BAB II TINJAUAN PUSTAKA A. Pondok Pesantrenrepository.poltekkes-tjk.ac.id/592/4/BAB II.pdf · 2019....
Transcript of BAB II TINJAUAN PUSTAKA A. Pondok Pesantrenrepository.poltekkes-tjk.ac.id/592/4/BAB II.pdf · 2019....
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA
A. Pondok Pesantren
Pondok Pesantren Merupakan lembaga pendidikan islam yang tertua di
Indonesia.Lembaga pondok pesantren memainkan peranan penting dalam usaha
memberikan pendidikan bagi bangsa indonesia terutama pendidikan
agama.Kehadiran pondok pesantren di tengah-tengah masyarakat tidak hanya
sebagai lembaga pendidikan tetapi juga sebagai lembaga penyiaran agama dan
sosial keagamaan, (Jurnal Darul’ilmi Vol. 01 No. 02 tahun 2013 : 166).
Pengelolaan makanan merupakan suatu keharusan terutama bagi institusi
Pondok Pesantren, yang bertujuan untuk mendapatkan makanan yang terjamin
dari segi kualitas maupun kuantitas. Pengolahan makanan adalah rangkaian
kegiatan yang meliputi penerimaan bahan mentah atau makanan terolah,
pembuatan, pengubahan bentuk, pengemasan, pewadahan, pengangkutan dan
penyajian, (Permenkes 1096/MENKES/SK/VII/2011 : 3).
Makanan diperlukan untuk kehidupan, karena dari makanan didapatkan
energy (tenaga) yang diperlukan untuk melangsungkan berbagai faal tubuh,
(Azwar, 1990 : 17).
Kontaminasi yang terjadi pada makanan dapat menyebabkan berubahnya
makanan tersebut menjadi media bagi suatu penyakit. Penyakit yang ditimbulkan
oleh makanan yang terkontaminasi di sebut penyakit bawaan makanan (food-
borne diseases)Bahaya kontaminasi makanan,2011.http//www.ojimari.com).
Salah satu penyebab terjadinya keracunan makanan akibat pengaruh hygiene
peralatan makanan yang dipergunakan dalam proses penyediaan makanan. Oleh
karena itu untuk mengetahui keadaan hygiene alat makan perlu dilakukan
pemeriksaan laboratorium usap alat makan meliputi pemeriksaan angka kuman.
B. Pengertian Hygiene Sanitasi Makanan
Makanan adalah kebutuhan pokok manusia yang diperlukan setiap saat dan
harus ditangani dan dikelola dengan baik dan benar agar bermanfaat bagi
tubuh.pengelolaan yang baik dan benar pada dasarnya adalah mengelola makanan
berdasarkan kaidah- kaidah dari prinsip hygiene dan sanitasi makanan, (Depkes
RI, 2006 :83).
Makanan adalah sumber energy satu-satunya bagi manusia. Karena jumlah
penduduk yang terus berkembang, maka jumlah produksi makanan pun harus
terus bertambah melebihi jumlah penduduk, apabila kecukupan pangan harus
tercapai, (Sulistiyo, 2013 : 52).
Makanan adalah semua substansi yang dibutuhkan oleh tubuh tidak termasuk
air, obat-obatan, dan substansi-substansi lain yang digunakan untuk pengobatan.
Makanan juga berfungsi sebagai sumber energy karena panas dapat dihsilkan dari
makanan seperti juga energy, makanan sebagai zat pembangun karena makanan
berguna untuk membangun jaringan tubuh yang baru, memelihara, dan
memperbaiki jaringan tubuh yang sudah tua, dan makanan sebagai zat pengatur
karena makanan turut serta mengatur prose salami, kimia, dan proses faal dalam
tubuh, (Budiman, 2006 : 43 ).
Hygiene adalah upaya kesehatan dengan cara memelihara dan melindungi
kebersihan individu subyeknya. Misalnya mencuci tangan untuk melindungi
kebersihan tangan, mencuci piring melindungi kebersihan piring, membuang
bagian makanan yang rusak untuk melindungi kebutuhan makanan secara
keseluruhan, (Depkes RI, 2006 : 83).
Hygiene sanitasi makanan adalah upaya untuk mengendalikan factor risiko
terjadinya kontaminasi terhadap makanan, baik yang berasal dari bahan makanan,
orang tempat dan peralatan agar aman dikonsumsi, (Permenkes
1096/MENKES/SK/VII/ 2011: 3 ).
Sanitasi adalah semua upaya yang dilakukan dalam rangka memelihara dan
meningkatkan derajat kesehatan dan keamanan, melalui kegiatan kebersihan dan
faktor-faktor lingkungan yang dapat menimbulkan gangguan penyakit. Kegiatan
sanitasi sebagai contohnya meliputi mencuci bahan makanan yang akan diolah,
mencuci peralatan yang akan dipergunakan dalam pengolahan makanan, mencuci
tangan yang akan menjamah makanan, membersihkan tempat pengolahan
makanan, seperti lantai, meja, dinding, dan lain-lain, (Depkes RI, 2008 : 78 ).
