BAB II TINJAUAN PUSTAKA A. Problematika Pembelajaranrepository.ump.ac.id/8068/4/BAB II_PUPI EKO...

34
BAB II TINJAUAN PUSTAKA A. Problematika Pembelajaran 1. Pengertian Problematika Problematika berasal dari bahasa inggris “problematica” yang artinya masalah. Problematika adalah hal yang menimbulkan masalah, hal yang belum dapat dipecahkan permasalahannya. Dalam Kamus Besar Bahasa Indonesia (2007: 896), pengertian problematika adalah sesuatu yang masih menimbulkan perdebatan, masih menimbulkan suatu masalah yang harus dipecahkan. Menurut Suharso, dkk (2009: 391) problematika adalah sesuatu yang mengandung masalah. Permasalahan dapat juga diartikan sebagai sesuatu yang menghalangi tercapainya tujuan. Secara umum, suatu masalah didefinisikan sebagai keadaan atau kesenjangan antara harapan dan kenyataan. Masalah sebagai gap antara kebutuhan yang dinginkan dan kebutuhan yang ada. Problematika dalam sastra adalah masalah dalam diri satu tokoh, permasalahan antara dua tokoh, dan permasalahan bisa saja terjadi karena dorongan dasar dari sendiri, dapat juga dari lingkungan keluarga ataupun masyarakat dan sebagainya. Berdasarkan penjelasan di atas dapat di tarik kesimpulan bahwa problematika adalah sesuatu masalah yang masih menimbulkan perdebatan dan membutuhkan penyelesaian untuk mencapaian tujuan yang 8 Problematika Pembelajaran Al- Islam…, Pupi Eko Retnani, Fakultas Agama Islam UMP, 2018

Transcript of BAB II TINJAUAN PUSTAKA A. Problematika Pembelajaranrepository.ump.ac.id/8068/4/BAB II_PUPI EKO...

  • 8

    BAB II

    TINJAUAN PUSTAKA

    A. Problematika Pembelajaran

    1. Pengertian Problematika

    Problematika berasal dari bahasa inggris “problematica” yang

    artinya masalah. Problematika adalah hal yang menimbulkan masalah, hal

    yang belum dapat dipecahkan permasalahannya. Dalam Kamus Besar

    Bahasa Indonesia (2007: 896), pengertian problematika adalah sesuatu

    yang masih menimbulkan perdebatan, masih menimbulkan suatu masalah

    yang harus dipecahkan.

    Menurut Suharso, dkk (2009: 391) problematika adalah sesuatu

    yang mengandung masalah. Permasalahan dapat juga diartikan sebagai

    sesuatu yang menghalangi tercapainya tujuan. Secara umum, suatu

    masalah didefinisikan sebagai keadaan atau kesenjangan antara harapan

    dan kenyataan. Masalah sebagai gap antara kebutuhan yang dinginkan dan

    kebutuhan yang ada. Problematika dalam sastra adalah masalah dalam diri

    satu tokoh, permasalahan antara dua tokoh, dan permasalahan bisa saja

    terjadi karena dorongan dasar dari sendiri, dapat juga dari lingkungan

    keluarga ataupun masyarakat dan sebagainya.

    Berdasarkan penjelasan di atas dapat di tarik kesimpulan bahwa

    problematika adalah sesuatu masalah yang masih menimbulkan

    perdebatan dan membutuhkan penyelesaian untuk mencapaian tujuan yang

    8

    Problematika Pembelajaran Al- Islam…, Pupi Eko Retnani, Fakultas Agama Islam UMP, 2018

  • 9

    di inginkan, sehingga tidak terjadi kesenjangan antara harapan dan

    kenyataan.

    2. Pengertian pembelajaran

    Berdasarkan Permendikbud No. 103 Tahun 2014 tentang

    Pembelajaran pada Pendidikan Dasar dan Menengah, yang dimaksud

    dengan pembelajaran adalah proses interaksi antar peserta didik dan antara

    peserta didik dengan pendidik dan sumber belajar pada suatu lingkungan

    belajar (Dit. Pembinaan SMA. 2015: 5).

    Pembelajaran yang diidentikkan dengan kata “mengajar” berasal

    dari kata dasar “ajar”, yang berarti petunjuk yang diberkan kepada orang

    supaya diketahui. Kata pembelajaran yang semula diambil dari kata “ajar”

    ditambah awalan “pe” dan akhirnya “an” menjadi kata “pembelajaran”,

    diartikan sebagai proses, pembuatan, cara mengajar, atau mengajarkan

    sehingga anak didik mau belajar (Susanto. 2016: 19).

    Pembelajaran menurut Sugiyono dan Hariyanto (2011: 183),

    didefinisikan sebagai sebuah kegiatan guru mengajar atau membimbing

    siswa menuju proses pendewasaan diri. pengertian tersebut menerangkan

    pada proses mendewasakan yang artinya mengajar dalam bentuk

    penyampaian materi tidak serta-merata menyampakan materi (transfer of

    knowledge), tetapi lebih pada bagaimana menyampaikan dan mengambil

    nilai-nilai (transfer of value) dari materi yang diajarkan agar dengan

    bimbingan pendidik bermanfaat untuk mendewasakan siswa. Berbeda

    dengan pembelajaran tersebut, pembelajaran dapat dipahami sebagai

    Problematika Pembelajaran Al- Islam…, Pupi Eko Retnani, Fakultas Agama Islam UMP, 2018

  • 10

    sebuah aktivitas yang dilakukan oleh guru dalam mengatur dan

    mengorganisasikan lingkungan belajar dengan sebaik-baiknya dan

    menghubungkan dengan anak didik sehingga terjadi proses belajar.

    Adapun pengertian-pengertian tentang pembelajaran yang telah

    disebutkan, Sugiahartoto dkk. (2007:81), mendefinisikan pembelajaran

    secara lebih operasional, yaitu sebagai suatu upaya yang dilakukan

    pendidik atau guru secara sengaja dengan tujuan menyampaikan ilmu

    pengetahuan, dengan cara mengorganisasikan dan menciptakan suatu

    sistem lingkungan belajar dengan berbagai metode sehingga siswa dapat

    melakukan kegiatan belajar secara lebih optimal (Irham,Wiyani. 2017:

    131).

    Kemudian Suprihatiningrum (2017: 76) mengemukakan bahwa

    pembelajaran adalah proses yang menggabungkan pekerjaan dengan

    pengalaman. Apa yang dikerjakan orang di dunia manjadikan pengalaman

    baginya. Pengalaman tersebut akan menambah keterampilan, pengetahuan

    atau pemahaman yang mencerminkan nilai yang dalam.

    Berdasarkan penjelasan di atas dapat di tarik kesimpulan bahwa

    pembelajaran merupakan upaya yang dilakukan pendidik untuk membantu

    siswa agar dapat menerima pengetahuan yang diberikan dan membantu

    memudahkan pencapaian tujuan pembelajaran serta membimbing siswa

    menuju proses pendewasaan diri.

    Problematika Pembelajaran Al- Islam…, Pupi Eko Retnani, Fakultas Agama Islam UMP, 2018

  • 11

    3. Tujuan pembelajaran

    Tujuan pembelajaran merupakan salah satu aspek yang perlu

    dipertimbangkan dalam merencanakan pembelajaran. Sebab segala

    kegiatan pembelajaran pada tercapainya tujuan tersebut.

    Dilihat dari sejarahnya, tujuan pembelajaran pertama kali

    diperkenalkan oleh B.F. Skinner pada tahun 1950 yang diterapkannya

    dalam ilmu prilaku (behavioral science) dengan maksud untuk

    meningkatkan mutu pembelajaran. Kemudian diikuti oleh Robert Mager

    yang menulis untuk buku yang berjudul preparing instructional

    Objective pada tahun 1962. Selanjutnya diterapkan secara meluas pada

    tahun 1970 di seluruh lembaga pendidikan termasuk di indonesia.

