BAB II TINJAUAN PUSTAKA DAN LANDASAN...
Transcript of BAB II TINJAUAN PUSTAKA DAN LANDASAN...
II-1
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA DAN LANDASAN TEORI
Pada Bab II akan dibahas mengenai tinjauan pustaka dan landasan teori
yang digunakan pada Proyek Akhir.
2.1. Tinjauan Pustaka
Alat yang akan dibuat pada Proyek Akhir ini merupakan modifikasi dari
proyek sebelumnya, pada tahun 2008 Wibi Adityo merancang alat dengan judul
“Perancangan dan realisasi alat pendeteksi denyut nadi” dan transmisi data hanya
dapat dilakukan pada satu PC. Sedangkan pada tahun 2012 Firgha Ali Pritantyo
merancang sebuah alat dengan judul “perancangan dan realiasai sistem
pemantauan denyut nadi nirkable dengan transmisi zigbee” alat ini
memanfaatkan transmisi zigbee untuk mengirim data hasil pengukuran denyut
nadi pada PC, hanya saja jarak transmisi secara nirkable sangat terbatas. Dan
pada tahun 2014 Uswatun Hasanah merancang sebuah alat dengan judul
“Perancangan dan Implementasi Pendeteksi Denyut Nadi Berdasarkan Usia
Menggunakan Pulse Sensor Arduio Uno” alat yang dibuat hanya dapat
menampilkan hasil pengukuran pada LCD dan tidak dilakukan mengiriman data
secara nirkable sehingga denyut nadi hanya dapat di pantau di tempat.
Keterangan alat sebelumnya dan alat yang akan dibuat dapat dilihat pada Table
II.1
III-2
Tabel II 1 Tinjau Pustaka Alat
No Nama Penerbit Tahun
terbit Judul Kelebihan Kekurangan
1 Wibi Adityo 2008
Perancangan dan
Realisasi Alat
Pendeteksi
Denyut Nadi
- Akurasi
Pendeteksian
Denyut Nadi
sebesar 95.91
%
- Transmisi data
hanya dapat
dilakukan pada
1 server [1]
2 Firgha Ali
Pritantyo 2012
Perancangan dan
Realisasi Sistem
Pemantauan
Denyut Nadi
Nirkabel dengan
Transmisi Zigbee
- Sisitem yang
dibuat telah
diuji dengan
baik ketika
pemantauan
denyut nadi
secara wireless
serta
ditampilkan
pada LCD
- Jarak transmisi
hanya
mencapai 30m
(indoor) dan
75m (outdoor)
[2]
3 Uswatun
Khasanah 2016
Perancangan dan
Implementasi
Pendeteksi
Denyut Nadi
Berdasarkan Usia
Menggunakan
Pulse Sensor
Arduio Uno
- Rata-rata
kesalahan
pengukuran
sebesar 1.87 %
- Hanya
menampilkan
hasil
pengukuran
pada LCD
[3]
4 Shofia
Khoirunnisa 2017
Sistem
Pemantauan
Denyut Nadi
dengan
- Transmisi data
tidak terbatas
oleh jarak
-
III-3
Adapun teori-teori yang mendukung dalam pengerjaan Proyek Akhir
yang berjudul “Sistem Pemantauan Denyut Nadi dengan Menggunakan Internet of
Things” adalah teori mengenai denyut nadi, komponen yang digunakan pada
ragkaian pendeteksi denyut nadi, dan Internet of Things.
2.2. Pengertian Jantung
Organ Jantung manusia terletak di dalam rongga dada sebelah kiri yang
memiliki berat rata-rata 300gram dan berfungsi untuk memompakan darah ke
seluruh tubuh. Jantung manusia dilapisi oleh selaput perikardium dan terbagi atas
empat ruang, yaitu:
Atrium (serambi) kanan, sebgai tempat masuknya darah yang
mengandung CO2 dari seluruh tubuh
Atrium (serambi) kiri, tempat masuknya darah dari paru-paru yang kaya
akan O2.
Bilik (ventrikel) kanan, yaitu tempat menerima darah kotor yang
mengandung CO2 dari atrium kanan untuk diedarkan ke paru-paru melalui
pembuluh arteri pulmonalis.
Bilik (ventrikel) kiri, yang memiliki otot 3-4 kali tebal dari bilik kanan,
berfungsi untuk memompakan darah yang kaya O2 ke seluruh tubuh
melalui aorta [5]
Menggunakan
Internet of
Things
III-4
Gambar II. 1 Bagian-bagian jantung
2.3. Pengertian Denyut Nadi
Denyut nadi seseorang merupakan pengaruh dari detak jantung. Denyut
nadi dapat dirasakan disetiap tempat yang mengeluarkan denyut, seperti di leher
(carotid artery),dipergelangan tangan (radial artery), dibagian belakang lutut
(popliteal artery),di bagian dalam siku (brachial artery),dan didekat mata kaki
(posterior tibal artery). Tingkat denyut nadi dapat diukur dengan mengukur detak
jantung secara langsung (apical pulse).
Denyut nadi yang normal untuk orang dewasa yang sehat, sewaktu
beistirahat, berkisar diantara 60 sampai 101 detak per menit (BPM). Ketika tidur,
denyut nadi turun menjadi 40 BPM, namun ketika sedang berolahraga denyut nadi
meningkat menjadi 150 sampai 200 BPM. Secara umum, denyut nadi tertinggi
dalam keadaan normal terdapat pada bayi dan anak-anak.
