BAB II TINJAUAN PUSTAKA A. Landasan Teori 1. Konsep...

25
7 BAB II TINJAUAN PUSTAKA A. Landasan Teori 1. Konsep Pembangunan Ekonomi Pembangunan ekonomi didefinisikan sebagai suatu proses yang menyebabkan kenaikan pendapatan riil perkapita penduduk suatu Negara dalam jangka panjang yang disertai oleh perbaikan sistem kelembagaan (Arsyad, 1999:6). Berdasarkan definisi di atas jelas bahwa pembangunan ekonomi memiliki pengertian (Arsyad, 1999:6): a. Suatu proses yang berarti perubahan yang terjadi terus-menerus. b. Usaha untuk menaikan pendapatan perkapita. c. Kenaikan pendapatan perkapita itu harus berlangsung dalam jangka panjang. d. Perbaikan sistem kelembagaan di segala bidang. Kelembagaan ini bisa ditinjau dari 2 aspek, yaitu: aspek perbaikan di bidang organisasi (institusi) dan perbaikan di bidang regulasi (baik formal maupun informal). Menurut Todaro (2000:21), pembangunan ekonomi dipandang sebagai proses multidimensional yang mencakup segala aspek dan kebijaksanaan yang komprehensif baik ekonomi maupun non ekonomi. Menurut Todaro (2000:21), proses pembangunan harus mempunyai tiga tujuan inti, yaitu:

Transcript of BAB II TINJAUAN PUSTAKA A. Landasan Teori 1. Konsep...

Page 1: BAB II TINJAUAN PUSTAKA A. Landasan Teori 1. Konsep ...abstrak.ta.uns.ac.id/wisuda/upload/F0112089_bab2.pdf · c. Perluasan pilihan-pilihan ekonomi dan sosial bagi tiap individu dan

7

BAB II

TINJAUAN PUSTAKA

A. Landasan Teori

1. Konsep Pembangunan Ekonomi

Pembangunan ekonomi didefinisikan sebagai suatu proses

yang menyebabkan kenaikan pendapatan riil perkapita penduduk

suatu Negara dalam jangka panjang yang disertai oleh perbaikan

sistem kelembagaan (Arsyad, 1999:6).

Berdasarkan definisi di atas jelas bahwa pembangunan

ekonomi memiliki pengertian (Arsyad, 1999:6):

a. Suatu proses yang berarti perubahan yang terjadi terus-menerus.

b. Usaha untuk menaikan pendapatan perkapita.

c. Kenaikan pendapatan perkapita itu harus berlangsung dalam

jangka panjang.

d. Perbaikan sistem kelembagaan di segala bidang. Kelembagaan ini

bisa ditinjau dari 2 aspek, yaitu: aspek perbaikan di bidang

organisasi (institusi) dan perbaikan di bidang regulasi (baik

formal maupun informal).

Menurut Todaro (2000:21), pembangunan ekonomi dipandang

sebagai proses multidimensional yang mencakup segala aspek dan

kebijaksanaan yang komprehensif baik ekonomi maupun non

ekonomi.

Menurut Todaro (2000:21), proses pembangunan harus

mempunyai tiga tujuan inti, yaitu:

Page 2: BAB II TINJAUAN PUSTAKA A. Landasan Teori 1. Konsep ...abstrak.ta.uns.ac.id/wisuda/upload/F0112089_bab2.pdf · c. Perluasan pilihan-pilihan ekonomi dan sosial bagi tiap individu dan

8

a. Peningkatan ketersediaan serta perluasan distribusi berbagai

macam barang kebutuhan pokok (pangan, sandang, papan

kesehatan, dan perlindungan keamanan).

b. Peningkatan standar hidup yang hanya berupa peningkatan

pendapatan, namun juga meliputi pertambahan penyediaan

lapangan pekerjaan, perbaikan kualitas pendidikan, serta

peningkatan perhatian atas nilai-nilai cultural dan kemanusiaan,

dimana semuanya itu tidak hanya untuk memperbaiki

kesejahteraan materiil melainkan juga untuk menumbuhkan jati

diri bangsa yang bersangkutan.

c. Perluasan pilihan-pilihan ekonomi dan sosial bagi tiap individu

dan bangsa secara keseluruhan, yakni dengan membebaskan

mereka dari sikap ketergantungan.

2. Konsep Pertumbuhan Ekonomi

Pertumbuhan ekonomi didefinisikan sebagai kenaikan

PDB/PNB tanpa memandang apakah kenaikan itu lebih besar atau

lebih kecil dari tingkat pertumbuhan penduduk, atau apakah

perubahan struktur ekonomi terjadi atau tidak (Arsyad, 1999:7).

Menurut Simon Kuznet dalam Jhingan (2003:57),

pertumbuhan ekonomi adalah kenaikan jangka panjang dalam

kemampuan suatu Negara (daerah) untuk menyediakan semakin

banyak barang-barang ekonomi kepada penduduknya, kemampuan ini

timbul sesuai dengan kemajuan teknologi, dan penyesuaian

kelembagaan dan ideologis yang diperlukannya.

Page 3: BAB II TINJAUAN PUSTAKA A. Landasan Teori 1. Konsep ...abstrak.ta.uns.ac.id/wisuda/upload/F0112089_bab2.pdf · c. Perluasan pilihan-pilihan ekonomi dan sosial bagi tiap individu dan

9

Berdasarkan sudut pandang tersebut, maka dalam penelitian ini

digunakan istilah pertumbuhan ekonomi yang akan dilihat dari sudut

pandang Produk Domestik Regional Bruto (PDRB). Pertumbuhan

ekonomi dapat diketahui dengan membandingkan PDRB pada tahun

tertentu (PDRBt) dengan sebelumnya (PDRBt-1).

