BAB II TINJAUAN PUSTAKA A. Pengertianrepository.ump.ac.id/5781/3/EKA SRI RAHAYU BAB II.pdf ·...
Transcript of BAB II TINJAUAN PUSTAKA A. Pengertianrepository.ump.ac.id/5781/3/EKA SRI RAHAYU BAB II.pdf ·...
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA
A. Pengertian
Perilaku kekerasan adalah suatu keadaan emosi yang merupakan
campuran perasaan frustasi dan benci atau marah. Hal ini didasari keadaan
emosi secara mendalam dari setiap orang sebagai bagian penting dari
keadaan emosional kita yang dapat diproyeksikan ke lingkungan, kedalam
diri atau secara destruktif. (Patricia D. Barry, 1998: 140 dikutip Yosep, I.,
2009)
Perilaku kekerasan adalah suatu tindakan kekerasan yang dinyatakan
seecara Verbal maupun non verbal, baik ditunjukkan pada dirinya sendiri
maupun terhadap benda atau orang lain, yang ada dilingkungannya (Keliat,
B. A., 2006).
Perilaku kekerasan adalah suatu keadaan dimana seseorang melakukan
tindakan yang dapat membahayakan secara fisik baik diri sendiri, orang lai,
maupun lingkungan (Towsend, 1998).
Marah adalah perasaan jengkel yang timbul sebagai respon terhadap
kecemasan atau kebutuhan yang tidak terpenuhi yang dirasakan sebagai
ancaman (Stuart & Sundeen, 2007).
Asuhan Keperawatan Jiwa..., EKA SRI RAHAYU, Fakultas Ilmu Kesehatan UMP, 2010
Jadi dapat disimpulkan bahwa perilaku kekerasan adalah suatu keadaan
dimana seseorang melakukan tindakan kekerasan baik verbal maupun non
verbal yang dapat membahayakan diri sendiri, orang lain dan lingkungan
yang muncul akibat perasaan jengkel / kesal / marah.
B. Rentang Respon
Kegagalan yang menimbulkan frustasi dapat menimbulkan respon pasif
dan melarikan diri atau respon melawan dan menantang.
Respon melawan dan menantang menrupakan respon yang maladaptif
yaitu agresif-kekerasan. Dapat dilihat pada gambar II. 1.
Gambar II. 1. Rentang Respon Neurobiologis
Respon adaptif Respon Maladaptif
(Sumber : Stuart dan sundeen, 2006)
Perilaku yang ditampakan mulai dari yang rendah sampai tinggi yaitu :
1.Asertif : Mampu mengatakan rasa marah tanpa menyakiti orang lain dan
merasa lega
2.Frustasi : Merasa gagal mencapai tujuan yang disebabkan tujuan yang
tidak realistis.
3.Pasif : Diam saja karena merasa tidak mampu mengungkapkan
perasaan yang dialaminya.
Asertif Frustasi Pasif Agresif Amuk/ kekerasan
Asuhan Keperawatan Jiwa..., EKA SRI RAHAYU, Fakultas Ilmu Kesehatan UMP, 2010
4.Agresif : Tindakan dekstruktif terhadap lingkungan yang masih
terkontrol (memperlihatkan permusuhan, keras dan menuntut,
mendekatif orang lain dengan ancaman memberi kata-kata
ancaman tanpa niat melukai).
5.Amuk : Tindakan dekstruktif dan permusuhan yang kuat dan tidak
terkontrol (menyentuh orang lain secara menakutkan dan
memberi kata-kata ancaman, melukai dari tingkat yang ringan
sampai dengan kuat, merusak bisa mengendalikan diri).secara
tertulis tanpa
C. Etiologi
1. Faktor predisposisi
Berbagai pengalaman yang dialami tiap orang yang merupakan
faktor predisposisi artinya mungkin terjadi perilaku kekerasan. (Keliat,
B.A., 1998).
a. Biologis / neurobiologis
Banyak pendapat, bahwa kerusakan system limbik lobus frontal,
lobus temporal dan ketidakseimbangan neurotransmiter turut
berperan dalam terjadinya perilaku kekerasan
1) ”Instictual drive theory” (teori dorongan naluri).
