BAB II TINJAUAN PUSTAKA A. Konsep Pembedahan 1. …repository.poltekkes-tjk.ac.id/1554/6/BAB...

25
8 BAB II TINJAUAN PUSTAKA A. Konsep Pembedahan 1. Pengertian Pembedahan Pembedahan merupakan suatu proses invasif karena terdapat insisi dilakukan pada tubuh atau ketika bagian tubuh diangkat (Rosdahl, 2017). Pembedahan merupakan suatu pengalaman unik karena adanya perubahan terencana pada bagian tubuh, dan pembedahan terdiri dari tiga fase: praoperatif, intraoperatif, dan pascaoperatif. Adapun fase secara bersamaan disebut perioperative, menurut (Kozier, erb, 2011) sebagai berikut: a. Pra Operatif Dimulai saat keputusan untuk melakukan pembedahan dibuat dan berakhir ketika klien dipindahkan ke meja operasi. b. Intra Operatif Dimulai saat dipindahkan kemeja operasi dan berakhir ketika klien masuk ke unit perawatan pascanastesi PACU (postanasthesia care unit), yang juga disebut ruang paska anastesi atau ruang pemulihan c. Post Operatif Fase paska operatif dimulai saat klien masuk ke ruang paska anaestesi dan berakhir ketika luka telah benar-benar sembuh selama paska operatif , tindakan keperawatan antara lain mengkaji respon klien (fisiologik dan psikologik) terhahap pembedahan melakukan intervensi untuk memfasilitasi proses penyembuhan dan mencegah komplikasi, memberi penyuluhan memberi dukungan kepada klien dan orang terdekat dan merencanakan perawatan dirumah. Tujuannya adalah membantu klien mencapai status kesehatan yang paling optimal. Masalah yang sering ditemukan pada pasca operatif adalah masalah sirkulasi, masalah urinarius, masalah gastroistestinal, dan masalah rasa aman nyaman.

Transcript of BAB II TINJAUAN PUSTAKA A. Konsep Pembedahan 1. …repository.poltekkes-tjk.ac.id/1554/6/BAB...

Page 1: BAB II TINJAUAN PUSTAKA A. Konsep Pembedahan 1. …repository.poltekkes-tjk.ac.id/1554/6/BAB II.pdf · 2021. 1. 4. · dihambat oleh mekanisme pertahanan di sepanjang sistem saraf

8

BAB II

TINJAUAN PUSTAKA

A. Konsep Pembedahan

1. Pengertian Pembedahan

Pembedahan merupakan suatu proses invasif karena terdapat insisi

dilakukan pada tubuh atau ketika bagian tubuh diangkat (Rosdahl, 2017).

Pembedahan merupakan suatu pengalaman unik karena adanya perubahan

terencana pada bagian tubuh, dan pembedahan terdiri dari tiga fase:

praoperatif, intraoperatif, dan pascaoperatif. Adapun fase secara

bersamaan disebut perioperative, menurut (Kozier, erb, 2011) sebagai

berikut:

a. Pra Operatif

Dimulai saat keputusan untuk melakukan pembedahan dibuat dan

berakhir ketika klien dipindahkan ke meja operasi.

b. Intra Operatif

Dimulai saat dipindahkan kemeja operasi dan berakhir ketika klien

masuk ke unit perawatan pascanastesi PACU (postanasthesia care

unit), yang juga disebut ruang paska anastesi atau ruang pemulihan

c. Post Operatif

Fase paska operatif dimulai saat klien masuk ke ruang paska anaestesi

dan berakhir ketika luka telah benar-benar sembuh selama paska

operatif , tindakan keperawatan antara lain mengkaji respon klien

(fisiologik dan psikologik) terhahap pembedahan melakukan intervensi

untuk memfasilitasi proses penyembuhan dan mencegah komplikasi,

memberi penyuluhan memberi dukungan kepada klien dan orang

terdekat dan merencanakan perawatan dirumah. Tujuannya adalah

membantu klien mencapai status kesehatan yang paling optimal.

Masalah yang sering ditemukan pada pasca operatif adalah masalah

sirkulasi, masalah urinarius, masalah gastroistestinal, dan masalah rasa

aman nyaman.

Page 2: BAB II TINJAUAN PUSTAKA A. Konsep Pembedahan 1. …repository.poltekkes-tjk.ac.id/1554/6/BAB II.pdf · 2021. 1. 4. · dihambat oleh mekanisme pertahanan di sepanjang sistem saraf

9

2. Jenis Pembedahan

Menurut (Rosdahl, 2017)tingkat pilihan klien dalam pembedahan:

a. Pembedahan pilihan/elektif; kondisi tidak mengancam jiwa. bedah

Contohnya, bedah plastik penghilangan tanda lahir non maligna (tidak

ganas).

b. Diperlukan/non elektif pembedahan diperlukan pada saat tertentu

contohnya perbaikan hernia, prolaps uterus.

c. Urgent (mendesak)/non elektif, pembedahan harus dilakukan dalam

waktu segera, untuk mencegah kerusakan lebih lanjut klien. Contohnya

pengangkatan keganasan (kanker).

d. Darurat, pembedahan harus dilakukan dengan segera untuk

menyelamatkan jiwa klien. Contohnya hemoragi internal yang buruk,

ruptur apendik.

B. Konsep Nyeri

1. Pengertian Nyeri

Nyeri merupakan suatu bentuk ketidaknyamanan yang dirasakan klien,

yang didefinisikan dalam berbagai perspektif (Andarmoyo, 2013). Nyeri

adalah segala sesuatu yang dikatakan seseorang tentang nyeri tersebut dan

terjadi kapan saja ketika seseorang mengatakan bahwa ia merasa nyeri,

dan merupakan sensasi tidak menyenangkan yang terlokalisasi pada suatu

bagian tubuh (Potter & Perry, 2006).

2. Sifat Nyeri

Nyeri merupakan segala sesuatu yang dikatakan seseorang tentang nyeri

tersebut dan terjadi kapan saja seseorang mengatakan bahwa ia merasa

nyeri (Andarmoyo, 2013). Nyeri bersifat subyektif dan pengalaman

emosional yang tidak menyenangkan berkaitan dengan kerusakan jaringan

aktual atau potensial atau yang dirasakan dalam kejadian-kejadian di mana

terjadi kerusakan (Potter & Perry, 2006). Adapun empat atribut pasti

menurut (Andarmoyo, 2013) untuk pengalaman nyeri, antara lain:

Page 3: BAB II TINJAUAN PUSTAKA A. Konsep Pembedahan 1. …repository.poltekkes-tjk.ac.id/1554/6/BAB II.pdf · 2021. 1. 4. · dihambat oleh mekanisme pertahanan di sepanjang sistem saraf

10

a. Nyeri bersifat individu

b. Tidak menyenangkan

c. Merupakan suatu kekuatan yang mendominasi

d. Bersifat tidak berkesudahan

3. Teori Pengontrolan Nyeri

Teori gate control menyatakan bahwa impuls nyeri dapat di atur atau

dihambat oleh mekanisme pertahanan di sepanjang sistem saraf pusat.

