BAB II TINJAUAN PUSTAKA A. Landasan Teorirepository.ump.ac.id/6195/3/BAB II_RESTUTI...
Transcript of BAB II TINJAUAN PUSTAKA A. Landasan Teorirepository.ump.ac.id/6195/3/BAB II_RESTUTI...
7
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA
A. Landasan Teori
1. Model Pembelajaran Problem Posing
Menurut Silver, et.al dalam Siswono (2000:8) Dalam pembelajaran
matematika, pengajuan soal menempati posisi yang strategis. Pengajuan
soal dikatakan sebagai inti terpenting dalam disiplin matematika dan
dalam sifat pemikiran penalaran matematika. Sedangkan menurut Siswono
(2000: 2) pembelajaran problem posing (pengajuan masalah) memberikan
keluasan siswa atau peserta didik untuk belajar secara mandiri dengan
merumuskan masalahnya (lebih khusus soal) sendiri dan menyelesaikan
masalah yang diajukannya.
Menurut English dalam Siswono (2000: 8) menjelaskan pendekatan
pengajuan soal dapat membantu siswa dalam mengembangkan keyakinan
dan kesukaan terhadap matematika, sebab ide-ide matematika siswa
dicobakan untuk memahami masalah yang sedang dikerjakan dan dapat
meningkatkan performannya dalam pemecahan masalah. Pengajuan soal
juga sebagai sarana komunikasi matematika siswa.
Menurut Suryanto dalam Siswono (2000:3-4) pengajuan soal
(problem posing) mempunyai beberapa arti:
a. Pengajuan soal (istilah : pembentukan soal) ialah perumusan soal
sederhana atau perumusan ulang soal yang ada dengan beberapa
7
Pengaruh Model Pembelajaran…, Restuti Maulida, FKIP UMP, 2011
8
perubahan agar lebih sederhana dan dapat dikuasai. Hal ini terjadi
dalam pemecahan soal-soal yang rumit. Pengertian ini menunjukkan
bahwa pengajuan soal merupakan salah satu langkah dalam rencana
pemecahan masalah/soal. Sebagai contoh, misalkan siswa diberikan
soal “Sebuah papan kayu berbentuk segitiga siku-siku dengan panjang
sisi-sisi yang saling tegak lurus adalah 13 m dan 40 m. Berapa luas
papan kayu tersebut?”. Untuk mengetahui bagaimana siswa
menyelesaikan soal itu, apakah mereka menguasai soal tersebut dan
bagaimana mereka merencanakan penyelesaian soal itu, maka
diberikan tugas: “Buatlah soal lain atau pertanyaan berdasarkan soal
di atas yang mengarah pada penyelesaian soal itu.” Kemungkinan
soal-soal yang dibuat siswa adalah:
1) Apakah syarat mencari luas segitiga?
2) Bagaimana rumus luas segitiga?
b. Pengajuan soal ialah perumusan soal yang berkaitan dengan syarat-
syarat pada soal yang telah dipecahkan dalam rangka pencarian
alternatif pemecahan atau alternatif soal yang relevan (Silver, et.al,
1996:294). Sebagai contoh, misalkan siswa diberikan soal “Sebuah
papan kayu berbentuk segitiga siku-siku dengan panjang sisi-sisi yang
saling tegak lurus adalah 13 m dan 40 m. Berapa luas papan kayu
tersebut?”. Apabila siswa telah dapat menyelesaikan soal ini, maka
guru meminta siswa untuk mengajukan soal/pertanyaan lain yang
Pengaruh Model Pembelajaran…, Restuti Maulida, FKIP UMP, 2011
9
sama, tetapi dengan syarat yang berbeda. Beberapa soal yang mungkin
dibuat siswa adalah
1) Sebuah papan kayu berbentuk segitiga siku-siku dengan panjang
sisi-sisi yang saling tegak lurus adalah 20 m dan 60 m. Berapa
luas papan kayu tersebut?
2) Kakek Marbun mempunyai ikat kepala yang berbentuk segitiga
sama kaki. Di sisi ikat kepala tersebut dihias dengan renda.
