BAB II TINJAUAN PUSTAKA A. Pemanfaatan Pelayanan ...repositori.unsil.ac.id/834/6/12. BAB...

21
8 BAB II TINJAUAN PUSTAKA A. Pemanfaatan Pelayanan Kesehatan 1. Definisi Pemanfaatan Pelayanan Kesehatan Pemanfaatan pelayanan kesehatan adalah penggunaan fasilitas pelayanan yang disediakan baik dalam bentuk rawat jalan, rawat inap, kunjungan rumah oleh petugas kesehatan ataupun bentuk kegiatan lain dari pemanfaatan pelayanan tersebut yang didasarkan pada ketersediaan dan kesinambungan pelayanan, penerimaan masyarakat, dan kewajaran, mudah dicapai oleh masyarakat, terjangkau serta bermutu (Azwar, A., 2010). Fasilitas Kesehatan adalah fasilitas pelayanan kesehatan yang digunakan untuk menyelenggarakan upaya pelayanan kesehatan perorangan, baik promotif, preventif, kuratif, maupun rehabilitatif yang dilakukan oleh Pemerintah, Pemerintah Daerah, dan masyarakat (Perpres No.71 Tahun 2013). Fasilitas Kesehatan Tingkat Pertama (FKTP) pada era Jaminan Kesehatan Nasional (JKN) wajib memberikan pelayanan primer yang komprehensif sebagai gate keeper dengan kualitas pelayanan kesehatan menjadi prioritas (Davi, M., 2016). Menurut Lavey dan Loomba (1973) yang dimaksud dengan pelayanan kesehatan ialah setiap upaya yang diselenggarakan sendiri atau secara bersama-sama dalam suatu organisasi untuk memelihara dan meningkatkan kesehatan, mencegah dan menyembuhkan penyakit

Transcript of BAB II TINJAUAN PUSTAKA A. Pemanfaatan Pelayanan ...repositori.unsil.ac.id/834/6/12. BAB...

  • 8

    BAB II

    TINJAUAN PUSTAKA

    A. Pemanfaatan Pelayanan Kesehatan

    1. Definisi Pemanfaatan Pelayanan Kesehatan

    Pemanfaatan pelayanan kesehatan adalah penggunaan fasilitas

    pelayanan yang disediakan baik dalam bentuk rawat jalan, rawat inap,

    kunjungan rumah oleh petugas kesehatan ataupun bentuk kegiatan lain

    dari pemanfaatan pelayanan tersebut yang didasarkan pada

    ketersediaan dan kesinambungan pelayanan, penerimaan masyarakat,

    dan kewajaran, mudah dicapai oleh masyarakat, terjangkau serta

    bermutu (Azwar, A., 2010).

    Fasilitas Kesehatan adalah fasilitas pelayanan kesehatan yang

    digunakan untuk menyelenggarakan upaya pelayanan kesehatan

    perorangan, baik promotif, preventif, kuratif, maupun rehabilitatif yang

    dilakukan oleh Pemerintah, Pemerintah Daerah, dan masyarakat

    (Perpres No.71 Tahun 2013). Fasilitas Kesehatan Tingkat Pertama

    (FKTP) pada era Jaminan Kesehatan Nasional (JKN) wajib memberikan

    pelayanan primer yang komprehensif sebagai gate keeper dengan

    kualitas pelayanan kesehatan menjadi prioritas (Davi, M., 2016).

    Menurut Lavey dan Loomba (1973) yang dimaksud dengan

    pelayanan kesehatan ialah setiap upaya yang diselenggarakan sendiri

    atau secara bersama-sama dalam suatu organisasi untuk memelihara

    dan meningkatkan kesehatan, mencegah dan menyembuhkan penyakit

  • 9

    serta memulihkan kesehatan perseorangan, keluarga, kelompok dan

    ataupun masyarakat (Davi, M., 2016).