Denyut nadi bayi sekitar 130-150 BPM, anak kecil yng baru belajar jalan
antara 100-130 BPM, dan remaja berkisar 80-100BPM. Perbandingan usia dengan
denyut nadi sewaktu istirahat dapat dilihat pada table II 2. [7]
III-5
Tabel II 2 Denyut Nadi Normal Sesuai Usia
Usia Denyut nadi (Bpm)
3 Bulan 150
6 Bulan 135
1 Tahun 125
2 Tahun 115
3-4 Tahun 100
6 Tahun 100
8 Tahun 90
9 Tahun 95
12 Tahun 85
Dewasa 60-150
Sumber: www.littlebee.blogsome.com
2.4. Internet of Things (IoT)
Internet of Things atau dikenal juga dengan singkatan IoT, merupakan
sebuah konsep yang bertujuan untuk memperluas manfaat dari konektivitas
internet yang tersambung secara terus-menerus. Istilah "Internet of Things" (IoT)
pertama kali digunakan pada tahun 1999 oleh pelopor teknologi Inggris Kevin
Ashton Menggambarkan sebuah sistem di mana objek di dunia fisik dapat
dihubungkan ke Internet oleh sensor.
Adapun kemampuan IoT adalah menjadikan internet untuk berbagi data,
menjadi remote control pada benda di dunia nyata, dan sebagainya.Dengan kata
lain Internet of Things (IoT) adalah sebuah konsep/skenario dimana suatu objek
yang memiliki kemampuan untuk mentransfer data melalui jaringan tanpa
memerlukan interaksi manusia ke manusia atau manusia ke komputer[16].
III-6
IoT dapat dijelaskan sebagai 1 set things yang saling terkoneksi melalui
internet. Things disini dapat berupa tags, sensor, manusia dll. IoT berfungsi
mengumpulkan data dan informasi dari lingkungan fisik (environment), data-data
ini kemudian akan diproses agar dapat dipahami maknanya Kemampuan dari IoT
untuk saling berkomunikasi ini membuat IoT dapat diterapkan di segala bidang.
Di bidang kesehatan (Lopez, 2013), sensor IoT dapat digunakan untuk memonitor
kondisi pasien, sehingga kondisi pasien tetap terpantau selama 24 jam. Di bidang
pertanian, IoT dapat digunakan sebagai sensor untuk memonitor kondisi tanah,
suhu dan kelembapan yang penting bagi tanaman. Di bidang smart building, IoT
dapat digunakan untuk memonitor penggunaan listrik tiap gedung (Chen, 2011).
Selain itu IoT juga dapat digunakan di bidang automation, transportasi, smart grid
dan lainnya. Menurut Tan (2014), teknologi dalam IoT dibagi menjadi beberapa
arsitektur layer. Layer pertama yaitu layer Perception, layer ini berfungsi
membaca dan mengumpulkan informasi dari lingkungan fisik (environment).
Kemudian, data akan dikirim ke layer network. Yang akhirnya data akan
digunakan didalam layer aplikasi. Perception Layer bertanggung jawab untuk
mengkonversi data menjadi sinyal yang dikirim melalui network agar dapat
dibaca oleh layer aplikasi. Sebagai contoh, penggunaan barcode oleh minimarket.
Didalam barcode tersebut terdapat data seperti nama, harga dan stok barang.
Ketika informasi telah didapatkan, maka layer network akan bertanggung jawab
untuk pengiriman data dari satu host ke host yang lain. Ada berbagai macam
teknik yang digunakan seperti ZigBee, Wifi, 6LoWPAN dll. Sedangkan layer
aplikasi berfungsi untuk memproses informasi yang telah didapatkan untuk
digunakan sesuai keperluannya
Untuk menggunakan IoT pada sistem yang dibuat maka harus digunakan
wifi sebagai jaringan internet.
2.4.1 Wifi
Istilah Wi-fi, dipakai sebagai Bahasa komersial dimulai pada tahun 1999
tepatnya bulan Agustus, dicetuskan oleh sebuah firma konsultasi merek bernama
Interbrand Corporation. Adapun pengertian Wi-Fi menurut para ahli adalah
sebagai berikut[15]:
Jubile Interprise: 2012; 27
III-7
Wifi merupakan salah satu varian teknologi komunikasi dan informasi
yang bekerja pada jaringan dan perangkat Wireless Local Area
Network (WLAN).
Onno W. Purbo: 2006; 233
Wifi merupakan media radio yang sifatnya sharing atau digunakan
bersama.
Yuhefizar: 2008; 77
Wifi adalah singkatan dari Wireles Fidelty, yaitu seperangkat standar
yang digunakan untuk komunikasi jaringan local tanpa kabel
(Wireless local Area Network- WLAN).
Doni Kurniawan: 2008;15
Wifi adalah teknologi lama dan sebenarnya sudah disertakan di
beberapa notebook Pentium 3. Namun di notebook Pentium 4 dan
generasi diatasnya teknologi tersebut sudah wajib hukumannya.
