BAB II TINJAUAN PUSTAKA A. TINJAUAN PENELITIAN ...eprints.umm.ac.id/40089/3/BAB II.pdfSesuai dengan...
Transcript of BAB II TINJAUAN PUSTAKA A. TINJAUAN PENELITIAN ...eprints.umm.ac.id/40089/3/BAB II.pdfSesuai dengan...
-
9
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA
A. TINJAUAN PENELITIAN TERDAHULU
Beberapa penelitian telah dilakukan, diantaranya oleh Rahmawati (2015)
yang berjudul tentang pengaruh faktor internal dan eksternal perusahaan terhadap
audit delay di perusahaan manufaktur yang terdaftar di Bursa Efek Indonesia
(BEI) Periode 2011-2013. Tehnik pengambilan sampel menggunakan purposive
sampling. Jumlah sampel yang dimiliki sejumlah 96 perusahaan. Tehnik analisis
data yang digunakan adalah analisis regresi liniear berganda. Hasil pengujian
secara menunjukkan bahwa ukuran perusahaan, profitabilitas dan kompleksitas
operasi berpengaruh negatif terhadap audit delay. Sedangkan, solvabilitas, opini
audit dan ukuran KAP tidak berpengaruh terhadap audit delay.
Zebriyanti (2016) meneliti tentang faktor- faktor yang berpengaruh
terhadap audit delay pada perusahaan perbankan yang terdaftar di Bursa Efek
Indonesia (BEI) periode 2010-2014. Tehnik pengambilan sampel menggunakan
purposive sampling dengan jumlah sampel sebanyak 31 perusahaan. Tehnik
analisis data menggunakan analisis regresi liniear berganda. Hasil penelitian
menunjukkan bahwa variabel ukuran perusahaan, dan ukuran KAP berpengaruh
negative terhadap audit delay. Sedangkan, profitabilitas, leverage, dan opini audit
tidak berpengaruh terhadap audit delay.
-
10
Aryaningningsih dan Budiartha (2014) meneliti tentang pengaruh total
aset, tingkat solvabilitas dan opini audit pada audit delay di perusahaan
manufaktur yang terdaftar di Bursa Efek Indonesia (BEI) periode 2009-2011.
Tehnik pengambilan sampel menggunakan purposive sampling. Jumlah sampel
yang didapatkan sebanyak 144 perusahaan. Teknik analisis data yang digunakan
adalah analisis regresi linier berganda. Hasil pengujian secara parsial
menunjukkan bahwa variabel solvabilitas atau DER dan opini auditor berpengaruh
pada Audit Delay, sedangkan ukuran perusahaan tidak berpengaruh pada Audit
Delay.
Eka (2014) meneliti tentang pengaruh total asset, roa, der, ukuran kap,
dan laba\ atau rugi perusahaan terhadap audit delay pada perusahaan manufaktur
yang terdaftar di bursa efek indonesia periode 2011-2012. Sampel dalam
penelitian ini adalah 82 perusahaan manufaktur selama 2 tahun. Sampel
menggunakan purposive sampling. Metode analisis data menggunakan analisis
regresi berganda dan uji asumsi klasik. Hasil uji t menunjukkan bahwa Total
Aktiva dan DER berpengaruh signifikan terhadap penundaan audit.dapat
disimpulkan bahwa penelitian lima variabel juga berpengaruh signifikan terhadap
delay audit.
Sa’adah (2013) melakukan penelitian tentang Pengaruh Ukuran
Perusahaan dan Sistem Pengendalian Internal Terhadap Audit delay (Studi
Empiris Pada Perusahaan Manufaktur yang Terdaftar di BEI). Periode yang
digunakan dalam penelitian adalah 2008-2011. Hasil penelitian menunjukkan
-
11
bahwa ukuran perusahaan dan sistem pengendalian internal secara signifikan
berpengaruh terhadap audit delay.
Armansyah (2015) melakukan penelitian pengaruh ukuran perusahaan,
profitabilitas, dan opini auditor terhadap audit delay. Sampelnya adalah 34
perusahaan real estate yang tercatat di Bursa Efek Indonesia periode 2012-2014.
Teknik pengumpulan sampel menggunakan metode purposive sampling.Analisis
data dilakukan dengan menggunakan analisis regresi linier berganda. Hasil
penelitian menunjukkan profitabilitas tidak berpengaruh terhadap keterlambatan
audit. Sedangkan, ukuran perusahaan dan Pendapat auditor berpengaruh
signifikan terhadap keterlambatan audit.
