BAB II TINJAUAN PUSTAKA A. Landasan Penelitian...

27
8 BAB II TINJAUAN PUSTAKA A. Landasan Penelitian Terdahulu Untuk memperoleh hasil eksploirasi dan deskripsi yang eksplisit mengenai penelitian ini mengacu dan membandingkan berdasarkan penelitian terdahulu yang dilakukan oleh Yani Mulyaningsih (2008). Penelitian ini bertujuan untuk menganalisis pengaruh pengeluaran Pemerintah di sektor pendidikan dan kesehatan terhadap pembangunan manusia dan pengaruhnya terhadap kemiskinan di Indonesia serta melihat hubungan pembangunan manusia terhadap pengurangan kemiskinan 33 Provinsi di Indonesia. Hasil dari penelitian ini menunjukan bahwa tidak ada pengaruh pengeluaran Pemerintah di sektor kesehatan dan pendidikan terhadap pembangunan manusia. Hal ini disebabkan karena masih rendahnya pengeluaran Pemerintah di sektor pendidikan dan kesehatan. Pengeluaran Pemerintah disektor publik juga tidak terbukti mempengaruhi kemiskinan, selain itu dalam model ketiga pembangunan manusia berpengaruh terhadap pengurangan kemiskinan. Selanjutnya penelitian yang dilakukan oleh saudara Ardiansyah (2010) yang berjudul Analisa Faktor-faktor yang Mempengaruhi Indeks Pembangunan Manusia (IPM) di Sumatra Utara yaitu: Indeks Pembangunan Manusia merupakan indeks komposit yang didasarkan pada tiga indikator yakni: pendidikan, kesehatan dan standar kehidupan atau daya beli. ketiga indikator tersebut saling mempengaruhi satu dengan yang lainnya. Indeks pembangunan manusia merupakan cerminan kualitas manusia. Manusia yang berkualitas

Transcript of BAB II TINJAUAN PUSTAKA A. Landasan Penelitian...

Page 1: BAB II TINJAUAN PUSTAKA A. Landasan Penelitian Terdahulueprints.umm.ac.id/37103/3/jiptummpp-gdl-riozhanuar-52925-3-babii.pdf · kultural dan kemanusiaan, yang kesemuanya itu tidak

8

BAB II

TINJAUAN PUSTAKA

A. Landasan Penelitian Terdahulu

Untuk memperoleh hasil eksploirasi dan deskripsi yang eksplisit

mengenai penelitian ini mengacu dan membandingkan berdasarkan penelitian

terdahulu yang dilakukan oleh Yani Mulyaningsih (2008). Penelitian ini

bertujuan untuk menganalisis pengaruh pengeluaran Pemerintah di sektor

pendidikan dan kesehatan terhadap pembangunan manusia dan pengaruhnya

terhadap kemiskinan di Indonesia serta melihat hubungan pembangunan

manusia terhadap pengurangan kemiskinan 33 Provinsi di Indonesia. Hasil dari

penelitian ini menunjukan bahwa tidak ada pengaruh pengeluaran Pemerintah

di sektor kesehatan dan pendidikan terhadap pembangunan manusia. Hal ini

disebabkan karena masih rendahnya pengeluaran Pemerintah di sektor

pendidikan dan kesehatan. Pengeluaran Pemerintah disektor publik juga tidak

terbukti mempengaruhi kemiskinan, selain itu dalam model ketiga

pembangunan manusia berpengaruh terhadap pengurangan kemiskinan.

Selanjutnya penelitian yang dilakukan oleh saudara Ardiansyah (2010)

yang berjudul Analisa Faktor-faktor yang Mempengaruhi Indeks Pembangunan

Manusia (IPM) di Sumatra Utara yaitu: Indeks Pembangunan Manusia

merupakan indeks komposit yang didasarkan pada tiga indikator yakni:

pendidikan, kesehatan dan standar kehidupan atau daya beli. ketiga indikator

tersebut saling mempengaruhi satu dengan yang lainnya. Indeks pembangunan

manusia merupakan cerminan kualitas manusia. Manusia yang berkualitas

Page 2: BAB II TINJAUAN PUSTAKA A. Landasan Penelitian Terdahulueprints.umm.ac.id/37103/3/jiptummpp-gdl-riozhanuar-52925-3-babii.pdf · kultural dan kemanusiaan, yang kesemuanya itu tidak

9

merupakan faktor penting dalam pertumbuhan ekonomi. Dengan modal

kualitas manusia kinerja ekonomi diyakini akan lebih baik. Kinerja ekonomi

yang baik dapat pula berpengaruh pada tingkat kemiskinan dan pengeluaran

Pemerintah.

Tujuan penelitian ini adalah untuk menganalisis faktor-faktor yang

mempengaruhi indeks pembangunan manusia di Sumatera Utara dalam kurun

waktu 20 tahun, mulai dari 1990-2009. Adapun variabel terikat dalam

penelitian ini adalah indeks pembangunan manusia (Y), sedangkan variabel

bebasnya adalah jumlah penduduk miskin (X1), pertumbuhan ekonomi (X2),

pengeluaran pemerintah (X3). Metode penelitian yang digunakan dalam

analisis ini adalah Ordinary Least Square (OLS), dengan menggunakan metode

regresi linear berganda dan alat analisis yang dipakai untuk mengolah data

yaitu dengan menggunakan Eviews 5.1.

Hasilnya menunjukkan bahwa koefisien determinasinya (R²) adalah

sama dengan 0.8695 yang berarti bahwa variabel independen (tingkat

kemiskinan, pertumbuhan ekonomi dan pengeluaran Pemerintah) dapat

memberi penjelasan terhadap variabel dependen (indeks pembangunan

manusia) sebesar 86,95%, sedangkan sisanya 13,05% dijelaskan oleh variabel

lain yang tidak dimasukkan dalam model estimasi. F - hitung > F - tabel (35.55

> 5.29). yang berarti bahwa tingkat kemiskinan, pertumbuhan ekonomi dan

pengeluaran pemerintah secara keseluruhan berpengaruh signifikan terhadap

indeks pembangunan manusia di Sumatera Utara pada tingkat kepercayaan

sebesar 99%.

Page 3: BAB II TINJAUAN PUSTAKA A. Landasan Penelitian Terdahulueprints.umm.ac.id/37103/3/jiptummpp-gdl-riozhanuar-52925-3-babii.pdf · kultural dan kemanusiaan, yang kesemuanya itu tidak

10

B. Landasan Teori

1. Konsep pembangunan

Pembangunan dapat dilihat dalam perspektif dan ukuran yang

berbeda, oleh karena itu diperlukan persamaan persepsi dan kriteria dalam

melihat makna pembangunan. Pembangunan pada awalnya hanya diarahkan

untuk mencapai tingkat pertumbuhan ekonomi yang tinggi sebagai wujud

tingkat kesejahteraan penduduk yang tinggi pada suatu Negara, namun

kenyataannya pertumbuhan ekonomi yang tinggi belum tentu menunjukkan

tingkat kesejahteraan penduduk yang tinggi khususnya pada Negara yang

sedang berkembang.

