Bab II Tinjauan Pustaka Boga

37
BAB II TINJAUAN PUSTAKA A. ISPA 1. DEFINISI ISPA adalah infeksi saluran pernapasan yang berlangsung sampai 14 hari.Yang dimaksud dengan saluran pernapasan adalah organ mulai dari hidung sampai gelembung paru, beserta organ-organ disekitarnya seperti : sinus, ruang telinga tengah dan selaput paru (5,7). Sebagian besar dari infeksi saluran pernapasan hanya bersifat ringan seperti batuk pilek dan tidak memerlukan pengobatan dengan antibiotik, namun demikian anak akan menderita pneumoni bila infeksi paru ini tidak diobati dengan antibiotik dapat mengakibat kematian (5). Program Pemberantasan Penyakit (P2) ISPA membagi penyakit ISPA dalam 2 golongan yaitu pneumonia dan yang bukan pneumonia.Pneumonia dibagi atas derajat beratnya penyakit yaitu pneumonia berat dan pneumonia tidak berat.Penyakit batuk pilek seperti rinitis, faringitis, tonsilitis dan penyakit jalan napas bagian atas lainnya digolongkan sebagai bukan pneumonia.Etiologi dari

description

Tinjauan Pustaka

Transcript of Bab II Tinjauan Pustaka Boga

Page 1: Bab II Tinjauan Pustaka Boga

BAB II

TINJAUAN PUSTAKA

A. ISPA

1. DEFINISI

ISPA adalah infeksi saluran pernapasan yang berlangsung sampai 14 hari.Yang

dimaksud dengan saluran pernapasan adalah organ mulai dari hidung sampai

gelembung paru, beserta organ-organ disekitarnya seperti : sinus, ruang telinga

tengah dan selaput paru (5,7).

Sebagian besar dari infeksi saluran pernapasan hanya bersifat ringan seperti batuk

pilek dan tidak memerlukan pengobatan dengan antibiotik, namun demikian anak

akan menderita pneumoni bila infeksi paru ini tidak diobati dengan antibiotik dapat

mengakibat kematian (5).

Program Pemberantasan Penyakit (P2) ISPA membagi penyakit ISPA dalam 2

golongan yaitu pneumonia dan yang bukan pneumonia.Pneumonia dibagi atas derajat

beratnya penyakit yaitu pneumonia berat dan pneumonia tidak berat.Penyakit batuk

pilek seperti rinitis, faringitis, tonsilitis dan penyakit jalan napas bagian atas lainnya

digolongkan sebagai bukan pneumonia.Etiologi dari sebagian besar penyakit jalan

napas bagian atas ini ialah virus dan tidak dibutuhkan terapi antibiotik.Faringitis oleh

kuman Streptococcus jarang ditemukan pada balita.Bila ditemukan harus diobati

dengan antibiotik penisilin, semua radang telinga akut harus mendapat antibiotik (6).

ISPA dapat ditularkan melalui air ludah, darah, bersin, udara pernapasan yang

mengandung kuman yang terhirup oleh orang sehat kesaluran pernapasannya

(7).Kelainan pada sistem pernapasan terutama infeksi saluran pernapasan bagian atas

dan bawah, asma dan ibro kistik, menempati bagian yang cukup besar pada lapangan

pediatri. Infeksi saluran pernapasan bagian atas terutama yang disebabkan oleh virus,

sering terjadi pada semua golongan masyarakat pada bulan-bulan musim dingin.

Page 2: Bab II Tinjauan Pustaka Boga

Tetapi ISPA yang berlanjut menjadi pneumonia sering terjadi pada anak kecil

terutama apabila terdapat gizi kurang dan dikombinasi dengan keadaan lingkungan

yang tidak hygiene.Risiko terutama terjadi pada anak-anak karena meningkatnya

kemungkinan infeksi silang, beban immunologisnya terlalu besar karena dipakai

untuk penyakit parasit dan cacing, serta tidak tersedianya atau berlebihannya

pemakaian antibiotik (8).

2. Tanda-tanda klinis

a.) Pada sistem respiratorik adalah: tachypnea, napas tak teratur (apnea), retraksi

dinding thorak, napas cuping hidung, cyanosis, suara napas lemah atau hilang,

grunting expiratoir dan wheezing.

b.) Pada sistem cardial adalah: tachycardia, bradycardiam, hypertensi, hypotensi

dan cardiac arrest.

c.) Pada sistem cerebral adalah : gelisah, mudah terangsang, sakit kepala,

bingung, papil bendung, kejang dan coma.

d.) Pada hal umum adalah : lemas dan berkeringat banyak

Tanda-tanda bahaya pada anak golongan umur 2 bulan sampai 5 tahun adalah:

tidak bisa minum, kejang, kesadaran menurun, stridor dan gizi buruk, sedangkan

tanda bahaya pada anak golongan umur kurang dari 2 bulan adalah: kurang bisa

minum (kemampuan minumnya menurun ampai kurang dari setengah volume yang

biasa diminumnya), kejang, kesadaran menurun, stridor, Wheezing, demam dan

dingin (4)

Pedoman penatalaksanaan kasus ISPA akan memberikan petunjuk standar

pengobatan penyakit ISPA yang akan berdampak mengurangi penggunaan antibiotik

untuk kasus-kasus batuk pilek biasa, serta mengurangi penggunaan obat batuk yang

kurang bermanfaat. Strategi penatalaksanaan kasus mencakup pula petunjuk tentang

Page 3: Bab II Tinjauan Pustaka Boga

pemberian makanan dan minuman sebagai bagian dari tindakan penunjang yang

penting bagi pederita ISPA (4).

