BAB II TINJAUAN PUSTAKA A. Penelitian Terdahulueprints.umm.ac.id/49569/3/BAB II.pdf · budaya...

16
8 BAB II TINJAUAN PUSTAKA A. Penelitian Terdahulu Subadar dalam penelitian yang berjudul “Membangun Budaya Religius Melalui Kegiatan Supervisi di Madrasah”. Hasil penelitian ini menunjukkan bahwa budaya religius yang diimplementasikan di madrasah merupakan seluruh pengalaman psikologis dari peserta didik baik yang bersifat sosial, emosional, maupun intelektual yang diserap peserta didik selama dalam lingkungan madrasah. Respon psikologis keseharian peserta didik terhadap hal-hal seperti cara-cara guru dan personil madrasah dalam bersikap dan berperilaku (layanan wali kelas dan tenaga administratif), implementasi kebijakan madrasah, kondisi, dan penataan keindahan, kebersihan, dan kenyamanan lingkungan madrasah, semuanya membentuk budaya religius di madrasah. Dalam penyelenggaraan budaya religius di madrasah yaitu melalui metode pembiasaan (membiasakan melakukan perilaku baik) dan metode praktik keseharian (penggunaan simbol-simbol budaya religius). 15 Supriyanto dalam penelitian yang berjudul Strategi Menciptakan Budaya Religius di Sekolah”. Hasil penelitian ini menunjukkan bahwa dalam menciptakan budaya religius di sekolah melalui proses pembelajaran agama Islam di sekolah yang cenderung lebih menitik beratkan pengembangan peserta didik dari ranah kognitif tanpa menyentuh ranah afektif. Cara menciptakan budaya religius disekolah melalui tiga cara antara lain; pendekatan (perintah dan larangan), pembiasaan (pendekatan 15 Subadar, Membangun Budaya Religius Melalui Kegiatan Supervisi di Madrasah . . . . hal. 197-198.

Transcript of BAB II TINJAUAN PUSTAKA A. Penelitian Terdahulueprints.umm.ac.id/49569/3/BAB II.pdf · budaya...

Page 1: BAB II TINJAUAN PUSTAKA A. Penelitian Terdahulueprints.umm.ac.id/49569/3/BAB II.pdf · budaya religius di sekolah melalui proses pembelajaran agama Islam di sekolah yang ... Model

8

BAB II

TINJAUAN PUSTAKA

A. Penelitian Terdahulu

Subadar dalam penelitian yang berjudul “Membangun Budaya Religius

Melalui Kegiatan Supervisi di Madrasah”. Hasil penelitian ini menunjukkan bahwa

budaya religius yang diimplementasikan di madrasah merupakan seluruh pengalaman

psikologis dari peserta didik baik yang bersifat sosial, emosional, maupun intelektual

yang diserap peserta didik selama dalam lingkungan madrasah. Respon psikologis

keseharian peserta didik terhadap hal-hal seperti cara-cara guru dan personil madrasah

dalam bersikap dan berperilaku (layanan wali kelas dan tenaga administratif),

implementasi kebijakan madrasah, kondisi, dan penataan keindahan, kebersihan, dan

kenyamanan lingkungan madrasah, semuanya membentuk budaya religius di

madrasah. Dalam penyelenggaraan budaya religius di madrasah yaitu melalui metode

pembiasaan (membiasakan melakukan perilaku baik) dan metode praktik keseharian

(penggunaan simbol-simbol budaya religius).15

Supriyanto dalam penelitian yang berjudul “Strategi Menciptakan Budaya

Religius di Sekolah”. Hasil penelitian ini menunjukkan bahwa dalam menciptakan

budaya religius di sekolah melalui proses pembelajaran agama Islam di sekolah yang

cenderung lebih menitik beratkan pengembangan peserta didik dari ranah kognitif

tanpa menyentuh ranah afektif. Cara menciptakan budaya religius disekolah melalui

tiga cara antara lain; pendekatan (perintah dan larangan), pembiasaan (pendekatan

15 Subadar, Membangun Budaya Religius Melalui Kegiatan Supervisi di Madrasah . . . . hal.

197-198.