    Penuangan tujuan pembelajaran ini bukan saja memperjelas arah yang

    ingin dicapai dalam suatu kegiatan belajar, tetapi dari segi efisiensi

    diperoleh hasil yang maksimal.

    Pengertian yang diberikan para ahli pembelajaran tentang tujuan

    pembelajaran, yang satu sama lain memiliki kesamaan di samping ada

    perbedaan sesuai dengan sudut pandangan garapannya. Robert F. Mager

    (2012) misalnya memberikan pengertian tujuan pembelajaran sebagai

    perilaku yang hendak dicapai atau yang dapat dikerjakan oleh siswa

    pada kondisi dan tingkat kompetensi tertentu.

    Pengertian kedua dikemukakan oleh Edwar L. Dejnozka dan

    David E. Kapal (2011), juga Kemp (2007) yang memandang bahwa

    tujuan pembelajarn adalah suatu pernyataan yang spesifik yang

    Problematika Pembelajaran Al- Islam…, Pupi Eko Retnani, Fakultas Agama Islam UMP, 2018

  • 12

    dinyatakan dalam perilaku atau penampilan yang diwujudkan dalam

    bentuk tulisan untuk mengambarkan hasil belajar yang diharapkan.

    Perilaku ini dapat berupa fakta yang konkret serta dapat dilihat dan fakta

    yang bersamar.

    Definisi ketiga dikemukakan oleh Fred Percival dan Henry

    Ellington (2014) yakini tujuan pembelajaran adalah satuan pernyataan

    yang jelas dan menunjukkan penampilan atau ketrampilan siswa tentu

    yang di harapkan dapat dicapai sebagai tujuan belajar (Amirudin,

    2016:53-55).

    Dari beberapa pengertian tujuan pembelajaran oleh para ahli

    maka penulis menarik kesimpulan bahwa tujuan pembelajaran adalah

    suatu kemampuan yang diharapkan diperoleh oleh siswa setelah

    melakukan rangkaian proses pembelajaran.

    4. Unsur-Unsur Pembelajaran

    Unsur-unsur minimal yang harus ada dalam sistem pembelajaran

    adalah seorang siswa/peserta didik, suatu tujuan dan suatu prosedur kerja

    untuk mencapai tujuan. Dalam hal ini, guru (pengajar) tidak termasuk

    sebagai unsur sistem pembelajaran, fungsinya dapat digantikan atau

    dialihkan kepada media sebagai pengganti, seperti: buku, slide, teks yang

    diprogram, dan sebagainya. Namun seorang kepala sekolah dapat

    menjadi salah satu unsur sistem pembelajaran, karena berkaitan dengan

    prosedur perencanaan dan pelaksanaan pembelajaran( Hamalik.

    2011:66).

    Problematika Pembelajaran Al- Islam…, Pupi Eko Retnani, Fakultas Agama Islam UMP, 2018

  • 13

    Menurut Oemar Hamalik dalam bukunya Kurikulum dan

    Pembelajaran (2011:68), mengemukakan unsur-unsur pembelajaran

    sebagai berikut :

    a. Unsur dinamis pembelajaran pada diri guru

    1) Motivasi pembelajaran siswa

    2) Kondisi guru siap membelajarkan siswa

    b. Unsur pembelajaran kongruen dengan unsur belajar

    1) Motivasi belajar menuntut sikap tanggap dari pihak guru serta

    kemampuan untuk mendorong motivasi dengan berbagai upaya

    pembelajaran.

    2) Sumber yang digunakan sebagai bahan belajar terdapat pada

    buku pelajaran, pribadi guru, dan sumber masyarakat.

    3) Pengadaan alat-alat Bantu belajar dilakukan oleh guru, siswa

    sendiri, dan bantuan orangtua.

    4) Menjamin dan membina suasana belajar yang efektif

    5) Subjek belajar yang berada dalam kondisi kurang mantap perlu

    diberikan binaan.

    Unsur-unsur pembelajaran di atas ini adalah satu kesatuan yang

    harus terkumpul menjadi satu agar proses pembelajaran akan

    berlangsung dengan baik dan tujuan pembelajaran akan tercapai secara

    maksimal.

    Problematika Pembelajaran Al- Islam…, Pupi Eko Retnani, Fakultas Agama Islam UMP, 2018

  • 14

    5. Faktor Yang Mempengaruhi Proses Pembelajaran

    Terdapat beberapa faktor yang dapat mempengaruhi kegiatan

    proses sistem pembelajaran, di antaranya faktor guru, faktor siswa, sarana,

    alat dan media, serta faktor lingkungan (Sanjaya. 2010:52).

    a. Faktor Guru.

    Guru pengaruhnya sangat besar dalam proses pembelajaran

    Menurut Ahmad (2013:89) Mengemukakan guru dapat menjadi sebab

    kesulitan belajar diantaranya yaitu:

    1) Guru tidak kualified, baik dalam pengambilan metode yang

    digunakan atau dalam mata pelajaran yang dipegangnya.

    2) Hubungan guru dan muridnya kurang baik.

    3) Guru tidak memiliki kecakapan dalam usaha diagnosis kesulitan

    belajar.

    4) Metode mengajar guru yang dapat menimbulkankesulitan

    belajar, antara lain:

    a) Metode mengajar yang mendasarkan dari pada latian mekanis

    tidak didasarkan pada pengertian.

    b) Guru dalam mengajar tidak mengunakan alat peraga yang

    memungkinkan semua alat indranya berfungsi.

    c) Metode mengajar yang menyebabkan murid pasif, sehingga

    anak tidak ada aktivitas.

    d) Guru hanya menggunakan satu metode saja dan tidak

    bervariasi. .

    Problematika Pembelajaran Al- Islam…, Pupi Eko Retnani, Fakultas Agama Islam UMP, 2018

  • 15

    Menurut Sanjaya (2010:52) Guru tidak hanya berperan sebagai

    model atau teladan bagi siswa yang diajarkan, tetapi juga sebagai

    pengelola pembelajaran. Guru adalah komponen yang sangat

    menentukan dalam implementasi suatu strategi pembelajaran. Tanpa

    guru, bagaimanapun bagus dan idealnya suatu strategi itu tidak

    mungkin bisa diaplikasikan.

    Bedasarkan penjelasan di atas maka penulis menarik

    kesimpulan bahwa guru sangat berpengaruh terhadap keberhasilan

    implementasi suatu strategi pembelajaran akan tergantung pada

    kepiawean guru dalam mengunakan metode menyampaikan materi

    pembelajaran, dan teknik pembelajaran setra kualitas keilmuan guru

    tersebut.

    b. Faktor siswa

    Seperti halnya guru, faktor-faktor yang dapat mempengaruhi

    proses pembelajaran dilihat dari aspek siswa meliputi aspek latar

    belakang siswa yang menurut Dunkin disebut pupil formative

    experiences serta faktor sifat yang dimiliki siswa (pupil properties).

