BAB II TINJAUAN PUSTAKA A....

26
BAB II TINJAUAN PUSTAKA A. Hipertensi 1. Pengertian Hipertensi atau penyakit tekanan darah tinggi adalah suatu gangguan pada pembuluh darah yang menyebabkan suplai oksigen dan nutrisi yang dibawa oleh darah terhambat sampai ke jaringan tubuh yang membutuhkannya (Vitahealth, 2004). Hipertensi yang diderita seseorang erat kaitannya dengan tekanan darah sistolik dan diastolik atau keduanya secara terus menerus. Tekanan darah sistolik berkaitan dengan tingginya tekanan arteri saat jantung berkontraksi, sedangkan tekanan darah diastolik berkaitan dengan tekanan arteri saat jantung relaksasi diantara dua denyut jantung. Dari hasil pengukuran tekanan sistolik memiliki nilai yang lebih besar dari tekanan diastolik (J.Corwin, 2005). Hipertensi adalah tekanan darah sistolik di atas 140 mmHg dan tekanan darah diastolik di atas 90 mmHg (Adek Wibowo, 2011). Hipertensi dapat diartikan sebagai tekanan darah persisten dimana tekanan darahnya diatas 140/90 mmHg. Pada lanjut usia hipertensi didefinisikan sebagai tekanan sistoliknya 160 mmHg dan tekanan diastoliknya 90 mmHg (Smeltzer&Bare, 2002). Hipertensi merupakan peningkatan tekanan darah yang memberi gejala komplikasi berlanjut pada suatu target organ tubuh sehingga timbul kerusakan lebih berat yaitu stroke (terjadi pada otak dan berdampak pada kematian yang tinggi), penyakit jantung koroner (terjadi pada kerusakan pembuluh darah jantung) serta penyempitan ventrikel kiri / bilik kiri (terjadi pada otot jantung) (Erlyna Nur Syahrini, 2012). 9

Transcript of BAB II TINJAUAN PUSTAKA A....

Page 1: BAB II TINJAUAN PUSTAKA A. Hipertensidigilib.unimus.ac.id/files//disk1/146/jtptunimus-gdl...Klasifikasi hipertensi menurut JNC terdapat pada tabel 2.1 11 Tabel 2.1 Klasifikasi tekanan

9

BAB II

TINJAUAN PUSTAKA

A. Hipertensi

1. Pengertian

Hipertensi atau penyakit tekanan darah tinggi adalah suatu gangguan

pada pembuluh darah yang menyebabkan suplai oksigen dan nutrisi yang

dibawa oleh darah terhambat sampai ke jaringan tubuh yang

membutuhkannya (Vitahealth, 2004).

Hipertensi yang diderita seseorang erat kaitannya dengan tekanan

darah sistolik dan diastolik atau keduanya secara terus menerus. Tekanan

darah sistolik berkaitan dengan tingginya tekanan arteri saat jantung

berkontraksi, sedangkan tekanan darah diastolik berkaitan dengan tekanan

arteri saat jantung relaksasi diantara dua denyut jantung. Dari hasil

pengukuran tekanan sistolik memiliki nilai yang lebih besar dari tekanan

diastolik (J.Corwin, 2005).

Hipertensi adalah tekanan darah sistolik di atas 140 mmHg dan

tekanan darah diastolik di atas 90 mmHg (Adek Wibowo, 2011). Hipertensi

dapat diartikan sebagai tekanan darah persisten dimana tekanan darahnya

diatas 140/90 mmHg. Pada lanjut usia hipertensi didefinisikan sebagai

tekanan sistoliknya 160 mmHg dan tekanan diastoliknya 90 mmHg

(Smeltzer&Bare, 2002).

Hipertensi merupakan peningkatan tekanan darah yang memberi

gejala komplikasi berlanjut pada suatu target organ tubuh sehingga timbul

kerusakan lebih berat yaitu stroke (terjadi pada otak dan berdampak pada

kematian yang tinggi), penyakit jantung koroner (terjadi pada kerusakan

pembuluh darah jantung) serta penyempitan ventrikel kiri / bilik kiri (terjadi

pada otot jantung) (Erlyna Nur Syahrini, 2012).

