BAB II TINJAUAN PUSTAKA A. Motivasi Melanjutkan Pendidikan...

22
14 BAB II TINJAUAN PUSTAKA A. Motivasi Melanjutkan Pendidikan Strata 2 1. Pengertian Motivasi melanjutkan pendidikan strata 2 Kata motivasi berasal dari bahasa Latin yaitu movere, yang berarti bergerak (move). Motivasi menjelaskan apa yang membuat orang melakukan sesuatu, membuat mereka tetap melakukannya, dan membantu mereka dalam menyelesaikan tugas-tugas. Hal ini berarti bahwa konsep motivasi digunakan untuk menjelaskan keinginan berperilaku, arah perilaku (pilihan), intensitas perilaku (usaha, berkelanjutan), dan penyelesaian atau prestasi yang sesungguhnya (Pintrich, 2003). Menurut Santrock, motivasi adalah proses yang memberi semangat, arah, dan kegigihan perilaku. Artinya, perilaku yang memiliki motivasi adalah perilaku yang penuh energi, terarah, dan bertahan lama (Santrock, 2007). Dalam kegiatan belajar, maka motivasi dapat dikatakan sebagai keseluruhan daya penggerak didalam diri siswa yang menimbulkan kegiatan belajar, yang menjamin kelangsungan dari kegiatan belajar dan memberikan arah pada kegiatan belajar, sehingga tujuan

Transcript of BAB II TINJAUAN PUSTAKA A. Motivasi Melanjutkan Pendidikan...

Page 1: BAB II TINJAUAN PUSTAKA A. Motivasi Melanjutkan Pendidikan ...repository.uksw.edu/bitstream/123456789/6778/2/T1_802008702_BAB II.pdf · Fungsi terakhir dari motivasi menurut Sardiman,

14

BAB II

TINJAUAN PUSTAKA

A. Motivasi Melanjutkan Pendidikan Strata 2

1. Pengertian Motivasi melanjutkan pendidikan strata 2

Kata motivasi berasal dari bahasa Latin yaitu

movere, yang berarti bergerak (move). Motivasi

menjelaskan apa yang membuat orang melakukan

sesuatu, membuat mereka tetap melakukannya, dan

membantu mereka dalam menyelesaikan tugas-tugas.

Hal ini berarti bahwa konsep motivasi digunakan untuk

menjelaskan keinginan berperilaku, arah perilaku

(pilihan), intensitas perilaku (usaha, berkelanjutan), dan

penyelesaian atau prestasi yang sesungguhnya (Pintrich,

2003).

Menurut Santrock, motivasi adalah proses yang

memberi semangat, arah, dan kegigihan perilaku.

Artinya, perilaku yang memiliki motivasi adalah

perilaku yang penuh energi, terarah, dan bertahan lama

(Santrock, 2007). Dalam kegiatan belajar, maka motivasi

dapat dikatakan sebagai keseluruhan daya penggerak

didalam diri siswa yang menimbulkan kegiatan belajar,

yang menjamin kelangsungan dari kegiatan belajar dan

memberikan arah pada kegiatan belajar, sehingga tujuan

Page 2: BAB II TINJAUAN PUSTAKA A. Motivasi Melanjutkan Pendidikan ...repository.uksw.edu/bitstream/123456789/6778/2/T1_802008702_BAB II.pdf · Fungsi terakhir dari motivasi menurut Sardiman,

15

yang dikehendaki oleh subjek belajar itu dapat tercapai

(Sardiman, 2000)

Sejalan dengan pernyataan Santrock (2007) diatas,

Brophy (2004) menyatakan bahwa motivasi belajar lebih

mengutamakan respon kognitif, yaitu kecenderungan

siswa untuk mencapai aktivitas akademis yang bermakna

dan bermanfaat serta mencoba untuk mendapatkan

keuntungan dari aktivitas tersebut. Siswa yang memiliki

motivasi belajar akan memperhatikan pelajaran yang

disampaikan, membaca materi sehingga bisa

memahaminya, dan menggunakan strategi-strategi

belajar tertentu yang mendukung. Selain itu, siswa juga

memiliki keterlibatan yang intens dalam aktivitas belajar

tersebut, rasa ingin tahu yang tinggi, mencari bahan-

bahan yang berkaitan untuk memahami suatu topik, dan

menyelesaikan tugas yang diberikan.

Siswa yang memiliki motivasi belajar akan

bergantung pada apakah aktivitas tersebut memiliki isi

yang menarik atau proses yang menyenangkan. Intinya,

motivasi belajar melibatkan tujuan-tujuan belajar dan

strategi yang berkaitan dalam mencapai tujuan belajar

tersebut (Brophy, 2004).

