BAB II TINJAUAN PUSTAKA A. Review Penelitian Terdahulueprints.umm.ac.id/40087/3/BAB II.pdf · objek...
Transcript of BAB II TINJAUAN PUSTAKA A. Review Penelitian Terdahulueprints.umm.ac.id/40087/3/BAB II.pdf · objek...
7
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA
A. Review Penelitian Terdahulu
Penelitian yang dilakukan oleh Irwan (2012) dengan judul Analisa
Komparasi Kredit Bank Versus Financial Leasing untuk Mengefisiensikan Beban
Pajak atas Perolehan Aktiva Tetap (Studi Kasus di Perusahaan Percetakan). Objek
yang digunakan dalam penelitian ini yaitu di perusahaan percetakan. Metode yang
digunakan dalam menghitung penyusutan yaitu metode garis lurus. Hasil dari
penelitian yang dilakukan oleh peneliti adalah bahwa pembebanan leasing lebih
menguntungkan daripada pembebanan kredit bank, perusahaan dapat menghemat
sebesar Rp. 67.216.492,-.
Penelitian yang dilakukan oleh Poere dan Rosita (2013) dengan judul
Tinjauan Perencanaan Pajak Sehubungan Pembelian Aktiva Tetap Berwujud
Secara Tunai, Kredit dan Leasing. Objek dalam penelitian ini yaitu di PT Sarana
Garment. Metode yang digunakan untuk menghitung penyusutan dalam penelitian
tersebut adalah metode garis lurus. Hasil dari penelitian yaitu pertama, pembelian
secara tunai dapat menghemat pajak paling besar yaitu sebanyak Rp. 28.000.000,-.
Kedua, penghematan pajak dengan leasing dapat menghemat pajak sebesar Rp.
27.982.097,-. Ketiga, penghematan pajak dengan pembelian kredit bank dapat
menghemat pajak sebesar Rp. 27.729.952,-.
Penelitian yang dilakukan oleh Budiarti dan Hidayati (2015) dengan judul
Analisis Perbandingan Pendanaan Aset Tetap Alternatif Leasing dengan
8
Pinjaman Bank dalam Efisiensi Pajak Penghasilan Badan (Studi Kasus pada PT
Cahaya Gasdom). Objek dalam penelitian ini yaitu di PT Cahaya Gosdom yang
akan melakukan ekspansi atau perluasan usaha. Metode analisis yang digunakan
peneliti yaitu dengan analisis perbandingan present value cash outflow dan
efisiensi pajak penghasilan. Hasil dari penelitian ini yaitu, pertama dengan
menggunakan penyusutan metode garis lurus, penghematan pajak alternatif sewa
guna (leasing) lebih besar dibandingkan dengan alternatif pinjaman bank. Kedua
dengan menggunakan penyusutan metode saldo menurun menunjukkan hasil
bahwa penghematan pajak menggunakan alternatif sewa guna (leasing) lebih
besar dibandingkan alternatif pinjaman bank. Sehingga hasil penelitian di atas
baik menggunakan penyusutan metode garis lurus maupun saldo menurun hasil
menunjukkan bahwa alternatif sewa guna usaha (leasing) lebih menguntungkan
dari pada alternatif pinjaman bank.
Hasil beberapa penelitian di atas menunjukkan hasil yang hampir sama yaitu
pengadaan aset tetap dengan alternatif sewa guna usaha (leasing) yang paling
banyak dalam penghematan pajak. Perbedaan dalam penelitian di atas dengan
penelitian yang akan diteliti yaitu objek yang digunakan, tahun penelitian, serta
variabel yang akan dipakai dalam penelitian kali ini tanpa pembelian tunai.
Penelitian kali ini hanya pembelian aset tetap secara kredit bank, leasing dengan
hak opsi dan penghematan pajak. Persamaan penelitian yang akan diteliti dengan
penelitian terdahulu sama sama bertujuan dalam penghematan pajak.
