BAB II TINJAUAN PUSTAKA A. Pembelajaran Sejarah Kebudayaan ...repository.ump.ac.id/8092/3/NURUL...

28
19 BAB II TINJAUAN PUSTAKA A. Pembelajaran Sejarah Kebudayaan Islam 1. Pengertian Pembelajaran SKI a. Pengertian Pembelajaran Pembelajaran mempunyai pengertian yang mirip dengan pengajaran, walaupun mempunyai konotasi yang berbeda. Dalam konteks pendidikan, guru mengajar supaya peserta didik dapat belajar dan menguasai isi pelajaran hingga mencapai sesuatu yang obyektif (aspek kognitif), juga dapat mempengaruhi perubahan sikap (aspek afektif), serta memperoleh keterampilan tertentu (aspek psikomotorik). Pengajaran memberikan kesan hanya sebagai pekerjaan satu pihak yaitu pekerjaan guru saja, sedangkan pembelajaran menyiratkan adanya interaksi antara guru dengan peserta didik (Rahyubi, 2014 : 7). Secara sederhana, istilah pembelajaran (instruction) bermakna sebagai upaya untuk membelajarkan seseorang atau kelompok orang melalui berbagai upaya (effort) dan berbagai strategi, metode dan pendekatan ke arah pencapaian tujuan yang telah direncanakan (Majid, 2013 : 4). Pembelajaran adalah proses yang menggabungkan pekerjaan dengan pengalaman. Apa yang dikerjakan orang di dunia menjadikan pengalaman baginya. Pengalaman tersebut akan menambah keterampilan, pengetahuan atau pemahaman yang 6 Pembelajaran Sejarah Kebudayaan..., Nurul Fauziyah, Fakultas Agama Islam UMP, 2018

Transcript of BAB II TINJAUAN PUSTAKA A. Pembelajaran Sejarah Kebudayaan ...repository.ump.ac.id/8092/3/NURUL...

  • 19

    BAB II

    TINJAUAN PUSTAKA

    A. Pembelajaran Sejarah Kebudayaan Islam

    1. Pengertian Pembelajaran SKI

    a. Pengertian Pembelajaran

    Pembelajaran mempunyai pengertian yang mirip dengan

    pengajaran, walaupun mempunyai konotasi yang berbeda. Dalam

    konteks pendidikan, guru mengajar supaya peserta didik dapat

    belajar dan menguasai isi pelajaran hingga mencapai sesuatu yang

    obyektif (aspek kognitif), juga dapat mempengaruhi perubahan

    sikap (aspek afektif), serta memperoleh keterampilan tertentu

    (aspek psikomotorik). Pengajaran memberikan kesan hanya

    sebagai pekerjaan satu pihak yaitu pekerjaan guru saja, sedangkan

    pembelajaran menyiratkan adanya interaksi antara guru dengan

    peserta didik (Rahyubi, 2014 : 7).

    Secara sederhana, istilah pembelajaran (instruction)

    bermakna sebagai upaya untuk membelajarkan seseorang atau

    kelompok orang melalui berbagai upaya (effort) dan berbagai

    strategi, metode dan pendekatan ke arah pencapaian tujuan yang

    telah direncanakan (Majid, 2013 : 4).

    Pembelajaran adalah proses yang menggabungkan

    pekerjaan dengan pengalaman. Apa yang dikerjakan orang di dunia

    menjadikan pengalaman baginya. Pengalaman tersebut akan

    menambah keterampilan, pengetahuan atau pemahaman yang

    6

    Pembelajaran Sejarah Kebudayaan..., Nurul Fauziyah, Fakultas Agama Islam UMP, 2018

  • 20

    mencerminkan nilai yang dalam. Pembelajaran yang efektif akan

    mendorong ke arah perubahan, pengembangan serta meningkatkan

    hasrat untuk belajar. Pembelajaran tidak hanya menghasilkan atau

    membuat sesuatu, tetapi juga menyesuaikan, memperluas dan

    memperdalam pengetahuan (Suprihartiningrum, 2017 : 76).

    Ciri utama dari kegiatan pembelajaran adalah adanya

    interaksi. Interaksi yang terjadi antara siswa dengan lingkungan

    belajarnya, baik itu dengan guru, teman-temannya, alat, media

    pembelajaran, dan/atau sumber-sumber belajar yang lain.

    Sedangkan ciri-ciri lainnya dari pembelajaran ini berkaitan dengan

    komponen-komponen pembelajaran itu sendiri (Rusman dkk, 2013

    : 41).

    Berdasarkan beberapa pengertian di atas, dapat ditarik

    kesimpulan bahwa pembelajaran adalah proses interaksi yang

    terjadi antara guru dan siswa dengan memberikan pengetahuan dan

    keterampilan yang bertujuan untuk mendorong siswa kepada

    perubahan tingkah laku dan pendewasaan diri.

    b. Pengertian Sejarah Kebudayaan Islam

    Menurut Kamus Besar Bahasa Indonesia, sejarah adalah

    kejadian yang benar-benar terjadi di masa lampau. Sedangkan

    kebudayaan adalah hasil kegiatan dan penciptaan batin (akal budi)

    manusia seperti kepercayaan, kesenian dan adat istiadat.

    Kebudayaan juga diartikan sebagai hubungan antara keseluruhan

    Pembelajaran Sejarah Kebudayaan..., Nurul Fauziyah, Fakultas Agama Islam UMP, 2018

  • 21

    pengetahuan manusia sebagai makhluk sosial yang digunakan

    untuk memahami lingkungan serta pengalamannya yang menjadi

    pedoman tingkah laku manusia.