C. Prinsip Sanitasi Pengolahan Makanan
Menurut Peraturan Menteri Kesehatan Republik Indonesia Nomor
1096/MENKES/PER/VI/2011, prinsip higiene sanitasi makanan ada 6 yaitu:
1. Pemilihan bahan makanan
a. Bahan makanan mentah (segar) yaitu makanan yang perlu
pengolahansebelum dihidangkan seperti :
1) Daging, susu, telor, ikan/udang, buah dan sayuran harus dalam
keadaan baik, segar dan tidak rusak atau berubah bentuk, warna dan rasa, serta
sebaiknya berasal dari tempat resmi yang diawasi.
2) Jenis tepung dan biji-bijian harus dalam keadaan baik, tidak berubah
warna, tidak bernoda dan tidak berjamur.
3) Makanan fermentasi yaitu makanan yang diolah dengan bantuan
mikroba seperti ragi atau cendawan, harus dalam keadaan baik, tercium aroma
fermentasi, tidak berubah warna, aroma, rasa serta tidak bernoda dan tidak
berjamur.
b. Bahan Tambahan Pangan (BTP) yang dipakai harus memenuhi
persyaratan sesuai peraturan yang berlaku.
c. Makanan olahan pabrik yaitu makanan yang dapat langsung dimakan
tetapi digunakan untuk proses pengolahan makanan lebih lanjut yaitu :
1) Makanan dikemas
a) Mempunyai label dan merk
b) Terdaftar dan mempunyai nomor daftar
c) Kemasan tidak rusak/pecah atau kembung
d) Belum kadaluwarsa
e) Kemasan digunakan hanya untuk satu kali penggunaan
2) Makanan tidak dikemas
a) Baru dan segar
b) Tidak basi, busuk, rusak atau berjamur
c) Tidak mengandung bahan berbahaya
2. Penyimpanan bahan makanan
a. Tempat penyimpanan bahan makanan harus terhindar dari
kemungkinan kontaminasi baik oleh bakteri, serangga, tikus dan hewan lainnya
maupun bahan berbahaya.
b. Penyimpanan harus memperhatikan prinsip first in first out (FIFO) dan
first expired first out (FEFO) yaitu bahan makanan yang disimpan terlebih dahulu
dan yang mendekati masa kadaluarsa dimanfaatkan/digunakan lebih dahulu.
c. Tempat atau wadah penyimpanan harus sesuai dengan jenis bahan
makanan contohnya bahan makanan yang cepat rusak disimpan dalam lemari
pendingin dan bahan makanan kering disimpan ditempat yang kering dan tidak
lembab.
d. Penyimpanan bahan makanan harus memperhatikan suhu sebagai
berikut :
Tabel 2.1
Suhu penyimpanan bahan makanan
No Jenis bahan makanan Digunakan dalam waktu
3 hari atau
kurang
1 minggu atau
kurang
1 minggu
atau lebih
1. Daging, ikan, udang,
dan olahannya
-50 s/d 0
0C -10
0 s/d -5
0C > -10
0C
2. Telor, susu, dan
olahannya
50 s/d 7
0C -5
0 s/d 0
0C > -5
0C
3. Sayur, buah, dan
minuman
100C 10
0C 10
0C
4. Tepung, dan biji 250
atau suhu
ruang
250
atau suhu
ruang
250 atau suhu
ruang
e. Ketebalan dan bahan padat tidak lebih dari 10 cm
f. Kelembaban penyimpanan dalam ruang: 80%-90%
g. Penyimpanan bahan makanan olahan pabrik makanan dalam kemasan
tertutup disimpan pada suhu 100C
h. Tidak menempel pada lantai, dinding, atau langit-langit dengan
ketentuan sebagai berikut:
1) Jarak bahan makanan dengan lantai : 15 cm
2) Jarak bahan makanan dengan dinding : 5 cm
3) Jarak bahan makanan dengan langit-langit : 60 cm
3. Pengolahan makanan
Pengolahan makanan adalah proses pengubahan bentuk dari bahan mentah
menjadi makanan jadi/masak atau siap santap, dengan memperhatikan kaidah cara
pengolahan makanan yang baik yaitu:
a. Tempat pengolahan makanan atau dapur harus memenuhi persyaratan
teknis hygiene sanitasi untuk mencegah resiko pencemaran terhadap makanan dan
dapat mencegah masuknya lalat, kecoa, tikus, dan hewan lainnya.
b. Menu disusun dengan memperhatikan:
1) Pemesanan dari konsumen
2) Ketersediaan bahan, jenis dan jumlahnya
3) Keragaman variasi dari setiap menu
4) Proses dan lama waktu pengolahannya
5) Keahlian dalam mengolah makanan dari menu terkait
c. Memilih bahan sortir untuk memisahkan/membuang bagian bahan yang
rusak/afkir dan untuk menjaga mutu dan keawetan makanan serta mengurangi
risiko pencemaran makanan.