Teori ini mengatakan bahwa implus nyeri dihantarkan saat sebuah

pertahanan dibuka dan impuls dihambat saat sebuah pertahanan tertutup.

Upaya menutup pertahanan tersebut merupakan dasar teori menghilangkan

nyeri (Afroh, F., Judha, M., 2012).

Suatu keseimbangan dari otak mengatur proses pertahanan. Reseptor

jaringan kulit yang memiliki dua serabut yaitu serabut delta-A dan C.

Serabut delta A dan C melepaskan substansi P untuk mentransmisi impuls

melalui mekanisme pertahanan. Selain itu, terdapat mekanoreseptor

neuron transmitor penghambat. Apabila masukan yanag dominan berasal

dari serabut beta-A yang lebih tebal dan lebih cepat yang melepaskan

neurotranmiter penghambat (Afroh, F., Judha, M., 2012).

Apabila masukan yang dominan berasal dari serabut beta-A, akan

menutup mekanisme pertahanan. Mekanisme penutupan ini diyakini dapat

terlihat saat seseorang perawat menggosok punggung klien dengan lembut.

Pesan yang dihasilkan akan menstimulasi mekanoreseptor, apabila

masukan yang dominan yang berasal dari serabut delta-A dan serabut-

serabut C maka akan membuka pertahanan tersebut dan klien akan

mempersepsikan sensasi nyeri. Bahkan, jika impuls nyeri dihantarkan ke

otak, terdapat pusat korteks yang lebih tinggi di otak yang akan

memodifikasi nyeri. Alur saraf desenden melepaskan opiat endogen ,

seperti endorphin dn dinorphin, suatu pembunuh nyeri alami yang berasal

dari tubuh. Neuromedulator ini menutup mekanisme pertahanan dengan

menghambat pelepasan substansi. Teknik distraksi, konseling dan

Page 4: BAB II TINJAUAN PUSTAKA A. Konsep Pembedahan 1. …repository.poltekkes-tjk.ac.id/1554/6/BAB II.pdf · 2021. 1. 4. · dihambat oleh mekanisme pertahanan di sepanjang sistem saraf

11

pemberian placebo merupakan upaya untuk melepaskan endorphin (Potter

& Perry, 2006).

4. Klasifikasi Nyeri Menurut Lokasi

Klasifikasi nyeri berdasarkan lokasinya menurut (Potter & Perry, 2006)

dibedakan sebagai berikut:

a. Superficial atau Kuntaneus

Nyeri adalah nyeri yang disebabkan stimulasi kulit. Karakteristik

dari nyeri berlangsung sebentar dan terlokalisasi. Nyeri biasanya terasa

sebagai sensasi yang tajam. Contohnya tertusuk jarum suntik, luka

potong atau laserasi.

b. Visceral dalam

Nyeri visceral adalah nyeri yang terjadi akibat stimulasi organ-organ

internal. Karakteristik nyeri bersifat difusi dan dapat menyebar ke

beberapa arah. Durasinya bervariasi tetapi biasanya berlangsung lebih

lama dari pada nyeri superficial. Pada nyeri ini menimbulkan rasa tidak

menyenangkan, dan berkaitan dengan mual dan gejala-gejala otonom.

Nyeri dapat terasa tajam, tumpul, atau unik tergantung organ yang

terlibat. Contoh sensasi pukul (crushing) seperti angina pectoris dan

sensasi terbakar seperti pada ulkus lambung.

c. Nyeri Alih (Referred Pain)

Nyeri alih merupakan fenomena umum dalam nyeri visceral karena

banyak organ tidak memiliki reseptor nyeri. Jalan masuk neuron sensori

dari organ yang terkena stessor ke dalam segmen medulla spinalis

sebagai neuron dari tempat asal nyeri, kemudian persepsi nyeri dapat

terasa dibagian tubuh yang terpisah dari sumber nyeri dan dapat terasa

dengan berbagai karakteristik.

d. Radiasi

Nyeri radiasi merupakan sensasi nyeri yang meluas dari tempat awal

cedera kebagian tubuh lain. Karakteristiknya nyeri terasa seakan

Page 5: BAB II TINJAUAN PUSTAKA A. Konsep Pembedahan 1. …repository.poltekkes-tjk.ac.id/1554/6/BAB II.pdf · 2021. 1. 4. · dihambat oleh mekanisme pertahanan di sepanjang sistem saraf

12

menyebar ke bagian tubuh bawah atau sepanjang bagian tubuh. Nyeri

dapat menjadi intermiten atau konstan.

5. Nyeri Berdasarkan Sifatnya

Berdasarkan sifatnya, nyeri dapat dikategorikan sebagai berikut

menurut (Potter & Perry, 2006):

a. Incidental pain, yaitu nyeri yang timbul sewaktu-waktu lalu

menghilang

b. Steady pain, yaitu nyeri yang timbul dan menetap serta dirasakan dalam

waktu yang lama

c. Proximal pain, yaitu nyeri yang dirasakan berintensitas tinggi dan kuat

sekali.

6. Nyeri Berdasarkan Waktu dan Lamanya Serangan

Berdasarkan waktu dan lamanya serangan, nyeri dibagi menjadi dua

jenis menurut (Afroh, F., Judha, M., 2012) yaitu:

a. Nyeri Akut

Nyeri yang dirasakan dalam waktu yang singkat dan berakhir kurang

dari 6 bulan, sumber dan daerah nyeri diketahui dengan jelas. Nyeri ini

biasanya datang secara tiba-tiba, seperti pasca trauma atau pembedahan

dan mungkin menyertai kecemasan atau distress emosional.

b. Nyeri Kronik

Nyeri yang dirasakan lebih dari 6 bulan, nyeri kronis ini polanya

beragam dan berlangsung berbulan-bulan bahkan bertahun-tahun. Nyeri

kronis dapat berlangsung lebih lama dibandingkan dengan nyeri akut

dan resisten terhadap pengobatan.