9
B. Kajian Pustaka
1. Definisi Pajak
Devinisi pajak berdasarkan Undang-Undang Nomor 16 Tahun 2009 pasal 1
tentang Ketentuan Umum dan Tata Cara Perpajakan:
Pajak adalah kontribusi wajib kepada negara yang terutang oleh orang
pribadi atau badan yang bersifat memaksa berdasarkan Undang-Undang, dengan
tidak mendapatkan imbalan secara langsung dan digunakan untuk keperluan
negara bagi sebesar-besarnya kemakmuran rakyat.***)
Menurut Agoes (2016) “Pajak adalah: (a) pajak dipungut berdasarkan atau
dengan kekuatan undang-undang serta aturan pelaksanaannya; (b) dalam
pembayaran pajak tidak dapat ditunjukkan adanya kontraprestasi individual oleh
pemerintah; (c) pajak dipungut oleh pemerintah negara, baik pemerintah pusat
maupun pemerintah daerah; (d) pajak digunakan untuk keperluan pengeluaran-
pengeluaran pemerintah, dan jika lebih (surplus) maka digunakan untuk investasi
publik; (e) digunakan untuk membebani tujuan tidak bujeter, ialah fungsi
mengatur.
Menurut PSAK 46 tahun 2017 tentang Pajak Penghasilan, Beban Pajak
(penghasilan pajak) merupakan jumlah gabungan pajak kini dan pajak tangguhan
yang diperhitungkan dalam menentukan laba rugi pada suatu periode.
Pengertian Wajib Pajak menurut Undang-Undang Republik Indonesia
Nomor 28 Tahun 2009 tentang Pajak Daerah dan Retribusi Daerah adalah orang
pribadi atau badan, meliputi membayar pajak, memotong pajak, dan memungut
10
pajak, yang mempunyai hak dan kewajiban perpajakaan sesuai dengan ketentuan
peraturan perundang-undangan perpajakan daerah.
2. Pengelompokkan Pajak
Menurut Ikatan Konsultan Pajak Indonesia (IKPI), sistem pemungutan pajak
di Indonesia dibagi menjadi 3 kelompok yaitu:
a) Self Assessment System
Sistem ini digunakan dalam memungut pajak pusat/pusat negara. Arti
dalam sistem ini adalah: wajib pajak diberi kepercayaan untuk
menghitung sendiri, memperhitungkan sendiri, menyetor &
melaporkan sendiri kewajiban pajaknya.
Sistem ini tercermin dalam perhitungan PPh di akhir tahun,
keberhasilan sistem ini sangat tergantung dari kesadaran masyarakat,
kejelasan UU, dan profesionalisme aparat
b) Official Assessment System
Sistem ini masih digunakan dalam memungut pajak daerah dan pajak
pusat (Pajak Bumi dan/atau Bangunan). Dalam sistem ini yang
menentukan besarnya pajak adalah aparat pajak (fiscus) dan wajib
pajak bersifat pasif.
Keberhasilan sistem ini sangat tergantung dari keaktifan dan
profesionalisme aparat (fiscus)
c) Witholding System
Sistem ini masih digunakan dalam pemungutan pajak pusat maupun
pajak daerah. Pengertian sistem ini adalah dalam pemungutan dan
11
penyetoran pajak pemerintah (fiscus) melibatkan wajib pajak yang
lain. Sistem ini kontribusinya terhadap penerimaan pajak masih sangat
dominan.
Contoh: Pemerintah Daerah memungut pajak hotel melalui
pengusaha hotel, Pemerintah Pusat memungut PPh 21 melalui
pemberi kerja, dsb.
3. Definisi Perencanaan Pajak
Menurut Efendi (2014) Perencanaan pajak merupakan salah satu fungsi dari
manajemen pajak (tax management) dengan melalui perencanaan pajak, pajak
penghasilan perusahaan dapat ditekan secara optimal dengan cara legal.