    Sejarah Islam adalah peristiwa-peristiwa atau kejadian-

    kejadian yang sungguh-sungguh terjadi yang seluruhnya berkaitan

    dengan agama Islam. Sejarah Islam mempunyai cakupan yang luas,

    di antara cakupannya itu ada yang berkaitan dengan sejarah proses

    pertumbuhan, perkembangan dan penyebarannya, tokoh-tokoh

    yang melakukan pengembangan dan penyebaran agama Islam,

    sejarah kemajuan dan kemunduran yang dicapai umat Islam dalam

    berbagai bidang, seperti dalam bidang ilmu pengetahuan agama

    dan umum, kebudayaan, arsitektur, politik pemerintahan,

    peperangan, pendidikan, ekonomi dan sebagainya (Nata, 1999:315)

    Peraturan Menteri Agama Republik Indonesia pada

    lampiran Bab III-Standar Isi PAI dan Bahasa Arab tahun 2013

    menjelaskan bahwa SKI merupakan catatan perkembangan

    perjalanan hidup manusia muslim dari masa ke masa dalam

    beribasah, bermuamalah dan berakhlak serta dalam

    mengembangkan sistem kehidupan atau menyebarkan ajaran

    agama Islam yang dilandasi oleh akidah.

    Berdasarkan beberapa pengertian di atas, dapat disimpulkan

    bahwa SKI merupakan salah satu mata pelajaran di Madrasah yang

    berisi peristiwa-peristiwa penting yang benar-benar terjadi di masa

    Pembelajaran Sejarah Kebudayaan..., Nurul Fauziyah, Fakultas Agama Islam UMP, 2018

  • 22

    lampau, perkembangan peradaban Islam beserta tokoh-tokoh besar

    yang berperan di dalamnya agar siswa mampu menjadikannya

    sebagai ibrah bagi dirinya.

    Pembelajaran SKI adalah usaha sadar yang dilakukan guru

    untuk memberikan pengetahuan kepada peserta didik tentang

    peristiwa-peristiwa penting yang terjadi di dalam peradaban Islam

    beserta tokoh-tokohnya dengan tujuan untuk memotivasi siswa ke

    arah perubahan tingkah laku yang mulia.

    2. Metode pembelajaran SKI

    Metode secara harfiah berarti „cara‟. Dalam pemakaian umum,

    metode diartikan sebagai suatu cara atau prosedur yang dipakai untuk

    mencapai tujuan tertentu. Metode pembelajaran adalah cara-cara

    menyajikan bahan pelajaran kepada siswa untuk tercapainya tujuan

    yang telah ditetapkan (Fathurrohman dan Sutikno, 2011 : 55).

    Menurut Majid (2013 : 193) metode adalah cara yang digunakan

    untuk mengimplementasikan rencana yang sudah disusun dalam

    kegiatan nyata agar tujuan yang telah disusun tercapai secara optimal.

    Metode dalam rangkaian sistem pembelajaran memegang peranan

    yang sangat penting.

    Menurut Ibrahim dan Syaodih (2010 : 105-107) ada beberapa

    metode yang dapat digunakan dalam kegiatan pembelajaran,

    diantaranya :

    Pembelajaran Sejarah Kebudayaan..., Nurul Fauziyah, Fakultas Agama Islam UMP, 2018

  • 23

    a. Metode Ceramah

    Ceramah adalah penuturan bahan pelajaran secara lisan.

    Metode ceramah merupakan metode yang paling tradisional dan

    telah lama dilaksanakan oleh guru.

    Cara mengajar dengan ceramah dapat dikatakan juga

    sebagai metode kuliah, merupakan suatu cara mengajar yang

    digunakan untuk menyampaikan keterangan atau informasi, atau

    uraian tentang suatu pokok masalah secara lisan. Hal yang perlu

    diperhatikan dalam metode ceramah adalah isi ceramah mudah

    diterima dan dipahami serta mampu menstimulasi siswa untuk

    mengikuti dan melakukan sesuatu yang terdapat dalam isi ceramah.

    b. Metode Tanya Jawab

    Metode tanya jawab adalah metode pembelajaran yang

    memungkinkan terjadinya komunikasi langsung yang bersifat dua

    arah sebab pada saat yang sama terjadi dialog antara guru fdan

    siswa. Guru bertanya siswa menjawab, atau siswa bertanya guru

    menjawab. Dalam komunikasi ini terlihat adanya hubungan timbal

    balik secara langsung antara guru dengan siswa.

    Metode tanya jawab dimaksudkan untuk merangsang siswa

    untuk berpikir dan membimbingnya dalam mencapai atau

    mendapatkan pengetahuan (Majid, 2013 : 210).

    Pembelajaran Sejarah Kebudayaan..., Nurul Fauziyah, Fakultas Agama Islam UMP, 2018

  • 24

    c. Metode Diskusi

    Metode diskusi pada dasarnya adalah bertukar informasi,

    pendapat, dan unsur-unsur pengalaman secara teratur dengan

    maksud untuk mendapat pengertian bersama yang lebih jelas dan

    lebih cermat tentang permasalahan atau topik yang sedang dibahas.

    Dalam diskusi, setiap orang diharapkan memberi sumbangan

    pikiran, sehingga dapat diperoleh pandangan dari berbagai sudut

    berkenaan dengan masalah tersebut.

    d. Metode Pemberian Tugas

    Metode ini dimaksudkan untuk memberikan kesempatan

    kepada siswa melakukan tugas/kegiatan yang berhubungan dengan

    pelajaran, seperti mengerjakan soal-soal, mengumpulkan kliping

    dan sebagainya. Metode ini dilakukan dalam bentuk tugas

    individual ataupun kerja kelompok.

    e. Metode Karyawisata

    Melalui metode ini, siswa siswi diajak mengunjungi tempat-

    tempat tertentu di luar sekolah. Tempat-tempat yang akan

    dikunjungi dan hal-hal yang akan diamati telah direncanakan

    terlebih dahulu, dan setelah selesai melakukan kunjungan, siswa

    siswi diminta untuk membuat laporan.

    f. Metode Sosiodrama

    Metode sosiodrama atau bermain peran, merupakan metode

    yang sering digunakan dalam mengerjakan nilai-nilai dan

    Pembelajaran Sejarah Kebudayaan..., Nurul Fauziyah, Fakultas Agama Islam UMP, 2018

  • 25

    memecahkan masalah-masalah yang dihadapi dalam hubungan

    sosial dengan orang-orang di lingkungan keluarga, sekolah maupun

    masyarakat. Dalam pelaksanaannya, siswa siswi diberikan berbagai

    peran tertentu dan melaksanakan peran tersebut, serta

    mendiskusikannya di kelas.