Negara berkembang pada dekade tahun 1950-1960 mengutamakan

pertumbuhan ekonomi sebagai tujuan utama dari pembangunan, namun hal

ini justru menimbulkan permasalahan baru yaitu disparitas. Pada dekade

berikutnya arah dan konsep pembangunan diarahkan pada tujuan

pemerataan sebagai mana konsep redistribusi pertumbuhan yang menitik

beratkan pada mekanisme ekonomi, sosial, dan institusional demi

meningkatkan standar hidup masyarakat. Dalam salah satu publikasi

resminya, yakni: World Development Report, yang terbit pada tahun 1991,

bahwa Bank Dunia melontarkan dengan pernyataan tersebut secara tegas

(Todaro, 2006: 22).

Tantangan utama pembangunan adalah memperbaiki kualitas

kehidupan. Terutama di Negara-negara yang paling miskin, kualitas hidup

yang lebih baik memang mensyaratkan pendapatan yang lebih tinggi,

namun yang dibutuhkan bukan hanya itu. Pendapatan yang lebih tinggi

Page 4: BAB II TINJAUAN PUSTAKA A. Landasan Penelitian Terdahulueprints.umm.ac.id/37103/3/jiptummpp-gdl-riozhanuar-52925-3-babii.pdf · kultural dan kemanusiaan, yang kesemuanya itu tidak

11

hanya merupakan salah satu dari sekian banyak syarat yang harus dipenuhi.

Banyak hal lain yang harus diperjuangkan, pendidikan yang lebih baik,

peningkatan standar kesehatan dan nutrisi, pemberantasan kemiskinan,

perbaikan kondisi lingkungan hidup, pemerataan kesempatan, peningkatan

kebebasan individual, dan pelestarian ragam kehidupan budaya.

Berdasarkan pernyataan bank dunia tersebut maka dapat dikatakan

bahwa pembangunan merupakan proses multidimensional yang memiliki

cakupan luas bukan hanya semata untuk pertumbuhan ekonomi yang tinggi,

namun mencakup juga struktur sosial, sikap masyarakat dan institusi-

institusi nasional dengan tetap memacu pertumbuhan ekonomi. Dengan

demikian maka dapat disimpulkan bahwa terdapat tiga tujuan utama dari

pembangunan (Todaro, 2006: 28), yaitu:

1) Peningkatan ketersediaan serta perluasan distribusi berbagai barang

kebutuhan yang pokok seperti: pangan, sandang, papan, kesehatan, dan

perlindungan keamanan.

2) Peningkatan standar hidup yang tidak hanya berupa peningkatan

pendapatan, tetapi juga meliputi penambahan penyediaan lapangan kerja,

perbaikan kualitas pendidikan, serta peningkatan perhatian atas nilai-nilai

kultural dan kemanusiaan, yang kesemuanya itu tidak hanya untuk

memperbaiki kesejahteraan materi, melainkan juga menumbuhkan harga

diri pada pribadi dan bangsa yang bersangkutan.

3) Perluasan pilihan-pilihan ekonomis dan sosial bagi setiap individu serta

bangsa secara keseluruhan, yakni dengan membebaskan mereka dari

Page 5: BAB II TINJAUAN PUSTAKA A. Landasan Penelitian Terdahulueprints.umm.ac.id/37103/3/jiptummpp-gdl-riozhanuar-52925-3-babii.pdf · kultural dan kemanusiaan, yang kesemuanya itu tidak

12

belitan sikap menghamba dan ketergantungan, bukan hanya tehadap

orang atau Negara, bangsa lain, namun juga terhadap setiap kekuatan

yang berpotensi merendahkan nilai-nilai kemanusiaan mereka.

2. Pengertian Pembangunan Manusia

Pembangunan yang selama ini dilakukan pada hakekatnya adalah

untuk meningkatkan kesejahteraan masyarakat. Pembangunan ekonomi

diakui telah berhasil memacu dan mempertahankan pertumbuhan yang

relatif tinggi dan stabil. Meskipun demikian, berdasarkan pengalaman untuk

pertumbuhan yang tinggi bukan satu-satunya indikator yang menunjukkan

bahwa kesejahteraan masyarakat secara otomatis meningkat. Idealnya

peningkatan ekonomi pararel dengan peningkatan kesejahteraan

masyarakatnya.

Memasuki pada dasawarsa tahun 1990-an, UNDP (United Nations

Development Programme) memperkenalkan suatu paradigma baru

mengenai konsep pembangunan yang disebut dengan paradigma

pembangunan manusia (PPM). Berbeda dengan paradigma pembangunan

sebelumnya, yang menekankan pertumbuhan ekonomi dan menempatkan

pendapatan sebagai ukuran dalam pencapaian pembangunan manusia.

Pembangunan manusia dalam kerangka paradigma baru tersebut

didefinisikan sebagai suatu proses untuk memperbesar pilihan-pilihan bagi

penduduk. Dalam konsep tersebut, manusia adalah titik pusat perhatian

pembangunan, sedangkan upaya pembangunan manusia adalah sarana untuk

mencapai tujuan tersebut. Oleh karenanya, maksud dari pembangunan

Page 6: BAB II TINJAUAN PUSTAKA A. Landasan Penelitian Terdahulueprints.umm.ac.id/37103/3/jiptummpp-gdl-riozhanuar-52925-3-babii.pdf · kultural dan kemanusiaan, yang kesemuanya itu tidak

13

manusia yang dilakukan bukan hanya untuk meningkatkan pada pendapatan

penduduk melainkan diarahkan kepada tercapainya produktivitas yang

tinggi yang diikuti kemerataan, kesinambungan dan pemberdayaan. Batasan

IPM terlihat lebih luas dibandingkan pengertian pembangunan ekonomi.

Pembangunan manusia merupakan model pembangunan yang

bertujuan untuk memperluas peluang agar penduduk dapat hidup layak.

Tujuan tersebut dapat tercapai jika setiap orang atau manusia memperoleh

peluang seluas-luasnya untuk hidup sehat dan kemungkinan umur panjang,

berpendidikan dan berketrampilan serta mempunyai akses terhadap sumber

daya yang dibutuhkan untuk mencapai standar hidup yang layak. Tiga

dimensi pokok pembangunan manusia tersebut membentuk indeks

pembangunan manusia (IPM).