Upaya dalam melakukan penghematan pajak secara legal dapat dilakukan
melalui manajemen pajak. Manajemen pajak sendiri merupakan sarana untuk
memenuhi kewajiban perpajakan dengan benar tetapi jumlah pajak yang dibayar
dapat ditekan serendah mungkin untuk memperoleh laba dan likuiditas yang
diharapkan. Perencanaan pajak adalah langkah awal dalam nanajemen pajak, dan
dalam tahap ini dilakukan pengumpulan dan penelitian terhadap peraturan
perpajakan agar dapat diseleksi jenis tindakan penghematan pajak yang akan
dilakukan.
Menurut Suandy (2011) perencanaan pajak adalah langkah awal dalam
manajmen pajak. Pada tahap ini dilakukan pengumpulan dan penelitian terhadap
peraturan perpajakan agar dapat di seleksi jenis tindakan penghematan pajak yang
akan di lakukan. Untuk meminimumkan kewajiban pajak dapat dilakukan dengan
12
berbagai cara, baik yang masih memenuhi ketentuan perpajakan (lawful) maupun
yang melanggar peraturan perpajakan (unlawful).
4. Penghematan Pajak (tax saving)
Penghematan pajak (tax saving) adalah upaya wajib mengelakan utang
pajaknya dengan jalan menahan diri untuk tidak membeli produk-produk yang ada
pajak pertambahan nilainya atau dengan sengaja mengurangi jam pekerjaan yang
dapat dilakukannya, sehingga penghasilannya menjadi kecil dan dengan demikian
terhindar dari pengenaan pajak penghasilan yang besar. Istilah lain yang sering
digunakan dalam perpajakan ialah:
a. Tax Avoidance yaitu penghindaran pajak yang dilakukan secara legal
dengan memanfaatkan celah yang terdapat dalam peraturan
perpajakan yang ada untuk menghindari pembayaran pajak atau
melakukan transaksi yang tidak memiliki tujuan selain untuk
menghindari pajak.
b. Tax Evasion yaitu penghindaran pajak secara penggelapan pajak
dimana penggelapan pajak terkait dengan penggunaan cara-cara yang
melanggar hukum untuk menghindari atau menghilangkan beban
pajak.
5. Definisi Aset Tetap
Menurut PSAK 16 2017, aset tetap adalah aset berwujud yang:
a. Dimiliki untuk digunakan dalam produksi atau penyediaan barang dan
jasa untuk direntalkan kepada pihak lain, atau untuk tujuan
administratif; dan
13
b. Diperkirakan untuk digunakan selama lebih dari satu periode.
Sedangkan menurut pajak, sesuai dengan Pasal 11 UU PPh Nomor 36
Tahun 2008, aset tetap adalah harta berwujud yang dapat disusutkan
dan terletak atau berada di Indonesia, dimiliki dan dipergunakan untuk
mendapatkan, menagih, dan memelihara penghasilan yang merupakan
objek pajak serta mempunyai masa manfaat lebih dari 1 tahun.
Menurut PSAK 16 2017 penyusutan aset dimulai sejak aset siap untuk
digunakan, yaitu ketika aset berada di lokasi dan kondisi ynag diperlukan supaya
aset siap untuk dimanfaatkan sesuai dengan instensi manajemen. Penyusutan aset
akan dihentikan lebih awal saat aset tersebut diklasifikasikan sebagai aset dimiliki
untuk dijual. Sedangkan untuk umur ekonomis aset ditentukan berdasarkan
kegunaan yang diperkirakan oleh entitas. Kebijakan manajemen aset dari entitas
mencakup pelepasan aset setelah jangka waktu tertentu atau setelah pemakaian
sejumlah proporsi tertentu dari manfaat ekonomis masa depan suatu aset. Maka
dari itu, umur ekonomis suatu aset dapat lebih pendek daripada umur ekonomis
aset tersebut. Estimasi umur ekonomis suatu aset membutuhkan pertimbangan
berdasarkan pengalaman entitas terhadap aset yang serupa.
6. Alternatif Pengadaan Barang Melalui Kredit Bank
Menurut Agoes (2016) utang bank dalam perpajakan tidak dibedakan antara
utang bank maupun utang bank jangka panjang. Peminjaman uang di bank dapat
dilakukan dengan membuka tabungan atau deposito atau jasa giro dalam bank
tersebut dengan nilai yang sudah ditentukan sebelumnya oleh pihak bank.