    3. Media Pembelajaran SKI

    Kata media berasal dari bahasa latin medium yang secara

    harfiah berarti „tengah‟, „perantara‟ atau pengantar. Atau dengan kata

    lain media adalah perantara atau pengantar pesan dari pengirim pesan

    kepada penerima pesan. Dalam aktivitas pembelajaran, media dapat

    didefinisikan sebagai sesuatu yang dapat membawa informasi dan

    pengetahuan dalam interaksi yang berlangsung antara pendidik dengan

    peserta didik (Fathurrohman dan Sutikno, 2011 : 65).

    Menurut Ibrahim dan Syaodih (2010 : 112) media

    pembelajaran diartikan sebagai segala sesuatu yang dapat digunakan

    untuk menyalurkan pesan atau isi pelajaran, merangsang pikiran,

    perasaan, perhatian dan kemampuan siswa, sehingga dapat mendorong

    proses pembelajaran.

    Media pembelajaran memiliki peranan yang cukup penting

    dalam kegiatan pembelajaran. Media dapat menjelaskan hal-hal yang

    abstrak menjadi lebih mudah dipahami. Kerumitan suatu materi

    pelajaran dapat dibantu dengan penggunaan media sebagai perantara.

    Pembelajaran Sejarah Kebudayaan..., Nurul Fauziyah, Fakultas Agama Islam UMP, 2018

  • 26

    Dapat dikatakan media dapat mewakili kekurangan guru dalam

    menyampaikan materi pelajaran.

    Menurut Fathurrohman dan Sutikno (2011 : 67) media

    pembelajaran jika dilihat dari jenisnya dibagi menjadi tiga, yaitu :

    a. Auditif, yaitu media yang hanya mengandalkan kemampuan suara

    saja, seperti radio, cassete recorder dan piringan hitam.

    b. Media visual, yaitu media yang hanya mengandalkan indera

    penglihatan. Media visual ini ada yang menampilkan gambar atau

    simbol yang bergerak seperti film strip (film rangkai), foto, gambar

    atau lukisan. Ada pula media visual yang menampilkan gambar

    atau simbol bergerak seperti film bisu.

    c. Media audio visual, yaitu media yang mempunyai unsur suara dan

    unsur gambar. Jenis media ini mempunyai kemampuan yang lebih

    baik karena meliputi gambar dan suara.

    4. Komponen Pembelajaran

    Komponen pembelajaran adalah kumpulan dari beberapa poin

    yang saling berhubungan satu sama lain yang merupakan hal yang

    urgen dalam proses belajar mengajar. Rahyubi (2014 : 234-245)

    mengemukakan bahwa komponen pembelajaran meliputi 8 hal.

    a. Tujuan Pembelajaran

    Tujuan yakni target atau hal-hal yang harus dicapai dalam

    proses pembelajaran. Tujuan pembelajaran biasanya berkaitan

    denan dimensi kognitif, afektif dan psikomotorik. Tujuan

    Pembelajaran Sejarah Kebudayaan..., Nurul Fauziyah, Fakultas Agama Islam UMP, 2018

  • 27

    pembelajaran bisa tercapai jika peserta didik mampu menguasai

    dimensi kognitif dan afektif dengan baik, serta cekatan dan

    terampil dalam aspek psikomotoriknya.

    Tujuan pendidikan sendiri adalah untuk meningkatkan

    kecerdasan, pengetahuan, kepribadian, akhlak mulia, serta

    keterampilan untuk hidup mandiri dan mengikuti pendidikan lebih

    lanjut. Dengan kata lain, pendidikan merupakan peran sentral

    dalam upaya mengembangkan sumber daya manusia (Rusman,

    2013 : 41)

    b. Kurikulum

    Kurikulum mengandung arti sejumlah pengetahuan atau

    mata pelajaran yang harus ditempuh dan diselesaikan siswa guna

    mencapai suatu tingkatan atau ijazah. Pengertian kurikulum secara

    luas tidak hanya berupa mata pelajaran atau bidang studi dan

    aktivitas belajar siswa saja, tetapi juga segala sesuatu yang

    berpengaruh terhadap pembentukan pribadi siswa sesuai dengan

    tujuan pendidikan yang diharapkan.

    Dalam kurikulum tergambar jelas secara berencana

    bagaimana dan apa saja yang harus terjadi dalam proses

    pembelajaran yang dilakukan oleh pendidik dan peserta didik.

    Kurikulum menggambarkan kegiatan pembelajaran dalam suatu

    lembaga pendidikan.

    Pembelajaran Sejarah Kebudayaan..., Nurul Fauziyah, Fakultas Agama Islam UMP, 2018

  • 28

    c. Guru

    Guru berasal dari bahasa sansekerta “guru” yang juga

    berarti guru atau pendidik, yaitu seorang pengajar suatu ilmu.

    Dalam Bahasa Indonesia, guru umumnya merujuk pendidik

    professional dengan tugas utama mendidik, mengajar,

    membimbing, mengarahkan, melatih, memfasilitasi, menilai dan

    mengevaluasi peserta didik.