3. Pembangunan Daerah

Pembangunan daerah berarti pemerintah beserta

masyarakatnya bersama-sama mengelola sumberdaya yang ada untuk

menciptakan suatu lapangan pekerjaan yang baru dan merangsang

perkembangan kegiatan ekonomi (pertumbuhan ekonomi) dengan

membentuk pola kemitraan diantara pemerintah daerah dengan sektor

swasta di wilayah tersebut (Arsyad, 1999:108). Menurut Lincolin

Arsyad (1999:108), masalah pokok dalam pembangunan daerah

adalah terletak pada penekanan terhadap kebijakan- kebijakan

pembangunan yang didasarkan penggunaan potensi sumberdaya

manusia, kelembagaan, dan sumberdaya fisik secara lokal (daerah)

yang merupakan bagian dari kekhasan daerah yang bersangkutan

(endogenous development), orientasi ini mengarahkan kita dalam

pengambilan inisiatif-inisiatif untuk menciptakan lapangan pekerjaan

serta merangsang peningkatan kegiatan ekonomi.

4. Teori Pertumbuhan dan Pembangunan Ekonomi Daerah

Teori-teori tentang pertumbuhan ekonomi daerah dalam

Arsyad (1999) sebagai berikut:

Page 4: BAB II TINJAUAN PUSTAKA A. Landasan Teori 1. Konsep ...abstrak.ta.uns.ac.id/wisuda/upload/F0112089_bab2.pdf · c. Perluasan pilihan-pilihan ekonomi dan sosial bagi tiap individu dan

10

a. Teori Ekonomi Neo Klasik

Peranan teori ekonomi neo klasik tidak terlalu besar dalam

menganalisis pembangunan daerah (regional) karena teori ini

tidak memiliki dimensi special yang signifikan. Namun demikian

teori ini memberikan 2 konsep pokok dalam pembangunan

ekonomi daerah yaitu keseimbangan dan mobilitas factor

produksi. Artinya, sistem perekonomian akan mencapai

keseimbangan alamiahnya jika modal bias mengalir tanpa

restriksi (pembatasan). Oleh karena itu, modal akan mengalir dari

daerah yang berupah tinggi menuju ke daerah yang berupah

rendah.

b. Teori Basis Ekonomi (Economy Base Theory)

Teori basis ekonomi ini menyatakan bahwa faktor penentu

utama pertumbuhan ekonomi suatu daerah adalah berhubungan

langsung dengan permintaan akan barang dan jasa dari luar

daerah. Sumberdaya lokal yang di dalamnya termasuk tenaga

kerja dan bahan baku untuk diekspor digunakan sebagai

pertumbuhan industri, dimana akan menghasilkan kekayaan

daerah dan penciptaan peluang kerja (job creation).

Strategi pembangunan daerah yang muncul yang

didasarkan pada teori ini adalah penekanan terhadap arti penting

bantuan (aid) kepada dunia usaha yang mempunyai pasar secara

nasional maupun internasional. Implementasi kebijakannya

mencakup pengurangan hambatan/batasan terhadap perusahaan-

Page 5: BAB II TINJAUAN PUSTAKA A. Landasan Teori 1. Konsep ...abstrak.ta.uns.ac.id/wisuda/upload/F0112089_bab2.pdf · c. Perluasan pilihan-pilihan ekonomi dan sosial bagi tiap individu dan

11

perusahaan yang berorientasi ekspor yang ada dan akan didirikan

di daerah tersebut.

Kelemahan model ini adalah bahwa model ini didasarkan

pada permintaan eksternal bukan internal. Pada akhirnya akan

menyebabkan ketergantungan yang sangat tinggi terhadap

kekuatan-kekuatan pasar secara nasional maupun global. Namun

demikian, model ini sangat berguna untuk menentukan

keseimbangan antara jenis-jenis industri dan sektor yang

dibutuhkan masyarakat untuk mengaembangkan stabilitas

ekonomi.

c. Teori Lokasi

Model pengembangan industri kuno menyatakan bahwa

lokasi yang terbaik adalah biaya yang termurah antara bahan baku

dengan pasar. Banyak variable lain yang mempengaruhi kualitas

atas suitabilitas suatu lokasi misalnya upah tenaga kerja, biaya

energi, ketersediaan pemasok, komunikasi, fasilitas-fasilitas

pendidikan dan latihan, kualitas pemerintah daerah dan

tanggungjawabnya.

Keterbatasan dari teori lokasi ini pada saat sekarang

adalah bahwa teknologi dan komunikasi modern telah mengubah

signifikasi suatu lokasi tertentu untuk kegiatan produksi dan

distribusi barang.

d. Teori Tempat Sentral

Page 6: BAB II TINJAUAN PUSTAKA A. Landasan Teori 1. Konsep ...abstrak.ta.uns.ac.id/wisuda/upload/F0112089_bab2.pdf · c. Perluasan pilihan-pilihan ekonomi dan sosial bagi tiap individu dan

12

Teori tempat sentral (central place theory) menganggap

bahwa ada hirarki tempat (hierarchy of places). Tempat sentral

didukung oleh sejumlah tempat yang lebih kecil yang

menyediakan sumber daya (industri dan bahan baku). Tempat

sentral tersebut merupakan suatu pemukiman yang menyediakan

jasa-jasa bagi penduduk daerah yang mendukungnya.

Teori tempat sentral ini bisa diterapkan pada

pembangunan ekonomi daerah, baik di daerah perkotaan maupun

pedesaan. Misalnya perlunya melakukan pembedaan fungsi antara

daerah-daerah yang bertetangga (berbatasan). Beberapa daerah

bisa menjadi wilayah penyedia jasa sedangkan lainnya hanya

sebagai daerah pemukiman. Seorang ahli pembangunan ekonomi

daerah dapat membantu masyarakat untuk mengembangkan

peranan fungsional mereka dalam sistem daerah.

e. Teori Kausasi Kumulatif

Kondisi daerah-daerah sekitar kota yang semakin buruk

menunjukan konsep dasar dari teori kausasi kumulatif ini.