    Aspek latar belakang Sanjaya (2010: 53) berpendapat meliputi

    jenis kelamin siswa, tepat kelahiran, tempat tinggal siswa, tingkat

    sosial ekonomi siswa,dari keluarga yang bagaimana siswa berasal, dan

    lain-lain; sedangkan dilihat dari sifat yang dimiliki siswa meliputi

    kemampuan dasar, pengetahuan, dan sikap. Tidak dapat

    disangkalbahwa setiap siswa memiliki kemampuan yang berbeda yang

    Problematika Pembelajaran Al- Islam…, Pupi Eko Retnani, Fakultas Agama Islam UMP, 2018

  • 16

    dapat dikelompokan pada siswa yang berkemampuan tinggi, sedang,

    dan rendah. Siswa yang termasuk berkemampuan tinggi biasanya

    ditunjukan oleh motivasi yang tinggi dalam belajar, perhatian, dan

    keseriusan dalam mengikuti pelajaran, dan lain-lain. Sebaiknya, siswa

    yang tergolong pada kemampuan rendah ditandai dengan kurangnya

    motivasi belajar, tidak adanya keseriusan dalam mengikuti pelajaran,

    termasuk menyelesaikan tugas, dan lain sebagainya. Perbedan-

    perbedaan semacam itu menurut perlakuan yang berbeda pula baik

    dalam penempatan atau pengelompokan siswa maupun dalam

    perlakuan guru dalam menyelesaikan gaya belajar. Demikian juga

    halnya dengan tingkat pengetahuan siswa. Siswa yang memiliki

    pengetahuan yang memadai tentang penggunaan bahasa standar,

    misalnya, akan mempengaruhi proses pembelajaran mereka

    dibandingkan dengan siswa yang memiliki tentang hal itu.

    c. Faktor sarana dan prasarana

    Menurut Hartinah (2011:79) yang mengemukakan bsahwa

    faktor sarana dan prasarana jangan sampai menimbulkan gangguan

    kesehatan pada anak. Misalnya, tempat duduk yang kurang sesuai

    serta ruangan yang gelap dan terlalu sempit akan menimbulkan

    gangguan kesehatan. Penyelenggaraan pendidikan moderen

    menghendaki agar tempat duduk anak dan meja dapat diatur sesuai

    dengan kebutuhan, ruangan kelas bersih, terang dan cukup luas, serta

    kedisiplinan yang tidak kaku.

    Problematika Pembelajaran Al- Islam…, Pupi Eko Retnani, Fakultas Agama Islam UMP, 2018

  • 17

    Kemudian Sanjaya (2010:52) Mengemukakan mengenai faktor

    sarana dan prasarana yang juga merupakan faktor yang sangat penting

    dalam memepengaruhi proses pembelajaran, Menurutnya Sarana

    adalah segala sesuatu yang mendukung secara langsung terhadap

    kelancaran proses pembelajaran, misalnya, media pembelajaran, alat-

    alat pelajaran, perlengkapan sekolah, dan lain sebagainya; sedangkan

    prasarana adalah segala sesuatu yang secara tidaklangsung dapat

    mendukung keberhasilan proses pembelajaran, misalnya jalan menuju

    sekolah, penerangan sekolah, kamar kecil, dan lain sebagainya.

    Kelengkapan sarana dan parasarana anak membantu guru dalam

    penyelengaraan proses pembelajaran: dengan demikian sarana dan

    parasarana merupakan komponen penting yang dapat memenuhi

    proses pembelajaran.

    Dari uraian di atas penulis menyimpulkan bahwasanya faktor

    sarana dan prasarana ini juga sangat berpengaruh sekali terhadap

    keberhasilan suatu proses pembelajaran, apalagi pembelajaran pada

    kurikulum 2013 yang mana memang lebihbanyak praktek secara

    langsung bukan hanya sekedar teori saja.

    d. Faktor lingkungan

    Dilihat dari dimensi lingkungan ada dua faktor yang dapat

    mengaruhi proses pembelajaran, yaitu faktor organisasi kelas dan

    faktor iklim sosial-psikologis.

    Problematika Pembelajaran Al- Islam…, Pupi Eko Retnani, Fakultas Agama Islam UMP, 2018

  • 18

    Faktor organisasi kelas yang didalamnya meliputi jumlah

    siswa dalam satu kelas merupakan aspek penting yang bisa

    mempengaruhi proses pembelajaran. Organisasi kelas yang terlalu

    besar akan kurang efektif untuk mencapai tujuan pembelajaran.

    Kelompok belajar yang besar dalam suatu kelas berkecenderungan:

    1) Sumber daya kelompok akan bertambah luas sesuai dengan

    jumlah siswa, sehingga waktu yang tersedia akan semakin sempit.

    2) Kelompok belajar akan kurang mampu memanfatkan dan

    mengunakan semua sumber daya yang ada.

    3) Kepuasan belajar setiap siswa akan cenderung menurun.

    4) Anggota kelompok yang terlalu banyak cenderung semakin

    banyaknya siswa yang enggan berpartisipasi aktif dalam

    setiapkegiatan kelompok. (Sanjaya. 2010: 56 ).

    6. Faktor Pendukung Keberhasilan Proses Pembelajaran

    Faktor pendukukng keberhasilan telah kita ketahui bahwa proses

    pembelajaran dipengaruhi oleh berbagai faktor. Faktor guru, kurikulum,

    tujuan yang ingin dicapai, sarana, lingkungan dan siswa itu sendiri. Dari

    sekian banyak faktor ini, faktor guru mempunyai peranan yang lebih

    menentukan daripada faktor yang lain, tanpa mengurangi faktor kondisi

    siswa yang dihadapi.

    Disamping perencanaan guru yang memadai untuk pelaksanaan

    pembelajaran, keberhasilan pembelajaran dipengaruhi oleh sikap guru

    dalam mengelola pembelajaran,keterampilan guru mengajukan

    Problematika Pembelajaran Al- Islam…, Pupi Eko Retnani, Fakultas Agama Islam UMP, 2018

  • 19

    pertanyaan, pengetahuan guru, dan keterampilannya dalam menggunakan

    media, dan masih banyak faktor pendukung lain yang dapat mendorong

    terjadinya proses belajar yang lebih baik.

    Menurut Surprihatinngrum (2017: 93-99 ).Ada beberapa hal yang

    menjadi komponen pendukung keberhasilan proses pembelajaran sebagai

    berikut:

    a. Sikap Guru dalam Pembelajaran

    b. Sikap Ilmiah Dan Pengembangannya

    c. Ketepatan Bahasa

    d. Pengelolaan kelas

    Berdasarkan penjelasan di atas dapat di tarik kesimpulan bahwa

    faktor pendukung keberhasilannya suatu proses pembelajaran sangat

    banyak sekali diantaranya seperti yang tercantum di atas yaitu sikap guru

    dalam mengelola pembelajaran, pengetahuan guru, dan keterampilannya

    dalam menggunakan media serta dalam mengelola kondisi kelas.

    7. Problematika Pembelajaran

    Demikian para ahli berpendapat mengenai pengertian tentang

    problematika pembelajaran. Menurut Rosihuddin (2012) problematika

    pembelajaran adalah kendala atau persoalan dalam proses belajar

    mengajar yang harus dipecahkan agar tercapai tujuan yang maksimal.

    Menurut Burhanuddin (2014) problematika pembelajaran adalah

    suatu keadaan yang tidak diharapkan oleh kita sebagai penyimpangan

    kecil dalam belajar yang kita alami. Ada dua faktor yang menjadi

    Problematika Pembelajaran Al- Islam…, Pupi Eko Retnani, Fakultas Agama Islam UMP, 2018

  • 20

    penyebab masalah belajar yaitu faktor internal dan faktor eksternal.

    Faktor internal yaitu yang berasal dari dalam diri peserta didik meliputi

    kurangnya motivasi dalam belajar, kurangnya minat dalam belajar,

    intelegensi, bakat serta kesehatan mental. Faktor eksternal yaitu faktor

    yang berasal dari luar peserta didik meliputi lingkungan keluarga,

    lingkungan sekolah dan lingkungan masyarakat atau sosial.