Lebih lanjut Wexley & Yukl, (2001) memberikan

batasan mengenai motivasi sebagai the process by which

behaviour is energized and directed. Hal ini didukung

Page 3: BAB II TINJAUAN PUSTAKA A. Motivasi Melanjutkan Pendidikan ...repository.uksw.edu/bitstream/123456789/6778/2/T1_802008702_BAB II.pdf · Fungsi terakhir dari motivasi menurut Sardiman,

16

oleh Mc.Celland (dalam Trismaningrum,2007) yang

berpendapat bahwa didalam motivasi terdapat sebuah

tujuan dari individu tersebut. Dengan kata lain motivasi

adalah serangkaian usaha untuk menyediakan keadaan-

keadaan tertentu agar seseorang menjadi mau dan ingin

melakukan sesuatu.

Berdasarkan beberapa definisi diatas selanjutnya

dapat disimpulkan bahwa yang dimaksud dengan

motivasi adalah faktor-faktor yang ada dalam diri

seseorang yang menggerakkan dan mengarahkan

perilakunya untuk memenuhi tujuan tertentu.

Dalam penelitian ini, motivasi yang dimaksud

adalah motivasi untuk melanjutkan pendidikan strata 2.

Menurut kamus Besar Bahasa Indonesia (2005) S2 atau

yang sering dikenal dengan gelar magister berhubungan

dengan tingkat pendidikan atau pengetahuan sesudah

sarjana (S1). Selain itu, sebutan Magister (Inggris,

Master) merupakan gelar akademik yang diberikan

kepada lulusan program pendidikan Magister (S2) atau

graduate. Selain itu, untuk mendapatkan gelar magister,

biasanya dibutuhkan waktu selama 1 (satu) sampai 3

(tiga) tahun, serta menyelesaikan suatu karya ilmiah atau

tesis (http://id.wikipedia.org/wiki/pendidikan.html).

Jadi, definisi dari motivasi melanjutkan pendidikan

strata 2 adalah dorongan yang ada dalam diri seseorang

Page 4: BAB II TINJAUAN PUSTAKA A. Motivasi Melanjutkan Pendidikan ...repository.uksw.edu/bitstream/123456789/6778/2/T1_802008702_BAB II.pdf · Fungsi terakhir dari motivasi menurut Sardiman,

17

yang menggerakkan dan mengarahkan perilakunya untuk

mencapai tujuannya yaitu untuk melanjutkan pendidikan

strata 2 agar dapat mencapai tujuan yang diinginkan.

2. Faktor-faktor yang mempengaruhi motivasi

Menurut Irwanto, (2005) faktor yang dapat

mempengaruhi motivasi adalah:

a. Faktor Internal

Pendorong dan pengarah sikap individu yang

melanjutkan faktor yang berasal dari dalam diri

individu. Faktor yang mendorong, mengarahkan,

mempertahankan dan menghentikan perilaku yang

berasal dari dalam diri individu berupa sikap,

kepribadian, pendidikan, pengalaman, pengetahuan,

harapan, cita-cita, dan lain sebagainya.

b. Faktor Eksternal

Faktor yang mendorong, mengarahkan,

mempertahankan dan menghentikan perilaku yang

berasal dari luar individu seperti kepemimpinan,

pengaruh lingkungan, orang tua, saudara, dan lain

sebagainya.

Selanjutnya Suprihanto, dkk (2003) mengungkapkan

bahwa didalam motivasi itu terdapat suatu interaksi

antar berbagai faktor. Berbagai faktor yang dimaksud

meliputi:

Page 5: BAB II TINJAUAN PUSTAKA A. Motivasi Melanjutkan Pendidikan ...repository.uksw.edu/bitstream/123456789/6778/2/T1_802008702_BAB II.pdf · Fungsi terakhir dari motivasi menurut Sardiman,

18

a. individu dengan segala unsur-unsurnya :

kemampuan dan keterampilan, kebiasaan, sikap

dan sistem nilai yang dianut, latar belakang

kehidupan sosial budaya, tingkat kedewasaan, dsb.

b. Situasi dimana individu berada akan menimbulkan

berbagai rangsangan , persepsi individu terhadap

harapan dan cita-cita.

c. Proses penyesuaian yang harus dilakukan oleh

masing-masing individu.

d. Pengaruh yang datang dari berbagai pihak :

pengaruh teman, komunitas, maupun keluarga.

e. Reaksi yang timbul terhadap pengaruh individu

f. Perilaku atas perbuatan yang ditampilkan oleh

individu.

g. Timbulnya persepsi dan bangkitnya kebutuhan

baru, cita-cita, dan tujuan.