Untuk meninunjang berjalannya sistem pemantuan denyut nadi dengan
menggunakan internet of things maka diperlukan modul wifi untuk membantu
transmisi data secara wirless. Pada sistem ini digunakan modul wifi keluaran
Arduino yaitu Wemos D1-R2.
2.4.2 Wemos D1-R2
Wemos merupakan salah satu arduino compatible development board yang
dirancang khusus untuk keperluan IoT (Internet of Thing). Wemos menggunakan
chip WiFi tipe ESP8266. Wemos memliki 11 I/Odigital, 1 analog input dengan
tegangan maksimal 3.3V, dapat beroprasi dengan pasokan tengangan 9-24V,
adapun kelebihan wemos sebagi berikut:
1. Arduino compatible, artinya dapat diprogram menggunakan Arduino IDE
dengan sintaks program dan library yang banyak terdapat di internet.
2. Pinout yang compatible dengan Arduino uno, Wemos D1 R2 merupakan
salah satu product yang memiliki bentuk dan pinout standar seperti
arduino uno. Sehingga memudahkan kita untuk menghubungkan dengan
arduino shield lainnya.
3. Wemos dapat running stand alone tanpa perlu dihubungkan dengan
mikrokontroler. Berbeda dengan modul WiFi lain yang masih
III-8
membutuhkan mikrokontroler sebagai pengontrol, Wemos dapat running
stand alone karena didalamnya sudah terdapat CPU yang dapat diprogram
melalui Serial port ataupun via OTA (Over The Air) atau transfer program
secara wireless.
4. High Frequency CPU, dengan processor utama 32bit berkecepatan 80MHz
Wemos dapat mengeksekusi program lebih cepat dibanding dibandingkan
mikrokontroler 8 bit yang digunakan di Arduino.
5. Dukungan High Level Language, Selain menggunakan Arduino IDE
Wemos juga dapat diprogram menggunakan bahasa Python dan Lua.
Sehingga memudahkan bagi network programmer yang belum terbiasa
menggunakan Arduino [12].
Spesifikasi wemos dapat dilihat pada table II.3 dan bentuk fisik wemos
dapat dilihat pada gambar II.2. Adapun konfigurasi Pin wemos dapat dilihat pada
table II.4.
Tabel II 3 Spesifikasi Wemos
Microcontroller ESP8266EX
Operating Voltage 3.3V
Digital I/O Pins
11 (all I/O pins have interrupt/ pwm/
12C/ one-wire capability, except for
D0)
Analog Input Pins 1
Flash Memory 4MB
Power Supply Voltage Input (9V to 18 V)
Output (5V at 1A Max)
Board Dimensions 68.6mm x 53.4mm
Weight 21.8g
III-9
Gambar II. 2 Wemos D1 R2
Tabel II 4 Konfigurasi Pin Wemos D1-R2
2.5. Sensor
Sensor adalah jenis tranduser yang digunakan untuk mengubah besaran
mekanis, magnetis, panas, sinar, dan kimia menjadi tegangan dan arus listrik.
Sensor sering digunakan untuk pendeteksian pada saat melakukan pengukuran
atau pengendalian. Beberapa jenis sensor yang banyak digunakan dalam
rangkaian elektronik antara lain sensor cahaya, sensor suhu, dan sensor tekanan.
Pada sistem Pemantauan Denyut Nadi dengan Menggunakan Internet of
Things digunakan sensor untuk mendeteksi denyut nadi. Sensor yang digunakan
pada dasarnya merupakan sensor cahaya, akan tetapi sudah dibuat sedemikian
rupa menjadi sebuah modul yang bernama Pulse Sensor.
III-10
2.5.1 Pulse Sensor
Pulse Sensor pada dasarnya merupakan alat bantu medis yang berfungsi
untuk memantau kondisi denyut jantung manusia. Rangkaian dasar dari sensor
ini dibangun menggunakan phototransistor dan LED. Phototransistor yang
dipakai adalah APDS 9008 yang dapat bekerja dengan baik ketika menerima
cahaya dengan panjang gelombang 565nm maka digunakan LED berwarna
hijau yang memiliki panjang gelombang 500nm sampai 570nm. Sensor ini
bekerja berdasarkan prinsip pantulan sinar LED. Kulit dipakai sebagai
permukaan reflektif untuk sinar LED. Kepadatan darah pada kulit akan
mempengaruhi reflektifitas sinar LED. Aksi pemompaan jantung
mengakibatkan kepadatan darah meningkat. Pada saat jantung memompa
darah, maka darah akan mengalir melalui pembuluh arteri dari yang besar
hingga kecil seperti di ujung jari. Volume darah pada ujung jari bertambah
maka intensitas cahaya yang mengenai phototransistor akan kecil karena
terhalang oleh volume darah, begitu pula sebaliknya. Keluaran sinyal dari
phototransistor kemudian dikuatkan oleh sebuah Op-Amp sehingga dapat
dibaca oleh ADC mikrokontroler [9]. Gambar II.3 menunjukkan bentuk fisik
dari pulse sensor.
Gambar II. 3 Pulse Sensor
2.5.2 LED
LED atau singkatan dari Light Emitting Diode adalah salah satu komponen
elektronika yang terbuat dari bahan semi konduktor jenis dioda yang mempu
mengeluarkan cahaya. LED memiliki bentuk fisik seperti gambar II.4
III-11
Gambar II. 4 Bentuk fisik LED
LED memiliki dua kaki yang terbuat dari sejenis kawat. Kawat yang
panjang adalah anoda, sedangkan kawat yang pendek adalah katoda. Coba
perhatikan bagian dalam LED, akan terlihat berbeda antara kiri dan kanannya.
