BAB II TINJAUAN PUSTAKA A. Tinjauan Penelitian...
Transcript of BAB II TINJAUAN PUSTAKA A. Tinjauan Penelitian...
8
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA
A. Tinjauan Penelitian Terdahulu
Penelitian mengenai Analisis Kinerja Keuangan Perusahaan Dengan
Menggunakan Metode Du Pont System oleh Prina dkk (2014). Penelitian ini
bertujuan untuk mengetahui kinerja keuangan perusahaan apabila dianalisis
dengan menggunakan analisis rasio keuangan dengan pendekatan Du Pont
System. Analisis data menggunakan metode Du Pont System dengan
perbandingan Trend Analysis yang terdiri dari Equity Multiplier, Return On
Investment atau Return On Assets, Net Profit Margin, Total Assets Turnover.
Hasil Penelitian menunjukkan bahwa kinerja keuangan pada tahun 2011-2013
masih berada dalam kondisi yang kurang baik. Hal tersebut dikarenakan
walaupun NPM, ROI dan ROE terus mengalami kenaikan selama tiga tahun
tersebut tetapi persentasenya masih sangat rendah.
Freddy dan Hildawati (2014) melakukan penelitian tentang Kinerja
Keuangan Perusahaan Dengan Menggunakan Metode Du Pont System. Tujuan
dari penelitian ini adalah untuk melihat kinerja keuangan perusahaan dalam
menghasilkan tingkat pengembalian investasi Return On Investment (ROI)
selama 3 tahun. Analisis data menggunakan Rasio Marjin Laba Bersih (Net
Profit Margin Ratio), Rasio Perputaran Total Aktiva (Total Assets Turnover
Ratio) dan Rasio Tingkat Pengembalian Investasi (Return On Investment).
Hasil penelitian menujukkan bahwa dari sepuluh perusahaan Food &
9
Beverages periode tahun 2008-2010 pada dasarnya baik. Perusahaan yang
memiliki kinerja paling baik berdasarkan dupon system adalah PT. Multi
Bintang Indonesia Tbk, dengan tingkat pengembalian investasinya dari tahun
2008-2010 mengalami peningkatan terus menerus
Lestari dan Dziqron (2014) meneilti tentang Kinerja Keuangan
Perusahaan Semen Yang Terdaftar Di BEI dengan menggunakan Du Pont
System. Penelitian ini bertujuan untuk memperoleh gambaran tentang kinerja
keuangan perusahaan semen dengan penerapan metode du pont system.
Analisis data menggunakan Total Aktiva / Total Asset Turnover., Rasio Laba
Bersih/ Net Profit Margin dan Return On Investment (ROI) Du Pont. Hasil
penelitian kinerja keuangan perusahaan selama lima tahun diperoleh rata-rata
industri dari masing-masing variabel yaitu Total Asset Turnover 0,87kali, Net
Profit Margin 17,95%, ROI (Du Pont) 15,91%. Dari perhitungan masing-
masing variabel PT Holcim Indonesia Tbk dalam menghasilkan laba kurang
baik. PT Indocement Tunggal Prakarsa Tbk. dalam menghasilkan laba cukup
baik. PT Semen Gresik (Persero) Tbk memiliki kinerja keuangan yang cukup
baik.
Berdasarkan penelitian sebelumnya, penelitian ini merupakan
pengembangan dari penelitian yang dilakukan oleh Freddy dan Hildawati
(2014) serta Lestari dan Dziqron (2014) dengan beberapa perubahan:
1. Tahun pengamatan yang digunakan adalah 2 tahun yaitu, antara tahun
2014-2015.
10
2. Perusahaan yang digunakan sebagai sampel adalah perusahaan yang
termasuk dalam industri makanan dan minuman, sedangkan penelitian
yang dilakukan oleh Lestari dan Dziqron (2014) menggunakan sampel
perusahaan Semen.
B. Tinjauan Teori
1. Laporan Keuangan
IAI (2004:2) menyatakan, bahwa laporan keuangan merupakan
bagian dari proses pelaporan keuangan. Laporan keuangan yang lengkap
terdiri dari neraca, laporan laba rugi, laporan perubahan ekuitas, laporan
arus kas, dan catatan atas laporan keuangan.