    Pelayanan kesehatan masyarakat (public health service) adalah

    bagian dari pelayanan kesehatan yang tujuan utamanya adalah untuk

    meningkatkan kesehatan dan mencegah penyakit dengan sasaran

    utamanya adalah mayarakat. Pelayanan kesehatan masyarakat ditandai

    dengan cara pengorganisasian yang umumnya dilakukan secara

    bersam-sama dalam suatu organisasi (Davi, M., 2016). Pelayanan

    kesehatan harus meiliki syarat pokok. Syarat pokok yang dimaksud

    adalah :

    a. Tersedia dan Berkesinambungan

    Syarat pokok pertama pelayanan kesehatan yang baik

    adalah pelayanan kesehatan tersebut harus tersedia di masyarakat

    (available) serta bersifat berkesinambungan (continuous). Artinya

    semua jenis pelayanan kesehatan yang dibutuhkan oleh

    masyarakat tidak sulit ditemukan, serta keberadaannya di

    masyarakat adalah pada setiap saat yang dibutuhkan.

    b. Dapat Diterima dan Wajar

    Syarat pokok kedua pelayanan kesehatan yang baik adalah

    yang dapat diterima (acceptable) oleh masyarakat serta bersifat

    wajar (appropriate), artinya pelayanan kesehatan tersebut tidak

    bertentangan dengan adat istiadat, kebudayaan, keyakinan dan

    kepercayaan masyarakat, serta bersifat tidak wajar, bukanlah suatu

    pelayanan kesehatan yang baik.

  • 10

    c. Mudah Dicapai

    Syarat pokok ketiga pelayanan kesehatan yang baik adalah

    yang mudah dicapai (accessible) oleh masyarakat. Pengertian

    ketercapaian yang dimaksud disini terutama dari sudut lokasi.

    Dengan demikian untuk dapat mewujudkan pelayanan kesehatan

    yang baik, maka pengaturan distribusi sarana kesehatan menjadi

    sangat penting. Pelayanan kesehatan yang terlalu terkonsentrasi di

    daerah perkotaan saja, dan sementara itu tidak ditemukan di daerah

    pedesaan, bukan pelayanan kesehatan yang baik.

    d. Mudah Dijangkau

    Syarat pokok keempat pelayanan kesehatan yang baik

    adalah yang mudah dijangkau (affordable) oleh masyarakat.

    Pengertian keterjangkauan yang dimaksudkan yaitu dari sudut

    biaya. Untuk dapat mewujudkan keadaan seperti ini harus dapat

    diupayakan biaya pelayanan kesehatan tersebut sesuai dengan

    kemampuan ekonomi masyarakat. Pelayanan kesehatan yang

    mahal dan karena itu hanya mungkin dinikmati oleh sebagian kecil

    masyarakat saja, bukan pelayanan kesehatan yang baik.

    e. Bermutu

    Pelayanan kesehatan yang baik adalah yang bermutu

    (quality). Pengertian mutu yang dimaksud disini adalah yang

    menunjuk pada tingkat kesempurnaan pelayanan kesehatan yang

    diselenggarakan, yang disatu pihak dapat memuaskan para

    pemakai jasa pelayanan, dan dipihak lain tata cara

  • 11

    penyelenggaraannya sesuai dengan kode etik serta standar yang

    telah ditetapkan.

    2. Pelayanan Kesehatan Bagi Peserta JKN

    Berdasarkan kepesertaan JKN sesuai dengan peta jalan

    (roadmap) menuju jaminan kesehatan semesta atau Universal Health

    Coverage (UHC) di tahun 2019, bahwa pada tahap awal kepesertaan

    JKN. Selama masih ditetapkan sebagai peserta maka masih berhak

    mendapatkan manfaat pelayanan kesehatan dalam JKN (PMK No.28

    Tahun 2014). Dalam Perpres No.71 Tahun 2013 tentang Pelayanan

    Kesehatan pada JKN menjelaskan macam-macam jenis pelayanan

    kesehatan pada fasilitas kesehatan tingkat pertama yaitu :

    a. Pelayanan Kesehatan Rawat Jalan

    Pelayanan Kesehatan rawat jalan tingkat pertama adalah

    pelayanan kesehatan perseorangan yang bersifat non spesialistik

    yang dilaksanakan pada fasilitas kesehatan tingkat pertama untuk

    kepentingan observasi, diagnosis, pengobatan, dan atau pelayanan

    kesehatan lainya.

    b. Pelayanan Kesehatan Rawat Inap

    Pelayanan kesehatan rawat inap tingkat pertama adalah

    pelayanan kesehatan perseorangan yang bersifat non spesialistik

    dan dilaksanakan pada fasilitas kesehatan tingkat pertama untuk

    keperluan observasi, perawatan, diagnosis, pengobatan, dan atau

    pelayanan medis lainnya, dimana peserta dan atau anggota

    keluarganya dirawat inap paling singkat satu hari.