Kekuatan-kekuatan pasar cenderung memperparah kesenjangan

antara daerah-daerah tersebut . daerah yang maju mengalami

akumulasi keunggulan kompetitif dibanding daerah-daerah

lainnya. Hal ini biasa disebut Myrdal (1957) sebagai back-wash-

effect.

f. Model Daya Tarik (Attraction)

Page 7: BAB II TINJAUAN PUSTAKA A. Landasan Teori 1. Konsep ...abstrak.ta.uns.ac.id/wisuda/upload/F0112089_bab2.pdf · c. Perluasan pilihan-pilihan ekonomi dan sosial bagi tiap individu dan

13

Teori daya tarik industri adalah model pembangunan

ekonomi yang paling banyak digunakan oleh masyarakat. Teori

ekonomi yang mendaari adalah bahwa suatu masyarakat dapat

memperbaiki posisi pasarnya terhadap industrialis melalui

pemberian subsidi insentif.

5. Konsep Pusat Pertumbuhan

Konsep Pusat Pertumbuhan (growth point concept) terutama

yang berasal dari teori kutub pertumbuhan pertama kali diperkenalkan

oleh ekonom Perancis yang bernama Perroux (1950) dengan teorinya

Pole Croisanse atau Pole de Development. Pemikiran dasar dari teori

ini adalah kegiatan ekonomi di dalam suatu daerah cenderung terpusat

pada satu titik lokal dan kegiatan ekonomi tersebut akan semakin

berkurang jika jarak suatu daerah semakin jauh dengan pusat

pertumbuhan sedangkan daerah disekitarnya yang masih terpengaruh

adalah daerah pengaruhnya.

Konsep Pusat pertumbuhan ini dapat dijelaskan dengan dua

cara yaitu konsep pusat pertumbuhan secara fungsional dan secara

geografis. Suatu lokasi konsentrasi kelompok usaha atau cabang

industri yang karena sifat hubungannya memiliki unsur-unsur

kedinamisan sehingga mampu menstimulasi kehidupan ekonomi baik

ke dalam maupun keluar (daerah belakangnya) merupaka penjelasan

pusat pertumbuhan bila dilihat secara fungsional. Secara geografis,

pusat pertumbuhan adalah suatu lokasi yang banyak memiliki fasilitas

dan kemudahan sehingga menjadi pusat daya tarik (pole of attraction),

Page 8: BAB II TINJAUAN PUSTAKA A. Landasan Teori 1. Konsep ...abstrak.ta.uns.ac.id/wisuda/upload/F0112089_bab2.pdf · c. Perluasan pilihan-pilihan ekonomi dan sosial bagi tiap individu dan

14

yang menyebabkan berbagai macam usaha tertarik untuk melakukan

kegiatan ekonomi di tempat tersebut dan masyarakat senang datang

untuk memanfaatkan fasilitas yang ada di kota tersebut, walaupun

kemungkinan tidak ada interaksi antara usaha-usaha tersebut (Tarigan,

2005:162-163).

Selanjutnya menurut Sihotang (2001:97), semakin kuat ciri-

ciri nodal dari daerah yang bersangkutan , akan semakin tinggi tingkat

pertumbuhannya dan perkembangan ekonomi sosialnya. Dengan

demikian, kebijakan regional yang diterapkan akan berhasil jika

kebijakan tersebut mendukung ciri-ciri nodal alami yang sudah

terbentuk pada daerah tersebut. Selain itu, pusat-pusat penduduk yang

besar mempunyai potensi pasar yang tinggi dan secara kultural dan

social lebih menarik untuk dikembangkan. Dengan demikian titik

pertumbuhan biasanya terjadi secara alami dan kemudian

dikembangkan, karena peningkatan ekonomi pada pusat pertumbuhan

tersebut amat tergantung dari penggunaan sumber daya yang

digunakan pada titk dan daerah pengaruhnya.

Konsep Titik Pertumbuhan (growth point concept) ini

merupakan mata rantai antara struktur daerah-daerah nodal yang

berkembang dengan sendirinya dan perencanaan fisik dan regional.

Sebagaimana telah diketahui, keuntungan-keuntungan aglomerasi

menyebabkan konsentrasi produksi lebih efisien dari pada yang

terpencar-pencar, sedangkan keseimbangan antara keuntungan-

keuntungan skala dalam penyediaan pelayanan-pelayanan sentral dan

Page 9: BAB II TINJAUAN PUSTAKA A. Landasan Teori 1. Konsep ...abstrak.ta.uns.ac.id/wisuda/upload/F0112089_bab2.pdf · c. Perluasan pilihan-pilihan ekonomi dan sosial bagi tiap individu dan

15

keinginan akan kemudahan hubungan telah mengakibatkan

konsentrasi penduduk yang tersusun dalam suatu hirarki

difokuskannya pusat-pusat sub-regional bagi pertumbuhan telah

membantu menjembatani celah antara teori lokasi dan teori ekonomi

regional. Richardson, juga memasukan unsur kesatuan dan

pengarahan ke dalam kebijakasanaan-kebijaksanaan regional seperti:

pembuatan prasarana pada titik-titik pertumbuhan, lokasi perumahan

baru, dan penggairahan migrasi intra-regional dan perjalanan ke

tempat kerja ke pusat-pusat yang direncanakan.

Pemikiran dasar dari titik pertumbuhan adalah bahwa kegiatan

ekonomi di dalam suatu wilayah cenderung beraglomerasi di sekitar

sejumlah titik-titik lokal. Di dalam suatu wilayah, arus polarisasi akan

bergravitasi kea rah titik-titik lokal ini, walaupun kepadatan dari arus

tersebut akan berkurang karena jarak. Di sekitar titik lokal (pusat

dominan) ditentukan garis perbatasan dimana kepadatan arus turun

sampai suatu tingkat kritis minimum, pusat tersebut dapat dinamakan

sebagai titik pertumbuhan, dan untuk wilayah di dalam garis

perbatasan merupakan wilayah pengaruhya (wilayah pertumbuhan)

atau yang sering disebut sebagai daerah hinterland (Tarigan,

2005:154).

