmega 8535
yang digunakan untuk mengontrol suhu dan tegangan baterai dan berikut ini adalah
teori mengenai Atmega 8535.
2.2.2.1 Mikrokontroler ATMega 8535
Salah satu jenis mikrokontroler yaitu mikrokontroler ATMega 8535,
dimana ATMega 8535 ini memiliki beberapa kelebihan jika dibandingkan dengan
mikrokontroler yang lainnya, yaitu:
a. Memiliki 8 channel ADC dengan resolusi 10 bit dengan metoda
pengonversian menggunakan Succesive Aproximation
b. Dilengkapi dengan programmable serial USART
c. Portal komunikasi serial (USART) dengan kecepatan maksimal 2,5 Mbps
d. Memiliki perangkat antarmuka serial two-wire dengan orientasi byte
e. Memiliki timer internal yang dapat difungsikan sebagai Real-Time Timer
-
II-9
f. Pengoperasian memerlukan tegangan rendah, yaitu 4,5V s.d 5,5V
g. Pemrograman dapat dilakukan dengan mudah karena mikrokontroler ini
dapat diganti programnya pada saat run time.
Mikrokontroler ATMega 8535 memiliki 40 pin dengan 4 buah port yang
masing-masing berjumlah 8 bit seperti gambar II.5 yang menunjukan konfigurasi
pin mikrokontroler ATMega 8535.
Gambar II. 5 Konfigurasi pin mikrokontroler ATMega 8535
(Sumber:datasheet)
2.2.3 Sensor
Sensor merupakan komponen elektronika yang berfungsi untuk mengubah
besaran fisis menjadi besaran elektrik (resistansi, tegangan dan arus). Menurut D
Sharon, dkk (1982), sensor adalah suatu peralatan yang berfungsi untuk mendeteksi
gejala-gejala atau sinyal-sinyal yang berasal dari perubahan suatu energi seperti
energi listrik, energi fisika, energi kimia, energi biologi, energi mekanik dan
sebagainya.
Pada alat proyek akhir ini digunakan 2 buah sensor yaitu sensor suhu dan
sensor tegangan.
http://zonaelektro.net/tag/sensor-adalah/
-
II-10
2.2.3.1 Sensor Suhu
Sensor suhu adalah sensor yang digunakan untuk mendeteksi gejala
perubahan suhu pada suatu dimensi benda atau dimensi ruang tertentu[9]. Sensor
suhu yang digunakan pada proyek akhir ini adalah LM35 yang berfungsi untuk
mendeteksi suhu dalam kotak dan berikut ini adalah teori mengenai sensor LM35.
LM 35
Sensor suhu IC LM 35 seperti yang terlihat dari gambar II.6 merupakan
komponen elektronika produksi National Semiconductor yang berfungsi untuk
mengubah perubahan suhu yang diterima menjadi sebuah besaran elektrik dalam
bentuk tegangan. Kelebihan dari sensor suhu IC LM35 yaitu rentang suhu yang
dapat terdeteksi jauh yaitu -55°C sampai +150°C, memiliki impedansi keluaran
yang rendah dan linieritas yang tinggi sehingga dapat dihubungkan ke rangkaian
kontrol dengan mudah dan membuat rangkaian menjadi sederhana serta tidak
memerlukan pengkondisi sinyal.
Gambar II. 6 IC LM35 (Sumber: probots.co.in)
IC LM 35 memiliki 3 pin seperti yang terlihat pada gambar II.7, pin 1
berfungsi sebagai supply tegangan DC dengan masukan sebesar 4 Volt hingga 20
Volt, pin 2 berfungsi sebagai keluaran hasil mendeteksi perubahan suhu dalam
bentuk perubahan tegangan DC dengan faktor skala linier antara tegangan dan suhu
sebesar 10mV/°C yang artinya jika suhu yang terdeteksi sebesar 20°C maka
keluaran dari IC LM 35 adalah 0,2 Volt, perhitungannya seperti yang tercantum
pada persamaan (2) dan pin 3 untuk ground.
