BAB II TINJAUAN PUSTAKA A. Lanjut Usiaeprints.umm.ac.id/62240/3/BAB 2.pdfBerjalan kaki dianjurkan...
Transcript of BAB II TINJAUAN PUSTAKA A. Lanjut Usiaeprints.umm.ac.id/62240/3/BAB 2.pdfBerjalan kaki dianjurkan...
BAB II
A. Lanjut Usia
1. Definisi Lanjut Usia
TINJAUAN PUSTAKA
Badan Pusat Statistik di Indonesia menyatakan bahwa dalam
Undang-Undang nomor 13 tahun 1998 dalam bab 1 pasal 1 ayat 2 yang
mengatakan bahwa penduduk lanjut usia adalah penduduk yang berumur 60
tahun keatas. Lansia adalah tahap akhir dalam proses kehidupannya dimana
banyak terjadi penurunan kemampuan jaringan untuk memperbaiki diri dan
mempertahankan stuktur serta fungsi normalnya (Darmojo, 2015). Lansia
juga akan mengalami penurunan dan perubahan fisik, psikologi, social yang
berhubungan satu sama lain, sehingga berpotensi menimbulkan masalah
kesehtan fisik maupun jiwa pada lansia (Cabrea, 2015).
2. Klasifikasi Lanjut Usia
Menurut WHO (2013), klasifikasi lansia dibagi sebagai berikut :
Tabel 2.1 Klasifikasi Usia
Kategori lansia Usia
Usia pertengahan (middle age) 45-54 tahun
Lansia (elderly) 55-65 tahun
Lansia muda (young old) 66-74 tahun
Lansia Tua (old) 75-90 tahun
Lansia sangat tua (very old) >90 tahun
8
9
3. Teori Penuaan
Teori penuaan menurut Stanley & Beare (2007) dalam Pradana (2017)
yaitu :
1) Teori Wear and Tear
Adanya akumulasi sampah metabolik atau zat nutrisi seperti
radikal bebas dapat merusak sintesis pada DNA, sehingga terjadi
malfungsi molekular dan terjadi malfungsi pada organ.
2) Teori Imunitas
Semakin tua seseorang maka pertahanan mereka terhadap
organisme akan menurun sehingga akan rentan terkena penyakit atau
infeksi. Teori ini sering dikaitakan dengan peran kelenjar timus.
3) Teori Neuroendokrin
Terjadinya suatu perlambatan dalam sekresi hormonsehingga
memiliki dampak pada sistem saraf. Hormone yang terkait seperti
hipofisis, tiroid, adrenal, dan reproduksi.
4. Perubahan Akibat Penuaan
a. Perubahan Fisik
Menjadi tua ditandai dengan gejala – gejala antara lain, kulit
mulai mengendur, wajah nampak keriput serta garis-garis pada wajah,
rambut mulai memutih / beruban, gigi mulai lepas, fungsi penglihatan
dan pendengaran mulai menurun, mudah lelah, mudah jatuh, mudah
terserang penyakit, gerakan menjadi lambat (Padila, 2013).
10
b. Perubahan pada Sistem Pernapasan
Perubahan pada Struktur Anatomi pulmonari diantaranya bentuk paru
menjadi lebih kecil, diameter posterior-anterior meningkat, otot-otot
bantu nafas mengalami degenerasi dan kekuatan menurun, kekakuan
dinding dada meningkat atropi otot laring dan faring, elastisitas pulmoner
dan aliran darah menuju sirkulasi paru menurun (Syaifuddin, 2009)
c. Perubahan pada Sistem Kardiovaskuler
Perubahan stuktur yang terjadi pada sistem kardiovaskuler seperti
Penebalan pada dinding ventrikel kiri. Dikarenakan peningkatan densitas
kolagen dan hilangnya fungsi serta-serat yang elastis. Halini
menyebabkan ketidak mampuan jantung untuk distensi dan penurunan
kekuatan kontraktil, Menurunnya jumlah sel-sel peace maker dan berkas
his kehilangan serat konduksi, yang fungsinya membawa impuls ke
ventrikel (Miller 2012)
d. Perubahan pada Sistem Muskuloskeletal
Pada lansia juga terjadi perubahan dimana massa otot dan kekuatan
otot mengalami penurunan, kekakuan pada sendi serta terjadi penurunan
produksi cairan sinovial. Tulang menjadi berongga yang disebabkan
penyerapan kalsium oleh vitamin D mengalami penurunan akibatnya
rawan untuk terjadinya patah tulang pada lansia. Perubahan
muskuloskeletal pada lansia juga dapat menyebabkan beberapa
perubahan yang dapat menimbulkan keluhan nyeri (Sevilla, 2013).