Berapa panjang renda penghias ikat kepala kakek Marbun?”,
dan sebagainya.
c. Pengajuan soal ialah perumusan soal atau pembentukan soal dari suatu
situasi yang tersedia, baik dilakukan sebelum, ketika atau setelah
pemecahan suatu soal/masalah. Sebagai contoh, misalkan diberikan
informasi :” kakek Marbun mempunyai ikat kepala yang berbentuk
segitiga sama kaki. Di sisi ikat kepala tersebut dihias dengan renda.
Perintah tugas yang diberikan kepada siswa adalah “Buatlah satu soal
yang berkaitan dengan keliling segitiga dan kerjakan soal yang kamu
buat tersebut. Bila kamu kesulitan mengerjakan soal tersebut, buatlah
pertanyaan yang berkaitan dengan kesulitan mengerjakan soal
Pengaruh Model Pembelajaran…, Restuti Maulida, FKIP UMP, 2011
10
tersebut. Bila kamu dapat menyelesaikan soal yang kamu buat,
buatlah soal lain yang berkaitan dengan segitiga.” Kemungkinan soal
yang dibuat siswa sebelum pemecahan adalah “Berapa panjang renda
penghias ikat kepala kakek Marbun?. Ketika menyelesaikan soal
tersebut, bila siswa mengalami kesulitan dalam pemecahan, maka
kemungkinan soal yang diajukan adalah:
1) Apakah syarat mencari keliling segitiga?”
2) Bagaimana rumus keliling segitiga apabila diketahui sisinya?.
Kemudian setelah pemecahan soal yang pertama berhasil dibuat,
kemungkinan soal yang diajukan siswa adalah “Dani mempunyai
layang-layang berbentuk segitiga, sisi-sisinya akan dihias dengan
kertas emas. Berapa panjang kertas emas penghias laying-layang
Dani?
dan sebagainya.
Dari pengertian pakar di atas dapat disimpulkan bahwa model
pembelajaran problem posing adalah model pembelajaran yang dapat
mengembangkan ide-ide matematika siswa dengan cara merumuskan
masalah (soal) sendiri dan dapat menyelesaikannya sehingga peserta didik
dapat belajar secara mandiri.
50 cm
80 cm
Pengaruh Model Pembelajaran…, Restuti Maulida, FKIP UMP, 2011
11
Menurut Menon dalam Siswono (2000:5-6) pembelajaran dengan
pengajuan soal dapat dilakukan dengan tiga cara berikut :
a. Berikan kepada siswa soal cerita tanpa pertanyaan, tetapi semua
informasi yang diperlukan untuk memecahkan soal tersebut ada.
Tugas siswa adalah membuat pertanyaan berdasar informasi tadi.
b. Guru menyeleksi sebuah topik dan meminta siswa untuk membagi
kelompok. Tiap kelompok ditugaskan membuat soal cerita sekaligus
penyelesaiannya. Nanti soal-soal tersebut dipecahkan oleh kelompok-
kelompok lain. Sebelumnya soal diberikan kepada guru untuk diedit
tentang kebaikan dan kesiapannya. Soal-soal tersebut nanti digunakan
sebagai latihan. Nama pembuat soal tersebut ditunjukkan, tetapi
solusinya tidak. Soal-soal tersebut didiskusikan dalam masing-masing
kelompok dan kelas. Hal ini akan memberi nilai komunikasi dan
pengalaman belajar. Diskusi tersebut seputar apakah soal tersebut
ambigu atau tidak cukup kelebihan informasi. Soal yang dibuat siswa
tergantung interes siswa masing-masing. Sebagai perluasan, siswa
dapat menanyakan soal cerita yang dibuat secara individu.
c. Siswa diberikan soal dan diminta untuk mendaftar sejumlah
pertanyaan yang berhubungan dengan masalah. Sejumlah pertanyaan
kemudian diseleksi dari daftar tersebut untuk diselesaikan. Pertanyaan
dapat bergantung dengan pertanyaan lain. Bahkan dapat sama, tetapi
kata-katanya berbeda. Dengan mendaftar pertanyaan yang
Pengaruh Model Pembelajaran…, Restuti Maulida, FKIP UMP, 2011
12
berhubungan dengan masalah tersebut akan membantu siswa
"memahami masalah", sebagai salah satu aspek pemecahan masalah.
