BAB II TINJAUAN PUSTAKA A. Tinjauan Penelitian...
Transcript of BAB II TINJAUAN PUSTAKA A. Tinjauan Penelitian...
9
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA
A. Tinjauan Penelitian Terdahulu
Indrawati (2008) meneliti tentang aplikasi manajemen risiko pada
investasi foreign exchange pada PT Victory International Future Cabang
Malang. Hasil penelitian berupa Manajemen risiko yang diterapkan di PT
Victory International Future, yaitu Cut loss, Switching, Locking, Averagingdan
manajemen risiko yang sering dipakai di PT Victory International Future
adalah pemasangan stop loss dan take profit ataupun stop loss dan take profit.
Adapun analisis dan observasi yang digunakan di PT Victory
International Future adalah analisis tekhnikal dan fundamental. Analisis lain
yang digunakan selain analisis tekhnikal dan fundamental ada analisis
tambahan lagi yang disebut dengan indicator. Aplikasi manajemen risiko yang
ada di PT Victory International Future yang diberikan kepada para client
(investor) selaku commision house ada 2 kriteria, yaitu sebelum melakukan
transaksi dan pada saat melakukan transaksi.
Kusumasari (2011) meneliti tentang analisis manajemen risiko pada
transaksi mata uang asing di PT Monex Investindo Futures Cabang Solo. Hasil
penelitiannya berupa pembahasan dapat dilihat risiko apa saja yang bisa terjadi
selama trading forex seperti risiko terhadap pasar, risiko terhadap perubahan
harga dan votalitas, risiko terhadap likuiditas, risiko terhadap laverage dan
10
margin dan risiko terhadap overnight. Investor harus selalu update terhadap
keadaan pasar untuk melihat pengaruhnya bagi pergerakan grafik.
PT Monex Investindo Futures Cabang Solo dalam memaksimalkan
profit dan meminimalkan risiko menggunakan solusi yaitu berupa menentukan
berapa dana yang akan dirisikokan, menentukan berapa modal yang digunakan
untuk setiap transaksi, menentukan berapa modal yang dirisikokan per
transaksi, menentukan besar posisi yang diambil, menentukan risiko,
menentukan persen kerugian investor, menyesuaikan parameter risiko dan
yang terakhir menempatkan risiko dengan aman.
Angka (2014) meneliti tentang money management untuk
meningkatkan keuntungan pada PT Victory International Futures Malang
Cabang Letjend Sutoyo. Hasil penelitian pada PT Victory International Futures
Malang Cabang Letjend Sutoyo adalah kurangnya perusahaan dalam strategi
money management dalam trading, sebaiknya PT Victory International Futures
Malang Cabang Letjend Sutoyo mengarahkan tradernya, broker dan
nasabahnya dengan memperhatikan money management guna mengantisispasi
dan meminimalis kerugian dalam transaksi forex.
B. Tinjauan Teori
1. Manajemen Risiko
Manajemen risiko adalah pelaksanaan fungsi-fungsi manajemen
dalam penanggulangan resiko, terutama resiko yang dihadapi oleh
organisasi/perusahaan, keluarga dan masyarakat. Manajemen Risiko
mencakup kegiatan merencanakan, mengorganisir, menyusun, memimpin/
11
mengkordinirdan mengawasi (termasuk mengevaluasi) program
penanggulangan resiko (Djojosoedarso 2003:4).
Manajemen resiko lainnya selain dari paparan di atas adalah suatu
bidang ilmu yang membahas tentang bagaimana suatu organisasi
menerapkan ukuran dalam memetakan berbagai permasalahan yang ada
dengan menempatkan berbagai pendekatan manajemen secara
komprehensif dan sistematis (Fahmi 2010:2). Pengelolaan risiko dengan
memanajemen risiko yang mantap, maka pengaturan potensi kerugian
tersebut dapat dilakukan. Manajemen risiko di sini pada prinsipnya
dilakukan dengan mengaktifkan fasilitas-fasilitas dalam Forex Trading,
seperti stop loss (menghentikan kerugian) dan Locking (mengunci posisi
dari kerugian/keuntungan) (Budi 2008:132).