7. Faktor yang mempengaruhi respon nyeri

Adapun faktor-faktor yang mempengaruhi nyeri menurut adalah

sebagai berikut:

Page 6: BAB II TINJAUAN PUSTAKA A. Konsep Pembedahan 1. …repository.poltekkes-tjk.ac.id/1554/6/BAB II.pdf · 2021. 1. 4. · dihambat oleh mekanisme pertahanan di sepanjang sistem saraf

13

a. Usia

Usia merupakan variabel penting yang mempengaruhi nyeri,

khususnya pada anak dan lansia. Perbedaan perkembangan yang

ditemukan diantara kelompok usia dapat mempengaruhi bagaimana

anak dan lansia bereaksi terhadap nyeri (Potter & Perry, 2006). Adapun

kelompok usia yang digunakan dengan pengelompokan menurut

(Depkes ,2009) sebagai berikut :

1) Masa balita (0-5 tahun)

2) Masa anak-anak (5-11 tahun)

3) Masa remaja awal (12-16 tahun)

4) Masa remaja akhir (17-25 tahun)

5) Masa dewasa awal (26-35 tahun)

6) Masa dewasa akhir (36-45 tahun)

7) Masa lansia awal (46-55 tahun)

8) Masa lansia akhir (56-65 tahun)

b. Jenis kelamin

Secara umum, pria dan wanita tidak berbeda secara makna dalam

respon terhadap nyeri. Diragukan apakah hanya jenis kelamin saja yang

merupakan suatu faktor dalam mengespresikan nyeri. Laki-laki

memiliki sensitifitas yang lebih rendah (kurang mengekspresikan nyeri

yang dirasakan secara berlebihan) dibandingkan wanita atau kurang

merasakan nyeri (Smeltzer, 2010).

c. Kebudayaan

Keyakinan dan nilai-nilai budaya mempengaruhi cara individu

mengatasi nyeri. Individu mempelajari apa yang diharapkan dan apa

yang diterima oleh kebudayaan mereka. sosialisasi budaya menentukan

perilaku psikologis seseorang. Dengan demikian, hal ini dapat

mempengaruhi pengeluaran fisiologis opiat endogen sehingga terjadilah

persepsi nyeri (Potter & Perry, 2006).

Page 7: BAB II TINJAUAN PUSTAKA A. Konsep Pembedahan 1. …repository.poltekkes-tjk.ac.id/1554/6/BAB II.pdf · 2021. 1. 4. · dihambat oleh mekanisme pertahanan di sepanjang sistem saraf

14

d. Makna nyeri

Pengalaman nyeri dan cara seseorang beradaptasi terhadap nyeri. Hal

ini juga dikaitkan secara dekat dengan latar belakang budaya individu

tersebut. Individu akan mempersepsikan nyeri dengan cara berbeda-

beda apabila nyeri tersebut memberikan kesan ancaman, suatu

kehilangan, hukuman dan tantangan. Misalnya seorang wanita yang

melahirkan akan mempersepsikan nyeri, akibat cedera karena pukulan

pasangannya. Derajat dan kualitas nyeri yang dipersiapkan nyeri klien

berhubungan dengan makna nyeri (Potter & Perry, 2006).

e. Perhatian

Perhatian tingkatan dimana klien memfokuskan perhatiannya

terhadap nyeri. Meningkatnya perhatian berhubungan dengan

meningkatnya nyeri, sebaliknya distraksi berhubungan dengan

kurangnya respon nyeri (Potter & Perry, 2006).

f. Ansietas

Hubungan antara nyeri dan ansietas bersifat kompleks. Ansietas

seringkali meningkatkan persepsi nyeri, tetapi nyeri dapat menimbulkan

suatu perasaan ansietas. Pola bangkitan otonomi adalah sama dalam

nyeri dan ansietas, melaporkan suatu bukti bahwa stimulus nyeri

mengaktifkan bagian sistem limbik dapat memproses reaksi emosi

seseorang, khususnya ansietas. Sistem limbik dapat memproses reaksi

emosi seseorang terhadap nyeri, yakni memperburuk atau

menghilangkan nyeri (Potter & Perry, 2006).

g. Keletihan

Keletihan meningkatkan persepsi nyeri, rasa kelelahan menyebabkan

sensasi nyeri semakin intensif dan menurunkan kemampuan koping.

Hal ini dapat menjadi masalah umum pada setiap individu yang

menderita penyakit dalam jangka waktu lama. Apabila keletihan

disertai kesulitan tidur, maka persepsi nyeri terasa lebih berat dan jika

Page 8: BAB II TINJAUAN PUSTAKA A. Konsep Pembedahan 1. …repository.poltekkes-tjk.ac.id/1554/6/BAB II.pdf · 2021. 1. 4. · dihambat oleh mekanisme pertahanan di sepanjang sistem saraf

15

mengalami suatu proses periode tidur yang baik maka nyeri berkurang

(Potter & Perry, 2006).

h. Pengalaman sebelumnya

Setiap orang belajar dari pengalaman nyeri sebelumnya. Adanya

pengalaman sebelumnya bukan berarti seseorang tersebut akan lebih

mudah menerima rasa nyeri dimasa yang akan datang. Frekuensi

terjadinya nyeri dimasa lampau yang cukup sering tanpa adanya nyeri

yang lebih berat dapat menyebabkan kecemasan atau bahkan ketakutan

yang timbul secara berulang. Sebaliknya, apabila seseorang telah

memiliki pengalaman yang berulang akan rasa nyeri yang sejenis

namun nyerinya telah dapat ditangani dengan baik, yang akan

memudahkannya untuk menginterpretasikan sensasi nyeri (Potter &

Perry, 2006).

i. Gaya koping

Gaya Koping adalah upaya penyelesaian masalah langsung dan

mekanisme pertahanan yang digunakan untuk melindungi diri. Gaya

koping berpengaruh untuk mengatasi nyeri (Potter & Perry, 2006).

j. Dukungan keluarga dan sosial

Orang dengan nyeri terkadang bergantung kepada anggota keluarga

yang lain atau teman dekat untuk dukungan, bantuan, atau

perlindungan. Meskipun nyeri masih terasa, tetapi kehadiran keluarga

maupun teman terkadang dapat membuat pengalaman nyeri yang

menyebabkan stress sedikit berkurang. Kehadiran orang tua sangat

penting bagi anak-anak yang mengalami nyeri (Potter & Perry, 2006).

8. Penilaian respon intensitas nyeri

Intensitas nyeri merupakan gambaran tentang seberapa parah nyeri

dirasakan oleh individu, pengukuran intensitas nyeri sangat subjektif dan

individual serta kemungkinan nyeri dalam intensitas yang sama dirasakan

sangat berbeda oleh dua orang yang berbeda. Pengukuran nyeri dengan

pendekatan subjektif yang paling mungkin adalah menggunakan respon

Page 9: BAB II TINJAUAN PUSTAKA A. Konsep Pembedahan 1. …repository.poltekkes-tjk.ac.id/1554/6/BAB II.pdf · 2021. 1. 4. · dihambat oleh mekanisme pertahanan di sepanjang sistem saraf

16

fisiologik tubuh terhadap nyeri itu sendiri. Tenaga kesehatan memberi

rangsangan pada titik nyeri, kemudian nyeri dinilai dengan respon fisik

yang dikemukakan oleh penderita saat merasakan nyeri. Metode lain

dengan cara menentukan skala nyeri, memberi kesempatan kepada

penderita untuk menentukan skala nyeri yang ia rasakan. Namun,

pengukuran dengan terapi ini juga tidak dapat memberikan gambaran pasti

tentang nyeri itu sendiri (Andarmoyo, 2013).