Laporan keuangan adalah suatu hasil akhir dari proses pencatatan
akuntansi yang digunakan sebagai alat untuk mengambil keputusan
(Baridwan, 2004:17).
Laporan keuangan dapat digunakan sebagai dasar untuk
menentukan atau menilai posisi keuangan perusahaan dan juga dapat
sebagai alat penguji dari pekerjaan bagian pembukuan dalam suatu
perusahaan. Laporan keuangan biasanya diterbitkan setahun sekali, dan
data yang dilaporkan bersifat historis. Data tersebut berguna untuk
perencanaan dan pengawasan yang dapat dipakai sebagai alat ukur
keberhasilan rencana yang dibuat waktu lalu. Laporan keuangan selain
dibuat sebagai dasar dalam pengambilan keputusan, juga dibuat untuk
pihak-pihak kepentingan seperti manajemen, pemilik, kreditur, investor,
bank dan pemerintah.
11
a. Tujuan Laporan Keuangan
IAI (2004:5) mengemukakan, bahwa tujuan laporan keuangan
adalah memberikan informasi tentang posisi keuangan, kinerja dan
arus kas perusahaan. Informasi tersebut bermanfaat bagi sebagian
besar kalangan pengguna laporan dalam rangka membuat keputusan
ekonomi serta menunjukkan pertanggungjawaban (stewardship)
manajemen atas penggunaan sumberdaya yang dipercayakan kepada
mereka.
Dalam rangka mencapai tujuan tersebut suatu laporan
keuangan menyajikan informasi mengenai perusahaan yang meliputi
aktiva, kewajiban, ekuitas, pendapatan dan beban termasuk
keuntungan dan kerugian, dan arus kas. Namun demikian, laporan
keuangan tidak menyediakan semua informasi yang mungkin
dibutuhkan pemakai dalam pengambilan keputusan ekonomi karena
secara umum menggambarkan pengaruh keuangan dari kejadian di
waktu lalu, dan tidak diwajibkan untuk menyediakan informasi non
keuangan.
b. Komponen Laporan Keuangan
Laporan keuangan yang lengkap menurut IAI (2004:2) terdiri
dari komponen-komponen sebagai berikut
1) Neraca, yaitu ringkasan posisi keuangan perusahaan pada periode
tertentu yang menunjukkan total aktiva sama dengan total
kewajiban ditambah ekuitas pemilik.
12
2) Laporan laba-rugi, yaitu ringkasan pendapatan dan biaya
perusahaan selama periode tertentu, diakhiri dengan laba atau
kerugian bersih untuk periode tersebut.
3) Laporan perubahan ekuitas, yaitu laporan yang menyajikan
perubahan modal pemilik dalam periode tertentu.
4) Laporan arus kas, yaitu melaporkan dampak dari kegiatan
operasi, investasi, dan pembiayaan perusahaan terhadap arus kas
selama periode.
5) Catatan atas laporan keuangan, yaitu laporan yang bisa dijadikan
informasi tentang dasar penyusunan laporan keuangan dan
kebijakan akuntansi yang dipilih dan diterapkan terhadap
peristiwa dan transaksi yang penting.
c. Sifat dan keterbatasan laporan keuangan
Menurut Harahap (2006:17) sifat dan keterbatasan laporan
keuangan adalah :
1) Laporan keuangan bersifat historis, yaitu merupakan laporan atas
kejadian yang telah lewat bukan masa kini.
2) Laporan keuangan bersifat umum, dan tidak dimaksudkan untuk
memenuhi kebutuhan pihak tertentu.
3) Proses penyusunan laporan keuangan menggunakan taksiran dan
berbagai pertimbangan.
4) Akuntansi hanya melaporkan informasi yang material.
13
5) Laporan keuangan bersifat konservatif dalam menghadapi
ketidak pastian.
2. Analisis Laporan Keuangan
Analisis laporan keuangan adalah suatu proses analisis terhadap
laporan keuangan perusahaan dengan tujuan tertentu sesuai dengan yang
dibutuhkan. Laporan keuangan merupakan alat yang sangat penting untuk
memperoleh indormasi sehubungan dengan posisi keuangan dan hasil-
hasil yang telah dicapai oleh perusahaan yang bersangkutan.