3. Klasifikasi ISPA

Program Pemberantasan ISPA (P2 ISPA) mengklasifikasi ISPA sebagai berikut:

• Pneumonia berat: ditandai secara klinis oleh adanya tarikan dinding dada kedalam

(chest indrawing).

• Pneumonia: ditandai secara klinis oleh adanya napas cepat.

• Bukan pneumonia: ditandai secara klinis oleh batuk pilek, bisa disertai demam,

tanpa tarikan dinding dada kedalam, tanpa napas cepat. Rinofaringitis, faringitis dan

tonsilitis tergolong bukan pneumonia (4).Berdasarkan hasil pemeriksaan dapat dibuat

suatu klasifikasi penyakit ISPA.Klasifikasi ini dibedakan untuk golongan umur

dibawah 2 bulan dan untuk golongan umur 2 bulan sampai 5 tahun.Untuk golongan

umur kurang 2 bulan ada 2 klasifikasi penyakit yaitu :

• Pneumonia berada: diisolasi dari cacing tanah oleh Ruiz dan kuat dinding pada

bagian bawah atau napas cepat. Batas napas cepat untuk golongan umur kurang 2

bulan yaitu 60 kali per menit atau lebih.

• Bukan pneumonia: batuk pilek biasa, bila tidak ditemukan tanda tarikan kuat

dinding dada bagian bawah atau napas cepat.Untuk golongan umur 2 bu~an sampai 5

tahun ada 3 klasifikasi penyakit yaitu :

• Pneumonia berat: bila disertai napas sesak yaitu adanya tarikan dinding dada bagian

bawah kedalam pada waktu anak menarik napas (pada saat diperiksa anak harus

dalam keadaan tenang tldak menangis atau meronta).

Page 4: Bab II Tinjauan Pustaka Boga

• Pneumonia: bila disertai napas cepat. Batas napas cepat ialah untuk usia 2 -12 bulan

adalah 50 kali per menit atau lebih dan untuk usia 1 -4 tahun adalah 40 kali per menit

atau lebih.

• Bukan pneumonia: batuk pilek biasa, bila tidak ditemukan tarikan dinding dada

bagian bawah dan tidak ada napas cepat.

Pengobatan

• Pneumonia berat : dirawat di rumah sakit, diberikan antibiotik parenteral,

oksigendan sebagainya.

• Pneumonia: diberi obat antibiotik kotrimoksasol peroral. Bila penderita tidak

mungkin diberi kotrimoksasol atau ternyata dengan pemberian kontrmoksasol

keadaan penderita menetap, dapat dipakai obat antibiotik pengganti yaitu ampisilin,

amoksisilin atau penisilin prokain.

• Bukan pneumonia: tanpa pemberian obat antibiotik. Diberikan perawatan di rumah,

untuk batuk dapat digunakan obat batuk tradisional atau obat batuk lain yang tidak

mengandung zat yang merugikan seperti kodein,dekstrometorfan dan, antihistamin.

Bila demam diberikan obat penurun panas yaitu parasetamol.Penderita dengan gejala

batuk pilek bila pada pemeriksaan tenggorokan didapat adanya bercak nanah

(eksudat) disertai pembesaran kelenjar getah bening dileher, dianggap sebagai radang

tenggorokan oleh kuman streptococcuss dan harus diberi antibiotik (penisilin) selama

10 hari.

Tanda bahaya setiap bayi atau anak dengan tanda bahaya harus diberikan perawatan

khusus untuk pemeriksaan selanjutnya.Petunjuk dosis dapat dilihat pada lampiran.

Perawatan dirumah

Beberapa hal yang perlu dikerjakan seorang ibu untuk mengatasi anaknya yang

menderita ISPA.

Page 5: Bab II Tinjauan Pustaka Boga

• Mengatasi panas (demam)

Untuk anak usia 2 bulan samapi 5 tahun demam diatasi dengan memberikan

parasetamol atau dengan kompres, bayi dibawah 2 bulan dengan demam harus segera

dirujuk. Parasetamol diberikan 4 kali tiap 6 jam untuk waktu 2 hari. Cara

pemberiannya, tablet dibagi sesuai dengan dosisnya, kemudian digerus dan

diminumkan. Memberikan kompres, dengan menggunakan kain bersih, celupkan

pada air (tidak perlu air es).

Mengatasi batuk

Dianjurkan memberi obat batuk yang aman yaitu ramuan tradisional yaitu jeruk nipis

½ sendok teh dicampur dengan kecap atau madu ½ sendok teh , diberikan tiga kali

sehari.