9

Page 2: BAB II TINJAUAN PUSTAKA A. Hipertensidigilib.unimus.ac.id/files//disk1/146/jtptunimus-gdl...Klasifikasi hipertensi menurut JNC terdapat pada tabel 2.1 11 Tabel 2.1 Klasifikasi tekanan

10

2. Klasifikasi

Sampai saat ini penyebab hipertensi banyak yang belum diketahui tetapi

secara umum penyebab hipertensi dibedakan menjadi dua (Julianti, 2005).

a. Hipertensi Primer (esensial)

Hipertensi ini tidak diketahui penyebabnya atau idiopatik. Faktor yang

mempengaruhi hipertensi ini adalah keturunan (genetik), hiperaktivitas

susunan saraf simpatis, sistem rennin-angiotensin, defek dalam ekstraksi

natrium (Na), peningkatan Na dan kalsium (Ca) intraseluler, dan faktor

gaya hidup (kebiasaan makan, konsumsi alkohol dan rokok). Hipertensi

jenis ini lebih banyak prevalensinya.

b. Hipertensi Sekunder (renal)

Penyebab spesifik hipertensi ini diketahui. Diantaranya, yaitu penggunaan

estrogen, penyakit ginjal, kelebihan berat badan, kelebihan kolesterol, dan

hipertensi yang berhubungan dengan kehamilan.

Klasifikasi hipertensi berdasarkan hasil ukur tekanan darah menurut Joint

National Committee on Detection, Evaluation and Treatment of High Blood

Preassure (JNC) dalam Smeltzer & Bare (2002) yaitu < 130 mmHg untuk

tekanan darah sistolik dan < 85 mmHg untuk tekanan darah diastolik.

Klasifikasi hipertensi menurut JNC terdapat pada tabel 2.1

Page 3: BAB II TINJAUAN PUSTAKA A. Hipertensidigilib.unimus.ac.id/files//disk1/146/jtptunimus-gdl...Klasifikasi hipertensi menurut JNC terdapat pada tabel 2.1 11 Tabel 2.1 Klasifikasi tekanan

11

Tabel 2.1

Klasifikasi tekanan darah orang dewasa berusia diatas 18 tahun tidak sedang memakai

obat antihipertensi dan tidak sedang sakit akut.

Kategori Tekanan darah sistolik Tekanan darah diastolik

Normal < 130 mmHg < 85 mmHg

Normal tinggi 130-139 mmHg 85-89 mmHg

Stadium 1

(hipertensi ringan)

140-159 mmHg 90-99 mmHg

Stadium 2

(hipertensi sedang)

160-179 mmHg 100-109 mmHg

Stadium 3

(hipertensi berat)

180-209 mmHg 110-119 mmHg

Stadium 4

(hipertensi maligna / sangat berat)

210 mmHg atau lebih 120 mmHg atau lebih

Menurut (Potter&Perry, 2005), hipertensi sistolik adalah tekanan sistolik

mencapai 140 mmHg atau lebih sedangkan tekanan diastolik mencapai 90

mmHg atau lebih. Oleh karena itu, hipertensi dapat dikategorikan

berdasarkan MAP (Mean Arterial Pressure). MAP adalah tekanan darah

antara sistolik dan diastolik, karena diastolik berlangsung lebih lama daripada

sistolik maka MAP setara dengan 40 % tekanan sistolik ditambah 60 %

tekanan diastolik (Woods, Froelicher, Motzer, & Bridges, 2009). Adapun

rumus MAP adalah tekanan darah sistolik ditambah dua kali tekanan darah

diastolik dibagi 3. Rentang normal MAP adalah 70 mmHg - 99 mmHg.

Kategori hipertensi berdasarkan nilai MAP terdapat pada tabel 2.2.