Analisis laporan keuangan tidak lain merupakan suatu proses
yang penuh pertimbangan dalam rangka membantu mengevaluasi posisi
keuangan dan hasil operasi perusahaan pada masa sekarang dan masa lalu,
dengan tujuan untuk menentukan estimasi dan prediksi yang paling
mungkin mengenai kondisi dan kinerja perusahaan pada masa mendatang
(Prastowo, 2005:30). Analisis terhadap laporan keuangan suatu
perusahaan pada dasarnya karena ingin mengetahui tingkat profitabilitas
(keuntungan) dan tingkat risiko atau tingkat kesehatan suatu perusahaan
(Hanafi, 2005:5).
Dari kedua pengertian diatas dapat disimpulkan bahwa analisis
laporan keuangan adalah merupakan suatu kegiatan menelaah dan
mengevaluasi yang lebih tepat dan menyeluruh mengenai laporan
keuangan perusahaan untuk tujuan tertentu yakni mengetahui tingkat
keuntungan serta tingkat kesehatan perusahaan di masa lalu dan di masa
sekarang.
14
3. Pembanding Analisa Rasio Keuangan
Menurut Mamduh dan Halim (2003:106) pada dasarnya ada dua
cara yang dapat dilakukan dalam perbandingan rasio financial perusahaan.
Kedua cara tersebut adalah:
a. Time Series Analysis
Perbandingan rasio saat ini dengan rasio masa lalu dan di
masa yang akan datang untuk perusahaan yang sama. Apabila rasio
keuangan dilakukan dalam beberapa tahun, maka bisa dipelajari
komposisi perubahan dan menentukan apakah ada kemajuan atau
kemunduran prestasi dan kondisi keuangan perusahaan selama
beberapa tahun tersebut.
Semakin banyak observasi yang dipunyai oleh analis, akan
semakin baik. Analisis Time Series ini bisa dilihat pengaruh variabel-
variabel seperti variabel makro ekonomi (resesi, inflasi), variabel
industri (perubahan industri, peraturan), variabel mikro ekonomi
(perubahan strategi, manajemen baru) terhadap data-data keuangan
sekaligus melihat pola-pola tertentu dari keuangan yang dipunyai.
Masalah yang timbul dalam perbandingan dengan periode
lalu adalah data periode lalu barangkali berada pada posisi yang tidak
memuaskan, sehingga data perode saat ini mungkin lebih besar belum
tentu merupakan berita baik. Selain itu analis harus memperhatikan
faktor-faktor yang akan berpengaruh besar terhadap perilaku data dan
bisa menjadi dasar interpretasi keuangan perusahaan, misalnya:
15
perubahan lini produk yang signifikan dan perubahan prinsip / metode
akutansi. Guna mengurangi masalah seperti ini, perbandingan dengan
perusahaan lain / rata-rata industri bisa dilakukan.
b. Cross-sectional Approach
Perbandingan rasio-rasio suatu perusahaan dengan
perusahaan lain yang sejenis dan sebanding dengan rata-rata rasio
industri. Idealnya perusahaan yang dipilih sebagai perbandingan
adalah perusahaan yang mempunyai produk serupa (memenuhi
kebutuhan yang sama, atau merupakan sustitusi saru sama lain),
mempunyai strategi, ukuran dan umur yang sama. Barangkali
perbandingan dengan satu atau dua perusahaan yang serupa bisa
dilakukan, baik atas dasar kesamaan dari sisi permintaan, kesamaan
dari atribut keuangan ataupun kesamaan dari jenis bahan baku, andai
data-data industri tidak ada.
Masalah yang mungkin timbul dari cross section adalah:
1) Di Negara-negara maju, data-data yang berkaitan dengan industri
sejenis biasanya bisa dicari, tetapi tidak demikian halnya di
Negara-negara berkembang seperti halnya Indonesia. Sebagian
besar perusahaan di Indonesia masih belum Go Public, dimana
biasanya tidak memberikan laporan keuangannya ke public
karena menjaga kerahasiaan, dengan demikian perbandingan
akan sulit diperoleh.