Dalam penelitian ini, peneliti melakukan pembelajaran problem
posing dengan langkah pertama, yaitu siswa diberikan soal cerita tanpa
pertanyaan, tetapi semua informasi yang diperlukan untuk memecahkan
soal tersebut ada penjelasannya. Tugas siswa adalah membuat pertanyaan
berdasar informasi tersebut.
2. Model Pembelajaran Langsung
Menurut Arends dalam Trianto (2009:41) model pengajaran
langsung adalah salah satu pendekatan mengajar yang dirancang khusus
untuk menunjang proses belajar siswa yang berkaitan dengan pengetahuan
deklaratif dan pengetahuan procedural yang terstruktur dengan baik yang
dapat diajarkan dengan pola kegiatan yang bertahap, selangkah demi
selangkah.
Menurut Departemen Pendidikan Nasional (2010:23) pembelajaran
langsung (Direct Instruction) digunakan oleh para peneliti untuk merujuk
pada pola-pola pembelajaran di mana guru banyak menjelaskan konsep
atau keterampilan kepada sejumlah kelompok peserta didik dan menguji
keterampilan peserta didik melalui latihan-latihan di bawah bimbingan dan
arahan guru.
Sedangkan menurut Roy Killen dalam Departemen Pendidikan
Nasional (2010:23) direct instruction merujuk pada berbagai teknik
pembelajaran ekspositori (pemindahan pengetahuan dari guru kepada
Pengaruh Model Pembelajaran…, Restuti Maulida, FKIP UMP, 2011
13
murid secara langsung, misalnya melalui ceramah, demonstrasi, dan tanya
jawab) yang melibatkan seluruh kelas.
Menurut Muhammad Nur dalam Widdiharto (2004:33)
menyebutkan bahwa pembelajaran langsung khusus dirancang untuk
mengembangkan belajar siswa tentang pengetahuan procedural dan
pengetahuan deklaratif, yang dapat diartikan dengan pola selangkah demi
selangkah. Lebih lanjut disebutkan pula, pengetahuan deklaratif (yang
dapat diungkapkan dengan kata-kata) adalah pengetahuan tentang sesuatu,
sedangkan pengetahuan prosedural adalah pengetahuan tentang bagaimana
melakukan sesuatu.
Dari pengertian pakar di atas dapat disimpulkan bahwa model
pembelajaran langsung merupakan model pembelajaran yang dirancang
untuk mengembangkan belajar siswa dengan guru banyak menjelaskan
konsep atau keterampilan melalui latihan-latihan dengan berbagai teknik
pembelajaran ekspositori (pemindahan pengetahuan dari guru kepada
murid secara langsung, misalnya melalui ceramah, demonstrasi, dan tanya
jawab) yang melibatkan seluruh kelas.
Menurut Arends (2008: 300-301) model pengajaran langsung dapat
diterapkan pada mata pelajaran apapun, tetapi paling tepat untuk mata
pelajaran yang berorientasi kinerja, seperti membaca, menulis,
matematika, musik, dan pendidikan jasmani.
Menurut Kardi dan Nur dalam Trianto (2009:41-42) ciri-ciri
pengajaran langsung adalah sebagai berikut:
Pengaruh Model Pembelajaran…, Restuti Maulida, FKIP UMP, 2011
14
a. Adanya tujuan pembelajaran dan pengaruh model pada siswa
termasuk prosedur penilaian belajar.
b. Sintaks atau pola keseluruhan dan alur kegiatan pembelajaran.
c. Sistem pengelolaan dan lingkungan belajar model yang diperlukan
agar kegiatan pembelajaran tertentu dapat berlangsung dengan
berhasil.