-
II-11
𝑉𝑜𝑢𝑡 = 𝑆𝑢ℎ𝑢 × 𝑟𝑒𝑠𝑜𝑙𝑢𝑠𝑖.........................................................................(2)
Keterangan:
Vout = tegangan keluaran LM 35 (Volt)
Suhu = suhu yang terdeteksi (°C)
Resolusi = 10mV/°C
Gambar II. 7 Konfigurasi pin IC LM35
(Sumber: datasheet)
2.2.3.2 Sensor Tegangan
Sensor tegangan pada proyek akhir ini berfungsi untuk mendeteksi nilai
tegangan pada baterai. Sensor tegangan yang digunakan seperti yang terlihat pada
gambar II.8.
Gambar II. 8 Sensor tegangan (Sumber: www.halimsupranata.com)
Sensor tegangan ini dapat membaca tegangan DC dengan rentang 0 Volt
sampai 25 Volt, sedangkan keluarannya berupa tegangan dengan rentang 0 Volt
sampai 5 Volt. Hal tersebut terjadi karena rangkaian dalam dari sensor tegangan
adalah rangkaian pembagi tegangan sehingga prinsip kerjanya yaitu mengubah
-
II-12
tegangan besar menjadi tegangan yang lebih kecil atau membuat tegangan referensi
yang berasal dari tegangan yang lebih besar. Rangkaian pembagi tegangan ini
terdiri dari 2 buah resistor seperti yang terlihat pada gambar II.9 dan untuk
mendapatkan nilai Vo dapat dirumuskan seperti pada persamaan (3), dimana Vo
merupakan keluaran dari sensor (0V-5V) dan VI merupakan masukan sensor yaitu
tegangan baterai yang akan dibaca nilainya.
Gambar II. 9 Rangkaian pembagi tegangan
(Sumber: elektronika-dasar.web.id)
𝑉𝑜 = 𝑉𝐼 ×𝑅2
𝑅1+𝑅2.............................................................................(3)
2.2.4 Baterai
Baterai seperti yang terlihat pada gambar II.10 adalah alat listrik-kimiawi
yang menyimpan energi dan mengeluarkan tenanganya dalam bentuk listrik. Jenis-
jenisnya terbagi atas baterai kering, baterai basah dan baterai gel, sedangkan
menurut pengisiannya baterai terbagi atas baterai primer dan baterai sekunder.
Baterai primer adalah baterai yang bersifat sekali pakai atau tidak bisa diisi ulang,
sedangkan baterai sekunder adalah baterai yang dapat diisi ulang. Prinsip kerja
baterai yaitu saat kondisi discharge energi kimia diubah menjadi energi listrik
sedangkan saat kondisi charge energi listrik diubah menjadi energi kimia.
Pada proyek akhir ini baterai yang digunakan adalah baterai kering dengan
spesifikasi 12 volt 7Ah yang artinya baterai tersebut dapat memberi tegangan
sebesar 12 volt dan arus sebanyak 7A dalam waktu 1 jam.
-
II-13
Gambar II. 10 Baterai kering
(Sumber: ghian.wordpress.com)
2.2.4.1 Konstruksi Baterai Kering
Baterai kering terdiri dari kotak baterai, terminal baterai, tutup atas, sekat
penutup, lubang pengisian, plat negatif, pembatas khusus dan plat positif, seperti
yang terlihat pada gambar II.11. Di dalam baterai terdapat beberapa sel baterai dan
pada umumnya di dalam baterai 6 Volt terdapat 3 buah sel baterai sedangkan pada
baterai 12 Volt terdiri dari 6 sel baterai yang dirangkai secara seri dengan masing-
masing sel menghasilkan tegangan 2 Volt-2,2Volt, sehingga tegangan baterai
maksimum 13,2 Volt. Berbeda dengan baterai basah yang di dalamnya terdapat
cairan elektrolit, di dalam baterai kering terdapat semacam gel sebagai pengganti
cairan elektrolit.
Gambar II. 11 Konstruksi baterai kering
(Sumber: www.slideshare.net)
-
II-14
2.2.5 Sel Surya
Sel surya atau sel fotovoltaik merupakan komponen yang dapat
mengkonversikan energi surya menjadi energi listrik. Komponen ini dibuat dari
bahan semikonduktor seperti silikon atau germanium. Sel surya pada umumnya
memiliki ketebalan minimum 0,3 mm yang terbuat dari irisan bahan semikonduktor
dengan kutub positif dan negatif. Setiap sel surya biasanya menghasilkan tegangan
0,5 volt dan dalam pemakaiannya sel surya disusun menjadi suatu panel surya.