16
2) Tidak jelasnya industri sebagai perbandingan. Perusahan yang
besar biasanya melakukan diversifikasi pada beberapa sektor
usaha dan tidak melakukan pelaporan keuangan persegmen tetapi
pelaporan keuangan konsolidasi yang mencakup semua jenis
usaha, sehingga laporan ini kurang relevan dalam analisis
perbadingan.
3) Tidak tersedianya angka industri dalam negeri. Contohnya adalah
di Indonesia, PJKA merupakan satu-satunya angkutan kereta api.
Kondisi semacam ini perbandingan rata-rata rasio industri
perusahaan domestic tidak mungkin tercapai. Di sini barangkali
bisa membandingkan dengan angka rata-rata industri luar negeri,
tetapi kondisi lingkungan yang berbeda mungkin merupakan
suatu faktor yang harus diperhitungkan.
4. Kinerja Keuangan
a. Tujuan Kinerja Keuangan
Dalam persaingan global, kondisi perusahaan ynga sehat
merupakan suatu hal yang sangat penting untuk dapat bertahan dan
mengembangkan diri dalam menjalankan operasinya sehingga tujuan
yang ditetapkan tercapai. Salah satu cara untuk mengetahui
perusahaan dapat menjalankan operasinya sesuai dengan rencana dan
tujuan yang telah ditetapkan adalah dengan mengetahui kinerja
perusahaan.
17
Pengertian kinerja adalah penentuan secara periodik
efektifitas operasional suatu organisasi, dan personelnya, berdasarkan
sasaran, standar, dan kriteria yang telah ditetapkan sebelumnya
(Mulyadi dan Setyawan, 2001:353). Berdasarkan hal tersebut, kinerja
keuangan dapat didefinisikan sebagai alat untuk mengukur dan
menilai prestasi kerja perusahaan-perusahaan melalui laporan
keuangan yang dikeluarkan secara periodik. Dalam melakukan
penilaian terhadap kinerja keuangan, kita perlu mengukur output
maupun input untuk mengukur perubahan harga saham (output).
Kinerja keuangan dapat diukur melalui analisis laporan
keuangan sebab analisis laporan keuangan selain digunakan sebagai
alat untuk mengetahui tingkat profitabilitas juga digunakan sebagai
alat untuk mengetahui tingkat resiko atau kesehatan suatu perusahaan.
Menurut Munawir (2005:31) tujuan dan kinerja keuangan adalah :
1) Untuk mengetahui likuiditas yaitu kemampuan perusahaan untuk
memenuhi kewajiban keuangan pada saat ditagih
2) Untuk mengetahui tingkat solvabilitas yaitu menunjukkan
kemampuan perusahaan untuk memenuhi kewajiban keuangan
apabila perusahaan tersebut dilikuiditas, baik kewajban jangka
pendek maupun kewajiban jangka panjang.
3) Untuk mengetahui tingkat rentabilitas (profitabilitas) yaitu
menunjukan kemampuan perusahaan dalam memperoleh laba
sebelum periode tertentu.
18
4) Untuk mengetahui stabilitas usaha yaitu kemampuan perusahaan
untuk melakukan usahanya dengan stabil yang diukur dengan
mempertimbangkan kemampuan perusahaan untuk membayar
deviden secara teratur kepada para pemegang saham tanpa
mengalami hambatan atau krisis keuangan.
b. Pengukuran Kinerja keuangan
Pengukuran kinerja perusahaan selama ini menggunakan
analisis financial. Hal ini dapat dilihat dalam analisis rasio yang
disusun dengan cara menggabungkan angka-angka didalam atau
antara laporan rugi-laba dan neraca yang memberikan gambaran
kondisi perusahaan saat ini. Analisis rasio selain bermanfaat bagi
manajer keuangan dalam meramalkan reaksi penanaman modal dan
kreditur juga bermanfaat dalam menentukan langkah yang ditempuh
untuk diperoleh tambahan dana.