11
e. Perubahan pada Sistem Gastrointestinal
Perubahan yang terjadi pada gastrointestinal lansia menurut Martono
(2015), yaitu :
1) Dilatasi esofagus dan penurunan reflek muntah
2) Atrofi penurunan sekresi asam hidrolorik mukosa lambungyang
menyebabkan lambatnya dalam mencerna makanan dan
mempengaruhi penyerapan vitamin B12, bakteri usus halus berkurang
sehingga penyerapan lemak berkurang.
3) Menurunnya kemampuan absorbsi obat-obatan, zat besi dan seringnya
mengalami konstipasi.
h. Perubahan pada Sistem Neurologis
Perubahan yang terjadi pada sistem neurologis akibat proses
penuaan menurut seperti Reflek tendon yang lebih lambat dan
meningkatnya waktu reaksi akibat dari konduksi saraf perifer yang lebih
lambat. Kehilangan panas tubuh akibat termoregulasi oleh hipotalamus
yang kurang efektif (Martono 2015).
B. Aktivitas Fisik
1. Definisi Aktivitas Fisik
Gerakan tubuh yang dapat meningkatkan pengeluaran energi atau
tenaga dan pembakaran energi disebut dengan aktivitas fisik (Simbolon,
2018). Aktivitas fisik didefinisikan sebagai gerakan tubuh yang diproduksi
oleh kontraksi otot rangka dan meningkatkan pengeluaran energi yang
mencakup keseluruhan gerakan manusia dari aktivitas yang dilakukan
sehari-hari ataupun olahraga (Novriansyah, 2017). Aktivitas fisik diartikan
12
secara luas sebagai aktivitas diwaktu luang, olahraga sehari-hari, dan
transportasi (Garber et al., 2011).
2. Klasifikasi Aktivitas Fisik
Menurut Norton et al., (2010) kategori aktivitas fisik meliputi :
a. Akivitas Sedentary
Aktivitas sedentary adalah aktivitas yang dilakukan tidak
berpindah (non-transport activities) dalam jangka waktu yang lama.
Aktivitas ini meliputi duduk, membaca bermain game, dan aktivitas
berbaring atau tidur yang sedikit bergerak.
b. Aktivitas Fisik Rendah
Aktivitas fisik rendah adalah aktivitas yang tidak menyebabkan
perubahan berarti pada jumlah hembusan nafas. Seperti berdiri, berjalan
pelan atau jalan santai, pekerjaan rumah. Jangka waktu aktivotas yang
dilakukan adalah kurang dari 60 menit.
c. Aktvitas Fisik Sedang
Aktivitas ini digambarkan berupa aktivitas aerobik yang dilakukan
terus menerus dan dengan tenaga yang intens namun tidak tersengal-
sengal. Kegiatan seperti berjalan 3,5- 4,0 mil/jam, berenang, bermain
golf, berkebun, bersepeda dengan kecepatan yang sedang. Durasi dari
kegiatan ini anatar 30 sampai 60 menit 1-2 kali dalam 7 hari/ seminggu.
Seperti Seperti berlari kecil, berenang, tenis meja, senam aerobik,
bekerja, bersepeda, bermain musik, jalan cepat.
13
d. Aktvitas Fisik Berat
Kegiatan yang dilakukan dalam seminggu dengan durasi kurang
lebih 75 menit 5-6 kali meliputi aktivitas aerobik dan aktivitas yang
membutuhkan kekuatan (power) seperti naik turun tangga, memanjat,
joging, sepak bola, voli dan basket, kompetisi tenis.