Pemberian makanan

Berikan makanan yang cukup gizi, sedikit-sedikit tetapi berulang-ulang yaitu lebih

sering dari biasanya, lebih-lebih jika muntah.Pemberian ASI pada bayi yang menyusu

tetap diteruskan.

Pemberian minuman

Usahakan pemberian cairan (air putih, air buah dan sebagainya) lebih banyak dari

biasanya. Ini akan membantu mengencerkan dahak, kekurangan cairan akan

menambah parah sakit yang diderita. Lain-lain Tidak dianjurkan mengenakan pakaian

atau selimut yang terlalu tebal dan rapat, lebih-lebih pada anak dengan demam.Jika

pilek, bersihkan hidung yang berguna untuk mempercepat kesembuhan dan

menghindari komplikasi yang lebih parah.Usahakan lingkungan tempat tinggal yang

sehat yaitu yang berventilasi cukup dan tidak berasap.Apabila selama perawatan

dirumah keadaan anak memburuk maka dianjurkan untuk membawa kedokter atau

petugas kesehatan.Untuk penderita yang mendapat obat antibiotik, selain tindakan

Page 6: Bab II Tinjauan Pustaka Boga

diatas usahakan agar obat yang diperoleh tersebut diberikan dengan benar selama 5

hari penuh. Dan untuk penderita yang mendapatkan antibiotik, usahakan agar setelah

2 hari anak dibawa kembali kepetugas kesehatan untuk pemeriksaan ulang (4,5)

4. Pencegahan dan Pemberantasan

a.) Pencegahan

Pencegahan dapat dilakukan dengan :

• Menjaga keadaan gizi agar tetap baik.

• Immunisasi.

• Menjaga kebersihan prorangan dan lingkungan.

• Mencegah anak berhubungan dengan penderita ISPA.

Pemberantasan yang dilakukan adalah :

• Penyuluhan kesehatan yang terutama di tuj ukan pada para ibu.Pengelolaan kasus

yang disempurnakan.

• Immunisasi (7)

b.) Pelaksana pemberantasan

Tugas pemberatasan penyakit ISPA merupakan tanggung jawab bersama.Kepala

Puskesmas bertanggung jawab bagi keberhasilan pemberantasan di wilayah

kerjanya.Sebagian besar kematiaan akibat penyakit pneumonia terjadi sebelum

penderita mendapat pengobatan petugas Puskesmas. Karena itu peran serta aktif

masyarakat melalui aktifitas kader akan sangat'membantu menemukan kasus-kasus

Page 7: Bab II Tinjauan Pustaka Boga

pneumonia yang perlu mendapat pengobatan antibiotik (kotrimoksasol) dan kasus-

kasus pneumonia berat yang perlusegera dirujuk ke rumah sakit .

c.) Dokter puskesmas mempunyai tugas sebagai berikut :

• Membuat rencana aktifitas pemberantasan ISPA sesuai dengan dana atau sarana dan

tenaga yang tersedia.

• Melakukan supervisi dan memberikan bimbingan penatalaksanaan standar kasus-

kasus ISPA kepada perawat atau paramedis.

• Melakukan pemeriksaan pengobatan kasus- kasus pneumonia berat/penyakit dengan

tanda-tanda bahaya yang dirujuk oleh perawat/paramedis dan merujuknya ke rumah

sakit bila dianggap perlu.

• Memberikan pengobatan kasus pneumonia berat yang tidak bisa dirujuk ke rumah

sakit.

• Bersama dengan staff puskesmas memberikan penyuluhan kepada ibu-ibu yang

mempunyai anak balita. perihal pengenalan tanda-tanda penyakit pneumonia serta

tindakan penunjang di rumah,

• Melatih semua petugas kesehatan di wilayah puskesmas yang di beri wewenang

mengobati penderita penyakit ISPA,

• Melatih kader untuk bisa, mengenal kasus pneumonia serta dapat memberikan

penyuluhan terhadap ibu-ibu tentang penyaki ISPA,

• Memantau aktifitas pemberantasan dan melakukan evaluasi keberhasilan

pemberantasan penyakit ISPA. menditeksi hambatan yang ada serta

menanggulanginya termasuk aktifitas pencatatan dan pelaporan serta pencapaian

target.

Page 8: Bab II Tinjauan Pustaka Boga

d.) Paramedis Puskesmas Puskesmas pembantu

• Melakukan penatalaksanaan standar kasus-kasus ISPA sesuai petunjuk yang ada.

• Melakukan konsultasi kepada dokter Puskesmas untuk kasus-kasus ISPA tertentu

seperti pneumoni berat, penderita dengan weezhing dan stridor.

• Bersama dokter atau dibawah, petunjuk dokter melatih kader.

• Memberi penyuluhan terutama kepada ibu-ibu.