Analisis rasio keuangan juga selain dapat memberikan
informasi tentang prospek dan resiko perusahaan yang nantinya akan
berpengaruh terhadap harapan investor pada perusahaan tersebut di
masa yang akan datang juga memiliki beberapa keterbatasan yaitu :
1) Rasio tersebut dibentuk dari data akuntansi dan data ini
dipengaruhi oleh cara penafsiran dan bahkan bisa manipulasi.
2) Manajer keuangan haruslah berhati-hati dalam menilai apakah
suatu rasio tertentu baik atau buruk didalam membentuk penilaian
19
menyeluruh dari perusahaan berdasarkan serangkaian rasio
keuangan.
3) Dalam setiap menganalisis rasio, angka-angka yang diperoleh
dari perhitungan tidak bisa berdiri sendiri. Rasio tersebut akan
berarti jika terdiri dari 2 hal tersebut :
Adapun perbandingannya dengan perusahaan sejenis yang
mempunyai tingkat resiko yang hampir sama.
a) Adapun analisis kecenderungan dari setiap tahun-tahun
sebelumnya.
b) Pencapaian target sesuai dengan rata-rata industri tidak
menunjukan performance suatu perusahaan yang baik,
kebanyakan perusahaan menginginkan tingkat yang lebih
baik dari rata-rata industri.
5. Analisis Du Pont System
Syamsudin (2001:58) mengemukakan, bahwa dengan
menggunakan Du Pont System akan dapat dilihat Return On Investment
yang dihasilkan melalui perkalian antara keuntungan dari komponen sales
serta efisiensi penggunaan total assets dalam menghasilkan keuntungan
tersebut. Weston (2005:152) mengemukakan, bahwa analisis Du Pont
System adalah merupakan suatu analisis yang mencakup seluruh rasio
aktivitas dan margin keuangan atas penjualan yang menunjukkan
bagaimana rasio-rasio tersebut berinteraksi dalam menentukan
profitabilitas aktiva-aktiva yang dimiliki perusahaan.
20
Sedangkan pendapat Sutrisno (2001:256) adalah suatu analisis
yang digunakan untuk mengontrol perubahan dalam rasio aktivitas dan net
profit margin dan seberapa besar pengaruhnya terhadap ROI. Menurut
Syafarudin (2003:128) analisis Du Pont penting bagi manajer untuk
mengetahui faktor mana yang paling kuat pengaruhnya antara profit
margin dan total asset turnover terhadap ROI. Disamping itu dengan
menggunakan analisis ini, pengendalian biaya dapat diukur dan efisiensi
perputaran aktiva sebagai akibat turun naiknya penjualan dapat diukur
menggunakan Du Pont System.
Sistem perencanaan dan pengendalian keuangan menurut Weston
dan Copeland (2002:312) disebut sebagai Du Pont System merupakan
pendekatan lain yang komprehensif dengan penerapan pada tingkat
perusahaan dan tingkat divisi atau segmen. Sistem ini dapat menjadi sarana
prakiraan jangka yang lebih panjang (5-10 tahun) atau proyeksi-proyeksi
tahunan bahkan bulanan.
Dari keterangan tersebut dapat disimpulkan bahwa analisis Du
Pont System merupakan analisis yang mencakup rasio aktivitas dan margin
keuntungan atas penjualan untuk menentukan profitabilitas yang dimiliki
perusahaan. Du Pont System yaitu merupakan suatu sistem analisis yang
menunjukkan hubungan antara Return On Investment (ROI), Total Assets
Turnover, dan Profit Margin.
Menurut Weston (2005:313) skema dari Du Pont System adalah
sebagai berikut :
21
Gambar 2.1. Du Pont System
Sumber: Weston dan Copeland (2005)
Berdasarkan gambar tersebut dapat dijelaskan sebagai
berikut :
1) Pada sisi sebelah atas gambar tersebut menunjukkan rasio
perputaran. Bagian itu menunjukkan bagaimana aktiva lancar
Return On
Investment
(ROI)
Perputaran
Aktiva
Profit Margin
On Sales
Penjualan
Aktiva Lancar
Kas
Surat-surat
Berharga
Piutang
Persediaan
Harga Pokok
Penjualan
Biaya Operasi
Penjualan
Penyusutan
Bunga
Pajak
Pendapatan
Lain-lain
Aktiva Tetap
Total Aktiva
Total Biaya
Penjualan
Laba Bersih
Penjualan
+
+
+
+
+
+
+
-
+
+
22
(kas, surat-surat berharga, piutang dan persediaan) ditambah
dengan aktiva menghasilkan total aktiva. Penjualan dibagi
dengan total aktiva menghasilkan perputaran aktiva.