3. Manfaat Aktivitas Fisik
Manfaat melakukan aktivitas fisik menurut Nurmalina (2011) adalah
menjaga otot dan sendi, meningkatkan kebugaran pada tubuh, meningkatkan
kapasitas nutrisi yang dibawa oleh darah keseluruh tubuh, menurunkan
resiko terjadinya penyakit jantung, stroke, dan tekanan darah tinggi.
Gerakan tubuh yang teratur saat melakukan aktivitas fisik juga dapat
membantu menurunkan kecemasan, stress dan depresi.
4. Faktor-faktor yang Mempengaruhi Aktivitas Fisik
Faktor-faktor yang mempengaruhi aktivitas fisik menurut Bouchard,
& Haskel (2012) :
a. Umur
Pada lansia akan mengalami penurunan aktivitas fisik pada usia 65
tahun akibat dari menurunnya kemampuan fisik akibat penuaan.
b. Jenis Kelamin
Tingkat aktivitas fisik seseorang juga dipengaruhi oleh jenis kelamin,
pada umumnya aktivitas pada laki-laki lebih besar dibandingkan dengan
aktivitas pada perempuan.
14
c. Etnis
Aktivitas fisik juga dapat ditentukan oleh etnis suatu negara, misal
perbedaan mayoritas berkendara disuatu negara, di belanda mayoritas
menggunakan sepeda sedangkan di Indonesia mayoritas menggunakan
kendaraan bermotor, sehingga tingkat aktivitas fisik di negara Belanda
lebih besar dibandingkat di Indonesia.
d. Faktor Lingkungan Sosial
Faktor-faktor yang meliputi tempat tinggal dan kondisi lingkungan
sekitar (daerah pegunungan, perkotaan, atau pedesaan serta dilingkungan
anggota keluarga).
e. Kesehatan Fisik
Menderita suatu penyakit, cacat fisik dan imobilisasi pada tubuh akan
mempengaruhi pergerakan seseorang sehingga sulit untuk melakukan
aktivitas fisik.
5. Aktivitas Fisik pada Lansia
Lansia direkomendasikan melakukan aktivitas fisik sedang dengan
durasi waktu selama 30 menit yang dilakukan setiap hari dalam seminggu.
Aktivitas seperti berjalan, berkebun, melakukan pekerjaan rumah, merawat
cucu dan naik turun tangga. Lansia disarankan melakukan Akivitas fisik
olahraga yang tidak terlalu membebani tubuh salah satunya adalah aerobik,
olahraga yang bersifat aerobik dapat membuat jantung paru bekerja lebih
keras untuk memenuhi peningkatan kebutuhan oksigen. Berdasarkan
Fahlina (2018) macam-macam latihan fisik yang baik bagi lansia adalah:
15
a. Pekerjaan rumah seperti berkebun, mengasuh cucu, memasak dapat
memberikan suatu latihan yang dibutuhkan untuk menjaga kesehatan
jasmani pada lansia.
b. Berjalan kaki dianjurkan untuk meregangkan otot-otot pada ekstermitas
bawah dan dapat bermanfaat untuk daya tahan tubuh.
c. Senam, manfaat melakukan senam secara teratur dan benar dalam jangka
waktu yang cukup dan secara rutin dapat mempertahankan dan
meningkatkan kesegaran jasmani yang baik serta dapat meningkatkan
kebugaran lansia, koreksi terhadap kesalahan sikap gerak dan postur pada
lansai, menguatkan otot, meningkatkan keseimbangan, ketahanan. Salah
satu contoh senam yang baik bagi lansia adalah senam tera.
6. Pengukuran Aktivitas Fisik
Dalam menentukan aktivitas fisik seseorang dibutuhkan pengukuran
untuk menilai aktivitas fisik, dapat dilakukan msecara objektif maupun
subjektif. Penilaian objektif merupakan penilaian dengan beban partisipan
rendah menggunakan alat yang digunakan untuk mengukur aktivitas fisik
seperti sensor gerakan, monitor detak jantung, double labeled water, dan
kalorimeterti tidak langsung sedangkan penilaian subjektif merupakan
penilaian aktivitas fisik dengan beban partisipan yang tinggi dengan alat
ukur seperti kuisioner, observasi langsung, catatan harian aktivitas fisik.