d. Peracikan bahan, persiapan bumbu, persiapan pengolahan dan prioritas
dalam memasak harus dilakukan sesuai tahapan dan harus higienis dan semua
bahan yang siap dimasak harus dicuci dengan air mengalir.
e. Peralatan
1) Peralatan yang kontak dengan makanan
a) Peralatan masak dan peralatan makan harus terbuat dari bahan
tara pangan (food grade) yaitu peralatan yang aman dan tidak berbahaya bagi
kesehatan.
b) Lapisan permukaan peralatan tidak larut dalam suasana asam/basa
atau garam yang lazim terdapat dalam makanan dan tidak mengeluarkan bahan
berbahaya dalam logam berat seperti Timah hitam (Pb), Arsenikum (As),
Tembaga (Cu), Seng (Zn), Cadmium (Cd), Antimony (Stibium).
c) Telenan terbuat dari bahan selain kayu, kuat dan tidak melepas
bahan beracun
d) Perlengkapan pengolahan seperti kompor, tabung gas, lampu,
kipas angina harus bersih, kuat dan berfungsi dengan baik, tidak menjadi sumber
pencemaran dan tidak menyebabkan sumber bencana (kecelakaan).
2) Wadah penyimpanan makanan
a) Wadah yang digunakan harus mempunyai tutup yang dapat
menutup sempurna dan dapat mengeluarkan udara panas dari makanan untuk
mencegah pembunuhan (kondensasi).
b) Terpisah untuk setiap jenis makanan, makanan jadi/masak serta
makanan basah dan kering
3) Peralatan bersih yang siap pakai tidak boleh dipegang di bagian yang
kontak langsung dengan makanan basah dan kering.
4) Kebersihan peralatan harus tidak ada kuman eschericia coli (E.coli)
dan kuman lainnya.
5) Keadaan peralatan harus utuh, tidak cacat, tidak retak, tidak gompal
dan mudah dibersihkan.
f. Persiapan pengolahan harus dilakukan dengan menyiapkan semua
peralatan yang akan digunakan dan bahan makanan yang akan diolah sesuai
urutan prioritas.
g. Pengaturan suhu dan waktu perlu diperhatikan karena setiap bahan
makanan mempunyai waktu kematangan yang berbeda. Suhu pengolahan minimal
900C agar kuman pathogen mati dan tidak boleh terlalu lama agar kandungan zat
gizi tidak hilang akibat penguapan.
h. Prioritas dalam memasak
1) Dahulukan memasak makanan yang tahan lama seperti goring-
gorengan yang kering
2) Makanan rawan seperti makanan berkuah dimasak paling akhir
3) Simpan bahan makanan yang belum waktunya dimasak pada
kulkas/lemari es
4) Simpan makanan jadi/masak yang belum waktunya dihidangkan
dalam keadaan panas
5) Perhatikan uap makanan jangan sampai masuk kedalam makanan
karena akan menyebabkan kontaminasi ulang
6) Tidak menjamah makanan jadi/masak dengan tangan tetapi harus
menggunakan alat seperti penjepit atau sendok.
7) Mencicipi makanan menggunakan sendok khusus yang selalu dicuci.
i. Hygiene penanganan makanan
1) Memperlakukan makanan secara hati-hati dan seksama sesuai
dengan prinsip hygiene sanitasi makanan
2) Menempatkan makanan dalam wadah tertutup dan menghindari
penempatan makanan terbuka dengan tumpang tindih karena akan mengotori
makanan dalam wadah dibawahnya.
4. Penyimpanan makanan jadi/masak
a. Makanan tidak rusak, tidak busuk atau basi yang ditandai dari rasa, bau,
berlendir, berubah warna, berjamur, berubah aroma atau adanya cemaran lain.
b. Menurut persyaratan bakteriologis berdasarkan ketentuan yang berlaku
1) Angka kuman E.coli pada makanan harus 0/gr contoh makanan
2) Angka kuman E.coli pada minuman harus 0/gr contoh minuman
c. Jumlah kandungan logam berat atau residu pestisida, tidak boleh
melebihi ambang batas yang diperkenankan menurut ketentuan yang berlaku.
d. Penyimpanan harus memperhatikan prinsip first in firs out (FIFO) dan
first expired first out (FEFO) yaitu makanan yang disimpan terlebih dahulu dan
yang mendekati masa kadaluwarsa dikonsumsi terlebih dahulu.
e. Tempat atau wadah penyimpanan harus terpisah untuk setiap jenis
makanan jadi dan mempunyai tutup yang dapat menutup sempurna tetapi
berventilasi yang dapat mengeluarkan uap air.