Pemerintah dalam hal ini merupakan fasilitator bagi masyarakat

untuk mendapatkan pilihan-pilihan yang lebih luas. Gambaran yang dapat

diambil guna melihat seberapa jauh peran Pemerintah untuk menjadi

fasilitator dari pembangunan manusia adalah melalui kebijakasanan

pengeluaran Pemerintah yang diambil. Salah satu hal yang paling

menentukan dalam sasaran target pembangunan manusia adalah

pengeluaran Pemerintah di sektor pendidikan dan kesehatan, sehingga dua

sektor tersebut menjadi prioritas bagi Pemerintah guna mewujudkan

pembangunan manusia yang pada akhirnya menjadi input dalam proses

pembangunan diberbagai sektor.

Page 7: BAB II TINJAUAN PUSTAKA A. Landasan Penelitian Terdahulueprints.umm.ac.id/37103/3/jiptummpp-gdl-riozhanuar-52925-3-babii.pdf · kultural dan kemanusiaan, yang kesemuanya itu tidak

14

Besarnya pengeluaran Pemerintah merupakan indikasi dari

komitmen Pemerintah terhadap pembangunan manusia. Pengeluaran rumah

tangga juga merupakan faktor yang menentukan lancarnya pembangunan

manusia. Dalam hal ini faktor yang menentukan adalah besar dan komposisi

pengeluaran rumah tangga untuk kebutuhan dasar seperti pemenuhan nutrisi

anggota keluarga, untuk biaya pelayanan kesehatan dan pendidikan dasar,

serta untuk kegiatan lain yang serupa. Selain pengeluaran Pemerintah dan

pengeluaran rumah tangga hubungan antara kedua variabel tersebut

berlangsung melalui penciptaan lapangan kerja. Aspek ini sangat penting

karena sesungguhnya, penciptaan lapangan kerja merupakan jembatan

utama yang mengaitkan antara keduanya (UNDP, 1990: 87). Dalam

pembangunan manusia terdapat hal-hal penting yang perlu menjadi

perhatian utama (UNDP, 1995: 118), yaitu:

1) Pembangunan harus mengutamakan penduduk sebagai pusat perhatian.

2) Pembangunan dimaksudkan untuk memperbesar pilihan-pilihan bagi

penduduk, tidak hanya untuk meningkatkan pendapatan mereka. Oleh

karena itu, konsep pembangunan manusia harus terpusat pada penduduk

secara keseluruhan, dan bukan hanya pada aspek ekonomi saja.

3) Pembangunan manusia memperhatikan bukan hanya pada upaya

meningkatkan kemampuan (kapabilitas) manusia tetapi juga pada upaya-

upaya memanfaatkan kemampuan manusia tersebut secara optimal.

4) Pembangunan manusia didukung empat pilar pokok, yaitu: produktifitas,

pemerataan, kesinambungan, dan pemberdayaan.

Page 8: BAB II TINJAUAN PUSTAKA A. Landasan Penelitian Terdahulueprints.umm.ac.id/37103/3/jiptummpp-gdl-riozhanuar-52925-3-babii.pdf · kultural dan kemanusiaan, yang kesemuanya itu tidak

15

5) Pembangunan manusia menjadi dasar dalam penentuan tujuan

pembangunan dan sebagai metode menganalisis pilihan-pilihan untuk

mencapainya.

Sebagai ukuran kemanjuan pembangunan manusia, IPM biasa

digunakan sebagai indikator untuk mengkaji ukuran kemajuan

pembangunan manusia yang terdiri dalam dua aspek. Aspek pertama

perbandingan antara wilayah yang memperlihatkan posisi suatu wilayah

relatif terhadap wilayah lain berdasarkan besaran IPM yang disusun

sekaligus peringkat dari kemajuan pembangunan diberbagai wilayah dalam

kawasan yang sama. Aspek yang lain adalah mengkaji kemajuan dari

pencapaian suatu target sasaran berbagai program pembangunan yang

diimplementasikan dalam satu periode tertentu. Untuk menjamin

tercapainya tujuan pembangunan manusia, empat hal pokok yang perlu

diperhatikan adalah produktivitas, pemerataan, kesinambungan dan

pemberdayaan (UNDP, 1995).

Sebenarnya paradigma pembangunan manusia tidak berhenti sampai

disana. Pilihan-pilihan tambahan yang dibutuhkan dalam kehidupan

masyarakat luas seperti kebebasan politik, ekonomi dan sosial, sampai

kesempatan untuk menjadi kreatif dan produktif, dan menikmati kehidupan

yang sesuai dengan harkat pribadi dan jasmani yang menjadi hak-hak azasi

manusia merupakan bagian dari paradigma tersebut. Dengan demikian,

paradigma pembangunan manusia memiliki dua sisi. Sisi pertama berupa

informasi kapabilitas manusia seperti perbaikan taraf kesehatan, pendidikan

Page 9: BAB II TINJAUAN PUSTAKA A. Landasan Penelitian Terdahulueprints.umm.ac.id/37103/3/jiptummpp-gdl-riozhanuar-52925-3-babii.pdf · kultural dan kemanusiaan, yang kesemuanya itu tidak

16

dan keterampilan. Dimana sisi lainnya adalah pemanfaatan kapabilitas

mereka untuk kegiatan-kegiatan yang bersifat produktif, cultural, sosial dan

politik. Jika kedua sisi itu tidak seimbang maka hasilnya adalah frustasi

masyarakat.

3. Indeks Pembangunan Manusia (IPM)

Sebelum masuk pada pengertian pembangunan manusia, lebih

dahulu dipenuhi kebutuhan manusia secara universal. Menurut Selo

Soemardjan (1997) kebutuhan manusia itu terdiri dari tiga, yaitu: (1)

kebutuhan dasar hidup (basic needs), didalamnya mencakup kebutuhan

makan, pakaian, tempat tinggal, dan kesehatan; (2) keperluan sosial (social

needs), mencakup pendidikan, rekreasi, transportasi, interaksi internal dan

eksternal; dan (3) kebutuhan pengembangan diri (developmental needs),

mencakup tabungan, pendidikan khusus dan akses terhadap informasi.

Pencapaian terhadap jenis-jenis kebutuhan tersebut menggambarkan

derajat pemenuhan kebutuhan manusia. Apabila manusia mampu memenuhi

secara optimal jenis-jenis kebutuhan tersebut, maka dapat dikatakan

manusia itu telah mampu memenuhi kebutuhannya, atau derajat pemenuhan

kebutuhannya tinggi. Sebaliknya, apabila manusia kurang atau bahkan tidak

mampu memenuhi jenis-jenis kebutuhan tersebut, maka derajat pemenuhan

kebutuhannya sedang atau bahkan rendah. Agar manusia mampu memenuhi

kebutuhannya, maka diperlukan pembangunan.