    Peranan guru tidak hanya terbatas sebagai pengajar

    (penyampai ilmu pengetahuan), tetapi juga sebagai pembimbing,

    pengembang dan pengelola kegiatan pembelajaran yang dapat

    memfasilitasi kegiatan belajar siswa dalam mencapai tujuan yang

    telah ditetapkan.

    d. Siswa

    Siswa adalah seseorang yang mengikuti suatu program

    pendidikan di sekolah atau lembaga pendidikan di bawah

    bimbingan seorang atau beberapa guru, pelatih dan instruktur.

    Setiap siswa memiliki latar belakang, minat dan kebutuhan serta

    kemampuan yang berbeda.

    e. Metode Pembelajaran

    Metode pembelajaran adalah suatu model atau cara yang

    dapat dilakukan untuk menggelar aktivitas belajar-mengajar agar

    berjalan dengan baik. Beberapa contoh metode pembelajaran

    adalah : metode ceramah, metode tanya jawab, metode diskusi,

    Pembelajaran Sejarah Kebudayaan..., Nurul Fauziyah, Fakultas Agama Islam UMP, 2018

  • 29

    metode demonstrasi, metode karya wisata, metode eksperimen,

    metode bermain peran dan metode eksplorasi.

    f. Materi

    Materi merupakan salah satu faktor penentu keterlibatan

    siswa. Jika materi pelajaran yang diberikan menarik, kemungkinan

    besar keterlibatan siswa akan tinggi, begitu pula sebaliknya, jika

    materi pelajaran tidak menarik, keterlibatan siswa akan rendah.

    g. Alat pembelajaran

    Alat pembelajaran (media) yaitu perantara atau pengantar

    pesan dari pengirim kepada penerima pesan. Media pembelajaran

    adalah perangkat lunak (soft ware) atau perangkat keras (hard

    ware) yang berfungsi sebagai alat belajar atau alat bantu belajar.

    Alat-alat ini berupa fisik atau nonfisik yang dalam proses

    kependidikan perlu didayagunakan secara bervariasi sesuai dengan

    situasi dan kondisi yang ada. Tujuan utama mempergunakan alat-

    alat tersebut adalah untuk mencapai hasil yang optimal dalam

    proses kependidikan itu (Arifin, 2011 : 109).

    h. Evaluasi

    Evaluasi adalah suatu tindakan atau suatu proses untuk

    menentukan nilai dari suatu hal. Evaluasi adalah kegiatan

    mengumpulkan data seluas-luasnya, sedalam-dalamnya yang

    bersangkutan dengan kapabilitas siswa, guna mengetahui sebab

    akibat dan hasil belajar siswa yang dapat mendorong dan

    Pembelajaran Sejarah Kebudayaan..., Nurul Fauziyah, Fakultas Agama Islam UMP, 2018

  • 30

    mengembangkan kemampuan belajar. Evaluasi yang efektif harus

    mempunyai dasar yang kuat dan tujuan yang jelas.

    Komponen pembelajaran adalah penentu dari keberhasilan

    proses pembelajaran. Komponen-komponen tersebut memiliki fungsi

    masing-masing dalam setiap perannya dalam proses pembelajaran.

    5. Tujuan Pembelajaran SKI

    Tujuan pembelajaran merupakan konponen yang sangat

    penting dalam proses pembelajaran. Apa yang akan disampaikan

    kepada siswa, apa yang harus dimiliki oleh siswa, semuanya

    tergantung kepada pembelajaran yang ingin dicapai. Jika diibaratkan,

    tujuan pembelajaran sama dengan komponen jantung pada sistem

    tubuh manusia.oleh karenanya, tujuan pembelajaran merupakan

    komponen yang utama (Sanjaya, 2010 : 58).

    PERMENAG RI pada lampiran 4a-Bab III-Standar Isi PAI

    DAN Bahasa Arab tahun 2013 menjelaskan bahwa mata pelajaran SKI

    di MTs bertujuan agar peserta didik memiliki kemapuan-kemampuan

    sebagai berikut :

    a. Membangun kesadaran peserta didik tentang pentingnya

    mempelajari landasan ajaran, nilai-nilai dan norma-norma Islam

    yang telah dibangun oleh Rasulullah Saw dalam rangka

    mengembangkan kebudayaan dan peradaban Islam.

    Pembelajaran Sejarah Kebudayaan..., Nurul Fauziyah, Fakultas Agama Islam UMP, 2018

  • 31

    b. Membangun kesadaran peserta didik tentang pentingnya waktu dan

    tempat yang merupakan sebuah proses dari masa lampau, masa kini

    dan masa mendatang.

    c. Melatih daya krisis peserta didik untuk memahami fakta sejarah

    secara benar dengan didasarkan pada pendekatan ilmiah.

    d. Menumbuhkan apresiasi dan penghargaan peserta didik terhadap

    peninggalan sejarah Islam sebagai bukti peradaban umat Islam di

    masa lampau.

    e. Mengembangkan kemampuan peserta didik dalam mengambil

    ibrah dari peristiwa-peristiwa bersejarah (Islam), meneladani

    tokoh-tokoh berprestasi dan mengaitkannya dengan fenomena

    sosial, budaya, politik, ekonomi, iptek dan seni dan lain-lain untuk

    mengembangkan kebudayaan dan peradaban Islam.

    6. Fungsi Pembelajaran SKI

    Mawaddah (2014) menyebutkan terdapat tiga fungsi yang

    digaris bawahi dalam mata pelajaran SKI yang tercantum dalam

    kurikulum madrasah.

    a. Fungsi Edukatif

    Melalui SKI peserta didik ditanamkan untuk menegakkan nilai,

    prinsip, sikap hidup yang luhur dan islami dalam menjalankan

    kehidupan sehari-hari.

    b. Fungsi Keilmuan

    Pembelajaran Sejarah Kebudayaan..., Nurul Fauziyah, Fakultas Agama Islam UMP, 2018

  • 32

    Melalui materi SKI peserta didik diharapkan memperoleh

    pengetahuan yang memadai tentang masa lalu Islam, kebudayaan

    dan peradabannya.

    c. Fungsi Transformasi

    Sejarah merupakan salah satu sumber yang sangat penting dalam

    merancang transformasi masyarakat.