2. Fungsi Manajemen Risiko
Fungsi pokok manajemen risiko pada umumnya mencakup hal-hal
berikut (www.berdoauntukmati.blogspot.so.id):
a. Menekankan kerugian potensial
Artinya berupaya untuk menemukan / mengidentifikasi seluruh
risiko murni yang dihadapi oleh perusahaan yang meliputi:
1) Kerusakan fisik dari harta kekayaan perusahaan.
2) Kehilangan pendapatan atau kerugian lainnya akibat terganggunya
operasi perusahaan.
3) Kerugian akibat adanya tuntutan hukum dari pihak lain.
12
4) Kerugian yang timbul karena adanya penipuan, tindak kriminal
yang lainnya, tidak jujurnya karyawan dan lain-lain.
5) Kerugian yang timbul akibat “keymen” meninggal dunia, sakit
atau cacat.
b. Mengevaluasi kerugian potensial
Artinya melakukan evaluasi dan penelitian terhadap semua
kemungkinan kerugian potensial yang dihadapi perusahaan. Evaluasi
ini meliputi perkiraan mengenai:
1) Besarnya kemungkinan frekuensi terjadinya kerugian.
2) Besarnya kegawatan dari tiap-tiap kerugian
3) Memilih teknik atau cara yang tepat untuk menanggulangi
kerugian.
c. Menentukan cara penanggulangan risiko
Hal ini dilakukan agar suatu organisasi dapat menentukan cara
apa yang dapat dilakukan dan tepat untuk menangani sebuah risiko.
Apakah itu dengan mengurangi, mencegah, meretensi (menahan
sendiri), menghindari dan memindahan kerugian kepada pihak lain.
3. Siklus Manajemen Risiko
Siklus manajemen risiko yang dilakukan sebagai berikut (Djohanputro
2008:43) :
a. Mengidentifikasi risiko
Langkah pertama dalam manjemen risiko adalah
mengidentifikasi risiko-risiko yang ada diperusahaan, dengan
13
melakukan identifikasi dapat sekumpulan informasi tentang kejadian
risiko, informasi mengenai penyebab risiko, bahkan informasi
mengenai dampak apa saja yang bisa ditimbulkan oleh risiko tersebut.
Pada dasarnya identifikasi risiko dapat dilakukan dengan mengunakan
empat metode yaitu:
1) Analisis data histories prinsip
Metode ini adalah menggunakan berbagai informasi dan
data mengenai segala sesuatu yang pernah terjadi. Metode ini
memerlukan data, baik data primer maupun data sekunder, untuk
dapat mengidentifikasi risiko. Manajemen risiko akan sangat
terbantu jika perusahaan memiliki rekam data yang baik sehingga
indentifikasi risiko dapat dilakukan dengan mudah.
2) Pengamatan dan survei.
Apabila tidak tersedia data histories maka untuk
melengkapi informasi, dapat langsung melakukan investigasi,
atau pengamatan secara langsung. Cara ini dapat diperoleh data
berupa data primer.
3) Pengacuan
Metode ini pada prinsipnya diterapkan untuk melengkapi
metode pertama dan kedua diatas. Metode ini dilakukan dengan
melakukan pengacuan atau benchmark. Benchmark adalah objek
yang memiliki kesamaan dengan objek yang sedang diamati
berkaitan dengan keberadaan risiko, jadi untuk mencari
14
informasi tentang risiko tersebut dilakukan ditempat lain atau
perusahaan lain.