Page 2: BAB II TINJAUAN PUSTAKA A. Penelitian Terdahulueprints.umm.ac.id/49569/3/BAB II.pdf · budaya religius di sekolah melalui proses pembelajaran agama Islam di sekolah yang ... Model

9

persuasif atau mengajak warga sekolah dengan cara halus), dan keteladan (pemberian

motivasi melalui pendekatan persuasif atau ajakan dengan memberikan alasan yang

baik kepada warga sekolah).16

Amru Almu’tasim dalam penelitian yang berjudul “Penciptaan Budaya

Religius Perguruan Tinggi Islam (Berkaca Nilai Religius UIN Maulana Malik Ibrahim

Malang)”. Penelitian ini menunjukkan bahwa dalam pelaksanaan budaya religius di

perguruan tinggi melalui landasan yang kokoh baik secara normative religius maupun

konstitusional, sehingga tidak ada alasan bagi perguruan tinggi untuk mengelak dari

hal tersebut. Cara penciptaan budaya religius melalui beberapa cara antara lain;

pendekatan perintah dan larangan, pembiasaan, keteladanan dan pendekatan

persuasif.17

Karmila dalam penelitian yang berjudul “Model Pengembangan Diri Siswa

Melalui Budaya Religius di Sekolah Menengah Kejuruan Teknologi Informasi (SMK

TI)”. Penelitian ini menunjukkan bahwa dalam pengembangan budaya religius

melalui kegiatan ekstrakurikuler yang dikembangkan menjadi kegiatan keagamaan

yang diselenggarakan sekolah sesuai dengan kebutuhan, potensi, bakat, dan minat

peserta didik. Kegiatan-kegiatan ekstrakurikuler seperti rohis (kerohanian Islam),

najlis ta’lim, belajar membaca dan menulis al-Quran, peringatan hari besar Islam, dan

pesantren ramadhan rutin.18

16 Supriyanto, Strategi Menciptakan Budaya Religius di Sekolah . . . . hal. 471. 17 Amru Almu’tasim, Penciptaan Budaya Religius Perguruan Tinggi Islam . . . . hal. 111-117. 18 Karmila, Model Pengembangan Diri Siswa Melalui Budaya Religius Di Sekolah Menengah

Kejuruan Teknologi Informasi . . . . hal. 84.

Page 3: BAB II TINJAUAN PUSTAKA A. Penelitian Terdahulueprints.umm.ac.id/49569/3/BAB II.pdf · budaya religius di sekolah melalui proses pembelajaran agama Islam di sekolah yang ... Model

10

Mambaul & Rubiati dalam penelitian yang berjudul “Implementasi

Manajemen Partisipatif Dalam Pengembangan Budaya Religius di Sekolah”.

Penelitian ini menunjukkan bahwa dalam mengembangkan budaya religius melalui

manajemen partisipatif yang melibatkan warga sekolah dalam pengambilan

keputusan, pelaksanaan, kontrol dan evaluasi program-program keagamaan dan

dirumuskan melalui visi dan misi sekolah, yang dikembangkan dalam nilai-nilai

pendidikan yang komprehensif, melalui simbol dan praktik dalam enam kegiatan

utama yaitu berseragam Islami, senyum, salam, menyapa, berdoa, shalat dhuzur

berjamaah, membaca al-Quran dan infak.19

Edy Mulyadi dalam penelitian yang berjudul “Strategi Pengembangan

Budaya Religius di Madrasah”. Penelitian ini menunjukkan bahwa budaya religius

dikembangkan dalam tiga kategori, yaitu (a) bentuk budaya ibadah ilahiah yang terdiri

dari sebelum melakukan aktifitas belajar mengajar peserta didik terlebih dahulu

membaca istigfar dan doa, kegiatan shalat berjamaah terutama pada waktu zhuhur

ditata dengan bergiliran sebanyak enam kelas perhari. (b) bentuk budaya ibadah sosial

yang terdiri dari kegiatan peserta didik yang diharuskan melakukan silahturahmi pagi