    7. Ruang Lingkup Mata Pelajaran SKI

    PERMENAG RI pada lampiran 4b-Bab III-Standar Isi PAI dan

    Bahasa Arab tahun 2013 menjelaskan mengenai ruang lingkup SKI di

    Madrasah Tsanawiyah yang meliputi :

    a. Memahami sejarah Nabi Muhammad Saw periode Makkah

    b. Memahami sejarah Nabi Muhammad Saw periode Madinah

    c. Memahami peradaban Islam pada masa Khulafaurrasyidin

    d. Perkembangan masyarakat Islam pada masa Dinasti Bani Umayyah

    e. Perkembangan masyarakat Islam pada masa Dinasti Bani Abasiyah

    f. Perkembangan masyarakat Islam pada masa Dinasti Bani

    Ayyubiyah

    B. Problematika Pembelajaran

    1. Pengertian Problematika

    Istilah problema/problematika berasal dari bahasa Inggris yaitu

    “problematic” yang artinya persoalan atau masalah. Sedangkan dalam

    Kamus Besar Bahasa Indonesia problematika berarti hal yang masih

    menimbulkan masalahatau hal yang masih belum dapat dipecahkan.

    Pembelajaran Sejarah Kebudayaan..., Nurul Fauziyah, Fakultas Agama Islam UMP, 2018

  • 33

    Menurut Saondi (2010 : 156) masalah dapat digambarkan

    sebagai suatu keadaan (terlihat atau tidak terlihat) di mana antara yang

    diharapkan dengan kenyataan tidak sesuai. Antara yang direncanakan

    dengan kenyataan tidak sesuai atau terdapat hambatan antara yang

    diinginkan dengan keadaan sebenarnya. Masalah yang tidak

    dipecahkan akan dapat menimbulkan masalah yang baru.

    Problematika adalah segala sesuatu yang menyimpang dari apa

    yang diharapkan, direncanakan, ditentukan untuk dicapai sehingga

    merupakan rintangan menuju tercapainya tujuan.

    Problematika pembelajaran adalah suatu kendala yang dapat

    menghambat proses pembelajaran dan harus dipecahkan agar tujuan

    pembelajaran dapat tercapai secara maksimal.

    2. Faktor Terjadinya Masalah Pembelajaran

    Berkenaan dengan problematika pembelajaran SKI, karena

    SKI masuk ke dalam lingkup Pendidikan Agama Islam (PAI), maka

    problematika atau permasalahan yang dialami tidak jauh berbeda

    dengan problematika atau permasalahan PAI. Menurut Arifin (2011 :

    5) dalam proses pembelajaran Islam terdapat problem-problem yang

    kompleks (tidak sederhana). Ilmu pendidikan Islam jika dilihat dari

    segi psikologis dan paedagogis dipengaruhi oleh beberapa faktor

    diantaranya pendidik, peserta didik, alat-alat pendidikan dan

    lingkungan sekitar (Arifin, 2011 : 108).

    Pembelajaran Sejarah Kebudayaan..., Nurul Fauziyah, Fakultas Agama Islam UMP, 2018

  • 34

    Terkait dengan problematika pembelajaran tersebut, terdapat

    tiga faktor yang menjadi dasar pembahasan ini.

    a. Faktor Intern

    1) Siswa atau Peserta Didik

    Peserta didik adalah makhluk yang sedang berada

    dalam proses perkembangan/pertumbuhan menurut fitrah

    masing-masing, sangat memerlukan bimbingan dan

    pengarahan yang konsisten menuju ke arah titik optimal

    kemampuan fitrahnya (Arifin, 2011 : 109). Peserta didik

    adalah manusia yang memiliki potensi untuk selalu mengalami

    perkembangan sejak dilahirkan sampai meninggal dunia.

    Perubahan-perubahan ini terjadi secara bertahap dan wajar.

    Dalam paradigm pendidikan Islam, peserta didik

    merupakan orang yang belum dewasa dan memiliki sejumlah

    potensi (kemampuan) dasar yang masih perlu dikembangkan

    (Nizar, 2002 : 47). Diantara komponen terpenting dalam

    pendidikan Islam adalah peserta didik, dimana peserta didik

    merupakan subjek dan objek pembelajaran.

    Menurut Dimyati dan Mudjiono (2010 : 239), siswa

    mengalami beragam masalah dalam belajar, jika mereka dapat

    menyelesaikannya maka mereka tidak akan mengalami

    masalah atau kesulitan dalam belajar. Terdapat berbagai faktor

    intern dalam diri siswa, yaitu :

    Pembelajaran Sejarah Kebudayaan..., Nurul Fauziyah, Fakultas Agama Islam UMP, 2018

  • 35

    a) Sikap Terhadap Belajar

    Sikap merupakan kemampuan memberikan

    penilaian tentang sesuatu yang membawa diri sesuai

    dengan penilaian. Adanya penilaian tentang sesuatu,

    mengakibatkan terjadinya sikap menerima, menolak atau

    mengabaikan.

    Setiap siswa tentu mempunyai kesempatan untuk

    belajar, namun siswa dapat menerima, menolak atau

    mengabaikan kesempatan itu. Akibat dari penerimaan,

    penolakan atau mengabaikan kesempatan tersebut tentulah

    akan mempengaruhi perkembangan kepribadian siswa.

    Oleh karena itu, dalam pembelajaran sebaiknya

    disampaikan akibat dari sikap belajar agar siswa mampu

    mengikuti proses pembelajaran dengan baik.

    b) Motivasi Belajar

    Motivasi belajar adalah keseluruhan daya

    penggerak di dalam diri siswa yang mendorong terjadinya

    proses belajar. Motivasi belajar pada diri siswa tidak

    selalu stabil, artinya kadang kuat dan kadang dapat

    menjadi lemah.

