BAB II TINJAUAN PUSTAKA A. TINJAUAN PENELITIAN ...eprints.umm.ac.id/40089/3/BAB II.pdfSesuai dengan...

15
9 BAB II TINJAUAN PUSTAKA A. TINJAUAN PENELITIAN TERDAHULU Beberapa penelitian telah dilakukan, diantaranya oleh Rahmawati (2015) yang berjudul tentang pengaruh faktor internal dan eksternal perusahaan terhadap audit delay di perusahaan manufaktur yang terdaftar di Bursa Efek Indonesia (BEI) Periode 2011-2013. Tehnik pengambilan sampel menggunakan purposive sampling. Jumlah sampel yang dimiliki sejumlah 96 perusahaan. Tehnik analisis data yang digunakan adalah analisis regresi liniear berganda. Hasil pengujian secara menunjukkan bahwa ukuran perusahaan, profitabilitas dan kompleksitas operasi berpengaruh negatif terhadap audit delay. Sedangkan, solvabilitas, opini audit dan ukuran KAP tidak berpengaruh terhadap audit delay. Zebriyanti (2016) meneliti tentang faktor- faktor yang berpengaruh terhadap audit delay pada perusahaan perbankan yang terdaftar di Bursa Efek Indonesia (BEI) periode 2010-2014. Tehnik pengambilan sampel menggunakan purposive sampling dengan jumlah sampel sebanyak 31 perusahaan. Tehnik analisis data menggunakan analisis regresi liniear berganda. Hasil penelitian menunjukkan bahwa variabel ukuran perusahaan, dan ukuran KAP berpengaruh negative terhadap audit delay. Sedangkan, profitabilitas, leverage, dan opini audit tidak berpengaruh terhadap audit delay.

Transcript of BAB II TINJAUAN PUSTAKA A. TINJAUAN PENELITIAN ...eprints.umm.ac.id/40089/3/BAB II.pdfSesuai dengan...

  • 9

    BAB II

    TINJAUAN PUSTAKA

    A. TINJAUAN PENELITIAN TERDAHULU

    Beberapa penelitian telah dilakukan, diantaranya oleh Rahmawati (2015)

    yang berjudul tentang pengaruh faktor internal dan eksternal perusahaan terhadap

    audit delay di perusahaan manufaktur yang terdaftar di Bursa Efek Indonesia

    (BEI) Periode 2011-2013. Tehnik pengambilan sampel menggunakan purposive

    sampling. Jumlah sampel yang dimiliki sejumlah 96 perusahaan. Tehnik analisis

    data yang digunakan adalah analisis regresi liniear berganda. Hasil pengujian

    secara menunjukkan bahwa ukuran perusahaan, profitabilitas dan kompleksitas

    operasi berpengaruh negatif terhadap audit delay. Sedangkan, solvabilitas, opini

    audit dan ukuran KAP tidak berpengaruh terhadap audit delay.

    Zebriyanti (2016) meneliti tentang faktor- faktor yang berpengaruh

    terhadap audit delay pada perusahaan perbankan yang terdaftar di Bursa Efek

    Indonesia (BEI) periode 2010-2014. Tehnik pengambilan sampel menggunakan

    purposive sampling dengan jumlah sampel sebanyak 31 perusahaan. Tehnik

    analisis data menggunakan analisis regresi liniear berganda. Hasil penelitian

    menunjukkan bahwa variabel ukuran perusahaan, dan ukuran KAP berpengaruh

    negative terhadap audit delay. Sedangkan, profitabilitas, leverage, dan opini audit

    tidak berpengaruh terhadap audit delay.

  • 10

    Aryaningningsih dan Budiartha (2014) meneliti tentang pengaruh total

    aset, tingkat solvabilitas dan opini audit pada audit delay di perusahaan

    manufaktur yang terdaftar di Bursa Efek Indonesia (BEI) periode 2009-2011.

