BAB II TINJAUAN PUSTAKA A. Tanaman Kelapa (Cocos...
Transcript of BAB II TINJAUAN PUSTAKA A. Tanaman Kelapa (Cocos...
5
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA
A. Tanaman Kelapa (Cocos nucifera lin)
Salah satu sumber bahan alam Indonesia yang sangat
melimpah adalah kelapa. Indonesia memiliki lahan tanaman kelapa
terluas di dunia yaitu sekitar 3,712 juta hektar. Penelitian yang
berkaitan dengan pemanfaatan buah kelapa memang sudah banyak
dilakukan, misalnya pem-buatan minyak kelapa, nata de coco, bahkan
akhir-akhir ini banyak dilakukan penelitian yang mengarah pada
potensi minyak murni dari kelapa yang disebut Virgin Coconut Oil
(Darmoyuwono, 2006; Setiaji dan Prayugo, 2006).
Tanaman kelapa (Cocos nucifera lin) merupakan komoditas
perkebunan yang sangat penting, karena hampir seluruh bagian
tanaman ini dapat dimanfaatkan (Palungkun, 2004). Dalam tata nama
atau sistematika (taksonomi) tanaman kelapa (Cocos nucifera)
dimasukkan ke dalam klasifikasi sebagai berikut.
Kingdom : Plantae (Tumbuh-tumbuhan)
Divisio : Spermatophyta (Tumbuhan berbiji)
Sub-Divisio : Angiospermae (Berbiji tertutup)
Kelas : Monocotyledonae (biji berkeping satu)
Ordo : Palmales
Familia : Palmae
Genus : Cocos
Spesies : Cocos nucifera lin
Tanaman kelapa ada dua varitas yaitu varietas typical (tall
variety) dan varietas genjah (dwarf variety) (Setyamidjaja, 1995).
a. Typical (Cocos nucefera lin)
Ciri-ciri yang dapat diamati dari varietas tanaman kelapa
typical adalah mulai berbuah pada umur 6-8 tahun dan umur pohon
mencapai 110 tahun. Batangnya tinggi sampai mencapai 35 m,
6
pada umumnya tingginya 30 m. Buahnya berukuran besar, yaitu
rata-rata beratnya 2 kg dengan daging buah ½ kg dan air ½ liter.
Sebutir kelapa dapat menghasilkan kopra 200-300 gram dan kelapa
ini menghasilkan minyak sebanyak 132 gram. Warna buah kelapa
ini adalah hijau dan merah (Soedijanto, 1991).
b. Kelapa Genjah
Kelapa genjah disebut kelapa kerdil, kelapa puyuh. Kelapa
ini mulai berbuah pada umur 3-4 tahun. Buahnya kecil-kecil,
beratnya rata-rata 1 kg dan daging buahnya 400 gram. Sebutir
kelapa menghasilkan 150 kopra. Batang kelapa ini berukuran kecil
dan pangkal batangnya tidak besar. Umur kelapa genjah rata-rata
50 tahun (Soedijanto, 1991). Menurut Towaha (1999), bahwa
komposisi daging buah kelapa dapat dipengaruhi oleh varietas
kelapa dapat dilihat pada table 1.
Tabel 1. Komposisi kimia berdasarkan varietas kelapa
Varietas kelapa Kadar protein (%) Kadar lemak (%) Kadar air (%)
Kelapa typical : Kelapa hijau Kelapa merah
2,60-3,40 2,60-3,40
23,70-32,30 23,70-32,30
50,60-56,10 50,60-56,10
Kelapa genjah : Kelapa puyuh
5,29-5,78
58,37-67,98
49,10-60,10
Sumber : Towaha (1999)
Kelapa memiliki berbagai nama daerah. Secara umum, buah
kelapa dikenal sebagai coconut, orang Belanda menyebutnya
kokosnoot, sedangkan orang Prancis menyebutnya cocotier.
Di Indonesia kelapa biasa disebut krambil atau klapa (Jawa).
(Warisno, 2003). Secara genetik kelapa typical, menghasilkan bunga
pertama pada umur 7-10 tahun setelah ditanam. Bunga betina
tanaman kelapa akan dibuahi 18-25 hari setelah bunga berkembang
dan buah akan menjadi masak setelah 12 bulan dihitung sejak
pembuahan berlangsung (Anonim, 2005). Berikut komposisi buah
kelapa dapat dilihat pada Tabel 2.