Pengukuran aktivitas fisik yang dapat dilakukan pada jumlah responden
yang cukup banyak dan sederhana adalah dengan instrument kuisioner
(Purwantoro, 2010 dalam Nurmalita 2017).
16
Salah satu kuisioner yang sering digunakan untuk mengukur tingkat
aktivitas fisik adalah GPAQ (Global Physical Activity Questionaire). World
Health Organization (WHO) mengembangkan kuisioner GPAQ untuk
menilai aktivitas fisik di negara-negara terutama negara yang sedang
berkembang. GPAQ terdiri dari 16 pertanyaan yang meliputi data dari
responden penelitian dalam aktivitas fisik pada tiga kategori yaitu aktivitas
fisik saat bekerja, aktivitas perjalanan dari tempat ke tempat, dan aktivitas
yang bersifat rekreasi atau waktu luang (Hamrik et al,. 2014). GPAQ adalah
kuesener yang sudah tervalidasi, memiliki nilai reabilitasi kuat (Kappa 0,67
sampai 0,73) dan memiliki tingkat validitas sedang dikorelasikan dengan
data accelerometer (r=0,48) (bull et al.,2009). Kuisioner Global Physical
Activity Questionnaire telah tervalidasi untuk mengukur aktifitas fisik pada
rentan usia 16-84 tahun (Dugdill etal., 2009).
Perhitungan indikator kategori, digunakan kriteria GPAQ menurut
WHO (2010) yaitu total waktu yang dihabiskan dalam melakukan aktivitas
fisik selama 1 minggu. Tingkat dari total aktivitas fisik dikategorikan
menjadi tiga kategori sebagai berikut:
a. Aktivitas Ringan
1) Jika tidak ada aktivitas fisik, atau tidak ada memenuhi aktivitas fisik
yang masuk kedalam kategori sedang dan berat.
2) <600 MET menit per minggunya
b. Aktivitas Sedang
1) Melakukan aktivitas berat minimal 20 menit/hari selama 3 hari
maupun lebih dari pada itu
17
2) Melakukan aktivitas sedang selama 5 hari atau lebih atau minimal
berjalan 30 menit/hari atau
3) Melakukan kombinasi aktivitaas fisik yang berat, sedang ringan dalam
5 hari atau lebih dengan intensitas mencapai 600 MET- menit/minggu.
c. Aktivitas Berat
1) Aktivitas berat >3 hari dan dengan intensitas >1500 METmin/minggu
2) Melakukan kombinasi dengan aktivitas fisik ringan sedang dan berat
dengan total MET >3000 MET min/minggu.
Pengukuran dengan GPAQ dilakukan dengan cara menjawab
pertanyaan berupa waktu intensitas di setiap aktivitas fisik yang tertera pada
tabel quisinare. Pengukuran aktivitas fisik menggunakan kuisioner GPAQ
diklasifikasikan berdasarkan rasio laju metabolisme saat kerja dibandingkan
dengan laju metabolisme saat istirahat biasa disebut dengan MET
(Metabolic Equivalent).
Dalam menentukan nilai 1 MET dapat didefinisikan nilai setara
dengan konsumsi 1 kalori kkal/kg/jam. Perbandingan MET dalam aktivitas
kategori moderat/sedang yaitu 4 kali lebih besar dibandingkan dengan
aktivitas duduk tenang, sehingga perhitungan pada aktivitas fisik kategori
moderat/sedang akan dikali 4 MET. Sedangkan aktivitas berat memiliki
perbandingan 8 kali lebih besar dari aktivitas ringan, sehingga perhitungan
pada akivitas dalam kategori berat akan dikali dengan 8 MET (singh &
Purohit, 2011). Data durasi aktivitas dalam kategori berat dikalikan dengan
koefisien MET=8, untuk data durasi aktivitas sedang dikalikan dengan
koefisien MET=4.