Ada 3 metode penilaian intensitas nyeri dapat dilakukan dengan skala

menurut (Potter & Perry, 2006) sebagai berikut :

a. Numerik

Skala Penilaian Numerik (Numerical Rating Scale, NRS), klien

menilai nyeri dengan menggunakan skala 0-10. Skala paling efektif

digunakan saat mengkaji intensitas nyeri sebelum dan setelah intervensi

teraupetik.

Gambar 2.1

Skala Penilaian Numeric (Numerical Rating Scale, NRS)

Sumber: (Potter & Perry, 2006)

Keterangan :

0 = tidak nyeri

1-3 = nyeri ringan

4-6 = nyeri sedang

7-9 = nyeri berat

10 =nyeri sangat berat

Page 10: BAB II TINJAUAN PUSTAKA A. Konsep Pembedahan 1. …repository.poltekkes-tjk.ac.id/1554/6/BAB II.pdf · 2021. 1. 4. · dihambat oleh mekanisme pertahanan di sepanjang sistem saraf

17

Tabel 2.1

Skala Intensitas Nyeri Numerik 0-10

Skala Karakteristik Nyeri

0 Tidak nyeri

1 Sangat sedikit gangguan, kadang terasa seperti tusukan kecil

2 Gangguan cukup dihilangkan dengan pengalihan perhatian

3 Nyeri dapat diabaikan dengan beraktifitas/melakukan pekerjaan,

masih dapat dilakukan

4 Nyeri dapat diabaikan dengan beraktifitas/melakukan pekerjaan,

masih dapat dialihkan

5 Rasa nyeri tidak bisa diabaikan lebih dari 30 menit

6 Rasa nyeri tidak bisa diabaikan untuk waktu yang lama, tapi masih

bisa bekerja

7 Sulit untuk berkonsentrasi, dengan diselangi istirahat/tidur anda

masih bisa bekerja

8 Beberapa aktifitas fisik terbatas. Anda masih bisa membaca dan

berbicara dengan usaha. Merasakan mual dan pusing kepala/pening.

9 Tidak bisa berbicara, menangis, mengerang dan merintih tak dapat

dikensalikan, penurunan kesadaran, mengigau

10 Tidak sadarkan diri/pingsan

Sumber : (Potter & Perry , 2010)

b. Deskriptif

Skala Deskripsi Verbal (Verbal Descriptor Scale, VDS), merupakan

sebuah garis yang terdiri dari tiga sampai lima kata pendeskripsi yang

tersusun dengan jarak yang sama di sepanjang garis. Pendeskripsian ini

diranking „‟tidak terasa nyeri‟‟ sampai „‟nyeri yang tidak tertahankan‟‟.

Perawat menunjukkan pada klien dengan skala tersebut dan meminta

klien untuk memilih intensitas nyeri terbaru yang dirasakan.

Gambar 2.2

Skala Pendeskripsi Verbal (Verbal Descriptor Scale, NRS)

Sumber: (Potter & Perry, 2006)

Page 11: BAB II TINJAUAN PUSTAKA A. Konsep Pembedahan 1. …repository.poltekkes-tjk.ac.id/1554/6/BAB II.pdf · 2021. 1. 4. · dihambat oleh mekanisme pertahanan di sepanjang sistem saraf

18

c. Analog Visual

Skala Analog Visual (Visual Analog Scale, VAS), adalah suatu garis

lurus/horizontal sepanjang 10 cm, yang mewakili intensitas nyeri yang

terus-menerus dan pendeskripsi verbal pada setiap ujungnya, pasien

diminta untuk menunjuk titik pada garis yang menunjukkan letak nyeri

terjadi sepanjang garis tersebut. Ujung kiri biasanya menandakan

„‟tidak ada‟‟ atau „‟tidak nyeri‟‟, sedangkan ujung kanan biasanya

menandakan „‟berat‟‟ atau „‟nyeri yang paling buruk‟‟. Untuk menilai

hasil, sebuah penggaris diletakkan sepanjang garis dan jarak yang

dibuat pasien padangaris dari „‟tidak nyeri‟‟ diukur dan ditulis dalam

sentimeter (Smeltzer, 2010).

Gambar 2.3

Skala Analog Visual (Visual Analog Scale, VAS)

Sumber: (Potter & Perry, 2006)

d. Skala Faces

Skala wajah untuk mengkaji nyeri pada anak-anak. Skala tersebut

terdiri dari enam wajah dengan profil kartun yang menggambarkan

wajah dari wajah yang sedang tersenyum („‟tidak merasa nyeri‟‟)

kemudian secara bertahap meningkat menjadi wajah kurang bahagia,

wajah yang sangat sedih, sampai wajah yang sangat ketakutan („‟nyeri

yang sangat‟‟). Anak-anak berusia tiga tahun dapat menggunakan skala

tersebut. Para peneliti mulai meneliti penggunaan skala wajah ini pada

orang-orang dewasa. Skala nyeri harus dirancang sehingga skala

tersebut mudah digunakan dan tidak mengonsumsi banyak waktu saat

klien melengkapinya.

Page 12: BAB II TINJAUAN PUSTAKA A. Konsep Pembedahan 1. …repository.poltekkes-tjk.ac.id/1554/6/BAB II.pdf · 2021. 1. 4. · dihambat oleh mekanisme pertahanan di sepanjang sistem saraf

19

Gambar 2.4

Skala Wajah (Wong & Baker)

Sumber: (Potter & Perry, 2006)

Keterangan:

Raut wajah 0 : tidak ada nyeri yang dirasakan

Raut wajah 2 : sedikit nyeri

Raut wajah 4 : nyeri

Raut wajah 6 : nyeri lumayan parah

Raut wajah 8 : nyeri parah

Raut wajah 10 : nyeri sangat parah.

9. Penilaian Respon Intensitas Nyeri Yang Dipilih

Penulis memilih penilaian respons nyeri dengan menggunakan skala

numeric (Numerical Rating Scale, NRS). Karena dijelaskan oleh (Potter &

Perry, 2006) skala numerik merupakan skala efektif untuk mengkaji

intensitas nyeri sebelum dan sesudah terapi diberikan. Numeric Rating

Scale (NRS) didasari pada skala angka 0-10 untuk menggambarkan

kualitas nyeri yang dirasakan pasien. Numeric Rating Scale (NRS)

diklaim lebih mudah dipahami, dan lebih sensitive terhadap jenis kelamin,

etnis, dosis.