Dari berbagai paparan tentang faktor-faktor yang

dapat mempengaruhi motivasi dapat disimpulkan

bahwa motivasi untuk melanjutkan pendidikan strata 2

dapat dipengaruhi oleh faktor eksternal atau pengaruh

dari luar diri individu seperti pengaruh tngkat

pendidikan ibu.

Page 6: BAB II TINJAUAN PUSTAKA A. Motivasi Melanjutkan Pendidikan ...repository.uksw.edu/bitstream/123456789/6778/2/T1_802008702_BAB II.pdf · Fungsi terakhir dari motivasi menurut Sardiman,

19

3. Aspek-aspek motivasi

Menurut Conger (dalam Aftiyan, 2005), motivasi

memiliki beberapa aspek diantaranya:

a. Kekuatan yang mendorong

Aspek ini menunjukkan bahwa timbulnya suatu

kekuatan akan dapat mendorong individu untuk

melakukan sesuatu. Kekuatan ini bisa berasal dari

dalam diri individu, lingkungan sekitar serta

keyakinan atau kekuatan yang bersifat kodrati. Secara

sadar ataupun tidak sadar, dalam diri individu sering

terjadi gejolak yang sangat kuat untuk melakukan

sesuatu dengan tujuan tertentu. Gejolak itu dapat

berasal dari keluarga, teman, lingkungan, pengalaman

atau apapun yang membuat kita merasa terdorong dan

memiliki kekuatan untuk melakukan sesuatu.

b. Memiliki sikap yang positif

Aspek ini menunjukkan adanya keyakinan dari dalam

diri individu yang kuat, penerimaan diri yang tinggi

serta selalu optimis dalam menghadapi suatu hal.

Ketika individu (anak) sudah mempunyai kekuatan

yang mendorong untuk melakukan sesuatu, maka

akan timbul pikiran-pikiran positif dari kekuatan

pendorong tersebut yang akan mengarahkan individu

untuk mempunyai sikap-sikap positif. Seseorang yang

mempunyai dorongan yang kuat untuk melanjutkan

Page 7: BAB II TINJAUAN PUSTAKA A. Motivasi Melanjutkan Pendidikan ...repository.uksw.edu/bitstream/123456789/6778/2/T1_802008702_BAB II.pdf · Fungsi terakhir dari motivasi menurut Sardiman,

20

studi ke jenjang yang tinggi akan memupuk dirinya

dengan pikiran-pikiran positif yang akan

mempertebal keyakinan dan rasa percaya diri dalam

diri individu sehingga akan mengarahkan individu

pada sikap-sikap positif, seperti pantang menyerah,

bekerja keras, berpikiran positif dan sebagainya.

c. Berorientasi pada pencapaian suatu tujuan

Aspek ini menunjukkan bahwa motivasi menyediakan

suatu orientasi tujuan tingkah laku yang dilakukan,

diarahkan pada suatu yang dianggap penting dalam

kehidupan individu tersebut. Setiap individu yang

ingin melanjutkan studinya kejenjang yang lebih

tinggi pasti membutuhkan persiapan yang benar-

benar matang untuk mewujudkannya. Salah satu

caranya, individu harus mempersiapkan materi /

tekun belajar untuk melanjutkan studi ke jenjang yang

lebih tinggi guna mencapai apa yang menjadi tujuan

individu.

Selanjutnya, Morgan (1987) mengemukakan tiga

aspek motivasi yaitu:

a. keadaan yang mendorong tingkah laku (motivating

states)

b. tingkah laku yang didorong oleh keadaan tersebut

(motivated behavior)

Page 8: BAB II TINJAUAN PUSTAKA A. Motivasi Melanjutkan Pendidikan ...repository.uksw.edu/bitstream/123456789/6778/2/T1_802008702_BAB II.pdf · Fungsi terakhir dari motivasi menurut Sardiman,

21

c. tujuan daripada tingkah laku tersebut (goals or

ends of such behavior)

Lebih lanjut Walgito (2004), menyebutkan

aspek-aspek motivasi yakni:

1. keadaan terdorong dalam diri organisme (a driving

state), yaitu kesiapan bergerak karena kebutuhan

misalnya kebutuhan jasmani, karena keadaan

lingkungan, atau karena keadaan mental seperti

berpikir dan ingatan.

2. perilaku yang timbul dan terarah karena keadaan

ini.

3. goal atau tujuan yang dituju oleh perilaku tersebut.

4. Fungsi motivasi

Sardiman, (2005) menyatakan bahwa ada tiga fungsi

utama dari motivasi. Pertama, motivasi mendorong

manusia untuk berbuat sesuatu dalam mencapai

tujuannya sehingga motivasi dapat diilustrasikan sebagai

mesin dalam kendaraan yang dapat bergerak apabila

pemilik ingin memakainya untuk pergi ke suatu tempat.