Menurut Budiman (1992), pengertian umum pembangunan adalah

usaha untuk memajukan kehidupan masyarakat dan warganya. Atau

Page 10: BAB II TINJAUAN PUSTAKA A. Landasan Penelitian Terdahulueprints.umm.ac.id/37103/3/jiptummpp-gdl-riozhanuar-52925-3-babii.pdf · kultural dan kemanusiaan, yang kesemuanya itu tidak

17

kemajuan yang dicapai oleh sebuah masyarakat (dibidang ekonomi).

Berdasarkan pengertian itu, maka pembangunan manusia dapat diberikan

pengertian sebagai kemajuan yang dicapai oleh masyarakat manusia dalam

memenuhi kebutuhan ekonominya. Namun demikian pengertian ini dapat

diperluas, mengingat kebutuhan pada manusia itu tidak hanya bersifat

ekonomi, akan tetapi juga bersifat sosial, maka pembangunan manusia dapat

diberikan pengertian sebagai kondisi dan tingkat kemajuan kehidupan

manusia yang diukur dari kemampuannya dalam memenuhi kebutuhan

hidup dan pelayanan sosial.

Dalam upaya mengetahui pembangunan manusia tersebut, digunakan

berbagai alat ukur yang antara lain: Human Development Index atau

Physical Quality of Life Index. Khusus mengenai Human Development

Index (Indek Pembangunan Manusia/IPM), merupakan alat yang digunakan

untuk mengukur keberhasilan pembangunan yang menggunakan pendekatan

“pembangunan berpusat pada manusia” atau people centered

development/PCD.

Ada tiga parameter yang digunakan untuk mengukur keberhasilan

pembangunan manusia dengan menggunakan IPM, yaitu: (1) kesehatan, dan

panjang umur yang terbaca dari angka harapan hidup, (2) pendidikan yang

diukur dari angka melek huruf rata-rata dan lamanya sekolah, dan (3)

pendapatan yang diukur dari daya beli. Alat ukur pembangunan manusia

yang berupa IPM ini digunakan oleh Biro Pusat Statistik untuk mengetahui

derajat pembangunan manusia di Indonesia, karena Indonesia dewasa ini

Page 11: BAB II TINJAUAN PUSTAKA A. Landasan Penelitian Terdahulueprints.umm.ac.id/37103/3/jiptummpp-gdl-riozhanuar-52925-3-babii.pdf · kultural dan kemanusiaan, yang kesemuanya itu tidak

18

telah mengarahkan pendekatannya pada pembangunan yang berpusat pada

manusia. (Jurnal Penelitian dan Pengembangan Kesejahteraan Sosial, Vol

12, No. 03, 2007: 1-11, di akses tanggal 5 mei 2011).

Setiap tahun sejak 1990, Laporan Pembangunan Manusia (Human

Development Report) telah menerbitkan indeks pembangunan manusia

(human development index - HDI) yang mengartikan definisi kesejahteraan

secara lebih luas dari sekedar pendapatan domestik bruto (PDB). HDI

memberikan suatu ukuran gabungan tiga dimensi tentang pembangunan

manusia, panjang umur dan menjalani hidup sehat (diukur dari usia harapan

hidup), terdidik (diukur dari tingkat kemampuan baca tulis orang dewasa

dan tingkat pendaftaran di sekolah dasar, lanjutan dan tinggi) dan memiliki

standar hidup yang layak (diukur dari paritas daya beli/PPP, penghasilan).

Indeks tersebut bukanlah suatu ukuran yang menyeluruh tentang

pembangunan manusia. Indeks ini memberikan sudut pandang yang lebih

luas untuk menilai kemajuan manusia serta meninjau hubungan yang rumit

antara penghasilan dan kesejahteraan.

IPM merupakan indeks komposit yang dihitung sebagai rata-rata

sederhana dari 3 (tiga) indeks yang menggambarkan kemampuan dasar

manusia dalam memperluas pilihan-pilihan, yaitu:

1) Indeks Harapan Hidup

2) Indeks Pendidikan

3) Indeks Standart Hidup Layak

Rumus umum yang dipakai adalah sebagai berikut:

IPM =1/3 (X1 + X2 + X3)

Page 12: BAB II TINJAUAN PUSTAKA A. Landasan Penelitian Terdahulueprints.umm.ac.id/37103/3/jiptummpp-gdl-riozhanuar-52925-3-babii.pdf · kultural dan kemanusiaan, yang kesemuanya itu tidak

19

Dimana:

X1 = Indeks Harapan Hidup

X2 = Indeks Pendidikan

X3 = Indeks Standart Hidup Layak

Masing-masing komponen tersebut terlebih dahulu dihitung

indeksnya sehingga bernilai antara 0 (terburuk) dan 1 (terbaik). Untuk

memudahkan dalam analisa biasanya indeks ini dikalikan 100. Teknik

penyusunan indeks tersebut pada dasarnya mengikuti rumus sebagai berikut:

𝐈𝐢 =𝐗𝐢 − 𝐌𝐢𝐧 𝐗𝐢

𝐌𝐚𝐱 𝐗𝐢 − 𝐌𝐢𝐧 𝐗𝐢𝐈𝐢

Dimana:

Ii = Indeks komponen IPM ke i dimana i = 1, 2, 3

Xi = Nilai indikator komponen IPM k

Max Xi = Nilai maksimum Xi

Min Xi = Nilai minimum Xi

Nilai Maksimum dan Minimum Komponen IPM

Indikator Komponen IPM Nilai Minimum Nilai Maksimum

Angka Harapan Hidup (e0) 25,0 85,0

Angka Melek Huruf (Lit) 0 100

Rata-rata Lama Sekolah (MYS) 0 15

Purchasing Power Parity (PPP) 360.000 737.720

Sumber: dari BPS, BAPPENAS, UNDP, 2013.