    Tehnik pengambilan sampel menggunakan purposive sampling. Jumlah sampel

    yang didapatkan sebanyak 144 perusahaan. Teknik analisis data yang digunakan

    adalah analisis regresi linier berganda. Hasil pengujian secara parsial

    menunjukkan bahwa variabel solvabilitas atau DER dan opini auditor berpengaruh

    pada Audit Delay, sedangkan ukuran perusahaan tidak berpengaruh pada Audit

    Delay.

    Eka (2014) meneliti tentang pengaruh total asset, roa, der, ukuran kap,

    dan laba\ atau rugi perusahaan terhadap audit delay pada perusahaan manufaktur

    yang terdaftar di bursa efek indonesia periode 2011-2012. Sampel dalam

    penelitian ini adalah 82 perusahaan manufaktur selama 2 tahun. Sampel

    menggunakan purposive sampling. Metode analisis data menggunakan analisis

    regresi berganda dan uji asumsi klasik. Hasil uji t menunjukkan bahwa Total

    Aktiva dan DER berpengaruh signifikan terhadap penundaan audit.dapat

    disimpulkan bahwa penelitian lima variabel juga berpengaruh signifikan terhadap

    delay audit.

    Sa’adah (2013) melakukan penelitian tentang Pengaruh Ukuran

    Perusahaan dan Sistem Pengendalian Internal Terhadap Audit delay (Studi

    Empiris Pada Perusahaan Manufaktur yang Terdaftar di BEI). Periode yang

    digunakan dalam penelitian adalah 2008-2011. Hasil penelitian menunjukkan

  • 11

    bahwa ukuran perusahaan dan sistem pengendalian internal secara signifikan

    berpengaruh terhadap audit delay.

    Armansyah (2015) melakukan penelitian pengaruh ukuran perusahaan,

    profitabilitas, dan opini auditor terhadap audit delay. Sampelnya adalah 34

    perusahaan real estate yang tercatat di Bursa Efek Indonesia periode 2012-2014.

    Teknik pengumpulan sampel menggunakan metode purposive sampling.Analisis

    data dilakukan dengan menggunakan analisis regresi linier berganda. Hasil

    penelitian menunjukkan profitabilitas tidak berpengaruh terhadap keterlambatan

    audit. Sedangkan, ukuran perusahaan dan Pendapat auditor berpengaruh

    signifikan terhadap keterlambatan audit.

    Kesimpulan dari penelitian terdahulu bahwa debt to equity ratio (DER)

    berpengaruh terhadap audit delay sesuai dengan hasil penelitian Eka (2014) dan

    Aryaningningsih dan Budiartha (2014). Sedangkan, penelitian dilakukan oleh

    Zebriyanti (2016) dan Rahmwati (2015) bahwa debt to equity ratio tidak

    berpengaruh terhadap audit delay. Untuk ukuran perusahaan berpengaruh

    terhadap audit delay sesuai dengan penelitian Sa’adah (2013) dan Armansyah

    (2015), Rahmawati (2015) dan Zebriyanti (2016). Namun tidak dengan

    Aryaningningsih dan Budiartha (2014) ukuran perusahaan tidak berpengaruh

    terhadap audit delay. Untuk opini audit berpengaruh terhadap audit delay sesuai

    dengan penelitian Armansyah (2015) dan Aryaningningsih dan Budiartha (2014).

    Sedangkan, pada penelitian yang dilakukan Zebriyanti (2016) dan Rahmawati

    (2015) bahwa opini auditor tidak berpengaruh terhadap audit delay.

  • 12

    Persamaan antara penelitian-penelitian terdahulu dan penelitian kali ini

    terletak pada variabel dependen yaitu audit delay. Sedangkan perbedaannya

    terletak dibeberapa hal, diantaranya : fokus penelitian, variabel independen, objek

    penelitian dan periode penelitian. Untuk objek penelitian penulis menggunakan

    laporan keuangan perusahaan manufaktur yang terdaftar di Bursa Efek Indonesia

    dengan periode 2016.

