BAB II TINJAUAN PUSTAKA A. Tinjauan Penelitian...

23
8 BAB II TINJAUAN PUSTAKA A. Tinjauan Penelitian Terdahulu Penelitian mengenai Analisis Kinerja Keuangan Perusahaan Dengan Menggunakan Metode Du Pont System oleh Prina dkk (2014). Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui kinerja keuangan perusahaan apabila dianalisis dengan menggunakan analisis rasio keuangan dengan pendekatan Du Pont System. Analisis data menggunakan metode Du Pont System dengan perbandingan Trend Analysis yang terdiri dari Equity Multiplier, Return On Investment atau Return On Assets, Net Profit Margin, Total Assets Turnover. Hasil Penelitian menunjukkan bahwa kinerja keuangan pada tahun 2011-2013 masih berada dalam kondisi yang kurang baik. Hal tersebut dikarenakan walaupun NPM, ROI dan ROE terus mengalami kenaikan selama tiga tahun tersebut tetapi persentasenya masih sangat rendah. Freddy dan Hildawati (2014) melakukan penelitian tentang Kinerja Keuangan Perusahaan Dengan Menggunakan Metode Du Pont System. Tujuan dari penelitian ini adalah untuk melihat kinerja keuangan perusahaan dalam menghasilkan tingkat pengembalian investasi Return On Investment (ROI) selama 3 tahun. Analisis data menggunakan Rasio Marjin Laba Bersih (Net Profit Margin Ratio), Rasio Perputaran Total Aktiva (Total Assets Turnover Ratio) dan Rasio Tingkat Pengembalian Investasi (Return On Investment). Hasil penelitian menujukkan bahwa dari sepuluh perusahaan Food &

Transcript of BAB II TINJAUAN PUSTAKA A. Tinjauan Penelitian...

Page 1: BAB II TINJAUAN PUSTAKA A. Tinjauan Penelitian Terdahulueprints.umm.ac.id/39581/3/jiptummpp-gdl-mohhadiyan-50444-3-babii.pdfpenelitian kinerja keuangan perusahaan selama lima tahun

8

BAB II

TINJAUAN PUSTAKA

A. Tinjauan Penelitian Terdahulu

Penelitian mengenai Analisis Kinerja Keuangan Perusahaan Dengan

Menggunakan Metode Du Pont System oleh Prina dkk (2014). Penelitian ini

bertujuan untuk mengetahui kinerja keuangan perusahaan apabila dianalisis

dengan menggunakan analisis rasio keuangan dengan pendekatan Du Pont

System. Analisis data menggunakan metode Du Pont System dengan

perbandingan Trend Analysis yang terdiri dari Equity Multiplier, Return On

Investment atau Return On Assets, Net Profit Margin, Total Assets Turnover.

Hasil Penelitian menunjukkan bahwa kinerja keuangan pada tahun 2011-2013

masih berada dalam kondisi yang kurang baik. Hal tersebut dikarenakan

walaupun NPM, ROI dan ROE terus mengalami kenaikan selama tiga tahun

tersebut tetapi persentasenya masih sangat rendah.

Freddy dan Hildawati (2014) melakukan penelitian tentang Kinerja

Keuangan Perusahaan Dengan Menggunakan Metode Du Pont System. Tujuan

dari penelitian ini adalah untuk melihat kinerja keuangan perusahaan dalam

menghasilkan tingkat pengembalian investasi Return On Investment (ROI)

selama 3 tahun. Analisis data menggunakan Rasio Marjin Laba Bersih (Net

Profit Margin Ratio), Rasio Perputaran Total Aktiva (Total Assets Turnover

Ratio) dan Rasio Tingkat Pengembalian Investasi (Return On Investment).

Hasil penelitian menujukkan bahwa dari sepuluh perusahaan Food &

Page 2: BAB II TINJAUAN PUSTAKA A. Tinjauan Penelitian Terdahulueprints.umm.ac.id/39581/3/jiptummpp-gdl-mohhadiyan-50444-3-babii.pdfpenelitian kinerja keuangan perusahaan selama lima tahun

9

Beverages periode tahun 2008-2010 pada dasarnya baik. Perusahaan yang

memiliki kinerja paling baik berdasarkan dupon system adalah PT. Multi

Bintang Indonesia Tbk, dengan tingkat pengembalian investasinya dari tahun

2008-2010 mengalami peningkatan terus menerus

Lestari dan Dziqron (2014) meneilti tentang Kinerja Keuangan

Perusahaan Semen Yang Terdaftar Di BEI dengan menggunakan Du Pont

System. Penelitian ini bertujuan untuk memperoleh gambaran tentang kinerja

keuangan perusahaan semen dengan penerapan metode du pont system.

Analisis data menggunakan Total Aktiva / Total Asset Turnover., Rasio Laba

Bersih/ Net Profit Margin dan Return On Investment (ROI) Du Pont. Hasil

penelitian kinerja keuangan perusahaan selama lima tahun diperoleh rata-rata

industri dari masing-masing variabel yaitu Total Asset Turnover 0,87kali, Net

Profit Margin 17,95%, ROI (Du Pont) 15,91%. Dari perhitungan masing-

masing variabel PT Holcim Indonesia Tbk dalam menghasilkan laba kurang

baik. PT Indocement Tunggal Prakarsa Tbk. dalam menghasilkan laba cukup

baik. PT Semen Gresik (Persero) Tbk memiliki kinerja keuangan yang cukup

baik.