ketika hendak masuk pintu pagar sekolah dan sudah ada beberapa guru berdiri di dekat

pintu. (c) bentuk budaya ibadah lingkungan hidup yang terdiri dari peserta didik

melakukan kebersihan harian secara terjadwal sesuai kapling masing-masing kelas

dan bahkan khusus dihari jumat ada kegiatan yang disebut jumat bersih.20

19 Mambaul & Rubiati, Manajemen Partisipatif Warga Sekolah dalam Pengembangan

Budaya Religius Peserta Didik . . . . hal. 764. 20 Edi Mulyadi, Strategi Pengembangan Budaya Religius di Madrasah . . . . hal. 5.

Page 4: BAB II TINJAUAN PUSTAKA A. Penelitian Terdahulueprints.umm.ac.id/49569/3/BAB II.pdf · budaya religius di sekolah melalui proses pembelajaran agama Islam di sekolah yang ... Model

11

Berdasarkan beberapa penelitian di atas, terdapat persamaan dengan

penelitian yang dilakukan oleh peneliti yaitu sama-sama membahas budaya religius di

sekolah. Tesis pertama memfokuskan pada membangun budaya religius. Tesis kedua

memfokuskan pada strategi menciptakan budaya religius. Tesis ketiga memfokuskan

pada penciptaan budaya religius. Tesis keempat memfokuskan pada model

pengembangan diri melalui budaya religius. Tesis kelima memfokuskan pada

implementasi budaya religius. Kemudian tesis yang kenam memfokuskan pada

strategi budaya religius. Sedangkan penelitian yang akan saya lakukan memfokuskan

pada pengembangan budaya religius di sekolah.

B. Kerangka Teoretis Masalah Penelitian

1. Pengertian Pengembangan

Pengembangan merupakan suatu usaha untuk meningkatkan kemampuan

teknis, teoretis, konseptual, dan moral sesuai dengan kebutuhan melalui pendidikan

dan latihan. Pengembangan adalah suatu proses mendesain pembelajaran secara

logis, dan sistematis dalam rangka untuk menetapkan segala sesuatu yang akan

dilaksanakan dalam proses kegiatan belajar dengan memperhatikan potensi dan

kompetensi peserta didik.

Pengembangan pembelajaran lebih realistik, bukan sekedar idealisme

pendidikan yang sulit diterapkan dalam kehidupan. Pengembangan pembelajaran

adalah usaha meningkatkan kualitas proses pembelajaran, baik secara materi

maupun metode dan subtitusinya. Secara materi, artinya dari aspek bahan ajar yang

disesuaikan dengan perkembangan pengetahuan, sedangkan secara metodologis dan

Page 5: BAB II TINJAUAN PUSTAKA A. Penelitian Terdahulueprints.umm.ac.id/49569/3/BAB II.pdf · budaya religius di sekolah melalui proses pembelajaran agama Islam di sekolah yang ... Model

12

substansinya berkaitan dengan pengembangan strategi pembelajaran, baik secara

teoritis maupun praktis.21

Berdasarkan pengertian pengembangan yang telah diuraikan di atas dimaksud

dengan pengembangan adalah suatu proses untuk menjadikan potensi yang ada

menjadi sesuatu yang lebih baik dan berguna.

2. Pengertian Budaya

Budaya dalam Kamus Besar Bahasa Indonesia, budaya (culture) diartikan:

fikiran, adat istiadat, sesuatu yang sudah berkembang, sesuatu kebiasaan yang sukar

diubah. Dalam kehidupan sehari-hari kata budaya disebut tradisi, tradisi diartikan

sebagai ide-ide umum, sikap dan kebiasaan masyarakat yang nampak dari perilaku

sehari-hari yang menjadi kebiasaan dari kelompok masyarakat. Koentjaraningrat

1969 mengelompokkan aspek-aspek budaya berdasarkan dimensi wujudnya, yaitu:

(1) komplek gugusan atau ide seperti pikiran, pengetahuan, nilai, keyakinan, norma

dan sikap. (2) komplek aktivitas seperti pola lomunikasi, tari-tarian, ucapan adat. (3)

material hasil benda seperti seni, peralatan dan lain sebagainya.