10. Penatalaksanaan nyeri

Penatalaksanaan nyeri atau tindakan keperawatan untuk mengurangi

nyeri yaitu terdiri dari penatalaksanaan non farmakologi dan farmakologi.

Page 13: BAB II TINJAUAN PUSTAKA A. Konsep Pembedahan 1. …repository.poltekkes-tjk.ac.id/1554/6/BAB II.pdf · 2021. 1. 4. · dihambat oleh mekanisme pertahanan di sepanjang sistem saraf

20

a. Penatalaksanaan farmakologi

Keputusan perawat dalam menggunakan obat-obatan dan

penatalaksanaan klien/pasien yang menerima terapi farmakologi

membantu dalam upaya memastikan penanganan nyeri yang mungkin

dilakukan (Potter & Perry, 2006):

1) Analgesik

Analgesik merupakan metode yang paling umum untuk mengatasi

nyeri. Perawat harus mengetahui obat-obatan yang tersedia untuk

menghilangkan nyeri. Adapun jenis analgesik (Potter & Perry, 2006)

yaitu :

a) Non-narkotik dan obat anti inflamasi nonsteroid (NSAID)

b) Kebanyakan NSAID bekerja pada reseptor saraf perifer untuk

mengurangi tranmisi dan resepsi stimulus nyeri. NSAID non-

narkotik umumnya menghilangkan nyeri ringan dan sedang

seperti nyeri yang terkait dengan atriris rheumatoid, prosedur

pengobatan gigi, Prosedur bedah minor dan episiotomi.

c) Analgesik narkotik atau opiate

Analgesik narkotik atau opiat umunya diresepkan untuk nyeri

sedang sampai berat, seperti nyeri pascaoperasi dan nyeri

maligna. Obat ini bekerja pada system saraf pusat.

d) Obat tambahan (adjuvant) atau koanalgesik

Adjuvant seperti sedative, anticemas dan relaksan otot

meningkatkan kontrol nyeri atau menghilangkan gejala lain yang

terkait dengan nyeri seperti depresi dan mual. Sedatif seringkali

diresepsikan untuk penderita nyeri kronik.

2) Analgesik Dikontrol Pasien (ADP)

Sistem pemberian obat yang disebut ADP merupakan metode

yang aman untuk penatalaksanaan nyeri kanker, nyeri post operasi

dan nyeri traumatik. Klien/pasien menerima keuntungan apabila ia

mampu mengontrol nyeri (Potter & Perry, 2006).

Page 14: BAB II TINJAUAN PUSTAKA A. Konsep Pembedahan 1. …repository.poltekkes-tjk.ac.id/1554/6/BAB II.pdf · 2021. 1. 4. · dihambat oleh mekanisme pertahanan di sepanjang sistem saraf

21

b. Penatalaksanaan Non farmakologi

Penatalaksanaan non farmakologi merupakan tindakan pereda nyeri

yang dapat dilakukan perawat secara mandiri tanpa tergantung pada

petugas medis lain dimana dalam pelaksanaannya perawat dengan

pertimbangan dan keputusannya sendiri. Banyak pasien dan angota tim

kesehatan cenderung untuk menhilangkan nyeri. Namun banyak

aktifitas keperawatan nonfarmakologi yang dapat membantu

menghilangkan nyeri, metode pereda nyeri nonfarmakologi memiliki

resiko yang sangat rendah. Meskipun tindakan tersebut bukan

merupakan pengganti obat-obatan (Smeltzer, 2010).

Salah satu tanggung jawab perawat paling dasar adalah melindungi

klien/pasien dari bahaya. Ada sejumlah terapi non farmakologi yang

mengurangi resepsi dan persepsi nyeri yang dapat digunakan pada

keadaan perawat akut, perawatan tersier dan pada keadaan perawatan

restorasi (Potter & Perry, 2006). Penatalaksanaan non farmakologi

terdiri dari intervensi perilaku kognitif yang meliputi tindakan distraksi,

teknik relaksasi, imajinasi terbimbing, hypnosis dan sentuhan teraupetik

massage (Andarmoyo, 2013). Adapun beberapa tindakan

penatalaksanaan nyeri nonfarmakologi adalah sebagai berikut:

1) Bimbingan Antisipasi

Bimbingan antisipasi adalah memberikan pemahaman kepada

klien mengenai nyeri yang dirasakan. Pemahaman yang diberikan

oleh perawat ini bertujuan untuk memberikan informasi pada klien ,

dan mencegah salah interpretasi tentang peristiwa nyeri

(Andarmoyo, 2013).

2) Terapi Es Dan Panas/Kompres Panas Dan Dingin

Terapi es (dingin) dan panas diduga bekerja dengan menstimulasi

reseptor tidak nyeri (non-nosiseptor) dalam bidang reseptor yang

sama pada cedera. Pemakaian kompres panas biasanya dilakukan

Page 15: BAB II TINJAUAN PUSTAKA A. Konsep Pembedahan 1. …repository.poltekkes-tjk.ac.id/1554/6/BAB II.pdf · 2021. 1. 4. · dihambat oleh mekanisme pertahanan di sepanjang sistem saraf

22

hanya setempat saja pada bagian tubuh tertentu. Sedangkan terapi es

dapat menurunkan prostatglandin yang memperkuat sensitivitas

reseptor nyeri dan subkutan lain pada tempat cedera dengan

menghambat proses inflamasi (Andarmoyo, 2013).

3) Stimulasi Saraf Elektris Transkutan/Tens (Transcutaneous Electrical

Nerve Stimulation)

TENS adalah suatu alat yang menggunakan aliran listrik, baik

dengan frekuensi rendah maupun tinggi, yang dihubungkan dengan

beberapa elektroda pada kulit untuk menghasilkan sensasi

kesemutan, menggetar, atau mendengung pada area nyeri. TENS

adalah prosedur non-invasif dan menggunakan metode yang aman

untuk mengurangi nyeri, baik akut maupun kronis (Andarmoyo,

2013).

4) Distraksi

Distraksi adalah memfokuskan perhatian pasien pada sesuatu

selain nyeri, atau dapat diartikan lain bahwa distraksi adalah suatu

tindakan pengalihan perhatian pasien ke hal-hal diluar nyeri. Teknik

ini biasanya tidak efektif diberikan pada pasien yang mengalami

nyeri berat atau nyeri akut. Hal ini disebabkan pada nyeri berat atau

akut, pasien tidak dapat berkonsentrasi dengan baik dan tidak cukup

baik untuk ikut serta dalam aktifitas mental dan fisik yang kompleks

(Andarmoyo, 2013).