Page 4: BAB II TINJAUAN PUSTAKA A. Hipertensidigilib.unimus.ac.id/files//disk1/146/jtptunimus-gdl...Klasifikasi hipertensi menurut JNC terdapat pada tabel 2.1 11 Tabel 2.1 Klasifikasi tekanan

12

Tabel 2.2

Klasifikasi tekanan darah orang dewasa berusia diatas 18 tahun berdasarkan nilai

Mean Arterial Pressure.

Kategori Nilai MAP

Normal 70 - 99 mmHg

Normal tinggi 100 - 105 mmHg

Stadium 1 (hipertensi ringan) 106 - 119 mmHg

Stadium 2 (hipertensi sedang) 120 - 132 mmHg

Stadium 3 (hipertensi berat) 133 - 149 mmHg

Stadium 4 (hipertensi maligna / sangat berat) 150 mmHg atau lebih

3. Komplikasi

a. Stroke

Stroke dapat terjadi akibat perdarahan tekanan darah tinggi di otak,

atau akibat embolus yang terlepas dari pembuluh selain otak yang

terpajan tekanan tinggi. Stroke dapat menjadi kronis apabila arteri yang

mengalirkan darah ke otak mengalami hipertrofi dan penebalan, sehingga

pemasukan darah ke otak berkurang. Arteri otak yang mengalami

aterosklerosis dapat melemah sehingga meningkatkan kemungkinan

terbentuknya aneurisma (J.Corwin, 2008).

Serangan stroke berawal saat bagian tertentu di otak mengalami

kerusakan akibat jumlah pemasukan darah sangat kurang atau bahkan

tidak ada sama sekali. Kerusakan pembuluh darah tidak terjadi seketika,

melainkan sudah terbentuk sejak lama. Hipertensi menyebabkan

pemasukan darah yang membawa oksigen dan nutrisi secara terus

menerus terhambat, akibatnya terjadi penggumpalan darah pada saluran

arteri yang lama-kelamaan menghalangi aliran darah menuju ke otak

sehingga menimbulkan kematian jaringan (Utami P. , 2009). Area yang

Page 5: BAB II TINJAUAN PUSTAKA A. Hipertensidigilib.unimus.ac.id/files//disk1/146/jtptunimus-gdl...Klasifikasi hipertensi menurut JNC terdapat pada tabel 2.1 11 Tabel 2.1 Klasifikasi tekanan

13

mengalami nekrosis atau kematian jaringan disebut infark (Batticaca,

2008).

Gangguan peredaran darah otak akan menimbulkan gangguan pada

metabolisme sel – sel neuron, sel tersebut tidak mampu menyimpan

glikogen sehingga kebutuhan metabolisme tergantung dari glukosa dan

oksigen yang terdapat pada arteri-arteri yang menuju ke otak (Batticaca,

2008).

Nekrosis dapat menyebabkan hilangnya fungsi yang dikendalikan oleh

jaringan otak. Apabila tidak ditangani secara tepat, penyakit ini dapat

berakibat fatal dan berujung kematian. Meskipun dapat diselamatkan,

kadang-kadang penderita mengalami kelumpuhan pada anggota

badannya, menghilangkan sebagian ingatan, atau hilangnya kemampuan

berbicara. Bentuknya dapat berupa lumpuh sebelah (hemiplegia),

berkurangnya kekuatan sebelah anggota tubuh (hemiparesis), gangguan

bicara, serta gangguan rasa (sensasi) di kulit wajah, lengan dan tungkai

(Utami P. , 2009).

Stroke jenis perdarahan terjadi karena pecahnya pembuluh darah di

otak. Hal ini sangat terkait dengan fluktuasi tekanan darah. Umumnya,

stroke perdarahan terjadi pada saat tekanan darah seseorang tinggi.