18
Aktivitas Fisik
Kode Pertanyaan Jawaban Rumus MET
Aktivitas fisik saat belajar/bekerja
(aktivitas termasuk kegiatan latihan, aktivitas rumah tangga, belajar dll )
P1 Apakah aktivitas fisik sehari-hari anda, termasuk aktivitas berat (seperti
membawa beban berat, menggali atau
pekerjaan kontruksi lain)?
Ya
Tidak
(langsung
ke P4)
8.0 x menit aktivitas
berat x
jumlah hari
P2 Berapa hari dalam seminggu anda melakukan aktvitas berat ?
……hari
P3 Berapa lama dalam sehari biasanya anda melakukan aktivitas fisik berat
……..jam
……..menit
P4 Apakah aktivitas sehari-hari anda termasuk Aktivitas sedang yang
menyebabkan peningkatan nafas dan
denyut nadi, seperti mengangkat beban
ringan dan jalan sedang (minimal 10
menit)?
Ya
Tidak
(langsung
ke P7)
4.0 x menit aktivitas
sedang x
jumlah hari
P5 Berapa hari dalam seminggu anda meakukan aktifitas sedang ?
……..hari
P6 Berapa lama dalam sehari biasanya anda melakukan aktivitas sedang?
……..jam
……..menit
Perjalanan dari suatu tempat ke tempat lain
(perjalanan ketempat aktivitas, berbelanja, beribadah diluar, dll)
Menurut WHO (2010) Untuk mengetahui total aktivitas fisik
digunakan rumus:
Total Aktivitas Fisik MET menit/minggu= [(P2×P3c8) + (P5×P6×4) +
(P8×P9×4) + (P11×P12×8) + (P14×P15×4)]
Berikut merupakan pertanyan pada GPAQ
Tabel 2.2 Kueisioner GPAQ
(Sumber : WHO, 2010)
19
P7 Apakah anda berjalan kaki atau bersepeda untuk pergi ke satu tempat minimal 10
menit continue?
Ya
Tidak
(langsung
ke P10)
3.3 x menit aktivitas
berjalan
atau
bersepeda
x jumlah
hari
P8 Berapa hari dalam seminggu anda berjalan kaki atau bersepeda untuk pergi
ke suatu tempat?
……..hari
P9 Berapa lama dalam sehari biasanya anda berjalan kaki atau bersepeda untuk pergi
kesuatu tempat?
……..jam
…….. menit
Aktivitas rekreasi (olahraga, fitness, dan rekreasi lainnya)
P10 Apakah anda melakukan olahraga, fitness, atau rekreasi yang berat seperti
lari, sepak bola atau rekreasi lainnya yang
mengakibatkan peningkatan nafas dan
denyut nadi secara besar (minimal 10
menit secara continue)
Ya
Tidak
(langsung
ke P13)
8.0 x menit aktivitas
berjalan
atau
bersepeda
x jumlah
hari
P11 Berapa hari dalam seminggu biasanya anda melakukan olahraga, fitness, atau
rekreasi yang tergolong berat?
……..hari
P12 Berapa lama dalam sehari biasanya anda melakukan olahraga, fitness, atau rekreasi
yang tergolong berat?
……..jam
……..menit
P13 Apakah anda melakukan olahraga, fitness, atau rekreasi yang tergolong
sedang seperti berjalan cepat, senam,
bersepeda, berenang, voly yang
mengakibatkan peningkatan nafas dan
denyut nadi (minimal dalam 10 menit
secara continue) ?
Ya
Tidak
(langsung
ke P16)
4.0 x menit aktivitas
berjalan
atau
bersepeda
x jumlah
hari
P14 Berapa hari dalam seminggu biasanya anda melakukan olahraga, fitness, atau
rekreasi lainnya yang tergolong sedang?
……..hari
P15 Berapa lama dalam sehari biasanya anda melakukan olahraga, fitness, atau rekreasi
yang tergolong sedang?