    B. TINJAUAN TEORI

    1. Teori Sinyal (Signaling Theory)

    Menurut Suwardjono (2005), Teori sinyal menyebutkan bagaimana sebuah

    perusahaan memberikan sinyal kepada para pengguna laporan keuangan. Sinyal

    yang dimaksud berupa informasi mengenai kondisi perusahaan kepada pemilik

    ataupun pihak berkepentingan yang lainnya. Sinyal ini diberikan melalui

    pengungkapan pernyataan informasi akuntansi seperti laporan keuangan. Laporan

    keuangan yang sudah dilakukan oleh manajemen untuk merealisasikan keinginan

    pemilik, atau berupa promosi serta informasi lain yang menjelaskan bahwa

    perusahaan tersebut lebih baik dari perusahaan lain.

    Manajer melakukan publikasi laporan keuangan untuk memberikan

    informasi kepada investor. Hal ini investor akan merespon informasi tersebut

    berupa sinyal good news atau bad news. Sinyal yang diberikan ini mempengaruhi

    investor untuk memberikan respon berinvestasi atau sebaliknya. Jika manajemen

    menunjukkan sinyal good news maka investor akan memberikan respon positif

    untuk berinvestasi. Namun jika manajemen mengindikasikan sinyal bad news

    maka investor tidak akan lagi berinvestasi. Oleh karena itu, sinyal yang diberikan

  • 13

    manajemen perusahaan merupakan hal yang penting untuk investor dalam

    pengambilan keputusan. Perusahaan berkualitas baik akan memberikan sinyal

    dengan cara menyampaikan laporan keuangan dengan tepat waktu. Sedangkan,

    perusahaan yang berkualitas buruk akan cenderung tidak tepat waktu dalam

    menyampaikan laporan keuangan. Dalam hal ini ukuran perusahaan berkaitan

    dengan teori ini karena biasanya perusahaan besar memiliki sinyal good news

    karena perusahaan besar cenderung akan memiliki sistem pengendalian internal

    yang baik sehingga memudahkan auditor ketika melakukan audit. Hal ini

    disebabkan perusahaan besar diawasi ketat oleh para stakeholder (Fiatmoko & I.

    Anisykurlillah, 2015).

    Teori sinyal bermanfaat dalam menjelaskan ketepatan waktu penyajian

    laporan keuangan yang telah diaudit kepada publik agar dapat memberikan sinyal

    bahwa perusahaan memiliki informasi yang berguna dan bermanfaat atau

    memiliki good news untuk para pengguna laporan keuangan. Apabila audit delay

    semakin lama itu merupakan suatu sinyal bahwa perusahaan memiliki bad news

    oleh karena itu perusahaan tidak mempublikasi laporan keuangan secara tepat

    menyebabkan kendala dalam pengambilan keputusan oleh manajemen (Givoly

    dan Palmon, 1982).

    2. Audit Delay

    Menurut Kartika (2011) audit report lag atau audit delay adalah jangka

    waktu lamanya penyelesaian dalam pelaksanaan audit yang dilihat dari tanggal

    penutupan tahun buku sampai dengan tanggal diterbitkan laporan audit.

  • 14

    Menurut Rahayu & Suhayati (2012) audit report merupakan alat

    komunikasi untuk mengkomunikasikan kepada pihak-pihak berkepentingan

    tentang apa yang akan dilakukan auditor dan kesimpulan yang dicapai atas audit

    laporan keuangan. Laporan auditor harus memuat suatu pernyataan pendapat atas

    laporan keuangan secara keseluruhan atau memuat suatu asersi, bahwa pernyataan

    demikian tidak dapat diberikan.

    Dalam melaksanakan tugas audit, auditor mempunyai tanggung jawab

    untuk merencanakan dan melaksanakan audit, sedangkan manajemen perusahaan

    bertanggung jawab atas laporan keuangan perusahaan dalam menerapkan

    kebijakan akuntansi yang sehat, membangun pengendalian intern, serta

    melaksanakan kewajiban mencatat, mengolah, meringkas, dan melaporkan

    transaksi yan konsisten dalam lapora keuangan. Dalam melaksanakan audit atas

    laporan keuangan, auditor bertujuan untuk memperoleh keyakinan yang memadai

    apakah laporan keuangan perusahaan bebas dari salah saji material, yaitu berupa

    kekeliruan, kecurangan atau pelanggaran hokum (Rahayu & Suhayati, 2010).