2) Pada sisi sebelah bawah menunjukkan margin keuntungan atas
penjualan (profit margin on sales), dimana pada sisi itu semua
biaya-biaya ditambahkan dengan pajak dan pendapatan lain-lain
serta dikurangi penjualan, maka akan menghasilkan laba bersih.
Setelah itu laba bersih dibagi dengan penjualan akan
menghasilkan profit margin on sales.
3) Pada akhirnya jika rasio perputaran aktiva pada sisi sebelah atas
dikalikan dengan margin keuntungan atas penjualan pada sisi
sebelah bawah, maka akan menghasilkan return on investment.
Secara matematis skema di atas diperlihatkan dalam suatu
persamaan yang menghasilkan angka return on investment
sebagai berikut :
ROI =Aktiva Total
Penjualan x
Penjualan
EAT
Atau :
ROI = Net Profit Margin x Total Assets Turnover
Misalnya tingkat pengembalian investasi suatu perusahaan pada
tahun pertama atau sebesar 12%, tahun kedua 13% dan tahun
ketiga 15%, maka jelas menunjukkan bahwa kondisi perusahaan
tersebut semakin baik, atau dengan kata lain semakin tinggi
23
tingkat pengembalian investasi tiap periode pada perusahaan
maka perusahaan tersebut bisa berkembang.
a. Return On Investment (ROI)
Menurut pendapat Supriyono (1999:163) ROI adalah cara
menentukan besarnya rasio laba dengan investasinya.
Rumus perhitungan ROI adalah :
ROI = Rasio terhadap penjualan x Perputaran investasi
= Investasi
Penjualan x
Penjualan
Laba
= Investasi
Laba x 100%
Secara umum ROI didefinisikan sebagai ukuran
laba/keuntungan dibagi dengan investasi yang diperlukan untuk
mendapatkan laba/keuntungan itu (Horngren, 2000:367).
Return on Investment (ROI) diperoleh dengan cara membagi
laba dengan rata-rata investasi, atau
ROI = Investasi rata-Rata
Laba
Persamaan tersebut dapat diperluas lebih lanjut menjadi :
ROI = Investasi rata-Rata
Penjualan Hasil x
Penjualan Hasil
Laba
Dengan demikian rumus ROI mempunyai dua komponen :
(1) Return on sales (yaitu laba dibagi hasil penjualan) dan (2) Capital
turnover (yaitu hasil penjualan dibagi rata-rata investasi). Bonus ROI
yang terakhir ini lebih bermanfaat untuk analisis kinerja karena
24
manajemen dapat mengarahkan perhatiannya kepada tiga faktor yang
menyebabkan perubahan return on investment. Tiga faktor tersebut
adalah : perubahan hasil penjualan, perubahan biaya dan perubahan
investasi (Mulyadi dan Jhony, 2001:161).
Sebagai alat pengukur kinerja, ROI mempunyai beberapa
keunggulan dan kelemahan. Menurut Abdullah (2002:50) kelebihan
ROI antara lain:
1) Selain ROI berguna sebagai alat control juga berguna untuk
keperluan perencanaan. ROI dapat digunakansebagai dasar
pengambilan keputusan apabila perusahaan akan melakukan
ekspansi.
2) ROI dipergunakan sebagai alat ukur profitabilitas dari masing-
masing produk yang dihasilkan oleh perusahaan. Dengan
menerapkan sistem biaya produksi yang baik, maka modal dan
biaya dapat dialokasikan ke dalam produk yang dihasilkan oleh
perusahaan, sehingga dapat dihitung masing-masing.