f. Makanan jadi tidak dicampur dengan bahan makanan mentah
g. Penyimpanan makanan jadi harus memperhatikan suhu berikut:
Tabel 2.2
Penyimpanan makanan jadi/masak
No Jenis makanan Suhu penyimpanan
Disajikan
dalam waktu
lama
Akan
segera
disajikan
Belum
segera
disajikan
1. Makanan kering 250 s/d 30
0C
2. Makanan basah
(berkuah)
> 600C -10
0C
3. Makanan cepat basi
(santan, telur, susu)
≥65,50C -5
0C s/d -
10C
4. Makanan disajikan
dingin
50C s/d 10
0C <10
0C
5. Pengangkutan makanan
a. Pengangkutan bahan makanan
1) Tidak tercampur dengan bahan berbahaya dan beracun (B3)
2) Menggunakan kendaraan khusus pengangkut bahan makanan yang
higienisHygiene sanitasi makanan adalah upaya untuk mengendalikan factor
risiko terjadinya kontaminasi terhadap makanan, baik yang berasal dari bahan
makanan, orang tempat dan peralatan agar aman dikonsumsi
3) Bahan makanan tidak boleh diinjak, dibanting dan diduduki
4) Bahan makanan yang selama pengangkutan harus selalu dalam
keadaan dingin, diangkut menggunakan alat pendingin sehingga bahan makanan
tidak rusak seperti daging, susu cair dan sebagainya
b. Pengangkutan makanan jadi/masak/siap santap
1) Tidak bercampur dengan bahan berbahaya dan beracun (B3)
2) Menggunakan kendaraan khusus pengangkut makanan jadi/masak
dan harus selalu higienis
3) Setiap jenis makanan jadi mempunyai wadah masing-masing dan
tertutup.
4) Wadah harus utuh, kuat, tidak karat dan ukurannya memadai dengan
jumlah makanan yang akan ditempatkan
5) Isi tidak boleh penuh untuk menghindari terjadi uap makanan yang
mencair (kondensasi)
6) Pengngkutan untuk waktu lama, suhu harus diperhatikan dan diatur
agar makanan tetap panas pada suhu 600C atau tetap dingin pada
suhu 400C.
6. Penyajian makanan
a. Makanan dinyatakan layak santap apabila telah dilakukan uji
organoleptic dan uji biologis dan uji laboratorium dilakukan bila ada kecurigaan.
1) Uji organoleptic yaitu memeriksa makanan dengan cara meneliti dan
menggunakan 5 (lima) indra manusia yaitu dengan melihat (penampilan), meraba
(tekstur, keempukan), mencium (aroma), mendengar (bunyi missal telur), menjilat
(rasa). Apabila secara organoleptic baik maka makanan dinyatakan layak santap.
2) Uji biologis yaitu dengan memakan makanan secara sempurna dan
apabila dalam waktu 2 (dua) jam tidak terjadi tanda-tanda kesakitan, makanan
tersebut dinyatakan aman.
3) Uji laboratorium dilakukan untuk mengetahui tingkat cemaran
makanan baik kimia maupun mikroba. Untuk pemeriksaan ini diperlukan sampel
makanan yang diambil mengikuti standar/prosedur yang benar dan hasilnya
dibandingkan dengan standar yang telah baku.
b. Tempat penyajian
Perhatikan jarak dan waktu tempuh dari tempat pengolahan makanan ke
tempat penyajian serta hambatan yang mungkin terjadi selama pengangkutan
karena akan mempengaruhi kondisi penyajian. Hambatan diluar dugaan sangat
mempengaruhi keterlambatan penyajian.
c. Cara penyajian
Penyajian makanan jadi/siap santap banyak ragam tergantung dari
pesanan konsuman yaitu:
1) Penyajian meja (table service) yaitu penyajian dimeja secara
bersama, umumnya untuk acara keluarha atau petemuan kelompok dengan jumlah
terbatas 10 sampai 20 orang.
2) Prasmanan (buffet) penyajian terpusat untuk semua jenis makanan
yang dihidangkan dan makanan dapat dipilih sendiri untuk dibawah ke tempat
masing-masing.
3) Saung (ala carte) yaitu penyajian terpisah untuk setiap jenis
makanan dan setiap orang dapat mengambil makanan sesuai dengan kesukaanya.
4) Dus (box) yaitu penyajian dengan kotak kertas atau kotak plastic
yang sudah berisi menu makanan lengkap termasuk air minum dan buah yang
biasanya untuk acara makan siang.
5) Nasi bungkus (pack/wrap) yaitu penyajian makanan dalam satu
campuran menu (mix) yang dibungkus dan siap santap.
6) Layanan cepat (food counter) yaitu penyajian makanan dalam satu
rak makanan (food counter) dirumah makan dengan cara mengambil sen
7) Lesehan yaitu penyajian makandiri makanan yang dikehendaki dan
membayar makanan tersebut sebelum dimakan.an dengan cara hidangan dilantai
atau meja rendah dengan duduk di lantai dengan menu lengkap.
d. Prinsip penyajian
1) Wadah yaitu setiap jenis makanan di tempatkan dalam wadah
terpisah, tertutup agar tidak terjadi kontaminasi silang dan dapat memperpanjang
masa saji makanan sesuai dengan tingkat kerawanan makanan.