    Menurut Agoes dan Hoesada (2012) untuk menentukan apakah laporan

    keuangan telah sesuai dengan standar akuntansi berterima umum, auditor harus

    melakukan pengujian substantive untuk mengetahui apakah laporan keuangan

    perusahaan mengandung kesalahan atau salah saji material lainnya. Pengujian

    substantive dilakukan untuk mengumpulkan bukti-bukti yang digunakan auditor

    mencapai kesimpulan tentang apakah laporan keuangan telah disajikan secara

    wajar dalam semua hal yang material serta untuk menerbitkan laporan audit. Lag

    dalam arti bahasa Indonesia adalah keterlambatan. Keterlambatan ini berhubungan

  • 15

    dengan rentang waktu yang diperlukan dalam proses audit sampai audit laporan

    keuangan selesai diaudit oleh auditor independen.

    Sesuai dengan lampiran Keputusan Ketua Bapepam dan Lembaga

    Keuangan Nomor : KEP-346/BL/2011 tentang kewajiban penyampaian laporan

    yang berkala yaitu bahwa perusahaan publik wajib menyampaikan laporan

    keuangan tahunan yang telah diaudit selambat-lambatnya sembilan puluh hari

    setelah tanggal laporan keuangan tahunan. Apabila ada Perusahaan yang terlambat

    mempublikasikan laporan keuangannya dikenai sanksi administratif sesuai dengan

    peraturan dari Bapepam-LK yang tercantum dalam Peraturan Pemerintah Nomor

    45 Tahun 1995 pasal 63E tentang sanksi administratif bagi perusahaan yang

    terdaftar di bursa efek indonesia, dikenakan sanksi denda Rp. 1.000.000,00 atas

    setiap hari keterlambatan penyampaian laporan dengan ketentuan jumlah

    keseluruhan denda paling banyak Rp. 500.000.000,00.

    3. Debt to Equity Ratio

    Solvabilitas atau disebut leverage ratio. Weston dan Copeland (1995)

    menyatakan bahwa rasio leverage adalah suatu rasio untuk mengukur tingkat

    aktiva perusahaan yang bergantung pada kreditor dalam membiayai asset

    perusahaan. Dengan demikian solvabilitas merupakan pengukuran kemampuan

    suatu perusahaan untuk membayar semua hutang – hutangnya baik hutang jangka

    pendek maupun hutang jangka panjang.

    Menurut Kasmir (2011:157) debt to equity ratio merupakan pengukuran

    rasio yang digunakan untuk menilai utang dengan ekuitas. Rasio ini dicari dengan

    cara membandingkan antara seluruh utang, termasuk utang lancar dengan seluruh

  • 16

    ekuitas. Rasio ini berguna untuk mengetahui jumlah dana yang disediakan

    peminjam (kreditor) dengan pemilik perusahaan. Dengan kata lain, rasio ini

    berfungsi untuk mengetahui setiap rupiah modal sendiri yang dijadikan untuk

    jaminan utang.

    Perusahaan yang mempunyai leverage yang tinggi berarti sangat

    bergantung pada pinjaman luar untuk membiayai asetnya, sedangkan perusahaan

    yang mempunyai leverage rendah lebih banyak membiayai asetnya dengan modal

    sendiri. Untuk mengetahui tingkat leverage keuangan suatu perusahaan diukur

    menggunakan debt to equity ratio (DER) Tingginya debt to equity ratio

    mencerminkan tingginya resiko keuangan perusahaan. Resiko keuangan

    perusahaan yang tinggi mengindikasikan bahwa perusahaan mengalami kesulitan

    keuangan (financial distress) akibat kewajiban yang tinggi. Apabila perusahaan

    mengalami kesulitan keuangan maka perusahaan tersebut dikatakan menjadi

    berita buruk (badnews). Hal ini akan ada indikasi pandangan yang buruk di suatu

    kondisi perusahaan di mata publik (Venny dan Ubaidillah, 2008).