3) Kegunaan ROI yang paling prinsip adalah berkaitan dengan
efisiensi penggunaan modal, efisiensi produk dan efisiensi
penjualan. Hal ini dapat dicapai apabila perusahaan telah
melaksanakan praktik akutansi secara benar dalam artian
mematuhi sistem dan prinsip-prinsip akutansi yang ada
Menurut Abdullah (2002:51) kelemahan dari ROI antara
lain:
25
1) Metode ini terlalu menyederhanakan masalah pengukuran karena
hanya menggunakan rasio tunggal. Trade-off laba dengan
investasi perlu mempertimbangkan jenis aktiva karena:
2) Jenis aktiva yang berbeda kemungkinan berasal dari modal yang
berbeda sehingga biaya modalnya juga berbeda.
3) Jenis aktiva yang sama, meskipun digunakan oleh divisi yang
berbeda seharusnya menghasilkan return yang sama.
4) Besarnya ROI yang diharapkan dapat berbeda untuk divisi yang
menggunakan investasi yang sebanding. Sebaiknya divisi yang
menggunakan investasi yang sebanding mempunyai target laba
yang sama sehingga prestasi manajernya dinilai atas dasar
kemampuan untuk melampaui target laba yang diharapkan.
5) Terlalu mendasarkan pada laba akuntansi, padahal pengukuran
kinerja divisi terutama untuk pihak dalam organisasi pengukuran
investasinya terbatas pada metode harga perolehan mula-mula
dan nilai buku.
6) Mudah menimbulkan konflik antara tujuan divisi dengan tujuan
divisi lain, maupun dengan tujuan perusahaan secara keseluruhan.
Konflik tersebut disebabkan karena :
a) Manajer divisi investasi tidak menerima tambahan investasi
yang ROI-nya lebih tinggi dibandingkan dengan ROI
perusahaan secara keseluruhan atau ROI divisi-divisi lain,
26
namun lebih rendah dibandingkan dengan ROI divisi yang
bersangkutan.
b) Manajer divisi senang menerima tambahan investasi yang
ROI-nya lebih rendah dibandingkan dengan ROI perusahaan
secara keseluruhan atau ROI lain, namun lebih tinggi
dibandingkan ROI divisi yang bersangkutan.
c) Dalam rangka meningkatkan ROI jangka pendek, divisi
berusaha menekan biaya, terutama biaya kebijakannya
serendah mungkin. Namun tindakan ini dapat merugikan
tujuan perusahaan secara keseluruhan dalam jangka panjang.
d) ROI hanya mengukur salah satu keberhasilan pencapaian
tujuan yaitu tujuan yang bersifat keuangan suatu divisi.
Selain tujuan yang bersifat keuangan, perusahaan masih
mempunyai tujuan lain yang juga penting misalnya tingkat
kepuasan karyawan, moral, tanggung jawab sosial,
pelestarian lingkungan, dan sebagainya.
Keterbatasan Teknik Pengendalian ROI antara lain :
1) Penyusutan (depreciation). ROI sangat peka terhadap kebijakan
penyusutan. Bila suatu divisi menyusutkan aktivanya dalam
waktu singkat/cepat, maka laba tahunannya (dan ROI-nya) akan
lebih rendah.
2) Nilai buku aktiva (book value of assets). Suatu divisi yang
umurnya relatif sudah lama dan menggunakan aktiva yang
27
sebagian besar telah susut, maka biaya penyusutan dan dasar
perhitungan investasinya tentunya rendah. Keadaan ini
menjadikan ROI-nya lebih tinggi dibanding divisi yang baru
dibentuk.
3) Penetapan harga transfer (transfer pricing). Di bagian besar
perusahaan, ada divisi yang menjual barang ke divisi lainnya.
Misalnya di General Motor, divisi fisher body menjual ke divisi
chevrolet. Pada keadaan ini harga yang ditetapkan atas barang-
barang yang ditransfer antar divisi mempunyai pengaruh yang
mendasar pada laba divisi. Bila harga transfer kerangka mobil
ditetapkan relatif tinggi maka divisi fisher body akan mempunyai
ROI yang relatif tinggi, sedangkan ROI dari chevrolet akan
rendah.