2) Kadar air yaitu makanan yang mengandung kadar air tinggi
(makanan berkuah) baru dicampur pada saat menjelang dihidangkan untuk
mencegah makanan cepat rusak dan basi.
3) Pemisah yaitu makanan yang ditempatkan dalam wadah yang sama
seperti dus atau rantang harus dipisah dari setiap jenis makanan agar tidak saling
campur aduk.
4) Panas yaitu makanan yang harus disajikan panas diusahakan tetap
dalam keadaan panas dengan memperhatikan suhu makanan, sebelum
ditempatkan dalam alat saji panas (food warmer/bean merry) makanan harus
berada pada suhu > 600C.
5) Bersih yaitu semua peralatan yang digunakan harus higienis, utuh,
tidak cacat atau rusak.
6) Handling yaitu setiap penanganan makanan maupun alat makan
tidak kontak langsung dengan anggota tubuh terutama tangan dan bibir.
7) Endible part yaitu semua yang disajikan adalah makan yang dapat
dimakan, bahan yang tidak dapat dimakan harus disingkirkan.
8) Tepat penyajian yaitu pelaksanaan penyajian makanan harus tepat
sesuai dengan seharusnya yaitu tepat menu, tepat waktu, tepat tata hidang dan
tepat volume (sesuai jumlah).
e. Sampel atau contoh
1) Setiap menu makanan harus ada satu porsi sampel (contoh) makanan
yang disimpan sebagai bank sampel untuk konfirmasi bila terjadi gangguan atau
tuntutan konsumen
2) Penempatan sampel untuk setiap jenis makanan dengan
menggunakan kantong plastic steril dan sampel disimpan dalam suhu 100C selama
1 x 24 jam
3) Sampel yang sudah tidak diperlukan lagi tidak boleh dimakan tetapi
harus dibuang.
4) Jumlah makanan yang diambil untuk sampel sebagai berikut:
Tabel 2.3
Jumblah makanan yang diambil untuk sampel
No. Jenis Makanan Jumbah Sampel
1. Makanan Kering/Gorengan dan Kue 1 potong
2. Makanan Berkuah/Sayur 1 potong + kuah 1 sendok
3. Makanan Penyedap/Sambal 2 sendok makan
4. Makanan Cair 1 sendok sayur
5. Nasi 100 gram
6. Minuman 10 C
D. Penyediaan Air Bersih di Tempat Pengolahan Makanan (TPM)
Air diperlukan oleh tubuh seperti halnya udara, tanpa air manusia dapat
dipastikan tak bisa bertahan hidup, demikian pula mahluk lainnya seperti hewan
dan tumbuh-tumbuhan, (Depkes RI:2001 : 88).
1. Peranan air mempengaruhi kesehatan
Mengingat pentingnya air bagi kehidupan, maka air harus dikelola dengan
sangat hati-hati karena air dapat berperan mengganggu kesehatan manusia, yaitu
sebagai:
a. Media penyebaran penyakit secara langsung kepada manusia.
b. Media perkembangbiakan penyakit.
c. Penyebab penyakit pada manusia.
Penyakit-penyakit akut (penyakit timbul dalam beberapa jam sampai dua
hari) yang ditularkan melalui air dan penyebabnya biasanya bakteri/kuman/virus,
seperti contoh berikut ini:
a. Kholera, penyebabnya Vibrio cholera
b. Thyphus perut, penyebabnya salmonella typhi A, B, C, D
c. Dysentri, penyebabnya Entamoeba hystolitica dan Shigella dysentriae,
termasuk jenis Amoeba.
d. Diare, penyakit mencret karena bermacam-macam penyebab
diantaranya karena Shigella, Salmonella, Eschericia coli, Virus dan
sebagainya.
e. Hepatitis, disebabkan oleh semacam virus hepatitis.
f. Leptospirosis, disebabkan oleh kuman leprospira yang berbentuk
seperti spiral.
2. Pencegahan rekontaminasi
Air bersih yang berasal dari sarana air bersih (SAB) sampai dengan dapat
diminum dan dimanfaatkan biasanya melalui beberapa tahap, yaitu:
a. Tahap pengambilan dari SAB
Pengambilan air dari sarana sangat ditentukan olh jenis dari sarana yang
dimiliki.Hal ini berhubungan dengan alat pengambil yang dipakai, seperti timba
(untuk sumur gali), kran dengan slang air (untuk air ledeng/perpipaan), pompa
tangan, pompa plastic dan lain-lain. Penanganan yang disarankan terhadap
pengelolaan peralatan pengambilan air yang dipakai adalah sebagai berikut:
1) Timba
Harus khusus (hanya dipergunakan untuk mengambil air) dengan
perlengkapan tali yang dijaga selalu kebersihannya.Timba dan tali harus
digantung setelah dipakai, jangan diletakkan dilantai.
2) Kran air yang diperlengkapi dengan slang.