    Maka dari itu, Pihak manajemen cenderung akan menunda penyampaian

    laporan keuangan yang nantinya merupakan berita buruk bagi perusahaan. Jadi,

    pihak manajemen butuh waktu yang ada untuk digunakan menekan debt to equity

    ratio serendah-rendahnya (Venny dan Ubaidillah, 2008). Bagi kreditor, semakin

    besar rasio ini, akan semakin tidak menguntungkan karena akan semakin besar

    risiko yang ditanggung atas kegagalan yang mungkin terjadi di perusahaan.

    Namun, bagi perusahaan justru semakin besar rasio akan semakin baik.

    Sebaliknya dengan rasio yang rendah, semakin tinggi tingkat pendanaan yang

  • 17

    disediakan pemilik dan semakin besar batas pengamanan bagi peminjam jika

    terjadi kerugian atau penyusutan terhadap nilai aktiva. Rasio ini juga memberikan

    petunjuk umum tentang kelayakan dan risiko keuangan perusahaan (Utami, 2006).

    4. Ukuran Perusahaan

    Ukuran perusahaan dapat diartikan sebagai suatu skala pengaklasifikasian

    besar atau kecilnya suatu perusahaan. Salah satu tolak ukur besar atau kecilnya

    suatu perusahaan adalah dengan total aset yang dimilikinya. Menurut keputusan

    BAPEPAM No. 9 tahun 1995 pada dasarnya ukuran perusahaan dapat

    digolongkan dalam dua kelompok, yaitu:

    a. Perusahaan menengah/kecil

    Perusahaan menengah/kecil merupakan badan hukum yang didirikan di

    Indonesia yang memiliki sejumlah kekayaan (total aset) tidak lebih dari Rp 20

    milyar, bukan merupakan afiliasi atau dikendalikan oleh suatu perusahaan yang

    bukan perusahaan menengah/kecil, serta bukan merupakan reksadana.

    b. Perusahaan menengah/besar

    Perusahaan menengah/besar merupakan kegiatan ekonomi yang mempunyai

    kriteria kekayaan bersih atau hasil penjualan tahunan usaha.Usaha ini meliputi

    usaha nasional (milik negara atau swasta) dan usaha asing yang melakukan

    kegaiatan di Indonesia.

    Menurut (Dyer & A. J. McHugh, 1975), perusahaan besar diduga akan

    menyelesaikan proses auditnya lebih cepat dibandingkan dengan perusahaan kecil.

    Halini disebabkan oleh beberapa faktor, yaitu manajemen perusahaan yang

    berskala besar cenderung diberikan insentif yang lebih guna untuk mengurangi

  • 18

    audit delay agar auditor independen memaksimalkan waktu proses pekerjaan

    pengerjaan pengauditan agar tepat waktu karena perusahaan-perusahaantersebut

    dimonitor dengan ketat oleh Pihak-pihak ini berkepentingan terhadap informasi

    yang termuat dalam laporan keuangan seperti investor, pengawas permodalan, dan

    pemerintah. Semakin besar perusahaan, maka perusahaan itu memiliki sistem

    pengendalian internal yang baik, sehingga dapat mengurangi tingkat kesalahan

    dalam penyajian laporan keuangan, dan memudahkan auditor dalam melakukan

    pengauditan atas laporan keuangan (Putri & N. F. Asyik, 2015).

    6. Opini Auditor

    Menurut kamus standar akuntansi keuangan, opini auditor adalah laporan

    keuangan yang diberikan oleh seorang akuntan publik yang terdaftar sebagai hasil

    penilaiannya atas kewajaran laporan keuangan yang disajikan oleh perusahaan.

    Jadi, opini auditor adalah media bagi auditor untuk mengungkapkan pendapatnya

    atas laporan keuangan perusahaan yang telah diaudit. Opini audit digunakan oleh

    pengguna internal dan eksternal laporan keuangan untuk mengetahui kinerja

    perusahaan selama periode tertentu sehingga dapat digunakan seabgai dasar

    pengambilan keputusan (Rustiarini & N.W.M Sugiarti, 2013).