Teori ini menyatakan bahwa perilaku kekerasan disebabkan
oleh suatu dorongan kebutuhan dasar yang sangat kuat.
Asuhan Keperawatan Jiwa..., EKA SRI RAHAYU, Fakultas Ilmu Kesehatan UMP, 2010
2) ”Psychosomatic theory” (teori psikosomatik).
Pengalaman marah adalah akibat dan respon psikologis
terhadap stimulus eksternal, internal maupun lingkungan.
Dalam hal ini sistem limbik berperan sebagai pusat untuk
mengekspresikan maupun menghambat rasa marah.
b. Psikologis
Kegalan yang dialami akan menimbulkan frustasi yang kemudian
dapat timbul agresif atau amuk.
1) ”Frustation Aggression theory” (teori agresif – frustasi).
Menurut teori ini perilaku kekerasan terjadi sebagai hasil dari
akumulasi frustasi. Frustasi terjadi apabila keinginan individu
untuk mencapai sesuatu gagal atau terhambat, keadaan tersebut
dapat mendorong individu berperilaku agresif karena perasaan
frustasi akan berkurang melalui berperilaku kekerasan.
2) ”Behavioral theory” (trori perilaku).
Kemarahan adalah proses belajar, hal ini dapat dicapai apabila
tersedia fasilitas atau situasi yang mendukung.
3) ”Existential theory” (teori eksistensi).
Bertingkahlaku adalah kebutuhan dasar manusia, apabila
kebutuhan tersebut tidak dapat dicapai melalui berperilaku
konstruktif, maka andividu akan memenuhinya melalui
berperilaku dekstruktif.
Asuhan Keperawatan Jiwa..., EKA SRI RAHAYU, Fakultas Ilmu Kesehatan UMP, 2010
c. Perilaku
Reinforcement yang diterima pada saat melakukan kekerasan,
sering mengobservasi kekerasan di rumah atau di luar rumah.
Semua aspek ini menstimulasi individu mengadopsi perilaku
kekerasan.
d. Sosial budaya
Norma / nilai budaya yang mandukung mengungkapkan rasa
marah secara verbal yang asertif sehingga membantu individu
mengungkapkan kemarahannyadengan cara yang baik.
1) ”Social environment theory” (teori lingkungan sosial).
Lingkungan sosial akan mempengaruhi sikap individu dalam
mengeksprsesikan marah. Norma budaya dapat mendukung
individu untuk berespon asertif atau agresif.
2) ”Social Learning theory” (teori belajar sosial).
Perilaku kekerasan dapat dipelajari secara langsung maupun
melalui proses sosialisasi.
2. Faktor Presipitasi
Faktor presipitas dapat bersumber dari klien. Lingkungan atau
interaksi dengan orang lain. Kondisi klien seperti kelemahan fisik
(penyakit fisik), keputusasaan, ketidakberdayaan, percaya diri yang
kurang dapat menjadi penyebab perilaku kekerasan. Kondisi klien
secara eksternal seperti situasi lingkungan yang ribut, padat, kritikan
yang mengarah pada penghinaan, kehilangan orang dicintai /
Asuhan Keperawatan Jiwa..., EKA SRI RAHAYU, Fakultas Ilmu Kesehatan UMP, 2010
pekerjaan, kekerasan merupakan faktor penebab yang lain, interksi
sosial yang provokatif dan konflik menyebebkan pemicu perilaku
kekerasan.
3. Mekanisme koping
Perawat perlu mengidentifikasi mekanisme koping klien,
sehingga dapat membantu klien untuk mengembangkan mekanisme
koping yang konstruktif dalam mengekspresikan marahnya.