4) Pendapat ahli
Apabila masih belum yakin dengan informasi yang
dihasilkan maka dapat menggunakan metode ini, yaitu dengan
cara bertanya kepada ahlinya.
b. Pengukuran risiko
Pengukuran ini mengacu pada dua faktor yaitu kuantitas risiko
dan kualitas risiko. Kuantitas risiko terkait dengan berapa banyak
nilai, atau eksposur yang rentan terhadap risiko. Faktor kualitas risiko
sendiri terkait dengan kemungkinan suatu risiko muncul. Semakin
tinggi kemungkinan risiko terjadi, semakin tinggi pula risikonya. Data
historis merupakan salah satu sumber identifikasi risiko sekaligus
sumber untuk mengukur besarnya risiko. Pengukuran risiko dapat
dilakukan dengan empat metode yaitu:
1) Nilai Hipotesis
Besarnya nilai eksposur yang rentan terhadap risiko,
dilakukan dengan menentukan batas atas besarnya nilai yang
menghadapi risiko.
2) Sensitivitas
Sensitivitas bersifat perkiraan dan bersifat lokal (perubahan
parameter yang berbeda memberikan dampak yang berbeda).
15
3) Volatilitas
Mengukur seberapa besar harga, tingkat pengembalian atau
variabel lain berfluktuasi. Semakin tinggi fluktuasi atau gejolak
suatu variabel, semakin tinggi pula tingkat risikonya. Ada dua
macam volatilitas yang sering digunakan yaitu jangkauan dan
standar deviasi. Standar deviasi menggunakan data histories dan
data hasil peramalan.
4) Penyimpangan bawah
Mengukur potensi dampak buruk bila risiko menjadi
kenyataan. Perlu diingat, ada kondisi dimana perusahaan bisa
menghadapi risiko yang hanya berdampak positif, tetapi tidak
berdampak negatif.
c. Pemetaan risiko
Perusahaan tidak perlu menakuti semua risiko. Ada risiko yang
perlu mendapat perhatian khusus, tetapi ada juga risiko yang dapat
diabaikan. Perusahaan hendaknya melakukan pemetaan risiko yang
memiliki tujuan untuk menetapkan prioritas risiko berdasarkan
kepentingan bagi perusahaan. Pemetaan risiko dapat dilakukan
dengan dua dimensi yaitu dimensi probabilitas terjadinya risiko dan
dampaknya bila risiko tersebut terjadi.
1) Probabilitas
Menyatakan tingkat kemungkinan suatu risiko akan terjadi.
Pada umumnya probabilitas dibagi kedalam tiga kategori yaitu:
16
tinggi, sedang dan rendah. Pengukuran probabilitas bersumber
pada dua jenis data yaitu data histories dimana dibutuhkan data
sebanyak 31 data kuartalan dan data prediksi.
2) Dampak
Tingkat kegawatan atau biaya yang terjadi kalau risiko yang
bersangkutan benar-benar menjadi kenyataan.
d. Model pengelolaan risiko
Ada beberapa alternatif dalam pengelolaan manajemen risiko,
yaitu:
1) Penghindaran risiko
Penghindaran risiko adalah tindakan perusahaan untuk
menilai bisnis atau kegiatan tertentu yang mengandung risiko
yang tidak diinginkan. Ada beberapa alasan kenapa perusahaan
memilih tehnik penghindaran risiko yaitu karena tidak sesuai
dengan visi perusahaan, dampak sosial yang terlalu besar,
peraturan yang tidak kondusifdan total risiko portofolio melebihi
batas ambang.
2) Pengurangan risiko
Pengurangan risiko dapat dilakukan terhadap salah satu
dari kedua faktor, yaitu pengurangan kemungkinana terjadinya
risiko yang menjadi kenyataan dan menekan besarnya dampak
dari risiko tersebut.
17
3) Pemindahan risiko
Pemindahan risiko adalah memindahkan risiko dari
perusahaan kepihak lain yang bersedia atau ke perusahaan yang
membisniskan risiko. Pemindahan risiko bertujuan untuk
menghilangkan risiko.
4) Penahanan Risiko Penahanan risiko disebabkan oleh dua factor yaitu
perusahaan dengan sadar ingin mempertahankan risiko dan
mengelolaanya sendiri, dimana perusahaan memiliki kemempuan
dan sumber daya untuk mengelolanya, risiko dapat dikelola dan
dapat memberikan hasil yang lebih tinggi dari risiko itu sendiri.