Seperti yang diuraikan diatas bahwa IPM (Indeks Pembagunan

Manusia) disusun dari tiga dimensi yaitu: Umur panjang dan sehat,

pengetahuan dan kualitas hidup yang layak. Uraian dimensi tersebut dapat

dilihat pada tabel dibawah ini:

Page 13: BAB II TINJAUAN PUSTAKA A. Landasan Penelitian Terdahulueprints.umm.ac.id/37103/3/jiptummpp-gdl-riozhanuar-52925-3-babii.pdf · kultural dan kemanusiaan, yang kesemuanya itu tidak

20

Tabel 2.1

Indeks Pembangunan Manusia (IPM)

Dimensi Indikator Indeks Dimensi

IPM

Umur panjang

dan sehat

Angka harapan hidup

pada saat lahir (e0)

Indeks Harapan

Hidup (X1)

Pengetahuan

1. Angka harapan hidup

(AMH)

Indeks Pendidikan

(X2) 2. Rata-rata lama

sekolah (MYS)

Kehidupan

yang layak

Pengeluaran perkapita

rill yang disesuaikan

(PPP Rupiah)

Indeks Pendapatan

(X3)

𝐈𝐏𝐌 =𝐈𝐧𝐝𝐞𝐤𝐬 𝐗𝟏 + 𝐈𝐧𝐝𝐞𝐤𝐬 𝐗𝟐 + 𝐈𝐧𝐝𝐞𝐤𝐬 𝐗𝟑

𝟑

Dimana:

Indeks X1 : Indeks Lamanya Hidup

Indeks X2 : Indeks Pendidikan terdiri dari dua komponen:

i. AMH : Angka Melek Huruf Diberi bobot 2/3

ii. MYS : Rata-rata Lamanya Sekolah Diberi bobot 1/3

Indeks X3 : Indeks Pendapatan

Hasil penghitungan IPM akan memberikan gambaran seberapa jauh

suatu wilayah telah mencapai sasaran yang ditentukan yaitu angka harapan

hidup 85 tahun, pendidikan dasar bagi semua lapisan masyarakat tanpa

terkecuali dan tingkat pengeluaran konsumsi yang telah mencapai standart

hidup layak. Semakin dekat IPM suatu wilayah terhadap angka 100 maka

semakin dekat dengan sasaran yang dicapai.Untuk memahami makna nilai

Page 14: BAB II TINJAUAN PUSTAKA A. Landasan Penelitian Terdahulueprints.umm.ac.id/37103/3/jiptummpp-gdl-riozhanuar-52925-3-babii.pdf · kultural dan kemanusiaan, yang kesemuanya itu tidak

21

IPM, maka PBB melalui UNDP (United Nation Development Programme)

memberikan kriteria yang disajikan pada Gambar 1.1 sebagai berikut:

Gambar 2.1

Kriteria Nilai IPM

Tingkatan Status Kriteria

Rendah

Menengah Bawah

Menengah Atas

Tinggi

IPM < 50

50 ≤ IPM < 66

66 ≤ IPM < 80

IPM ≥80

Sumber: Dari UNDP (United Nation Development Programme)

Disamping itu, IPM juga dapat digunakan untuk mengukur tingkat

kemajuan pencapaian terhadap sasaran ideal (IPM = 100 ) yang biasanya

disebut reduksi shortfall per tahun. Angka tersebut mengukur rasio

pencapaian kesenjangan antara jarak yang sudah ditempuh dengan yang

harus ditempuh untuk mencapai kondisi yang ideal. Dalam pengertian

sehari-hari reduksi shortfall dikatakan sebagai suatu kepekaan terhadap

perlakuan yang diberikan berkaitan dengan pembangunan manusia.

Semakin tinggi nilai reduksi shortfall disuatu wilayah, maka semakin cepat

kenaikan IPM yang dicapai dalam suatu periode. Penghitungan adalah

dengan formula sebagai berikut:

1/t

Dimana:

R : Reduksi shortfall per tahun;

IPM t0 : IPM tahun awal;

IPM t1 : IPM tahun terakhir dan

IPMt1 - IPMto X 100 IPM ref – IPM to

R =

Page 15: BAB II TINJAUAN PUSTAKA A. Landasan Penelitian Terdahulueprints.umm.ac.id/37103/3/jiptummpp-gdl-riozhanuar-52925-3-babii.pdf · kultural dan kemanusiaan, yang kesemuanya itu tidak

22

IPM ref : IPM acuan atau ideal yang dalam hal ini sama dengan 100.

Ada 4 kategori reduksi shortfall pertahun, yaitu sangat lambat jika <

1,3; lambat jika 1,3 – 1,5; menengah jika 1,5 – 1,7 dan cepat jika > 1,7.

Semakin besar reduksi shortfall pertahun maka semakin besar kemajuan

yang dicapai daerah tersebut dalam periode itu. Kemudian untuk

penghitungan masing-masing komponen adalah sebagai berikut:

a) Angka Harapan Hidup (e0)

Seperti halnya UNDP usia hidup diukur dengan angka harapan

hidup waktu lahir (life expectancy at birth) yang biasa dinotasikan

dengan e0. Karena Indonesia tidak memiliki sistem vital registrasi yang

baik maka e0 dihitung dengan metode tidak langsung. Metode ini

menggunakan dua macam data dasar yaitu: rata-rata anak yang dilahirkan

hidup/ALH (live births) dan rata-rata anak yang masih hidup/AMH (still

living) per wanita usia 15 – 49 tahun menurut kelompok umur lima

tahunan. Penghitungan e0 dilakukan dengan menggunakan Software

Mortpak Lite. Angka e0 yang diperoleh dengan metode tidak langsung

ini merujuk pada keadaan 3-4 tahun dari tahun survei.

b) Angka Melek Huruf (Lit) dan Rata-rata Lama Sekolah (MYS)

Kedua, indikator pendidikan ini diharapkan mencerminkan

tingkat atas pengetahuan dan ketrampilan. Karena Lit dianggap bahwa

tidak terlalu peka menggambarkan variasi Provinsi, maka untuk

mengurangi kelemahan tersebut maka dimasukkan rata-rata lamanya

sekolah (MYS) dalam penghitungan rata-rata indeks pendidikan (IP)

Page 16: BAB II TINJAUAN PUSTAKA A. Landasan Penelitian Terdahulueprints.umm.ac.id/37103/3/jiptummpp-gdl-riozhanuar-52925-3-babii.pdf · kultural dan kemanusiaan, yang kesemuanya itu tidak

23

dihitung dengan cara sebagai berikut:

Populasi yang digunakan dalam penghitungan MYS dibatasi pada

penduduk berumur 25 tahun keatas, dengan alasan penduduk yang

berusia kurang dari 25 tahun masih dalam proses sekolah sehingga angka

lebih mencerminkan pada kondisi yang sebenarnya. Namun populasi

yang digunakan oleh BPS adalah penduduk berumur 15 tahun keatas

dengan asumsi bahwa program wajar 9 tahun dianggap sudah tuntas.

Langkah penghitungannya adalah dengan memberi bobot variabel

pendidikan yang ditamatkan/jenjang pendidikan, selanjutnya menghitung

rata-rata tertimbang dari variabel tersebut sesuai dengan bobotnya yang

dirumuskan sebagai berikut:

Dimana:

MYS : rata-rata lama sekolah (dalam tahun)

fi : frekuensi penduduk yang berumur 15 tahun ke atas untuk jenjang

pendidikan ke-i

si : skor masing-masing jenjang pendidikan i

i : jenjang pendidikan (i = 1, 2, ....)