• Melakukan tugas-tugas lain yang diberikan oleh pimpinan Puskesmassehubungan

dengan pelaksanaan program pemberantasan penyakit ISPA. Kader kesehatan

• Dilatih untuk bisa membedakan kasus pneumonia (pneumonia berat dan pneumonia

tidak berat) dari kasus-kasus bukan pneumonia.

• Memberikan penjelasan dan komunikasi perihal penyakit batuk pilek biasa (bukan

pneumonia) serta penyakit pneumonia kepada ibu-ibu serta perihal tindakan yang

perlu dilakukan oleh ibu yang anaknya menderita penyakitMemberikan pengobatan

sederhana untuk kasus-kasus batuk pilek (bukan pneumonia) dengan tablet

parasetamol dan obat batuk tradisional obat batuk putihMerujuk kasus pneumonia

berat ke Puskesmas/Rumah Sakit terdekatMencatat kasus yang ditolong dan dirujuk

(4,5)

B. Perilaku

Menurut Skiner perilaku merupakan respons atau reaksi seseorang terhadap

stimulus atau rangsangan dari luar. Berdasarkan batasan peilaku dari Skiner, maka

perilaku kesehatan adalah suatau respons seseorang (organisme) terhadap stimulus

atau objek yang berkaitan dengan sakit dan penyakit, sistem pelayanan kesehatan,

makanan dan minuman serta lingkungan 1 :

Ada beberapa tori tentang perilaku yaitu :

Page 9: Bab II Tinjauan Pustaka Boga

1. Teori Lawrence Green

Gren mencoba menganalisis perilaku manusia dari tingkat kesehatan.

Kesehatan seseorang atau masyarakat dipengaruhi oleh 2 faktor pokok yaitu faktor

perilaku (behavior causes) dan faktor di luar perilaku (non behavior causes).

Selanjutnya perilaku itu sendiri ditentukan atau terbentuk dari 3 factor :

a. Faktor-faktor predisposisi (predisposing factor), yang terwujud dalam pegetahuan,

sikap, kepercayaan, keyakinan, nilai-nilai dan sebagainya.

b. Faktor-faktor pendukung (enabling faktor), yang terwujud dalamlingkungan fisik

tersedia atau tidaknya fasilitas-fasilitas atau saranasarana kesehatan misalnya

puskesmas, obat-obatan, alat-alat kontrasepsijamban dan sebagainya

c. Faktor-faktor pendorong (reforcing factor) yang terwujud dalam sikap dan perilaku

petugas kesehatan atau petugas yang lain, yang merupakan kelompok referensi dari

perilaku masyarakat.

2. Teori WHO

Tim kerja dari WHO menganalisis bahwa yang menyebabkan seseorang itu

berprilaku tertentu adalah karena adanya 4 alasan pokok:

a. Pengetahuan

Pengetahuan di peroleh dari pengalaman sendiri atau pengalaman orang lain.

b. Kepercayaan

Page 10: Bab II Tinjauan Pustaka Boga

Kepercayaan sering atau diperoleh dari orang tua, kakek atau nenek. Seseorang

menerima kepercayaan itu berdasarkan keyakinan dan tanpa adanya pembuktian

terlebih dahulu.

c. Sikap

Sikap menggambarkan suka atau tidak suka terhadap objek sikap sering diperoleh

dari pengalaman sendiri atau orang lain yang paling dekat.

d. Orang penting sebagai referensi

Perilaku orang, lebih-lebih perilaku anak kecil lebih banyak dipengaruhi oleh orang-

orang yang dianggap penting.

e. Sumber-sumber daya (resources)

Sumber daya disini mencakup fasilitas-fasilitas, uang, waktu, tenaga dan sebagainya.

Semua itu berpengaruh terhadap perilku seseorang atau kelompok masyarakat.

f. Perilaku normal, kebiasaan, nilai-nilai, dan penggunaan sumber-sumber di dalam

suatu masyarakat akan menghasilkan suatu pola hidup (way of life) yang pada

umumnya disebut kebudayaan.

Perubahan (Adopsi) Perilaku atau Indikatornya adalah suatu roses yang

kompleks dan memerlukan waktu yang relatif lama. Secara teori perubahan atau

seseorang menerima atau mengadopsi perilaku baru

dalam kehidupannya melalui 3 tahap:

1. Pengetahuan

Dikelompokkan menjadi:

Page 11: Bab II Tinjauan Pustaka Boga

a. pengetahuan tentang sakit dan penyakit

b. pengetahuan tentang cara pemeliharaan kesehatan

c. pengetahuan tentang kesehatan lingkungan

2. Sikap

Dikelompokkan menjadi:

a. sikap terhadap sakit dan penyakit

b. sikap cara pemeliharaan dan cara hidup sehat

c. sikap terhadap kesehatan lingkungan

3. Praktek dan Tindakan

Indikatornya yakni:

a. tindakan (praktek) sehubungan dengan penyakit

b. tindakan (praktek) pemeliharaan dan peningkatan kesehatan

c. tindakan (praktek) kesehatan lingkungan

3. Teori H.L. Blum

Konsep hidup sehat H.L.Blum sampai saat ini masih relevan untuk diterapkan.