4) Jangka waktu (time period). Banyak proyek yang masa
persiapannya lama, selama jangka waktu mana harus dikeluarkan
biaya-biaya untuk riset dan pengembangan, pendirian pabrik,
pengembangan pasar dan lain-lain. Pembelanjaan seperti ini
menambah tingginya dasar perhitungan investasi tanpa imbalan
kenaikan laba untuk beberapa tahun. Dalam periode ini ROI divisi
akan sangat menurun dan bila tidak diawasi, terdapat
kemungkinan manajernya akan dikenakan sanksi tanpa alasan.
Melihat frekuensi perpindahan personil di perusahaan-
perusahaan besar, mudah dimengerti mengapa masalah waktu itu
28
ternyata menyebabkan manajer segera melakukan investasi
jangka panjang waktu untuk kepentingan perusahaan.
5) Kondisi industri (industry condition). Adanya kondisi industri
yang berbeda di mata satu sektor divisi menguntungkan dan yang
lain lebih rendah dimana persaingan tinggi, maka keadaan
semacam ini dianggap baik bagi yang menguntungkan dan jelek
bagi yang lebih rendah. Jadi kondisi eksternal harus
diperhitungkan dalam menilai hasil kerja ROI masing-masing
divisi.
b. Keunggulan dan Kelemahan Analisis Du Pont System
Adapun Kelemahan analisis Du Pont System antara lain
(Harahap,2006 :333):
1) Sebagai pengendalian pengembalian investasi (ROI) Hasil
pengembalian dihitung berdasarkan laba operasional yaitu
sebelum pajak dan harga. Manajemen yang menggunakan
pengendalian ROI harus memperhitungkan perbedaan antar divisi
yang harus disesuaikan dulu agar perbandingannya setaraf.
2) Dapat digunakan untuk alokasi dana ke masing-masing divisi
perusahaan sebagai keseluruhan mempunyai sumberdaya
keuangan dalam bentuk laba yang ditahan, arus kas dari
penyusutan, kemampuan memperoleh tambahan hutang dan dana
ekuitas dari pasar modal.
29
3) Sebagai salah satu teknik analisis keuangan yang menyeluruh.
Dengan analisis ini manajemen akan dapat mengetahui tingkat
efisiensi pendayagunaan aktiva.
4) Dapat digunakan untuk mengukur efisiensi tindakan-tindakan
yang dilakukan oleh divisi yang ada dalam perusahaan.
5) Dapat digunakan untuk mengukur profitabilitas dari masing-
masing produk yang dihasilkan perusahaan.
6) Berguna untuk keperluan kontrol dan perencanaan bagi pihak
manajemen.
Adapun Kelemahan analisis Du Pont System antara lain
(Harahap,2006:334):
1) Kesukarannya dalam membandingkan rate of return suatu
perusahaan dengan perusahaan lain yang sejenis mengingat
praktek akuntansi yang digunakan masing-masing perusahaan
tersebut berbeda-beda.
2) Dengan menggunakan analisis rate of return on investment saja
tidak akan dapat digunakan untuk mengadakan perbandingan
antara dua perusahaan atau lebih dengan mendapatkan
kesimpulan yang memuaskan.
3) Adanya fluktuasi nilai uang (daya belinya). Suatu mesin atau
perlengkapan tertentu yang dibeli dalam keadaan inflasi nilainya
berbeda jika dibeli pada waktu tidak ada inflasi. Hal inilah yang
akan berpengaruh dalam menghitung assets turnover dan profit.
30
C. Kerangka Pikir
Berdasarkan kerangka pikir Gambar 2.2, pada penelitian ini akan
dianalisis kinerja keuangan Perusahaan Makanan dan Minuman yang terdaftar
di BEI. dengan menggunakan Du Pont System dan hasil perhitungan yaitu Total
Asset Turnover (TATO), Net Profit Margin (NPM), Return On Investment
(ROI) hasil yang diperoleh akan dianalisis dengan Time Series dan Cross
Section untuk mengetahui adanya penurunan dan peningkatan pada kinerja
perusahaan.
Gambar 2.2 Kerangka Pikir Penelitian
Perusahaan Makanan dan Minuman yang
Terdaftar di BEI
Laporan Keuangan
Du Pont System
Analysis
Total Assets Turnover Net Profit Margin Return on Investment
Kinerja Keuangan
Perusahaan
Time Series & Cross Section
Penurunan Kinerja Peningkatan Kinerja