7
Tabel 2. Komposisi Buah Kelapa
Komponen Jumlah Berat (%)
Srabut Tempurung Daging Buah Air Buah
25 - 32 12 - 13,1 28 - 34,9 19,2 – 25
Sumber : Palungkun, (2004)
B. Daging Buah Kelapa
Daging buah kelapa adalah salah satu bagian yang sering
digunakan oleh masyarakat maupun industri. Dalam pemanfaatannya,
daging buah kelapa dapat diolah menjadi kopra kemudian diproses
lebih lanjut menjadi minyak. Daging buah kelapa dipergunakan juga
dalam keadaan segar yaitu sebagai santan, kelapa parut, maupun
pembuatan minyak (Palungkun, 2004).
Buah kelapa yang menjadi bahan baku minyak disebut kopra.
Dimana kandungan minyaknya berkisar antara 60-65 %. Sedang
daging buah segar (muda) kandungan minyaknya sekitar 43%.
Kandungan asam lemak dari minyak kelapa adalah asam lemak jenuh
yang diperkirakan 91% terdiri dari Caproic, Caprylic, Capric, Lauric,
Myristic, Palmatic, Stearic, dan Arachidic, dan asam lemak tak jenuh
sekitar 9% yang terdiri dari oleat dan linoleat. (Warisno, 2003)
Komposisi kimia daging buah kelapa dapat dilihat Tabel 3.
Tabel 3. Komposisi daging buah kelapa
Senyawa
Penyusunan
Daging
buah kelapa Air (g) 46
Kalori (kkal) 359
Protein (gr) 3,4
Lemak (mg) 34,7
Karbohidat (gr) 14
Kalsium (mg) 21
Fosfor (mg) 21
Aktivitas
Vitamin A (mg)
0,1
Thlamin (mg) 0,1
Asam askorbat
(g)
46,9
Sumber : Sutarmi (2006)
8
Untuk menghasilkan Virgin Coconut Oil (minyak kelapa murni)
yang berkualitas baik perlu mempertimbangkan berbagai faktor antara
lain umur buah kepala, karena kadar dan mutu minyak kelapa murni
sangat ditentukan oleh tingkat kematangan buah kelapa. Kadar
minyak maksimal yaitu ± 60,3% akan diperoleh setelah 11-12 bulan
pembuahan, dan ditandai oleh tempurung yang berwarna coklat
kehitaman, tiga lubang tempat tumbuh bakal tanaman berwarna hitam
dan pada kulit ari berwarna kehitaman (Barlina, 2004). Buah yang
terlalu tua serta pada kondisi yang mulai berkecambah tidak
dianjurkan untuk dibuat minyak kelapa murni. buah kelapa yang
sesuai untuk diolah menjadi VCO harus berumur 12 bulan
(Rindengan, B dan Novarianto, H. 2004).
C. Minyak Kelapa Murni (Virgin Coconut Oil)
Minyak kelapa merupakan bagian paling berharga dari buah
kelapa. Kandungan minyak pada daging buah kelapa tua adalah
sebanyak 34,7%. Minyak kelapa digunakan sebagai bahan baku
industri, atau sebagai minyak goreng. Untuk industri kecil yang
terbatas kemampuan permodalannya, disarankan mengekstrak
minyak dari daging buah kelapa segar. Cara ini mudah dilakukan dan
tidak banyak memerlukan biaya. Kelemahannya adalah lebih
rendahnya rendemen yang diperoleh.
Santan kelapa merupakan cairan hasil ekstraksi dari kelapa
parut dengan menggunakan air. Bila santan didiamkan, secara pelan-
pelan akan terjadi pemisahan bagian yang kaya dengan minyak
dengan bagian yang miskin dengan minyak. Bagian yang kaya
dengan minyak disebut sebagai krim, dan bagian yang miskin dengan
minyak disebut dengan skim. Krim lebih ringan dibanding skim, karena
itu krim berada pada bagian atas, dan skim pada bagian bawah
(Tarwiyah, 2001).
9
Salah satu produk yang dapat dihasilkan dari daging buah
kelapa segar adalah Virgin Coconut Oil (VCO) atau minyak kelapa
murni. VCO merupakan minyak kelapa murni yang terbuat dari daging
kelapa segar yang diolah dalam suhu rendah atau tanpa pemanasan,
sehingga kandungan yang penting dalam minyak tetap dapat
dipertahankan Bawalan (2004). Santan adalah cairan yang berwarna
putih yang diperoleh dari pemerasan. Jika santan didiamkan akan
terpisah menjadi dua fase yaitu fase skim yang jernih bagian bawah
dan fase krim yang berwarna putih susu diatas. (Winarno, 2004).