Kesimpulan dari penelitian terdahulu bahwa debt to equity ratio (DER)
berpengaruh terhadap audit delay sesuai dengan hasil penelitian Eka (2014) dan
Aryaningningsih dan Budiartha (2014). Sedangkan, penelitian dilakukan oleh
Zebriyanti (2016) dan Rahmwati (2015) bahwa debt to equity ratio tidak
berpengaruh terhadap audit delay. Untuk ukuran perusahaan berpengaruh
terhadap audit delay sesuai dengan penelitian Sa’adah (2013) dan Armansyah
(2015), Rahmawati (2015) dan Zebriyanti (2016). Namun tidak dengan
Aryaningningsih dan Budiartha (2014) ukuran perusahaan tidak berpengaruh
terhadap audit delay. Untuk opini audit berpengaruh terhadap audit delay sesuai
dengan penelitian Armansyah (2015) dan Aryaningningsih dan Budiartha (2014).
Sedangkan, pada penelitian yang dilakukan Zebriyanti (2016) dan Rahmawati
(2015) bahwa opini auditor tidak berpengaruh terhadap audit delay.
-
12
Persamaan antara penelitian-penelitian terdahulu dan penelitian kali ini
terletak pada variabel dependen yaitu audit delay. Sedangkan perbedaannya
terletak dibeberapa hal, diantaranya : fokus penelitian, variabel independen, objek
penelitian dan periode penelitian. Untuk objek penelitian penulis menggunakan
laporan keuangan perusahaan manufaktur yang terdaftar di Bursa Efek Indonesia
dengan periode 2016.
B. TINJAUAN TEORI
1. Teori Sinyal (Signaling Theory)
Menurut Suwardjono (2005), Teori sinyal menyebutkan bagaimana sebuah
perusahaan memberikan sinyal kepada para pengguna laporan keuangan. Sinyal
yang dimaksud berupa informasi mengenai kondisi perusahaan kepada pemilik
ataupun pihak berkepentingan yang lainnya. Sinyal ini diberikan melalui
pengungkapan pernyataan informasi akuntansi seperti laporan keuangan. Laporan
keuangan yang sudah dilakukan oleh manajemen untuk merealisasikan keinginan
pemilik, atau berupa promosi serta informasi lain yang menjelaskan bahwa
perusahaan tersebut lebih baik dari perusahaan lain.
Manajer melakukan publikasi laporan keuangan untuk memberikan
informasi kepada investor. Hal ini investor akan merespon informasi tersebut
berupa sinyal good news atau bad news. Sinyal yang diberikan ini mempengaruhi
investor untuk memberikan respon berinvestasi atau sebaliknya. Jika manajemen
menunjukkan sinyal good news maka investor akan memberikan respon positif
untuk berinvestasi. Namun jika manajemen mengindikasikan sinyal bad news
maka investor tidak akan lagi berinvestasi. Oleh karena itu, sinyal yang diberikan
-
13
manajemen perusahaan merupakan hal yang penting untuk investor dalam
pengambilan keputusan. Perusahaan berkualitas baik akan memberikan sinyal
dengan cara menyampaikan laporan keuangan dengan tepat waktu. Sedangkan,
perusahaan yang berkualitas buruk akan cenderung tidak tepat waktu dalam
menyampaikan laporan keuangan. Dalam hal ini ukuran perusahaan berkaitan
dengan teori ini karena biasanya perusahaan besar memiliki sinyal good news
karena perusahaan besar cenderung akan memiliki sistem pengendalian internal
yang baik sehingga memudahkan auditor ketika melakukan audit. Hal ini
disebabkan perusahaan besar diawasi ketat oleh para stakeholder (Fiatmoko & I.
Anisykurlillah, 2015).
Teori sinyal bermanfaat dalam menjelaskan ketepatan waktu penyajian
laporan keuangan yang telah diaudit kepada publik agar dapat memberikan sinyal
bahwa perusahaan memiliki informasi yang berguna dan bermanfaat atau
memiliki good news untuk para pengguna laporan keuangan. Apabila audit delay
semakin lama itu merupakan suatu sinyal bahwa perusahaan memiliki bad news
oleh karena itu perusahaan tidak mempublikasi laporan keuangan secara tepat
menyebabkan kendala dalam pengambilan keputusan oleh manajemen (Givoly
dan Palmon, 1982).