    Lemahnya motivasi atau tidak adanya motivasi

    belajar akan melemahkan kegiatan pembelajaran. Dengan

    lemahnya kegiatan pembelajaran, maka mutu hasil

    Pembelajaran Sejarah Kebudayaan..., Nurul Fauziyah, Fakultas Agama Islam UMP, 2018

  • 36

    pembelajaran juga akan menjadi rendah. Oleh karena itu,

    maka motivasi belajar pada diri siswa perlu diperkuat terus

    menerus. Agar siswa memiliki motivasi belajar yang kuat,

    maka diciptakan suasana belajar yang menggembirakan.

    c) Konsentrasi Belajar

    Konsentrasi belajar merupakan kemampuan

    memusatkan perhatian pada pelajaran. Pemusatan

    perhatian tersebut tertuju pada sisi bahan belajar maupun

    proses memperolehnya. Untuk memperkuat perhatian pada

    pelajaran, guru menggunakan bermacam-macam strategi

    belajar-mengajar dan memperhitungkan waktu belajar

    serta selingan istirahat.

    Siswa yang memiliki konsentrasi belajar yang baik

    dalam kegiatan pembelajaran tentu akan mudah menerima

    materi yang disampaikan oleh guru, sedangkan siswa yang

    konsentrasi belajarnya rendah akan kesulitan dalam

    belajarnya.

    d) Rasa Percaya Diri Siswa

    Rasa percaya diri timbul dari keinginan

    mewujudkan diri bertindak dan berhasil. Dari segi

    perkembangan, rasa percaya diri dapat timbul berkat

    adanya pengakuan dari lingkungan.

    Pembelajaran Sejarah Kebudayaan..., Nurul Fauziyah, Fakultas Agama Islam UMP, 2018

  • 37

    Siswa yang sering berhasil menyelesaikan tugas

    dan mendapat pengakuan umum, rasa percaya dirinya

    akan kuat. Sebaliknya, siswa yang mengalami kegagalan

    berulang kali dapat menimbulkan rasa tidak percaya diri.

    Siswa yang memiliki rasa percaya diri yang tinggi

    akan menjadi siswa yang aktif dalam berjalannya kegiatan

    pembelajaran sehingga proses pembelajaran menjadi lebih

    hidup. Sedangkan siswa yang memiliki rasa percaya diri

    rendah cenderung menjadi siswa yang pasif.

    e) Intelegensi

    Menurut Slameto (2010 : 57) intelegensi adalah

    kemampuan psiko fisik untuk mereaksi rangsangan atau

    menyesuaikan diri dengan lingkungan dengan cara yang

    tepat. Intelegensi memainkan peran yang besar, khususnya

    berpengaruh pada tinggi rendahnya prestasi yang dapat

    dicapai siswa.

    Intelegensi besar pengaruhnya terhadap proses

    belajar siswa, dimana siswa yang mempunyai tingkat

    intelegensi yang tinggi akan lebih mudah menerima materi

    yang disampaikan oleh pendidik. Sebaliknya, siswa yang

    memiliki intelegensi yang rendah cenderung mengalami

    kesulitan dalam menerima materi yang disampaikan.

    Pembelajaran Sejarah Kebudayaan..., Nurul Fauziyah, Fakultas Agama Islam UMP, 2018

  • 38

    f) Kebiasaan Belajar

    Dalam kegiatan sehari-hari ditemukan adanya

    kebiasaan belajar yang kurang baik. Kebiasaan belajar

    tersebut antara lain berupa (i) belajar pada akhir semester,

    (ii) belajar tidak teratur, (iii) menyia-nyiakan kesempatan

    belajar dan (iv) belajar hanya ketika ada tugas.

    Kebiasaan-kebiasaan buruk tersebut dapat

    ditemukan baik di sekolah yang ada di kota besar, kota

    kecil dan di pelosok tanah air. Untuk sebagian, kebiasaan

    belajar tersebut disebabkan oleh ketidakmengertian siswa

    pada arti belajar bagi diri sendiri.

    2) Guru/Pendidik

    Guru/pendidik adalah pengajar yang mendidik. Ia tidak

    hanya mengajar bidang studi yang sesuai dengan keahliannya,

    tetapi juga menjadi pendidik generasi muda bangsanya.

    Sebagai pendidik, ia memusatkan perhatian pada kepribadian

    siswa (Dimyati, 2010 : 248).

    Guru/pendidik merupakan faktor yang sangat dominan

    dan paling penting dalam pendidikan formal pada umumnya

    karena bagi siswa, guru sering dijadikan tokoh teladan bahkan

    menjadi tokoh identifikasi diri. Di sekolah, guru merupakan

    unsur yang sangat mempengaruhi tercapainya tujuan

    pendidikan selain unsur murid dan unsur lainnya. Keberhasilan

    Pembelajaran Sejarah Kebudayaan..., Nurul Fauziyah, Fakultas Agama Islam UMP, 2018

  • 39

    penyelenggaraan pendidikan sangat ditentukan oleh kesiapan

    guru dalam mempersiapkan peserta didiknya melalui kegiatan

    pembelajaran (Saodin, 2010 : 3).

    Guru/pendidik dituntut memiliki kinerja yang mampu

    memberikan dan merealisasikan harapan dan keinginan semua

    pihak terutama masyarakat umum yang telah mempercayai

    sekolah dan guru dalam membina anak didik.

    b. Faktor Institusional

    1) Kurikulum

    Hakikat kurikulum adalah kegiatan yang mencakup

    berbagai rencana kegiatan peserta didik yang terperinci berupa

    bentuk-bentuk bahan pendidikan, saran-saran strategi

    pembelajaran, peraturan-peraturan program agar dapat

    diterapkan, dan hal-hal yang mencakup pada kegiatan yang

    bertujuan mencapai tujuan yang diinginkan (Suyanto, 2006 :

    123).