Berdasarkan penelitian sebelumnya, penelitian ini merupakan

pengembangan dari penelitian yang dilakukan oleh Freddy dan Hildawati

(2014) serta Lestari dan Dziqron (2014) dengan beberapa perubahan:

1. Tahun pengamatan yang digunakan adalah 2 tahun yaitu, antara tahun

2014-2015.

Page 3: BAB II TINJAUAN PUSTAKA A. Tinjauan Penelitian Terdahulueprints.umm.ac.id/39581/3/jiptummpp-gdl-mohhadiyan-50444-3-babii.pdfpenelitian kinerja keuangan perusahaan selama lima tahun

10

2. Perusahaan yang digunakan sebagai sampel adalah perusahaan yang

termasuk dalam industri makanan dan minuman, sedangkan penelitian

yang dilakukan oleh Lestari dan Dziqron (2014) menggunakan sampel

perusahaan Semen.

B. Tinjauan Teori

1. Laporan Keuangan

IAI (2004:2) menyatakan, bahwa laporan keuangan merupakan

bagian dari proses pelaporan keuangan. Laporan keuangan yang lengkap

terdiri dari neraca, laporan laba rugi, laporan perubahan ekuitas, laporan

arus kas, dan catatan atas laporan keuangan.

Laporan keuangan adalah suatu hasil akhir dari proses pencatatan

akuntansi yang digunakan sebagai alat untuk mengambil keputusan

(Baridwan, 2004:17).

Laporan keuangan dapat digunakan sebagai dasar untuk

menentukan atau menilai posisi keuangan perusahaan dan juga dapat

sebagai alat penguji dari pekerjaan bagian pembukuan dalam suatu

perusahaan. Laporan keuangan biasanya diterbitkan setahun sekali, dan

data yang dilaporkan bersifat historis. Data tersebut berguna untuk

perencanaan dan pengawasan yang dapat dipakai sebagai alat ukur

keberhasilan rencana yang dibuat waktu lalu. Laporan keuangan selain

dibuat sebagai dasar dalam pengambilan keputusan, juga dibuat untuk

pihak-pihak kepentingan seperti manajemen, pemilik, kreditur, investor,

bank dan pemerintah.

Page 4: BAB II TINJAUAN PUSTAKA A. Tinjauan Penelitian Terdahulueprints.umm.ac.id/39581/3/jiptummpp-gdl-mohhadiyan-50444-3-babii.pdfpenelitian kinerja keuangan perusahaan selama lima tahun

11

a. Tujuan Laporan Keuangan

IAI (2004:5) mengemukakan, bahwa tujuan laporan keuangan

adalah memberikan informasi tentang posisi keuangan, kinerja dan

arus kas perusahaan. Informasi tersebut bermanfaat bagi sebagian

besar kalangan pengguna laporan dalam rangka membuat keputusan

ekonomi serta menunjukkan pertanggungjawaban (stewardship)

manajemen atas penggunaan sumberdaya yang dipercayakan kepada

mereka.

Dalam rangka mencapai tujuan tersebut suatu laporan

keuangan menyajikan informasi mengenai perusahaan yang meliputi

aktiva, kewajiban, ekuitas, pendapatan dan beban termasuk

keuntungan dan kerugian, dan arus kas. Namun demikian, laporan

keuangan tidak menyediakan semua informasi yang mungkin

dibutuhkan pemakai dalam pengambilan keputusan ekonomi karena

secara umum menggambarkan pengaruh keuangan dari kejadian di

waktu lalu, dan tidak diwajibkan untuk menyediakan informasi non

keuangan.

b. Komponen Laporan Keuangan

Laporan keuangan yang lengkap menurut IAI (2004:2) terdiri

dari komponen-komponen sebagai berikut

1) Neraca, yaitu ringkasan posisi keuangan perusahaan pada periode

tertentu yang menunjukkan total aktiva sama dengan total

kewajiban ditambah ekuitas pemilik.

Page 5: BAB II TINJAUAN PUSTAKA A. Tinjauan Penelitian Terdahulueprints.umm.ac.id/39581/3/jiptummpp-gdl-mohhadiyan-50444-3-babii.pdfpenelitian kinerja keuangan perusahaan selama lima tahun

12

2) Laporan laba-rugi, yaitu ringkasan pendapatan dan biaya

perusahaan selama periode tertentu, diakhiri dengan laba atau

kerugian bersih untuk periode tersebut.

3) Laporan perubahan ekuitas, yaitu laporan yang menyajikan

perubahan modal pemilik dalam periode tertentu.

4) Laporan arus kas, yaitu melaporkan dampak dari kegiatan

operasi, investasi, dan pembiayaan perusahaan terhadap arus kas

selama periode.