Yang ukurannya lebih besar adalah katoda, atau yang mempunyai panjang sisi
atas yang lebih besar adalah katoda.
Anoda adalah elektroda, bisa berupa logam maupun penghantar listrik
lainnya pada sel elektrokimia yang terpolarisasi jika arus mengalir ke dalamnya.
Arus listrik mengalir berlawanan dengan arah pergerakan elektron.
Katoda merupakan kebalikan dari anoda. Katoda adalah elektroda dalam
sel elektrokimia yang terpolarisasi jika arus listrik mengalir keluar darinya.
Cara Kerja LED
Dalam hal ini LED akan menyala bila ada arus listrik mengalir dari anoda ke
katoda. Pemasangan kutub LED tidak boleh terebalik karena apabila terbalik
kutubnya maka LED tersebut tidak akan menyala. Led memiliki karakteristik
berbeda-beda menurut warna yang dihasilkan. Semakin tinggi arus yang mengalir
pada LED maka semakin terang pula cahaya yang dihasilkan, namun perlu
diperhatikan bahwa besarnya arus yang diperbolehkan adalah 10mA-20mA dan
pada tegangan 1,6V – 3,5 V menurut karakter warna yang dihasilkan. Apabila
arus yang mengalir lebih dari 20mA maka LED akan terbakar. Untuk menjaga
agar LED tidak terbakar gunakan resistor sebagai penghambat arus. Di dalam
LED terdapat sejumlah zat kimia yang kaan mengeluarkan cahaya jika elektron-
III-12
elektron melewatinya. Dengan mengganti zat kimia ini (doping), kita dapat
mengganti panjang gelombang cahaya yang dipancarkannya, seperti infra red,
hijau/biru/merah, dan ultraviolet.
Klasifikasi tegangan LED menurut warna yang dihasilkan:
Tegangan kerja / jatuh tegangan pada sebuah menurut warna yang dihasilkan:
1. Infra merah : 1,6 V
2. Merah : 1,8 V – 2,1 V
3. Oranye : 2,2 V
4. Kuning : 2,4 V
5. Hijau : 2,6 V
6. Biru : 3,0 V – 3,5 V
7. Putih : 3,0 – 3,6 V
8. Ultraviolet : 3,5 V
Keunggulan dari LED:
LED memiliki efisiensi energi yang lebih tinggi dibandingkan dengan
lampu lain, dimana LED lebih hemat energi 80 % sampai 90%
dibandingkan lampu lain.
LED memilki waktu penggunaan yang lebih lama hingga mencapai 100
ribu jam.
LED memiliki tegangan operasi DC yang rendah.
Cahaya keluaran dari LED bersifat dingin atau cool (tidak ada sinar UV
atau energi panas).
Ukurannya yang mini dan praktis
Tersedia dalam berbagai warna
Harga murah
Kelemahan dari LED
III-13
1. Suhu lingkungan yang terlalu tinggi dapat menyebabkan gangguan elektrik
pada LED.
2. Harga LED per lumen lebih tinggi dibandingkan dengan lampu lain.
3. Intensitas cahaya (Lumen) yang dihasilkannya tergolong kecil.
Warna LED
Tidak seperti dioda signal biasa yang dibuat untuk penyearah dan terbuat
dari germanium ataupun silikon, LED terbuat dari senyawa semikonduktor
eksotik seperti Gallium (GaAs), Gallium fosfida (GaP), Gallium fosfida (GaAsP),
Silicon Carbide (SiC) atau Indium Gallium Nitrida (GaInN) yang dicampur pada
rasio yang berbeda untuk menghasilkan panjang gelombang warna yang berbeda.
Pilihan yang tepat dari bahan semikonduktor yang digunakan akan menentukan
panjang gelombang keseluruhan dari emisi foton cahaya dan akan menentukan
warna yang dipancarkan LED.
Tabel II 5 Warna dan Material LED
Warna Panjanggelombang [nm] Material semikonduktor
Infrared ? > 760
Gallium arsenide (GaAs)Aluminium
gallium arsenide (AlGaAs)
Red 610 < ? < 760
Aluminium gallium
arsenide (AlGaAs)Gallium arsenide
phosphide (GaAsP)Aluminium gallium
indium phosphide (AlGaInP)Gallium(III)
phosphide (GaP)
Orange 590 < ? < 610
Gallium arsenide
phosphide (GaAsP)Aluminium gallium
indium phosphide (AlGaInP)Gallium(III)
phosphide (GaP)
Yellow 570 < ? < 590
Gallium arsenide
phosphide (GaAsP)Aluminium gallium
indium phosphide (AlGaInP)Gallium(III)
phosphide (GaP)
III-14
Green 500 < ? < 570
Indium gallium nitride (InGaN)
/ Gallium(III) nitride (GaN)Gallium(III)
phosphide (GaP)Aluminium gallium
indium phosphide (AlGaInP)Aluminium
gallium phosphide (AlGaP)
Blue 450 < ? < 500
Zinc selenide (ZnSe)Indium gallium
nitride (InGaN)
Violet 400 < ? < 450 Indium gallium nitride (InGaN)
Purple multiple types
Dual blue/red LEDs,
blue with red phosphor,
or white with purple plastic
Ultraviolet ? < 400
Diamond (235 nm) Boron
nitride (215 nm) Aluminium nitride (AlN)
(210 nm) Aluminium gallium
nitride (AlGaN)Aluminium gallium indium
nitride (AlGaInN) – (down to 210 nm)
Pink multiple types
Blue with one or two phosphor layers:
yellow with red, orange or pink phosphor
added afterwards,
or white with pink pigment or dye.