Kondisi sehat secara holistik bukan saja kondisi sehat secara fisik melainkan juga

spiritual dan sosial dalam bermasyarakat. Untuk menciptakan kondisi sehat seperti

ini diperlukan suatu keharmonisan dalam menjaga kesehatan tubuh. H.L Blum

menjelaskan ada empat faktor utama yang mempengaruhi derajat kesehatan

Page 12: Bab II Tinjauan Pustaka Boga

masyarakat.Keempat faktor tersebut merupakan faktor determinan timbulnya

masalah kesehatan.3

Keempat faktor tersebut terdiri dari faktor perilaku/gaya hidup (life style),

faktor lingkungan (sosial, ekonomi, politik, budaya), faktor pelayanan kesehatan

(jenis cakupan dan kualitasnya) dan faktor genetik (keturunan).Keempat faktor

tersebut saling berinteraksi yang mempengaruhi kesehatan perorangan dan derajat

kesehatan masyarakat.Diantara faktor tersebut faktor perilaku manusia merupakan

faktor determinan yang paling besar dan paling sukar ditanggulangi, disusul

dengan faktor lingkungan.Hal ini disebabkan karena faktor perilaku yang lebih

dominan dibandingkan dengan faktor lingkungan karena lingkungan hidup

manusia juga sangat dipengaruhi oleh perilaku masyarakat.3

Dengan demikian konsep paradigma sehat H.L. Blum memandang pola hidup

sehat seseorang secara holistik dan komprehensif. Masyarakat yang sehat tidak

dilihat dari sudut pandang tindakan penyembuhan penyakit melainkan upaya yang

berkesinambungan dalam menjaga dan meningkatkan derajat kesehatan

masyarakat.3

Dalam konsep Blum ada 4 faktor determinan yang dikaji, masing-masing

faktor saling keterkaitan berikut penjelasannya :

1. Perilaku masyarakat

Perilaku merupakan faktor kedua yang mempengaruhi derajat

kesehatan masyarakat karena sehat atau tidak sehatnya lingkungan kesehatan

individu, keluarga dan masyarakat sangat tergantung pada perilaku manusia

itu sendiri. Di samping itu, juga dipengaruhi oleh kebiasaan, adat istiadat,

kebiasaan, kepercayaan, pendidikan sosial ekonomi, dan perilaku-perilaku lain

yang melekat pada dirinya.3

2. Lingkungan

Lingkungan memiliki pengaruh yang dan peranan terbesar diikuti

perilaku, fasilitas kesehatan dan keturunan. Lingkungan sangat bervariasi,

umumnya digolongkan menjadi tiga kategori, yaitu yang berhubungan dengan

Page 13: Bab II Tinjauan Pustaka Boga

aspek fisik dan sosial. Lingkungan yang berhubungan dengan aspek fisik

contohnya sampah, air, udara, tanah, ilkim, perumahan, dan sebagainya.

Sedangkan lingkungan sosial merupakan hasil interaksi antar manusia seperti

kebudayaan, pendidikan, ekonomi, dan sebagainya.

Disamping lingkungan fisik juga ada lingkungan sosial yang berperan.

Sebagai mahluk sosial kita membutuhkan bantuan orang lain, sehingga

interaksi individu satu dengan yang lainnya harus terjalin dengan baik.

Kondisi lingkungan sosial yang buruk dapat menimbulkan masalah kejiwaan.3

3. Pelayanan kesehatan

Pelayanan kesehatan merupakan faktor ketiga yang mempengaruhi

derajat kesehatan masyarakat karena keberadaan fasilitas kesehatan sangat

menentukan dalam pelayanan pemulihan kesehatan, pencegahan terhadap

penyakit, pengobatan dan keperawatan serta kelompok dan masyarakat yang

memerlukan pelayanan kesehatan. Ketersediaan fasilitas dipengaruhi oleh

lokasi, apakah dapat dijangkau atau tidak. Yang kedua adalah tenaga

kesehatan pemberi pelayanan, informasi dan motivasi masyarakat untuk

mendatangi fasilitas dalam memperoleh pelayanan serta program pelayanan

kesehatan itu sendiri apakah sesuai dengan kebutuhan masyarakat yang

memerlukan.3

4. Kependudukan/Keturunan

Keturunan (genetik) merupakan faktor yang telah ada dalam diri

manusia yang dibawa sejak lahir, misalnya dari golongan penyakit keturunan

seperti diabetes melitus dan asma bronehial.

Nasib suatu bangsa ditentukan oleh kualitas generasi mudanya. Oleh

sebab itu kita harus terus meningkatkan kualitas generasi muda kita agar

mereka mampu berkompetisi dan memiliki kreatifitas tinggi dalam

membangun bangsanya.