    Kurikulum merupakan salah satu komponen yang

    sangat menentukan dalam suatu sistem pendidikan. Karena

    kurikulum merupakan alat untuk mencapai tujuan pendidikan

    sekaligus sebagai pedoman dalam pelaksanaan pembelajaran

    pada semua jenis dan tingkat pendidikan.

    Menurut Sulistiyorini (2009 : 42) kurikulum

    Pendidikan Agama Islam adalah bahan-bahan Pendidikan

    Pembelajaran Sejarah Kebudayaan..., Nurul Fauziyah, Fakultas Agama Islam UMP, 2018

  • 40

    Agama Islam berupa kegiatan pengetahuan dan pengalaman

    yang dengan sengaja dan sistematis diberikan kepada siswa

    dalam rangka mencapai tujuan Pendidikan Agama Islam.

    Kurikulum disusun berdasarkan tuntutan kemajuan

    masyarakat. Oleh karenanya terjadilah perubahan kurikulum.

    Perubahan kurikulum di sekolah dapat menimbulkan masalah.

    Masalah yang dapat timbul ialah kemungkinan berubahnya

    tujuan pembelajaran. Jika tujuan berubah, maka pokok

    bahasan, kegiatan pembelajaran serta evaluasi juka akan

    berubah (Dimyati dan Mudjiono, 2010 : 253).

    2) Sarana Prasarana

    Menurut Sulistiyorini (2009 : 115) sarana pendidikan

    adalah peralatan dan perlengkapan yang secara langsung

    dipergunakan dalam menunjang proses pendidikan khususnya

    proses pembelajaran, seperti gedung, ruang kelas, meja, kursi

    serta peralatan dan media pembelajaran yang lain. Adapun

    yang dimaksud dengan prasarana pendidikan adalah fasilitas

    yang secara tidak langsung menunjang jalannya proses

    pendidikan atau pembelajaran seperti kebun, halaman, taman

    sekolah dan jalan menuju sekolah.

    Menurut Haitami dan Syamsul (2012 : 190) dalam

    Pendidikan Agama Islam alat/media jelas diperlukan, sebab

    alat/media pembelajaran mempunyai peran yang besar dan

    Pembelajaran Sejarah Kebudayaan..., Nurul Fauziyah, Fakultas Agama Islam UMP, 2018

  • 41

    berpengaruh terhadap pencapaian tujuan pendidikan yang

    diinginkan. Alat/media yang berupa benda dalam pendidikan

    mempunyai nilai-nilai praktis edukatif yang meliputi : (1)

    membuat konsep abstrak menjadi konkret (2) menampilkan

    objek yang terlalu besar (3) menampilkan objek yang tidak

    dapat diamati dengan mata telanjang (4) memungkinkan

    keseragaman pengamatan dan persepsi bagi pengalaman

    belajar siswa (5) membangkitkan motivasi belajar.

    Sarana dan prasarana yang ada di sekolah perlu

    didayagunakan dan dikelola untuk kepentingan proses

    pembelajaran di sekolah. Pengelolaan itu dimaksudkan agar

    dalam penggunaan sarana dan prasarana di sekolah bisa

    berjalan dengan efektif dan efisien sehingga dapat mendukung

    suksesnya proses pembelajaran di sekolah.

    Sarana dan prasarana pendidikan yang baik juga

    diharapkan dapat menciptakan sekolah yang bersih, rapi dan

    indah sehingga menciptakan sekolah yang menyenangkan bagi

    terlaksananya proses pendidikan.

    c. Faktor Eksternal

    Lingkungan pendidikan pada dasarnya adalah segala

    sesuatu yang ada dan terjadi di sekeliling proses pendidikan yang

    terdiri dari manusia, binatang, tumbuh-tumbuhan dan benda mati

    (Haitami dan Syamsul, 2010 : 261). Pendidikan tidak hanya terpacu

    Pembelajaran Sejarah Kebudayaan..., Nurul Fauziyah, Fakultas Agama Islam UMP, 2018

  • 42

    pada lingkup sekolah saja, akan tetapi lingkungan selain sekolah

    mempunyai peran yang penting dalam sebuah proses pendidikan.

    Lingkungan sosial berperan penting dalam keberhasilan

    pendidikan, karena perkembangan anak sangat dipengaruhi oleh

    lingkungan sekitarnya. Lingkungan yang secara tidak langsung

    berpengaruh pada proses pembelajaran adalah lingkungan keluarga

    dan lingkungan sosial di sekolah.

    Menurut Syah (2008 : 138) lingkungan yang paling banyak

    mempengaruhi kegiatan belajar adalah orangtua dan keluarga siswa

    itu sendiri, seperti sifat-sifat orangtua, praktik pengelolaan keluarga

    (letak rumah), semuanya dapat memberi dampak baik ataupun

    buruk terhadap kegiatan belajar dan hasil belajar siswa.

    Keluarga disebut sebagai pendidikan yang pertama dan

    utama, serta merupakan peletak fondasi dari watak dan pendidikan

    setelahnya. Keluarga sebagai salah satu lingkungan pendidikan

    yang paling berpengaruh atas jiwa anak karena keluarga adalah

    lingkungan pertama dimana manusia melakukan komunikasi dan

    sosialisasi diri dengan manusia selain dirinya.

    Selain keluarga, lingkunga yang juga paling berpengaruh

    adalah lingkungan sosial siswa di sekolah. Siswa-siswa di sekolah

    membentuk suatu lingkungan pergaulan, yang dikenal sebagai

    lingkungan sosial siswa. Dalam lingkungan sosial tersebut

    ditemukan adanya kedudukan dan peranan tertentu.