2. Audit Delay
Menurut Kartika (2011) audit report lag atau audit delay adalah jangka
waktu lamanya penyelesaian dalam pelaksanaan audit yang dilihat dari tanggal
penutupan tahun buku sampai dengan tanggal diterbitkan laporan audit.
-
14
Menurut Rahayu & Suhayati (2012) audit report merupakan alat
komunikasi untuk mengkomunikasikan kepada pihak-pihak berkepentingan
tentang apa yang akan dilakukan auditor dan kesimpulan yang dicapai atas audit
laporan keuangan. Laporan auditor harus memuat suatu pernyataan pendapat atas
laporan keuangan secara keseluruhan atau memuat suatu asersi, bahwa pernyataan
demikian tidak dapat diberikan.
Dalam melaksanakan tugas audit, auditor mempunyai tanggung jawab
untuk merencanakan dan melaksanakan audit, sedangkan manajemen perusahaan
bertanggung jawab atas laporan keuangan perusahaan dalam menerapkan
kebijakan akuntansi yang sehat, membangun pengendalian intern, serta
melaksanakan kewajiban mencatat, mengolah, meringkas, dan melaporkan
transaksi yan konsisten dalam lapora keuangan. Dalam melaksanakan audit atas
laporan keuangan, auditor bertujuan untuk memperoleh keyakinan yang memadai
apakah laporan keuangan perusahaan bebas dari salah saji material, yaitu berupa
kekeliruan, kecurangan atau pelanggaran hokum (Rahayu & Suhayati, 2010).
Menurut Agoes dan Hoesada (2012) untuk menentukan apakah laporan
keuangan telah sesuai dengan standar akuntansi berterima umum, auditor harus
melakukan pengujian substantive untuk mengetahui apakah laporan keuangan
perusahaan mengandung kesalahan atau salah saji material lainnya. Pengujian
substantive dilakukan untuk mengumpulkan bukti-bukti yang digunakan auditor
mencapai kesimpulan tentang apakah laporan keuangan telah disajikan secara
wajar dalam semua hal yang material serta untuk menerbitkan laporan audit. Lag
dalam arti bahasa Indonesia adalah keterlambatan. Keterlambatan ini berhubungan
-
15
dengan rentang waktu yang diperlukan dalam proses audit sampai audit laporan
keuangan selesai diaudit oleh auditor independen.
Sesuai dengan lampiran Keputusan Ketua Bapepam dan Lembaga
Keuangan Nomor : KEP-346/BL/2011 tentang kewajiban penyampaian laporan
yang berkala yaitu bahwa perusahaan publik wajib menyampaikan laporan
keuangan tahunan yang telah diaudit selambat-lambatnya sembilan puluh hari
setelah tanggal laporan keuangan tahunan. Apabila ada Perusahaan yang terlambat
mempublikasikan laporan keuangannya dikenai sanksi administratif sesuai dengan
peraturan dari Bapepam-LK yang tercantum dalam Peraturan Pemerintah Nomor
45 Tahun 1995 pasal 63E tentang sanksi administratif bagi perusahaan yang
terdaftar di bursa efek indonesia, dikenakan sanksi denda Rp. 1.000.000,00 atas
setiap hari keterlambatan penyampaian laporan dengan ketentuan jumlah
keseluruhan denda paling banyak Rp. 500.000.000,00.
3. Debt to Equity Ratio
Solvabilitas atau disebut leverage ratio. Weston dan Copeland (1995)
menyatakan bahwa rasio leverage adalah suatu rasio untuk mengukur tingkat
aktiva perusahaan yang bergantung pada kreditor dalam membiayai asset
perusahaan. Dengan demikian solvabilitas merupakan pengukuran kemampuan
suatu perusahaan untuk membayar semua hutang – hutangnya baik hutang jangka
pendek maupun hutang jangka panjang.
Menurut Kasmir (2011:157) debt to equity ratio merupakan pengukuran
rasio yang digunakan untuk menilai utang dengan ekuitas. Rasio ini dicari dengan
cara membandingkan antara seluruh utang, termasuk utang lancar dengan seluruh
-
16
ekuitas. Rasio ini berguna untuk mengetahui jumlah dana yang disediakan
peminjam (kreditor) dengan pemilik perusahaan. Dengan kata lain, rasio ini
berfungsi untuk mengetahui setiap rupiah modal sendiri yang dijadikan untuk
jaminan utang.