Mekanisme koping yang umum digunakan adalah mekanisme
pertahanan ego seperti displacement, proyeksi, represi, dan reksi
formasi.
a. Displacement
Displacement adalah melepaskan perasaan tertekannya
bermusuhan, pada objek yang tidak begitu berbahaya seperti pada
mulanya yang membangkitkan emosi itu.
b. Proyeksi
Proyeksi adalah menyalahkan orang lain mengenai keinginannya
yang tidak baik.
c. Represi
Represi adalah menekan perasaan yang menyakitkan atau konflik
ingatan dari kesadaran yang cenderung memperluas mekanisme ego
lainnya.
Asuhan Keperawatan Jiwa..., EKA SRI RAHAYU, Fakultas Ilmu Kesehatan UMP, 2010
d. Reaksi formasi
Reaksi formasi adalah pembentukan sikap kesadaran dan pola
perilaku yang berlawanan dengan apa yang benar-benar dilakukan
oleh orang lain.
4. Perilaku
Perilaku yang berkaitan dengan perilaku kekerasan antara lain :
a. Menyerang atau menghindar (Fight or flight)
Pada keadaan ini respons fisiologis timbul karena kegiatan sistem
saraf otonom beraksi terhadap sekresi ephinephrin yang
menyebabkan tekanan darah meningkat, takikardi, wajah merah,
pupil melebar, mual, peristaltik gaster menurun, pengeluaran urin
dan saliva meningkat, konstipasi, kewaspadaan juga meningkat
disertai ketegangan otot, seperti rahang terkatup, tangan dikepal,
tubuh menjadi kaku dan disertai reflek yang cepat.
b. Menyatakan secara asertif (Asseartivenes)
Peralaku yang sering ditampilkan individu dalam
mengekspresekan kemarahannya yaitu denga perilaku pasif,
agresif dan asertif. Perilaku asertiif adalah cara yang terbaik untuk
mengekspresikan marah karrena individu dapat mengekspresikan
rasa marahnya tanpa menyakiti orang lain secara fisik maupun
Asuhan Keperawatan Jiwa..., EKA SRI RAHAYU, Fakultas Ilmu Kesehatan UMP, 2010
psikologis. Disampimg itu perilaku ini dapat juga untuk
pemgembangan diri klien.
c. Memberontak ( acting out)
Perilaku yang muncul biasanya disertai kekerasan akibat konflik
perilaku ’ acting out’ untuk menarik perhatian orang lain.
d. Perilaku kekeraasan
Tindakan kekerasaan atau amuk yang diunjukan kepada diri
sendiri, orang lain maupun lingkungan.
D. Psikopatologi
Sters, cemas, harga diri rendah dan bersalah dapat menimbulkan marah.
Respon terhadap marah dapat diekspresikan secara eksternal maupun
internal. Secara eksternal ekspresi marah dapat berupa perilaku konstruktif
maupun destruktif.
Mengekspresikan rasa marah dengan perilaku konstruktif dengan kata-
kata yang dapat dimengerti dan di terima tanpa menyakiti hati orang lain,
sehingga rasa marah tersebut dapat dipahami oleh orang lain. Selain akan
memberikan rasa lega, ketegangan pun akan menurun dan akhirnia
persanaan marah dapat teratasi.
Rasa marah yang diekspresikan secara destruktif, misalnya dengan
perilaku agresif dan menantang biasanya cara tersebut justru menjadikan
Asuhan Keperawatan Jiwa..., EKA SRI RAHAYU, Fakultas Ilmu Kesehatan UMP, 2010
masalah berkepanjangan dan dapat menimbulkan amuk yang ditunjukkan
pada diri sendiri, orang lain dan lingkungan.