Slang harus diusahakan selalu bersih dan dibebaskan dari sisa-sisa
air bila telah selesai dipakai, untuk menghindari tumbuhnya lumut. Ganti apabila
slang yang dipakai telah bocor. Penyimpanan sebaiknya digulung dan
digantung.Hindarkan dari genangan air kotor dan lain-lain.
b. Tahap pengangkutan air
1) Tempat atau wadah yang dipakai mengangkut air harus dijaga
kebersihannya dan dilengkapi dengan tutup.
2) Apabila air terpaksa harus diangkut dengan mobil tangki, maka
tangki harus dijaga kebersihannya dan harus memakai tangki yang memang
khusus dipakai untuk mengangkut air bersih.
3) Tahap penyimpanan air
a) Wadah/tempat penampungan air bersih harus tertutup rapat dan
sering dibersihkan secara rutin, paling sedikit satu kali seminggu.
b) Wadah/tempat penampungan harus diletakkan di tempat yang
sedemikian rupa sehingga tidak mempunyai risiko terhadap pencemaran.
4) Tahap pemasakan
a) Air sebaiknya dimasak dengan menggunakan alat yang tidak
mengandung bahan beracun dan berbahaya.
b) Diusahakan alat yang dipakai memasak air tidak terbuat dari
bahan yang mudah berkarat.
c) Ganti semua peralatan memasak apabila terbukti berkarat, apabila
mengandung bahan berbahaya dan beracun.
5) Tahap penyimpanan air masak
a) Wadah/tempat untuk menyimpan air harus selalu tertutup
b) Wadah/tempat untuk menyimpan air harus selalu bersih.
c) Wadah/tempat untuk menyimpan air harus diletakkan sedemikian
rupa agar tidak mudah dicapai oleh serangga atau binatang lainnya.
E. Persyaratan kesehatan tempat pengelolaan makanan (TPM)
Lokasi dan bangunan yang tidak memenuhi syarat kesehatan akan
memudahkan terjadinya terkontaminasi makanan oleh mikroorganisme seperti
bakteri, jamur, virus, dan parasite serta bahan-bahan kimia yang dapat
menimbulkan risiko terhadap kesehatan, (Depkes RI:2001 : 99).
1. Rincian persyaratan
a. Lokasi
Lokasi TPM harus jauh dan dari pencemaran yang diakibatkan antara
lain oleh bahan pencemar seperti banjir, udara (debu, asap, serbuk, bau), bahan
padat (sampah, serangga, tikus) dan sebagainya.
b. Kontruksi
Kontruksi bangunan TPM harus bersih, kuat, aman dan terpelihara
sehingga mencegah terjadinyakecelakaan dan pencemaran.
c. Halaman
Halaman harus selalu kering dan terpelihara kebersihannya, tidak
banyak serangga misalnya lalat, kecoa, dan tersedia tempat sampah.
d. Tata ruang
Pembagian ruang untuk restoran dan rumah makan minimal terdiri dari
dapur, gudang, ruang makan, toilet, ruang karyawan dan ruang
administrasi.Ruangan harus ditata dengan baik sesuai dengan fungsinya, sehingga
memudahkan arus tamu, arus karyawan, arus bahan makanan dan makanan jadi
serta barang-barang lainnya yang dapat mencemari makanan.Ruang dan barang-
barang ditata sedemikian rupa agar mudah dibersihkan setiap hari.
e. Lantai
Lantai dibuat sedemikian rupa sehingga selalu bersih, kering, tidak
mudah rusak, tidak lembab, tidak ada retakan atau celah tidak licin dan tahan
terhadap kebersihan yang berulang-ulang.Dibuat miring (1-2%), bahan harus kuat,
rata, kedap air, dan dipasang dengan rapi.
f. Dinding
Permukaan dinding harus rata dan halus, berwarna terang, tidak lembab
dan mudah dibersihkan.Dibuat dari bahan yang kuat, kering, tidak menyerap air,
dipasang rata tanpa celah/retak.
g. Atap dan langit-langit
Atap tidak bocor, cukup landai dan tidak menjadi sarang serangga dan
tikus. Langit-langit harus bersih, bebas dari retakan, tinggi langit-langit minimal
2,4 meter di atas lantai, dan tidak menjadi sarang serangga dan tikus.
h. Pintu dan jendela
Pintu dibuat dapat menutup sendiri atau dilengkapi peralatan anti lalat,
seperti kawat kasa, tirai plastic, pintu rangkap dan lain-lain.Bagian bawah pintu
dilapisi logam setinggi 36 cm, untuk mencegah masuknya tikus.Jarak pintu
dengan lantai harus cukup rapat tidak lebih dari 5 mm.
i. Pencahayaan
Intensitas pencahayaan disetiap ruanag kerja harus cukup terang, tidak
menyilaukan dan tersebar merata untuk melakukan pekerjaan.
j. Ventilasi/penghawaan
Lubang penghawaan incidental (misalnya jendela yang bisa dibuka dan
ditutup).Jumlah lubang penghawaan minimal 10% dari luas lantai.
k. Ruangan pengolahan makanan
Ruang pengolahan makanan mudah dibersihkan dan tidak boleh
berhubungan langsung dengan jamban, paturusan dan kamar mandi.