Gesekan dari darah yang mengalir pada penderita hipertensi kronik bisa

menyebabkan kerusakan dinding pembuluh darah dalam sehingga

pembuluh darah melemah. Pada saat tekanan darah naik, pembuluh darah

tersebut menjadi pecah (Mahendra, 2004).

b. Infark Miokardium

Infark miokardium terjadi apabila arteri koroner yang aterosklerosis

tidak dapat menyuplai darah yang cukup oksigen dan nutrisi ke

miokardium atau apabila terbentuk thrombus yang menghambat aliran

darah melalui arteri koroner. Hal ini menyebabkan kebutuhan oksigen

Page 6: BAB II TINJAUAN PUSTAKA A. Hipertensidigilib.unimus.ac.id/files//disk1/146/jtptunimus-gdl...Klasifikasi hipertensi menurut JNC terdapat pada tabel 2.1 11 Tabel 2.1 Klasifikasi tekanan

14

miokardium tidak dapat terpenuhi dan dapat terjadi iskemia jantung yang

mengakibatkan infark. Hipertrofi ventrikel dapat menimbulkan

perubahan-perubahan waktu hantaran listrik melintasi ventrikel sehingga

terjadi disritmia, hipoksia jantung dan peningkatan pembentukan

pembekuan darah (J. Corwin, 2000).

c. Gangguan dan Kerusakan Jantung

Akibat tekanan darah yang tinggi, jantung harus memompa darah dengan

tenaga ekstra keras. Otot jantung semakin menebal dan lemah sehingga

kehabisan energy untuk memompa lagi. Jika terjadi penyumbatan

pembuluh akibat aterosklerosis, gejalanya yaitu pembengkakan pada

pergelangan kaki (swollen ankles), peningkatan berat badan, dan napas

yang tersengal-sengal (Julianti, 2005).

d. Gagal Ginjal

Gagal ginjal adalah keadaan dimana ginjal tidak dapat berfungsi

sebagaimana mestinya. Ada dua jenis kelainan pada ginjal akibat

hipertensi, yaitu nefrosklerosis benigna dan nefrosklerosis maligna.

Nefrosklerosis benigna terjadi pada hipertensi yang berlangsung lama

sehingga terjadi pengendapan fraksi-fraksi plasma pada pembuluh darah

akibat proses menua. Hal ini akan menyebabkan daya permeabilitas

dinding pembuluh darah berkurang. Sedangkan nefrosklerosis maligna

merupakan kelainan ginjal yang ditandai dengan naiknya tekanan diastole

di atas 130 mmHg yang disebabkan terganggunya fungsi ginjal (Setiawan

Dalimartha, 2008).

e. Ensefalopati

Ensefalopati dapat terjadi terutama pada hipertensi maligna (hipertensi

yang meningkat cepat). Tekanan yang sangat tinggi pada kelainan ini

Page 7: BAB II TINJAUAN PUSTAKA A. Hipertensidigilib.unimus.ac.id/files//disk1/146/jtptunimus-gdl...Klasifikasi hipertensi menurut JNC terdapat pada tabel 2.1 11 Tabel 2.1 Klasifikasi tekanan

15

dapat menyebabkan peningkatan tekanan kapiler dan mendorong cairan

kedalam ruang interstitium di seluruh susunan saraf pusat. Neuron-neuron

disekitarnya kolaps dan terjadi koma serta kematian (J. Corwin, 2000).

B. Stroke

1. Pengertian

Stroke adalah kehilangan fungsi otak yang disebabkan oleh

terhentinya suplai darah kebagian otak (Smeltzer&Bare, 2001). Stroke

merupakan sebagian sel-sel otak mengalami kematian akibat gangguan aliran

darah karena sumbatan atau pecahnya pembuluh darah di otak. Aliran darah

yang terhenti membuat suplai oksigen dan zat makanan ke otak juga terhenti,

sehingga sebagian otak tidak dapat berfungsi sebagaimana mestinya (Utami

P. , 2009).

Stroke adalah sindrom yang terdiri dari tanda dan gejala hilangnya

fungsi sistem saraf pusat fokal (atau global) yang berkembang cepat (dalam

detik atau menit). Gejala-gejala ini berlangsung lebih dari 24 jam atau

menyebabkan kematian (Ginsberg, 2008).

2. Stroke Hemoragik

Merupakan perdarahan serebri dan mungkin perdarahan subarachnoid,

disebabkan oleh pecahnya pembuluh darah otak. Biasanya kejadiannya saat

melakukan aktivitas atau saat aktif, namun bisa juga terjadi saat istirahat.