Sama halnya dengan manusia yang dapat bergerak

apabila ada yang mendorongnya untuk mencapai

sesuatu.

Fungsi motivasi yang kedua adalah menentukan

arah perbuatan yang mengarah ke arah tujuan yang

Page 9: BAB II TINJAUAN PUSTAKA A. Motivasi Melanjutkan Pendidikan ...repository.uksw.edu/bitstream/123456789/6778/2/T1_802008702_BAB II.pdf · Fungsi terakhir dari motivasi menurut Sardiman,

22

hendak dicapai jika individu sudah termotivasi untuk

mempunyai gelar pascasarjana, maka individu

mengetahui secara benar dan pasti langkah apa yang

harus diambil dalam mencapai tujuannya. Secara sadar

dan tidak sadar rasa motivasi yang demikian membawa

individu untuk pergi ke tujuan yang ingin dicapai

individu.

Fungsi terakhir dari motivasi menurut Sardiman,

(2005) adalah sebagai juri yang bertugas untuk

menyeleksi perilaku individu dalam mencapai tujuan.

Dengan kata lain, motivasi adalah detektif pribadi bagi

diri individu sendiri dimana ia dapat mendeteksi mana

hal yang harus dilakukan untuk mencapai tujuannya dan

mana hal yang harus dibuang karena mengganggu

tujuannya.

Selanjutnya, Siagian (2001) menyebutkan beberapa

fungsi motivasi, yaitu:

a. Motivasi sebagai pendorong individu untuk berbuat

Fungsi motivasi dipandang sebagai pendorong

seseorang untuk berbuat sesuatu. Motivasi akan

menuntut individu untuk melepaskan energi dalam

kegiatannya.

Page 10: BAB II TINJAUAN PUSTAKA A. Motivasi Melanjutkan Pendidikan ...repository.uksw.edu/bitstream/123456789/6778/2/T1_802008702_BAB II.pdf · Fungsi terakhir dari motivasi menurut Sardiman,

23

b. Motivasi sebagai penentu arah perbuatan

Motivasi akan menuntun seseorang untuk melakukan

kegiatan yang benar-benar sesuai dengan arah dan

tujuan yang ingin dicapai.

c. Motivasi sebagai proses seleksi perbuatan

Motivasi akan memberikan dasar pemikiran bagi

individu untuk memprioritaskan kegiatan mana yang

harus dilakukan.

d. Motivasi sebagai pendorong pencapaian prestasi

Prestasi dijadikan motivasi utama bagi seseorang

dalam melakukan kegiatan.

Jadi secara ringkas, fungsi motivasi adalah sebagai

pendorong, pengarah, dan penggerak dalam mencapai

tujuan yang ingin dicapai.

B. Tingkat Pendidikan ibu

1. Pengertian Tingkat Pendidikan

Individu sering mendengar khalayak ramai

menyebut dan menggunakan istilah “tingkat” dalam

mengungkapkan sesuatu. Muda 2006, mendeskripsikan

“tingkat” sebagai sebagai suatu ukuran tinggi atau

rendahnya kedudukan seseorang atas Sesuatu. Dalam

dunia pendidikan, tingkat selalu dihubungkan dengan

istilah “pendidikan”. Tambunan (2009) menjelaskan

bahwa istilah pendidikan berasal dari kata Latin yaitu

Page 11: BAB II TINJAUAN PUSTAKA A. Motivasi Melanjutkan Pendidikan ...repository.uksw.edu/bitstream/123456789/6778/2/T1_802008702_BAB II.pdf · Fungsi terakhir dari motivasi menurut Sardiman,

24

educare yang secara harafiah berarti “menarik keluar

dari” sehingga pendidikan diartikan sebagai sebuah aksi

dalam membawa seorang (anak / peserta didik) keluar

dari kondisi yang tidak merdeka, tidak dewasa, dan

tergantung ke suatu situasi merdeka, dewasa, dan dapat

menentukan diri sendiri, serta bertanggung jawab.

Brubacher (dalam Baraja, 2005) juga berpendapat

bahwa pendidikan adalah proses timbal balik dari setiap

manusia dalam menyesuaikan dirinya dengan alam,

dengan teman, dan dengan alam semesta. Bahkan,

Dewey (dalam Baraja, 2005) memandang bahwa

pendidikan sebagai proses pembentukan kecakapan

fundamental secara intelektual dan emosional sesama

manusia.