l. Fasilitas pencucian peralatan dan bahan makanan
Terbuat dari bahan yang kuat, tidak berkarat dan mudah dibersihkan.
m. Tempat cuci tangan
Tersedia tempat cuci tangan yang terpisah dengan tempat cuci peralatan
maupun bahan makanan yang dilengkapi dengan air kran, saluran pembuangan
tertutup, bak penampungan, sabun dan pengering.
n. Air bersih
Air bersih harus tersedia dengan cukup untuk seluruh kegiatan
pengelolaan makanan.Air bersih secara fisik adalah jernih, tidak berwarna, tidak
berbau, tidak berasa dan bebas kuman penyakit.
o. Jamban dan paturusan
Jamban harus dibuat dengan leher angsa dan dilengkapi dengan air
penyiraman dan untuk pembersih badan yang cukup serta tissue dan diberi
tanda/tulisan pemberitahuan bahwa setiap pemakai harus mencuci tangan dengan
sabun sesudah menggunakan jamban.
p. Kamar mandi
TPM harus dilengkapi dengan kamar mandi dengan air kran mengalir
dan saluran air limbah yang memenuhi pedoman plumbing. Jamban kamar mandi
harus mencukupi kebutuhan paling sedikit 1 (satu) buah untuk 1-10 orang.
q. Tempat sampah
Tempat sampah untuk menampung sampah sementara dibuat dari bahan
yang kuat, kedap air dan tidak mudah berkarat.Mempunyai tutup dan memakai
kantong plastic khusus untuk sisa-sisa bahan makanan dan makanan jadi yang
cepat membusuk.
r. Fasilitas penyimpanan pakaian (locker) karyawan
Locker karyawan dibuat dari bahan yang kuat, aman, mudah
dibersihkan dan tertutup rapat.
F. Hygiene perorangan (personal hygiene)
Kebersihan penjamah makanan dalam istilah populernya disebut hygiene
perorangan (personal hygiene) merupakan kunci kebersihan dalam pengolahan
makanan yang aman dan sehat, (Depkes RI:2001 : 78).
1. Prinsip hygiene perorangan
Prinsip hygiene perorangan atau yang disebut juga dengan kebersihan diri,
dalam penerapannya adalah sebagai berikut:
a. Mengetahui sumber cemaran dari tubuh:
Tubuh manusia selain sebagai alat kerja yang merupakan sumber
cemaran bagi manusia lain dan lingkungannya termasuk kepada makanan dan
minuman.
1) Sumber cemaran yang penting untuk diketahui adalah: Hidung,
mulut, telinga, isi perut dan kulit. Semua yang menjadi sumber cemaran dari
tubuh harus selalu dijaga kebersihannya agar tidak menjadi potensi pencemaran
nya. Cara-cara menjaga kebersihan sebagai mana lazimnya sebagai berikut:
a) Mandi secara teratur dengan sabun dan air bersih dengan cara
yang baik dan benar.
b) Menyikat gigi dengan pasta dan sikat gigi.
c) Berpakaian bersih.
d) Membiasakan membersihkan lubang hidung, lubang telinga, sela
kuku secara rutin dan teratur sehingga bagian tersebut bersih.
e) Setelah buang air baik besar maupun kecil harus mencuci tangan
dengan air yang bersih dengan sabun.
f) Kulit harus dijaga kebersihannya terutama dari bahan-bahan
kosmetik yang tidak perlu.
2) Sumber lain yang penting adalah: Luka terbuka atau koreng, bisul
atau nanah dan rambut. Perlu upaya dalam penanganan makanan yaitu:
a) Luka teriris segera ditutup dengan plester tahan air
b) Koreng dan bisul tahap dini ditutup dengan plester tahan air.
c) Rambut ditutup dengan penutup rambut yang menutup bagian
depan sehingga tidak terurai.
3) Sumber cemaran karena perilaku
Selain akibat tubuh dapat pula sumber cemaran karena perilaku
pengelola makanan yang dapat menularkan penyakit kepada makanan antara lain
karena:
a) Tangan yang kotor
Kebersihan tangan sangat penting bagi setiap orang terutama bagi
penjamah makanan.Kebiasaan mencuci tangan yang setiap saat harus
dibiasakan.Dengan kebiasaan mencuci tangan sangat membantu dalam mencegah
penularan bakteri dari tangan kepada makanan.
b) Batuk bersin atau percikan ludah
Bila penjamah batuk karena sakit akan batuk terus menerus
sehingga mengganggu pekerjaan selainjuga akan menularkan penyakitnya, karena
itu harus diistirahatkan untuk berobat. Ludah merupakan sumber cemaran yang
akan tersebar ke udara selagi berbicara atau tertawa. Oleh Karena itu tidak
dibenarkan bergurau didepan makanan atau berkata-kata saat bekerja.
c) Menyisir rambut
Rambut adalah bagian atas tubuh yang melindungi kepala dari
sengatan matahari atau debu. Karena itu rambut cepat sekali kotor, bila menyisir
di dapur maka kotoran rambut akan jatuh kedalam makanan. Oleh karena itu
menyisir juga akan menyebabkan pencemaran pada makanan.
d) Perhiasan yang dipakai
Perhiasan yang dipakai akan menjadi sarang kotoran yang
hinggap akibat debu, kotoran melalui keringat dan sebagainya. Perhiasan akan
menjadi sumber cemaran sehingga tidak perlu dipakai sewaktu mengolah
makanan.