Kesadaran klien umumnya menurun. Stroke hemoragik adalah disfungsi

neurologis fokal yang akut dan disebabkan oleh perdarahan primer substansi

otak yang terjadi secara spontan yaitu karena pecahnya pembuluh arteri,

vena, dan kapiler (Muttaqin, 2008). Stroke hemoragik terjadi apabila

pembuluh darah di otak pecah hingga menyebabkan iskemia (penurunan

aliran) dan hipoksia. Penyebab stroke hemoragik adalah hipertensi, pecahnya

pembuluh darah. Hemoragi dalam otak secara signifikan meningkatkan

Page 8: BAB II TINJAUAN PUSTAKA A. Hipertensidigilib.unimus.ac.id/files//disk1/146/jtptunimus-gdl...Klasifikasi hipertensi menurut JNC terdapat pada tabel 2.1 11 Tabel 2.1 Klasifikasi tekanan

16

tekanan intrakranial, yang memperburuk cedera otak yang dihasilkannya

(J.Corwin, 2009).

Stroke hemoragik dibagi dua berdasarkan lokasi serangan otak yaitu :

1) Stroke Hemoragik Intraserebral

Pada kasus ini, sebagian besar orang yang mengalaminya bisa

menderita lumpuh dan susah diobati. Stroke perdarahan ini terjadi di

dalam otak, biasanya mengenai basal ganglia, otak kecil, batang otak,

dan otak besar. Jika yang terkena di daerah thalamus, penderitanya sulit

dapat ditolong meskipun dilakukan tindakan operatif untuk

mengevakuasi perdarahannya (Sutrisno, 2007).

2) Stroke Hemoragik Subarakhnoid (PSA)

Perdarahan subarachnoid adalah salah satu kedaruratan neurologis yang

disebabkan oleh pecahnya pembuluh darah di ruang subarachnoid

(ruang sempit antara permukaan otak dan lapisan jaringan yang

menutupi otak) (Utami, 2009). Penyebab paling sering perdarahan

subarachnoid adalah aneurisma serebral. Resiko pecahnya aneurisma

tergantung pada lokasi, ukuran, dan ketebalan dinding aneurisma

(Setyopranoto, 2012).

3. Faktor Resiko Stroke

Faktor resiko penyebab stroke dapat digolongkan menjadi dua, yaitu faktor

resiko yang tidak dapat dikendalikan dan faktor resiko yang dapat

dikendalikan. Dengan mengenali faktor resiko, maka dapat mencegah

terjadinya stroke.

Page 9: BAB II TINJAUAN PUSTAKA A. Hipertensidigilib.unimus.ac.id/files//disk1/146/jtptunimus-gdl...Klasifikasi hipertensi menurut JNC terdapat pada tabel 2.1 11 Tabel 2.1 Klasifikasi tekanan

17

a. Faktor resiko yang tidak dapat dikendalikan

1) Usia

Resiko stroke meningkat seiring pertambahan usia. Setelah berusia 50

tahun, resiko stroke meningkat dua kali setiap kurun waktu sepuluh

tahun. Namun, bukan berarti stroke hanya terjadi pada orang lanjut

usia karena stroke dapat menyerang usia muda (Utami, 2009).

2) Jenis Kelamin

Pria lebih beresiko terkena stroke daripada perempuan, namun

penelitian menyimpulkan bahwa justru lebih banyak perempuan yang

meninggal karena stroke. Resiko stroke 20% lebih tinggi pada pria

daripada perempuan. Namun setelah seorang perempuan menginjak

usia 55 tahun saat kadar estrogen menurun karena menopause

resikonya lebih tinggi dibanding pria (Agromedia, 2009).

3) Garis keturunan atau riwayat keluarga

Faktor genetik di dalam keluarga juga merupakan faktor resiko stroke.

Beberapa penyakit seperti diabetes mellitus dan hipertensi diketahui

dapat diturunkan secara genetic dari seseorang kepada keturunannya.