……..jam
……..menit
Aktivitas menetap (sedentary behavior)
20
Aktivitas yang tidak memerlukan banyak gerak seperti duduk saat bekerja, duduk saat di kendaraan, menonton televisi, atau berbaring, KECUALI tidur
P16 Berapa lama anda duduk atau berbaring dalam segari
……..jam……..menit
Tingkat aktivitas fisik diklasifikasikan dengan ketentuan sebagai berikut:
a. Aktivitas fisik ringan (low) < 600MET menit/minggu
b. Aktivitas sedang > 600 MET menit/minggu
c. Aktivitas berat > 1500 MET menit/minggu
C. Tekanan Darah
1. Definisi Tekanan Darah
Tekanan darah adalah kekuatan jantung saat berkontraksi agar darah
dapat mengalir didalam pembuluh darah dan beredar mencapai semua
jaringan yang ada pada tubuh manusia (Maulana 2016). Setiap jantung
berdenyut, darah dipompa keluar dari jantung kedalam pembuluh darah,
yang membawa darah keseluruh tubuh. Jumlah tekanan sangat diperlukan
untuk mempertahankan pembuluh darah agar tetap terbuka (LeMone dan
Burke, 2008). Ukuran tekanan darah dapat dinyatakan dalam satuan
milimeter mercury (mmHg). Tekanan darah dibedakan menjadi 2, yaitu
Tekanan darah sistolik merupakan tekanan terhadap dinding arteri setiap
jantung berkontraksi atau menekan darah keluar dari jantung. Tekanan
diastolik merupakan tekanan darah arteri saat jantung beristirahat.
2. Klasifikasi Tekanan Darah
Secara umum jika tekanan darah seseorang melebihi nilai normal
maka dapat disebut tekana darah tinggi atau hipertensi, sebaliknya jika
21
kurang dari nilai normal, maka disebut dengan tekanan darah rendah atau
hipotensi (Chin et, al., 2012).
Tabel 2.3 Klasifikasi Tekanan Darah
(Sumber : Depkes, 2016)
Kategori Tekanan Darah
Sistolik
Tekanan Darah
Diastolik
Normal 120-129 mmHg 80-89 mmHg
Normal Tinggi 130-139 mmHg 89 mmHg
Stadium 1 (Hipertensi Ringan)
140-159 mmHg 90-99 mmHg
Stadium 2 (Hipertensi sedang)
≥ 160 mmHg ≥ 100 mmHg
Stadium 3 (Hipertensi Berat)
> 180 mmHg > 110 mmHg
3. Fisiologi Tekanan Darah
Tekanan darah merupakan faktor yang sangat penting pada sistem
sirkulasi sebagai daya agar darah dapat mengalir didalam pembuluh darah
dan dapat beredar keseluruh jaringan tubuh yang berfungsi sebagai media
pengangkut oksigen serta zat lain yang di perlukan untuk sel-sel di dalam
tubuh (Moniaga, 2013).
Darah yang dipompa oleh jantung akan mengalir kedalam pembuluh
darah arteri. Pada saat darah mengalir kedalam arteri, arteri akan mengalami
peregangan namun karena sifatnya yang elastis arteri akan kembali
keukuran semula dan dengan demikian darah akan mengalir kedaerah yang
lebih distal.
Peningkatan dan penururnan tekanan darah mempengaruhi
homeostatis dalam tubuh. Tekanan darah diperlukan untuk daya dorong
mengalirnya darah didalam arteri, kapiler dan sistem vena, sehingga
terbentuklah aliran darah yang menetap. Faktor yang mepengaruhi tekanan
22
darah yaitu curah jantung (cardiac output), tahanan pembuluh perifer, aliran
dan volume darah (Ultawaningrum, 2018).