Minyak dapat dikeluarkan dari sistem emulsi apabila ikatan peptida
pada protein rusak. Mekanisme reaksi hidrolisis digambarkan skema
sebagai berikut :
Gambar 1. Reaksi hidrolisis pada peptida (Hawab, 2004)
Virgin coconut oil (VCO) banyak dicari masyarakat karena sangat
bermanfaat bagi kesehatan diantaranya dapat menurunkan kolesterol
(Nevin dan Rajamohan, 2004), mencegah penyakit jantung (Mary,
2004), diabetes milletus dan anti bakteri dan virus (Conrado, 2002).
Selain untuk mencegah berbagai penyakit, VCO juga bisa menjaga
kesehatan kulit. Disamping itu, VCO juga banyak digunakan dalam industri
farmasi seperti minyak telon dan minyak gosok (Barlina dan Hengky,
2004). Komposisi asam lemak VCO ditunjukkan pada Tabel 4.
10
Tabel 4. Komposisi asam lemak VCO
Asam lemak Rumus kimia Jumlah (%)
Jenuh:
Asam kaproat C5H
11COOH 0.4-0.6
Asam kaprilat C7H
17COOH 5.0-10.0
Asam Kaprat C9H
19COOH 4.5-8.0
Asam Laurat C11
H23
COOH 43.0-53.0
Asam Miristat C13
H27
COOH 16.0-21.0
Asam Palmitat C15
H31
COOH 7.5-10.0
Asam Stearat C17
H35
COOH 2.0-4.0
Tak jenuh:
Asam oleat C17
H33
COOH 5.0-10.0
Asam Linoleat C17
H31
COOH 1.0-2.5
Asam Linolenat C15
H29
COOH <0.5
Sumber: APCC (2005)
Nilai FFA berdasarkan syarat mutu VCO Filipina maksimal
adalah 0,5% sedangkan nilai asam laurat adalah 46,0% (Anonim,
2005). VCO memiliki kadar vitamin E sebesar 30 kali lebih tinggi dari
RBD coconut oil. Vitamin E merupakan salah satu antioksidan
sehingga menyebabkan VCO tidak cepat tengik dan VCO juga
mempunyai masa simpan yang cukup lama yaitu 2 tahun (Isaac, et al.
1992). Asam lemak dan turunannya mudah merusak membran lipid
suatu organisme dan menginaktifkannya (Isaacs et al., 1992). Dengan
demikian VCO mempunyai efek sebagai antiseptik. Disamping itu
VCO dapat menjadi stimulasi tiroid. Pada jumlah hormon tiroid yang
cukup, kolesterol (khususnya LDL-kolesterol) diubah melalui proses
enzimatik menjadi steroid anti penuaan yaitu, progesteron dan DHEA.
Substansi inilah yang dapat membantu mencegah penyakit liver,
kegemukan, kanker dan penyakit lain yang berhubungan dengan
penuaan dan penyakit degenerative (Peat, 2004).
VCO yang bagus itu beraroma harum, jernih dan rasa bisa
diterima, ketika minum VCO tetapi muntah karena ketengikan, tengik
ini terjadi karena proses oksidasi yang disebabkan tingginya kadar air
dalam VCO. Selain kadar air yang tinggi, protein yang masih tersisa
11
dari proses penyaringan juga dapat mempercepat ketengikan VCO
bila melebihi ambang batas 0,5%. Di dasar botol VCO terkadang
terdapat butiran kecil, halus dan putih. Hal itu menandakan protein
yang mengendap akibat penyaringan yang kurang sempurna. Protein
yang terdapat pada VCO merupakan sarana mikroba untuk tumbuh
sehingga menyebabkan ketengikan pada VCO (Ahkam, 2005).
D. Sifat Fisika Kimia Minyak kelapa murni (VCO)
Minyak kelapa murni merupakan minyak kelapa yang didapat
tanpa mengubah sifat fisik dan kimia minyak dengan hanya melalui
perlakuan mekanis dan pemakaian panas rendah (Codex Alimentarius
1995). VCO berwarna putih murni ketika dipadatkan dan jernih seperti
air ketika dicairkan. Selain itu minyak ini memiliki rasa dan aroma yang
khas karena masih mengandung zat-zat fitonutrien alami dari kelapa
(Alamsyah 2005).