Perilaku yang submisif seperti menekan perasaan marah karena merasa
tidak kuat, individuakan berpura-pura tidak marah atau melarikan diri dari
rasa marahnya, sehingga rasa marah tidak terungkap. Kemarahan demikian
akan menimbulkan rasa bermusuhan yang lama, dan pada suatu saat dapat
menimbulkan kemarahan yang destruktif yang diajukan pada diri sendiri,
orang lain dan lingkungan.
Beck, Rowlin dan Williams, 1996
Merasa kuat
Menantang
Berkepanjangan
Merasa tidak kuat
Melarikan diri
Mengingkari marah
Marah tidak terungkap
Marah pada diri sendiri
Persepsi psikosomatik
Marah pada orang lain / lingkungan
Ancaman atau kebutuhan
Stress
Cemas
Marah
Mengungkapkan secara verbal
Menjaga kebutuhan orang lain
Ketegangan menurun
Rasa marah teratasi
Muncul rasa bermusuhan
Rasa bermusuhan menahun
Gambar II. 2.Psikopatologis
Asuhan Keperawatan Jiwa..., EKA SRI RAHAYU, Fakultas Ilmu Kesehatan UMP, 2010
E. Manifestasi Klinis
1. Emosi : Tidak adekuat, tidak aman, rasa terganggu, marah
(dendam), jengkel.
2. Intelektual : Mendominasi, bawel, sarkasme, suka berdebat,
meremehkan.
3. Fisik : Muka merah, pandangan tajam, nafas pendek, berkeringat,
sakit fisik, penyalahgunaan obat, peningkatan titik didih.
4. Sosial : Kemarahan, kebenaran diri, keraguan, nekat, tidak
bermoral, kebejatan, kreatifitas terhambat, menarik diri,
pengasingan, kekerasan, ejekan dan humor.
F. Pohon Masalah
Gambar II. 3. Pohon masalah Perilaku Kekerasan
Resiko Mencederai Diri Sendiri, orang lain dan lingkungan
Gangguan Konsep diri : Harga diri rendah
Akibat
Masalah Utama
Penyebab
(Sumber : Keliat,2006)
G. Masalah Keperawatan
Masalah keperawatan pada perilaku kekerawan menurut keliat, B. A, 2006
meliputi :
1. Resiko Mencederai Diri Sendiri, orang lain dan lingkungan
2. Perilaku kekerasan
Perilaku
Asuhan Keperawatan Jiwa..., EKA SRI RAHAYU, Fakultas Ilmu Kesehatan UMP, 2010
3. Gangguan Konsep diri : Harga diri rendah
4. Gangguan pemeliharaan kesehatan
5. Defisit perawatan diri : mandi dan berhias
6. Ketidakefektifan koping keluarga : ketidakmampuan keluarga merawat
klien di rumah
7. Ketidakefektifan penatalaksanaan program terapeutik
H. Diagnosa Keperawatan
1. Perilaku kekerasan
2. Gangguan Konsep diri : Harga diri rendah
3. Resiko Mencederai Diri Sendiri, orang lain dan lingkungan
I. Fokus Intervensi
1. Perilaku Kekerasan
Tujuan Umum
Klien tidak mencederai diri sendiri, orang lain dan lingkungan
TUK I : Klien dapat membina hubungan saling percaya
Kriteria Hasil :
Intervensi :
a. Klien mau membalas salam
b. Klien mau berjabat tangan
c. Klien mau menyebutkan nama
d. Klien mau tersenyum
e. Klien mau mengetahui nama perawat
a. Bina hubungan saling percaya : salam terapeautik,
Asuhan Keperawatan Jiwa..., EKA SRI RAHAYU, Fakultas Ilmu Kesehatan UMP, 2010
empati, sebut nama perawat dan jelaskan tujuan
interaksi.
b. Panggil klien dengan nama panggilan yang
disukai
c. Bicara dengan sikap tenang, rileks, dan tidak
menantang
d. Jelaskan tentangf kontrak yang akan dibuat
e. Beri rasa aman dan sikap empati
f. Lakukan kontak singkat tapi sering.