5) Catatan atas laporan keuangan, yaitu laporan yang bisa dijadikan

informasi tentang dasar penyusunan laporan keuangan dan

kebijakan akuntansi yang dipilih dan diterapkan terhadap

peristiwa dan transaksi yang penting.

c. Sifat dan keterbatasan laporan keuangan

Menurut Harahap (2006:17) sifat dan keterbatasan laporan

keuangan adalah :

1) Laporan keuangan bersifat historis, yaitu merupakan laporan atas

kejadian yang telah lewat bukan masa kini.

2) Laporan keuangan bersifat umum, dan tidak dimaksudkan untuk

memenuhi kebutuhan pihak tertentu.

3) Proses penyusunan laporan keuangan menggunakan taksiran dan

berbagai pertimbangan.

4) Akuntansi hanya melaporkan informasi yang material.

Page 6: BAB II TINJAUAN PUSTAKA A. Tinjauan Penelitian Terdahulueprints.umm.ac.id/39581/3/jiptummpp-gdl-mohhadiyan-50444-3-babii.pdfpenelitian kinerja keuangan perusahaan selama lima tahun

13

5) Laporan keuangan bersifat konservatif dalam menghadapi

ketidak pastian.

2. Analisis Laporan Keuangan

Analisis laporan keuangan adalah suatu proses analisis terhadap

laporan keuangan perusahaan dengan tujuan tertentu sesuai dengan yang

dibutuhkan. Laporan keuangan merupakan alat yang sangat penting untuk

memperoleh indormasi sehubungan dengan posisi keuangan dan hasil-

hasil yang telah dicapai oleh perusahaan yang bersangkutan.

Analisis laporan keuangan tidak lain merupakan suatu proses

yang penuh pertimbangan dalam rangka membantu mengevaluasi posisi

keuangan dan hasil operasi perusahaan pada masa sekarang dan masa lalu,

dengan tujuan untuk menentukan estimasi dan prediksi yang paling

mungkin mengenai kondisi dan kinerja perusahaan pada masa mendatang

(Prastowo, 2005:30). Analisis terhadap laporan keuangan suatu

perusahaan pada dasarnya karena ingin mengetahui tingkat profitabilitas

(keuntungan) dan tingkat risiko atau tingkat kesehatan suatu perusahaan

(Hanafi, 2005:5).

Dari kedua pengertian diatas dapat disimpulkan bahwa analisis

laporan keuangan adalah merupakan suatu kegiatan menelaah dan

mengevaluasi yang lebih tepat dan menyeluruh mengenai laporan

keuangan perusahaan untuk tujuan tertentu yakni mengetahui tingkat

keuntungan serta tingkat kesehatan perusahaan di masa lalu dan di masa

sekarang.

Page 7: BAB II TINJAUAN PUSTAKA A. Tinjauan Penelitian Terdahulueprints.umm.ac.id/39581/3/jiptummpp-gdl-mohhadiyan-50444-3-babii.pdfpenelitian kinerja keuangan perusahaan selama lima tahun

14

3. Pembanding Analisa Rasio Keuangan

Menurut Mamduh dan Halim (2003:106) pada dasarnya ada dua

cara yang dapat dilakukan dalam perbandingan rasio financial perusahaan.

Kedua cara tersebut adalah:

a. Time Series Analysis

Perbandingan rasio saat ini dengan rasio masa lalu dan di

masa yang akan datang untuk perusahaan yang sama. Apabila rasio

keuangan dilakukan dalam beberapa tahun, maka bisa dipelajari

komposisi perubahan dan menentukan apakah ada kemajuan atau

kemunduran prestasi dan kondisi keuangan perusahaan selama

beberapa tahun tersebut.

Semakin banyak observasi yang dipunyai oleh analis, akan

semakin baik. Analisis Time Series ini bisa dilihat pengaruh variabel-

variabel seperti variabel makro ekonomi (resesi, inflasi), variabel

industri (perubahan industri, peraturan), variabel mikro ekonomi

(perubahan strategi, manajemen baru) terhadap data-data keuangan

sekaligus melihat pola-pola tertentu dari keuangan yang dipunyai.

Masalah yang timbul dalam perbandingan dengan periode

lalu adalah data periode lalu barangkali berada pada posisi yang tidak

memuaskan, sehingga data perode saat ini mungkin lebih besar belum

tentu merupakan berita baik. Selain itu analis harus memperhatikan

faktor-faktor yang akan berpengaruh besar terhadap perilaku data dan

bisa menjadi dasar interpretasi keuangan perusahaan, misalnya:

Page 8: BAB II TINJAUAN PUSTAKA A. Tinjauan Penelitian Terdahulueprints.umm.ac.id/39581/3/jiptummpp-gdl-mohhadiyan-50444-3-babii.pdfpenelitian kinerja keuangan perusahaan selama lima tahun

15

perubahan lini produk yang signifikan dan perubahan prinsip / metode

akutansi. Guna mengurangi masalah seperti ini, perbandingan dengan

perusahaan lain / rata-rata industri bisa dilakukan.

b. Cross-sectional Approach

Perbandingan rasio-rasio suatu perusahaan dengan

perusahaan lain yang sejenis dan sebanding dengan rata-rata rasio

industri. Idealnya perusahaan yang dipilih sebagai perbandingan

adalah perusahaan yang mempunyai produk serupa (memenuhi

kebutuhan yang sama, atau merupakan sustitusi saru sama lain),

mempunyai strategi, ukuran dan umur yang sama. Barangkali

perbandingan dengan satu atau dua perusahaan yang serupa bisa

dilakukan, baik atas dasar kesamaan dari sisi permintaan, kesamaan

dari atribut keuangan ataupun kesamaan dari jenis bahan baku, andai

data-data industri tidak ada.