IP = 2/3 Indeks Lit + 1/3

Indeks MYS

Page 17: BAB II TINJAUAN PUSTAKA A. Landasan Penelitian Terdahulueprints.umm.ac.id/37103/3/jiptummpp-gdl-riozhanuar-52925-3-babii.pdf · kultural dan kemanusiaan, yang kesemuanya itu tidak

24

Tabel 2.2

Jenjang Pendidikan dan Skor

Untuk Menghitung Rata-rata Lama Sekolah (MYS)

Jenjang Pendidikan Skor

1. Tidak/belum pernah sekolah 0

2. Sedang Sekolah SD kelas 1 s/d 6 1 s/d 6

3. Tamat SD 6

4. Sedang Sekolah SMP kelas 1 s/d 3 7 s/d 9

5. Tamat SMP 9

6. Sedang Sekolah SMA kelas 1 s/d 3 10 s/d 12

7. Tamat SMA 12

8. Sedang Sekolah Diploma Tk 1s/d 3 13 s/d 15

9. Tamat DIII 15

10. Tamat DIV 16

12. Magister (S2) 18

13. Doktor (S3) 21

Sumber: Dari BPS Provinsi Jatim 2013.

(c) Kemampuan Daya Beli

Dengan dimasukkannya variabel Purchasing Power Parity

sebagai ukuran paritas daya beli, IPM secara konseptual jelas lebih

lengkap dalam merefleksikan taraf pembangunan manusia, dan dianggap

lebih baik dibanding IMH (Indeks Mutu Hidup). Ukuran yang digunakan

dalam hal ini adalah konsumsi per kapita riil yang telah disesuaikan.

Sumber data yang digunakan adalah angka Susenas. Adapun batasan

nilai Purchasing Power Parity/konsumsi perkapita yang disesuaikan

antara nilai minimal sampai yang maksimal pada kondisi tahun berjalan,

angka ini didapat dari mengalikan PPP minimal dan maksimal tahun

tersebut dengan angka laju pertumbuhan ekonomi nasional tahun dasar

dan tahun berjalan.

Untuk mengukur dimensi standar hidup layak (daya beli), UNDP

mengunakan indikator yang dikenal dengan real per kapita GDP

Page 18: BAB II TINJAUAN PUSTAKA A. Landasan Penelitian Terdahulueprints.umm.ac.id/37103/3/jiptummpp-gdl-riozhanuar-52925-3-babii.pdf · kultural dan kemanusiaan, yang kesemuanya itu tidak

25

adjusted. Untuk perhitungan IPM sub Nasional (Provinsi atau

Kabupaten/Kota) tidak memakai PDRB per kapita karena PDRB per

kapita hanya mengukur produksi suatu wilayah dan tidak mencerminkan

daya beli riil masyarakat yang merupakan concern IPM. Untuk

mengukur daya beli penduduk antar Provinsi di Indonesia, BPS

menggunakan data rata-rata konsumsi 27 komoditi terpilih dari Survei

Sosial Ekonomi Nasional (SUSENAS) yang dianggap paling dominan

dikonsumsi oleh masyarakat Indonesia dan telah distandarkan agar bisa

dibandingkan antar Daerah dan antar waktu yang disesuaikan dengan

indeks PPP.

Penghitungan konsumsi per kapita riil yang telah disesuaikan

dilakukan melalui 5 (lima) tahapan sebagai berikut:

1) Menghitung rata-rata pengeluaran per kapita per bulan dengan

menggunakan data Susenas. Hasil penghitungan dikali 12 untuk

memperoleh angka tahunan (E).

2) Menghitung nilai pengeluaran riil (E) yaitu dengan membagi rata-rata

pengeluaran dengan IHK pada tahun yang bersangkutan.

3) Menghitung PPP (unit) semacam faktor pengali R untuk

menghilangkan perbedaan antar daerah.

Menghitung nilai PPP dalam rupiah (Y*) dengan:

Y* =

Dimana: Y*: PPP (rupiah)

E : Pengeluaran per tahun dalam harga konstan

R : PPP (unit)

E R

Page 19: BAB II TINJAUAN PUSTAKA A. Landasan Penelitian Terdahulueprints.umm.ac.id/37103/3/jiptummpp-gdl-riozhanuar-52925-3-babii.pdf · kultural dan kemanusiaan, yang kesemuanya itu tidak

26

Tabel 2.3

Daftar Komoditas yang Digunakan

Menghitung Purchasing Power Parity (PPP)

Komoditi Unit

1. Beras local Kg

2. Tepung terigu Kg

3. Ketela pohon Kg

4. Ikan tongkol Kg

5. Ikan teri Ons

6. Daging sapi Kg

7. Daging ayam kampung Kg

8. Telur ayam Butir

9. Susu kental manis 397 gram

10. Bayam Kg

11. Kacang panjang Kg

12. Kacang tanah Kg

13. Tempe Kg

14. Jeruk Kg

15. Pepaya Kg

16. Kelapa Butir

17. Gula pasir Ons

18. Kopi bubuk Ons

19. Garam Ons

20. Merica/lada Ons

21. Mie instant 80 gram

22. Rokok kretek filter 10 batang

23. Listrik Kwh

24. Air minum m3

25. Bensin Liter

26. Minyak tanah Liter

27. Sewa rumah Unit

Sumber: Dari BPS Provinsi Jawa Timur 2013.

Untuk kuantitas sewa rumah ditentukan berdasarkan Indeks

Kualitas Rumah yang dihitung berdasarkan kualitas dan fasilitas rumah

tinggal 7 (tujuh) yang diperoleh dari daftar isian Susenas;

1) Lantai: keramik, marmer, atau granit = 1, lainnya = 0

Page 20: BAB II TINJAUAN PUSTAKA A. Landasan Penelitian Terdahulueprints.umm.ac.id/37103/3/jiptummpp-gdl-riozhanuar-52925-3-babii.pdf · kultural dan kemanusiaan, yang kesemuanya itu tidak

27

2) Luas lantai perkapita: > 10 m2 = 1, lainnya = 0

3) Dinding: tembok = 1, lainnya = 0

4) Atap: kayu/sirap, beton = 1, lainnya = 0

5) Fasilitas penerangan: Listrik = 1, lainnya = 0

6) Fasilitas air minum: Ledeng = 1, lainnya = 0

7) Jamban: Milik sendiri = 1, lainnya = 0

8) Skor awal untuk setiap rumah = 1

Indeks Kualitas Rumah merupakan penjumlahan dari skor yang

dimiliki oleh suatu rumah tangga tinggal dan bernilai antara 1 s/d 8.