TUK II : Klien dapat mengidentifikasi penyebab perilaku kekerasan
Kriteria Hasil :
Intervensi :
a. Klien mengungkapkan perasaannya
b. Klien dapat mengungkapkan penyebab perasaan
marah (dari diri sendiri, lingkungan, atau orang
lain)
a. Beri kesempatan mengungkapkan perasaan
b. Bantu klien mengungkapkan perasaan
c. Bantu klien mengungkapkan perasaan jengkel/
kesal.
d. Dengarkan ungkapan rasa kesal / marah dan
perasaan bermusuhan klien dengan sikap tenang
Asuhan Keperawatan Jiwa..., EKA SRI RAHAYU, Fakultas Ilmu Kesehatan UMP, 2010
TUK III : Klien dapat mengidentifikasi tanda-tanda perilaku kekerasan
Kriteria Hasil :
Intervensi :
a. Klien dapat mengungkapkan perasaan saat marah
b. Klien dapat menyimpulkan tanda dan gejala
marah / kesal yang dialami.
a. Anjurkan klien mengungkapkan yang dialami dan
dirasakan saat jengkel / kesal
b. Observasi tanda perilaku kekerasan
c. Simpulkan bersama klien tanda-tanda jengkel
/kesal yang dialami klien.
TUK IV : Klien dapat mengidentifikasi perilaku kekerasan yang biasa
dilakukan.
Kriteria Hasil :
Intervensi :
a. Klien dapat mengungkapkan perilaku kekerasan
yang biasa dilakukan
b. Klien dapat bermain peran sesuai perilaku
kekerasan yang biasa dilakukan
c. Klien dapat mengetahui cara yang biasa dilakukan
untuk menyelesaikan masalah
a. Anjurkan klien mengungkapkan perilaku
kekerasan yang biasa dilakukan
b. Bantu bermain peran sesuai dengan perilaku
kekerasan yang biasa dilakukan.
Asuhan Keperawatan Jiwa..., EKA SRI RAHAYU, Fakultas Ilmu Kesehatan UMP, 2010
c. Tanyakan ”Apakah dengan cara yang dilakukan
masalah selesai ?”
TUK V : Klien dapat mengidentifikasi akibat perilaku kekerasan
Kriteria Hasil :
Intervensi :
Klien dapat menjelaskan akibat dari cara yang
digunakan oleh klien: akibat pada klien sendiri,
akibat pada orang lain, akibat pada lingkungan
a. Bicarakan akibat / kerugian dari cara yang
dilakukan.
b. Bersama klien menyimpulkan akibat dari cara
yang digunakan.
c. Tanyakan apakah ingin mempelajari cara baru
yang sehat.
TUK VI : Klien dapat mengidentifikasi cara konstruktif dalam
berespon terhadap kemarahan.
Kriteria Hasil :
a. Klien dapat menyebutkan contoh pencegahan
perilaku kekerasan secara fisik : tarik naafs dalam,
pukul kasur dan bantal
b. Klien dapat mendemonstrasikan cara fisik untuk
mencegah perilaku kekerasan
c. Klien dapat menyebutkan cara bicara (verbal)
Asuhan Keperawatan Jiwa..., EKA SRI RAHAYU, Fakultas Ilmu Kesehatan UMP, 2010
Intervensi :
yanga baik dalam mencegah perilaku kekerasan :
meminta dengan baik, menolak dengan baik,
mengungkapkan perasaan dengan baik
d. Klien dapat menyebutkan kegiatan ibadah yang
biasa dilakukan
e. Klien dapat mendemonstrasikan cara ibadah yang
dipilih
f. Klien mempunyai jadwal untuk melatih melatpih
cara pencegahan fisik, verbal / sosial, spiritual,
dan obat yang telah dipelajari sebelumnya
g. Klien mengevaluasi kemampuannya dalam
melakukan cara fisik, verbal / sosial, spiritual, dan
obat sesuai jadwal yang telah disusun
a. Tanyakan kepada klien ”Apakah ia ingin
mempelajari cara baru yang sehat
b. Beri pujian jika mengetahui cara lain yang sehat.