Masalah yang mungkin timbul dari cross section adalah:

1) Di Negara-negara maju, data-data yang berkaitan dengan industri

sejenis biasanya bisa dicari, tetapi tidak demikian halnya di

Negara-negara berkembang seperti halnya Indonesia. Sebagian

besar perusahaan di Indonesia masih belum Go Public, dimana

biasanya tidak memberikan laporan keuangannya ke public

karena menjaga kerahasiaan, dengan demikian perbandingan

akan sulit diperoleh.

Page 9: BAB II TINJAUAN PUSTAKA A. Tinjauan Penelitian Terdahulueprints.umm.ac.id/39581/3/jiptummpp-gdl-mohhadiyan-50444-3-babii.pdfpenelitian kinerja keuangan perusahaan selama lima tahun

16

2) Tidak jelasnya industri sebagai perbandingan. Perusahan yang

besar biasanya melakukan diversifikasi pada beberapa sektor

usaha dan tidak melakukan pelaporan keuangan persegmen tetapi

pelaporan keuangan konsolidasi yang mencakup semua jenis

usaha, sehingga laporan ini kurang relevan dalam analisis

perbadingan.

3) Tidak tersedianya angka industri dalam negeri. Contohnya adalah

di Indonesia, PJKA merupakan satu-satunya angkutan kereta api.

Kondisi semacam ini perbandingan rata-rata rasio industri

perusahaan domestic tidak mungkin tercapai. Di sini barangkali

bisa membandingkan dengan angka rata-rata industri luar negeri,

tetapi kondisi lingkungan yang berbeda mungkin merupakan

suatu faktor yang harus diperhitungkan.

4. Kinerja Keuangan

a. Tujuan Kinerja Keuangan

Dalam persaingan global, kondisi perusahaan ynga sehat

merupakan suatu hal yang sangat penting untuk dapat bertahan dan

mengembangkan diri dalam menjalankan operasinya sehingga tujuan

yang ditetapkan tercapai. Salah satu cara untuk mengetahui

perusahaan dapat menjalankan operasinya sesuai dengan rencana dan

tujuan yang telah ditetapkan adalah dengan mengetahui kinerja

perusahaan.

Page 10: BAB II TINJAUAN PUSTAKA A. Tinjauan Penelitian Terdahulueprints.umm.ac.id/39581/3/jiptummpp-gdl-mohhadiyan-50444-3-babii.pdfpenelitian kinerja keuangan perusahaan selama lima tahun

17

Pengertian kinerja adalah penentuan secara periodik

efektifitas operasional suatu organisasi, dan personelnya, berdasarkan

sasaran, standar, dan kriteria yang telah ditetapkan sebelumnya

(Mulyadi dan Setyawan, 2001:353). Berdasarkan hal tersebut, kinerja

keuangan dapat didefinisikan sebagai alat untuk mengukur dan

menilai prestasi kerja perusahaan-perusahaan melalui laporan

keuangan yang dikeluarkan secara periodik. Dalam melakukan

penilaian terhadap kinerja keuangan, kita perlu mengukur output

maupun input untuk mengukur perubahan harga saham (output).

Kinerja keuangan dapat diukur melalui analisis laporan

keuangan sebab analisis laporan keuangan selain digunakan sebagai

alat untuk mengetahui tingkat profitabilitas juga digunakan sebagai

alat untuk mengetahui tingkat resiko atau kesehatan suatu perusahaan.

Menurut Munawir (2005:31) tujuan dan kinerja keuangan adalah :

1) Untuk mengetahui likuiditas yaitu kemampuan perusahaan untuk

memenuhi kewajiban keuangan pada saat ditagih

2) Untuk mengetahui tingkat solvabilitas yaitu menunjukkan

kemampuan perusahaan untuk memenuhi kewajiban keuangan

apabila perusahaan tersebut dilikuiditas, baik kewajban jangka

pendek maupun kewajiban jangka panjang.

3) Untuk mengetahui tingkat rentabilitas (profitabilitas) yaitu

menunjukan kemampuan perusahaan dalam memperoleh laba

sebelum periode tertentu.

Page 11: BAB II TINJAUAN PUSTAKA A. Tinjauan Penelitian Terdahulueprints.umm.ac.id/39581/3/jiptummpp-gdl-mohhadiyan-50444-3-babii.pdfpenelitian kinerja keuangan perusahaan selama lima tahun

18

4) Untuk mengetahui stabilitas usaha yaitu kemampuan perusahaan

untuk melakukan usahanya dengan stabil yang diukur dengan

mempertimbangkan kemampuan perusahaan untuk membayar

deviden secara teratur kepada para pemegang saham tanpa

mengalami hambatan atau krisis keuangan.

b. Pengukuran Kinerja keuangan

Pengukuran kinerja perusahaan selama ini menggunakan

analisis financial. Hal ini dapat dilihat dalam analisis rasio yang

disusun dengan cara menggabungkan angka-angka didalam atau

antara laporan rugi-laba dan neraca yang memberikan gambaran

kondisi perusahaan saat ini. Analisis rasio selain bermanfaat bagi

manajer keuangan dalam meramalkan reaksi penanaman modal dan

kreditur juga bermanfaat dalam menentukan langkah yang ditempuh

untuk diperoleh tambahan dana.