  • 12

    Fasilitas kesehatan tingkat pertama merupakan pelayanan

    kesehatan non spesialistik yang meliputi :

    1) Administrasi Kesehatan

    2) Pelayanan promotif dan preventif

    3) Pemeriksaan, pengobatan, dan konsultasi medis

    4) Tindakan medis non spesialistik, baik operatif dan non operatif

    5) Pelayanan obat dan bahan medis habis pakai

    6) Tranfusi darah sesuai dengan kebutuhan medis

    7) Pemeriksaan penunjang diagnostik laboratorium tingkat pertama

    8) Rawat inap tingkat pertama sesuai dengan indikasi medis

    3. Faktor yang Mempengaruhi Pemanfaatan Pelayanan Kesehatan

    Faktor-faktor determinan dalam penggunaan pelayanan kesehatan

    didasarkan pada beberapa katagori antara kependudukan, struktur

    sosial, psikologi sosial, sumber daya keluarga, sumber daya masyarakat,

    organisasi dan model-model sIstem kesehatan. Anderson (1973)

    menggambarkan model sistem kesehatan (health model system) yang

    berupa model kepercayaan kesehatan.

    Banyak teori yang berkaitan dengan alasan seseorang ketika

    memilih dan menggunakan fasilitas pelayanan kesehatan, diantaranya :

    a. Teori Andersen/ Health System Model

    Menurut teori Anderson dalam Muzaham (1995), ada tiga faktor

    yang mempengaruhi penggunaan pelayanan kesehatan yaitu :

    1) Mudahnya menggunakan fasilitas pelayanan kesehatan

    (karakteristik predisposisi)

  • 13

    2) Adanya faktor-faktor yang menjamin terhadap pelayanan

    kesehatan yang ada (karakteristik pendukung)

    3) Adanya kebutuhan pelayanan kesehatan (karakteristik kebutuhan)

    Predisposing Enabling Need Health Service Use

    Gambar 2.1 Ilustrasi Model Anderson

    b. Model Kepercayaan Kesehatan / Health Belief Model

    HBM telah berkembang di tahun 1950 oleh para ahli psikologi

    sosial. Berkembangnya pelayanan kesehatan masyarakat akibat kegagalan

    dari orang atau masyarakat untuk menerima usaha-usaha pencegahan

    dan penyembuhan penyakit yang diselenggarakan oleh provider (Glanz,

    2002).

    Ada 5 variabel yang menyebabkan seseorang mengobati

    penyakitnya :

    1. Kerentanan yang dirasakan (perceived susceptibility)

    Persepsi seseorang terhadap resiko dari suatu penyakit. Agar

    seseorang bertindak untuk mengobati atau mencegah penyakitnya,

    ia harus merasakan bahwa ia rentan terhadap penyakit tersebut.

    2. Keparahan yang dirasakan (perceived seriousness)

    Tindakan seseorang dalam pencarian pengobatan dan pencegahan

    penyakit dapat disebabkan karena keseriusan dari suatu penyakit yang

    dirasakan misalnya dapat menimbulkan kecacatan, kematian, atau

    kelumpuhan, dan juga dampak sosial seperti dampak terhadap

    pekerjaan, kehidupan keluarga, dan hubungan sosial.

  • 14

    3. Keuntungan yang dirasakan (perceived benefits)

    Penerimaan seseorang terhadap pengobatan penyakit dapat

    disebabkan karena keefektifan dari tindakan yang dilakukan untuk

    mengurangi penyakit. Faktor lainnya termasuk yang tidak

    berhubungan dengan perawatan seperti, berhenti merokok dapat

    menghemat uang.

    4. Hambatan yang dirasakan (perceived barriers)

    Dampak negatif yang ditimbulkan oleh tindakan pencegahan penyakit

    akan mempengaruhi seseorang untuk bertindak. Pada umumnya

    manfaat tindakan lebih menentukan daripada rintangan atau

    hambatan yang mungkin ditemukan dalam melakukan tindakan

    tersebut.