c. Secara fisik : tarik nafas dalam jika sedang kesal,
berolah raga, memukul bantal / kasur atau
pekerjaan yang memerlukan tenaga.
d. Secara verbal : katakan bahwa anda sedang marah
atau kesal / tersinggung
e. Secara sosial : lakukan dalam kelompok cara-cara
Asuhan Keperawatan Jiwa..., EKA SRI RAHAYU, Fakultas Ilmu Kesehatan UMP, 2010
marah yang sehat, latihan asertif, latihan
manajemen perilaku kekerasan.
f. Secara spiritual : berdo’a, sembahyang, memohon
kepada Tuhan untuk diberi kesabaran.
TUK VII : Klien dapat mengidentifikasi cara mengontrol perilaku
kekerasan.
Kriteria Hasil :
Intervensi :
a. Klien mampu memilih cara yang mau dilatih
b. Klien mengetahui manfaat dari cara yang telah
dipilih
a. Bantu memih cara yang paling tepat.
b. Bantu mengidentifikasi manfaat cara yang telah
dipilih
c. Beri reinforcment positif atas keberhasilan yang
dicapai dalam simulasi
d. Anjurkan menggunakan cara yang telah dipilih
saat jengkel. Marah.
TUK VIII : Klien mendapat dukungan dari keluarga dalam mengontrol
perilaku kekerasan
Kriteria Hasil :
Keluarga dapat mendemonstrasikan cara merawat
klien
Asuhan Keperawatan Jiwa..., EKA SRI RAHAYU, Fakultas Ilmu Kesehatan UMP, 2010
Intervensi :
a. Identifikasi kemampuan keluarga merawat klien
dari sikap yang telah dilakukan keluarga selama
ini
b. Jelaskan peran serta keluarga keluarga dalam
merawat keluarga
c. Jelaskan cara-cara merawat klien :
1) Cara mengontrol perilaku marah secara
konstruktif.
2) Sikap tenang, bicara tenang bicara tenang dan
jelas.
3) Membantu klien mengenal penyebab ia
marah.
d. Bantu keluarga mendemonstrasikan cara merawat
klien.
e. Bantu keluarga mengungkapkan perasaanya
setelah melakukan demonstrasi.
TUK IX : Klien dapat menggunakan obat yang benar (sesusai
program)
Kriteria Hasil :
a. Klien apat menyebutkan jenis, dosis, dan waktu
minum obat serta manfaat dari obat itu (prinsip 5
benar : benar orang, obat, dosis, waktu dan cara
Asuhan Keperawatan Jiwa..., EKA SRI RAHAYU, Fakultas Ilmu Kesehatan UMP, 2010
Intervensi :
pemberian)
b. Klien mampu mendemonstrasikan kepatuhan
minum obat sesuai dengan jadwal yang ditentukan
c. Klien mempunyai jadwal untuk melatih cara
pencegahan dengan minum obat
d. Klien mengevaluasi kemampuannya dalam
mematuhi minum obat
a. Jelaskan jenis-jenis obat yang diminum klien pada
klien dan keluarga
b. Diskusikan manfaat minum obat dan kerugian
berhenti minum obat tanpa seizin dokter.
c. Jelaskan prinsip 5 benar minum obat (nama klien,
obatmdosis, cara dan waktu).
d. Anjurkan klien melaporkan pada perawat / dokter
jika merasakan efek yang tidak menyenangkan.
e. Beri pujian jika klien minum obat yang benar.