Penanganan risiko dapat dilakukan dengan terencana dan tidak
terencana. e. Monitor dan pengendalian
Manajemen perlu memastikan bahwa pelaksanaan pengelolaan
risiko berjalan sesuai rencana. Manajemen juga perlu memastikan
bahwa model pengelolaan risiko cukup efektif yang ini berarti bahwa
monitor dan pengendalian perting dilakukan. Monitor dan
pengendalian sendiri juga memantau perkembangan terhadap
kecenderungan-kecenderungan berubahnya profil risiko.
4. Cara Manajemen Risiko
Ada beberapa cara untuk manajemen risiko diantaranya adalah
sebagai berikut (Budi 2008:133):
18
a. Cut Loss
Cut loss adalah suatu tindakan di mana kita melakukan likuidasi
atas posisi dalam keadaan rugi. Hal ini dilakukan untuk menghindari
kerugian yang lebih besar. Umumnya cut loss ini dilakukan pada
kisaran kerugian 30 poin sampai 50 poin. Teknik ini dilakukan dengan
cara menutup transaksi yang merugi sesegera mungkin dengan tujuan
untuk menghindari resiko kerugian yang lebih besar.
Berikut ilustrasinya:
Gambar 2.1. Ilustrasi Cut Loss
Sumber: www.foreximf.com
b. Switching
Tindakan dimana kita melakukan liquidasi terhadap posisi
pertama, kemudian masuk kembali dengan posisi yang berlawanan
dari posisi pertama tadi. Teknik dilakukan dengan cara menutup posisi
yang rugi dan segera mengambil posisi baru yang searah dengan
pergerakan harga selanjutnya. Idenya adalah untuk me-
recovery kerugian yang diakibatkan oleh posisi transaksi sebelumnya.
19
Teknik ini lebih efektif apabila dilakukan ketika terjadi perubahan
arah harga yang cepat dan drastis.
Berikut ilustrasinya:
Gambar 2.2. Ilustrasi Switching
Sumber: www.foreximf.com
c. Locking
Tindakan ini sering dilakukan pada saat kita dalam keadaan
floating profit/loss. Untuk mengurangi kerugian yang lebih besar atau
mempertahankan keuntungan, kita kunci kerugian atau keuntungan
tersebut dengan posisi yang berlawanan dengan posisi pertama.
Sistem ini sering juga disebut dengan hedging position.
d. Averaging
Suatu tindakan mengulangi posisi yang sama pada saat kita
dalam keadaan floating loss, dimana posisi pertama dibiarkan terbuka.
Averaging (atau disebut juga sebagai ‘cost-averaging’) merupakan
teknik manajemen resiko yang cukup ekstrim karena pada dasarnya
20
teknik ini mencoba untuk “melawan” pasar. Ide dasarnya adalah pasar
tidak mungkin bergerak ke satu arah saja untuk selamanya.
Berikut ilustrasinya:
Gambar 2.3. Ilustrasi Averaging
Sumber: www.foreximf.com
5. Analisis Fundamental dan Teknikal
Terdapat analisis fundamental dan analisis teknikal dalam
manajemen risiko. Perbedaan antara analisis fundamental dan teknikal
terletak pada faktor yang mendasari analisis tersebut. Analisis teknikal
mendasarkan pada pola-pola pergerakan saham dari waktu ke waktu,
sedangkan analisis fundamental secara top-down mendasarkan diri pada
faktor-faktor fundamental perusahaan yang dipengaruhi oleh faktor
ekonomi dan industri (Tandelilin 2001:247).
a. Analisis Fundamental
Analisis fundamental dilakukan oleh investor dalam menilai
saham perusahaan. Ada tiga tahap dalam analisis fundamental secara
21
“top down” yang digunakan oleh investor dalam menilai saham
perusahaan. Analisis ini meliputi analisis ekonomi, analisis industri
dan analisis perusahaan, yang bisa dipakai investor dalam
pembuatan keputusan teknikal (Tandelilin 2001:247).