Menurut Widdiharto (2004:33) sintak model pengajaran langsung
adalah sebagai berikut:
Tabel 2.1
Sintak Model Pengajaran Langsung
No. Fase Peran Guru
1. Mempersiapkan siswa dan
menyampaikan tujuan
Guru menyampaikan tujuan
pembelajaran khusus, informasi latar
belakang pelajaran, pentingnya
pelajaran, mempersiapkan siswa
untuk belajar.
2. Mendemonstrasikan
pengetahuan dan tujuan
Guru mendemonstrasikan
keterampilan dengan benar atau
menyajikan informasi tahap demi
tahap.
3. Membimbing pelatihan Guru merencanakan dan memberi
bimbingan pelatihan awal.
Pengaruh Model Pembelajaran…, Restuti Maulida, FKIP UMP, 2011
15
No. Fase Peran Guru
4. Mengecek pemahaman dan
umpan balik
Mengecek apakah siswa telah
berhasil melakukan tugas dengan
baik, memberi umpan balik.
5. Memberikan kesempatan
untuk umpan lanjutan dan
penerapan.
Guru mempersiapkan kesempatan
melakukan pelatihan lanjutan
dengan perhatian khusus pada
penerapan kepada situasi lebih
komplek dalam kehidupan sehari-
hari.
Menurut Widdiharto (2004:34) model pembelajaran langsung
memiliki kelebihan dan kekurangan. Adapun kelebihannya adalah sebagai
berikut:
a. Relatif lebih banyak materi yang disampaikan
b. Untuk hal-hal yang sifatnya procedural, model ini akan relatif mudah
untuk diikuti.
Adapun kekurangan atau kelemahannya adalah sebagai berikut:
a. Jika terlalu dominan pada ceramah siswa akan cepat bosan.
3. Prestasi Belajar
Dalam Kamus Besar Bahasa Indonesia (2007: 895) prestasi belajar
adalah penguasaan pengetahuan atau ketrampilan yang dikembangkan
melalui mata pelajaran, lazimnya ditunjukkan dengan nilai tes atau angka
nilai yang diberikan oleh guru.
Pengaruh Model Pembelajaran…, Restuti Maulida, FKIP UMP, 2011
16
Menurut Ahmadi dan Supriyono (2004:138-139) prestasi belajar
yang dicapai seseorang merupakan hasil interaksi berbagai faktor yang
mempengaruhinya baik dari dalam (faktor internal) maupun dari luar diri
(faktor eksternal) individu. Pengenalan terhadap faktor-faktor yang
mempengaruhi prestasi belajar penting sekali artinya dalam rangka
membantu murid dalam mencapai prestasi belajar yang sebaik-baiknya.
Faktor internal tergolong menjadi tiga jenis yaitu :
a. Faktor jasmaniah (fisiologi) baik yang bersifat bawaan maupun yang
diperoleh. Contoh faktor ini adalah: penglihatan, pendengaran,
struktur tubuh, dan sebagainya.
b. Faktor psikologi baik yang bersifat bawaan maupun yang diperoleh
terdiri atas:
1) Faktor intelektif yang meliputi:
a) Faktor potensial yaitu kecerdasan dan bakat
b) Faktor kecakapan nyata yaitu prestasi yang telah dimiliki.
2) Faktor non-intelektif, yaitu unsur-unsur kepribadian tertentu.
Seperti sikap, kebiasaan, minat, kebutuhan, motivasi, emosi,
penyesuaian diri.
c. Faktor kematangan fisik maupun psikis
Faktor eksternal tergolong menjadi empat jenis yaitu:
a. Faktor sosial yang terdiri atas:
1) Lingkungan keluarga
2) Lingkungan sekolah
Pengaruh Model Pembelajaran…, Restuti Maulida, FKIP UMP, 2011
17
3) Lingkungan masyarakat
4) Lingkungan kelompok
b. Faktor budaya seperti adat istiadat, ilmu pengetahuan, teknologi,
kesenian.
c. Faktor lingkungan fisik seperti fasilitas rumah, fasilitas belajar, iklim.
d. Faktor lingkungan spiritual atau keamanan.