Dua penyakit tersebut merupakan faktor resiko stropke yang masih

dapat dikontrol dengan pengobatan yang teratur dan menerapkan pola

hidup sehat (Wahyu, 2009).

b. Faktor resiko yang dapat dikendalikan

1) Hipertensi

Hipertensi merupakan faktor resiko stroke. Hipertensi meningkatkan

resiko stroke 2-4 kali lipat tanpa tergantung pada faktor resiko

lainnya. Hipertensi kronis dan tidak terkendali akan memacu

kekakuan dinding pembuluh darah kecil yang dikenal dengan

Page 10: BAB II TINJAUAN PUSTAKA A. Hipertensidigilib.unimus.ac.id/files//disk1/146/jtptunimus-gdl...Klasifikasi hipertensi menurut JNC terdapat pada tabel 2.1 11 Tabel 2.1 Klasifikasi tekanan

18

mikroangiopati. Hipertensi juga akan memacu munculnya timbunan

plak (aterosklerosis) pada pembuluh darah besar. Timbunan plak akan

menyempitkan diameter pembuluh darah. Plak yang tidak stabil akan

mudah rupture/pecah dan terlepas. Plak yang terlepas mengakibatkan

tersumbatnya pembuluh darah otak yang lebih kecil sehingga aliran

darah tidak lancar. Bila ini terjadi timbulnya gejala stroke (Pinzon,

2010)

2) Konsumsi minuman beralkohol

Sekitar 5 – 20% kasus hipertensi disebabkan oleh alkohol. Penelitian

menyebutkan bahwa resiko hipertensi meningkat dua kali lipat jika

mengkonsumsi alkohol tiga gelas atau lebih (Sutomo, 2008).

3) Kurang gerak atau malas berolahraga

Jika seseorang kurang gerak, frekuensi denyut jantung menjadi lebih

tinggi sehingga memaksa jantung bekerja lebih keras setiap kontraksi.

Efeknya adalah meningkatkan resiko hipertensi, rendahnya kadar

HDL (kolesterol baik) dan diabetes. Berolahraga rutin 30-40 menit

per hari dapat mengurangi resiko tersebut (Sutomo, 2008).

C. Pelaksanaan Pencegahan Stroke atau Pengendalian Hipertensi

1. Pemenuhan Diit Hipertensi

a. Diit rendah natrium

Konsumsi natrium yang berlebih menyebabkan tubuh meretensi cairan

yang dapat meningkatkan volume darah. Asupan natrium yang berlebih

dapat mengecilkan diameter pembuluh darah arteri, menyebabkan jantung

harus memompa keras untuk mendorong volume darah melalui ruang

yang makin sempit, sehingga tekanan darah menjadi naik akibatnya

terjadi hipertensi (Rista Emiria Afrida Apriany, 2012). Karena itu

Page 11: BAB II TINJAUAN PUSTAKA A. Hipertensidigilib.unimus.ac.id/files//disk1/146/jtptunimus-gdl...Klasifikasi hipertensi menurut JNC terdapat pada tabel 2.1 11 Tabel 2.1 Klasifikasi tekanan

19

disarankan untuk mengurangi konsumsi natrium/sodium. Sumber

natrium/sodium yang utama adalah natrium klorida (garam dapur),

penyedap masakan monosodium glutamate (MSG), dan sodium karbonat

(soda kue), natrium benzoat untuk mengawetkan makanan, natrium

bosulfit untuk mengawetkan daging, natrium sitrat pada minuman.

Konsumsi garam dapur (mengandung iodium) yang dianjurkan tidak

lebih dari 6 gram per hari, setara dengan satu sendok teh (Anggraini,

Waren, Situmorang, Asputra, & Siahaan, 2009)

Macam diet dan indikasi pemberian (Almatsier, 2006):

1) Diit Garam Rendah I (200-400 mg Na), diberikan pada penderita

hipertensi berat dengan tekanan darah sistolik 180-209 mmHg dan

tekanan darah diastolik 110-119 mmHg (Smeltzer&Bare, 2002).

Pada pengolahan makanannya tidak ditambahkan garam dapur.

Dihindari bahan makanan yang yang tinggi kadar natriumnya.