White Broad spectrum Blue/UV diode with yellow phosphor
2.5.3 Phototransistor
Phototransistor merupakan transistor yang dirancang untuk menangkap
cahaya dan dirakit dalam sebuah kemasan transparan. Kepekaan phototransistor
jauh lebih baik daripada photodiode karena phototransistor telah memiliki penguat
terintegrasi. Cahaya yang diterima menimbulkan arus pada daerah basis dari
phototransistor, dan menghasilkan penguatan arus mulai dari seratus hingga
beberapa ribu kali.
Karakteristik
III-15
Rangkaian ekuivalen untuk phototransistor adalah terdiri dari sebuah photodiode
yang outputnya diumpankan ke basis sebuah trasnsistor sinyal kecil. Berdasarkan
model tersebut maka wajar jika phototransistor menunjukkan karakteristik diode
maupun transistor. Karekteristik arus dan tegangan sebuah phototransistor mirip
seperti transistor NPN, dengan pengecualian bahwa cahaya masuk menggantikan
arus basis. Struktur phototransistor sangat mirip dengan photodiode. Pada
kenyataannya, junction kolektor-basis sebuah phototransistor dapat dipakai seperti
photodiode dengan hasil yang cukup memuaskan. Perbedaan utama strukturnya
adalah bahwa phototransistor memiliki dua junction sedangkan photodiode hanya
memiliki sebuah junction saja.
Gambar II. 5 Rangkaian ekuivalen phototransistor
Respon Spektrum
Output sebuah phototransistor tergantung pada panjang gelombang dari
cahaya yang masuk. Phototransistor bereaksi terhadap cahaya dengan range
spektrum panjang gelombang yang lebar mulai dari spektrum mendekati
ultraviolet, melewati spektrum cahaya tampak hingga mendekati spektrum
inframerah. Tanpa filter optik, respon puncak berada disekitar spektrum
inframerah (sekitar 840 nm). Phototransistor akan bereaksi pada lampu
fluorescent ataupun sumber cahaya umum namun menunjukkan efisiensi kopel
cahaya yang lebih baik ketika dipasangkan dengan LED inframerah. Standar LED
inframerah adalah GaAs (940 nm) dan GaAlAs (880 nm).
2.6. Mikrokontroler
Mikrokontroler adalah sebuah sistem komputer yang dibangun pada
sebuah keping (chip) tunggal. Jadi, hanya dengan sebuah keping IC saja dapat
dibuat sebuah sistem komputer yang dapat dipergunakan untuk mengontrol alat.
III-16
Saat ini sebagian besar peralatan elektronika dikontrol dengan
mikrokontroler, misalnya mesin fax, mesin foto-copy, mesin cuci otomatis sampai
handphone. Peralatan tersebut tidak akan dapat dibuat dengan ukuran yang cukup
kecil jika tidak menggunakan mikrokontroler.
Mikrokontroller disusun oleh beberapa komponen, yaitu CPU (Central
Processing Unit), ROM (Read Only Memory), RAM (Random Access Memory),
dan I/O (Input/Output). Keempat komponen ini secara bersama-sama membentuk
sistem komputer dasar. Beberapa mikrokontroler memiliki tambahan komponen
lain, misalnya ADC (Analog to Digital Converter), Timer/Counter, dan lain-
lain.[6]
2.6.1 Jenis-jenis Mikrokontroller
Secara teknis, hanya ada 2 macam mikrokontroller. Pembagian ini
didasarkan pada kompleksitas instruksi-instruksi yang dapat diterapkan pada
mikrokontroler tersebut. Pembagian itu yaitu RISC dan CISC.
RISC merupakan kependekan dari Reduced Instruction Set Computer.
Instruksi yang dimiliki terbatas, tetapi memiliki fasilitas yang lebih
banyak.
Sebaliknya, CISC kependekan dari Complex Instruction Set Computer.
Instruksi bisa dikatakan lebih lengkap tapi dengan fasilitas secukupnya.
Adapun jenis-jenis mikrokonktroler yang telah umum digunakan yaitu:.
1. Keluarga MCS51
Mikrokonktroler ini termasuk dalam keluarga mikrokonktroler CISC.
Sebagian besar instruksinya dieksekusi dalam 12 siklus clock.
Mikrokontroler ini berdasarkan arsitektur Harvard dan meskipun awalnya
dirancang untuk aplikasi mikrokontroler chip tunggal, sebuah mode perluasan
telah mengizinkan sebuah ROM luar 64KB dan RAM luar 64KB diberikan alamat
dengan cara jalur pemilihan chip yang terpisah untuk akses program dan memori
data.