Standar kualitas VCO dapat dinilai berdasarkan sifat
terhidrolisis dan teroksidasi dimana masing-masing dapat diukur
dengan menentukan asam lemak bebas dan bilangan peroksida
(Rindengan dan Novarianto, 2004). Tujuan penelitian ini adalah
mengetahui metode pembuatan VCO mana yang menghasilkan kadar
minyak paling tinggi serta kadar air, asam lemak bebas dan bilangan
peroksida paling rendah dari ketiga metode pembuatan VCO yaitu
metode pemanasan bertahap, metode pemancingan minyak dan
metode fermentasi (Julius Pontoh, 2008)
Sudarmadji et,al, (1989) menyebutkan bahwa angka
penyabunan dapat dipergunakan untuk penentuan berat molekul
minyak secara kasar. Selanjutnya disebutkan bahwa minyak kelapa
murni yang mengandung asam lemak dengan rantai atom C pendek
(≤C8) relatif mempunyai berat molekul kecil dan memiliki angka
penyabunan relatif besar (Winarno,2004) komponen utama asam
lemak penyusun minyak kelapa murni menurut Codex Stan 19-1981
12
dalam Alamsyah (2005) didominasi oleh asam laurat berkisar 43-53%
dan asam laurat tergolong sebagai asam lemak jenuh dengan rantai
atom C sedang (C12’o).
Berbeda dengan minyak lainnya, penggantian minyak goreng
dengan VCO tidak akan membentuk asam lemak trans selama
penggorengan bahkan pada temperatur tinggi. Penelitian juga
membuktikan bahwa minyak kelapa dapat mempercepat metabolisme,
membantu dalam menurunkan berat badan dan mempercantik kulit.
VCO juga digunakan untuk membuat sabun alamidan produk
kesehatan lainnya (Anonim, 2005).
Menurut Setiaji (2006), bahwa VCO yang berkualitas tidak
mudah tengik karena kandungan asam lemak jenuhnya tinggi
sehingga proses oksidasi tidak mudah terjadi. Sedangkan analisis
yang berkaitan dengan standar khasiat dilakukan dengan menentukan
komposisi senyawa–senyawa berkhasiat yaitu kandungan asam–
asam lemaknya. Selanjutnya untuk menjamin keawetan minyak VCO
dilakukan dengan menentukan kadar air dan uji adanya peroksida,
karena kedua zat tersebut yang berperan dalam proses ketengikan.
Peroksida adalah produk awal dari reaksi oksidasi yang bersifat labil,
reaksi ini dapat berlangsung bila terjadi dengan kontak antara
sejumlah oksigen dengan minyak. Terjadinya reaksi oksidasi ini akan
mengakibatkan bau tengik pada minyak (Ketaren, 2008). Secara
umum, rekasi pembentukan peroksida dapat digambarkan sebagai
berikut :
Gambar 2. Reaksi Pembentukan Peroksida (Ketaren, 2008)
13
Menurut Darmoyuwono (2006), sifat-sifat kimia dan fisika dari
VCO yaitu tidak berwarna, aroma berbau asam dan harum karamel,
tidak larut dalam air, berat jenis 0,883 pada suhu 20 oC, memiliki pH di
bawah 7, tidak menguap pada suhu 21 oC (0 %), titik cair 20-25 oC,
titik didih 225 oC, kerapatan uap 6,91; tekanan uap 1 mmHg pada
suhu 121 oC, kecepatan penguapan tidak diketahui. Syarat mutu VCO
ditunjukkan pada Tabel 5.