Dari pengertian di atas dapat disimpulkan bahwa prestasi belajar
adalah penguasaan pengetahuan siswa melalui suatu mata pelajaran yang
dipengaruhi oleh faktor dari dalam (faktor internal) dan faktor dari luar
(faktor eksternal).
4. Kepercayaan diri
Menurut Elly Risman (dalam Syaifullah, 2010: 11) percaya diri
adalah sikap yang merasa pantas, nyaman dengan diri sendiri dari
penilaian orang lain, serta memiliki keyakinan yang kuat. Sedangkan
menurut Syaifullah (2009: 9) percaya diri merupakan sikap positif yang
dimiliki seorang individu yang membiasakan dan memampukan dirinya
untuk mengembangkan penilaian positif baik terhadap diri sendiri maupun
orang lain, lingkungan, serta situasi yang dihadapinya untuk meraih apa
yang diinginkannya.
Menurut Sumantri dan Syaodih (2008: 2.48) dasar kemandirian
adalah adanya rasa percaya diri seseorang untuk menghadapi sesuatu
dalam kehidupan sehari-hari. Sedangkan pada anak rasa percaya diri ini
selalu berkembang sesuai dengan bertambahnya usia dan pengalaman serta
Pengaruh Model Pembelajaran…, Restuti Maulida, FKIP UMP, 2011
18
bimbingan dari orang dewasa, antara lain guru, orang tua, kakak, orang
sekitarnya yang dapat bergaul dengan baik serta memberikan bimbingan
secara langsung maupun tidak langsung. Sedangkan menurut Syaifullah
(2009: 11) kepercayaan diri akan memastikan seseorang bahagia, mampu
mencintai dan berkomunikasi dengan baik dengan orang lain, dan dengan
percaya diri pula seseorang bisa meraih segala yang diinginkan. Ciri-ciri
orang yang memiliki sikap percaya diri, di antaranya adalah sebagai
berikut:
a. Tidak terlalu tergantung dengan orang lain
Sosok percaya diri sangat erat kaitannya dengan sikap tidak
terlalu bergantung dengan orang lain. Orang yang bergantung dengan
orang lain merupakan orang yang tidak mampu mengambil inisiatif
untuk menentukan yang terbaik bagi dirinya sendiri.
b. Tidak mempunyai rasa takut dan khawatir
Sikap khawatir dan takut adalah pikiran negatif yang timbul
karena kita tidak yakin pada kemampuan diri. Sikap khawatir dan
takut muncul akibat kebiasaan-kebiasaan mengembangkan sikap dan
asumsi-asumsi negatif terhadap diri sendiri.
c. Selalu berinteraksi dengan baik
Untuk menjadi pribadi yang percaya diri seutuhnya, seseorang
tidak bisa lepas dari interaksi. Seseorang akan membangun cara
berkomunikasi yang baik sehingga bisa diterima oleh orang lain.
Dengan berkomunikasi, berarti member ruang lain di luar dirinya
Pengaruh Model Pembelajaran…, Restuti Maulida, FKIP UMP, 2011
19
untuk orang lain. Orang lain dianggap sebagai bagian dari dirinya,
sehingga keduanya bisa menjalin relasi dan komunikasi yang baik.
d. Selalu bersikap tegas
Sifat ketegasan berawal dari pembentukan mental yang kuat.
Seseorang yang mempunyai mental yang kuat cenderung memegang
prinsip hidupnya. Orang yang percaya diri akan menganggap bahwa
ketegasan adalah bukti bahwa dirinya memiliki satu pegangan dan
landasan yang kuat, serta dengan ketegasan, ia mampu menunjukkan
kemampuannya, bahwa dirinya bisa menentukan pilihan dan mampu
memutuskan suatu persoalan.
e. Dapat mengendalikan diri
Sosok percaya diri sangat erat kaitanya dengan konsep
mengendalikan diri. Seseorang akan selalu berpegang teguh pada
prinsip dan kondisi emosional yang stabil, karena rasa percaya diri
tanpa adanya pengendalian diri akan berubah kepada kepercayaan diri
yang berlebihan.
f. Memiliki kreatifitas
Orang yang percaya diri akan selalu berfikir bahwa kreatif
tidak selalu identik dengan menemukan hal yan baru, tetapi selalu
melihat segala sesuatu dengan cara berbeda dan baru, yang biasanya
tidak dilihat oleh orang lain.