Analisis rasio keuangan juga selain dapat memberikan

informasi tentang prospek dan resiko perusahaan yang nantinya akan

berpengaruh terhadap harapan investor pada perusahaan tersebut di

masa yang akan datang juga memiliki beberapa keterbatasan yaitu :

1) Rasio tersebut dibentuk dari data akuntansi dan data ini

dipengaruhi oleh cara penafsiran dan bahkan bisa manipulasi.

2) Manajer keuangan haruslah berhati-hati dalam menilai apakah

suatu rasio tertentu baik atau buruk didalam membentuk penilaian

Page 12: BAB II TINJAUAN PUSTAKA A. Tinjauan Penelitian Terdahulueprints.umm.ac.id/39581/3/jiptummpp-gdl-mohhadiyan-50444-3-babii.pdfpenelitian kinerja keuangan perusahaan selama lima tahun

19

menyeluruh dari perusahaan berdasarkan serangkaian rasio

keuangan.

3) Dalam setiap menganalisis rasio, angka-angka yang diperoleh

dari perhitungan tidak bisa berdiri sendiri. Rasio tersebut akan

berarti jika terdiri dari 2 hal tersebut :

Adapun perbandingannya dengan perusahaan sejenis yang

mempunyai tingkat resiko yang hampir sama.

a) Adapun analisis kecenderungan dari setiap tahun-tahun

sebelumnya.

b) Pencapaian target sesuai dengan rata-rata industri tidak

menunjukan performance suatu perusahaan yang baik,

kebanyakan perusahaan menginginkan tingkat yang lebih

baik dari rata-rata industri.

5. Analisis Du Pont System

Syamsudin (2001:58) mengemukakan, bahwa dengan

menggunakan Du Pont System akan dapat dilihat Return On Investment

yang dihasilkan melalui perkalian antara keuntungan dari komponen sales

serta efisiensi penggunaan total assets dalam menghasilkan keuntungan

tersebut. Weston (2005:152) mengemukakan, bahwa analisis Du Pont

System adalah merupakan suatu analisis yang mencakup seluruh rasio

aktivitas dan margin keuangan atas penjualan yang menunjukkan

bagaimana rasio-rasio tersebut berinteraksi dalam menentukan

profitabilitas aktiva-aktiva yang dimiliki perusahaan.

Page 13: BAB II TINJAUAN PUSTAKA A. Tinjauan Penelitian Terdahulueprints.umm.ac.id/39581/3/jiptummpp-gdl-mohhadiyan-50444-3-babii.pdfpenelitian kinerja keuangan perusahaan selama lima tahun

20

Sedangkan pendapat Sutrisno (2001:256) adalah suatu analisis

yang digunakan untuk mengontrol perubahan dalam rasio aktivitas dan net

profit margin dan seberapa besar pengaruhnya terhadap ROI. Menurut

Syafarudin (2003:128) analisis Du Pont penting bagi manajer untuk

mengetahui faktor mana yang paling kuat pengaruhnya antara profit

margin dan total asset turnover terhadap ROI. Disamping itu dengan

menggunakan analisis ini, pengendalian biaya dapat diukur dan efisiensi

perputaran aktiva sebagai akibat turun naiknya penjualan dapat diukur

menggunakan Du Pont System.

Sistem perencanaan dan pengendalian keuangan menurut Weston

dan Copeland (2002:312) disebut sebagai Du Pont System merupakan

pendekatan lain yang komprehensif dengan penerapan pada tingkat

perusahaan dan tingkat divisi atau segmen. Sistem ini dapat menjadi sarana

prakiraan jangka yang lebih panjang (5-10 tahun) atau proyeksi-proyeksi

tahunan bahkan bulanan.

Dari keterangan tersebut dapat disimpulkan bahwa analisis Du

Pont System merupakan analisis yang mencakup rasio aktivitas dan margin

keuntungan atas penjualan untuk menentukan profitabilitas yang dimiliki

perusahaan. Du Pont System yaitu merupakan suatu sistem analisis yang

menunjukkan hubungan antara Return On Investment (ROI), Total Assets

Turnover, dan Profit Margin.