    Pendapat auditor sangatlah penting bagi perusahaan maupun pihak-pihak

    yang memerlukan informasi atas laporan keuangan auditan. Opini yang

    dikeluarkan auditor tergantung dari temuan hasil auditnya. Terdapat lima jenis

    opini auditor (Mulyadi, 2002), yaitu:

  • 19

    a. Opini wajar tanpa pengecualian (unqualified opinion);

    b. Opini wajar tanpa pengecualian dengan bahasa penjelas (unqualified

    opinion with explanatory language);

    c. Opini wajar dengan pengecualian (qualified opinion);

    d. Opini tidak wajar (adverse opinion);

    e. Tidak memberikan opini (disclaimer).

    Semakin bagus opini yang diberikan auditor terhadap suatu laporan

    keuangan perusahaan maka akan memperpendek adanya audit delay. Hal ini

    dikarenakan pemberian opini audit yang bagus mengindikasikan tidak terdapat

    masalah dalam laporan keuangan sehingga auditor memiliki waktu yang relatif

    pendek dalam mengaudit laporan keuangan (Putra & Sukirman, 2014).

    5. PENGEMBANGAN HIPOTESIS

    A. Pengaruh Debt to Equity Ratio Terhadap Audit Delay.

    Solvabilitas merupakan leverage ratio, yang berfungsi untuk mengetahui

    kemampuan perusahaan dalam pelunasan hutang jangka pendek maupun jangka

    panjang. Untuk mengukur solvabilitas tersebut penelitian ini menggunakan Debt

    To Equity Ratio (DER). Dimana jika Debt to Total Equity Ratio yang rendah

    maka resikonya semakin rendah dan jika DER nya tinggi maka resiko akan tinggi

    pula yang menjadi perusahaan mengalami kesulitan keuangan. Kesulitan

    keuangan merupakan berita yang buruk dan akan mempengaruhi kondisi

    perusahaan di masyarakat. Pihak manajemen cenderung akan menunda publikasi

    atas laporan keuangan dikarenakan berita buruk tersebut. Hal ini jadi

  • 20

    kemungkinan akan menyebabkan audit delay yang lebih lama dari waktu tutup

    tahun buku akhir periode (Aryaningningsih dan Budiartha, 2014).

    Teori sinyal menyatakan jika tingkat solvabilitas yang tinggi maka akan

    memberikan sinyal badnews pada perusahaan, sehingga perusahaan akan

    menunda publikasi laporan keuangan audit yang berdampak pada audit delay

    (Fiatmoko & I. Anisykurlillah, 2015).

    Penelitian yang dilakukan Aryaningningsih dan Budiartha (2014)

    pengujian dalam penelitian ini, solvabilitas berpengaruh pada Audit Delay. Hal

    tersebut terjadi karena ketika perusahaan mempunyai tingkat solvabilitas yang

    tinggi, maka Audit Delay yang dilakukan oleh auditor terindikasi semakin

    panjang. Mengaudit akun hutang akan memakan waktu lama karena harus

    mencari sumber penyebab dari tingginya proporsi hutang yang dimiliki oleh

    perusahaan serta membutuhkan banyak waktu dalam mengkonfirmasi pihak-pihak

    (debtholder) yang berkaitan dengan perusahaan. Maka, dapat dirumuskan

    hipotesis:

    H1 : Debt to equity ratio berpengaruh terhadap audit delay.

    B. Pengaruh Ukuran Perusahaan Terhadap Audit delay

    Menurut Imaniar (2016) menyatakan salah satu faktor yang mempengaruhi

    ketepatan waktu pelaporan keuangan adalah ukuran perusahaan. Besar kecilnya

    ukuran perusahaan dapat didasarkan pada total nilai aset, total penjualan,

    kapitalisasi pasar, jumlah tenaga kerja dan sebagainya. Semakin besar nilai item-

    item tersebut maka semakin besar pula ukuran perusahaan tersebut .