    Sebagai sebuah proses, pembelajaran dihadapkan pada beragam

    permasalahan, problematika. Problematika pembelajaran adalah berbagai

    permasalahan yang mengganggu, menghambat, mempersulit, atau

    bahkan mengakibatkan kegagalan dalam mencapai tujuan pembelajaran.

    Dari beberapa pengertian problematika pembelajaran oleh para

    ahli, penulis mnyimpulkan bahwasannya problematika pembelajaran

    adalah kesukaran atau hambatan yang menghalangi terjadinya belajar,

    kesukaran atau kendala dalam proses belajar mengajar yang harus

    dipecahkan agar tercapai tujuan yang maksimal.

    Berkaitan dengan mata pelajaran Al-Islam dan

    Kemuhammadiyahan kurikulum 2013 yang baru diaplikasikan di SMP

    Muhammadiyah pada tahun 2017/2018 maka pastilah terjadi yang

    namanya problematika pada pembelajaran baik dari faktor guru, bahan

    materi pelajaran, sarana dan prasarana belajar ataupun bisa jadi timbul

    dari faktor yang lainnya. Kondisi inilah yang sangat perlu di adakan

    evaluasi atau penelitian agar kedepan lebih baik lagi pelaksanaannya dan

    setidaknya akan mengurangi problematika yang timbul saat pembelajaran

    berlangsung.

    Problematika Pembelajaran Al- Islam…, Pupi Eko Retnani, Fakultas Agama Islam UMP, 2018

  • 21

    B. Mata Pelajaran Al-Islam dan Kemuhammadiyahan Kurikulum 2013

    1. Pengertian Mata Pelajaran Al-Islam dan Kemuhammadiyahan

    Mata pelajaran Al-Islam dan Kemuhammadiyahan bagi sekolah

    Muhammadiyah merupakan ciri khusus dan keunggulan. Sejak awal

    berdirinya sekolah dan madrasah Muhammadiyah dirancang dengan

    sistem pendidikan Islam moderen yang integratif holistik sehingga

    menghasilkan lulusan yang menguasai ilmu pengetahuan umum sesuai

    jenjangnya, yaitu agama Islam dan Kemuhammadiyahan (majelis

    DIKDASMEN. 2017: iii).

    Menurut Haedar Natsir Mata pelajaran Al-Islam dan

    Kemuhammadiyahan pada sekolah dan madrasah Muhammadiyah

    merupakan ciri khusus dan keunggulan. Tujuan utama mata pelajaran ini

    adalah mendidik para siswa agar memiliki pengetahuan yang luas tentang

    Islam, dan kemuhammadiyahan, serta memiliki karakter yang kuat

    melalui pembelajaran keteladanan dan pembiyasaan yang

    menggembirakan (Hasanudin. 2017: 99).

    Dari beberapa penjelasan mengenai mata pelajaran Al-Islam dan

    Kemuhammadiyahan maka penulis menyimpulkan bahwasanya mata

    pelajaran Al-Islam dan Kemuhammadiyahan adalah mata palajaran yang

    disusun secara khusus oleh pimpinan pusat Muhammadiyah yang di

    dalamnya adalah nilai-nilai ajaran Islam serta pengetahuan mengenai

    Kemuhammadiyahan yang disusun secara moderen serta menjadi ciri

    khusus dan keunggulan dalam pendidikan di sekolah Muhammadiyah.

    Problematika Pembelajaran Al- Islam…, Pupi Eko Retnani, Fakultas Agama Islam UMP, 2018

  • 22

    Mata pelajaran Al-Islam dan Kemuhammadiyahan ini dibagi

    menjadi 6 (enam) cabang mapel yang di ajarkan. Pembagian mata

    pelajarannya sebagai berikut: Aqidah, Ibadah, Akhlaq, Alquran- Hadits,

    Tarikh dan Kemuhammadiyahan adapun penjelasannya sebagai berikut:

    a. Mata Pelajaran Aqidah

    Kata aqoid jamak dari aqidah berarti kepercayaan

    maksudnya adalah hal-hal yang diyakini oleh orang-orang islam.

    Aqidah selalu berkaitan dengan iman, seperti: iman kepada Allah

    Swt, malaikat-malaikat-Nya, kitab-kitab-Nya, rasul-rasul-Nya dan

    hari akhir (Thoha dkk. 1999 :88).

    Adapun materi yang diajarkan pada mapel Aqidah adalah

    sebagai berikut: beriman kepada Allah Swt., tauhid rububiyah,

    asmaul husna as-sami’ dan al-basyir, beriman kepada malaikat

    (Kurikulum al-islam dan kemuhammadiyahan kelas VII. 2017: 89-

    99).

    Berdasarkan penjelasan di atas penulis menyimpulkan

    bahwasanya mapel Aqidah dalam Al-Islam dan

    Kemuhammadiyahan adalah menguatkan iman para peserta didik

    agar lebih kuat, karena iman adalah sebagai pondasi dalam menjalani

    kehidupan. Tanpa adanya iman, seseorang maka akhlaknya akan

    tidak baik.

    Problematika Pembelajaran Al- Islam…, Pupi Eko Retnani, Fakultas Agama Islam UMP, 2018

  • 23

    b. Mata Pelajaran Ibadah

    Ibadah merupakan suatu aktifitas yang tidak bisa lepas dari

    setiap kegiatan manusia. Ibadah dalam kehidupan manusia menjadi

    sangat penting bahkan sesntral, karena setiap hal yang dilakukan

    oleh orang yang beriman dapat dijadikan sebagai Ibadah. Adapu

    materi yang terdapat dalam mata pelajaran Ibadah dalam kurikulum

    Al-Islam dan Kemuhammadiyahan kelas VII kurikulum 2013 adalah

    sebagai berikut: ketentuan thaharah, shalat fardu, shalat berjamaah,

    shalat jumat dan khutbah jumat, shatat jama’dan qashar (Kurikulum

    al-islam dan kemuhammadiyahan kelas VII. 2017: 89-108).

    Dari uraian diatas maka penulis menyimpulkan bahwasanya

    mata pelajaran ibadah bertujuan agar peserta didik di sekolah-

    sekolah Muhammadiyah dapat mengetahui dan mengamalkan tatacra

    ibadah yang sesuai dengan Al-Quran dan As-Sunah.

    c. Mata Pelajaran Akhlaq

    Pengertian akhlak dilihat dari sudut kebahasaan, akhlak

    berasal dari bahasa Arab yaitu isim mashdar (infinitive) dari

    kata akhlaqa, yukhliqu, ikhlaqan, yang berarti perangai, kelakuan,

    tabiat, watak dasar, kebiasaan, kelaziman, peradaban yang baik, dan

    agama. Adapun materi yang terdapat dalam mata pelajaran akhlaq

    kurikulum 2013 kelas VII adalah sebagai berikut: kerja keras dan

    mandiri, jujur amanah istiqomah, hormat kepada orang tua dan guru,

    cerdas bekemajuan dan kompetitif (Kurikulum al-islam dan

    kemuhammadiyahan kelas VII. 2017: 89-99).

    Problematika Pembelajaran Al- Islam…, Pupi Eko Retnani, Fakultas Agama Islam UMP, 2018

  • 24

    Dengan demikian maka mata pelajaran akhlaq adalah

    matapelajaran yang disusun guna memberikan pelajaran atau ilmu

    pengetahuan kepada peserta didik agar tidak terjerumus ke dalam

    perilaku yang tidak baik yang dilarang oleh Allah Swt. Serta

    menjadikan peserta didik senantiasa ber akhlaqul karimah.

    d. Mata Pelajaran Al-Quran Hadits

    Mata Pelajaran Qur’an Hadits adalah untuk memahami dan

    mengamalkan al-Qur'an sehingga mampu membaca dengan fasih,

    menerjemahkan, menyimpulkan isi kandungan, menyalin dan

    menghafal ayat-ayat terpilih serta memahami dan mengamalkan

    hadits-hadits pilihan sebagai pendalaman dan perluasan bahan kajian

    dari pelajaran Qur’an Hadits Madrasah Tsanawiyah sebagai bekal

    mengikuti jenjang pendidikan berikutnya (Fakhrizal. 2016).