    5. Isyarat atau tanda-tanda untuk bertindak (cues to action)

    Cues to action adalah mempercepat tindakan yang membuat

    seseorang merasa butuh mengambil tindakan atau melakukan tindakan

    nyata untuk melakukan perilaku sehat. Cues to action juga berarti

    dukungan atau dorongan dari ligkungan terhadap individu yang

    melakukan perilaku sehat. Saran dokter atau rekomendasi telah

    ditemukan juga bisa menjadi cues to action untuk bertindak dalam

    konteks memeriksakan penyakit.

    6. Keyakinan akan diri sendiri (self efficacy)

    Kepercayaan seseorang terhadap kemampuannya dalam

    pengambilan tindakan (Glanz, 2002).

  • 15

    Terdapat tiga kategori utama dalam pelayanan kesehatan yakni

    karakteristik predisposisi, karakteristik pendukung dan karakteristik

    kebutuhan (Davi, M., 2016).

    a. Karakteristik predisposisi (predisposising characteristics)

    Kecenderungan individu untuk mempergunakan pelayanan kesehatan

    ditentukan oleh serangkaian variabel-variabel karena adanya ciri-ciri

    individu yang digolongkan dalam 3 kelompok :

    1) Ciri-ciri demografi:

    a) Umur

    Menurut Green (2008), umur merupakan salah satu

    karakteristik individu yang dapat mempermudah atau

    mendasari untuk terjadinya perilaku tertentu. Melalui

    perjalanan umurnya semakin dewasa, seseorang akan

    melakukan adaptasi perilaku hidupnya terhadap lingkungannya

    disamping secara alamiah, juga berkembang perilaku yang

    sifatnya naluriah. Sedangkan menurut Elizabeth B.Hurlock

    (2004), masa dewasa dimulai dari umur 18 tahun. Pada masa

    ini seseorang mengalami perubahan dalam menentukan pola

    hidup baru, tanggung jawab baru dan komitmen-komitmen

    yang baru termasuk menentukan memanfaatkan atau tidak

    memanfaatkan pelayanan kesehatan apabila sedang sakit.

    b) Jenis Kelamin

    Jenis kelamin merupakan variabel penting karena distribusi

    beberapa penyakit bervariasi menurut jenis kelamin. Alasan

    lain bagi penentuan jenis kelamin adalah untuk menentukan

  • 16

    jenis kelamin pengambil keputusan dalam rumah tangga (F.J

    Bennet, 2007). Sedangkan menurut Bar Smet (2009), wanita

    lebih banyak melaporkan adanya gejala penyakit dan

    berkonsultasi dengan dokter lebih sering dari pada laki-laki.

    2) Struktur Sosial

    a) Tingkat Pendidikan

    Pendidikan seseorang merupakan salah satu proses

    perubahan tingkah laku. Pendidikan didefinisikan sebagai

    tingkat pendidikan formal tertinggi yang dicapai dan ditunjukkan

    dengan bukti ijasah. Berdasarkan undang-undang nomor 20

    tahun 2003 tentang Sistem Pendidikan Nasional, pendidikan

    digolongkan menjadi 3 (tiga) kategori yaitu pendidikan rendah

    (meliputi : tidak sekolah, tamat SD/MI/MTS), pendidikan

    menengah (meliputi : tamat SMA/MA/SMK), pendidikan tinggi

    (meliputi : tamat Diploma/sarjana/magister/spesialis).

    Tingkat pendidikan adalah proses pengubahan sikap dan tata

    laku seseorang atau kelompok orang dalam usaha

    mendewasakan manusia melalui upaya pengajaran dan

    pelatihan yang formal, melalui tingkat pendidikan berpengaruh

    terhaap kesadaran individu dalam melakukan tindakan

    perencanaan dan pengendalian untuk mengatasi resiko yang

    akan timbul dalam kehidupan. Pendidikan mempengaruhi

    persepsi risiko dan persepsi terhadap besarnya kerugian

    (Handayani dkk, 2013). Semakin tinggi tingkat pendidikan,

    semakin bertambah pengetahuan mengenai informasi jaminan

  • 17

    kesehatan dan kebutuhannya terhadap pelayanan kesehatan.

    Ketika seseorang memiliki tingkat pendidikan tinggi maka dapat

    lebih memahami dan mengetahui manfaat serta kebutuhan

    yang dianggap penting seperti kebutuhan akan pelayanan

    kesehatan yang dapat dijamin dengan cara membayar iuran

    jaminan kesehatan sehingga tingkat keinginan seseorang

    dalam membayar iuran tersebut akan semakin meningkat.

    b) Pekerjaan

    Masyarakat yang berpenghasilan rendah dan berpendidikan

    formal rendah yang menimbulkan sikap masa bodoh dan

    pengingkaran serta rasa takut yang tidak mendasar.