5) Imajinasi terbimbing

Imajinasi terbimbingadalah menggunakan imajinasi seseorang

dalam suatu cara yang dirancang secara khusus untuk mencapai efek

positip tertentu. Tindakan ini membutuhkan konsentrasi yang cukup

(Andarmoyo, 2013).

Page 16: BAB II TINJAUAN PUSTAKA A. Konsep Pembedahan 1. …repository.poltekkes-tjk.ac.id/1554/6/BAB II.pdf · 2021. 1. 4. · dihambat oleh mekanisme pertahanan di sepanjang sistem saraf

23

6) Hypnosis

Hypnosis/hipnosa adalah sebuah teknik yang menghasilkan suatu

keadaan yang tidak sadarkan diri, yang dicapai melalui gagasan-

gagasan yang disampaikan oleh orang yang menghipnotisnya

(Andarmoyo, 2013).

7) Akupuntur

Akupuntur adalah istilah yang digunakan untuk menggambarkan

proses memasukkan jarum-jarum tajam pada titik-titik strategis pada

tubuh untuk mencapai efek teraupetik (Andarmoyo, 2013)

8) Masase

Masase adalah melakukan tekanan tangan pada jaringan lunak ,

biasanya otot, tendon, atau ligament, tanpa menyebabkan gerakan

atau perubahan posisi sendi untuk meredakan nyeri, menghasilkan

relaksasi, atau memperbaiki sirkulasi (Andarmoyo, 2013).

9) Relaksasi

Relaksasi adalah suatu tindakan untuk membebaskan mental dan

fisik dari ketegangan dan stress sehingga dapat meningkatkan

toleransi terhadap nyeri. Teknik relaksasi yang sederhana terdiri atas

napas abdomen dengan frekuensi lambat, berirama (Andarmoyo,

2013). Adapun Relaksasi Benson termasuk dalam relaksasi ,Metode

fisiologis ini dikembangkan untuk melawan ketegangan dan

kecemasan yang disebut relaksasi progresif, yaitu terapi untuk

mengurangi ketengan otot. metode ini merupakan gabungan antara

relaksasi dan suatu faktor keyakinan filosofis atau agama yang

dianut (Solehati, T., Kosasih, 2015).

Page 17: BAB II TINJAUAN PUSTAKA A. Konsep Pembedahan 1. …repository.poltekkes-tjk.ac.id/1554/6/BAB II.pdf · 2021. 1. 4. · dihambat oleh mekanisme pertahanan di sepanjang sistem saraf

24

11. Nyeri Pasca Operasi

Nyeri pasca operasi merupakan kondisi yang dialami hampir seluruh

pasien yang telah menjalani operasi. Nyeri merupakan suatu rasa yang

tidak menyenangkan dan bersifat subjektif. Nyeri paska operasi

disebabkan oleh berbagai macam factor seperti usia, jenis kelamin, jumlah

operasi yang telah dijalani, koping, jenis pembedahan, jenis anestesi, dan

sebagainya. Nyeri pasca operasi utamanya disebabkan oleh luka sayatan

yang sengaja dibuat dalam proses operasi. The Amarican Academy Of Pain

Medicine menyatakan, dari 441 pasien post operasi yang di rawat inap,

pasien mengalami nyeri sebanyak 90%, 12% menderita nyeri berat, 42%

mengalami nyeri sedang, 36% nyeri ringan, sementara 10% tidak nyeri

atau terkontrol (Asokumar, et. all, 2015).

Luka adalah sebuah injuri pada kontuinitas kulit, mukosa membran dan

tulang atau organ tubuh lain yang biasanya disertai dengan kehilangan

substansi jaringan (Kozier, erb, 2011) Luka yang dialami setelah menjalani

operasi merangsang tubuh untuk menghasilkan mediator-mediator kimia

nyeri. Mediator kimia yang dihasilkan dapat mengaktivasi nociseptor lebih

sensitif secara langsung maupun tidak langsung sehingga menyebabkan

hiperalgesia.

Nyeri memiliki dampak pada menurunnya kualitas tidur, stress, ansietas

dan menimbulkan rasa takut bagi pasien apabila dilakukan tindakan bedah

kembali padanya (Arora, et. all, 2010). Dampak nyeri menyebabkan

pemulihan luka operasi tidak berjalan secara optimal dikarenakan laju

peredaran darah tidak adekuat. Pasien yang mengalami nyeri rentan

mengalami resiko komplikasi pasca operasi seperti gangguan mobilitas

fisik, mal nutrisi, deficit perawatan diri, infeksi luka operasi, dan lain-lain.

Hal lain yang dapat diakibatkan oleh nyeri adalah meningkatkan

penderitaan pasien serta menambah lama rawat inap klien dirumah sakit,

sehingga biaya rumah sakit (Kusumayanti et all , 2014)

Page 18: BAB II TINJAUAN PUSTAKA A. Konsep Pembedahan 1. …repository.poltekkes-tjk.ac.id/1554/6/BAB II.pdf · 2021. 1. 4. · dihambat oleh mekanisme pertahanan di sepanjang sistem saraf

25

C. Konsep Relaksasi

1. Pengertian Relaksasi

Relaksasi adalah terapi untuk mengurangi ketegangan nyeri dengan

merelaksasikan otot. Beberapa penelitian menyatakan bahwa relaksasi

efektif dalam menurunkan nyeri pascaoperasi. Suatu tindakan untuk

“membebaskan” mental dan fisik dari ketegangan dan stress, sehingga

dapat memberikan control diri ketika terjadi rasa tidak nyaman atau nyeri

(Potter & Perry, 2006).

2. Tujuan Relaksasi

Relaksasi bertujuan untuk mengatasi atau mengurangi kecemasan,

menurunkan ketegangan otot dan tulang, serta secara tidak langsung dapat

mengurangi nyeri dan menurunkan ketegangan yang berhubungan dengan

fisiologis tubuh (Kozier et all 1996, dalam Solehati, T., Kosasih, 2015).

Pelatihan relaksasi bertujuan untuk melatih pasien agar dapat

mengondisikan dirinya untuk mencapai suatu keadaan rileks (Solehati, T.,

Kosasih, 2015).

3. Macam Macam Relaksasi

Teknik relaksasi banyak jenisnya, karna relaksasi telah dikenal

meringankan rasa nyeri dan kecemasan seseorang. Teknik relaksasi

meliputi Relaksasi Benson, Relaksasi Musik, Relaksasi Aromaterapi,

Relaksasi Modifikasi (Solehati, T., Kosasih, 2015).

D. Konsep Relaksasi Benson

1. Relaksasi Benson

Relaksasi Benson adalah metode relaksasi yang diciptakan oleh Herbert

Benson, Seorang ahli peneliti medis Fakultas Kedokteran Harvard yang

mengkaji beberapa manfaat doa dan meditasi bagi kesehatan. Tekik

Relaksasi Benson ini dikenal dengan nama Relaksasi Benson (Solehati, T.,

Kosasih, 2015).