14
(Safitri dan Selvi) menyatakan bahwa pembelian barang modal melalui
kredit bank dapat dikategorikan sebagai pengeluaran modal yang bermanfaat
dalam kegiatan atau usaha untuk mendapatkan, menagih, dan memelihara
penghasilan lebih dari satu tahun pajak. Bila perusahaan memilih meminjam uang
dan kemudian membeli barang modal atau membeli barang modal secara
angsuran, maka telah terjadi pengalihan hak atas barang awal. Hak kepemilikan
barang tersebut telah beralih kepada pembeli sejak barang tersebut diterima oleh
pembeli. Karena barang tersebut telah menjadi hak milik perusahaan, maka secara
akuntansi barang tersebut diakui sebagai aset perusahaan dan dalam hal ini
perusahaan dapat membebankan beban penyusutan atas barang modal tersebut,
beban atas bunga dan administrasi atas pinjaman pada bank.
Menurut Brigham dan Houston (2010) Nilai Masa Depan, satu dolar saat ini
akan berbeda dengan satu dolar masa depan karena, jika memilikinya sekarang,
Anda dapat menginvestasikannya, mendapatkan bunga, dan akhirnya
mendapatkan lebih dari satu dolar di masa depan.
PV = Nilai sekarang atau jumlah awal.
FVn = Nilai masa depan atau jumlah akhir dari akun Anda setelah periode N.
i = Tingkat suku bunga yang diterima per tahun.
n = Jumlah periode di dalam analisis.
Nilai masa depan:
FVn = PV (1+i)n
Pada rumus masa depan juga dapat digunakan dalam perhitungan tingkat
bunga (i)
15
PV =
( )
7. Alternatif Pengadaan Barang Melalui Sewa Guna Usaha (Leasing)
dengan Hak Opsi
Pengertian sewa menurut PSAK 30 2017 adalah sebagai berikut:
“Sewa merupakan suatu perjanjian dimana lessor memberikan kepada
lessee hak untuk menggunakan suatu aset selama periode waktu yang
disepakati. Sebagai imbalannya, lessee melakukan pembayaran atau
serangkaian pembayaran kepada lessor”.
Sedangkan menurut Suandy (2011) dalam buku yang berjudul
Perencanaan Pajak, sewa guna usaha (leasing) adalah suatu kontrak antara
lessor (pemilik barang modal) dengan lesee (pengguna barang modal);
lessor memberikan hak kepada lesee untuk menggunakan barang modal
selama jangka waktu tertentu, dengan suatu imbalan bekala dari lesee yang
besarnya tergantung dari perjanjian antara lessor dengan lesee, lesee dapat
diberikan hak opsi (option right) untuk membeli barang modal tersebut ada
akhir masa kontrak. Dengan demikian, hak milik atas barabf nodal tersebut
tetap menjadi milik lessor selama jangka waktu kontrak.
Dalam KMK-1169/KMK.01/1991 dirumuskan bahwa Sewa Guna
Usaha (SGU) adalah suatu kegiatan pembiayaan dalam bentuk penyediaan
barang modal, baik secara SGU dengan hak opsi (finance lease) maupun
SGU tanpa hak opsi (operating lease) untuk dipergunakan oleh lease selama
jangka waktu tertentu berdasarkan pembayaran secara berkala. Selain itu,
16
perlakuan perpajakan untuk SGU diatur pula dalam SE-29/PJ.42/1992jo.SE-
02/PJ.31/1993.
Jenis SGU yang diakui menurut perpajakan hanya ada 2, yaitu:
a. Sewa Guna Usaha dengan Hak Opsi (Finance Lease)
Digolongkan sebagai SGU dengan Hak Opsi apabila memenuhi
karakteristik sebagai berikut:
(1) Jumlah pembayaran SGU selama masa SGU pertama ditambah
dengan nilai sisa barang modal, harus dapat menutup harga
perolehan barang modal dan keuntungan lessor.