Salah satu kemampuan dari mikrokontroler 8051 adalah pemasukan
sebuah mesin pemroses boolean yang mengijikan operasi logika boolean
tingkatan-bit dapat dilakukan secara langsung dan secara efisien dalam register
III-17
internal dan RAM. Karena itulah MCS51 digunakan dalam rancangan awal PLC
(programmable Logic Control).
2. AVR
Mikrokonktroler Alv and Vegard’s Risc processor atau sering disingkat
AVR merupakan mikrokonktroler RISC 8 bit. Karena RISC inilah sebagian besar
kode instruksinya dikemas dalam satu siklus clock. AVR adalah jenis
mikrokontroler yang paling sering dipakai dalam bidang elektronika dan
instrumentasi.
Secara umum, AVR dapat dikelompokkan dalam 4 kelas. Pada dasarnya
yang membedakan masing-masing kelas adalah memori, peripheral dan
fungsinya. Keempat kelas tersebut adalah keluarga ATTiny, keluarga AT90Sxx,
keluarga ATMega dan AT86RFxx.
3. PIC
Pada awalnya, PIC merupakan kependekan dari Programmable Interface
Controller. Tetapi pada perkembangannya berubah menjadi Programmable
Intelligent Computer.
PIC termasuk keluarga mikrokonktroler berarsitektur Harvard yang dibuat
oleh Microchip Technology. Awalnya dikembangkan oleh Divisi Mikroelektronik
General Instruments dengan nama PIC1640. Sekarang Microhip telah
mengumumkan pembuatan PIC-nya yang keenam
PIC cukup popular digunakan oleh para developer dan para penghobi
ngoprek karena biayanya yang rendah, ktersediaan dan penggunaan yang luas,
database aplikasi yang besar, serta pemrograman (dan pemrograman ulang)
melalui hubungan serial pada computer[1].
Pada sistem Pemantauan Denyut Nadi dengan Menggunakan Internet of
Things digunakan mikrokontroler untuk mengolah data yang terbaca oleh sensor
dan untuk menampilkannya pada LCD. Maka dipilih mikrokontroler keluarga
AVR yaitu ATmega826 yang sudah berupa modul Arduino Uno
2.6.2 Arduino Uno
Arduno Uno adalah papan mikrokontroler Atmega328. Arduino Uno
memiliki 14 pin Digital yang dapat diset sebagai Input/Output (beberapa
diantaranya mempunyai fungsi ganda), 6 pin Input Analog.
III-18
1. USB to Computer
Digunakan untuk koneksi ke komputer atau alat lain menggunakan
komunikasi serial RS-232 standard. Bekerja ketika JP0 dalam posisi 2-3.
2. DC1, 2.1mm power jack
Digunakan sebagai sumber tegangan (catudaya) dari luar, sudah terdapat
regulator tegangan yang dapat meregulasi masukan tegangan antara +7V
sampai +1V (masukan tegangan yang disarankan antara +9V s/d +12V).
Pin 9V dan 5V dapat digunakan sebagai sumber ketika diberi sumber
tegangan dari luar.
3. ICSP, 2x3 pinheader
Untuk memprogram bootloader Atmega atau memprogram Arduino
dengan software lain, berikut ini keterangan fungsi tiap pin:
Tabel II 6 Pin ICSP pada Arduino Uno
1 MISO 2 +5V
3 SCK 4 MOSI
5 RST 6 GND
4. JP0, 3 pin jumper
Ketika posisi 2-3, board pada keadaan serial enabled (X1 connector dapat
digunakan). Ketika posisi 1-2 board pada keadaan serial disabled (X1
connector tidak berfungsi) dan eksternal pull-down resistors pada pin0
(RX) dan pin1 (TX) dalam keadaan aktif, resistor pull-down untuk
mencegah noise dari RX.
5. JP4
Ketika pada posisi 1-2, board dapat mengaktifkan fungsi auto-reset, yang
berfungsi ketika meng-upload program pada board tanpa perlu menekan
tombol reset S1.
6. S1
Adalah push button yang berfungsi sebagai tombol reset.
7. LED
Power LED : Menyala ketika arduino dinyalakan dengan diberi tegangan
DC1.
RX LED : Berkedip ketika menerima data melalui komunikasi serial
III-19
TX LED : Berkedip ketika mengirim data melalui komunikasi serial
L LED : Terhubung dengan digital pin13. Berkedip ketika
bootloading.
8. Digital Pinout In/Out
8 digital pin input/output: pin 0-7 (terhubung pada PORT D dari
ATMEGA). Pin-0 (RX) dan Pin-1(TX) dapat digunakan sebagai pin
komunikasi. Untuk Atmega168/328 pin 3,5 dan 6 dapat digunakan sebagai
output PWM. 6 pin input/output digital: pin 8-13 (terhubung pada PORT
B). Pin10 (SS), pin11 (MOSI), pin12 (MISO), pin13(SCK) yang bisa
digunakan sebagai SPI (Serial Peripheral Interface). Pin 9,10, dan 11
dapat digunakan sebagai output PWM untuk Atmega8 dan
Atmega168/328.
9. Analog Pinout Input
6 analog input: pin 0-5 (A0-A5) (terhubung pada PORT C). Pin4 (SDA)
dan pin5 (SCL) yang dapat digunakan sebagai I2C (two-wire serial bus).