Page 19: BAB II TINJAUAN PUSTAKA A. Konsep Pembedahan 1. …repository.poltekkes-tjk.ac.id/1554/6/BAB II.pdf · 2021. 1. 4. · dihambat oleh mekanisme pertahanan di sepanjang sistem saraf

26

2. Pengertian Relaksasi Benson

Relaksasi ini merupakan relaksasi yang menggabungkan antara respons

relaksasi dan sistem keyakinan individu/faith factor (difokuskan pada

ungkapan tertentu berupa nama-nama tuhan, atau kata yang memiliki

makna menenangkan bagi pasien itu sendiri) yang diucapkan berulang-

ulang dengan ritme teratur disertai sikap pasrah (Solehati, T., Kosasih,

2015). Relaksasi Benson merupakan pengembangan metode respon

relaksasi pernapasan dengan melibatkan faktor keyakinan pasien. Selain

itu kelebihan dari Relaksasi Benson yaitu lebih mudah dilakukan dan tidak

menimbulkan efek samping apapun. Relaksasi Benson dapat dilakukan

selama 10-20 menit dua kali sehari. Seseorang tidak boleh tegang dalam

melaksanaan relaksasi ini, tetapi harus pasrah dan memiliki keyakinan,

bahwa relaksasi ini akan dapat menurunkan beban yang dirasakan atau

dapat meningkatkan kesehatan.

Menurut Benson (2000) dalam (Solehati, T., Kosasih, 2015) setelah

melakukan beberapa penelitian, ia menemukan bahwa formula-formula

tertentu yang dibaca secara berulang-ulang dengan melibatkan unsur

keyakinan dan keimanan akan menimbulkan respon relaksasi yang lebih

kuat dibandingkan dengan sekedar relaksasi tanpa melibatkan unsur

keyakinan terhadap hal tersebut.

3. Empat Elemen Dasar Dalam Relaksasi Benson

Agar Relaksasi Benson ini berhasil, diperlukan empat elemen dasar,

antara lain: lingkungan yang tenang, klien secara sadar dapat

mengendurkan otot-otot tubuhnya, klien dapat memusatkan diri selama 10-

15 menit pada ugkapan yang telah dipilih, dan bersikap pasif pada pikiran-

pikiran yang mengganggu (Benson, 2000 dalam Solehati, T., Kosasih,

2015).

Page 20: BAB II TINJAUAN PUSTAKA A. Konsep Pembedahan 1. …repository.poltekkes-tjk.ac.id/1554/6/BAB II.pdf · 2021. 1. 4. · dihambat oleh mekanisme pertahanan di sepanjang sistem saraf

27

4. Panduan Relaksasi Benson

Relaksasi Benson dilakukan setelah kesadaran pasien pulih, serta efek

anastesi hilang. Kemudian, pasien diberi penjelasan tentang

pengertian,fungsi dan cara melakukan teknik relaksasi benson. Sebelum

melakukan Relaksasi Benson, tawarkan terlebih dahulu tentang kata-kata

atau ungkapan bermakna apa yang akan digunakan oleh pasien dalam

terapi relaksasi benson ini. Tentunya, ungkapan-ungkapan tersebut harus

sesuai dengan keyakinan yang dimiliki oleh pasien. Jika pasien tidak

memiliki ungkapan-ungkapan tersebut, maka perawat dapat memberikan

alternatif ungkapan yang biasa dilakukan dalam penelitian yang

menggunakan Relaksasi Benson sebagai intervensi dalam menurunkan

nyeri atau kecemasan pasien, seperti ungkapan Allah, astaghfirullahalazim,

satu ungkapan tersebut yang menurut keyakinan pasien dapat menurunkan

rasa nyeri (Benson, 2000 dalam (Solehati, T., Kosasih, 2015).

Adapun langkah-langkah dalam latihan Relaksasi Benson adalah

sebagai berikut (Benson & Proctor, 2000):

a. Langkah Pertama

1) Siapkan pasien, berikan informasi tentang Relaksasi Benson.

Mintalah persetujuan pasien untuk bersedia melakukan relaksasi

tersebut (inform consent).

2) Pilihlah salah satu kata atau ungkapan singkat yang

mencerminkan keyakinan pasien. Anjurkan pasien untuk memilih

kata atau ungkapan yang memiliki arti khusus bagi pasien

tersebut. Fungsi ungkapan ini dapat mengaktifkan keyakinan

pasien dan meningkatkan keinginan pasien untuk menggunakan

terapi tersebut.

3) Jangan memaksa pasien untuk menggunakan ungkapan-ungkapan

yang dipilih oleh perawat.

Page 21: BAB II TINJAUAN PUSTAKA A. Konsep Pembedahan 1. …repository.poltekkes-tjk.ac.id/1554/6/BAB II.pdf · 2021. 1. 4. · dihambat oleh mekanisme pertahanan di sepanjang sistem saraf

28

b. Langkah Kedua

1) Atur posisi senyaman mungkin. Mintalah pasien untuk

menunjukkan posisi mana yang ia inginkan untuk melakukan

terapi Relaksasi Benson.

2) Pengaturan posisi dapat dilakukan dengan cara duduk, berlutut,

ataupun tiduran, selama tidak megganggu pikiran pasien.

3) Pikiran pasien jangan sampai terganggu oleh apapun termasuk

karena adanya salah posisi atau posisi yang tidak nyaman yang

mengakibatkan pasien menjadi tidak focus pada intervensi yang

akan dilakukan.

c. Langkah Ketiga

1) Anjurkan dan bimbing pasien untuk memejamkan kedua mata

sewajarnya.

2) Anjurkan pasien untuk tidak menutup mata kuat-kuat.

3) Tindakan menutup mata dilakukan dengan wajar dan tidak

mengeluarkan banyak tenaga.

d. Langkah Keempat

Anjurkan pasien untuk melemasakan otot-ototnya:

1) Bimbing dan mulailah pasien untuk melemaskan otot-ototnya

mulai dari kaki, betis, paha, sampai dengan perut pasien.

2) Anjurkan pasien untuk mengendurkan semua kelompok otot pada

tubuh pasien.

3) Anjurkan pasien untuk melemaskan kepala, leher, pundak dengan

memutar kepala dan mengangkat pundak perlahan-lahan.

4) Untuk lengan dan tangan, anjurkan pasien untuk mengulurkan

kedua tangannya, kemudian mengendurkan otot-otot tangannya,

dan biarkan terkulai wajar dipangkuan.

5) Anjurkan pasien untuk tidak memegang lutut, kaki, atau

mengaitkan kedua tangannya dengan erat.