Pengaruh Model Pembelajaran…, Restuti Maulida, FKIP UMP, 2011
20
g. Memiliki sifat yang dewasa
Sosok orang dewasa adalah selalu ingin hidup yang terbaik
bagi dirinya yaitu selalu berbuat baik dan tidak merugikan diri sendiri
dan orang lain.
Pribadi yang percaya diri dari uraian di atas akan dijadikan sebagai
kisi-kisi dalam membuat angket kepercayaan diri. Seseorang yang menjadi
pribadi yang percaya diri, berarti ia telah memposisikan dirinya sebagai
orang yang mampu mengendalikan diri sepenuhnya.
Berdasarkan pengertian percaya diri di atas, dapat disimpulkan
bahwa kepercayaan diri adalah sikap positif yang dimiliki seseorang yang
merasa pantas, nyaman dengan diri sendiri dari penilaian orang lain, serta
memiliki keyakinan yang kuat untuk mengembangkan penilaian positif
baik terhadap diri sendiri orang lain, lingkungan, untuk meraih apa yang
diinginkannya.
5. Matematika
a. Pengertian Matematika
Menurut Suwangsih dan Tiurlina (2006: 3) kata matematika
berasal dari perkataan Latin mathematika yang mulanya diambil dari
perkataan Yunani mathematike yang berarti mempelajari. Perkataan
itu mempunyai asal katanya mathema yang berarti pengetahuan atau
ilmu (knowledge, science). Kata mathematike yang artinya belajar
(berfikir). Jadi, berdasarkan asal katanya, maka perkataan matematika
berarti ilmu pengetahuan yang didapat dengan berfikir (bernalar).
Pengaruh Model Pembelajaran…, Restuti Maulida, FKIP UMP, 2011
21
Sedangkan menurut James dan James dalam Suwangsih dan
Tiurlina (2006: 4) matematika adalah ilmu tentang logika, mengenai
bentuk, susunan, besaran, dan konsep-konsep yang berhubungan satu
sama lainnya. Matematika terbagi menjadi tiga bagian besar yaitu
aljabar, analisis, dan geometri. Tetapi ada pendapat yang mengatakan
bahwa matematika terbagi menjadi empat bagian yaitu aritmatika,
aljabar, geometris, dan analisis dengan aritmatika mencakup teori
bilangan dan statistika.
Berdasarkan kurikulum dalam Pujianti dan Sigit (2009: 1)
matematika merupakan suatu bahan kajian yang memiliki objek
abstrak dan dibangun melalui melalui proses penalaran deduktif, yaitu
kebenaran suatu konsep diperoleh sebagai akibat logis dari kebenaran
sebelumnya sehingga keterkaitan antar konsep dalam matematika
bersifat sangat kuat dan jelas.
Berdasarkan beberapa pengertian matematika dari para ahli di
atas maka dapat disimpulkan bahwa matematika merupakan ilmu yang
mempelajari tentang logika, mengenai bentuk, susunan, besaran, dan
konsep-konsep yang memiliki objek abstrak dan dibangun melalui
melalui proses penalaran deduktif.
b. Materi Pelajaran Matematika
Dalam penelitian ini peneliti mengambil materi Segitiga dan
Jajargenjang pada kelas IV semester I. Standar Kompetensi
Menggunakan konsep keliling dan luas bangun datar sederhana
Pengaruh Model Pembelajaran…, Restuti Maulida, FKIP UMP, 2011
22
dalam pemecahan masalah. Kompetensi Dasar Menentukan keliling
dan luas jajargenjang dan segitiga. Materi segitiga dan jajargenjang
termasuk dalam materi pengukuran.