Menurut Weston (2005:313) skema dari Du Pont System adalah

sebagai berikut :

Page 14: BAB II TINJAUAN PUSTAKA A. Tinjauan Penelitian Terdahulueprints.umm.ac.id/39581/3/jiptummpp-gdl-mohhadiyan-50444-3-babii.pdfpenelitian kinerja keuangan perusahaan selama lima tahun

21

Gambar 2.1. Du Pont System

Sumber: Weston dan Copeland (2005)

Berdasarkan gambar tersebut dapat dijelaskan sebagai

berikut :

1) Pada sisi sebelah atas gambar tersebut menunjukkan rasio

perputaran. Bagian itu menunjukkan bagaimana aktiva lancar

Return On

Investment

(ROI)

Perputaran

Aktiva

Profit Margin

On Sales

Penjualan

Aktiva Lancar

Kas

Surat-surat

Berharga

Piutang

Persediaan

Harga Pokok

Penjualan

Biaya Operasi

Penjualan

Penyusutan

Bunga

Pajak

Pendapatan

Lain-lain

Aktiva Tetap

Total Aktiva

Total Biaya

Penjualan

Laba Bersih

Penjualan

+

+

+

+

+

+

+

-

+

+

Page 15: BAB II TINJAUAN PUSTAKA A. Tinjauan Penelitian Terdahulueprints.umm.ac.id/39581/3/jiptummpp-gdl-mohhadiyan-50444-3-babii.pdfpenelitian kinerja keuangan perusahaan selama lima tahun

22

(kas, surat-surat berharga, piutang dan persediaan) ditambah

dengan aktiva menghasilkan total aktiva. Penjualan dibagi

dengan total aktiva menghasilkan perputaran aktiva.

2) Pada sisi sebelah bawah menunjukkan margin keuntungan atas

penjualan (profit margin on sales), dimana pada sisi itu semua

biaya-biaya ditambahkan dengan pajak dan pendapatan lain-lain

serta dikurangi penjualan, maka akan menghasilkan laba bersih.

Setelah itu laba bersih dibagi dengan penjualan akan

menghasilkan profit margin on sales.

3) Pada akhirnya jika rasio perputaran aktiva pada sisi sebelah atas

dikalikan dengan margin keuntungan atas penjualan pada sisi

sebelah bawah, maka akan menghasilkan return on investment.

Secara matematis skema di atas diperlihatkan dalam suatu

persamaan yang menghasilkan angka return on investment

sebagai berikut :

ROI =Aktiva Total

Penjualan x

Penjualan

EAT

Atau :

ROI = Net Profit Margin x Total Assets Turnover

Misalnya tingkat pengembalian investasi suatu perusahaan pada

tahun pertama atau sebesar 12%, tahun kedua 13% dan tahun

ketiga 15%, maka jelas menunjukkan bahwa kondisi perusahaan

tersebut semakin baik, atau dengan kata lain semakin tinggi

Page 16: BAB II TINJAUAN PUSTAKA A. Tinjauan Penelitian Terdahulueprints.umm.ac.id/39581/3/jiptummpp-gdl-mohhadiyan-50444-3-babii.pdfpenelitian kinerja keuangan perusahaan selama lima tahun

23

tingkat pengembalian investasi tiap periode pada perusahaan

maka perusahaan tersebut bisa berkembang.

a. Return On Investment (ROI)

Menurut pendapat Supriyono (1999:163) ROI adalah cara

menentukan besarnya rasio laba dengan investasinya.

Rumus perhitungan ROI adalah :

ROI = Rasio terhadap penjualan x Perputaran investasi

= Investasi

Penjualan x

Penjualan

Laba

= Investasi

Laba x 100%

Secara umum ROI didefinisikan sebagai ukuran

laba/keuntungan dibagi dengan investasi yang diperlukan untuk

mendapatkan laba/keuntungan itu (Horngren, 2000:367).

Return on Investment (ROI) diperoleh dengan cara membagi

laba dengan rata-rata investasi, atau

ROI = Investasi rata-Rata

Laba

Persamaan tersebut dapat diperluas lebih lanjut menjadi :

ROI = Investasi rata-Rata

Penjualan Hasil x

Penjualan Hasil

Laba

Dengan demikian rumus ROI mempunyai dua komponen :

(1) Return on sales (yaitu laba dibagi hasil penjualan) dan (2) Capital

turnover (yaitu hasil penjualan dibagi rata-rata investasi). Bonus ROI

yang terakhir ini lebih bermanfaat untuk analisis kinerja karena

Page 17: BAB II TINJAUAN PUSTAKA A. Tinjauan Penelitian Terdahulueprints.umm.ac.id/39581/3/jiptummpp-gdl-mohhadiyan-50444-3-babii.pdfpenelitian kinerja keuangan perusahaan selama lima tahun

24

manajemen dapat mengarahkan perhatiannya kepada tiga faktor yang

menyebabkan perubahan return on investment. Tiga faktor tersebut

adalah : perubahan hasil penjualan, perubahan biaya dan perubahan

investasi (Mulyadi dan Jhony, 2001:161).

Sebagai alat pengukur kinerja, ROI mempunyai beberapa

keunggulan dan kelemahan. Menurut Abdullah (2002:50) kelebihan

ROI antara lain:

1) Selain ROI berguna sebagai alat control juga berguna untuk

keperluan perencanaan. ROI dapat digunakansebagai dasar

pengambilan keputusan apabila perusahaan akan melakukan

ekspansi.

2) ROI dipergunakan sebagai alat ukur profitabilitas dari masing-

masing produk yang dihasilkan oleh perusahaan. Dengan

menerapkan sistem biaya produksi yang baik, maka modal dan

biaya dapat dialokasikan ke dalam produk yang dihasilkan oleh

perusahaan, sehingga dapat dihitung masing-masing.