Berdasarkan pengertian di atas dapat disimpulkan bahwasanya budaya adalah

suatu sistem pengetahuan yang meliputi ide atau gagasan yang terdapat dalam

pikiran manusia, sehingga dalam sehar-hari bersifat abstrak. Sedangkan dalam

perwujudannya adalah berupa perilaku, dan benda-benda yang bersifat nyata yakni

pola perilaku, bahasa, organisasi sosial, religi, seni, tradisi, dan lain-lain yang

21 Hamdani Hamid, Pengembangan Sistem Pendidikan di Indonesia ,(Bandung : Pustaka Setia, 2013),

hal. 125.

Page 6: BAB II TINJAUAN PUSTAKA A. Penelitian Terdahulueprints.umm.ac.id/49569/3/BAB II.pdf · budaya religius di sekolah melalui proses pembelajaran agama Islam di sekolah yang ... Model

13

semuanya ditunjuk untuk membantu manusia dalam melangsungkan kehidupan

bermasyarakatnya.

3. Pengertian Religius

Religius (agama) dalam Kamus Besar Bahasa Indonesia religius adalah

bersifat religi, bersifat keagamaan, yang bersangkut paut pada religi. Menurut Y.B.

Magung Wijaya, religius adalah getaran hati dan sikap personal yang muncul dari

lubuk hati dan lebih mendalam dari ritual agama formal. Dengan demikian religius

berkaitan dengan cita-cita rasa yang mencakup totalitas ke dalam pribadi manusia

(rasio dan rasa manusia). Religius mencakup aspek kehidupan dengan adanya

keyakinan di dalam hati terhadap sang Pencipta yakni Allah SWT. Secara umum,

dimensi religius terdiri dari:

1) Dimensi Keberagamaan

Keberagamaan seseorang bukan hanya dilihat dari satu hal melainkan dari

berbagai macam hal. Hal-hal tersebut kemudian disebut dimensi keberagamaan.

R. Stark dan C.Y Glock dalam Widiyanto ada lima dimensi religiusitas sebagai

berikut:

a) Religious Practice.

Tingkatan sejauh mana seseorang mengerjakan kewajiban ritual di dalam

agamanya, seperti shalat, zakat, puasa dan sebagainya.

b) Religious Belief

Sejauh mana seseorang menerima hal-hal dogmatik di dalam ajaran

agamanya. Misalnya kepercayaan tentang adanya Tuhan, Malaikat, Kitab-

Page 7: BAB II TINJAUAN PUSTAKA A. Penelitian Terdahulueprints.umm.ac.id/49569/3/BAB II.pdf · budaya religius di sekolah melalui proses pembelajaran agama Islam di sekolah yang ... Model

14

kitab, Nabi dan Rasul, hari kiamat, surga, neraka dan lain-lain yang bersifat

dogmatik.

c) Religious Knowledge

Sejauh mana orang mengetahui tentang ajaran agamanya. Hal ini

berhubungan dengan aktivitas seseorang untuk mengetahui ajaran-ajaran

agamanya.

d) Religious Feeling

Dimensi ini terkait dengan perasaan-perasaan dan pengalaman-

pengalaman keagamaan yang pernah dirasakan dan dialami. Misalnya

seseorang merasa dekat dengan Tuhan, seseotang merasa takut berbuat dosa,

seseorang yang merasa doanya dikabulkan Tuhan dan sebagainya.

e) Religious Effect

Dimensi ini mengukur sejauh mana perilaku seseorang dimotivasi oleh

ajaran agamanya dalam kehidupannya. Misalnya mengikuti kegiatan

konversasi lingkungan alam dan lain-lain.

2) Dimensi Keyakinan

Dimensi ini terkait dengan pengharapan-pengharapan dimana orang

yang beragama berpegang teguh pada pandangan teologis tertentu, serta

mengakui doktrin-doktrin tersebut. Setiap agama mempertahankan seperangkat

kepercayaan dimana para penganut diharapkan akan taat. Meskipun isi dan

ruang lingkup keyakinan bervariasi tidak hanya diantara agama-agama

melainkan seringkali terjadi diantara tradisi-tradisi dalam agama yang sama.