    Pembelajaran Sejarah Kebudayaan..., Nurul Fauziyah, Fakultas Agama Islam UMP, 2018

  • 43

    Setiap siswa berada dalam lingkungan sosial siswa di

    sekolah. Ia memiliki kedudukan dan peranan yang diakui oleh

    sesama. Jika seorang siswa diterima, maka ia dengan mudah

    menyesuaikan diri dan segera dapat belajar. Sebaliknya, jika ia

    ditolak, maka ia akan merasa tertekan dan sulit untuk

    menyesuaikan diri sehingga proses belajarnyapun akan terganggu

    (Dimyati dan Mudjiono, 2010 : 252).

    Selanjutnya, menurut Mawaddah (2014) setidaknya terdapat

    dua hal yang menjadi problematika pembelajaran SKI yang

    berkembang dalam proses pendidikan Islam di Madrasah, yaitu terkait

    dengan penulisan dan metode pemahamannya.

    a. Penulisan SKI masih didominasi oleh konsep penulisan sejarah

    konvensional yang mempunyai ciri-ciri diantaranya : 1) dokumen

    menjadi pedoman dan sumber utama, 2) uraiannya cenderung

    naratif dan deskriptif, 3) bersifat ensiklopedis, sehingga kurang

    memperhatikan kedalaman informasi, 4) orientasinya lebih

    mengarah ke Timur Tengah. Beberapa ciri penulisan sejarah

    konvensional ini menimbulkan kesan bahwa pembelajaran SKI

    itu membosankan, identik dengan dunia Arab dan sebagainya.

    b. Metode pemahaman SKI masih terkesan monoton, yakni SKI

    hanya dipahami sebatas kisah atau hikayat. Penjelasan guru

    terkadang kurang memperhatikan aspek-aspek lain semisal faktor

    sosiologis, faktor politik, ekonomi maupun geografis dan

    Pembelajaran Sejarah Kebudayaan..., Nurul Fauziyah, Fakultas Agama Islam UMP, 2018

  • 44

    sebagainya. Dalam menjelaskan suatu materi dapat melalui

    beberapa sudut pandang yang berbeda, sehingga pemahaman

    siswa menjadi lebih komprehensif.

    SKI merupakan materi yang penting untuk disampaikan

    kepada siswa sebagai upaya untuk membentuk watak dan kepribadian

    umat Islam. Kendati demikian, namun pada realitanya sering kurang

    disadari, sehingga mata pelajaran SKI kurang diminati. SKI justru

    hanya dipandang sebagai mata pelajaran pelengkap, hal ini terbukti

    dengan terbatasnya durasi waktu yang diberikan terhadap mata

    pelajaran SKI di lingkungan madrasah.

    C. Penelitian Terdahulu

    1. Skripsi yang berjudul “Pengelolaan Kelas pada Pembelajaran Sejarah

    Kebudayaan Islam pada Kelas IV MI Istiqomah Sambas Purbalingga”

    yang disusun oleh Annisa Fadhila (1306010025) mahasiswa Fakultas

    Agama Islam Universitas Muhammadiyah Purwokerto. Dari hasil

    penelitian disimpulkan bahwa bentuk pengelolaan kelas pada

    pembelajaran SKI di MI Istiqomah Sambas menggunakan unsur

    preventif dan unsur represif. Pendekatan yang digunakan adalah

    pendekatan otoriter, intimidasi, permisif, kehangatan dan keantusiasan.

    Persamaan penelitian ini dengan penelitian yang akan peneliti

    lakukan terletak pada variabel penelitian, yaitu tentang pembelajaran

    SKI. Perbedaan penelitian ini dengan penelitian yang akan dilakukan

    terletak pada fokus penelitian, dimana penelitian ini berfokus pada

    Pembelajaran Sejarah Kebudayaan..., Nurul Fauziyah, Fakultas Agama Islam UMP, 2018

  • 45

    pengelolaan kelas mata pelajaran SKI sedangkan peneliti akan

    melakukan penelitian mengenai problematika pembelajaran mata

    pelajaran SKI

    2. Skripsi yang berjudul “Problematika Pembelajaran Baca Tulis Al-

    Qur‟an dan Solusinya (Studi Kasus Mahasiwa PAI Semester I

    Universitas Muhammadiyah Purwokerto)” yang disusun oleh Edi

    Suworo (1306010011). Dari hasil penelitian dapat disimpulkan bahwa

    pada pembelajaran BTQ mahasiswa semester I di Universitas

    Muhammadiyah Purwokerto terdapat dua problem yaitu problem

    bacaan yang terdiri dari problem lahn al-jaliy dan problem al-khafiy.

    Sedangkan problem menulis yaitu problem menguasai kaidah-kaidah

    imla, perbedaan kaidah imla‟ dan kaidah rasm usmani.

    Persamaan penelitian ini dengan penelitian yang akan peneliti

    lakukan adalah pada jenis penelitian dan fokus penelitian yaitu tentang

    problematika pembelajaran. Perbedaan penelitian ini dengan penelitian

    yang akan dilakukan terletak pada objek penelitian dan tempat

    penelitian.

    3. Syamsul Ghufron dalam jurnalnya yang berjudul “Problematika Aspek

    Kebahasaan di Sekolah dan Solusinya”. Berdasarkan penelitian

    disimpulkan bahwa problem utama yang muncul dalam pembelajaran

    aspek kebahasaan di sekolah bersumber pada buku pelajaran yang

    tidak relevan dengan kurkulum dan tingkat perkembangan kejiwaan

    siswa.

    Pembelajaran Sejarah Kebudayaan..., Nurul Fauziyah, Fakultas Agama Islam UMP, 2018

  • 46

    Letak perbedaan penelitian ini dengan penelitian yang akan

    peneliti lakukan adalah pada objek penelitian, dimana penelitian ini

    meneliti problematika pada aspek kebahasaan sedangkan penelitian

    yang akan peneliti lakukan berfokus pada problematika pembelajaran

    SKI.

    Pembelajaran Sejarah Kebudayaan..., Nurul Fauziyah, Fakultas Agama Islam UMP, 2018