Perusahaan yang mempunyai leverage yang tinggi berarti sangat
bergantung pada pinjaman luar untuk membiayai asetnya, sedangkan perusahaan
yang mempunyai leverage rendah lebih banyak membiayai asetnya dengan modal
sendiri. Untuk mengetahui tingkat leverage keuangan suatu perusahaan diukur
menggunakan debt to equity ratio (DER) Tingginya debt to equity ratio
mencerminkan tingginya resiko keuangan perusahaan. Resiko keuangan
perusahaan yang tinggi mengindikasikan bahwa perusahaan mengalami kesulitan
keuangan (financial distress) akibat kewajiban yang tinggi. Apabila perusahaan
mengalami kesulitan keuangan maka perusahaan tersebut dikatakan menjadi
berita buruk (badnews). Hal ini akan ada indikasi pandangan yang buruk di suatu
kondisi perusahaan di mata publik (Venny dan Ubaidillah, 2008).
Maka dari itu, Pihak manajemen cenderung akan menunda penyampaian
laporan keuangan yang nantinya merupakan berita buruk bagi perusahaan. Jadi,
pihak manajemen butuh waktu yang ada untuk digunakan menekan debt to equity
ratio serendah-rendahnya (Venny dan Ubaidillah, 2008). Bagi kreditor, semakin
besar rasio ini, akan semakin tidak menguntungkan karena akan semakin besar
risiko yang ditanggung atas kegagalan yang mungkin terjadi di perusahaan.
Namun, bagi perusahaan justru semakin besar rasio akan semakin baik.
Sebaliknya dengan rasio yang rendah, semakin tinggi tingkat pendanaan yang
-
17
disediakan pemilik dan semakin besar batas pengamanan bagi peminjam jika
terjadi kerugian atau penyusutan terhadap nilai aktiva. Rasio ini juga memberikan
petunjuk umum tentang kelayakan dan risiko keuangan perusahaan (Utami, 2006).
4. Ukuran Perusahaan
Ukuran perusahaan dapat diartikan sebagai suatu skala pengaklasifikasian
besar atau kecilnya suatu perusahaan. Salah satu tolak ukur besar atau kecilnya
suatu perusahaan adalah dengan total aset yang dimilikinya. Menurut keputusan
BAPEPAM No. 9 tahun 1995 pada dasarnya ukuran perusahaan dapat
digolongkan dalam dua kelompok, yaitu:
a. Perusahaan menengah/kecil
Perusahaan menengah/kecil merupakan badan hukum yang didirikan di
Indonesia yang memiliki sejumlah kekayaan (total aset) tidak lebih dari Rp 20
milyar, bukan merupakan afiliasi atau dikendalikan oleh suatu perusahaan yang
bukan perusahaan menengah/kecil, serta bukan merupakan reksadana.
b. Perusahaan menengah/besar
Perusahaan menengah/besar merupakan kegiatan ekonomi yang mempunyai
kriteria kekayaan bersih atau hasil penjualan tahunan usaha.Usaha ini meliputi
usaha nasional (milik negara atau swasta) dan usaha asing yang melakukan
kegaiatan di Indonesia.
Menurut (Dyer & A. J. McHugh, 1975), perusahaan besar diduga akan
menyelesaikan proses auditnya lebih cepat dibandingkan dengan perusahaan kecil.
Halini disebabkan oleh beberapa faktor, yaitu manajemen perusahaan yang
berskala besar cenderung diberikan insentif yang lebih guna untuk mengurangi
-
18
audit delay agar auditor independen memaksimalkan waktu proses pekerjaan
pengerjaan pengauditan agar tepat waktu karena perusahaan-perusahaantersebut
dimonitor dengan ketat oleh Pihak-pihak ini berkepentingan terhadap informasi
yang termuat dalam laporan keuangan seperti investor, pengawas permodalan, dan
pemerintah. Semakin besar perusahaan, maka perusahaan itu memiliki sistem
pengendalian internal yang baik, sehingga dapat mengurangi tingkat kesalahan
dalam penyajian laporan keuangan, dan memudahkan auditor dalam melakukan
pengauditan atas laporan keuangan (Putri & N. F. Asyik, 2015).