Gambar 2.1 Sistem Peredaran Darah
(sumber : Jarwo,2012)
Saat jantung berdetak otot jantung akan berkontraksi atau menekan
darah keluar dari jantung untuk memompa darah keseluruh tubuh disebut
dengan tekanan sistolik. Sedangkan tekanan diastolik adalah saat otot
jantung sewaktu beristirahat sebelum kontraksi berikutnya. Pompa jantung
memberikan tekanan mendorong darah melewati pembuluh-pembuluh
darah. Setiap jantung berdenyut, darah dipompa keluar dari jantung kedalam
pembuluh darah, yang kemudian membawa darah keseluruh tubuh. Jumlah
tekanan darah sangat penting untuk mempertahankan pembuluh darah tetap
terbuka (LeMone dan Buerke, 2009).
4. Faktor yang Mempengaruhi Tekanan Darah
Beberapa hal yang mempengaruhi tekanan darah adalah:
a. Usia
Tekanan darah akan meningkat seiring dengan usia terutama pada usia
> 50 tahun. Pada lanjut usia akan terjadi pengerasan progresif dinding
23
arteri dan elastisitas arteri mengalami penurunan sehingga menyebabkan
peningkatan tekanan darah sistolik dan diatolik (Munawarah 2017).
b. Jenis Kelamin
Miller (2010) menjelaskan bahwa perubahan hormonal yang sering
terjadi pada wanita menyebabkan wania lebih cenderung memiliki
tekanan darah yang lebih tinggi. Wanita yang memasuki usia > 45 tahun
setelah menopause memiliki tekanan darah yang lebih tinggi dari pada
pria yang diakibatkan dari menurunnya hormone estrogen pada wanita.
c. Keturunan
Riwayat keluarga yang menderita tekanan darah tinggi juga memiliki
resiko terkena hipertensi, terutama pada hipertensi primer. Faktor genetik
juga menyebabkan seseorang memiliki tekanan darah yg tinggi akibat
dari metabolisme pengaturan garam dan renin membrane sel. Bila kedua
orangtua memiliki riwayat hipertensi maka sekitar 45% anaknya akan
menderita hipertensi juga, oleh sebab itu tekanan darah tinggi atau
hipertensi disebut penyakit turunan (Triyanto, 2014).
d. Berat Badan
Seseorang yang memiliki berat badan lebih dari normal memiliki
pompa jantung dan sirkulasi volume darah yang lebih tinggi jika
dibandingkan dengan orang yang memiliki berat badan normal (Triyanto,
2014).
5. Tekanan Darah pada Lansia
Lansia akan mengalami penurunan fungsi organ yang menyebabkan
terjadinya labilitas tekanan darah akibat proses penuaan. Peningkatan atau
24
penurunan tekanan darah akan mempengaruhi homeostatis dalam tubuh.
Individu lanjut usia memiliki lebih tinggi risiko untuk penyakit
kardiovaskular terutama tekanan darah (Mubarak dkk, 2006 dalam Astari,
2012).
Anggara 2013 menyatakan bahwa Individu yang berusia >40 tahun
akan mengalami kondisi dimana pada dinding pembuluh darah akan
kehilangan elastisitasnya. Kondisi tersebut akan mengakibatkan peningkatan
tekanan darah. Mekanisme peningkatan tekanan darah sejalan dengan
penambahan usia yaitu terjadinya penurunan elastisitas dan kemampuan
meregang pada arteri besar. Tekanan aorta meningkat sangat tinggi dengan
penambahan volume intravaskuler yang sedikit menunjukan kekakuan
pembuluh darah pada lanjut usia. Selain itu faktor lain yang menyebabkan
tekanan darah lansia tinggi adalah faktor gaya hidup seseorang yang banyak
mengkonsumsi makanan yang banyak mengandung garam (Kenia &
Taviyanda, 2013).
6. Pengukuran Tekanan Darah
Tekanan darah dapat diukur menggunakan alat yang biasa disebut
dengan sphygmomanometer, yang terdiri dari sebuah pompa, sebuah
pengukuran tekanan, dan sebuah manset dari karet. Alat ini mengukur
tekanan darah dalam unit yang disebut millimeter mercury
hydrargyrum/milimeter air raksa (mmHg).