Whiterington (dikutip oleh Buchori dalam Palupi,

2007) mengemukakan bahwa pendidikan adalah suatu

proses yang sengaja dilakukan untuk mengembangkan

kepribadian dan kemampuan seseorang dimana

kepribadian yang dimaksud adalah seluruh tingkah laku

seseorang, mulai dari cara berpikir, bersikap, dan

bertindak. Baraja, (2005) menyatakan bahwa pendidikan

adalah usaha yang dijalankan oleh seseorang atau

kelompok orang lain agar menjadi dewasa / mencapai

tingkat hidup penghidupan yang lebih tinggi dalam arti

mental.

Page 12: BAB II TINJAUAN PUSTAKA A. Motivasi Melanjutkan Pendidikan ...repository.uksw.edu/bitstream/123456789/6778/2/T1_802008702_BAB II.pdf · Fungsi terakhir dari motivasi menurut Sardiman,

25

Menurut Sikula (dalam Mangkunegara, 2003),

tingkat pendidikan adalah suatu proses jangka panjang

yang menggunakan prosedur sistematis dan terorganisir,

yang mana tenaga kerja manajerial mempelajari

pengetahuan konseptual dan teoritis untuk tujuan-tujuan

umum.

Dari beberapa pengertian tingkat dan pendidikan

tersebut diatas, selanjutnya dapat disimpulkan bahwa

yang dimaksud dengan tingkat pendidikan adalah tinggi

rendahnya suatu proses bimbingan yang dilakukan

pendidik kepada anak didik di tempat pendidikan formal

dengan menggunakan prosedur yang sistematis dan

terorganisir serta bertujuan untuk meningkatkan

kecerdasan individu dalam mengembangkan potensi

yang ada dalam diri individu tersebut. Seperti potensi

fisik, moral, sosial, pengetahuan dan keterampilan.

2. Tingkat pendidikan.

Jika kita teliti lebih dalam lagi, ada berbagai

macam tingkat pendidikan yang ditetapkan berdasarkan

tingkat perkembangan peserta didik, tujuan yang akan

capai, dan kemampuan yang dikembangkan. Tingkat

pendidikan di Indonesia meliputi

(http://id.wikipedia.org/wiki/pendidikan.html):

Page 13: BAB II TINJAUAN PUSTAKA A. Motivasi Melanjutkan Pendidikan ...repository.uksw.edu/bitstream/123456789/6778/2/T1_802008702_BAB II.pdf · Fungsi terakhir dari motivasi menurut Sardiman,

26

a. Pendidikan anak usia dini/tidak lulus SD

Mengacu pada Undang-undang Nomor 20 tahun

2003, pasal 1 butir 14 tentang sistem Pendidikan

Nasional, Pendidikan Anak Usia Dini (PAUD)

adalah suatu upaya pembinaan yang ditujukan bagi

anak sejak lahir sampai dengan usia enam tahun

yang dilakukan melalui pemberian rangsangan

pendidikan untuk membantu pertumbuhan dan

perkembangan jasmani dan rohani agar anak

memiliki kesiapan dalam memasuki pendidikan

lebih lanjut.

b. Pendidikan Dasar

Pendididkan dasar merupakan tingkat pendidikan

awal selama 9 (sembilan) tahun pertama. Pendidikan

dasar mencakup Sekolah Dasar (SD) dan Sekolah

Menengah Pertama (SMP).

c. Pendidikan Menengah

Pendidikan Menengah merupakan tingkat

pendidikan lanjutan pendidikan dasar yang harus

dilaksanakan minimal 9 (sembilan) tahun.

Pendidikan Menengah berbentuk Sekolah Menengah

Atas (SMA), Madrasah Aliyah (MA), Sekolah

Menengah Kejuruan (SMK), dan Madrasah Aliyah

Kejuruan (MAK), atau bentuk lain yang sederajat.

Page 14: BAB II TINJAUAN PUSTAKA A. Motivasi Melanjutkan Pendidikan ...repository.uksw.edu/bitstream/123456789/6778/2/T1_802008702_BAB II.pdf · Fungsi terakhir dari motivasi menurut Sardiman,

27

d. Pendidikan tinggi

pendidikan tinggi adalah tingkat pendidikan setelah

pendidikan menengah yang mencakup program

pendidikan diploma, sarjana, magister, doktor, dan

spesialis yang diselenggarakan oleh perguruan

tinggi.

Berikut adalah penjelasan singkat mengenai

berbagai macam program pendidikan di perguruan

tinggi.

a. Sarjana (dari Bahasa Sansekerta, dalam bahasa

Inggris: Bachelor) adalah gelar akademik yang

diberikan kepada lulusan program pendidikan

sarjana (S-1) atau undergraduate.

b. Magister (dalam Bahasa Inggris: Master) adalah

gelar akademik yang diberikan kepada lulusan

program pendidikan magister (S-2) atau

graduate.

c. Doktor (dalam Bahasa Inggris: Doctor) adalah

gelar akademik tingkat tertimggi yang diberikan

kepada lulusan program pendidikan doktor (S-3)

atau postgraduate.