  • 21

    Menurut teori sinyal mengemukakan perusahaan yang ukurannya besar

    akan memberi sinyal positif ke pasar dengan tujuan untuk menunjukkan bahwa

    perusahaan tersebut memiliki kinerja yang baik daripada perusahaan lainnya

    (Febrianty, 2011).

    Almilia dan Setiady (2006) menyatakan bahwa ukuran perusahaan dapat

    menunjukkan seberapa besar informasi yang terdapat didalamnya, sekaligus

    mencerminkan kesadaran dari pihak manajemen mengenai pentingnya

    informasi,baik bagi pihak eksternal perusahaan maupun internal perusahaan

    pereusahaan besar cenderung untuk menyajikan laporan keuangan lebih tepat

    waktu daripada perusahaan kecil.

    Penelitian dilakukan oleh Armansyah (2012) berpendapat bahwa secara

    ukuran perusahaan memiliki pengaruh signifikan terhadap audit delay. Karena

    manajemen dengan skala besar cenderung diberikan insentif untuk mempercepat

    penerbitan laporan keuangan auditan disebabkan perusahaan berskala besar

    dimonitor secara ketat oleh investor, pengawas permodalan dan pemerintah

    sehingga cenderung menghadapi tekanan eksternal yang lebih tinggi untuk

    mengumumkan laporan keuangan auditan lebih awal. Jadi, semakin besar ukuran

    perusahaan, maka audit delaynya semakin pendek sejalan dengan penelitian

    Sa’adah (2013).

    Perusahaan dengan total aset besar cenderung memiliki system

    pengendalian internal yang lebih kuat. Sistem pengendalian internal yang kuat

    akan meminimalkan tingkat kesalahan dalam penuyusunan laporan keuangan

    sehingga mempermudah auditor dalam melakukan pekerjaan nya. Selain itu,

  • 22

    karena perusahaan yang diteliti adalah perusahaan go public, maka perusahaan ini

    akan diawasi oleh Badan Pengawas Pasar Modal dalam publikasi laporan

    keuangan nya. Oleh karena itu, perusahaan dengan total aset yang besar akan

    lebih mengutamakan ketepatan dalam publikasi laporan keuangan ke bursa efek.

    Berdasarkan penjelasan tersebut, maka hipotesis yang diajukan dalam

    penelitian ini adalah :

    H2 : Ukuran perusahaan berpengaruh terhadap audit delay.

    C. Pengaruh Opini auditor Terhadap Audit delay

    Menurut Carslaw dan Kaplan (1991) perusahaan yang tidak menerima

    opini audit wajar tanpa pengecualian (unqualified opinion) diperkirakan

    mengalami audit delay yang lebih panjang alasannya perusahaan yang

    menerima opini tersebut memandang sebagai kabar buruk dan akan

    memperlambat proses audit. Disamping itu penerimaan opini selain wajar

    tanpa pengecualian (unqualified opinion) merupakan indikasi terjadinya

    konflik antara auditor dan perusahaan yang pada akhirnya memperpanjang

    audit delay.

    Menurut teori sinyal menjelaskan apabila perusahaan yang berkualitas

    baik yang menerima opini wajar tanpa pengecualian akan memberikan sinyal

    kepada stakeholder yaitu berupa sinyal good news yang berarti menerbitkan

    laporan keuangan auditan secara tepat waktu. Perusahaan yang opini selain wajar

    tanpa pengecualian akan mengeluarkan sinyal bad news sehingga menunda

    pelaporan keuangan audit (Fiatmoko, A. L., & I. Anisykurlillah, 2015).

  • 23

    Aryaningningsih dan Budiartha (2014) menunjukkan bahwa opini

    auditor berpengaruh terhadap audit delay.

    Berdasarkan kajian konsep dan empiris tersebut, maka hipotesis yang

    dapat dikembangkan adalah sebagai berikut :

    H3 : Opini audit berpengaruh terhadap audit delay.

    D. Kerangka Pemikiran

    Gambar 2.1

    Kerangka Pemikiran

    H1

    H2

    H3

    Debt to Equity Ratio

    (X1)

    Ukuran Perusahaan

    (X2)

    Opini Audit

    (X3)

    Audit Delay (Y)