6. Opini Auditor
Menurut kamus standar akuntansi keuangan, opini auditor adalah laporan
keuangan yang diberikan oleh seorang akuntan publik yang terdaftar sebagai hasil
penilaiannya atas kewajaran laporan keuangan yang disajikan oleh perusahaan.
Jadi, opini auditor adalah media bagi auditor untuk mengungkapkan pendapatnya
atas laporan keuangan perusahaan yang telah diaudit. Opini audit digunakan oleh
pengguna internal dan eksternal laporan keuangan untuk mengetahui kinerja
perusahaan selama periode tertentu sehingga dapat digunakan seabgai dasar
pengambilan keputusan (Rustiarini & N.W.M Sugiarti, 2013).
Pendapat auditor sangatlah penting bagi perusahaan maupun pihak-pihak
yang memerlukan informasi atas laporan keuangan auditan. Opini yang
dikeluarkan auditor tergantung dari temuan hasil auditnya. Terdapat lima jenis
opini auditor (Mulyadi, 2002), yaitu:
-
19
a. Opini wajar tanpa pengecualian (unqualified opinion);
b. Opini wajar tanpa pengecualian dengan bahasa penjelas (unqualified
opinion with explanatory language);
c. Opini wajar dengan pengecualian (qualified opinion);
d. Opini tidak wajar (adverse opinion);
e. Tidak memberikan opini (disclaimer).
Semakin bagus opini yang diberikan auditor terhadap suatu laporan
keuangan perusahaan maka akan memperpendek adanya audit delay. Hal ini
dikarenakan pemberian opini audit yang bagus mengindikasikan tidak terdapat
masalah dalam laporan keuangan sehingga auditor memiliki waktu yang relatif
pendek dalam mengaudit laporan keuangan (Putra & Sukirman, 2014).
5. PENGEMBANGAN HIPOTESIS
A. Pengaruh Debt to Equity Ratio Terhadap Audit Delay.
Solvabilitas merupakan leverage ratio, yang berfungsi untuk mengetahui
kemampuan perusahaan dalam pelunasan hutang jangka pendek maupun jangka
panjang. Untuk mengukur solvabilitas tersebut penelitian ini menggunakan Debt
To Equity Ratio (DER). Dimana jika Debt to Total Equity Ratio yang rendah
maka resikonya semakin rendah dan jika DER nya tinggi maka resiko akan tinggi
pula yang menjadi perusahaan mengalami kesulitan keuangan. Kesulitan
keuangan merupakan berita yang buruk dan akan mempengaruhi kondisi
perusahaan di masyarakat. Pihak manajemen cenderung akan menunda publikasi
atas laporan keuangan dikarenakan berita buruk tersebut. Hal ini jadi
-
20
kemungkinan akan menyebabkan audit delay yang lebih lama dari waktu tutup
tahun buku akhir periode (Aryaningningsih dan Budiartha, 2014).
Teori sinyal menyatakan jika tingkat solvabilitas yang tinggi maka akan
memberikan sinyal badnews pada perusahaan, sehingga perusahaan akan
menunda publikasi laporan keuangan audit yang berdampak pada audit delay
(Fiatmoko & I. Anisykurlillah, 2015).
Penelitian yang dilakukan Aryaningningsih dan Budiartha (2014)
pengujian dalam penelitian ini, solvabilitas berpengaruh pada Audit Delay. Hal
tersebut terjadi karena ketika perusahaan mempunyai tingkat solvabilitas yang
tinggi, maka Audit Delay yang dilakukan oleh auditor terindikasi semakin
panjang. Mengaudit akun hutang akan memakan waktu lama karena harus
mencari sumber penyebab dari tingginya proporsi hutang yang dimiliki oleh
perusahaan serta membutuhkan banyak waktu dalam mengkonfirmasi pihak-pihak
(debtholder) yang berkaitan dengan perusahaan. Maka, dapat dirumuskan
hipotesis:
H1 : Debt to equity ratio berpengaruh terhadap audit delay.