3) Kegunaan ROI yang paling prinsip adalah berkaitan dengan

efisiensi penggunaan modal, efisiensi produk dan efisiensi

penjualan. Hal ini dapat dicapai apabila perusahaan telah

melaksanakan praktik akutansi secara benar dalam artian

mematuhi sistem dan prinsip-prinsip akutansi yang ada

Menurut Abdullah (2002:51) kelemahan dari ROI antara

lain:

Page 18: BAB II TINJAUAN PUSTAKA A. Tinjauan Penelitian Terdahulueprints.umm.ac.id/39581/3/jiptummpp-gdl-mohhadiyan-50444-3-babii.pdfpenelitian kinerja keuangan perusahaan selama lima tahun

25

1) Metode ini terlalu menyederhanakan masalah pengukuran karena

hanya menggunakan rasio tunggal. Trade-off laba dengan

investasi perlu mempertimbangkan jenis aktiva karena:

2) Jenis aktiva yang berbeda kemungkinan berasal dari modal yang

berbeda sehingga biaya modalnya juga berbeda.

3) Jenis aktiva yang sama, meskipun digunakan oleh divisi yang

berbeda seharusnya menghasilkan return yang sama.

4) Besarnya ROI yang diharapkan dapat berbeda untuk divisi yang

menggunakan investasi yang sebanding. Sebaiknya divisi yang

menggunakan investasi yang sebanding mempunyai target laba

yang sama sehingga prestasi manajernya dinilai atas dasar

kemampuan untuk melampaui target laba yang diharapkan.

5) Terlalu mendasarkan pada laba akuntansi, padahal pengukuran

kinerja divisi terutama untuk pihak dalam organisasi pengukuran

investasinya terbatas pada metode harga perolehan mula-mula

dan nilai buku.

6) Mudah menimbulkan konflik antara tujuan divisi dengan tujuan

divisi lain, maupun dengan tujuan perusahaan secara keseluruhan.

Konflik tersebut disebabkan karena :

a) Manajer divisi investasi tidak menerima tambahan investasi

yang ROI-nya lebih tinggi dibandingkan dengan ROI

perusahaan secara keseluruhan atau ROI divisi-divisi lain,

Page 19: BAB II TINJAUAN PUSTAKA A. Tinjauan Penelitian Terdahulueprints.umm.ac.id/39581/3/jiptummpp-gdl-mohhadiyan-50444-3-babii.pdfpenelitian kinerja keuangan perusahaan selama lima tahun

26

namun lebih rendah dibandingkan dengan ROI divisi yang

bersangkutan.

b) Manajer divisi senang menerima tambahan investasi yang

ROI-nya lebih rendah dibandingkan dengan ROI perusahaan

secara keseluruhan atau ROI lain, namun lebih tinggi

dibandingkan ROI divisi yang bersangkutan.

c) Dalam rangka meningkatkan ROI jangka pendek, divisi

berusaha menekan biaya, terutama biaya kebijakannya

serendah mungkin. Namun tindakan ini dapat merugikan

tujuan perusahaan secara keseluruhan dalam jangka panjang.

d) ROI hanya mengukur salah satu keberhasilan pencapaian

tujuan yaitu tujuan yang bersifat keuangan suatu divisi.

Selain tujuan yang bersifat keuangan, perusahaan masih

mempunyai tujuan lain yang juga penting misalnya tingkat

kepuasan karyawan, moral, tanggung jawab sosial,

pelestarian lingkungan, dan sebagainya.

Keterbatasan Teknik Pengendalian ROI antara lain :

1) Penyusutan (depreciation). ROI sangat peka terhadap kebijakan

penyusutan. Bila suatu divisi menyusutkan aktivanya dalam

waktu singkat/cepat, maka laba tahunannya (dan ROI-nya) akan

lebih rendah.

2) Nilai buku aktiva (book value of assets). Suatu divisi yang

umurnya relatif sudah lama dan menggunakan aktiva yang

Page 20: BAB II TINJAUAN PUSTAKA A. Tinjauan Penelitian Terdahulueprints.umm.ac.id/39581/3/jiptummpp-gdl-mohhadiyan-50444-3-babii.pdfpenelitian kinerja keuangan perusahaan selama lima tahun

27

sebagian besar telah susut, maka biaya penyusutan dan dasar

perhitungan investasinya tentunya rendah. Keadaan ini

menjadikan ROI-nya lebih tinggi dibanding divisi yang baru

dibentuk.

3) Penetapan harga transfer (transfer pricing). Di bagian besar

perusahaan, ada divisi yang menjual barang ke divisi lainnya.

Misalnya di General Motor, divisi fisher body menjual ke divisi

chevrolet. Pada keadaan ini harga yang ditetapkan atas barang-

barang yang ditransfer antar divisi mempunyai pengaruh yang

mendasar pada laba divisi. Bila harga transfer kerangka mobil

ditetapkan relatif tinggi maka divisi fisher body akan mempunyai

ROI yang relatif tinggi, sedangkan ROI dari chevrolet akan

rendah.