Analisis fundamental mencoba memperkirakan harga saham
dimasa yang akan datang dengan mengestimasi nilai faktor-faktor
fundamental yang mempengaruhi harga saham di masa yang akan
datang dan menerapkan hubungan variabel-variabel tersebut
sehingga diperoleh taksiran harga saham (Husnan 2005:307).
Analisis fundamental adalah suatu pendekatan untuk menghitung
nilai instrinsik saham biasa (common stock) dengan menggunakan
data keungan perusahaan (Ahmad 2004:81).
Analisis fundamental dalam Valas melibatkan penggunaan
memprediksi penaksiran harga mata uang dan kecenderungan
pasarnya dengan menganalisis kondisi ekonomi saat ini, kebijakan
pemerintah dan faktor sosial dalam kerangka siklus bisnis. Pedagang
valas mengukur keadaan ekonomi suatu negara dengan memeriksa
indikator makroekonomi yang meliputi:
1) Pengumuman suku bunga
2) Produk domestik bruto (PDB)
3) Indeks harga konsumen (inflasi) dan indikator pengeluaran
4) Indikator ketenagakerjaan
5) Perdagangan eceran dan keyakinan konsumen
22
6) Surplus atau defisit neraca perdagangan
7) Kebijakan fiskal dan moneter pemerintah
Belajar investasi mencakup mempelajari bagaimana cara
menganalisa instrumen investasi melalui informasi yang ada. Hal
ini juga berlaku dalam berinvestasi saham. Informasi sangat
penting bagi investor. Investor yang ingin berinvestasi saham
untuk jangka panjang wajib melakukan analisis fundamental
dengan mencari tahu mengenai apa saja yang berkaitan dengan
saham dan perusahaan yang menerbitkannya dan informasi lain
yang sensitif terhadap saham sebagai bahan analisa fundamental
saham (www.eforsagita931994.blogspot.co.id).
Analisa fundamental mengambil pendekatan berdasarkan
berita atau pun rumor yang beredar di pasar. Seperti kita ketahui
bersama, bursa finansial seperti saham dan pasar uang sangat
sensitif dengan berita yang sedang beredar di market
(www.belajarforex.com). Prinsip-prinsip analisis fundamental
terdiri atas reaksi berantai, jarak informasi, sumber berita dan jenis
berita dengan uraian sebagai berikut (Budi 2008:116):
1) Reaksi berantai. Semakin besar dampak berantai suatu
informasi, maka akan semakin besara pengaruhnya terhadap
nilai tukar suatu mata uang.
2) Jarak informasi. Semakin dekat informasi dengan suatu mata
uang, maka semakin besar pengaruh informasi tersebut.
23
Contoh: informasi yang berasal dari dalam negeri Indonesia
akan lebih besar pengaruhnya terhadap nilai tukar rupiah
dibandingkan informasi dari luar negeri.
3) Sumber berita. Semakin resmi sumber berita, semakin kuat
pula pengaruhnya terhadap nilai tukar suatu mata uang.
4) Jenis berita. Berita ekonomi lebih kuat pengaruhnya terhadap
nilai tukar suatu mata uang dibanding berita lainnya, seperti:
politik, sosial dan budaya.
b. Analisis Teknikal
Analisis teknikal mendasarkan diri pada pola-pola pergerakan
harga saham dari waktu ke waktu. Analisis teknikal ini pada
prinsipnya mendasarkan pada kilas balik atas kronologi kejadian atas
harga dan volume perdagangan histories, melihat arah
kecenderungan hargadan menganggap adanya pola yang dapat
keselarasan tertentu antara aktivitas para investor dan tindakan pasar
(Budi 2008:125).
Pada prinsipnya metode untuk melakukan analisis teknikal ini
adalah mengeplot data harga dan volume perdagangan histories
hingga dapat membentuk grafik tertentudan pada akhirnya
ditemukan pola tertentu ini dapat dilakukan dengan cara manual
maupun dengan cara menggunakan software yang banyak tersedia
di pasaran (Budi 2008:126). Praktek kegiatan analisis untuk
kepentingan prediksi harga dalam Forex cenderung memadukan
24
antara analisis teknikal dengan analisis fundamental (Budi
2008:130).