Komponen sel surya merupakan komponen semikonduktor sambungan P-N (P-N
Junction) yaitu sambungan dari semikonduktor jenis P dan semikonduktor jenis N.
Semikonduktor jenis N terbuat dari kristal silikon dan terdapat juga sejumlah
material lain (umumnya posfor) dalam batasan bahwa material tersebut dapat
memberikan suatu kelebihan elektron bebas sedangkan semikonduktor jenis P
terbuat dari kristal silikon yang di dalam nya terdapat sejumlah kecil materi lain
(umumnya boron) yang mana menyebabkan material tersebut kekurangan satu
elektron bebas[8].
2.2.5.1 Jenis Sel Surya
Terdapat 3 jenis sel surya berdasarkan teknologi pembuatannya, yaitu:
1. Monocrystalline
Panel yang paling efisien, menghasilkan daya listrik persatuan luas yang paling
tinggi. Memiliki efisien sampai dengan 15%. Kelemahan dari panel jenis ini
adalah tidak akan berfungsi baik di tempat yang kurang cahaya matahari dan
efisiennya akan turun dalam cuaca berawan[8].
2. Polycrystalline
Panel surya yang memiliki susunan kristal acak. Tipe poly memerlukan luas
permukaan yang lebih besar dibandingkan dengan jenis mono untuk
menghasilkan daya listrik yang sama, tetapi dapat menghasilkan listrik pada saat
cuaca mendung[8]. Pada proyek akhir ini digunakan panel surya jenis
polycrystalline.
3. Thin Film Solar Photovoltaic
Panel surya dengan struktur lapisan tipis mikrokristal-silicon dan amorphous
dengan efisiensi modul hingga 8,5% sehingga luas permukaan yang diperlukan
-
II-15
per watt daya yang dihasilkan lebih besar daripada mono dan poly. Perbedaan
fisik dari 3 jenis panel surya dapat dilihat pada gambar II.12.
Gambar II. 12 Jenis-jenis sel surya
(www.solarhome.ru)
2.2.6 LCD (Liquid Crystal Display)
LCD adalah salah satu media penampil data pada rangkaian elektronik.
LCD banyak digunakan untuk menampilkan suatu nilai hasil dari sensor,
menampilkan teks atau menampilkan menu aplikasi, tujuan dari hal tersebut adalah
untuk memberikan informasi mengenai kondisi dari sistem kepada operator. Seperti
pada proyek akhir ini penggunaan LCD menampilkan nilai hasil dari sensor suhu
dan sensor tegangan dengan tujuan untuk memberikan informasi kepada operator
mengenai suhu dalam kotak dan nilai tegangan baterai saat itu. LCD yang
digunakan adalah LCD dengan ukuran 16x2 artinya terdiri dari 2 baris dan 16
kolom, sehingga dalam 1 kali tampilan jumlah maksimum karakter yang dapat
tampil dalam 1 baris adalah 16 karakter, seperti yang terlihat pada gambar II.13.
-
II-16
Gambar II. 13 Liquid Crystal Display
(electronicsforu.com)
Terdapat 16 pin pada modul LCD ini seperti yang terlihat pada gambar II.14
dan pada tabel II.2 merupakan deskripsi pin LCD.
Gambar II. 14 Pin LCD 16x2
(circuitdigest.com)
Terdapat 2 mode bus data dalam menghubungkan LCD dengan
mikrokontroler, yaitu:
1. mode 4 bit
Pada mode 4 bit ini hanya menghubungkan 4 kabel bus data dan 4 kabel sisanya
tidak dihubungkan pada apapun. Proyek akhir ini menggunakan mode 4 bit
dengan menghubungkan 4 kabel bus data yaitu DB4-DB7 ke mikrokontroler.
2. mode 8 bit
Pada mode 8 bit ini menghubungkan semua kabel bus data (DB0-DB7) ke
mikrokontroler.