Page 14: Bab II Tinjauan Pustaka Boga

Dalam hal ini kita harus memperhatikan status gizi balita sebab pada

masa inilah perkembangan otak anak yang menjadi asset kita dimasa

mendatang. Namunmasih banyak saja anakIndonesiayang status gizinya

kurang bahkan buruk. Padahal potensi alamIndonesiacukup mendukung. oleh

sebab itulah program penanggulangan kekurangan gizi dan peningkatan status

gizi masyarakat masih tetap diperlukan. Utamanya program Posyandu yang

biasanya dilaksanakan di tingkat RT/RW. Dengan berjalannya program ini

maka akan terdeteksi secara dini status gizi masyarakat dan cepat dapat

tertangani.

Program pemberian makanan tambahan di posyandu masih perlu terus

dijalankan, terutamanya daeraha yang miskin dan tingkat pendidikan

masyarakatnya rendah. Pengukuran berat badan balita sesuai dengan kms

harus rutin dilakukan. Hal ini untuk mendeteksi secara dini status gizi balita.

Bukan saja pada gizi kurang kondisi obesitas juga perlu dihindari. Bagaimana

kualitas generasi mendatang sangat menentukan kualitas bangas Indonesia

mendatang. 3

C. Faktor-Faktor yang Mempengaruhi Perilaku Masyarakat Tentang ISPA

1. Pengertian

Perilaku adalah semua kegiatan atau aktivitas manusia, baik yangdapat

diamati langsung maupun yang tidak dapat diamati oleh pihak luar.Perilaku

merupakan respons atau reaksi seseorang terhadap stimulus (rangsangan dari

luar) sedangkan perilaku kesehatan adalah suatu responsseseorang terhadap

stimulus atau objek yang berkaitan dengan sakit danpenyakit, sistem

pelayanan kesehatan, makanan dan minuman sertalingkungan.3

Perilaku kontrol terhadap penyakit ISPA merupakan suatu kegiatan

atau aktivitas penderita ISPA untuk melakukan perawatan, kontrol

danpengobatan, baik dapat diamati secara langsung maupun tidak

dapatdiamati oleh pihak luar. Perilaku kontrol kesehatan menurutNotoatmodjo

Page 15: Bab II Tinjauan Pustaka Boga

(2003), terdiri dari persepsi (perception), responterpimpin (guided respons),

mekanisme (mekanisme) dan adaptasi(adaptation)

2. Faktor-faktor yang mempengaruhi perilaku

Keteraturan kontrol pada penderita ISPA adalah bagian dariperilaku

kesehatan yang dilakukan oleh masyarakat. Menurut LawrenceGreen (1980)

dalam Notoatmodjo (2003) ada 3 faktor yang berhubungandengan perilaku

kesehatan, yaitu:

a) Faktor-Faktor Predisposisi (Predisposing Factor)

1) Pengetahuan

Pengetahuan adalah perilaku yang berasal dari

pengalamansendiri atau pengalaman orang lain. Pengetahuan yang

dimaksud dalam penelitian ini adalahpengetahuan penderita tentang

ISPA.Pengetahuan yang dimiliki oleh penderita ISPA sangatditentukan

oleh pendidikan yang dimiliki.Karena denganpendidikan yang baik,

maka penderita ISPA dapat menerimasegala informasi dari luar

terutama tentang pentingnya keteraturanperilaku kontrol.Pengetahuan

atau kognitif merupakan domainyang sangat penting dalam

membentuk tindakan seseorang (overtbehavior).Pengetahuan pasien

tentangperawatan pada penderita hipertensi yang rendah yang

dapatmenimbulkan kesadaran yang rendah pula yang berdampak

danberpengaruh pada penderita ISPA. Kedisiplinan pemeriksaan yang

akibatnya dapat terjadikomplikasi berlanjut.3

2) Pendidikan

Pendidikan kesehatan adalah suatu upaya atau kegiatan

untukmenciptakan perilaku masyarakat yang kondusif untuk

kesehatan.Artinya pendidikan kesehatan berupaya agar masyarakat

menyadariatau mengetahui bagaimana cara memelihara kesehatan

mereka,bagaimana menghindari atau mencegah hal – hal yang

Page 16: Bab II Tinjauan Pustaka Boga

merugikankesehatan mereka dan kesehatan orang lain, kemana

seharusnyamencari pengobatan bilamana sakit, dan sebagainya.3

3) Sikap

Sikap merupakan penilaian (bisa berupa pendapat)seseorang

terhadap stimulus atau objek (dalam hal ini masalahkesehatan,

termasuk penyakit). Setelah seseorang mengetahuistimulus atau objek,

proses selanjutnya akan menilai atau bersikapterhadap stimulus atau

objek kesehatan tersebut. Oleh karena ituindikator untuk sikap

kesehatan juga sejalan dengan pengetahuankesehatan seperti :3

Sikap terhadap sakit dan penyakit

Adalah bagaimana penilaian atau pendapat seseorang

terhadapgejala atau tanda-tanda penyakit, penyebab penyakit,

carapenularan penyakit, cara pencegahan penyakit dan sebagainya.

Sikap cara pemeliharaan dan cara hidup sehat

Adalah penilaian atau pendapat seseorang terhadap cara-

carapemeliharaan dan cara- cara (berperilaku) hidup sehat.

Sepertipendapat atau penilaian terhadap makanan, minuman,

olahraga,relaksasi atau istirahat cukup dan sebagainya.