4) Sumber yang berasal dari ketidak tahuan penjamah
Ketidak tahuan dapat terjadi karena:
a) Dari asalnya tidak tahu
b) Belum dipahami dalam penggunaanya
c) Tidak disadari bahayanya
G. Penyakit Bawaan Makanan
Penyakit yang berasal dari makanan merupakan kelompok yang penting
dari infeksi dan intoksikasi yang dapat bersifat ringan atau serius yang sering
berakhir dengan kematian, (Depkes RI, 2001 : 65).
H. Kerangka Teori
Sumber: Kerjasama Departemen Kesehatan Republik Indonesia dengan Yayasan
Pelayanan Sanitasi Lingkungan Nasional (PESAN), Kumpulan Modul Kursus
Penyehatan Makanan bagi Pengusaha Makanan dan Minuman, 2001, Jakarta.
Gambar 2.1
6 prinsip Hygiene sanitasi makanan:
1. Pemilihan bahan makanan
2. Penyimpanan bahan makanan
3. Pengolahan bahan makanan
4. Pengangkutan makanan jadi
5. Penyimpanan makanan jadi
6. Penyajian makanan
Higiene
sanitasi
pengelolaan
makanan
I. Kerangka Konsep
Gambar 2.2
6 prinsip Hygiene sanitasi makanan:
1. Pemilihan bahan makanan
2. Penyimpanan bahan makanan
3. Pengolahan bahan makanan
-Tempat
-Tenaga
-Alat
4. Pengangkutan makanan jadi
5. Penyimpanan makanan jadi
6. Penyajian makanan
Higiene sanitasi
pengelolaan
makanan
33
J. Definisi Operasional
Tabel 2.4
Definisi Operasional
NO Variabel Definisi Operasional Cara Ukur Alat Ukur Hasil Ukur
1. Pemilihan bahan
makanan
Kegiatan yang dilakukan
untuk memilih bahan
makanan atau
pengelompokan bahan
makanan yang akan dipilih.
Pengamatan dan
wawancara
Ceklist dan
Kuesioner
1. Memenuhi syarat jika semua
komponen penilaian jawabanya ya.
2. Tidak memenuhi syarat jika salah satu
komponen penilaian jawabanya tidak.
2. Penyimpanan
bahan makanan
Tempat dimana untuk
mengamankan bahan
makanan.
Pengamatan dan
wawancara
Ceklist dan
Kuesioner
1. Memenuhi syarat jika semua komponen
penilaian jawabanya ya.
2. Tidak memenuhi syarat jika salah satu
komponen penilaian jawabanya tidak.
3. Pengolahan
makanan
-Tempat
-Tenaga
-Alat
Tempat dimana makanan
diolah oleh penjamah
makanan sehingga menjadi
makanan terolah.
-Tempat
Adalah suatu tempat dimana
makanan diolah,tempat
pengolahan ini disebut dapur.
-Tenaga
Adalah tenaga yang bekerja
mengolah makanan untuk
santri yang ada di pondok
pesantren Al-Fatah.
Pengamatan dan
wawancara
Ceklist dan
Kuesioner
1. Memenuhi syarat jika semua komponen
penilaian jawabanya ya.
2. Tidak memenuhi syarat jika salah satu
komponen penilaian jawabanya
34
-Alat
Adalah berbagai benda atau
perkakas yang digunakan
untuk mengolah suatu
masakan.
4. Pengangkutan
makanan jadi
Proses memindahkan
makanan dari tempat
pengolahan ketempat
penyajian.
Pengamatan dan
wawancara
Ceklist dan
Kuesioner
1. Memenuhi syarat jika semua komponen
penilaian jawabanya ya.
2. Tidak memenuhi syarat jika salah satu
komponen penilaian jawabanya tidak
5. Penyimpanan
makanan jadi
Tempat atau wadah dimana
makanan yang telah diolah
disimpan.
Pengamatan dan
wawancara
Ceklist dan
kuisioner
1. Memenuhi syarat jika semua komponen
penilaian jawabanya ya.
2. Tidak memenuhi syarat jika salah satu
komponen penilaian jawabanya tidak.
6.
Penyajian
makanan
Proses dimana makanan yang
telah diolah disajikan.
Pengamatan dan
wawancara
Ceklist dan
kuisioner
1. Memenuhi syarat jika semua komponen
penilaian jawabanya ya.
2. Tidak memenuhi syarat jika salah satu
komponen penilaian jawabanya tidak.
35