Pin Analog digunakan sebagai pin digital14 (A0) sampai pin digital pin19
(A5). Adapun bentuk fisik Arduino Uno dapat dilihat pada gambar 2.6.
Gambar II. 6 Arduino Uno
2.6.3 Aplikasi Arduino IDE
Perangkat Lunak Arduino IDE adalah suatu software khusus yang
digunakan untuk membuat program untuk papan Arduino, dimana program
tersebut menggunakan java yang dapat ditulis dan dibaca oleh kontroler
Arduino.IDE Arduino terdiri dari:
1) Editor program, sebuah window yang memungkinkan pengguna menulis
dan mengeditprogram dalam bahasa Processing.
III-20
2) Compiler, sebuah modul yang mengubah kode program (bahasa
Processing) menjadi kode biner. Bagaimanapun sebuah mikrokontroler
tidak akan bisa memahami bahasa Processing. Yang bisa dipahami oleh
mikrokontroler adalah kode biner. Itulah sebabnya compiler diperlukan
dalam hal ini.
3) Uploader, sebuah modul yang memuat kode biner dari komputer ke dalam
memory didalam papan Arduino.
Gambar II. 7 Arduino IDE
2.7. LCD
Liquid Crystal Display (LCD) adalah sebuah peralatan elektronik yang
berfungsi untuk menampilkan output sebuah sistem dengan cara membentuk suatu
citra atau gambaran pada sebuah layar. Secara garis besar komponen penyusun
LCD terdiri dari kristal cair (liquid crystal) yang diapit oleh 2 buah elektroda
transparan dan 2 buah filter polarisasi (polarizing filter) [10].
Gambar II. 8 Penampang komponen penyusun LCD
Keterangan:
III-21
1. Film dengan polarizing filter vertical untuk memolarisasi cahaya yang
masuk.
2. Glass substrate yang berisi kolom-kolom elektroda Indium tin
oxide (ITO).
3. Twisted nematic liquid crystal (kristal cair dengan susunan terpilin).
4. Glass substrate yang berisi baris-baris elektroda Indium tin oxide
(ITO).
5. Film dengan polarizing filter horizontal untuk memolarisasi cahaya
yang masuk.
6. Reflektor cahaya untuk memantulkan cahaya yang masuk LCD
kembali ke mata pengamat.
Sebuah citra dibentuk dengan mengombinasikan kondisi nyala dan mati
dari pixel-pixel yang menyusun layar sebuah LCD. Pada umumnya LCD yang
dijual di pasaran sudah memiliki integrated circuit tersendiri sehingga para
pemakai dapat mengontrol tampilan LCD dengan mudah dengan menggunakan
mikrokontroler untuk mengirimkan data melalui pin-pin input yang sudah tersedia
[10]..
Gambar II. 9 Contoh citra pada LCD
LCD yang ada dipasaran dikategorikan menurut jumlah baris yang dapat
digunakan pada LCD yaitu 1 baris , 2 baris , dan 4 baris yang dapat digunakan
hingga 80 karakter. Umumnya LCD yang digunakan adalah LCD dengan 1
controller yang memiliki 14 pin [10].. Deskripsi pin dapat dilihat pada gambar
dibawah ini
Gambar II. 10 Konfigurasi pin LCD 16 x2
III-22
Keterangan pin:
1. VSS : digunakan untuk menyalakan LCD (ground)
2. VDD : digunakan untuk menyalakan LCD ( +5 V )
3. VEE : digunakan untuk mengatur tingkat contrast pada LCD
4. RS : menentukan mode yang akan digunakan (0 = instruction input ,
1 = data input)
5. R/W : menentukan mode yang akan digunakan (0 = write , 1 = read)
6. EN : enable ( untuk clock )
7. D0 : data 0
8. D1 : data 1
9. D2 : data 2
10. D3 : data 3
11. D4 : data 4
12. D5 : data 5
13. D6 : data 6
14. D7 : data 7 ( MSB ) [10].
2.8. Alarm
Alarm adalah sebuah bunyi peringatan atau pemberitahuan ketika terjadi
penurunan atau kegagalan dalam penyampaian sinyal komunikasi data ataupun
ada peralatan yang mengalami kerusakan (penurunan kinerja). Pesan ini
digunakan untuk memperingatkan operator atau administrator mengenai adanya
masalah (bahaya) pada jaringan. Alarm memberikan tanda bahaya berupa sinyal,
bunyi, ataupun sinar. Pada sistem pemantauan denyut nadi dengan menggunakan
Internet of Things digunakan alarm untuk memberikan peringatan ketika denyut
nadi yang terdeteksi tidak normal, alrm yang digunakan adalah buzzer..
2.7.1 Buzzer
Buzzer Listrik adalah sebuah komponen elektronika yang dapat mengubah
sinyal listrik menjadi getaran suara. Pada umumnya, Buzzer yang merupakan
sebuah perangkat audio ini sering digunakan pada rangkaian anti-maling, Alarm
pada Jam Tangan, Bel Rumah, peringatan mundur pada Truk dan perangkat
III-23
peringatan bahaya lainnya. Jenis Buzzer yang sering ditemukan dan digunakan
adalah Buzzer yang berjenis Piezoelectric, hal ini dikarenakan Buzzer
Piezoelectric memiliki berbagai kelebihan seperti lebih murah, relatif lebih ringan
dan lebih mudah dalam menggabungkannya ke Rangkaian Elektronika lainnya.