Page 22: BAB II TINJAUAN PUSTAKA A. Konsep Pembedahan 1. …repository.poltekkes-tjk.ac.id/1554/6/BAB II.pdf · 2021. 1. 4. · dihambat oleh mekanisme pertahanan di sepanjang sistem saraf

29

e. Langkah Kelima

Perhatikan napas dan mulailah menggunakan kata-kata atau

ungkapan focus yang berakar pada keyakinan pasien.

1) Anjurkan pasien untuk napas melalui hidung secara perlahan,

pusatkan kesadaran pasien pada pengembangan perut, tahanlah

napas sebentar sampai hitungan ketiga.

2) Setelah hitungan ketiga, keluarkan napas melalui mulut secara

perlahan-lahan (posisi mulut seperti sedang bersiul) sambil

mengucapkan ungkapan yang telah dipilih pasien dan diulang-

ulang dalam hati selama mengeluarkan napas tersebut.

f. Langkah Keenam

1) Anjurkan pasien untuk mempertahankan sikap positip. Sikap

positip marupakan aspek penting dalam membangkitkan

respons relaksasi. Anjurkan pasien untuk tetap berpikiran

tenang.

2) Saat melakukan relaksasi, kerapkali berbagai macam pikiran

datang mengganggu konsentrasi pasien. Oleh karna itu, anjurkan

pasien untuk tidak mempedulikannya dan bersikap pasif.

g. Langkah Ketujuh

Lanjutkan intervensi Relaksasi Benson untuk jangka waktu tertentu.

Terapi ini cukup dilakukan selama 10-15 menit saja. Tetapi jika

menginginkan waktu yang lebih lama, lakukan tidak lebih dari 20

menit.

h. Langkah Kedelapan

Lakukan terapi ini dengan frekuensi dua kali sehari sampai pasien

mengatakan tidak merasakan nyeri ataupun cemas lagi.

Page 23: BAB II TINJAUAN PUSTAKA A. Konsep Pembedahan 1. …repository.poltekkes-tjk.ac.id/1554/6/BAB II.pdf · 2021. 1. 4. · dihambat oleh mekanisme pertahanan di sepanjang sistem saraf

30

E. Penelitian Terkait

Afnijar Wahyu, mengenai Ektifitas Relaksasi Benson Terhadap

Penurunan Nyeri Paien Pasca Sectio Caesarea di RSUD Raja Ahmad Tabib

pada tahun 2018. Metode penelitian ini menggunakan metode kuantitatif

dengan desain Quasi Eksperimen One Grup Pre Test dan Post Test dengan

jumlah sampel 22 orang. Hasil penelitian menggunakan Analisis Wilcoxon

menunjukkan p value 0.000 p ≤0.05. Simpulan dari penelitian ini ada

pengaruh Relaksasi Benson terhadap penurunan rasa nyaman nyeri pasien

Pasca Section Caesarea di RSUD Raja Ahmad Thabib.

Laras Pratiwi, Yesi Hasneli, Juniar Ernawaty (2015) dengan judul

„‟Pengaruh Teknik Relaksasi Benson Dan Murottal Al-Qur‟an Terhadap

Tekanan Darah Penderita Hipertensi Primer‟‟. Dari 30 responden dengan

menggunakan teknik sampel purposive sampling yang tediri dari 2 kelompok

yaitu 15 responden kelompok perlakuan dan 15 responden kelompok control.

Hasil penelitian menunjukkan bahwa tekanan darah sistolik dan diastolik,

yang menunjukan bahwa Relaksasi Benson dan murottal Al-qur‟an

mempunyai efek terhadap tekanan darah. Ini dibuktikan dengan didapatkan

hasil p-value (0,000<0,01).

Mareta Ovy Yulia, Anita Istiningtyas , Ratih Dwi Lestari P.U (2016)

dengan judul „‟Pengaruh Kombinasi Teknik Relaksasi Benson Dan

Aromaterapi Lavender Terhadap Tekanan Darah Pada Pasien Hipertensi

Primer di RSUD Dr.Soedirman Mangun Sumarso Wonogiri‟‟. Desain

penelitian ini menggunakan pre eksperimental dengan pre and post test

without control. Populasi penelitian adalah pasien hipertensi primer di RSUD

dr. Soediran Mangun Suwarso Wonogiri. Dari 23 sampel responden dengan

teknik sample purposive sampling dengan menggunakan Uji Wilcoxon dan

Paired t-test. Hasil penelitian menunjukkan adanya penurunan tekanan darah

sistolik dan diastolik pada pasien hipertensi primer sebanyak 100%. Ini

dibuktikan dengan didapatkan hasil p-value (0,000<0,05). Artinya ada

perbedaan antara pre dan post dengan perlakuan Relaksasi Benson dan

Page 24: BAB II TINJAUAN PUSTAKA A. Konsep Pembedahan 1. …repository.poltekkes-tjk.ac.id/1554/6/BAB II.pdf · 2021. 1. 4. · dihambat oleh mekanisme pertahanan di sepanjang sistem saraf

31

aromaterapi terhadap tekanan darah pada pasien hipertensi primer pada

kelompok eksperimen.

F. Kerangka Teori

Kerangka teori adalah visualisasi yang biasanya dalam bentuk bagan, dari

kesimpulan hasil telaah pustaka yang menggambarkan hubungan-hubungan

(yang secara teoritis dapat terjadi) antara variabel satu dengan variabel

lainnya berdasarkan telaah pustaka yang dilakukan (Notoatmojo, 2010).

Berdasarkan tinjauan pustaka yang ada maka dapat dibuat kerangka teori

sebagai berikut :

Gambar 2.5 : Kerangka Teori

Sumber : (Andarmoyo, 2013 dan Potter & Perry, 2006)

Page 25: BAB II TINJAUAN PUSTAKA A. Konsep Pembedahan 1. …repository.poltekkes-tjk.ac.id/1554/6/BAB II.pdf · 2021. 1. 4. · dihambat oleh mekanisme pertahanan di sepanjang sistem saraf

32

G. Kerangka Konsep

Kerangka konsep adalah suatu uraian dan visualisasi hubungan atau

kaitan antara konsep satu terhadap konsep yang lainnya atau antara variabel

yang satu dengan variabel yang lain dari maslah yang ingin diteliti,

(Notoatmodjo, 2010). Berdasarkan konsep diatas, maka penulis membuat

kerangka konsep sebagai berikut :

Gambar 2.6 : Kerangka Konsep Penelitian

H. Hipotesis

Hipotesis merupakan jawaban sementara penelitian, patokan duga, atau

dalil sementara, yang kebenarannya akan dibuktikan dalam penelitian tersebut

(Notoatmojo, 2010).

Ha :Ada pengaruh pemberian Relaksasi Benson terhadap penurunan

intensitas nyeri pada pasien post operasi.