(2) Masa SGU ditetapkan sekurang-kurangnya 2 tahun untuk barang
modal golongan I, 3 tahun untuk barang modal golongan II dan
III, dan 7 tahun untuk golongan bangunan, (SE-10/PJ.42/1994
jo.SE-129/PJ/2010).
(3) Perjanjian SGU memuat ketentuan mengenai opsi bagi lessee
b. Sewa Guna Usaha tanpa Hak Opsi (Operating Lease)
(1) Jumlah pembayaran SGU selama periode SGU pertama tidak
dapat menutupi harga perolehan aset tetap yang di-SGU-kan
ditambah keuntungan yang diperhitungkan lessor.
(2) Perjanjian SGU tidak dapat memuat ketentuan tentang opsi
untuk lessee.
Kedua syarat diatas masuk kedalam golongan SGU tanpa hak
opsi karena lessor benar-benar tidak berniat untuk menjual aset yang
disewakan, karena berniat hanya untuk menyewakan aset tetap saja.
17
Jadi SGU, tanpa hak opsi adalah sewa menyewa biasa, karena
kepemilikan aset tetap masih berada di pihak lessor, sehingga yang
berhak melakukan penyusutan aset tetap yaitu pihak lessor.
Rumus Present Value menurut Agoes & Trisnawati (2016)
Lessee:
Present Value(PV) Leasing
= PV IFA Cicilan + PV IF Nilai Opsi
=[
( )
] [
( ) ]
Diskon Faktor =
( )
8. Teknik Pembebanan pada Leasing
Menurut PSAK 30 tahun 2017 teknik pembebanan leasing dibagi menjadi
dua yaitu:
a. Sewa pembebanan
Sewa pembebanan adalah sewa yang mengalihkan secara
substansial seluruh resiko dan manfaat yang terkait dengan
kepemilikan suatu aset. Hak milik pada akhirnya dapat dialihkan,
dapat juga tidak dialihkan. Suatu sewa diklasifikasikan sebagai sewa
operasi jika sewa tidak mengalihkan secara substansial seluruh resiko
dan manfaat yang terkait dengan kepemilikan aset.
18
b. Sewa operasi
Sewa operasi adalah sewa selain pembebanan. Dalam hal ini
pihak lessor menyajikan aset untuk sewa operasi dalam laporan
keuangan sesuai sifat aset tersebut.
Pada teknik pembebanan leasing dapat dilihat berdasarkan jenis
transaksi leasing yang digunakan. Secara umum dalam leasing terdapat dua
kategori pembebanan dari sudut pandang lessee, yaitu finance lease dan
operating lease.
(1) Finance Lease
Finance lease atau terkadang disebut dengan full-pay out
leasing merupakan suatu bentuk pembebanan dengan cara kontrak
antara pihak lessor dan lessee dengan beberapa ketentuan- ketentuan.
(2) Operating Leasing
Teknik leasing dalam bentuk ini, dengan sengaja lessor membeli
barang modal lalu selanjutnya di lease kan kepada pihak lessee. Pada
teknik ini berbeda dengan finance lease, pada operating lease jumlah
seluruh pembayaran berkala tidak cukup menutup jumlah beban yang
harus dikeluarkan untuk memperoleh modal tersebut berikut bunganya
dikarenakan perusahaan leasing tersebut mengharapkan keuntungan
justru dari penjualan barang modal yang di lease kan atau melalui
beberapa kontrak leasing berikutnya. Sistem operating lease ini
terkadang juga disebut dengan sewa guna usaha biasa merupakan
suatu perjanjian kontrak antara lessor
19
9. Penyusutan Aset Tetap
Dalam SAK-ETAP yang diatur oleh IAI (2009: 71-73), metode-metode
penyusutan yang dpaat digunakan adalah sebagai berikut:
a. Metode Garis Lurus (Straight Line Method) menghasilkan
pembebanan yang tetap selama umur manfaat aset jika nilai residunya
tidak berubah.
b. Metode Saldo Menurun (Diminishing Balance Method) menghasilkan
pembebanan yang menurun selama umur manfaat aset.
c. Metode Jumlah Unit Produksi (Sum of The Unit of Production
Method) menghasilkan pembebanan berdasarkan pada penggunaan
atau output yang diharapkan dari suatu aset.