6. Risiko
Risiko adalah besarnya penyimpangan antara tingkat pengembalian
yang diharapkan (expected return) dengan tingkat pengembalian yang
dicapai secara nyata (actual return). Semakin besar penyimpangannya
berarti semakin besar tingkat risikonya. Risiko dibedakan menjadi tiga
jika dilihat dari preferensi investor terhadap risiko (Halim 2003:38),
yaitu:
a. Investor yang suka terhadap risiko (risk seeker)
Investor yang apabila dihadapkan pada dua pilihan investasi
yang memberikan tingkat pengembalian yang sama dengan risiko
yang berbeda, maka ia akan lebih suka mengambil investasi dengan
risiko yang lebih besar. Biasanya investor jenis ini bersifat agresif
dan spekulatif dalam pengambilan keputusan investasi.
b. Investor yang suka terhadap risiko (risk neutrality)
Investor yang akan meminta kenaikan tingkat pengambilan
yang sama untuk setiap kenaikan risiko. Investor jenis ini umumnya
cukup fleksibel dan bersikap berhati-hati (prudent) dalam
mengambil keputusan investasi.
c. Investor yang tidak suka terhadap risiko (risk averter)
Investasi yang apabila dihadapkan pada dua pilihan investasi
yang memberikan tingkat pengembalian yang sama dengan risiko
25
yang berbeda, maka ia akan lebih suka mengambil investasi dengan
risiko yang lebih kecil. Biasanya investor jenis ini cenderung selalu
mempertimbangkan secara matang dan terencana atas keputusan
investasinya.
Jenis risiko jika dilihat dari segi konteks portofolio risiko dibedakan
menjadi dua (Halim 2003:39), yaitu:
a. Risiko sistematis (systematic risk / undiversifiable risk)
Risiko yang tidak dapat dihilangkan dengan melakukan
diversifikasi, karena fluktuasi risiko ini dipengaruhi oleh faktor-
faktor makro yang dapat mempengaruhi pasar secara keseluruhan.
Misalnya adanya perubahan tingkat bunga, kurs valas, kebijakan
pemerintah dan sebagainnya.
b. Risiko tidak sistematis (unsystematic risk / diversifiable risk)
Risiko yang dapat dihilangan dengan melakukan diversifikasi,
karena risiko ini hanya ada dalam satu perusahaan atau industri
tertentu.
Beberapa jenis risiko investasi yang mungkin timbul dan perlu
dipertimbangkan dalam pembuatan keputusan investasi, yaitu:
a. Risiko bisnis (business risk), merupakan risiko yang timbul akibat
menurunnya profitabilitas perusahaan emiten.
b. Risiko likuiditas (liquidity risk), merupakan risiko yang berkaitan
dengan kemampuan saham yang bersangkuatan untuk dapat segera
diperjualbelikan tanpa mengalami kerugian yang berarti.
26
c. Risiko tingkat bunga (interest rate risk), merupakan risiko yang
timbul akibat perubahan tingkat bunga yang berlaku di pasar.
d. Risiko pasar (market risk), merupakan risiko yang timbul akibat
kondisi perekonomian negara yang berubah-ubah dipengaruhi oleh
resesi dan kondisi perekonomian lain.
e. Risiko daya beli (purchasing power-risk), merupakan risiko yang
timbul akibat pengaruh perubahan tingkat inflasi, dimana
perusahaan ini akan menyebabkan berkurangnya daya beli uang
yang diinvestasikan maupun bunga yang diperoleh dari investasi.
f. Risiko mata uang (currency risk), merupakan risiko yang timbul
akibat pengaruh perubahan nilai tukar mata uang domestik (misalnya
rupiah) dengan mata uang negara lain (misalnya dolan Amerika).