2. Gangguan Konsep diri : Harga diri rendah
TUK I: Klien dapat membina hubungan saling percaya
Kriteria Hasil :
a. Klien mau membalas salam
b. Klien mau berjabat tangan
c. Klien mau menyebutkan nama
Asuhan Keperawatan Jiwa..., EKA SRI RAHAYU, Fakultas Ilmu Kesehatan UMP, 2010
Intervensi :
d. Klien mau tersenyum
e. Klien mau mengetahui nama perawat
a. Bina hubungan saling percaya : salam terapeautik,
empati, sebut nama perawat dan jelaskan tujuan
interaksi.
b. Panggil klien dengan nama panggilan yang
disukai
c. Bicara dengan sikap tenang, rileks, dan tidak
menantang
d. Jelaskan tentangf kontrak yang akan dibuat
e. Beri rasa aman dan sikap empati
f. Lakukan kontak singkat tapi sering.
TUK II : Klien dapat mengidentifikasi kemampuan aspek positif yang
dimiliki
Kriteria Hasil :
Intervensi :
Klien mengingat dan mengungkapkan kemampuan
positif yang dimiliki klien kepada perawat
a. Diskusikan kemampuan dan aspek positif yang
dimiliki klien
b. Setiap bertemu klien hindari memberi penilaian
yang negatif
c. Utamakan memberikan pujian realistis
Asuhan Keperawatan Jiwa..., EKA SRI RAHAYU, Fakultas Ilmu Kesehatan UMP, 2010
TUK III : Klien dapat menilai kemampuan yang masih dapat dilakukan
Kriteria Hasil :
Intervensi :
Klien mampu mengungkapkan kemampuan yang
masih dapat digunakan selama sakit
a. Diskusikan denga klien kemampuan yang
digunakan selama sakit
b. Diskusikan kemampuan yang dapat dilanjutkan
penggunaannya.
TUK IV : Klien dapat menetapkan (merencanakan) kegiatan sesuai
dengan kemampuan yang dimiliki
Kriteria Hasil :
Intervensi :
Klien dapat memilih kegiatan yang masih dapat
dilakukan selama di rumah sakit ( kegiatan mandiri,
kegiatan dengan bantuan sebagian, kegiatan yang
membutuhkan bantuan total)
a. Rencanakan bersama klien aktivitas yang dapat
dilakukan setiap hari sesuai dengan kemampuan :
1) Kegiatan mandiri
2) Kegiatan dengan bantuan sebagian
3) Kegiatan yang membutuhkan bantuan total
b. Tingkatkan bantuan yang sesuai dengan toleransi
kondisi klien
c. Beri contoh dalam cara pelaksanaan kegiatan
Asuhan Keperawatan Jiwa..., EKA SRI RAHAYU, Fakultas Ilmu Kesehatan UMP, 2010
yang boleh dilakukan klien.
TUK V : Klien dapat melakukan kegiatan sesuai kondisi sakit dan
kemampuan lainnya.
Kriteria Hasil :
Intervensi :
a. Klien dapat mendemonstrasikan kegiatan yang
telah dipilih
b. Klien dapat mengevaluasi kemampuanya dalam
melakukan kegiatan yang telah dipilih
a. Beri kesempatan pada klien untuk mencoba
kegiatan yang telah direncanakan
b. Beri pujian atas keberhasilan klien
c. Diskusikan pelaksanaan di rumah
TUK VI : Klien dapat memanfaaatkan sistem pendukung yang ada
pada keluarga
Kriteria Hasil :
Intervensi :
Klien dapat mendemonstrasikan cara merawat klien
a. Beri pendidikan kesehatan kepada kelurga tentang
cara merawat klien dengan hargadiri rendah.
b. Bantu keluarga memberi dukungan selama klien
dirawat
c. Bantu keluarga menyiapkan lingkungan di rumah.
Asuhan Keperawatan Jiwa..., EKA SRI RAHAYU, Fakultas Ilmu Kesehatan UMP, 2010