Dalam penelitian ini, penulis menggunakan tingkat

pendidikan yang diklasifikasikan dari Pendidikan Dasar,

Pendidikan Menengah Pertama, Pendidikan Menengah

Umum, Diploma, Sarjana (S1), Magister (S2)

Page 15: BAB II TINJAUAN PUSTAKA A. Motivasi Melanjutkan Pendidikan ...repository.uksw.edu/bitstream/123456789/6778/2/T1_802008702_BAB II.pdf · Fungsi terakhir dari motivasi menurut Sardiman,

28

3. Pengertian ibu

Menurut Kamus Besar Bahasa Indonesia

(Departemen Pendidikan Nasional, 2003), “ibu” berarti

wanita yang telah melahirkan seorang anak.

Menurut Kartono (1992), ibu adalah seorang yang

mendidik anak, memelihara fisik anak dan harus

melibatkan diri dalam menjamin kesejahteraan psikis

anak agar anak bisa mengadakan adaptasi terhadap

lingkungan sosial, melatih anak agar mampu

mengendalikan instink-instink agar anak menjadi

manusia yang disiplin, terkendali dan menjadi baik.

Partasari (2006), menambahkan ibu adalah orang yang

memberikan perlindungan dan keteraturan, orang yang

harus menciptakan ikatan emosional kuat sehingga dapat

membentuk anak lebih bersikap empati dan memberikan

penguasaan diri yang baik.

Dari pengertian ibu diatas, maka dapat disimpulkan

bahwa yang dimaksud dengan ibu adalah seorang wanita

yang melahirkan anak dari rahimnya sendiri,

membesarkan, mendidik, dan merawat serta memberikan

perhatian, kasih sayang dan pendidikan yang layak bagi

anak tersebut.

Page 16: BAB II TINJAUAN PUSTAKA A. Motivasi Melanjutkan Pendidikan ...repository.uksw.edu/bitstream/123456789/6778/2/T1_802008702_BAB II.pdf · Fungsi terakhir dari motivasi menurut Sardiman,

29

4. Pengertian tingkat pendidikan ibu

Dari pengertian tingkat pendidikan dan ibu dapat

disimpulkan bahwa tingkat pendidikan ibu adalah tinggi

rendahnya suatu proses bimbingan yang dilakukan oleh

seorang perempuan dalam hal ini adalah ibu, di tempat

pendidikan formal, dengan menggunakan prosedur yang

sistematis dan terorganisir serta bertujuan untuk

meningkatkan kecerdasan individu tersebut.

5. Pengaruh dari tingkat Pendidikan ibu terhadap anak

Setyorini, (2011) menyatakan bahwa tingkat

pendidikan orang tua akan menentukan cara orang tua

dalam membimbing dan mengarahkan anaknya dalam

hal pendidikan. Tingkat pendidikan yaitu jenjang

pendidikan yang telah ditempuh secara formal. Sikap

yang terbentuk pada masing-masing individu pada setiap

tingkat pendidikan formal akan berbeda-beda antara

lulusan sekolah dasar, lulusan menengah pertama,

lulusan sekolah menengah atas, lulusan perguruan tinggi.

Hal inilah yang menjadi latar belakang tingkat

pendidikan orang tua menjadi salah satu faktor yang

mempengaruhi orang tua dalam membimbing dan

mengarahkan anaknya dalam hal pendidikan yang akan

ditempuh oleh anaknya. Tingkat pendidikan orang tua

yang rendah akan cenderung sempit wawasannya

Page 17: BAB II TINJAUAN PUSTAKA A. Motivasi Melanjutkan Pendidikan ...repository.uksw.edu/bitstream/123456789/6778/2/T1_802008702_BAB II.pdf · Fungsi terakhir dari motivasi menurut Sardiman,

30

terhadap pendidikan, lulus sekolah menengah dirasa

sudah cukup. Sedangkan tingkat pendidikan orang tua

yang tinggi akan lebih luas wawasannya terhadap

pendidikan. Mereka akan mengarahkan dan

membimbing anaknya untuk terus menambah ilmu

sehingga anak tersebut mempunyai motivasi untuk

melanjutkan studi, dalam hal ini adalah program strata 2.