Sikap terhadap kesehatan lingkungan

Adalah pendapat atau penilaian seseorang tehadap lingkungandan

pengaruhnya terhadap kesehatan.Misalnya pendapat ataupenilaian

terhadap air bersih, pembuangan limbah, polusi dansebagainya.

4) Kepercayaan

Kepercayaan sering atau diperoleh dari orang tua, kakekatau

nenek. Seseorang menerima kepercayaan itu berdasarkankeyakinan

tanpa adanya pembuktian terlebih dahulu3

b) Faktor Pemungkin (Enabling Factor)

1) Tingkat Ekonomi

Page 17: Bab II Tinjauan Pustaka Boga

Keluarga yang sosial ekonominya rendah akan mendapat

kesulitan untuk membantu seseorang mencapai kesehatan yang

optimal. Sebaliknya dengan ekonomi keluarga yang meningkat, maka

kemampuan dalam pemeliharaan dan peningkatan kesehatan keluarga

juga meningkat.3

2) Fasilitas Kesehatan

Upaya pemeliharaan dan peningkatan kesehatan diwujudkan

dalam suatu wadah pelayanan kesehatan yang disebut sarana

kesehatan.Upaya penyelengaraan pelayanan kesehatan pada umumnya

dibedakan menjadi tiga, yaitu; sarana pemeliharaan kesehatan primer

(primary care) merupakan sarana yang paling dekat dengan

masyarakat. Misalnya Puskesmas, poliklinik, dokter praktek swasta

dan sebagainya; sarana pemeliharaan kesehatan tingkat dua (secondary

care) merupakan sarana pelayanan kesehatan yang menangani kasus

yang tidak atau belum ditangani oleh sarana kesehatan primer karena

peralatan atau keahlian belum ada; sarana pemeliharaan kesehatan

tingkat tiga (tertiary care) merupakan sarana pelayanan kesehatan

rujukan bagi kasus-kasus yang tidak ditangani oleh sarana pelayanan

kesehatan primer dan pelayanan kesehatan sekunder. Misalnya Rumah

sakit propinsi, rumah sakit tipe B dan tipe A.3

c) Faktor-Faktor Penguat (Reinforcing Factor)

1) Sikap dan Perilaku Petugas Kesehatan

Sikap petugas kesehatan adalah suatu tindakan yang diberikan

oleh petugas kesehatan.Sedangkan perilaku petugas kesehatan adalah

respon yang diberikan petugas kesehatan terhadap klien.Sikap dan

perilaku yang baik dari petugas kesehatan akanmempengaruhi klien

dalam mengikuti anjuran yang diberikan oleh petugas kesehatan dalam

pemberian pelayanan kesehatan.3

2) Dukungan Sosial

Page 18: Bab II Tinjauan Pustaka Boga

Dukungan sosial yang dimaksud disini adalah dukungan yang

diperoleh dari para tokoh masyarakat baik formal (guru, lurah, camat,

dan petugas kesehatan), maupun informal (tokoh agama, dan keluarga)

yang berpengaruh dalam masyarakat.Dukungan dari keluarga akan

memainkan suatu peran penting dalam kepatuhan. Walaupun

demikian, perbedaan dalam bagaimana keluarga menunjukkan

dukungannya memainkan suatu peran dalam menentukan apakah hal

tersebut dapat menjadi kontributor terhadap kepatuhan kontrol pada

penderita ISPA.3

D. Kerangka Teori

lingkungan:

Sarana lingkungan

Kualitas lingkungan

ISPA

Prilaku:

Tingkat Pendidikan

Sikap Pengetahuan Kebiasaan

Kependudukan:

Usia Social ekonomi

Page 19: Bab II Tinjauan Pustaka Boga

Gambar 2.3 Kerangka Teori

Pelayanan Kesehatan:

Jaminan kesehatan Jangkauan pelayanan

kesehatan

Page 20: Bab II Tinjauan Pustaka Boga

E. Kerangka Konsep

Gambar 2.4 Kerangka Konsep

F. Hipotesis

Faktor Risiko

- Umur- Status Gizi- Pengetahuan- Sikap- Prilaku Kebiasaan- Lingkungan:

- Kepadatan- Sosial

Ekonomi- Sarana

prasarana- Kualitas

ISPA

Page 21: Bab II Tinjauan Pustaka Boga

PUSTAKA sing iso di nggo di goleki dewe

Ranuh, IG. G, Pendekatan Risiko Tinggi Dalam Pengelolaan Pelayanan Kesehatan

Anak.Continuing Education Ilmu Kesehatan Anak.FK-UNAIR 1980.

Santosa, G. Masalah Batuk pada Anak.Continuing Education Anak.FK-UNAIR.

1980.

____________Gawat Darurat Dibidang Pulmonologi .Simposium Gawat Darurat

Pada

Anak. Surabaya. 1987.

DepKes RI. Direktorat Jenderal PPM & PLP. Pedoman Pemberantasan Penyakit

Infeksi

Saluran Pernafasan Akut (ISPA). Jakarta. 1992.