    3) Manfaat-manfaat kesehatan, seperti keyakinan bahwa pelayanan

    kesehatan dapat menolong proses penyembuhan penyakit.

    a) Setiap individu atau orang mempunyai perbedaan

    karakteristik, mempunyai perbedaan tipe dan frekuensi

    penyakit, dan mempunyai perbedaan pola penggunaan

    pelayanan kesehatan.

    b) Setiap individu mempunyai perbedaan struktur sosial,

    mempunyai perbedaan gaya hidup, dan akhirnya mempunyai

    perbedaan penggunaan pelayanan kesehatan.

    c) Individu percaya adanya kemanjuran dalam penggunaan

    kesehatan.

    b. Karakteristik Pendukung (Enabling Characterictic)

    Karakteristik ini mencerminkan bahwa meskipun mempunyai

    predisposisi untuk menggunakan pelayanan kesehatan, ia tak akan

  • 18

    bertindak untuk menggunakannya, kecuali bila mampu

    menggunakannya. Penggunaan pelayanan kesehatan yang ada

    tergantung kepada kemampuan konsumen untuk membayar meliputi:

    1) Sumber daya keluarga, seperti penghasilan, asuransi,

    kemampuan membeli jasa pelayanan.

    Dalam model ini variabel bebas yang dipakai adalah

    pendapatan keluarga, cakupan asuransi keluarga atau sebagai

    anggota keluarga dan pihak yang membiayai pelayanan

    kesehatan keluarga. Karakteristik ini untuk mengukur

    kesanggupan dari individu atau keluarga untuk memperoleh

    pelayanan kesehatan. Model sumber keluarga menekankan

    kesanggupan untuk memperoleh pelayanan kesehatan bagi

    anggotanya. Dengan demikian model sumber keularga adalah

    berdasarkan model ekonomis (Davi, M., 2016). Pelaksanaan

    pelayanan kesehatan akan dipengaruhi oleh tingkat ekonomi di

    masyarakat. Semakin tinggi ekonomi seseorang, pelayanan

    kesehatan akan lebih diperhatikan dan mudah dijangkau,

    demikian juga sebaliknya apabila tingkat ekonomi seseorang

    rendah, maka sangat sulit menjangkau pelayanan kesehatan

    mengingat biaya dalam jasa pelayanan kesehatan membutuhkan

    biaya yang cukup mahal. Keadaan ekonomi ini yang akan dapat

    mempengaruhi dalam system pelayanan kesehatan (Hidayat,

    2007). Pendapatan merupakan ukuran yang sering digunakan

    untuk melihat kondisi status sosial ekonomi pada suatu kelompok

  • 19

    masyarakat tertentu. Semakin baik kondisi ekonomi masyarakat

    semakint tinggi persentase yang menggunakan jasa kesehatan.

    2) Sumber daya masyarakat, seperti ketersedian fasilitas

    kesehatan, jarak tempuh dan biaya transportasi.

    Pada model ini tipe model yang digunakan adalah penyediaan

    pelayanan kesehatan dan sumber-sumber di dalam masyarakat,

    kepercayaan dari pelayanan kesehatan yang tersedia serta

    sumber-sumber di dalam masyarakat. Model sumber daya

    masyarakat selanjutnya adalah suplai ekonomi yang berfokus

    pada ketersediaan sumber-sumber kesehatan pada masyarakat

    setempat. Dengan demikian model ini memindahkan pelayanan

    dari tingkat individu atau keluarga ke tingkat masyarakat (Davi,

    M., 2016). Pelayanan kesehatan yang baik adalah yang mudah

    di jangkau dari sudut lokasi (Azwar, A., 2010). Aksesibilitas

    merupakan salah satu faktor yang berperan dalam menentukan

    pelayanan kesehatan yang dinilai dari jarak, waktu tempuh, dan

    ketersediaan transportasi untuk mencapai lokasi pelayanan

    kesehatan (Dever, 2008). Akses untuk memanfaatkan pelayanan

    kesehatan dibagi dalam tiga kelompok yaitu akses dekat bila

    dihitung dalam radius kilometer sejauh kurang dari 1 Km, sedang

    bila dihitung dalam radius kilometer sejauh 1-4 Km dan

    aksesnya jauh bila dihitung dalam radius kilometer lebih dari 4

    Km (Razak, 2005).