Menurut standar isi mata pelajaran matematika dalam Pujianti
dan Sigit (2009: 2) materi pengukuran terdiri dari 12 standar
kompetensi (SK) dan 36 kompetensi dasar (KD), meliputi:
pengukuran waktu, panjang, berat, sudut, dan kuantitas menghitung
keliling, luas, dan volum, satuan ukuran dan hubungan antar satuan
ukuran, serta menyelesaikan masalah yang berkaitan dengan waktu,
jarak, dan kecepatan
Menurut laporan TNA dalam Pujianti dan Sigit (2009: 2)
berdasarkan identifikasi masalah pada saat kegiatan diklat di
PPPPTK Matematika banyak guru yang merasa kesulitan dalam
membelajarkan luas daerah bangun datar dan volum bangun ruang.
Hal itu sesuai dengan hasil Training Need Assesment (TNA) yang
dilakukan oleh Pusat Pengembangan dan Pemberdayaan Pendidik dan
Tenaga Kependidikan (PPPPTK) Matematika bagi guru sekolah dasar
pada tahun 2007 dengan jumlah responden sebanyak 120 orang dari
15 propinsi di Indonesia menunjukkan bahwa 95,4% responden
masih memerlukan materi pengukuran volum dan 94,1% responden
masih memerlukan materi luas daerah bangun datar.
Pengukuran merupakan hal yang tidak dapat dipisahkan
dalam kehidupan sehari-hari. Khususnya materi segitiga dan
Pengaruh Model Pembelajaran…, Restuti Maulida, FKIP UMP, 2011
23
jajargenjang yang akan diteliti oleh peneliti. Bayangkan jika kita
tidak tahu tentang ukuran tinggi, lebar, panjang, luas dan lain
sebagainya maka kita tidak akan dapat membandingkan satu
hal/objek dengan hal/objek yang lainnya. Oleh karena pentingnya
pengukuran, maka sangat diperlukan untuk dipelajari.
B. Hasil Penelitian yang Relevan
Peneliti tidak menemukan hasil penelitian yang sama persis dengan
permasalahan yang penulis teliti, namun ada yang dilakukan oleh:
1. Heri Prayitno (2009) mahasiswa Program Studi Pendidikan Matematika,
Fakultas Keguruan dan Ilmu Pendidikan, Universitas Muhammadiyah
Purwokerto dengan judul skripsi “Pengaruh Model Pembelajaran
Problem Posing Terhadap Pemahaman Konsep Matematika Ditinjau Dari
Kreativitas Siswa SMP Muhammadiyah Sumbang” dengan kesimpulan
bahwa terdapat pengaruh antara model pembelajaran problem posing
dengan model pembelajaran langsung terhadap pemahaman konsep
matematika. Dengan kata lain model pembelajaran problem posing dan
model pembelajaran langsung memberikan efek yang berbeda terhadap
pemahaman konsep matematika ditunjukkan dengan hasil pengujian Fhit
> Ftab yaitu sebasar 345,4642 > 3,976.
2. Makhtub (2009) mahasiswa Program Studi Pendidikan Matematika,
Fakultas Keguruan dan Ilmu Pendidikan, Universitas Muhammadiyah
Purwokerto dengan judul skripsi “Peningkatan Kreativitas Siswa Melalui
Pengaruh Model Pembelajaran…, Restuti Maulida, FKIP UMP, 2011
24
Model Pembelajaran Problem Posing di MTs Guppi Karang Jambu
Purbalingga” dengan kesimpulan bahwa model pembelajaran problem
posing dapat meningkatkan prestasi belajar siswa. Hal ini dibuktikan
dengan hasil penelitian siklus I diperoleh skor kreativitas 2,32 dengan
kriteria baik, dan rata-rata prestasi belajar siswa 58,40 dengan ketuntasan
belajar 48,84%. Pada siklus II diperoleh skor kreativitas 2,66 dengan
kriteria baik, dan rata-rata prestasi belajar siswa 74,42 dengan ketuntasan
belajar 86,05%.