    Pada mata pelajaran Al-Quran Hadits materi yang di ajarkan

    pada kelas VII adalah: Qs. Al-Mujadalah 58: 11, Qs. Ar-Rahman 55:

    33 dan hadits terkait tentang menuntut ilmu, Qs. As-Syams tentang

    keteraturan alam semesta sebagai bukti kekuasaan Allah Swt.

    Beserta hadits terkait, Qs. An-Nisa 4: 146, Qs. Al-Baqarah 2 :153,

    Qs. Ali-Imran 3: 134 serta hadits tentang ikhlas sabar dan pemaaf,

    Qs. Al-Fajr tentang balasan bagi manusia yang tidak beriman beserta

    hadits terkait (Kurikulum al-islam dan kemuhammadiyahan kelas

    VII. 2017: 79-88).

    Problematika Pembelajaran Al- Islam…, Pupi Eko Retnani, Fakultas Agama Islam UMP, 2018

  • 25

    Dari uraian diatas maka penulis menyimpulkan mata

    pelajaran Al-Quran Hadits adalah mata pelajaran yang disusun dan

    dirancang agar peserta didik mempunyai kemampuan membaca Al-

    Quran dengan fasih, menerjemahkan, menyimpulkan isi kandungan,

    menyalin dan menghafal ayat-ayat serta dapat menerapkan pesan

    yang terkandung di dalamnya.

    e. Mata Pelajaran Tarikh

    Mata pelajaran tarikh menurut Thoha dkk adalah mata

    pelajaran yang mengkaji riwayat hidup Rasulullah saw. sahabat-

    sahabat dan imam-imam pemberi petunjuk yang di ceritakan kepada

    murid sebagai suri tauladan yang utama dari tingkah laku manusia

    baik dalam kehidupan pribadi maupun sosial (Thoha dkk. 1999:

    215).

    Dibawah ini adalah materi yang terdapat pada kurikulum

    kelas VII kurikulum 2013 adalah sebagai berikut: perjuangan nabi

    Muhammad saw. Periode mekah dalam menegakan risalah Allah

    Swt. Perjuangan nabi Muhammad saw. Periode madinah, biografi

    khalifah Abu Bakar, Umar Bin khathab, Utsman Bin afan, Ali Bin

    Abi Thalib (Kurikulum al-islam dan kemuhammadiyahan kelas VII.

    2017: 111-122).

    Dari uraian di atas maka penulis menarik kesimpulan

    bahwasanya mata pelajaran tarikh ini adalah mata pelajaran yang

    disusun guna peserta didik pada sekolah Muhammadiyah

    Problematika Pembelajaran Al- Islam…, Pupi Eko Retnani, Fakultas Agama Islam UMP, 2018

  • 26

    mengetahui kehidupan Rasulullah dan para sahabat pada jaman

    dahulu agar peserta didik dapat menjadikannya sebagai suri tauladan.

    f. Mata Pelajaran Kemuhammadiyahan

    Mata Pelajaran Kemuhamadiyahan merupakan Mata

    Pelajaran Wajib di dalam Sekolah Muhammadiyah Maksud dan

    Tujuan Pendidikan Kemuhammadiyahan adalah Memberi

    pengetahuan kepada siswa sekolah Muhammadiyah tentang

    organisasi Muhammadiyah sebagai gerakan Islam dan gerakan

    dakwah amar ma’ruf nahi munkar sesuai dengan Qur’an dan

    Sunnah. Membentuk manusia muslim berakhlak mulia, cakap,

    percaya diri, berguna bagi masyarakat bangsa dan negara .

    Menumbuhkan motivasi dalam diri siswa untuk menjadi kader

    Muhammadiyah (Fairuz zahir : 2015).

    Adapun materi yang diajarkan pada kelas VII pada mata

    pelajaran Kemuhammadiyahan adalah sebagai berikut: perguruan

    Muhammadiyah, sejarah hidup dan kepribadian tokoh pendiri

    Muhammadiyah, akhlaq pelajar Muhammadiyah, peran

    Muhammadiyah dalam kebangkitan nasional, sejarah berdirinya

    Muhammadiyah dan kepribadian dan perjuangan tokoh-tokoh

    Muhammadiyah (Kurikulum al-islam dan kemuhammadiyahan kelas

    VII. 2017: 117-133).

    Berdasarkan penjelasan di atas maka penulis menarik

    kesimpulan mata pelajaran Kemuhammadiyahan adalah mata

    Problematika Pembelajaran Al- Islam…, Pupi Eko Retnani, Fakultas Agama Islam UMP, 2018

  • 27

    pelajaran yang disusun guna menambah wawasan mengenai

    perjuangan dan ajaran Muhammadiyah serta agar peserta didik dapat

    mengambil hikmah dari kisah-kisah para tokoh-tokoh

    Muhammadiyah pada masa lampau serta pengkaderan agnggota

    simpatisan Muhammadiyah.

    2. Kurikulum 2013 Mata Pelajaran Al-Islam dan Kemuhammadiyahan

    a. Pengertian Kurikulum 2013 Mata Pelajaran Al-Islam dan

    Kemuhammadiyahan

    Kurikulum 2013 merupakan kurikulum baru yang mulai

    diterapkan pada tahun pelajaran 2013/2014. kurikulum ini adalah

    pengembangan dari kurikulum yang telah ada sebelumnya, baik

    Kurikulum Berbasis Kompetensi yang telah dirintis pada tahan 2004

    maupun Kurikulum Tingkat Satuan Pendidikan Pada tahun 2006.

    Hanya saja menjadi titik tekan pada kurikulum2013 ini adalah

    adanya peningkatan dan keseimbangan soft skills dan hard skills

    yang meliputi aspek kompetensi sikap, keterampilan, dan

    pengetahuan. Kemudian, keduudukan kompetensi yang semula

    diturunkan dari mata pelajaran berubah menjadi mata pelajaran

    dikembangkan dari kompetensi. Selain itu, pembelajaran lebih

    bersifat tematik integratif dalam semua mata pelajaran. Dengan

    demikian, dapat dipahami bahwa kurikulum2013 adalah sebuah

    kurikulum yang berkembang untuk meningkatkan dan

    menyeimbangkan kemampuan soft skills dan hand skills yang berupa

    sikap,ketrampilan, dan pengetahuan (Fadlillah, M. 2014:16)

    Problematika Pembelajaran Al- Islam…, Pupi Eko Retnani, Fakultas Agama Islam UMP, 2018

  • 28

    Dengan demikian, kurikulum itu merupakan program

    pendidikan bukan program pengajaran, yaitu program yang

    direncanakan diprogramkan dan direncanakan yang bersisi berbagai

    bahan ajar dan pengalaman belajar baik yang berasal dari waktu

    yang lalu, sekarang maupun yang akan datang. Berbagai bahan

    tersebut direncanakan secara sistemik, artinya direncanakan dengan

    memperhatikan keterlibatan berbagai faktor pendidikan secara

    harmonis. Berbagai bahan ajar yang dirancang tesebut harus sesuai

    dengan norma-norma yang berlaku sekarang, di antaranya harus

    sesuai dengan pancasila, UUD 1945, GBHN, UU SISDIKNAS, PP

    No. 27 dan 30, adat istiadat dan sebagainya. Program tersebut akan

    terjadikan pedoman bagi tenaga pendidik maupun peserta didik

    dalam pelaksanaan proses pembelajaran agar dapat mencapai cita-

    cita yang diharapkan sesuai dengan yang tertera pada tujuan

    pendidikan (Dakir. 2010:3).