Risiko-risiko di atas satu sama lain tidak saling berhubungan, tetapi
dapat terjadi secara bersamaan. Risiko nomor satu sampai nomor tiga
termasuk risiko yang dapat dihindari (unsystematic risk), sedangkan
risiko nomor empat sampai terakhir merupakan risiko utama yang tidak
dapat dihindari (systematic risk).
7. Foreign Exchange (FOREX)
Trading Forex adalah perdagangan mata uang dari negara yang
berbeda. Kondisi pasar dan harga dalam pasar forex bergerak dengan
sangat dinamis, dapat berubah sewaktu-waktu dengan cepat, dalam
menanggapi peristiwa-peristiwa baik itu ekonomi, politik, perang,
bencana, dsb. Khususnya untuk negara-negara dengan ekonomi maju dan
27
kuat, sedikit saja ada informasi sensitif, maka harga mata uangnya bisa
bergerak naik turun. Hal inilah yang oleh para trader dilihat sebagai suatu
kesempatan dan peluang untuk melakukan perdagangan. Jadi secara
sederhana, tujuan dari trading forex adalah untuk meraih profit dari naik
dan turunnya nilai tukar mata uang (http://www.seputarforex.com).
Perdagangan valuta asing timbul karena adanya perdagangan
barang-barang kebutuhan atau komoditi antar negara yang bersifat
internasional. Perdagangan (Ekspor-Impor) ini tentu memerlukan alat
bayar yaitu uang yang masing-masing negara mempunyai ketentuan
sendiri dan berbeda satu sama lainnya sesuai dengan penawaran dan
permintaan diantara negara-negara tersebut sehingga timbul
perbandingan nilai mata uang antar negara.
Perbandingan nilai mata uang antar negara terkumpul dalam suatu
bursa atau pasar yang bersifat internasional dan terikat dalam suatu
kesepakatan bersama yang saling menguntungkan. Nilai mata uang suatu
negara dengan negara lainnya ini berubah (berfluktuasi) setiap saat sesuai
volume permintaan dan penawarannya. Adanya permintaan dan
penawaran inilah yang menimbulkan transaksi mata uang, yang secara
nyata hanyalah tukar-menukar mata uang yang berbeda nilai
(http://www.studiforex.com).
C. Kerangka Pikiran Penelitian
Berdasarkan telaah pustaka dan diperkuat dengan penelitian terdahulu
bahwa kerangka penelitian ini dibuat untuk memberikan gambaran penelitian
28
yang akan dilakukan yaitu mengenai Implementasi Manajemen Risiko pada
Investasi Foreign Exchange di PT Bestprofit Futures Cabang Malang.
Berdasarkan teori-teori yang telah dijelaskan sebelumnya, maka dapat
digambarkan dalam kerangka pemikiran sebagai berikut:
Gambar 2.4. Kerangka Pikiran
Implementasi Manajemen risiko pada investasi Foreign Exchange
(Forex) pada PT Bestprofit Futures Cabang Malang didapatkan bahwa
berinvestasi tidak akan terlepas dari risiko, dalam penelitian ini peneliti
mengambil investasi Foreign Exchange (FOREX) sebagai objek penelitian.
Dalam investasi Forex risiko yang harus ditanggung adalah kerugian dana atau
Loss. Forex adalah salah satu investasi yang memiliki risiko tinggi tetapi juga
menawarkan return yang tinggi. Adapun strategi untuk menekan terjadinya
risiko adalah adanya manajemen risiko dimana manajemen risiko terdapat dua
analisis, yaitu analisis fundamental dan analisis teknikal. Pada manajemen
Investasi Forex
Risiko yang mungkin timbul
Manajemen Risiko
Fundamental: Berdasar dari berita atau rumor yang beredar di pasar.
Teknikal: Berdasar dari perhitungan grafik (cart)/ pergerakan kurs di masa lalu
Averaging Locking Switching Hold Cut Loss
29
risiko antara analisis fundamental dan teknikal saling berhubungan dalam
memanajemeni risiko yang terjadi karena risiko tidak dapat dihindari, tetapi
risiko hanya dapat ditekan.