2) Diit Garam Rendah II (600-800 mg Na), diberikan pada penderita

hipertensi sedang dengan tekanan darah sistolik 160-179 mmHg dan

tekanan darah diastolik 100-109 mmHg (Smeltzer&Bare, 2002) .

Pada pengolahan makanannya boleh menggunakan 1/2 sdt garam

dapur (2g). Dihindari bahan makanan yang tinggi kadar natriumnya.

3) Diit Garam Rendah III (1000-1200 mg Na), diberikan pada penderita

hipertensi ringan dengan tekanan darah sistolik 140-159 mmHg dan

tekanan darah diastolic 90-99 mmHg. Pada pengolahan makanannya

boleh menggunakan 1 sdt (4g) garam dapur.

Makanan yang mengandung natrium tinggi yaitu sebagai berikut :

1) Sumber karbohidrat dari roti, biskuit, serta kue-kue yang dimasak

dengan garam dapur dan /atau baking powder, dan soda.

2) Sumber protein hewani dari otak, ginjal, lidah, sarden, daging, ikan,

susu, dan telur yang diawetkan dengan garam dapur seperti daging

Page 12: BAB II TINJAUAN PUSTAKA A. Hipertensidigilib.unimus.ac.id/files//disk1/146/jtptunimus-gdl...Klasifikasi hipertensi menurut JNC terdapat pada tabel 2.1 11 Tabel 2.1 Klasifikasi tekanan

20

asap, abon, keju, ikan asin, ikan kaleng, dan telur asin. (Ramayulis,

2010)

b. Diit Rendah Kolesterol dan Lemak Terbatas

Kolesterol merupakan lemak seperti lilin dan berwarna kekuningan.

Kadar kolesterol dalam darah dipengaruhi oleh asupan makanan dan

sebagian besar hasil sistesa hati. Apabila jumlahnya normal, kolesterol

sebenarnya bermanfaat memperlancar metabolisme tubuh seperti bahan

pembentuk dinding sel, pembentukan hormon, pembungkus jaringan

saraf, garam empedu, membuat vitamin D, dan juga membantu

perkembangan otak pada anak-anak. Namun bila kadar kolesterol dalam

darah jumlahnya berlebihan, dapat membahayakan tubuh karena memicu

timbulnya penyakit (Sutomo, 2008).

Agar kolesterol tidak memicu timbulnya penyakit, kadarnya harus

dikendalikan yaitu dengan mengatur pola makan. Memperbanyak

konsumsi makanan rendah kolesterol, serta membatasi konsumsi lemak.

Caranya yaitu dengan meningkatkan asupan makanan nabati dan

mengganti lemak berbahaya dengan lemak sehat (Sutomo, 2008).

Ada dua jenis lemak dalam makanan, yaitu lemak jenuh dan lemak

tak jenuh. Lemak jenuh inilah yang menaikkan kadar kolesterol dan

trigliserida. Sebaliknya, lemak tak jenuh bermanfaat menurunkan kadar

kolesterol dalam darah. Sumber lemak jenuh banyak ditemukan pada

makanan hewani seperti daging sapi, kambing, babi, kerbau, keju, susu.

Lemak tak jenuh banyak terdapat pada makanan nabati seperti kacang-

kacangan dan biji-bijian. Tetapi beberapa bahan makanan nabati juga

mengandung lemak jenuh seperti kelapa dan hasil olahannya (Sutomo,

2008).

Pola makan rendah kolesterol dan lemak terbatas, dapat dilakukan

dengan meningkatkan asupan makanan nabati. Dengan demikian, asupan

Page 13: BAB II TINJAUAN PUSTAKA A. Hipertensidigilib.unimus.ac.id/files//disk1/146/jtptunimus-gdl...Klasifikasi hipertensi menurut JNC terdapat pada tabel 2.1 11 Tabel 2.1 Klasifikasi tekanan

21

protein nabati meningkat dapat menurunkan kadar kolesterol berlebihan.