C. Perempuan suku Jawa

Perempuan Jawa dengan pandangan tradisional

menganggap kedudukan suami lebih dominan dari pada isteri

atau ibu rumah tangga. Kekuasaan, kepemimpinan dalam

keluarga berada di tangan suami. Perempuan dengan

pandangan tradisional akan lebih memilih untuk berada di

rumah. Setelah menikah perempuan tersebut akan

mencurahkan tenaganya untuk suami dan keluarganya.

Sehingga mereka akan menjalani peran domestik, yaitu

tinggal dirumah, memasak, membersihkan rumah, mencuci,

mengurus anak-anak dan suaminya, serta mencurahkan

seluruh tenaga dan waktunya hanya untuk keluarga.

Dowling, (1981) menyatakan bahwa perempuan

dengan karakteristik tradisional menganggap bahwa

perempuan yang berhasil adalah perempuan yang mampu

membesarkan, membimbing, dan mendidik anak-anaknya

sehingga berhasil dalam pendidikan serta mendorong suami

Page 18: BAB II TINJAUAN PUSTAKA A. Motivasi Melanjutkan Pendidikan ...repository.uksw.edu/bitstream/123456789/6778/2/T1_802008702_BAB II.pdf · Fungsi terakhir dari motivasi menurut Sardiman,

31

mencapai kesuksesan dalam pekerjaannya. Sehingga,

perempuan dengan konsep ini memandang karir bukan

merupakan suatu hal yang menjadi prioritas utama, akan

tetapi keluargalah yang utama dan akan selalu fokus pada

urusan rumah tangga atau keluarganya.

Di indonesia pada budaya Jawa memandang

perempuan masih diletakkan pada wilayah-wilayah

domestik. Bahkan ketika kesempatan memperoleh

pendidikan sudah terbuka lebar bagi siapapun, masih ada

stigma bahwa perempuan boleh saja berpendidikan tinggi

akan tetapi tidak boleh melupakan tugasnya di wilayah

domestik (mengurus rumah tanga dan menjaga anak)

Perempuan Jawa selalu diidentikkan dengan

kelemahlembutan, penurut, sopan santun, dan beberapa sifat

feminism lainnya. Bahkan ada falsafah seorang istri adalah

konco wingking bagi suaminya. Seorang istri harus

mendukung suaminya dari belakang tanpa boleh mendahului

langkah suaminya. Menempatkan posisi seorang istri lebih

rendah dari suami. Ada pula falsafah Jawa lain yang harus

dipegang oleh seorang istri terhadap suaminya, yakni “surgo

nunut, neroko katut”. Falsafah tersebut menyiratkan bahwa

seorang istri harus mengikuti suaminya. Keputusan mutlak

ditangan laki-laki dan perempuan berkewajiban menurutinya

tanpa boleh membantah.

Page 19: BAB II TINJAUAN PUSTAKA A. Motivasi Melanjutkan Pendidikan ...repository.uksw.edu/bitstream/123456789/6778/2/T1_802008702_BAB II.pdf · Fungsi terakhir dari motivasi menurut Sardiman,

32

Sejalan dengan perkembangan teknologi serta

globalisasi terjadi perubahan tuntutan peran pada perempuan

dimana perempuan mulai masuk kedalam peran sosial,

seperti mereka melakukan sosialisasi dengan cara keluar

rumah, mengaktualisasikan diri, serta mereka mulai terjun

dalam berbagai aktivitas ataupun berbagai macam bentuk

kegiatan, bahkan ada yang terjun ke dalam dunia kerja untuk

mengembangkan pendidikannya serta potensi yang

dimilikinya. Bahkan saat ini banyak di antara mereka yang

mulai mencapai posisi penting atau posisi tinggi di dalam

pekerjaan mereka (Kusumaningrum, 2009).

Dari paparan tentang perempuan Jawa diatas maka

sangat penting bagi seorang perempuan dalam hal ini adalah

seorang mahasiswi suku Jawa untuk dapat mencapai

pendidikan formal yang tinggi (strata 2) supaya derajat serta

martabat perempuan Jawa tidak lagi direndahkan dan

mendapat tempat tersendiri di mata masyarakat.

D. Hubungan antara tingkat pendidikan ibu dengan

motivasi melanjutkan pendidikan strata 2.