Tabel 5. Syarat mutu VCO
No Jenis uji Satuan Persyaratan
1 Keadaan : 1.1 Bau 1.2 Rasa 1.3 Waran
Khas kelapa segar,tidak tengik Normal, khas minyak kelapa Tidak berwarna hingga kuning pucat
2 3 4 5 6 7 8
Air dan senyawa yang menguap Bilangan iod Asam lemak bebas (dihitung sebagai asam laurat Bilangan peroksida Asam lemak : 6.1 Asam kaproat (C6:0) 6.2 Asam kaprilat (C8:0) 6.3 Asam kaprat (C10:0) 6.4 Asam laurat (C12:0) 6.5 Asam miristat (C14:0) 6.6 Asam palmitat (C16:0) 6.7 Asam stearat (C18) 6.8 Asam oleat (C18:1) 6.9 Asam linoleat (C18:2) 6.10 Asam linolenat (C18:3) Cemaran mikroba 7.1 Angka lempeng total Cemaran logam : 8.1 Timbal (Pb) 8.2 Tembaga (Cu)
% g iod/100 g % mg ek/kg % % % % % % % % % % Koloni/ml mg/kg mg/kg mg/kg
Maks 0,2 4,1-11,0 Maks 0,2 Maks 2,0-3,0 ND-0,7 4,6-10,0 5,0-8,0 45,1-53,2 16,8-21 7,5-10,2 2,0-4,0 5,0-10,0 1,0-2,5 ND-0,2 Maks 10 Maks 0,1 Maks 0,4 Maks 5,0 Maks 0,1
CATATAN ND = No detection (tidak terdeteksi
SNI 7381:2008
14
A. Fermentasi
Fermentasi berasal dari kata Latin “ferve” yang berarti mendidih,
yang menunjukkan bahwa adanya aktivitas dari yeast. Fermentasi
ditinjau secara biokimia mempunyai perbedaan arti dengan
mikrobiologi industri. Secara biokimia fermentasi diartikan sebagai
terbentuknya energi oleh proses katabolisme bahan organic,
sedangkan dalam mikkrobiologi industri fermentasi diartikan lebih luas
yaitu suatu proses untuk mengubah bahan baku menjadi suatu produk
oleh massa sel mikroba. Dalam hal ini fermentasi berarti pula
pembentukan komponen sel secara aerob yang dikenal dengan proses
anabolisme atau biosintesis.
Teknologi pengolahan buah kelapa menjadi VCO dapat dipilih
dari teknologi yang sederhana sampai teknologi tinggi dan padat
modal. Beberapa metode yang digunakan dalam pembuatan VCO
antara lain Rethinam dalam Coco Info International (2000) menuliskan
ada beberapa teknologi proses untuk mengeksktraksi VCO termasuk :
secara fisik/mekanik (fully Mechanized and sophisticated
technologies), teknologi enzimatis, teknologi fermentasi, dan teknologi
Intermediate Moisture Content (IMC). Dari berbagai metode tersebut,
maka pembuatan VCO yang paling sesuai diterapkan pada skala
produksi Rumah Tangga adalah metode teknologi fermentasi dengan
menggunakan khamir roti (Saccharimyces cerevisiae).
Fermentasi merupakan reaksi disimilasi anaerobik senyawa-
senyawa organik yang disebabkan oleh aktivitas mikroorganisme atau
ekstrak dari sel-sel tersebut. Oleh karena itu mikroorganisme adalah
kunci keberhasilan atau kegagalan suatu fermentasi, dimana jenis dan
jumlah hasil fermentasi tergantung dari jenis mikroorganisme dan
perlakuannya. Fermentasi yang dilakukan dengan menggunakan
mikroorganisme sebagai inokulum. Pembuatan minyak kelapa secara
fermentasi ini dapat dilakukan dengan skala besar maupun rumah
tangga. Cara fermentasi memiliki beberapa keuntungan pokok yaitu
15
efektifitas tenaga, waktu relatif singkat dan biaya tidak terlalu tinggi.
Minyak kelapa yang dihasilkan lebih banyak dan warnanya lebih jernih
(Sukmadi dan Nugroho, 2002) fermentasi dibandingkan cara lain
adalah kemudahannya sehingga dapat diproduksi secara praktis,
hemat bahan bakar, residu galendo lebih sedikit, tingkat ketengikan
rendah dengan daya simpan lebih lama, aroma lebih harum, dan
bebas senyawa penginduksi koles-terol.
Secara biologi, fermikel lebih aman dan menguntungkan
dibandingkan minyak tradisonal yang diproduksi dari kopra, karena
dapat mencegah terjadinya infeksi oleh serangga dan jamur penghasil
aflatoksin. Produk minyak ”kelentik” yang diproses secara tradisonal
dianggap tidak ekonomis dan bermutu rendah, sehingga daya
saingnya rendah di pasaran lokal (Sulistyo dan Soeka, 1999).
Ekstraksi secara fermentasi dilakukan dengan metode
Rusmanto (2004). Kelapa parut dicampur dengan air lalu diperas.