Kualitas dari rumah yang di konsumsi oleh suatu rumah tangga adalah

Indeks Kualitas Rumah dibagi 8. Sebagai contoh, jika suatu rumah

tangga menempati suatu rumah tinggal yang mempunyai Indeks Kualitas

Rumah = 6, maka kualitas rumah yang dikonsumsi oleh rumah tangga

tersebut adalah 6/8 atau 0,75 unit (=C).Untuk mendapatkan nilai

pengeluaran riil yang dapat dibandingkan antar waktu dan antar Daerah

maka nilai B dibagi dengan PPP/unit (=C). Menyesuaikan nilai C dengan

Formula Aktinson sebagai upaya untuk mengestimasi nilai marginal

utility dari C (=D). Rumus Atkinson yang digunakan menghitung

penyesuaian PPP (rupiah) atau rata-rata konsumsi riil dengan

menggunakan formula Atkinson (Y**):

Y** = Y* jika Y* ≤ Z

= Z + 2(Y* - Z)(1/2)

jika Z < Y * ≤ 2Z

= Z + 2Z (1/2)

+ 3 (Y* -2Z) (1/3)

jika 2Z < Y* ≤ 3Z

= Z + 2Z (1/2)

+ 3 (Y*-2Z) (1/3)

+ 4 (Y*-3Z)(1/4)

jika 3Z < Y* ≤ 4Z)

Page 21: BAB II TINJAUAN PUSTAKA A. Landasan Penelitian Terdahulueprints.umm.ac.id/37103/3/jiptummpp-gdl-riozhanuar-52925-3-babii.pdf · kultural dan kemanusiaan, yang kesemuanya itu tidak

28

Dimana:

Y*: Nilai PPP dari nilai riil pengeluaran per kapita

Z : batas tingkat pengeluaran yang ditetapkan secara arbiter sebesar Rp.

549.500,00 per kapita per tahun atau Rp. 1.500 per kapita per hari

(Dari BPS Provinsi Jatim, 2013).

Perluasan rentang pilihan ekonomis dan sosial dengan cara

membebaskan mereka dari sikap budak dan ketergantungan, tidak hanya

hubungan dengan orang lain dan negara lain, tetapi juga dari sumber-

sumber kebodohan dan penderitaan.

4. Komponen Indeks Pembangunan Manusia (IPM)

Indeks pembangunan manusia (IPM) atau Human Development

Index (HDI) adalah indikator untuk memgukur kualitas (derajat

perkembangan manusia) dari hasil pembangunan ekonomi. Human

Development Index diperkenalkan pertama kali oleh UNDP pada tahun

1990. IPM menggunakan ukuran sosial ekonomi yang lebih komprehensif

dari pada GNP dan memungkinkan untuk membandingkan Negara dengan

cara yang berbeda. Penghitungan IPM sebagai indikator pembangunan

manusia memiliki tujuan penting, diantaranya:

a) Membangun indikator yang mengukur dimensi dasar pembangunan

manusia dan perluasan kebebasan memilih.

b) Memanfaatkan sejumlah indikator untuk menjaga ukuran tersebut

sederhana.

Page 22: BAB II TINJAUAN PUSTAKA A. Landasan Penelitian Terdahulueprints.umm.ac.id/37103/3/jiptummpp-gdl-riozhanuar-52925-3-babii.pdf · kultural dan kemanusiaan, yang kesemuanya itu tidak

29

c) Membentuk satu indeks komposit dari pada menggunakan sejumlah

indeks dasar.

d) Menciptakan suatu ukuran yang mencakup aspek sosial dan ekonomi.

Dalam indeks pembangunan manusia terdapat suatu indeks komposit

yang mencakup tiga bidang pembangunan manusia yang dianggap sangat

mendasar yaitu:

1) Tingkat kesehatan diukur harapan hidup saat lahir (tingkat kematian

bayi).

2) Tingkat pendidikan diukur dengan jumlah penduduk yang melek huruf

atau tingkat pendidikan yang telah dicapai atau lamanya pendidikan

seorang penduduk.

3) Standar kehidupan diukur dengan tingkat pengeluaran per kapita per

tahun.

Teknik penyusunan indeks tersebut pada dasarnya mengikuti rumus

sebagai berikut:

1) Ilustrasi Penghitungan IPM

Rumus penghitungan IPM dapat disajikan sebagai berikut:

IPM = 1/3 [X(1) + X(2) + X(3)]

dimana:

X(1) : Indeks harapan hidup

X(2) : Indeks pendidikan = 2/3(indeks melek huruf) +

1/3(indeks rata-rata

lama sekolah)

X(3) : Indeks standar hidup layak

Page 23: BAB II TINJAUAN PUSTAKA A. Landasan Penelitian Terdahulueprints.umm.ac.id/37103/3/jiptummpp-gdl-riozhanuar-52925-3-babii.pdf · kultural dan kemanusiaan, yang kesemuanya itu tidak

30

Masing-masing indeks komponen IPM tersebut merupakan

perbandingan antara selisih suatu nilai indikator dan nilai minimumnya

dengan selisih nilai maksimum dan nilai minimum indikator yang

bersangkutan. Rumusnya dapat disajikan sebagai berikut:

Indeks X(i)= X(i) - X(i)min / [X(i)maks - X(i)min]

dimana:

X(1) : Indikator ke-i (i = 1, 2, 3)

X(2) : Nilai maksimum sekolah X(i)

X(3) : Nilai minimum sekolah X(i)

Nilai maksimum dan nilai minimum indikator X(i) disajikan pada Tabel

2.4 sebagai berikut:

Tabel 2.4

Nilai Maksimum dan Minimum Komponen IPM

Indikator Komponen

IPM (=X(I))

Nilai

maksimum

Nilai

Minimum Catatan

Angka Harapan Hidup 85 25 Sesuai standar global (UNDP)

Angka Melek Huruf 100 0 Sesuai standar global (UNDP)

Rata-rata lama sekolah 15 0 Sesuai standar global (UNDP)

Konsumsi per kapita

yang disesuaikan 1996 732.720

a) 300.000

b)

UNDP menggunakan PDB

per kapita riil yang

disesuaikan

Sumber: Dari BPS Provinsi Jawa Timur 2013.