    Menurut A. Sulaeman pembelajaran kurikulum 2013

    memiliki ciri keunikan dalam kontruksi pembelajaran dengan

    pendekatan saintifik yang didalamnya memiliki sifat integratif

    tematik. Kurikumum ini memiliki lima karakteristik utama, yaitu

    menggunakan keseluruhan sumber belajar, pengalaman lapangan,

    strategi individual personal, kemudahan belajar dan belajar tuntas.

    Semua aspek tersebut memfokuskan pada pola pembentukan peserta

    didik yang mempunyai kompetensi dan karekter yang kuat. Dengan

    Problematika Pembelajaran Al- Islam…, Pupi Eko Retnani, Fakultas Agama Islam UMP, 2018

  • 29

    demikian pendidikan agama Islam perlu memfokuskan pada

    pemberdayaan semua potensi yang dimiliki oleh peserta didik agar

    dapat memiliki kompetensi yang diharapkan serta mempunyai

    karakter yang diidealkan (Gunawan, Hasan, 2015: 196-197).

    Dalam upaya meningkatkan mutu pendidikan

    muhammadiyah dengan memperhatikan perkembangan ilmu

    pengetahuan dan teknologi serta harapan masyarakat, maka

    pendidikan Al-Islam dan Kemuhammadiyahan melakukan

    pengembangan kurikulum yaitu dikenal dengan nama Al-Islam dan

    Kemuhammadiyahan kurikulum 2013. Yang mencakup konsep

    pembelajaran dengan pendekatan saintific serta penguatan

    pendidikan karakter (Kurikulum al-islam dan kemuhammadiyahan.

    2017: iii).

    Jadi Al-Islam dan Kemuhammadiyahan kurikulum 2013

    merupakan matapelajaran ciri khusus dan keunggulan sekolah

    muhammadiyah dengan tujuan utama mata pelajaran ini adalah

    mendidik para siswa agar memiliki pengetahuan yang luas tentang

    Islam, dan kemuhammadiyahan, serta memiliki karakter yang kuat

    melalui pembelajaran keteladanan dan pembiyasaan yang

    menggembirakan yang sudah di perbaharui dan direvisi dari

    kurikulum 2006 menjadi kurikulum 2013 yang menekankan pada

    pendidikan karakter siswa dengan menggunakan pendekatan

    saintifik dalam proses pembelajarannya.

    Problematika Pembelajaran Al- Islam…, Pupi Eko Retnani, Fakultas Agama Islam UMP, 2018

  • 30

    Dengan demikian maka mata pelajaran Al-Islam dan

    Kemuhammadiyahan kurikulum 2013 menjadi sangat penting di

    implementasikan pada sekolah-sekolah Muhammadiyah. Karena

    seiring dengan perkembangan zaman maka manusia dituntut untuk

    hidup lebih inovatif dan kreatif untuk menghadapi perkembangan

    zaman serta memiliki karakter yang kuat yaitu karakter seorang

    muslim yang sesuai dengan apa yang diajarkan oleh nabi

    Muhammad Saw.

    3. Tujuan dan fungsi Mata Pelajaran Al-Islam dan Kemuhammadiyahan

    kurikulum 2013

    Mengenai tujuan dan fungsi kurikulum 2013 secara spesifik

    mengacu pada Undang-Undang No. 20 Tahun 2003 tentang Sistem

    Pendidikan Nasional. Dalam undang-undang sisdiknas ini disebutkan

    bahwa fungsi kurikulum ialah mengembangkan kemampuan dan

    membentuk watak serta peradaban bangsa yang bermartabat dalam

    mencerdaskan kehidupan bangsa. Sementara tujuanya, yaitu untuk

    mengembangkan potensi peserta didik agar menjadi manusia yang

    beriman dan bertakwa kepada Tuhan Yang Maha Esa, berakhlak mulia,

    sehat, berilmu, cukup, kreatif, mandiri dan menjadi warga negara yang

    demokratis serta tanggung jawab.

    Mengenai tujuan penyusunan kurikulum mata pelajaran Al-Islam

    dan Kemuhammadiyahan 2013, secara khusus dapat penulis uraikan

    sebagai berikut:

    Problematika Pembelajaran Al- Islam…, Pupi Eko Retnani, Fakultas Agama Islam UMP, 2018

  • 31

    1) Menjadi setandar mutu pengelolaan pendidikan pada sekolah

    Muhammadiyah (Kurikulum al-islam dan kemuhammadiyahan.

    2017: 2).

    2) Meningkatkan mutu pendidikan dengan nyenyeimbangkan hard

    skills dan soft skills melalui kemampuan sikap, ketrampilan,

    danpengetahuan dalam rangka menghadapi tantangan global

    yangterus berkembang.

    3) Membentuk dan meningkatkan sumber daya manusia yang

    produkttif, kreatif, dan inovatif sebagai model pembangunan bangsa

    dan negara indonesia.

    4) Meringankan tenaga pendidik dalam menyampaikan materi dan

    menyiapkan adminitrasi mengajar, sebab pemerintah telah

    menyiapkan semua komponen kurikulum serta buku teks yang

    digunakan dalam pembelajaran.

    5) Meningkatkan peran serta pemerintah pusat dan daerah serta warga

    masyarakat secaraseimbang dalam menentukan dan mengendalikan

    kualitas dalam pelaksanaan kurikulum ditingkat satuan pendidikan.

    6) Meningkatkan persaingan yang sehat antar-satuan pendidikan

    tentang kualitas pendidikan yang akan dicapai. Sebab sekolah

    diberikan kelulusaan untuk mengembangkan kurikulum 2013 sesuai

    dengan kondisi satuan pendidikan, kebutuhan peserta didik, dan

    potensi daerah (Fadlillah, M. 2014:24-25).

    Problematika Pembelajaran Al- Islam…, Pupi Eko Retnani, Fakultas Agama Islam UMP, 2018

  • 32

    Berdasarkan penjelasan di atas dapat di tarik kesimpulan bahwa

    tujuan Kurikulum 2013 secara umum tujuan tersebut hampir sama

    dengan tujuan Kurikulum Tingkat Satuan Pendidikan. Hanya saja pada

    Kurikulum 2013, pemerintah telah menyiapkan buku teks pembelajaran,

    serta berusaha meningkatkan hand skills dan soft skills peserta didik

    secara seimbang dan berkelanjutan.

    4. Keunggulan Kurikulum 2103

    Implementasi kurikulum 2013 diharapkan dapat menghasilkan

    insan yang produktif, kreatif, dan inovatif. Hal ini dimungkinkan karena

    kurikulum ini berbasis karakter dan kompetensi, yang secara konseptual

    memiliki beberapa keunggulan.

    Kurikulum 2013 menggunakan pendekatan yang bersifat alamiah

    (konstektual), karena berangkat, berfokus dan bermuara pada hakekat

    peserta didik untuk mengembangkan berbagai kompetensi sesuai dengan

    potensinya masing-masing. Dalam hai ini peserta didik merupakan

    subjek belajar, dan proses belajar berlangsung secara alamiah dalam

    bentuk bekerja dan mengalami berdasarkan kompetensi tertentu bukan

    transfer pengetahuan ( transfer of knowledge).

    Kurikulum 2013 yang berbasis karakter dan kompetensi boleh

    terjadi mendasari pengembanggan kemampuan-kemampuan lain.