Metode yang digunakan dalam penelitian ini yaitu dengan metode
Garis Lurus, sesuai dengan metode penyusutan yang diperbolehkan dalam
ketentuan perpajakan.
10. Kelompok Masa Manfaat dan Tarif Penyusutan
Sesuai dengan Pasal 11 ayat (6) UU PPh Nomor 36 Tahun 2008 mengatur
masa manfaat harta berwujud dengan tarif penyusutan baik menurut metode garis
lurus maupun saldo menurun yaitu sebagai berikut:
20
Tabel 2.1. Masa Manfaat dan Tarif Penyusutan
Kelompok Harta
Berwujud
Masa
Manfaat
Tarif Penyusutan
Garis Lurus Saldo Menurun
I. Bukan Bangunan
Kelompok 1 4 Tahun 25% 50%
Kelompok 2 8 Tahun 12,5% 25%
Kelompok 3 16 Tahun 6,25% 12,5%
Kelompok 4 20 Tahun 5% 10%
II. Bangunan
Permanen 20 Tahun 5% -
Tidak
Permanen 10 Tahun 10% -
11. Definisi Pajak Penghasilan
Menurut undang-undang No. 36 tahun 2008 Pasal 4 Ayat 1 tentang pajak
penghasilan, “penghasilan merupakan setiap tambahan kemampuan ekonomis
yang di terima atau diperoleh wajib pajak atas seluruh penghasilanya”.
Menurut Megawati (2017) “Pajak Penghasilan adalah Pajak yang dihitung
berdasarkan peraturan perpajakan dan dikenakan atas penghasilan Kena Pajak
perusahaan (penghasilan objek pajak tariff Pasal 17 Undang-Undang Pajak
Penghasilan”.
12. Beban-beban yang dapat Dikurangkan
Menurut undang-undang pasal 6 nomor 36 tahun 2008 tentang pajak
penghasilan:
a. Besarnya Penghasilan Kena Pajak bagi Wajib Pajak dalam negeri dan
bentuk usaha tetap, ditentukan berdasarkan penghasilan bruto
21
dikurangi biaya untuk mendapatkan, menagih, dan memelihara
penghasilan, termasuk:
(1) biaya yang secara langsung atau tidak langsung berkaitan
dengan kegiatan usaha, antara lain:
(a) biaya pembelian bahan;
(b) biaya berkenaan dengan pekerjaan atau jasa termasuk
upah, gaji, honorarium, bonus, gratifikasi, dan tunjangan
yang diberikan dalam bentuk uang;
(c) bunga, sewa, dan royalti;
(d) biaya perjalanan;
(e) biaya pengolahan limbah;
(f) premi asuransi;
(g) biaya promosi dan penjualan yang diatur dengan atau
berdasarkan Peraturan Menteri Keuangan;
(h) biaya administrasi; dan
(i) pajak kecuali Pajak Penghasilan;
(2) penyusutan atas pengeluaran untuk memperoleh harta berwujud
dan amortisasi atas pengeluaran untuk memperoleh hak dan atas
biaya lain yang mempunyai masa manfaat lebih dari 1 (satu)
tahun sebagaimana dimaksud dalam Pasal 11 dan Pasal 11A;
(3) iuran kepada dana pensiun yang pendiriannya telah disahkan
oleh Menteri Keuangan;
22
(4) kerugian karena penjualan atau pengalihan harta yang dimiliki
dan digunakan dalam perusahaan atau yang dimiliki untuk
mendapatkan, menagih, dan memelihara penghasilan;
(5) kerugian selisih kurs mata uang asing;
(6) biaya penelitian dan pengembangan perusahaan yang dilakukan
di Indonesia;
(7) biaya beasiswa, magang, dan pelatihan;
(8) piutang yang nyata-nyata tidak dapat ditagih dengan syarat:
(a) telah dibebankan sebagai biaya dalam laporan laba rugi
komersial;
(b) Wajib Pajak harus menyerahkan daftar piutang yang tidak