25
Gambar 2.2 sphygmomanometer
(Data Pribadi, 2019)
a. Prosedur pengukuran tekanan darah menggunakan sphygmomnometer
manual berdasarkan suri (2017) yaitu:
1) Responden duduk dengan rileks dan senyaman mungkin
2) Manset dipasangkan pada lengan kiri dengan jarak sisi manset paling
bawah 2,5 cm dari siku dan rekatkan dengan baik
3) Tangan responden diposisikan diatas meja telapak tangan terbuka
keatas dan sejajar dengan jantung.
4) Lengan yang terpasang manset harus bebas dari lapisan apapun
5) Kemudian raba nadi pada lipatan lengan, pompa alat sehingga denyut
nadi tidak teraba.
6) Stetoskop ditempelkan pada perabaan denyut nadi, lepaskan pemompa
perlahan-lahan dan dengarkan bunyi denyut nadi
7) Tekanan darah sistolik yaitu nilai tekanan ketika denyut nadi yang
pertama terdengar dan tekanan darah diastolik ketika bunyi denyut
nadi tidak terdengar kemudian catat hasilnya
8) Pengukuran sebaiknya dilakukan 2x dengan selang waktu 2 menit
9) Apabila responden tidak mampu duduk, pengukuran dapat dilakukan
dengan posisi baring dan catat kondisi tersebut dilembar catatan.
26
Gambar 2.3 pengukuran tekanan darah
(Data Pribadi, 2020)
D. Hubungan Aktivitas Fisik terhadap Tekanan Darah
Aktivitas fisik adalah setiap gerakan tubuh akibat kontraksi otot rangka
yang mengakibatkan pengeluaran energi. Mekanisme kerja otot pada saat
melakukan aktivitas fisik sangat penting dalam mengatur tekanan darah
seseorang. Dalam proses tersebut terjadi penurunan resistensi pembuluh darah
perifer melalui dilatasi arteri pada otot yang bekerja. Besarnya penurunan
resistensi tergantung pada beban atau aktivitas yang dilakukan. Aktivitas fisik
dapat meningkatkan metabolisme lemak dengan menurunkan kadar lipoprotein
densitas rendah (LDL) dan meningkatkan kadar lipoprotein densitas tinggi
(HDL). Sehingga mengakibatkan hambatan pada dinding arteri menjadi
berkurang dan kekuatan aliran adarah menjadi mormal. Maka tekanan darah
akan dapat mengalami penurunan (Dinata, 2015 dalam Fahlina, 2018).
Semakin besar aktivitas fisik yang dilakukan, maka ketegangan otot dan
tekanan pada pembuluh darah intramuskular akan semakin besar pula. Selain
itu aktivitas fisik yang tinggi mampu merangsang pelepasan hormon endorfin
yang menyebabkan efek rileksasi otot sehingga pengontrolan tekanan darah
akan stabil (Kokkinos et al., 2009 dalam Astuti, 2016).
27
E. Profil Komunitas Sasana Arjosari
Komunitas sasana Arjosari yang berlokasi di jalan Teluk Pelabuhan Ratu
nomer 40 kelurahan Arjosari Kota Malang merupakan komunitas yang rutin
melakukan kegiatan senam tera yang bertujuan untuk meningkatkan kesehatan
lansia.
Gambar 2.4. Lokasi Komunitas Sasana Arjosari Malang
(Sumber: Google Maps 2019)
Berdiri sejak 9 januari 2016 oleh Bapak R Bambang Setiadji sebagai
pengurus komunitas sasana. Jumlah anggota komunitas sasana pada mulanya
sebanyak 9 hingga 20 orang dan terus bertambah hingga sekarang
beranggotakan sebanyak 75 orang yang sebagian besar merupakan
lansia.Kegiatan senam tera dilakukan pada hari rabu dan sabtu pada pagi hari
dengan durasi senam 30 menit. senam dipandu oleh intruktur yaitu bapak
Bambang Setiadji yang merupakan pelatih senam tera indonesia yang terlatih
dan berpengalaman. Selain rutin melakukan senam tera, komunitas ini juga
melakukan rekreasi dan kegiatan kunjungan keberbagai daerah untuk
melakukan senam tera gabungan yang dilaksanakan komunitas senam tera
Indonesia setiap tiga bulan sekali.