  • 20

    c. Karakteristik Kebutuhan (Need Characterictic)

    Faktor predisposisi dan faktor yang memungkinkan untuk

    mencari pengobatan dapat terwujud di dalam tindakan apabila itu

    dirasakan sebagai kebutuhan. Dalam kata lain kebutuhan merupakan

    dasar dan stimulus langsung untuk menggunakan pelayanan

    kesehatan, bilamana tingkat predisposisi dan enabling itu ada.

    Kebutuhan (need) dibagi menjadi dua katagori :

    1) Penilaian individu atau perceived (subject assessment) berupa

    persepsi masyarakat.

    Model ini merupakan penjabaran dari model

    sosiopsikologi yang berdasar pada keyataan bahwa problem

    kesehatan ditandai oleh kegagalan orang atau masyarakat untuk

    menerima usaha-usaha pencegahan dan penyembuhan penyakit

    yang diselenggarakan oleh provider (Davi, M., 2016).

    Persepsi masyarakat terhadap sehat-sakit erat

    hubunganya dengan perilaku pencarian pengobatan. Pola pikiran

    tersebut akan mempengaruhi atas dipakai atau tidak dipakainya

    fasilitas kesehatan yang disediakan (Notoatmodjo, S., 2010).

    Persepsi masyarakat yang baik akan mendorong pemanfaatan

    layanan kesehatan di Puskesmas serta jika persepsi terhadap

    suatu program kurang baik maka akan meningkatkan perilaku

    untuk tidak memanfaatkan puskesmas (Rumengan dkk, 2015).

    2) Penilaian klinik atau Evaluated (clinical diagnosis) berupa

    pemeriksaan gejala dan diagnosa penyakit.

  • 21

    Dalam model ini variabel yang dipakai adalah

    pencerminan perbedaan bentuk-bentuk sistem pelayanan

    kesehatan (Davi, M., 2016). Berupa :

    a) Gaya praktik pengobatan

    b) Sifat dari pelayanan

    c) Letak dari pelayanan

    d) Petugas kesehatan yang pertama kali kontak dengan pasien

    Gambar 2.2

    Ilustrasi Model Sistem Kesehatan Sumber : Notoatmodjo, S., Ilmu Perilaku Kesehatan 2010

    B. Program Pengelolaan Penyakit Kronis (Prolanis)

    1. Pengertian Prolanis

    Prolanis merupakan suatu sistem pelayanan kesehatan dan

    pendekatan proaktif yang dilaksanakan secara terintegratif yang

    Predisposing Enabling Need Health

    Service Use

    Demoghrapy Family

    Resouce Preceived

    Health

    Beliefs

    Social

    Structure

    Community

    Resource Evaluated

  • 22

    melibatkan peserta, fasilitas kesehatan, dan BPJS Kesehatan dalam

    rangka pemeliharaan kesehatan bagi peserta BPJS Kesehatan yang

    menderita penyakit kronis untuk mencapai kualitas hidup yang optimal

    dengan biaya pelayanan kesehatan yang efektif dan efisien (BPJS

    Kesehatan, 2014).

    Tujuan Prolanis adalah mendorong peserta penyandang penyakit

    kronis untuk mencapai kualitas hidup yang optimal dengan indikator

    75% peserta terdaftar yang berkunjung ke Fasilitas Kesehatan (Faskes)

    memliki hasil baik pada pemeriksaan spesifik terhadap penyakit DM tipe

    II dan Hipertensi sesuai panduan klinis terkait sehingga mencegah

    timbulnya komplikasi penyakit (BPJS Kesehatan, 2014).

    2. Bentuk Pelaksanaan

    Pelaksanaan Prolanis BPJS Kesehatan meliputi :

    a. Konsultasi Medis

    Dilakukan dengan cara konsultasi medis antara peserta

    Prolanis dengan tim medis, jadwal konsultasi disepakati bersama

    antara peserta dengan faskes pengelola.

    b. Edukasi Kelompok Peserta Prolanis

    Edukasi klub Prolanis adalah kegiatan untuk meningkatkan

    pengetahuan kesehatan dalam upaya memulihkan penyakit dan

    mencegah timbulnya kembali penyakit serta meningkatkan status

    kesehatan bagi peserta prolanis.