Santan yang diperoleh dimasukkan ke dalam wadah berkatup
pembuang dan didiamkan selama 3 jam sehingga terbentuk dua
lapisan, yaitu bagian krim santan pada bagian atas dan skim santan
pada bagian bawah. Skim santan dipisahkan dari krimnya. Kemudian
ke dalam krim santan ditambahkan khamir roti Saccharomyces
cerevisiae sebanyak 5% dari volume krim santan, lalu difermentasi
selama semalam pada suhu kamar sehingga terbentuk tiga lapisan,
yaitu air, protein, dan VCO. VCO dipisahkan, lalu disaring
menggunakan kertas saring. Berikut gambar lapisan yang terbentuk
setelah proses lama fermentasi krim santan dengan khamir roti
(Saccharomyces cerevisiae).
Ekstraksi minyak kelapa dengan menggunakan khamir roti
(Saccharimyces cerevisiae) dengan cara rendemen basah yang
dimodifikasi telah dilakukan pada praktikum Biologi Terapan Program
S1 Kedua FPMIPA IKIP Bandung pada jurusan pendidikan IPA
sekolah dasar tahun 1994. Cara ekstraksi ini tidak membutuhkan
16
waktu pemanasan sehingga dapat mengurangi kerusakan minyak kelapa
yang dihasilkan, dapat menghemat biaya bahan bakar, minyak yang diperoleh
jernih dan baunya tidak tengik.
B. Sifat Organoleptik
Organoleptik merupakan pengujian secara subyektif yaitu suatu
pengujian penerimaan selera makanan (acceptance) yang didasarkan
atas pengujian kegemaran (preference) dan analisa pembeda
(difference analysis). Mutu organoleptik didasarkan pada kegiatan
penguji (panelis) yang pekerjaannya mengamati dan menilai secara
organoleptik (Soekarto, 1990).
Tujuan dari pengenalan sifat organoleptik ini adalah mengenal
sifat-sifat organoleptik beberapa produk yang berperan dalam analisis
bahan dan melatih panca indera untuk mengenali jenis-jenis
rangsangan (Rahayu, 1998). Organoleptik pada pembuatan Minyak
kelapa murni meliputi :
1. Warna
Warna adalah kenampakan dari Minyak kelapa murni (VCO)
fermentasi dengan penilian jernih, keruh dan diamati dengan
indera penglihatan. Sifat penglihatan atau penampakan pada
produk merupakan sifat utama yang dilakukan oleh konsumen,
sedangkan sifat lain akan dinilai kemudian. Warna termasuk
dalam kenampakan, oleh sebab itu, warna merupakan unsur
kualitas sensoris yang penting. Dengan cara pindahkan minyak
pada gelas lalu amati dengan mata. Lakukan pengerjaan minimal
oleh 3 orang panelis 1 orang tenaga ahli. Cara menyatakan jika
tidak terlihat warna lain atau kuning pucat maka hasil dinyatakan
normal, sedangkan jika terlihat warna lain maka hasil dinyatakan
tidak normal. (SNI 7381:2008).
17
2. Aroma
Aroma adalah rangsangan yang dihasilkan oleh Minyak
kelapa murni (VCO) fermentasi harum, tengik yang diketehui
dengan indera penciuman (hidung). Pada umumnya aroma yang
diterima oleh hidung dan otak lebih banyak merupakan berbagai
ramuan atau campuran empat bau utama yaitu harum, asam,
tengik, dan hangus (Zuhra, 2006). Rasa lezat yang ditentukan
melui bau menjadi daya tarik sendiri untuk produk makanan
tersebut. Bau merupakan salah satu parameter dalam
menentukan rasa enak dari suatu produk makanan dengan
menggunakan indera penciuman (Winarno, 2002).
Dengan cara dikocok lalu tutup wadah dibuka, kemudian
dicium dengan jarak 5 cm dari hidung. Analisis dilakukan oleh 3
orang panelis atau 1 orang tenaga ahli. Jika tercium bau khas
kelapa segar dan tidak tengik dinyatakan normal, jika tercium bau
asing dinyatakan tidak normal (SNI 7381:2008).
3. Kekentalan
Penginderaan kental yang berasal dari penglihatan
sentuhan. Biasanya jika orang ingin menilai kekentalan bahan
digunakan ujung jari tangan. Macam-macam penginderaan tekstur
yang dapat dinilai dengan ujung jari meliputi kebasahan, kering,
keras, keenceran, kasar dan berminyak (Soewarno, 1985).