    Penguasaan ilmu pengetahuan, dan keahlian tertentu dalam suatu

    pekerjaan, kemampuan memecahkan masalah dalam kehidupan sehari-

    hari, serta pengembangan aspek-aspek kepribadian dapat dilakukan

    Problematika Pembelajaran Al- Islam…, Pupi Eko Retnani, Fakultas Agama Islam UMP, 2018

  • 33

    sehari-hari, serta pengembangan aspek-aspek kepribadian dapat

    dilakukan secara optimal berdasarkan standar kompetensi terttentu.

    Terdapat bidang-bidang studi atau mata pelajaran tertentu yang

    dalampengembanganya lebih tepat menggunakan pendekatan

    kompetensi, terutama yang berkaitan dengan ketrampilan(mulyasa

    2013:163-164).

    Berdasarkan penjelasan di atas dapat di tarik kesimpulan bahwa

    kurikulum 2103 merupakan salah satu upaya pemerintah untuk mencapai

    keunggulan masyarakat bangsa dalam penguasaan ilmu dan teknologi

    seperti digariskan dalam haluann negara.

    5. Pembelajaran kurikulum 2013

    Pembelajaran pada kurikulum 2013 berbeda dengan kurikulum-

    kurikulum sebelumnya. Sebab pembelajaran pada kurikulum ini lebih

    menggunakan pendekatan sintific (ilmiah) dan tematik integratif. Proses

    pembelajaran pada satuan pendidikan diselenggarakan secara interaktif,

    inspiratif, menyenangkan, menantang, dan memotifasi peserta didik

    untuk berpartisipasi aktif, serta memberikan ruang yang cukup bagi

    prakarsa, kreatifitas, dan kemandirian sesuai dengan bakat, minat dan

    perkembangan fisik serta psikologispeserta didik (fadlillah. 2014: 171).

    Pembelajaran dengan pendekatan saintificadalah proses

    pembelajaran yang dirancang sedemikian rupa agar peserta didik secara

    aktif mengkontruksi konsep, hukum atau prinsip melalui tahapan-tahapan

    mengamati, merumuskan masalah, mengajukan atau merumuskan

    Problematika Pembelajaran Al- Islam…, Pupi Eko Retnani, Fakultas Agama Islam UMP, 2018

  • 34

    hipotesis, mengumpulkan data dari berbagai teknik, menganalisis data,

    menarik kesimpulan, dan mengkomunikasikan konsep hukum atau

    prinsip yang ditemukan (Daryanto. 2014: 51).

    Dari uraian diatas menurut para ahli maka penulis menyimpulkan

    bahwasanya pembelajaran pada kurikulum 2013 adalah menggunakan

    pendekatan saintific dalam pembelajaran. Adapun pembelajaran saintific

    penulis menyimpulkan bahwasanya pembelajaran saintific adalah model

    pembelajaran yang mengadopsi dari pembelajaran sains kemudian

    dimodifikasi dan di sesuaikan dengan materi pelajaran apapun.

    a. Prinsip Pembelajaran kurikulum 2013

    Pelaksanaan pembelajaran kurikulum 2013 memiliki

    karakteristik yang berbeda dari pelaksanaan kurikulum KTSP 2006.

    Namun, sebenarnya pembelajaran pada kurikulum 2013 tidak jauh

    berbeda dengan kurikulum sebelumnya. Karena pada dasarnya

    kurikulum 2013 merupakan pengembangan dari kurikulum lama

    tersebut. Hanya saja yang membuat beda adalah titik tekan

    pembelajaran dan juga cakupan materi yang diberikan kepada

    peserta didik. Sebagai mana diketahui bahwa kurikulum 2013

    berupaya untuk memadukan antara kemampuan sikap, ketrampilan,

    dan pengetahuan (fadlillah. 2014: 173).

    Pada pembelajaran mapel Al-Islam dan Kemuhammadiyahan

    berdasarkan kurikulum 2013 Al-Islam dan Kemuhammadiyahan

    yang disusun oleh majelis dikdasmen pimpinan pusat

    Problematika Pembelajaran Al- Islam…, Pupi Eko Retnani, Fakultas Agama Islam UMP, 2018

  • 35

    Muhammadiyah (2017: 36) dilaksanakan dengan memperhatikan

    prinsip-prinsip sebagai berikut:

    1) Didasarkan pada potensi, perkembangan dan kondisi siswa,

    dengan semangat tauhid untuk menguasai kompetensi ilmu

    amaliah dan amal ilmiah bagi dirinya dan orang lain.

    2) Diorientasikan upaya menghasilkan lulusan yang memiliki aqidah

    yang murni, taat beribadah dengan benar, berakhlaq karimah, dan

    gemar beramal shaleh

    3) Pelayanan pendidikan yang bermutu, dan memperoleh

    kesempatan mengekspresikan diri secara bebas, dinamis dan

    menyenangkan.

    4) Pelaksanaan pembelajaran yang menegakan kelima pilar belajar:

    a) Belajar untuk beriman kepada Allah Swt.

    b) Belajar untuk memahami dan menghayati

    c) Belajar untuk melaksanakan dan berbuat secara aktif

    d) Belajar untuk hidup bersama dan berguna bagi orang lain

    e) Belajar untuk membangun dan menemukan jati diri, dan

    perilaku yang baik melalui proses pembiasaan dan

    keteladanan.

    5) Iklim pembelajaran yang menggembirakan, hubungan yang

    harmonis antar guru dan murid, saling menghargai, saling empati,

    kasih sayang, aktif, kreatif, inovatif dan efektif.

    Problematika Pembelajaran Al- Islam…, Pupi Eko Retnani, Fakultas Agama Islam UMP, 2018

  • 36

    6) Dilaksanakan dengan menggunakan pendekatan multi strategi dan

    multimedia, sumber teknologi yang memadai dan memanfaatkan

    lingkungan sekitar sebagai sumber belajar.

    b. Pelaksanaan pembelajaran Al-Islam dan Kemuhammadiyahan

    kurikulum 2013

    Pelaksanaan pembelajaran kurikulum 2013 terbagi menjadi

    tiga yaitu kegiatan awal, kegiatan inti dan kegiatan akhir.ketiga

    kegiatan tersebut tersusun menjadi satu dalam suatu kegiatan

    pembelajaran dan tidak dapat dipisah-pisahkan satu dengan yang

    lainnya. Untuk lebih jelasnya menurut Fadlillah (2014: 182) sebagai

    berikut:

    1) Kegiatan awal

    Kegiatan awal merupakan kegiatan pendahuluan

    sebelum memasuki inti pembelajaran. Biyasanya alokasi

    waktunya adalah 15 menit yaitu sebagai berikut

    a) Menyiapkan peserta didik secara psikis dan fisik untuk

    mengikuti pembelajaran

    b) Mengawali dengan doa dan salam

    c) Mengajukan pertanyaan-pertanyaan mengenai materi yang

    sudah diajarkan dan terkait materi yang akan dipelajari

    d) Mengantarkan peserta didik kepada suatu permasalahan

    untuk mempelajari suatu materi dan menjelaskan tujuan

    pembelajaran atau KD yang akan dicapai.

    Problematika Pembelajaran Al- Islam…, Pupi Eko Retnani, Fakultas Agama Islam UMP, 2018

  • 37

    e) Menyampaikan garis besar materi yang akan dipelajari

    f) Memberi motivasi belajar terhadap peserta didik secara

    kontekstual sesuai manfaat dalam kehidupan sehari-hari

    serta memberikan perbandingan baik lokal, nasional dan

    internasional.