4) Jangka waktu (time period). Banyak proyek yang masa

persiapannya lama, selama jangka waktu mana harus dikeluarkan

biaya-biaya untuk riset dan pengembangan, pendirian pabrik,

pengembangan pasar dan lain-lain. Pembelanjaan seperti ini

menambah tingginya dasar perhitungan investasi tanpa imbalan

kenaikan laba untuk beberapa tahun. Dalam periode ini ROI divisi

akan sangat menurun dan bila tidak diawasi, terdapat

kemungkinan manajernya akan dikenakan sanksi tanpa alasan.

Melihat frekuensi perpindahan personil di perusahaan-

perusahaan besar, mudah dimengerti mengapa masalah waktu itu

Page 21: BAB II TINJAUAN PUSTAKA A. Tinjauan Penelitian Terdahulueprints.umm.ac.id/39581/3/jiptummpp-gdl-mohhadiyan-50444-3-babii.pdfpenelitian kinerja keuangan perusahaan selama lima tahun

28

ternyata menyebabkan manajer segera melakukan investasi

jangka panjang waktu untuk kepentingan perusahaan.

5) Kondisi industri (industry condition). Adanya kondisi industri

yang berbeda di mata satu sektor divisi menguntungkan dan yang

lain lebih rendah dimana persaingan tinggi, maka keadaan

semacam ini dianggap baik bagi yang menguntungkan dan jelek

bagi yang lebih rendah. Jadi kondisi eksternal harus

diperhitungkan dalam menilai hasil kerja ROI masing-masing

divisi.

b. Keunggulan dan Kelemahan Analisis Du Pont System

Adapun Kelemahan analisis Du Pont System antara lain

(Harahap,2006 :333):

1) Sebagai pengendalian pengembalian investasi (ROI) Hasil

pengembalian dihitung berdasarkan laba operasional yaitu

sebelum pajak dan harga. Manajemen yang menggunakan

pengendalian ROI harus memperhitungkan perbedaan antar divisi

yang harus disesuaikan dulu agar perbandingannya setaraf.

2) Dapat digunakan untuk alokasi dana ke masing-masing divisi

perusahaan sebagai keseluruhan mempunyai sumberdaya

keuangan dalam bentuk laba yang ditahan, arus kas dari

penyusutan, kemampuan memperoleh tambahan hutang dan dana

ekuitas dari pasar modal.

Page 22: BAB II TINJAUAN PUSTAKA A. Tinjauan Penelitian Terdahulueprints.umm.ac.id/39581/3/jiptummpp-gdl-mohhadiyan-50444-3-babii.pdfpenelitian kinerja keuangan perusahaan selama lima tahun

29

3) Sebagai salah satu teknik analisis keuangan yang menyeluruh.

Dengan analisis ini manajemen akan dapat mengetahui tingkat

efisiensi pendayagunaan aktiva.

4) Dapat digunakan untuk mengukur efisiensi tindakan-tindakan

yang dilakukan oleh divisi yang ada dalam perusahaan.

5) Dapat digunakan untuk mengukur profitabilitas dari masing-

masing produk yang dihasilkan perusahaan.

6) Berguna untuk keperluan kontrol dan perencanaan bagi pihak

manajemen.

Adapun Kelemahan analisis Du Pont System antara lain

(Harahap,2006:334):

1) Kesukarannya dalam membandingkan rate of return suatu

perusahaan dengan perusahaan lain yang sejenis mengingat

praktek akuntansi yang digunakan masing-masing perusahaan

tersebut berbeda-beda.

2) Dengan menggunakan analisis rate of return on investment saja

tidak akan dapat digunakan untuk mengadakan perbandingan

antara dua perusahaan atau lebih dengan mendapatkan

kesimpulan yang memuaskan.

3) Adanya fluktuasi nilai uang (daya belinya). Suatu mesin atau

perlengkapan tertentu yang dibeli dalam keadaan inflasi nilainya

berbeda jika dibeli pada waktu tidak ada inflasi. Hal inilah yang

akan berpengaruh dalam menghitung assets turnover dan profit.

Page 23: BAB II TINJAUAN PUSTAKA A. Tinjauan Penelitian Terdahulueprints.umm.ac.id/39581/3/jiptummpp-gdl-mohhadiyan-50444-3-babii.pdfpenelitian kinerja keuangan perusahaan selama lima tahun

30

C. Kerangka Pikir

Berdasarkan kerangka pikir Gambar 2.2, pada penelitian ini akan

dianalisis kinerja keuangan Perusahaan Makanan dan Minuman yang terdaftar

di BEI. dengan menggunakan Du Pont System dan hasil perhitungan yaitu Total

Asset Turnover (TATO), Net Profit Margin (NPM), Return On Investment

(ROI) hasil yang diperoleh akan dianalisis dengan Time Series dan Cross

Section untuk mengetahui adanya penurunan dan peningkatan pada kinerja

perusahaan.

Gambar 2.2 Kerangka Pikir Penelitian

Perusahaan Makanan dan Minuman yang

Terdaftar di BEI

Laporan Keuangan

Du Pont System

Analysis

Total Assets Turnover Net Profit Margin Return on Investment

Kinerja Keuangan

Perusahaan

Time Series & Cross Section

Penurunan Kinerja Peningkatan Kinerja