Page 8: BAB II TINJAUAN PUSTAKA A. Penelitian Terdahulueprints.umm.ac.id/49569/3/BAB II.pdf · budaya religius di sekolah melalui proses pembelajaran agama Islam di sekolah yang ... Model

15

3) Dimensi Praktek Agama

Dimensi ini mencakup perilaku pemujaan, ketaatan, serta menunjukkan

komitmen-komiten terhadap agama yang dianutnya. Praktik-praktik

keagamaan ini terdiri dari dua bagian :

a) Ritual mengacu pada seperangkat ritus, tindakan keagamaan formal dan

praktik-praktik suci yang semua agama mengharapkan penganutnya

melaksanakan.

b) Ketaatan dan ritual meskipun memiliki perbedaan, maka semua agama yang

dikenal juga memiliki perangkat tindakan persembahan personal yang relatif

spontan, informal dan khas pribadi.

4) Dimensi Pengalaman

Dimensi ini berkaitan dengan pengalaman keagamaan, perasaan-

perasaan, persepsi-persepsi, yang dialami seseorang dengan keyakinan

terhadap Tuhan.

5) Dimensi Pengetahuan Agama

Dimensi ini mengacu kepada harapan seseorang yang beragama

beranggapan memiliki pengetahuan terkait dasar-dasar keyakinan, kitab suci

dan tradisi-tradisi.

6) Dimensi konsekuensi

Dimensi ini berkaitan dengan akibat-akibat keyakinan keagamaan,

praktek pengalaman, dan pengetahuan seseorang dari hari ke hari.22

22 Supriyanto, Strategi Menciptakan Budaya Religius di Sekolah . . . . hal. 472-478.

Page 9: BAB II TINJAUAN PUSTAKA A. Penelitian Terdahulueprints.umm.ac.id/49569/3/BAB II.pdf · budaya religius di sekolah melalui proses pembelajaran agama Islam di sekolah yang ... Model

16

Dapat disimpulkan bahwasanya religius adalah segala aspek kehidupan

dengan adanya keyakinan di dalam hati terhadap Sang Pencipta yakni Allah

SWT.Pemahaman dan interpretasi yang berbeda akan makna agama

menimbulkan sikap berbeda-beda dalam tiap individu yang merupakan wujud

keyakinan terhadap adanya Tuhan. Dalam hal ini dibutuhkan pemahaman dan

pengertian yang benar akan ajaran-ajaran Tuhan pada tiap individu dan

larangannya, agar terwujud sebuah sikap individu yang berakhlak karimah dan

mampu bertanggung jawab terhadap diri pribadi di kemudian hari.

Berdasarkan beberapa pengertian di atas dapat diambil kesimpulan

bahwasanya budaya religius adalah gagasan atau fikiran manusia yang bersifat

abstrak kemudian diwujudkan melalui tindak-tunduk atau perilaku manusia

yang berlandaskan nilai-nilai keagamaan.

4. Pengembangan Budaya Religius

Pengembangan budaya religius di sekolah adalah sesuatu yang sangat urgen

untuk dilakukan. Urgensi pengembangan budaya religius di sekolah adalah agar

seluruh warga sekolah memperoleh kesempatan untuk memiliki bahkan

mewujudkan seluruh aspek keberagamaannya baik pada aspek keyakinan

(keimanan), praktik agama, pengalaman, pengetahuan agama, dan dimensi

pengamalan keagamaan semua dapat dilakukan melalui berbagai kegiatan

keagamaan.