    2) Kegiatan inti

    Kegiatan inti adalah kegiatan yang paling penting dan

    utama dalam proses pembelajaran. Karena pada kegiatan inilah

    materi pembelajaran akan disampaikan dan diberikan kepada

    peserta didik. Langkah-langkah dalam mengimplementasikan

    pendekatan ini sebagai berikut:

    a) Mengamati (Observasi)

    Kegiatan mengamati dalam pembelajaran

    sebagaimana disampaikan dalam permendikbud nomor 81a,

    hendaklah guru membuka secara luas dan bervariasi

    kesempatan peserta didik untuk melakukan pengamatan

    melalui kegiatan melihat, menyimak, mendengar dan

    membaca. Guru memfasilitasi peserta didik untuk melakukan

    pengamatan, melatih mereka untuk memperhatikan hal yang

    penting dari suatu benda atau objek dan mencari informasi

    (Daryanto. 2014: 61).

    Problematika Pembelajaran Al- Islam…, Pupi Eko Retnani, Fakultas Agama Islam UMP, 2018

  • 38

    b) Menanya

    Dalam kegiatan mengamati guru membuka secara

    luas kepada peserta didik untuk bertanya mengenai apayang

    sudah dilihat, disimak, dibaca atau dilihat. Kemudian guru

    perlu membimbing peserta didik agar supaya dapat

    mengajukan pertanyaan. Tentang hasil pengamatan objek

    yang kongkret.

    c) Mengumpulkan dan mengasosiasiakn

    Setelah bertanya adalah mengasosiasikan yaitu

    mengumpulkan informasi dari berbagai sumber melalui

    berbagai cara. Informasi tersebut sebagai dasar bagi kegiatan

    berikutnya yaitu memproses informasi kemudian mengambil

    kesimpulan.

    d) Mengkomunikasikan hasil

    Mengkomunikasikan adalah menulisakan atu

    menceritakan apa yang ditemukan dalam kegiatan mencari

    informasi dan mengasosiasi. Hasil tersebut disampaikan

    dikelas dan dinilai oleh guru sebagai hasil belajar peserta

    didik atau kelompok peserta didik.

    3) Kegiatan akhir

    Kegiatan akhir atau penutup adalah kegiatan untuk

    mengakhiri proses pembelajaran. Kegiatan ini dapat

    dimanfaatkan oleh guru untuk menarik kesimpulan tentang

    Problematika Pembelajaran Al- Islam…, Pupi Eko Retnani, Fakultas Agama Islam UMP, 2018

  • 39

    materi pembelajaran yang barusaja selesai dilaksanakan,

    memberikan umpan balik terhadap proses dan hasil

    pembelajaran, mekasanakan kegiatan tidak lanjut dalam bentuk

    pemberian tugas individu atau kelompok, kemudian yang

    terakhir menginformasikan rencana kegiatan pembelajaran

    untuk pertemuan berikutnya (Fadlillah. 2014: 185-187).

    Demikian adalah rangaian dari pembelajaran kurikulum

    2013 yang meliputi tiga kegiataan yaitu kegiatan awal, kegiatan

    inti dan kegiatan akhir. Teknik pembelajarannya adalah

    menggunakan pembelajaran menggunakan pendekatan saitific.

    C. Hasil penelitian terdahulu

    1. Jurnal yang ditulis oleh Noor Amirudin universitas Muhammadiyah

    Gresik dengan judul Problematika Pembelajaran Bahasa Arab.Adapun

    hasil dari penelitian tersebut adalah sebagai berikut:

    Masalah belajar bahasa Arab adalah masalah unsur-unsur tertentu

    dari proses penghambatan belajar bahasa Arab, masalah belajar bahasa

    Arab terdiri dari; problematika linguistik yaitu problematika phonetik/tata

    bunyi, kosa kata, tulisan, morfologi, sintaksis, dan semantik. Dan

    problematika non linguistik, diantaranya dari unsur guru/pendidik,

    peserta didik, materi ajar dan media/sarana prasarana, serta sosiokultural

    yang bebeda antara Indonesia dan Arab, tentunya mempunyai kondisi

    sosial yang berbeda yang kan menjadi problem dalam pembelajaran

    bahasa Arab.

    Problematika Pembelajaran Al- Islam…, Pupi Eko Retnani, Fakultas Agama Islam UMP, 2018

  • 40

    2. Jurnal yang ditulis oleh Nandang Sarip Hidayat Dosen Fakultas Tarbiyah

    dan Keguruan UIN Suska Riau dengan judul Problematika Pembelajaran

    Bahasa Arab tahun 2012 adapun hasil penelitiannya sebagai berikut:

    Problematika pembelajaran Bahasa Arab adalah unsur-unsur yang

    menjadi penghambat terlaksanan keberhasilan pembelajaran Bahasa

    Arab, Problematika ini diantaranya: Problematika Linguistik yaitu

    Problematika Phonetik/Tata Bunyi, Kosa kata, Tulisan, Morfologi,

    Sintaksis, Semantik. Dan Problematika Non Linguistik, diantaranya dari

    unsur Guru/Pendidik, Peserta didik, Materi Ajar dan Media / Sarana

    Prasarana, serta sosiokultural yang bebeda antara Indonesia dan Arab,

    tentunya mempunyai kondisi social yang berbeda yang kan menjadi

    problem dalam pembelajaran bahasa Arab.

    3. Jurnal yang ditulis oleh Ahmad Zaki Fuad Dosen Fakultas Tarbiyah dan

    Keguruan UIN Sunan Ampel Surabaya dengan judul Problematika

    Pembelajaran Bahasa Arab di Indonesia tahun 2015 adapun hasil

    penelitiannya sebagai berikut:

    Eksistensi dan perkembangan Bahasa Arab di Indonesia

    mengalami transformasi dari waktu ke waktu. Sejak Islam datang

    bersama dengan Bahasa Arab sebagai bahasa kitab suci (Al-Qur’an) dan

    bahasa ritual ibadah bagi umat Islam perkembangan bahasa Arab

    mengalami stagnasi, hal ini disebabkan banyak problematika dalam

    proses pemahaman, perkembangan dan pembelaajaran. Problematika

    tersebut terbagi menjadi tiga aspek: aspek politik, aspek sosiologis, dan

    Problematika Pembelajaran Al- Islam…, Pupi Eko Retnani, Fakultas Agama Islam UMP, 2018

  • 41

    aspek metodologis. Problematika pembelajaran Bahasa Arab bisa

    diselesaikan dengan cara merumuskan kebijakan yang berpihak terhadap

    perkembangan Arab, mempelajari bahasa Arab dengan pendekatan

    continuitas dan integratif serta meningkatkan sumber daya manusia

    melalui pendidikan yang profesional sehingga dapat menemukan dan

    memilih metode yang tepat dalam mengajarkan bahasa Arab sesuai

    dengan kondisi dan kultur masyarakat Indonesia.

    Bedasarkan jurnal di atas memang telah ada penelitian yang

    hampir sama dengan penelitian yang akan penulis lakukan yaitu sama-

    sama meneliti tentang problematika pembelajaran, namun ada perbedaan

    yaitu dalam penelitian yang akan penulis lakukan dengan penelitian

    terdahulu yaitu terletak pada tempat penelitian dan variabel mata

    pelajaran. Pada penelitian terduhulu fokus pada pembelajaran bahasa

    Arab, sedangkan pada penelitian yang akan penulis lakukan fokus pada

    pembelajaran Al-Islam dan kemuhammadiyahan. Kemudian yang lebih

    membedakan lagi adalah kurikulum yang dipakai peneliti memilih mata

    pelajaran Al-Islam dan kemuhammadiyahan kurikulum 2013

    dikarenakan matapelajaran ini baru dilaksanakan serentak pada

    perguruan muhammadiyah tingkat SMP pada tahun pelajaran 2017/2018.

    Problematika Pembelajaran Al- Islam…, Pupi Eko Retnani, Fakultas Agama Islam UMP, 2018