    Sasaran dari metode ini yaitu, terbentuknya kelompok

    peserta (Klub) Prolanis minimal 1 faskes pengelola 1 klub.

  • 23

    Pengelompokan diutamakan berdasarkan kondisi kesehatan

    peserta dan kebutuhan edukasi.

    c. Reminder melalui SMS Gateway

    Reminder adalah kegiatan untuk memotivasi peserta untuk

    melakukan kunjungan rutin ke faskes pengelola melalui peringatan

    jadwal konsultasi ke faskes pengelola tersebut.

    Sasaran dari hal ini adalah tersampaikannya reminder

    jadwal konsultasi peserta ke masing-masing faskes pengelola.

    d. Home Visit

    Home visit adalah kegiatan pelayanan kunjungan ke rumah

    peserta Prolanis untuk pemberian informasi atau edukasi kesehatan

    diri dan lingkungan bagi peserta Prolanis dan keluarga. Sasaran

    peserta Prolanis dengan kriteria :

    1) Peserta baru terdaftar,

    2) Peserta tidak hadir terapi di Dokter praktek perorangan/Klinik

    /Puskesmas selama 3 bulan berturut-turut,

    3) Peserta dengan GDP/GDPP dibawah standar 3 bulan berturut-

    turut,

    4) Peserta dengan tekanan darah tidak terkontrol 3 bulan berturut-

    turut, dan

    5) Peserta pasca opname.

    e. Pemantauan Status Kesehatan (Skrinning Kesehatan)

    Mengontrol riwayat pemeriksaan kesehatan untuk mencegah

    agar tidak terjadi komplikasi atau penyakit berlanjut (BPJS

    Kesehatan, 2014).

  • 24

    C. Hipertensi

    1. Definisi Hipertensi

    Hipertensi atau tekanan darah tinggi adalah suatu peningkatan

    abnormal tekanan darah dalam pembuluh darah arteri yang mengangkut

    darah dari jantung dan memompa keseluruh jaringan dan organ–organ

    tubuh secara terus–menerus lebih dari suatu periode (Irianto, 2014). Hal

    ini terjadi bila arteriol–arteriol konstriksi. Konstriksi arteriol membuat

    darah sulit mengalir dan meningkatkan tekanan melawan dinding arteri.

    Hipertensi menambah beban kerja jantung dan arteri yang bila berlanjut

    dapat menimbulkan kerusakan jantung dan pembuluh darah (Udjianti,

    2010).

    Hipertensi dapat didifinisikan sebagai tekanan darah persisten

    dimana tekanan sistoliknya diatas 140 mmHg dan tekanan diastoliknya di

    atas 90 mmHg (Syamsudin, 2011). Populasi manula, hipertensi

    didefinisikan sebagai tekanan darah sistolik 160 mmHg dan tekanan

    darah diastolik 90 mmHg (Smeltzer dan Bare, 2002). Hipertensi

    merupakan penyebab utama gagal jantung, stroke, infak miokard,

    diabetes dan gagal ginjal (Corwin, 2009). Hipertensi disebut juga sebagai

    “pembunuh diam–diam” karena orang dengan hipertensi sering tidak

    menampakan gejala, Institut Nasional Jantung, Paru dan Darah

    memperkirakan separuh orang yang menderita hipertensi tidak sadar

    akan kondisinya. Penyakit hipertensi ini diderita, tekanan darah pasien

    13 harus dipantau dengan interval teratur karena hipertensi merupakan

    kondisi seumur hidup (Smeltzer dan Bare, 2002).

  • 25

    2. Etiologi

    Berdasarkan penyebabnya hipertensi terbagi menjadi dua

    golongan menurut Corwin (2009), Irianto (2014), Padila (2013), Price dan

    Wilson (2006), Syamsudin (2011), Udjianti (2010) :

    a. Hipertensi Primer

    Merupakan 90% dari seluruh kasus hipertensi adalah hipertensi

    esensial yang didefinisikan sebagai peningkatan tekanan darah yang

    tidak diketahui penyebabnya (Idiopatik). Beberapa faktor diduga

    berkaitan dengan berkembangnya hipertensi esensial seperti berikut

    ini:

    1) Genetik : Individu yang mempunyai riwayat keluarga dengan

    hipertensi, beresiko tinggi untuk mendapatkan penyakit ini.