Berdasarkan penjelasan di atas, distribusi penduduk secara

spasila tersusun dalam sistem pusat hirarki degan kaitan-kaitan

fungsional. Semakin kuat ciri-ciri nodal dari wilayah-wilayah yang

bersangkutan semakin tinggi tingkat pertumbuhannya dan demikian

Page 10: BAB II TINJAUAN PUSTAKA A. Landasan Teori 1. Konsep ...abstrak.ta.uns.ac.id/wisuda/upload/F0112089_bab2.pdf · c. Perluasan pilihan-pilihan ekonomi dan sosial bagi tiap individu dan

16

juga halnya dengan tingkat perkembangan ekonomi dan sosialnya.

Dengan demikian rencana pengembangan wilayah akan lebih berhail

jika rencana tersebut diarahkan untuk memperkuat ciri-ciri titik

pertumbuhan alamiah yang terdapat di masing-masing wilayah.

Strategi titik pertumbuhan dapat ditafsirkan sebagai upaya

mengkombinasi ciri-ciri tempat sentral yang mempunyai orde tinggi

dan lokasi potensial yang dapat memberikan keuntungan-keuntungan

anglomerasi.

6. Teori Kutub Pertumbuhan

Definisi dari teori kutub pertumbuhan regional adalah sebagai

seperangkat industri-industri sedang mengalami perkembangan, dan

berlokasi di suatu daerah perkotaan dan mendorong perkembangan

lanjut dari kegiatan ekonomi melalui daerah pengaruhnya. Kutub

pertumbuhan regional ekonomi terdiri dari suatu kumpulan industri-

industri yang mengalami kemajuan dan saling berhubungan, serta

cenderung menimbulkan aglomerasi yang disebabkan oleh adanya

faktor-faktor ekonomi/eksternal (Sihotang, 2001:98). Pemikiran dasar

dari teori kutub pertumbuhan ini adalah kegiatan ekonomi di dalam

suatu daerah cenderung terpusat pada satu titik lokal (pusat), dan titik-

titik lokal ini akan memberikan pengaruhnya terhadap perkembangan

ekonomi yang ada pada daerah yang berada disekitar titik tersebut.

Menurut Richardson, faktor utama terjadinya ekspansi regional

adalah adanya interaksi antara industri-industr inti (industri

penggerak) yang merupakan pusat nadi dari kutub perkembangan

Page 11: BAB II TINJAUAN PUSTAKA A. Landasan Teori 1. Konsep ...abstrak.ta.uns.ac.id/wisuda/upload/F0112089_bab2.pdf · c. Perluasan pilihan-pilihan ekonomi dan sosial bagi tiap individu dan

17

dengan industri lain yang ada disekitar industri inti (Sihotang,

2001:98). Menurutnya, ciri-ciri yang harus dimiliki oleh sebuah

konsentrasi kegiatan ekonomi agar dapat dikatakan sebagai sebuah

pusat pertumbuhan (Tarigan, 2005:162-163) adalah:

a. Adanya hubungan internal dari berbagai macam kegiatan yang

memiliki nilai ekonomi.

Hubungan internal sangat menentukan dinamika sebuah

kota. Ada keterkaitan antara satu sektor dengan sektor lainnya

yang apabila satu sektor yang tumbuh maka sektor tersebut akan

mendorong sektor lainnya, karena saling terkait. Jadi, kehidupan

kota menjadi satu irama dengan berbagai komponen kehidupan

kota dan bersinergi untuk saling mendukung terciptanya

pertumbuhan.

b. Ada efek pengganda (multiplier effect)

Keberadaan sektor-sektor yang saling terkait dan saling

mendukung akan menciptakan efek pengganda. Apabila ada satu

sektor atas permintaan dari luar wilayah yang produksinya

meningkat, akan membuat produksi sektor lain juga meningkat.

Hal ini terjadi karena adnya keterkaitan antar sektor dan akan

terjadi beberapa kali putaran pertumbuhan sehingga total

kenaikan produksi bisa beberapa kali lipat dibandingkan dengan

Page 12: BAB II TINJAUAN PUSTAKA A. Landasan Teori 1. Konsep ...abstrak.ta.uns.ac.id/wisuda/upload/F0112089_bab2.pdf · c. Perluasan pilihan-pilihan ekonomi dan sosial bagi tiap individu dan

18

kenaikan permintaan dari luar untuk sektor tersebut (sektor yang

pertama kali meningkat permintaannya).

c. Adanya konsentrasi geografis

Konsentrasi geografis dari berbagai sektor atau fasilitas,

selain bisa menciptakan efisiensi diantara sektor-sektor yang

saling membutuhkan, juga menimbulkan daya tarik (gravitasi)

dari kota tersebut. Orang yang datang ke kota tersebut bisa

mendapatkan berbagai kebutuhan pada lokasi yang berdekatan.

Jadi, kebutuhan dapat diperoleh dengan lebih hemat waktu,

tenaga, dan biaya. Hal ini membuat kota itu menarik untuk

dikunjungi dank arena volume transaksi yang makin meningkat

akan menciptakan economic of scale sehingga tercipta efisiensi

lanjutan.

d. Bersifat mendorong daerah belakangnya

Hal ini berarti antara kota dan wilayah belakangnya

terdapat hubungan yang harmonis. Kota membutuhkan bahan

baku dari wilayah belakangnya dan menyediakan berbagai

kebutuhan wilayah belakangnya untuk dapat mengembangkan

diri. Apabila terdapat hubungan yang harmonis dengan wilayah

belkaangnya dan kota itu memiliki tiga karakteristik seperti yang

disebutkan terdahulu, maka kota tersebut akan berfungsi

mendorong kebelakang.