Pada era globalisasi sekarang ini persaingan di dunia

bisnis meningkat tajam. Mengingat hal tersebut saat ini

sangat dibutuhkan orang-orang yang profesional dan

berwawasan luas baik kinerja maupun intelektualnya dalam

dunia bisnis. Untuk memenuhi kebutuhan tersebut maka

Page 20: BAB II TINJAUAN PUSTAKA A. Motivasi Melanjutkan Pendidikan ...repository.uksw.edu/bitstream/123456789/6778/2/T1_802008702_BAB II.pdf · Fungsi terakhir dari motivasi menurut Sardiman,

33

diperlukan pendidikan yang berkualitas. Sejalan dengan

dinamika perkembangan bisnis, mulai terjadi pergeseran

orientasi pasar, pada awalnya peningkatan pendidikan hanya

dikhususkan bagi para dosen perguruan tinggi, dari sarjana

strata 1 ke strata 2. Kini praktisi profesional serta

wirausahawan juga banyak yang membutuhkan pendidikan

strata 2 (Sieniwati, 2003).

Melihat kenyataan tersebut di atas tentunya terdapat

sejumlah alasan yang memotivasi seseorang untuk

melanjutkan studi ke tingkat strata 2. Tingkat pendidikan

yang dimiliki oleh orang tua dapat menjadi motif yang kuat

bagi seorang anak untuk melanjutkan studinya ke tingkat

yang lebih tinggi. Pernyataan tersebut didukung oleh hasil

penelitian yang dilakukan oleh Hossler dan Coopersmith

(dikutip oleh Adams dalam Hartono dan Supramono, 2005)

yang mengemukakan bahwa tingkat pendidikan orang tua

berhubungan positif terhadap keinginan anak untuk

melanjutkan sekolah. Orang tua dituntut harus memiliki

pendidikan dan proses pembelajaran pada tataran tertinggi

agar dapat mengarahkan pendidikan anaknya (Shochib,

1998). Berlandaskan pernyataan tersebut terlihat bahwa

tingkat pendidikan yang dimiliki oleh orang tua

mengarahkan dan memotivasi anak untuk melanjutkan

sekolah ke jenjang yang lebih tinggi.

Page 21: BAB II TINJAUAN PUSTAKA A. Motivasi Melanjutkan Pendidikan ...repository.uksw.edu/bitstream/123456789/6778/2/T1_802008702_BAB II.pdf · Fungsi terakhir dari motivasi menurut Sardiman,

34

Latar belakang pendidikan orang tua dapat

meningkatkan motivasi seorang anak untuk terus lebih baik

lagi guna melanjutkan studi mereka ke tingkat yang lebih

tinggi, karena dalam hal ini orang tua merupakan panutan

dan contoh yang baik bagi anaknya. Selain itu apa yang

dilakukan oleh orang tua akan dicontoh oleh anaknya sendiri

atau dengan kata lain orang tua adalah sebagai “modal” bagi

para anaknya. Dalam sistem modeling pada pembelajaran

pengajaran secara langsung dimana anak dapat melihat,

mendengar dan meniru sehingga anak secara tidak sadar

sudah melakukan proses modeling. Berdasarkan pemahaman

tersebut maka dapat dikatakan bahwa seorang anak yang

mana orang tuanya memiliki latar belakang pendidikan yang

tinggi tentu akan memotivasi anaknya untuk melanjutkan

studi ke jenjang pendidikan yang tinggi juga seperti orang

tuanya.

E. Hipotesis

Berdasarkan uraian yang telah dipaparkan, maka

hipotesis dalam penelitian ini adalah: “Ada hubungan positif

dan signifikan antara tingkat pendidikan ibu dengan motivasi

melanjutkan studi strata 2 pada mahasiswi suku Jawa

Fakultas Psikologi Universitas Kristen Satya Wacana”. Yang

artinya semakin tinggi pendidikan ibu maka akan semakin

Page 22: BAB II TINJAUAN PUSTAKA A. Motivasi Melanjutkan Pendidikan ...repository.uksw.edu/bitstream/123456789/6778/2/T1_802008702_BAB II.pdf · Fungsi terakhir dari motivasi menurut Sardiman,

35

tinggi pula motivasi anak untuk melanjutkan pendidikan

strata 2.

Secara statistik hipotesis tersebut dapat dinyatakan

sebagai berikut:

H0 = rxy 0, artinya tidak ada hubungan positif dan

signifikan antara tingkat pendidikan ibu

dengan motivasi melanjutkan pendidikan

strata 2 pada mahasiswa suku Jawa Fakultas

Psikologi Universitas Kristen Satya Wacana.

H1 = rxy > 0, artinya ada hubungan positif dan signifikan

antara tingkat pendidikan ibu dengan

motivasi melanjutkan pendidikan strata 2

pada mahasiswa suku Jawa Fakultas

Psikologi Universitas Kristen Satya Wacana.

Uji hipotetis dalam penelitian ini menggunakan uji satu

sisi (one tailed) sebab hipotetis penelitian menyatakan

“terdapat hubungan positif” atau “terdapat hubungan

negatif”, yang artinya bentuk hubungan sudah ditentukan.