Pengembangan budaya religius di sekolah berarti bagaimana

mengembangkan agama Islam di sekolah sebagai pijakan nilai, semangat, sikap, dan

perilaku bagi para aktor sekolah, guru dan tenaga kependidikan lainnya, orang tua

Page 10: BAB II TINJAUAN PUSTAKA A. Penelitian Terdahulueprints.umm.ac.id/49569/3/BAB II.pdf · budaya religius di sekolah melalui proses pembelajaran agama Islam di sekolah yang ... Model

17

siswa dan peserta didik itu sendiri. Pengembangan budaya religius patut

dilaksanakan karena dengan tertanamnya nilai-nilai budaya religius pada peserta

didik akan memperkokoh imannya dan aplikasinya nilai-nilai keislaman dapat

tercipta dari lingkungan di sekolah. Untuk itu sangat penting membangun budaya

religius dan akan mempengaruhi sikap, sifat, dan tindakan peserta didik secara tidak

langsung.23

5. Tujuan Pembentukan pengembangan budaya religius

Pembentukan budaya religius bertujuan untuk meningkatkan mutu

penyelenggaraan dan hasil pendidikan di sekolah yang mengarah pada pencapaian

pembentukan karakter dan akhlak mulia peserta didik secara utuh, terpadu dan

seimbang, sesuai standar kompetensi lulusan. Melalui budaya religius peserta didik

diharapkan mampu secara mandiri meningkatkan dan menggunakan

pengetahuannya, mengkaji dan menginternalisasi serta mempersonalisasi nilai-nilai

dan akhlak mulia sehingga terwujud dalam perilaku sehari-hari.

Secara umum budaya dapat terbentuk secara prescriptive (preskriptif) dan dapat

juga secara terprogram sebagai learning proces (proses pembelajaran) atau solusi

terhadap suatu masalah. Pertama terbentuknya budaya religius di lembaga

pendidikan melalui penurutan, peniruan, penganutan, dan penataan (tradisi,perintah)

dari luar pelaku budaya yang bersangkutan. Kedua pembentukan budaya secara

terprogram melalui learning process. Proses ini bermula dari dalam diri pelaku

23 Edi Mulyadi, Strategi Pengembangan Budaya Religius di Madrasah . . . . hal. 6.

Page 11: BAB II TINJAUAN PUSTAKA A. Penelitian Terdahulueprints.umm.ac.id/49569/3/BAB II.pdf · budaya religius di sekolah melalui proses pembelajaran agama Islam di sekolah yang ... Model

18

budaya dan suara kebenaran, keyakinan, anggapan dasar yang dipegang teguh

sebagai pendirian.

Dalam proses pembentukan budaya religius di sekolah, sangat dipengaruhi oleh

situasi dan kondisi tempat yang akan diterapkan beserta penerapan nilai-nilai yang

mendasarinya. Dalam proses pembentukan budaya religius terdapat model-model

antara lain:

1) Model Struktural. Pengembangan budaya religius pada model ini terkait oleh

adanya peraturan-peraturan, pembangunan kesan, baik dari dunia luar maupun

dari kepemimpinan atau kebijakan lembaga pendidikan. Model ini bersifat “tof

down” artinya kegiatan keagamaan yang dibuat atas instruksi dari pimpinan

atasan.

2) Model Formal. Pengembangan budaya religius pada model ini lebih berimplikasi

pada pendidikan agama Islam yang berorientasi pada keakhiratan, sedangkan

masalah dunia dianggap tidak pentin, serta lebih menekankan pada ilmu-ilmu

keagamaan yang menjadi jalan pintas menuju kebahagiaan akhirat. Sementara

sains dianggap terpisah dari ilmu-ilmu agama.

3) Model Mekanik. Pengembangan budaya religius pada model ini didasarkan oleh

pemahaman bahwa kehidupan terdiri dari beberapa aspek, dan pendidikan

sebagai penanaman dan pengembangan seperangkat nilai kehidupan yang

bergerak dan menjalankan fungsinya masing-masing. Model mekanik lebih

menekankan pada pengembangan pendidikan agama Islam yang menonjolkan

fungsi moral dan spritual atau dimensi afektif daripada kognitif dan psikomotorik

artinya dimensi kognitif dan psikomotorik diarahkan untuk pembinaan afektif

Page 12: BAB II TINJAUAN PUSTAKA A. Penelitian Terdahulueprints.umm.ac.id/49569/3/BAB II.pdf · budaya religius di sekolah melalui proses pembelajaran agama Islam di sekolah yang ... Model

19

(moral dan spritual), yang berbeda dengan pelajaran lainnya kegiatan dan kajian-

kajian keagamaan hanya untuk pendalaman agama dan kegiatan spritual

keagamaan.