B. Pengaruh Ukuran Perusahaan Terhadap Audit delay
Menurut Imaniar (2016) menyatakan salah satu faktor yang mempengaruhi
ketepatan waktu pelaporan keuangan adalah ukuran perusahaan. Besar kecilnya
ukuran perusahaan dapat didasarkan pada total nilai aset, total penjualan,
kapitalisasi pasar, jumlah tenaga kerja dan sebagainya. Semakin besar nilai item-
item tersebut maka semakin besar pula ukuran perusahaan tersebut .
-
21
Menurut teori sinyal mengemukakan perusahaan yang ukurannya besar
akan memberi sinyal positif ke pasar dengan tujuan untuk menunjukkan bahwa
perusahaan tersebut memiliki kinerja yang baik daripada perusahaan lainnya
(Febrianty, 2011).
Almilia dan Setiady (2006) menyatakan bahwa ukuran perusahaan dapat
menunjukkan seberapa besar informasi yang terdapat didalamnya, sekaligus
mencerminkan kesadaran dari pihak manajemen mengenai pentingnya
informasi,baik bagi pihak eksternal perusahaan maupun internal perusahaan
pereusahaan besar cenderung untuk menyajikan laporan keuangan lebih tepat
waktu daripada perusahaan kecil.
Penelitian dilakukan oleh Armansyah (2012) berpendapat bahwa secara
ukuran perusahaan memiliki pengaruh signifikan terhadap audit delay. Karena
manajemen dengan skala besar cenderung diberikan insentif untuk mempercepat
penerbitan laporan keuangan auditan disebabkan perusahaan berskala besar
dimonitor secara ketat oleh investor, pengawas permodalan dan pemerintah
sehingga cenderung menghadapi tekanan eksternal yang lebih tinggi untuk
mengumumkan laporan keuangan auditan lebih awal. Jadi, semakin besar ukuran
perusahaan, maka audit delaynya semakin pendek sejalan dengan penelitian
Sa’adah (2013).
Perusahaan dengan total aset besar cenderung memiliki system
pengendalian internal yang lebih kuat. Sistem pengendalian internal yang kuat
akan meminimalkan tingkat kesalahan dalam penuyusunan laporan keuangan
sehingga mempermudah auditor dalam melakukan pekerjaan nya. Selain itu,
-
22
karena perusahaan yang diteliti adalah perusahaan go public, maka perusahaan ini
akan diawasi oleh Badan Pengawas Pasar Modal dalam publikasi laporan
keuangan nya. Oleh karena itu, perusahaan dengan total aset yang besar akan
lebih mengutamakan ketepatan dalam publikasi laporan keuangan ke bursa efek.
Berdasarkan penjelasan tersebut, maka hipotesis yang diajukan dalam
penelitian ini adalah :
H2 : Ukuran perusahaan berpengaruh terhadap audit delay.
C. Pengaruh Opini auditor Terhadap Audit delay
Menurut Carslaw dan Kaplan (1991) perusahaan yang tidak menerima
opini audit wajar tanpa pengecualian (unqualified opinion) diperkirakan
mengalami audit delay yang lebih panjang alasannya perusahaan yang
menerima opini tersebut memandang sebagai kabar buruk dan akan
memperlambat proses audit. Disamping itu penerimaan opini selain wajar
tanpa pengecualian (unqualified opinion) merupakan indikasi terjadinya
konflik antara auditor dan perusahaan yang pada akhirnya memperpanjang
audit delay.
Menurut teori sinyal menjelaskan apabila perusahaan yang berkualitas
baik yang menerima opini wajar tanpa pengecualian akan memberikan sinyal
kepada stakeholder yaitu berupa sinyal good news yang berarti menerbitkan
laporan keuangan auditan secara tepat waktu. Perusahaan yang opini selain wajar
tanpa pengecualian akan mengeluarkan sinyal bad news sehingga menunda
pelaporan keuangan audit (Fiatmoko, A. L., & I. Anisykurlillah, 2015).
-
23
Aryaningningsih dan Budiartha (2014) menunjukkan bahwa opini
auditor berpengaruh terhadap audit delay.
Berdasarkan kajian konsep dan empiris tersebut, maka hipotesis yang
dapat dikembangkan adalah sebagai berikut :
H3 : Opini audit berpengaruh terhadap audit delay.
D. Kerangka Pemikiran
Gambar 2.1
Kerangka Pemikiran
H1
H2
H3
Debt to Equity Ratio
(X1)
Ukuran Perusahaan
(X2)
Opini Audit
(X3)
Audit Delay (Y)