____________Bimbingan Ketrampilan Dalam Penatalaksanaan Infeksi Saluran

Pernapasan Akut Pada Anak. Jakarata, :10 ,1991.

____________Lokakarya Dan Rakernas Pemberantasan Penyakit Infeksi saluran

Page 22: Bab II Tinjauan Pustaka Boga

pernapasan akut. 1992.

_____________Pendekatan Epidemiologi I dan Dasar-Dasar Surveilans. Untuk

Pelatihan Prajabatan Umum dan Khusus Tenaga Paramedis di Puskesmas.

Jakarta. 1992.

Rendie, J, et.al . Ikhtisar Penyakit Anak. Alih bahasa: Eric Gultom. Binarupa Aksara.

Jakarta. 1994.

DAFTAR PUSTAKA sing iso di nggo goleki dewe

1. Notoadmojo S, Promosi Kesehatan dan Ilmu Perilaku, Jakarta : Rineka Cipta,

2002

2. Departemen Kesehatan RI, Pedoman Penyakit Tuberkulosis dan

Penanggulangannya : Jakarta, 2002

3. Departemen Kesehatan Republik Indonesia, Pedoman Nasional Penanggulangan

Tuberkulosis Paru cetakan ke 6, Jakarta, 2002

4. Departemen Kesehatan RI, Strategi Penanggulangan Tuberkulosis Indonesia

2006-2010 : Jakarta, 2007

5. Depkes RI, Profil Kesehatan Indonesia, 2010

6. Dinas Kesehatan Propinsi Sumatera Barat, Profil Kesehatan Sumatera Barat,

2009

Page 23: Bab II Tinjauan Pustaka Boga

7. Dinas Kesehatan Kota Solok, Profil Kesehatan Kota Solok, 2010

8. Chandra W, Maria CH Winarti, H Mewengkang, Kasus Kontak Tuberkulosis

paru di klinik paru Rumah Sakit Umum Pusat Manado, Majalah Kedokteran

Indonesia, Maret 2004

9. Departemen Kesehatan RI, Strategi Penanggulangan Tuberkulosis Indonesia

2006-2010 : Jakarta, 2007

10. Tuberkulosis Paru, diakses http/www Infeksi,Com/penyakit Tuberkulosis

paru,html

11. Jhon C, Noman Horne, Fred Millier, Tuberkulosis Klinis, Widya Medica, 2002

12. Politeknik Kesehatan Malang, Buku Praktis Ahli Gizi, Jurusan Gizi, 2003

13. BPS Sumbar, Pelaksanaan Pendataan Rumah Tangga Miskin, Padang BPS, 2009

14. Elvina K, Pusat Kajian Gizi Regional, Universitas Indonesia, 2002

15. Teten Zalmi, Faktor resiko yang berhubungan dengan kejadian Tuberkulosis

paru diwilayah Kerja Puskesmas Padang Pasir, 2008

16. Yoeningsih, Faktor yang berhubungan dengan Kejadian Tuberkulosis paru di

RSUP M Jamil Padang, 2007 17. Jgon Lee Doucree, hubungan antara Status Gizi dan

status Sosial ekonomi

dengan kejadian Tuberkulosis paru di Puskesmas Limau Purut Kabupaten

Padang Pariaman, 2005

18. Suyono, pokok Bahan Modul Perumahan dan pemukiman Sehat, Pusdiknakes,

Page 24: Bab II Tinjauan Pustaka Boga

2005

19. Keputusan Menteri Kesehatan RI No. 829 Menkes SK/VII/1999 Tentang

Persyaratan Kesehatan Perumahan

20. Notoadmojo S, Ilmu Kesehatan Masyarakat : Jakarta, 1996

21. Sudigdo S, Dasar-dasar Metodologi Penelitian Klinis : Jakarta, 2002

22. Ridwan, Skala Pengukuran Variabel-variabel Penelitian : Bandung, Alfabeta

Bandung

23. Widoyono, Penyakit Tropis : Erlangga : Jakarta, 2005

24. Singarimbun M. Metode Penelitian Survei. Jakarta: Pustaka LP3ES; 2000.

25. Toni Lumban Tobing, Pengaruh Prilaku Penderita TB Paru dan Kondisi

Sanitasi terhadap Pencegahan Potensi Penularan TB Paru Pada Keluarga di

Kabupaten Tapanuli Utara, USU :2008

26. http://putraprabu.wordpress.com/2008/12/24/faktor-resiko-tbc

27. Rustono, faktor-faktor yang berhubungan dengan kejadian TB paru, Magister

Epidemiologi UNDIP Fakultas Kedokteran UNDIP

28. Machita Hanum, analisis hubungan perilaku masyarakat dengan lingkungan

fisisk terhadap penularan penyakit TB Paru di Jombang,

Page 25: Bab II Tinjauan Pustaka Boga

29. Helda Suarni, faktor resiko yang berhubungan dengan kejadian penderita TB

Paru di kecamatan Pancoran Mas Depok tahun 2009, UI