Page 13: BAB II TINJAUAN PUSTAKA A. Landasan Teori 1. Konsep ...abstrak.ta.uns.ac.id/wisuda/upload/F0112089_bab2.pdf · c. Perluasan pilihan-pilihan ekonomi dan sosial bagi tiap individu dan

19

B. Definisi Operasional

1. Produk Domestik Regional Bruto (PDRB)

PDRB merupakan jumlah nilai tambah yang dihasilkan oleh

seluruh unit usaha (9 sektor) dalam suatu daerah tertentu atau jumlah

nilai barang dan jasa akhir (netto) yang dihasilkan oleh seluruh unit

ekonomi di suatu wilayah yang dihitung pada suatu periode tertentu

(biasanya satu tahun). Penghitungan PDRB dapat dilakukan dengan

menggunakan empat pendekatan, yaitu:

a. Pendekatan Produksi

Pendekatan dengan menjumlahkan seluruh produksi netto

barang dan jasa yang dihasilkan oleh seluruh sektor

perekonomian pada suatu periode tertentu (biasanya satu tahun).

Pendekatan ini digunakan untuk mendapatkan nilai tambah (value

added) dari setiap proses produksi di dalam masyarakat (warga

negara asing da penduduk) dari berbagai lapangan usaha (sektor)

di suatu wilayah. Lapangan usaha (sektor) yang mempengaruhi

pendapatan nasional dilihat dari pendekatan produksi, yaitu:

1) Pertanian, Peternakan, Pehutanan dan Perikanan;

2) Pertambangan & Penggalian;

3) Industri Pengolahan;

4) Listrik, Gas dan Air Bersih;

5) Bangunan;

6) Perdagangan, Hotel & Restoran;

7) Pengangkutan dan Komunikasi;

Page 14: BAB II TINJAUAN PUSTAKA A. Landasan Teori 1. Konsep ...abstrak.ta.uns.ac.id/wisuda/upload/F0112089_bab2.pdf · c. Perluasan pilihan-pilihan ekonomi dan sosial bagi tiap individu dan

20

8) Keuangan, Persewaan & Jasa Perusahaan;

9) Jasa-jasa

b. Pendekatan Pendapatan

Penghitungan PDRB melalui pendekatan ini dilakukan

dengan cara menjumlahkan semua balas jasa yang diterima faktor

produksi yang ikut di dalam proses produksi di suatu wilayah

selama satu tahun.

c. Pendekatan Pengeluaran

Penghitungan PDRB melalui pendekatan ini dilihat dari

penggunaan akhir barang dan jasa yang dihasilkan di wilayah

domestik.

d. Pendekatan Alokasi

Pendekatan ini digunakan dengan alas an terkadang dengan

data yang tersedia tidak memungkinkan untuk mengadakan

penghitungan PDRB dengan menggunakan metode langsung

seperti tiga cara di atas, sehingga digunakan metode alokasi atau

metode tidak langsung. Cara penyajian PDRB adalah sebagai

berikut:

1) PDRB Atas Dasar Harga Berlaku, merupakan keseluruhan

dari agregat pendapatan dinilai atas dasar harga berlaku pada

masing-masing tahunnya, yaitu pada saat menilai produksi

dan biaya antara serta pada penilaian komponen PDRB.

Kemampuan sumber daya ekonomi yang dihasilkan oleh

suatu daerah ditunjukkan oleh PDRB atas dasar harga

Page 15: BAB II TINJAUAN PUSTAKA A. Landasan Teori 1. Konsep ...abstrak.ta.uns.ac.id/wisuda/upload/F0112089_bab2.pdf · c. Perluasan pilihan-pilihan ekonomi dan sosial bagi tiap individu dan

21

berlaku. Nilai PDRB yang besar berarti kemampuan

sumberdaya ekonominya besar, begitu juga sebaliknya.

2) PDRB Atas Dasar Harga Konstan, merupakan keseluruhan

agregat pendapatan dari tahun ke tahun semata-mata karena

perkembangan produksi riil. Perkembangan agregat

pendapatan bukan karena kenaikan harga atau inflasi.

2. Sektor Basis

Sektor basis adalah sektor ekonomi yang merupakan sektor

atau kegiatan perekonomian yang mampu melayani pasar domestik

(lokal) atau pasar di luar daerah, atau didapat nilai secara proporsional

dari hasil analisis positif.

3. Pusat Pertumbuhan

Secara geografis, suatu lokasi yang banyak memiliki fasilitas

dan kemudahan sehingga menjadi pusat daya tarik (pole of attraction)

disebut sebagai pusat pertumbuhan, yang menyebabkan berbagai

macam usaha tertarik untuk melakukan kegiatan ekonomi di tempat

tersebut dan masyarakat senang datang untuk memanfaatkan fasilitas

yang ada d kota tersebut, walaupun kemungkinan tidak ada interaksi

antara usaha-usaha tersebut (Tarigan, 2005:162-163).

4. Jumlah Penduduk

Jumlah penduduk adalah banyak individu atau anggota rumah

tangga yang bertempat tinggal di masing-masing kecamatan di

Kabupaten Sukoharjo tidak termasuk wisatawan asing, domestik yang

tinggal kurang dari 6 (enam) bulan, awak kapal yang sedang singgah,

Page 16: BAB II TINJAUAN PUSTAKA A. Landasan Teori 1. Konsep ...abstrak.ta.uns.ac.id/wisuda/upload/F0112089_bab2.pdf · c. Perluasan pilihan-pilihan ekonomi dan sosial bagi tiap individu dan

22

pengusaha asing dan domestic yang tinggal kurang dari 6 (enam)

bulan, anggota diplomat dan konsultan, serta pekerja musiman.

5. Jarak Antar Wilayah

Jarak atas daerah satu dengan daerah lain dengan

memperhitungkan rute utama jalan raya terpendek (dalam Km).