Buzzer yang termasuk dalam keluarga Transduser ini juga sering disebut dengan
Beeper.
Efek Piezoelectric (Piezoelectric Effect) pertama kali ditemukan oleh dua
orang fisikawan Perancis yang bernama Pierre Curie dan Jacques Curie pada
tahun 1880. Penemuan tersebut kemudian dikembangkan oleh sebuah perusahaan
Jepang menjadi Piezo Electric Buzzer dan mulai populer digunakan sejak 1970-
an.
Seperti namanya, Piezoelectric Buzzer adalah jenis Buzzer yang
menggunakan efek Piezoelectric untuk menghasilkan suara atau bunyinya.
Tegangan listrik yang diberikan ke bahan Piezoelectric akan menyebabkan
gerakan mekanis, gerakan tersebut kemudian diubah menjadi suara atau bunyi
yang dapat didengar oleh telinga manusia dengan menggunakan diafragma dan
resonator. Bentuk dan stuktur buzzer dapat dilihat pada gambar II.11.
Gambar II. 11 Bentuk dan stuktur buzzer
Jika dibandingkan dengan Speaker, Piezo Buzzer relatif lebih mudah
untuk digerakan. Sebagai contoh, Piezo Buzzer dapat digerakan hanya dengan
menggunakan output langsung dari sebuah IC TTL, hal ini sangat berbeda dengan
Speaker yang harus menggunakan penguat khusus untuk menggerakan Speaker
agar mendapatkan intensitas suara yang dapat didengar oleh manusia.
III-24
Piezo Buzzer dapat bekerja dengan baik dalam menghasilkan frekuensi di
kisaran 1 – 5 kHz hingga 100 kHz untuk aplikasi Ultrasound. Tegangan
oprasional buzzer piezoelektrik bekisar antara 3V-12V [11].
2.9. Firebase
Firebase adalah BaaS (Backend as a Service) yang saat ini dimiliki oleh
Google. Firebase memiliki produk utama yaitu menyediakan database realtime
dan backend sebagai layanan (Backend as a Service) Layanan ini menyediakan
pengembang aplikasi API yang memungkinkan aplikasi data yang akan
disinkronisasi di klien dan disimpan di cloud Firebase ini. Firebase menyediakan
library untuk berbagai client platform yang memungkinkan integrasi dengan
Android, iOS, JavaScript, Java, Objective-C dan Node aplikasi Js dan dapat juga
disebut sebagai layanan DbaaS (Database as a Service) dengan konsep
realtime. Firebase digunakan untuk mempermudah dalam penambahan fitur-fitur
yang akan dibangun oleh developer[13]. Adapun arsitektur system firebase
dengan android ditunjukan oleh gambar II.12
Gambar II. 12 Arsitektur system firebase pada android
Semua data Firebase Realtime Database disimpan sebagai objek
JSON. Bisa dianggap basis data sebagai JSON tree yang di-host di awan.
Tidak seperti basis data SQL, tidak ada tabel atau rekaman. Ketika ditambahkan
ke JSON tree, data akan menjadi simpul dalam struktur JSON yang ada.
Meskipun basis data menggunakan JSON tree, data yang tersimpan dalam
basis data bisa diwakili sebagai tipe bawaan tertentu yang sesuai dengan
tipe JSON yang tersedia untuk membantu kita menulis lebih banyak kode yang
bisa dipertahankan[14].
III-25
2.10. MIT App Invertor
App Inventor adalah sebuah Web Applikasi yang di kembangkan oleh
Google yang dirilis pada 15 Desember 2010. Pada awalnya penelitian ini
dilakukan oleh google dengan tujuan sebagai kompetensi pendidikan pada
lingkungan pengembangan online. App Inventor berbentuk Web Aplikasi yang
digunakan untuk mengembangkan atau membuat aplikasi Android Phone tanpa
harus mengetahui bahasa pemrograman secara keseluruhan. [14] . Lambang MIT
App Inventor ditunjukan oleh gambar II.13 .
Gambar II. 13 MIT App Inventor
App Inventor merupakan aplikasi web sumber terbuka yang awalnya
dikembangkan oleh Google dan saat ini dikelola oleh Massachusetts Institute of
Technology (MIT). App Inventor memungkinkan pengguna baru memprogram
komputer untuk menciptakan aplikasi perangkat lunak bagi sistem
operasi Android. App Inventor menggunakan graphic interface, serupa
dengan user interface yang memungkinkan pengguna untuk men-drag-and-
drop objek visual untuk menciptakan aplikasi yang bisa dijalankan pada perangkat
Android. Dalam menciptakan App Inventor, Google telah melakukan riset yang
berhubungan dengan komputasi edukasional dan menyelesaikan lingkungan
pengembangan online Google.
App Inventor digunakan untuk membuat aplikasi android berbasis visual
block programming, jadi kita dapat membuat aplikasi tanpa menggunakan kode.
Disebut visual block programming karena kita akan melihat, menggunakan,
menyusun dan drag-drops “blok” yang merupakan simbol-simbol perintah dan
III-26
fungsi –event handler tertentu dalam membuat aplikasi, dan secara sederhana kita
bisa menyebutnya tanpa menuliskan kode program –coding less.