dapat ditagih kepada Direktorat Jenderal Pajak; dan
(c) telah diserahkan perkara penagihannya kepada Pengadilan
Negeri atau instansi pemerintah yang menangani piutang
negara; atau adanya perjanjian tertulis mengenai
penghapusan piutang/pembebasan utang antara kreditur
dan debitur yang bersangkutan; atau telah dipublikasikan
dalam penerbitan umum atau khusus; atau adanya
pengakuan dari debitur bahwa utangnya telah dihapuskan
untuk jumlah utang tertentu;
Syarat sebagaimana dimaksud pada angka 3 tidak berlaku
untuk penghapusan piutang tak tertagih debitur kecil
sebagaimana dimaksud dalam Pasal 4 ayat (1) huruf k; yang
23
pelaksanaannya diatur lebih lanjut dengan atau berdasarkan
Peraturan Menteri Keuangan;
b. sumbangan dalam rangka penanggulangan bencana nasional yang
ketentuannya diatur dengan Peraturan Pemerintah;
c. sumbangan dalam rangka penelitian dan pengembangan yang
dilakukan di Indonesia yang ketentuannya diatur dengan Peraturan
Pemerintah;
d. biaya pembangunan infrastruktur sosial yang ketentuannya diatur
dengan Peraturan Pemerintah;
e. sumbangan fasilitas pendidikan yang ketentuannya diatur dengan
Peraturan Pemerintah; dan
f. sumbangan dalam rangka pembinaan olahraga yang ketentuannya
diatur dengan Peraturan Pemerintah.
g. Apabila penghasilan bruto setelah pengurangan sebagaimana
dimaksud pada ayat (1) didapat kerugian, kerugian tersebut
dikompensasikan dengan penghasilan mulai tahun pajak berikutnya
berturut-turut sampai dengan 5 (lima) tahun.
h. Kepada orang pribadi sebagai Wajib Pajak dalam negeri diberikan
pengurangan berupa Penghasilan Tidak Kena Pajak sebagaimana
dimaksud dalam Pasal 7.
Penjelasan Pasal 6 Ayat (1) Beban-beban yang dapat dikurangkan dari
penghasilan bruto dapat dibagi dalam 2 (dua) golongan, yaitu beban atau
biaya yang mempunyai masa manfaat tidak lebih dari 1 (satu) tahun dan
24
yang mempunyai masa manfaat lebih dari 1 (satu) tahun. Beban yang
mempunyai masa manfaat tidak lebih dari 1 (satu) tahun merupakan biaya
pada tahun yang bersangkutan, misalnya gaji, biaya administrasi dan bunga,
biaya rutin pengolahan limbah dan sebagainya, sedangkan pengeluaran yang
mempunyai masa manfaat lebih dari 1 (satu) tahun, pembebanannya
dilakukan melalui penyusutan atau melalui amortisasi. Di samping itu,
apabila dalam suatu tahun Pajak didapat kerugian karena penjualan harta
atau karena selisih kurs, kerugian-kerugian tersebut dapat dikurangkan dari
penghasilan bruto.
Huruf a
Biaya-biaya yang dimaksud pada ayat ini lazim disebut biaya sehari-hari
yang boleh dibebankan pada tahun pengeluaran. Untuk dapat dibebankan sebagai
biaya, pengeluaran-pengeluaran tersebut harus mempunyai hubungan langsung
maupun tidak langsung dengan kegiatan usaha atau kegiatan untuk mendapatkan,
menagih, dan memelihara penghasilan yang merupakan objek pajak. Dengan
demikian, pengeluaran-pengeluaran untuk mendapatkan, menagih, dan
memelihara penghasilan yang bukan merupakan objek pajak tidak boleh
dibebankan sebagai biaya.