6. PDRB Perkapita

Nilai tambah dari seluruh barang dan jasa yang dihasilkan

seluruh sektor ekonomi per jumlah penduduk pertengahan tahun yang

tinggal di daerah tersebut.

7. Laju Pertumbuhan Ekonimi

Perbedaan nilai PDRB dari tahun ke tahun awal penelitian

sampai dengan tahun akhir penelitian dalam satuan persen.

C. Penelitian Terdahulu

1. Studi tentang sektor basis terdapat dalam penelitian yang

dilakukan oleh:

a. Jeri Fein, Antonius Luntungan dan Jacline Sumual dengan judul

penelitian yaitu Analisis Sektor Ekonomi Unggulan Dalam

Perekonomian Kota Bitung (Periode 2002-2012). Hasil dari

penelitian tersebut adalah sektor ekonomi yang menjadi sektor

basis atau sektor unggulan yang ada di Kota Bitung ialah sektor

pertanian, sektor industri, listrik, gas, dan air dan sektor

pengangkutan. Kontribusi sektor basis atau sektor unggulan

terhadap perekonomian di Kota Bitung cukup baik. Daya saing

Page 17: BAB II TINJAUAN PUSTAKA A. Landasan Teori 1. Konsep ...abstrak.ta.uns.ac.id/wisuda/upload/F0112089_bab2.pdf · c. Perluasan pilihan-pilihan ekonomi dan sosial bagi tiap individu dan

23

perekonomian Kota Bitung dengan perekonomian Sulawesi utara

lemah. Hal Ini terlihat dari nilai Differential Shift dari semua sektor

ekonomi yang nilainya masih negatif.

b. Ita Marlina dan Syaad Affifudin dengan judul penelitian yaitu

Potensi Ekspor Hasil-hasil Pertanian di Kabupaten Karo. Hasil dari

penelitian tersebut berdasarkan hasil perhitungan alat analisis

Location Quotient (LQ) dan Analisis Shift Share menunjukkan

bahwa produksi hasil-hasil pertanian Kabupaten Karo berpotensi

ekspor, basis, maju dan tumbuh pesat. Berdasarkan analisis

Tipology Klassen, Jenis komoditas pertanian yang memiliki potensi

ekspor yang tinggi yaitu kol, wortel, bawang daun dan jeruk manis.

Tingkat permintaan hasil-hasil pertanian meningkat setiap

tahunnya. Komoditi pertanian dengan permintaan paling tinggi

setiap tahunnya adalah kol dan kentang. Seperti pada tahun 2009

permintaan terhadap kol dan kentang masing-masing sebesar

48.929,59 ton dan 27.227,28 ton.

c. Sari Sasmita, Vekie Rumate dan Hanly Siwu dengan judul

penelitian yaitu Analisis Sektor Basis di Kabupaten Bolaang

Mongondow Utara. Hasil dari penelitian tersebut berdasar

perhitungan LQ diseluruh sektor perekonomian berdasarkan PDRB

atas dasar harga konstan 2000 terdapat tiga sektor dan sub sektor

yang menjadi basis perekonomian Kabupaten Bolmut yaitu Sektor

Pertanian dengan sub sektor yang menjadi andalan dalam

perekonomian yaitu berasal dari sub sektor kehutanan dan sub

Page 18: BAB II TINJAUAN PUSTAKA A. Landasan Teori 1. Konsep ...abstrak.ta.uns.ac.id/wisuda/upload/F0112089_bab2.pdf · c. Perluasan pilihan-pilihan ekonomi dan sosial bagi tiap individu dan

24

sektor tanaman bahan makanan, Sektor Pertambangan dan

Penggalian dengan sub sektor andalan yang berasal dari sub sektor

penggalian, dan Sektor Jasa-jasa dengan sub sektor yang menjadi

andalan yaitu sub sektor pemerintahan umum.

d. Ni Komang dan I Nyoman Mahaendra dengan judul penelitian

yaitu Analisis Pola Pertumbuhan Ekonomi dan Sektor Potensial di

Kabupaten Klungkung (Periode Tahun 2008-2010). Hasil dari

penelitian tersebut adalah pola pertumbuhan ekonomi Kabupaten

Klungkung dalam periode tahun 2008- 2010 menurut Tipologi

Klassen termasuk dalam klasifikasi daerah makmur yang sedang

menurun (potensial tertinggal). Sedangkan sektor-sektor potensial

yang dapat dikembangkan di Kabupaten Klungkung dalam periode

tahun 2008-2010 yaitu sektor bangunan dan sektor jasa-jasa. Dari

sektor jasa-jasa, sub sektor yang lebih dominan menyumbang

kontribusi yaitu dari jasa swasta. Kesempatan kerja yang dihasilkan

dari sektor-sektor potensial di Kabupaten Klungkung masih belum

maksimal. Dari analisis Rasio Penduduk Pengerjaan menunjukkan

bahwa jumlah masyarakat yang terlayani dari sektor bangunan

selama periode 2008-2010 rata-rata sebesar 3,01 persen, sedangkan

dari sektor jasa-jasa rata-rata sebesar 5,96 persen.

e. Benny Benny Oksatriandhi dan Eko Budi dengan judul penelitian

yaitu Identifikasi Komoditas Unggulan di Kawasan Agropolitan

Kabupaten Pasaman. Hasil dari penelitian ini: padi sawah, padi

ladang, kacang tanah, pisang, manga, cabe, bayam, karet, coklat

Page 19: BAB II TINJAUAN PUSTAKA A. Landasan Teori 1. Konsep ...abstrak.ta.uns.ac.id/wisuda/upload/F0112089_bab2.pdf · c. Perluasan pilihan-pilihan ekonomi dan sosial bagi tiap individu dan

25

dan kelapa sawit merupakan komoditas unggulan kawasan

agropolitan di Kabupaten Pasaman.