4) Model Organik. Pengembangan budaya religius pada model ini, lebih

menekankan pada pengembangan pendidikan agama yang dibangun dari

fundamental values (lingkungan) yang tertuang dan terkandung dalam Al-Quran

dan As-Sunnah shahihah sebagai sumber pokok kemudian bersedia menerima

konstribusi pemikiran dari para ahli serta mempertimbangkan konteks

historisnya. 24

6. Strategi Pengembangan Budaya Religius

Dalam proses pembudayaan nilai-nilai religius dituntut komitmen bersama

antara warga sekolah terutama kepemimpinan kepala sekolah. Strategi

pengembangan budaya religius di sekolah dapat dilakukan melalui tiga cara antara

lain:

a) Power Strategy, yaitu strategi pembudayaan atau penerapan budaya religius di

sekolah dengan cara melalui kekuasaan atau menggunakan people power’s.

Budaya religius dikembangkan melalui pendekatan perintah dan larangan.

Dalam hal ini kepemimpinan kepala sekolah sangat dominan dalam

mewujudkan budaya religius di sekolah dengan menggunakan kekuasaan kepala

sekolah yang dituangkan dalam tata tertib sekolah, seperti hukuman bagi peserta

didik yang tidak melaksanakan shalat berjama’ah dengan disuruh membaca

24 Amru Almu’tasim, Penciptaan Budaya Religius Perguruan Tinggi Islam . . . . hal. 115-116.

Page 13: BAB II TINJAUAN PUSTAKA A. Penelitian Terdahulueprints.umm.ac.id/49569/3/BAB II.pdf · budaya religius di sekolah melalui proses pembelajaran agama Islam di sekolah yang ... Model

20

Juz’Amma setelah pulang sekolah. Pada strategi ini budaya religius dapat

dikembangkan berupa tataran perilaku, seperti tradisi shalat berjama’ah, gemar

bershadaqah, rajib belajar, do’a bersama dan lain-lain.

b) Persuasive strategi, yaitu pembudayaan nilai-nilai religius dengan cara

menciptakan opini yang kelak diyakini dan berlaku pada warga sekolah. Budaya

religius dikembangkan melalui cara pembiasaan, keteladanan melalui

pendekatan persuasif atau mengajak warga sekolah dengan cara halus. Seperti

guru memberikan contoh atau keteladanan berupa guru yang usianya lebih muda

memberikan penghormatan kepada semua guru yang usianya lebih tua. Dalam

hal ini budaya religius yang dapat dikembangkan berupa tataran nilai, seperti ;

semangat persaudaraan, saling menghormati, saling menolong dan lain-lain.

c) Normative re-educative, yaitu strategi pembudayaan nilai-nilai religius

menanamkan dan mengganti paradigma berfikir warga sekolah yang lama

dengan yang baru. Budaya religius dikembangkan dengan cara keteladanan,

pemberian motivasi melalui pendekatan persuasif atau ajakan dengan

memberikan alasan dan prospek yang baik kepada warganya. Seperti guru

memberikan kisah perjalanan hidupnya atau perjalanan tokoh yang dianggap

berhasil dalam menjalani hidupnya dengan maksud agar peserta didik

mengetahui dan termotivasi dengan kisah tersebut. Dalam tataran ini, nilai

religius yang ingin dikembangkan adalah semangat berkorban, dan tidak mudah

putus asa. 25

25 Supriyanto, Strategi Menciptakan Budaya Religius di Sekolah . . . . hal. 482-487.

Page 14: BAB II TINJAUAN PUSTAKA A. Penelitian Terdahulueprints.umm.ac.id/49569/3/BAB II.pdf · budaya religius di sekolah melalui proses pembelajaran agama Islam di sekolah yang ... Model

21

Mendidik manusia Allah SWT memberikan contoh atau teladan yang

baik yang dilakukan oleh Nabi dan Rasul, sebagaimana firmanNya dalam al-

Quran:

Sesungguhnya pada mereka itu (Ibrahim dan umatnya) ada teladan

yang baik bagimu; (yaitu) bagi orang-orang yang mengharap (pahala) Allah

dan (keselamatan pada) hari kemudian. dan barangsiapa yang berpaling,

Maka Sesungguhnya Allah Dia-lah yang Maha Kaya lagi Maha Terpuji.26

Sesungguhnya Telah ada pada (diri) Rasulullah itu suri teladan yang

baik bagimu (yaitu) bagi orang yang mengharap (rahmat) Allah dan

(kedatangan) hari kiamat dan dia banyak menyebut Allah.27

Meneladani tingkah laku orang-orang sekitar merupakan salah satu

kecenderungan manusia dalam bersikap dan berucap, untuk itu Islam mengutus

Nabi Muhammad SAW sebagai suri tauladan bagi umatnya dengan ajaran

Islam yang sempurna. Allah SWT menunjuk langsung Nabi sebagai suri

tauladan dikarenakan keteladanan mempunyai pengaruh besar bagi orang yang

meneladaninnya.

26 QS. al-Mumtahanah (60): 6 27 QS. al-Ahzab (33):21

Page 15: BAB II TINJAUAN PUSTAKA A. Penelitian Terdahulueprints.umm.ac.id/49569/3/BAB II.pdf · budaya religius di sekolah melalui proses pembelajaran agama Islam di sekolah yang ... Model

22

Maksud dari ayat tersebut di atasm bahwa dalam konteks pendidikan

formal keteladanan tidak hanya dilakukan oleh guru, melainkan semua orang

yang kontak dengan peserta didik itu, antara lain guru dengan guru, kepala

sekolah karyawan tata usaha dan segenap warga sekolah termasuk penjaga

sekolah, satpam, dan orang-orang yang berjualan disekitar sekolah. Terpenting

adalah peneladanan orang tua di rumah.

Berdasarkan ketiga strategi di atas, strategi kedua dan ketiga terlihat

sama karena sama-sama dikembangkan melalui pembiasaan, keteladanan, dan

pendekatan persuasif kepada warganya dengan cara yang halus, dan

memberikan prospek dan alasan yang baik, yang bisa meyakinkan mereka.

7. Evaluasi Pengembangan Budaya Religius

a. Program Pengembangan Budaya Religius

Pengelolaan program pengembangan budaya religius dirumuskan

berdasarkan visi dan misi sekolah yang dikembangkan dalam nilai-nilai

pendidikan yang komprehensif melalui simbol dan praktik dalam enam

kegiatan utama yaitu berseragam Islami, senyum, salam, menyapa, berdoa,

shalat dhuzur berjamaah, membaca al-Quran dan infak. Evaluasi dalam

program kegiatan pengembangan budaya religius tersebut tidak hanya

membiasakan praktik-praktik saja, namun disamping membaca al-Quran juga

mengetahui dan mengkaji terjemahannya sehingga dapat memahami makna

ayat-ayat yang di baca serta mengamalkannya dalam kehidupan.

Page 16: BAB II TINJAUAN PUSTAKA A. Penelitian Terdahulueprints.umm.ac.id/49569/3/BAB II.pdf · budaya religius di sekolah melalui proses pembelajaran agama Islam di sekolah yang ... Model

23

b. Pelaksanaan Program Pengembangan Budaya Religius

Pelaksanaan program pengembangan budaya religius dilakukan melalui

pendelegasian keputusan program budaya religius kepada pelaksana program

pengembangan budaya religius, merealisasikan program pengembangan

budaya religius melalui kegiatan administrasi dan koordinasi serta

menggerakkan sumber daya dan sumber dana yang ada di sekolah. Evaluasi

pelaksanaan pengembangan budaya religius melalui laporan pelaksanaan

program secara menyeluruh kepada kepala sekolah, komite, orang tua atau

pihak lain yang terkait. Warga sekolah juga mengapresiasikan laporan program

pengembangan budaya religius peserta didik.