-
II-17
Tabel II. 2 Deskripsi pin LCD [8]
Pin Simbol I/O Keterangan
1 VSS I GND
2 VCC I Catu daya +5 Volt
3 VEE I Catu daya untuk mengatur kontras
4 RS I RS=0 untuk memilik command register
RS=1 untuk memilih data register
5 R/W I R/W= 0 untuk menulis
R/W= 1 untuk membaca
6 E I/O Enable clock LCD, logika 1 setiap kali
pengiriman atau pembacaan data
7 DB0 I/O
Bus data 8 bit
8 DB1 I/O
9 DB2 I/O
10 DB3 I/O
11 DB4 I/O
12 DB5 I/O
13 DB6 I/O
14 DB7 I/O
15 Anoda I Tegangan positif backlight
16 Katoda I Tegangan negatif backlight
2.2.7 Strawberry
Strawberry merupakan buah yang dapat tumbuh di daerah beriklim
subtropis, tetapi tidak menutup kemungkinan dapat tumbuh di daerah tropis seperti
Indonesia. Namun, tidak semua daerah di Indonesia dapat menanam strawberry
karena strawberry membutuhkan lingkungan tumbuh yang bersuhu dingin atau
sejuk dan lembap dengan curah hujan yang tidak begitu besar, karena jika curah
hujan besar dapat membuat tanaman strawberry mengalami gagal panen.
-
II-18
Buah strawberry termasuk kedalam buah yang sensitif dan cepat rusak.
Faktor bakteri dapat mempengaruhi lamanya penyimpanan strawberry sehingga
untuk memperlambat proses pertumbuhan bakteri (pematangan strawberry)
penyimpanan strawberry sebaiknya dilakukan dalam lemari pendingin dengan suhu
maksimum 10oC dengan kondisi buah harus benar-benar dalam keadaan tidak basah
saat proses penyimpanan berlangsung[7].
Berdasarkan sumber yang didapatkan dari hasil wawancara langsung
dengan petani strawberry di daerah Ciwidey, Kab.Bandung-Jawa Barat. Tahapan
pendistribusian strawberry yaitu dari petani dikumpulkan oleh pengepul lalu
dikirim ke penjual (toko-toko) dan terakhir sampai di konsumen. Sebelum
didistribusikan buah strawberry dibersihkan terlebih dahulu lalu dikemas
menggunakan wadah plastik yang telah diberi lubang untuk sirkulasi udara dan
diberi alas kardus untuk menyerap embun atau air yang menguap dalama wadah
plastik agar tidak ada yang menetes mengenai strawberry sehingga buah strawberry
tidak basah dan tidak cepat busuk. Ukuran dari wadah plastik tersebut bervariasi
yaitu berkisar antara 120 gram hingga 300 gram. Selanjutnya adalah cara
pengiriman dari pengepul ke penjual, dimana ada dua cara berdasarkan jarak dan
jumlah strawberry yang akan dikirimkan, yaitu:
1. Untuk jarak yang dekat, biasanya dari Ciwidey ke Bandung proses
pengiriman menggunakan sepeda motor dengan cara menumpukan
beberapa keranjang di jok belakang motor. Maksimum jumlah keranjang
adalah 12 keranjang dengan muat sekitar 60 kg strawberry. Dimana, satu
keranjangnya dapat memuat sekitar 20-30 pak strawberry. Tetapi terkadang
ada juga penjual (toko) yang meminta pengiriman dilakukan menggunakan
styrofoam (kotak putih).
2. Untuk jarak yang jauh seperti pengiriman keluar pulau Jawa dan biasanya
jumlah strawberry yang dikirim pun banyak bisa mencapai diatas 3 kwintal.
Pengiriman dilakukan menggunakan mobil yang meiliki chiller (pendingin).
Jika jarak tidak begitu jauh (Bandung-Jakarta) dan jumlahnya banyak,
pengiriman dilakukan menggunakan mobil pick up lalu ditutup
menggunakan terpal.
-
II-19
Proses pengiriman ini dilakukan berdasarkan beberapa pertimbangan seperti
biaya transportasi dan keefisienan proses pengiriman. Selama pengiriman kondisi
buah strawberry yang disimpan tanpa pendingin dapat bertahan sekitar 3 hari
sedangkan yang disimpan dalam pendingin dapat bertahan sekitar 1 minggu.