2. Studi tentang pusat pertumbuhan terdapat dalam penelitian yang

dilakukan oleh:

a. Ni Nyoman dan Made Suyana dengan judul penelitian yaitu

Analisis Pusat Pertumbuhan di Kabupaten Karangasem. Hasil dari

penelitian tersebut berdasarkan analisis Tipologi Klassen, diperoleh

Kecamatan Manggis dan Kecamatan Karangasem diklasifikasikan

kedalam daerah maju dan tumbuh cepat (Tipe I), Kecamatan Abang

dan Kecamatan Kubu diklasifikasikan kedalam daerah berkembang

(Tipe II), dan Kecamatan Rendang, Sidemen, Selat, dan Bebandem

diklasifikasikan kedalam daerah relative terbelakang (Tipe IV).

Kecamatan-kecamatan yang perlu mendapatkan perhatian khusus

untuk dapat lebih dikembangkan lagi sesuai dengan potensi yang

dimilikinya sehingga dapat meningkatkan PDRB per kapita dan

laju pertumbuhan ekonomi daerah tersebut antara lain Kecamatan

Rendang, Sidemen, Selat, dan Kecamatan Bebandem. Berdasarkan

hasil perhitungan analisis location quotient (LQ) pada Kabupaten

Karangasem, sektor ekonomi yang menjadi sektor basis pada

masing-masing kecamatan di Kabupaten Karangasem tahun 2008 –

2012 yaitu :

Page 20: BAB II TINJAUAN PUSTAKA A. Landasan Teori 1. Konsep ...abstrak.ta.uns.ac.id/wisuda/upload/F0112089_bab2.pdf · c. Perluasan pilihan-pilihan ekonomi dan sosial bagi tiap individu dan

26

1) Kecamatan Rendang 4 sektor basis: sektor pertanian; sektor

industri pengolahan; sektor listrik, gas, dan air bersih; dan

sektor keuangan, persewaan, dan jasa perusahaan.

2) Kecamatan Sidemen 4 sektor basis: sektor pertanian; sektor

industri pengolahan; sektor listrik, gas, dan air bersih; dan

sektor keuangan, persewaan, dan jasa perusahaan.

3) Kecamatan Selat 4 sektor basis: sektor pertanian; pertambangan

dan penggalian; industri pengolahan; dan sektor keuangan,

persewaan, dan jasa perusahaan.

4) Kecamatan Manggis 3 sektor basis: sektor bangunan; sektor

perdagangan, hotel, dan restoran; dan sektor pengangkutan dan

komunikasi.

5) Kecamatan Bebandem 5 sektor basis: sektor pertanian;

pertambangan dan penggalian; listrik, gas, dan air bersih;

bangunan; dan sektor keuangan, persewaan, dan jasa

perusahaan.

6) Kecamatan Karangasem 3 sektor basis: sektor listrik, gas, dan

air bersih; sektor bangunan; dan sektor jasa-jasa.

7) Kecamatan Abang 5 sektor basis: sektor pertanian; industri

pengolahan; listrik, gas, dan air bersih; bangunan; dan sektor

keuangan, persewaan, dan jasa perusahaan.

8) Kecamatan Kubu 4 sektor basis: sektor pertanian;

pertambangan dan penggalian; pengangkutan dan komunikasi;

dan sektor keuangan, persewaan, dan jasa perusahaan.

Page 21: BAB II TINJAUAN PUSTAKA A. Landasan Teori 1. Konsep ...abstrak.ta.uns.ac.id/wisuda/upload/F0112089_bab2.pdf · c. Perluasan pilihan-pilihan ekonomi dan sosial bagi tiap individu dan

27

Hasil analisis gravitasi dengan nilai indeks gravitasi terbesar

menunjukkan keterkaitan atau daya tarik antara Kecamatan

Kerangasem dengan kecamatan lainnya, yang memiliki

keterkaitan paling kuat yaitu Kecamatan Abang, Bebandem,

Manggis, Kubu, Selat, Sidemen, dan Kecamatan Rendang.

Sementara itu kecamatan-kecamatan yang memiliki keterkaitan

paling kuat dengan Kecamatan Manggis yakni Kecamatan

Karangasem, Bebandem, Selat, Sidemen, Abang, Rendang, dan

Kecamatan Kubu. Keterkaitan antara Pusat Pertumbuhan ini

karena kedua daerah tersebut mempunyai jarak yang cukup

dekat sehingga interaksi keduanya paling kuat. Interaksi

antarkecamatan ini dipengaruhi oleh jumlah penduduk dan

jarak antarkedua kecamatan tersebut. Adapun kesimpulan dari

penelitian ini berdasarkan alat analisis Tipologi Klassen,

Location Quotient (LQ), dan Model gravitasi yaitu Kecamatan

Karangasem dan Kecamatan Manggis adalah tepat ditetapkan

sebagai pusat pertumbuhan karena memiliki kriteria sebagai

daerah maju dan tumbuh cepat (Tipe I), memiliki keterkaitan

dengan daerah belakangnya, dan memiliki sektor basis yang

berpotensi ekspor.

b. Dudu Sudarya, Santun R. P. Sitorus dan Muhammad Firdaus

dengan judul penelitian yaitu Analisis Perkembangan Ekonomi

Wilayah Untuk Arahan Pembangunan Kecamatan di Wilayah

Pesisir Kabupaten Garut. Hasil analisis memperlihatkan bahwa

Page 22: BAB II TINJAUAN PUSTAKA A. Landasan Teori 1. Konsep ...abstrak.ta.uns.ac.id/wisuda/upload/F0112089_bab2.pdf · c. Perluasan pilihan-pilihan ekonomi dan sosial bagi tiap individu dan

28

tingkat keberagaman dan keberimbangan sektor-sektor ekonomi di

kecamatan wilayah pesisir masih rendah dengan tingkat

perkembangan sebesar 72% dari total kemampuan maksimumnya.