Menurut (Mudrajad, 2003) penetapan kategori IPM didasarkan

pada skala 0,0-1,0 yang terdiri dari:

Kategori rendah : nilai IPM 0-0,5

Kategori menegah : nilai IPM antara 0,51-0,79

Kategori tinggi : nilai IPM 0,8-1

Page 24: BAB II TINJAUAN PUSTAKA A. Landasan Penelitian Terdahulueprints.umm.ac.id/37103/3/jiptummpp-gdl-riozhanuar-52925-3-babii.pdf · kultural dan kemanusiaan, yang kesemuanya itu tidak

31

2) Kerangka Penyusunan IPM

Istilah Pembangunan Manusia (Human Development Indexs)

pertama kali diperkenalkan oleh United Nations Development

Programme (UNDP) dalam Human Development Report (HDR) yang

pertama kali dipublikasikan pada tahun 1990. Secara keseluruhan

variabel-variabel yang akan dihitung dapat dilihat pada Tabel 2.5 sebagai

berikut:

Tabel 2.5

Indeks Pembangunan Manusia (IPM)

DIMENSI Umur Panjang

dan Sehat Pengetahuan

Kehidupan Yang

Layak

INDIKATOR

Angka harapan

hidup pada saat

lahir

Angka

Melek

Huruf

Rata-Rata

Lama

Sekolah

Pengeluaran kapita

riil yang disesuaikan

(PPP Rupiah

INDEKS

DIMENSI

Indeks Harapan

Hidup Indeks Pendidikan Indeks Pendapatan

INDEKS PEMBANGUNAN MANUSIA (IPM)

Sumber: Dari BPS Provinsi Jawa Timur 2013.

a. Indeks harapan hidup (𝐞𝟎)

Kemampuan untuk bertahan hidup lebih lama diukur dengan

indikator harapan hidup pada saat lahir. Variable e0 diharapkan

mencerminkan “lama hidup” sekaligus “hidup sehat” suatu

masyarakat. Karena Indonesia tidak memiliki system vital registrasi

yang baik, maka e0di hitung dengan motode tidak langsung. Metode

ini menggunakan dua macam data dasar yaitu rata-rata anak yang

dilahirkan hidup dan rata-rata anak yang masih hidup per wanita usia

15-49 tahun menurut kelompok umur lima tahunan.

Page 25: BAB II TINJAUAN PUSTAKA A. Landasan Penelitian Terdahulueprints.umm.ac.id/37103/3/jiptummpp-gdl-riozhanuar-52925-3-babii.pdf · kultural dan kemanusiaan, yang kesemuanya itu tidak

32

b. Indeks Pendidikan

Komponen pengetahuan diukur melalui dua indicator, yaitu

angka melek huruf dan rata-rata lama sekolah. Kedua indikator

pendidikan ini diharapkan mencerminkan tingkat pengetahuan dan

ketrampilan penduduk. Semakin banyak masyarakat yang melek huruf

dan makin lama mengikuti pendidikan sekolah diharapkan akan

semakin meningkatkan kualitas masyarakat lama penguasaan

pengetahuan maupun keterampilan yang dimiliki. Angka melek huruf

diperolah dari variable kemampuan membaca dan menulias sedangkan

rata-rata lama sekolah dihitung menggunakan tiga variable secara

simultan yaitu partisipasi sekolah, tingkat atau kelas yang sedang atau

pernah dijalani dan jenjang pendidikan yang ditamatkan.

c. Indeks Hidup Layak

Untuk mengukur dimensi standar hidup layak (daya beli),

UNDP mengunakan indikator yang dikenal dengan riil per kapita

GDP adjusted. Untuk perhitungan IPM sub Nasional (Provinsi atau

Kabupaten/Kota) tidak memakai PDRB per kapita karena PDRB per

kapita hanya mengukur produksi suatu wilayah dan tidak

mencerminkan daya beli riil masyarakat yang merupakan concern

IPM. Untuk mengukur daya beli penduduk antar Provinsi di

Indonesia, BPS menggunakan data rata-rata konsumsi 27 komoditi

terpilih dari Survei Sosial Ekonomi Nasional (SUSENAS) yang

dianggap paling dominan dikonsumsi oleh masyarakat Indonesia dan

telah distandarkan agar bisa dibandingkan antar daerah dan antar

Page 26: BAB II TINJAUAN PUSTAKA A. Landasan Penelitian Terdahulueprints.umm.ac.id/37103/3/jiptummpp-gdl-riozhanuar-52925-3-babii.pdf · kultural dan kemanusiaan, yang kesemuanya itu tidak

33

waktu yang disesuaikan dengan indeks PPP dengan tahapan sebagai

berikut (berdasarkan ketentuan UNDP):

1. Menghitung rata-rata pengeluaran konsumsi per kapita per tahun

untuk 27 komoditi dari SUSENAS yang telah disesuaikan.

2. Menghitung nilai pengeluaran riil yaitu dengan membagi rata-rata

pengeluaran dengan IHK tahun yang bersangkutan.

3. Agar indikator yang diperoleh nantinya dapat menjamin

keterbandingan antar Daerah, diperlukan indeks ”Kemahalan“

wilayah yang biasa disebut dengan daya beli per unit (PPP/Unit).

Metode penghitungannya disesuaikan dengan metode yang dipakai

International Comparsion Project (ICP) dalam menstandarkan

GNP per kapita suatu Negara. Data yang digunakan adalah data

kuantum per kapita per tahun dari suatu basket komoditi yang

terdiri dari 27 komoditi yang diperoleh dari susenas modul sesuai

ketetapan UNDP. Penghitungan PPP/unit dilaksanakan dengan

rumus:

PPP/Unit = Ri ∑ 𝑬(𝒊𝒋)𝟐𝟕

𝒋−𝟏

∑ 𝑬 (𝒊𝒋)𝑸(𝒊𝒋)𝟐𝟕𝒋−𝟏

................................

Dimana:

E (i,j) = Pengeluaran untuk komoditi j di Provinsi i

P ( i,j) = Harga komoditi j di Provinsi i

Q (i,j) = Jumlah komoditi j (unit) yang dikonsumsi di Provinsi i

Page 27: BAB II TINJAUAN PUSTAKA A. Landasan Penelitian Terdahulueprints.umm.ac.id/37103/3/jiptummpp-gdl-riozhanuar-52925-3-babii.pdf · kultural dan kemanusiaan, yang kesemuanya itu tidak

34

5. Hipotesis

Hipotesis adalah pendapat sementara dan pedoman serta arah dalam

penelitian yang disusun berdasarkan pada teori yang terkait, dimana suatu

hipotesis selalu dirumuskan dalam bentuk pernyataan yang menghubungkan

dua variabel atau lebih (J. Supranto, 1997). Berdasarkan latar belakang,

rumusan masalah, tujuan masalah dan kajian teoritis penelitian yang telah

diuraikan diatas maka hipotesis yang diajukan dalam penelitian ini adalah

sebagai berikut:

1) Anggaran realisasi pendidikan, anggaran realisasi kesehatan, jumlah

tingkat kemiskinan, jumlah penduduk dan pertumbuhan ekonomi secara

simultan (serentak) berpengaruh signifikan terhadap indeks

pembangunan manusia (IPM) di Daerah Malang Raya.

2) Anggaran realisasi pendidikan, anggaran realisasi kesehatan, jumlah

tingkat kemiskinan, jumlah penduduk dan pertumbuhan ekonomi secara

parsial (individu) berpengaruh positif dan signifikan terhadap indeks

pembangunan manusia (IPM) di Daerah Malang Raya