C. Kerangka Berpikir
Berdasarkan landasan teori di atas, maka dapat dirumuskan kerangka
berpikir sebagai berikut :
1. Pengaruh pembelajaran problem posing terhadap prestasi belajar.
Berdasarkan landasan teori yang telah dijelaskan di atas, salah
satu aspek yang diharapkan dalam pembelajaran matematika adalah
prestasi belajar siswa. Dalam pembelajaran matematika, terdapat
berbagai model pembelajaran yang dikembangkan oleh para ahli dalam
mengoptimalkanya, salah satunya adalah model pembelajaran problem
posing dan pembelajaran langsung.
Model pembalajaran problem posing merupakan model
pembelajaran yang efektif karena mewajibkan siswanya untuk
mengajukan soal sendiri melalui belajar soal (berlatih soal) secara
mandiri, sehingga akan membuat siswa menjadi aktif. Sedangkan model
Pengaruh Model Pembelajaran…, Restuti Maulida, FKIP UMP, 2011
25
pembelajaran langsung merupakan model pembelajaran yang
menyebabkan siswa bersifat pasif karena cenderung mendengarkan
uraian guru dan menghafalnya tanpa pengertian. Oleh karena itu, siswa
kurang memahami konsep materi yang sedang dipelajari dan
menyebabkan prestasi belajar rendah.
Dari uraian tersebut, maka dapat diduga bahwa ada perbedaan
pengaruh pembelajaran langsung dan pembelajaran langsung terhadap
prestasi belajar matematika.
2. Pengaruh kepercayaan diri terhadap prestasi belajar.
Kepercayaan diri siswa sangat diperlukan dalam pembelajaran.
Kepercayaan diri merupakan sikap positif yang harus dimiliki oleh
seseorang untuk meraih apa yang diinginkannya. Kepercayaan diri
berhubungan sekali dengan prestasi belajar siswa karena dengan
memiliki kepercayaan diri siswa akan lebih mudah untuk mengeluarkan
ide-ide atau gagasan dalam menyelesaikan masalah sehingga dapat
meningkatkan prestasi belajar siswa.
3. Interaksi pengaruh pembelajaran problem posing, pembelajaran
langsung, dan kepercayaan diri terhadap prestasi belajar.
Salah satu manfaat pembelajaran problem posing adalah untuk
menumbuhkan keaktifan siswa dalam pembelajaran, siswa dituntut untuk
bisa mengembangkan dan berlatih soal secara mandiri, dengan begitu
prestasi belajar siswa akan lebih baik, serta dengan adanya kepercayaan
siswa yang tinggi maka akan lebih meningkatkan prestasi belajar siswa.
Pengaruh Model Pembelajaran…, Restuti Maulida, FKIP UMP, 2011
26
Pembelajaran matematika dengan model pembelajaran langsung
(direct instruction) menempatkan siswa cenderung sebagai pendengar
dan pencatat. Karena dalam pembelajaran ini bersifat berpusat pada guru.
Siswa kurang aktif berpartisipasi sehingga pengetahuan lebih banyak
diperoleh lewat informasi guru secara bertahap.
Berdasarkan uraian di atas bahwa pembelajaran problem posing
dan kepercayaan diri berperan penting dalam meningkatkan prestasi
siswa.
D. Hipotesis Penelitian
Berdasarkan deskripsi teori, hasil penelitian yang relevan, dan
kerangka berpikir di atas, maka dapat disimpulkan bahwa hipotesisnya adalah
sebagai berikut :
1. Ada pengaruh pembelajaran problem posing terhadap prestasi belajar
matematika.
2. Ada pengaruh kepercayaan diri terhadap prestasi belajar matematika.
3. Ada interaksi pengaruh pembelajaran problem posing, pembelajaran
langsung, dan kepercayaan diri terhadap prestasi belajar matematika.
Pengaruh Model Pembelajaran…, Restuti Maulida, FKIP UMP, 2011