    2) Jenis kelamin dan usia : Laki–laki berusia 35- 50 tahun dan

    wanita menopause beresiko tinggi untuk mengalami hipertensi.

    Jika usia bertambah maka tekanan darah meningkat faktor ini

    tidak dapat dikendalikan serta jenis kelamin laki–laki lebih tinggi

    dari pada perempuan.

    3) Diet : Konsumsi diet tinggi garam atau lemak secara langsung

    berhubungan dengan berkembangnya hipertensi. Faktor ini bisa

    14 dikendalikan oleh penderita dengan mengurangi konsumsinya

    karena dengan mengkonsumsi banyak garam dapat

    meningkatkan tekanan darah dengan cepat pada beberapa

    orang, khususnya dengan pendeita hipertensi, diabetes, serta

    orang dengan usia yang tua.

  • 26

    4) Berat badan : Faktor ini dapat dikendalikan dimana bisa menjaga

    berat badan dalam keadaan normal atau ideal. Obesitas (>25%

    diatas BB ideal) dikaitkan dengan berkembangnya peningkatan

    tekanan darah atau hipertensi.

    5) Gaya hidup : Faktor ini dapat dikendalikan dengan pasien hidup

    dengan pola hidup sehat dengan menghindari faktor pemicu

    hipertensi itu terjadi yaitu merokok, dengan merokok berkaitan

    dengan jumlah rokok yang dihisap dalam waktu sehari dan dapat

    menghabiskan berapa putung rokok dan lama merokok

    berpengaruh dengan tekanan darah pasien.

    b. Hipertensi Sekunder

    Hipertensi sekunder merupakan 10% dari seluruh kasus

    hipertensi adalah hipertensi sekunder, yang didefinisikan sebagai

    peningkatan tekanan darah karena suatu kondisi fisik yang ada

    sebelumnya seperti penyakit ginjal atau gangguan tiroid, hipertensi

    endokrin, hipertensi renal, kelainan saraf pusat yang dapat

    mengakibatkan hipertensi dari penyakit tersebut karena hipertensi

    sekunder yang terkait dengan ginjal disebut hipertensi ginjal (renal

    hypertension). Gangguan ginjal yang paling banyak menyebabkan

    tekanan darah tinggi karena adanya penyempitan pada arteri ginjal,

    yang merupakan pembuluh darah utama penyuplai darah ke kedua

    organ ginjal. Bila pasokan darah menurun maka ginjal akan

    memproduksi berbagai zat yang meningkatkan tekanan darah serta

    ganguuan yang terjadi pada tiroid juga merangsang aktivitas jantung,

  • 27

    meningkatkan produksi darah yang mengakibtkan meningkatnya

    resistensi pembuluh darah sehingga mengakibatkan hipertensi.

    c. Klasifikasi

    Menurut WHO (2013), batas normal tekanan darah adalah

    tekanan darah sistolik kurang dari 120 mmHg dan tekanan darah

    diastolik kurang dari 80 mmHg. Seseorang yang dikatakan hipertensi

    bila tekanan darah sistolik lebih dari 140 mmHg dan tekanan diastolik

    lebih dari 90 mmHg. Klasifikasi hipertensi berdasarkan penyebabnya

    yaitu hipertensi primer dan hipertensi sekunder (Smeltzer dan Bare,

    2002, Udjianti, 2010). Hipertensi primer adalah peningkatan tekanan

    darah yang tidak diketahui penyebabnya. Dari 90% kasus hipertensi

    merupakan hipertensi primer. (Udjianti, 2010)

  • 28

    D. Kerangka Teori

    Gambar 2.3 Kerangka Teori

    Sumber : Modifikasi dari Anderson (1973) dalam Notoatmodjo, S (2010)

    Predisposing

    Need

    Enabling

    Persepsi peserta prolanis penderita

    hipertensi

    -

    Pemanfaatan

    Prolanis

    Jenis Kelamin

    Keyakinan terhadap

    pelayanan kesehatan

    Pekerjaan

    Pendidikan

    Umur Pendapatan

    Asuransi

    Kemampuan membeli

    jasa

    Ketersediaan fasilitas

    kesehatan

    Aksesibilitas

    Pemeriksaan

    gejala

    -

    Diagnosa Penyakit

    -

    Isyarat atau

    tanda-tanda

    untuk bertindak