Wilayah pesisir Kabupaten Garut memiliki ekonomi basis di

sektor primer yaitu pertanian. Sedangkan sektor sekunder adalah

sektor yang tumbuh paling cepat terutama di sektor industri

pengolahan. Analisis hirarki terhadap sarana prasarana ekonomi

desa menunjukkan bahwa hanya ada 3 desa atau sekitar 4,6% yang

masuk hirarki I sebagai inti wilayah dan pusat pertumbuhan. Hasil

analisis menunjukan bahwa untuk meningkatkan perkembangan

dan pemerataan ekonomi, prioritas pembangunan diarahkan pada

Kecamatan Mekarmukti, Pakenjeng dan Caringin. Prioritas

pembangunan sektor ekonomi terutama diarahkan untuk sektor

pertanian, sektor industry pengolahan, sektor perdagangan, hotel

dan restoran, sektor gas, listrik dan air minum.

c. Refika Ardila dengan judul penelitian yaitu Analisis

Pengembangan Pusat Pertumbuhan Ekonomi di Kabupaten

Banjarnegara. Alat analisis yang digunakan adalah analisis

skalogram dan indeks sentralitas, metode gravitasi, analisis tipologi

klassen dan analisis Location Quotient. Berdasarkan hasil

penelitian diperoleh enam kecamatan yang termasuk kecamatan

pusat pertumbuhan yaitu Kecamatan Banjarnegara, Madukara,

Purwanegara, Madiraja, Purwareja Klampok dan Susukan.

Sebagian besar kecamatan masih berada pada daerah relatif

Page 23: BAB II TINJAUAN PUSTAKA A. Landasan Teori 1. Konsep ...abstrak.ta.uns.ac.id/wisuda/upload/F0112089_bab2.pdf · c. Perluasan pilihan-pilihan ekonomi dan sosial bagi tiap individu dan

29

tertinggal. Rata-rata sektor basis menyebar secara merata di 20

kecamatan di Kabupaten Banjarnegara, namun sektor basis yang

paling dominan adalah sektor pertanian, sektor listrik, gas dan air

bersih, sektor bangunan dan sektor jasa-jasa.

d. Yayik Kartika Sari dengan judul penelitian yaitu Analisis

Pengembangan Sektor Basis Ekonomi dan Potensi Peningkatan

Pertumbuhan Ekonomi di Kabupaten Blora. Hasil dari penelitian

ini menunjukan bahwa terdapat 3 sektor basis ekonomi di

Kabupaten Blora yang diperoleh dari analisis basis ekonomi yaitu

sektor pertambangan dan galian; sektor pertanian; dan sektor

keuangan, persewaan, dan jasa perusahaan. Berdasarkan hasil uji

persamaan simultan menunjukan bahwa variable tabungan,

pengeluaran pemerintah daerah, upah minimum dan jumlah

penduduk merupakan faktor yang memiliki pengaruh dominan

terhadap pertumbuhan ekonomi di Kabupaten Blora.

e. Eka Rahayu dan Eko Budi dengan judul penelitian yaitu Penentuan

Pusat-pusat Pertumbuhan dalam Pengembangan Wilayah di

Kabupaten Gunung Kidul. Hasil analisis menunjukkan bahwa

terdapat kecamatan yang layak dan tidak layak berdasarkan sarana

prasarana dan juga berdasarkan struktur pertumbuhan ekonomi di

masing-masing kecamatan. Adapun lokasi pusat-pusat

pertumbuhan adalah Kecamatan Wonosari, Kecamatan Playen

Kecamatan Semanu dan Kecamatan Karangmojo. (Matriks jurnal

di halaman lampiran)

Page 24: BAB II TINJAUAN PUSTAKA A. Landasan Teori 1. Konsep ...abstrak.ta.uns.ac.id/wisuda/upload/F0112089_bab2.pdf · c. Perluasan pilihan-pilihan ekonomi dan sosial bagi tiap individu dan

30

D. Kerangka Pemikiran

Kerangka pemikiran ini berangkat dari kondisi pertumbuhan

ekonomi kecamatan di Kabupaten Sukoharjo tahun 2010-2013 yang

tercermin dalam PDRB. PDRB didefinisikan sebagai keseluruhan nilai

tambah dari barang dan jasa yang diproduksi oleh seluruh kegiatan

ekonomi atau lapangan usaha dalam suatu wilayah selama periode tertentu.

Analisis sektor basis dalam penelitan dilakukan dengan alat analisis

LQ (Location Quotient) untuk mengetahui sektor ekonomi basis dan non

basis. Analisis pusat pertumbuhan ekonomi dilakukan dengan

menggunakan alat Analisis Skalogram dan Indeks Sentralitas, Analisis

Gravitasi, dan Tipologi Klassen. Analisis skalogram dan indeks sentralitas

digunakan untuk menentukan hirarki pusat pertumbuhan ekonomi

berdasarkan ketersediaan fasilitas sosial, ekonomi dan pemerintahan yang

dimiliki oleh setiap wilayah kecamatan di Kabupaten Sukoharjo.

Kemudian analisis gravitasi digunakan untuk mengetahui interaksi antara

pusat pertumbuhan dengan daerah sekitarnya (hinterland). Analsis

Tipologi Klassen digunakan untuk menganalisis posisi perekonomian

kecamatan di Kabupaten Sukoharjo. Untuk mempermudah penelitian maka

berikut digambarkan kerangka pemikiran yang sistematis pada gambar 2.1:

Page 25: BAB II TINJAUAN PUSTAKA A. Landasan Teori 1. Konsep ...abstrak.ta.uns.ac.id/wisuda/upload/F0112089_bab2.pdf · c. Perluasan pilihan-pilihan ekonomi dan sosial bagi tiap individu dan

31

Gambar 2.1 Kerangka Pemikiran Penelitian