Selain itu, apabila penderita hipertensi obesitas, kelebihan berat badannya

akan menurun. Penerapan diet rendah kolesterol dan lemak terbatas perlu

memperhatikan hal-hal berikut, menghindari mengkonsumsi bahan

makanan sumber lemak jenuh seperti kelapa dan produk olahannya

(minyak kelapa), lemak hewan, margarine, dan mentega, membatasi

konsumsi daging dan jerohan seperti hati, limpa, hati, ginjal, mengganti

susu penuh (full cream) dengan susu rendah lemak misalnya susu skim,

membatasi konsumsi kuning telur dalam seminggu konsumsi telur tidak

boleh lebih dari tiga kali, meningkatkan konsumsi tahu, tempe, dan jenis

kacang-kacangan lainnya, memperhatikan kombinasi makanan yang

dikonsumsi agar sesuai dengan kadar kolesterol darah (Sutomo, 2008).

Membatasi konsumsi lemak dilakukan agar kadar kolesterol dalam

darah tidak terlalu tinggi. Kadar kolesterol dalam darah yang tinggi dapat

mengakibatkan terjadinya endapan kolesterol pada dinding pembuluh

darah yang lama kelamaan akan menyumbat pembuluh nadi dan

mengganggu peredaran darah. Dengan demikian, akan memperberat kerja

jantung dan memperparah hipertensi (Ramayulis, 2010). Dianjurkan

untuk mengkonsumsi daging, ayam dan ikan maksimal 100 gram sehari

(Sutomo, 2008).

2. Aktivitas fisik cukup dan berolahraga secara teratur

Aktivitas fisik juga sangat berperan dalam menurunkan tekanan darah.

Aktivitas fisik (olahraga) dapat memperbaiki profil lemak darah, yaitu

menurunkan kadar total kolesterol, LDL dan trigliserida. Bahkan yang lebih

penting, olahraga dapat memperbaiki HDL. Takaran olahraga yang tepat

dapat menurunkan hipertensi, obesitas, serta diabetes mellitus. Hasil

penelitian dengan olahraga saja sama efektifnya dengan kombinasi antara

olahraga dan obat (Soeharto, 2004).

Page 14: BAB II TINJAUAN PUSTAKA A. Hipertensidigilib.unimus.ac.id/files//disk1/146/jtptunimus-gdl...Klasifikasi hipertensi menurut JNC terdapat pada tabel 2.1 11 Tabel 2.1 Klasifikasi tekanan

22

Orang yang banyak duduk dengan tekanan darah normal kemungkinan

untuk terkena tekanan darah tinggi 20-50% lebih besar dibandingkan dengan

orang yang beraktifitas fisik (Gowan, 2001). Kategori tingkat aktivitas fisik

berdasarkan pada jenis pekerjaan :

a. Tingkat aktifitas fisik ringan (sedentary lifestyle)

Orang-orang yang tidak banyak melakukan kegiatan fisik, tidak banyak

berjalan kaki dalam jarak jauh, menggunakan alat transportasi, tidak

berolahraga secara teratur dan lebih banyak menghabiskan aktifitas

kesehariannya dalam posisi duduk diam dan berdiri dengan sedikit

bergerak, misalnya staf dan karyawan kantor tanpa olahraga dan aktivitas

fisik yang tidak menguras tenaga.

b. Tingkat aktivitas fisik sedang

Orang yang tidak terlalu banyak menggunakan energi, tetapi lebih banyak

mengeluarkan energi bila dibandingkan dengan orang yang beraktivitas

ringan. Pada umumnya orang-orang tersebut melakukan suatu pekerjaan

berat namun dalam satu jangka waktu tertentu, misalnya kegiatan harian

yang dilakukan selama satu jam (langsung atau bertahap dalam hari yang

sama), bekerja harus naik turun tangga, olahraga ringan, dan pekerjaan

rumah tangga.

c. Tingkat aktivitas fisik berat

Bila orang tersebut dalam kesehariannya melakukan aktivitas yang

mengeluarkan banyak energi seperti menari, berenang, bekerja sebagai

buruh tani yang melakukan pekerjaan mencangkul, berjalan kaki dalam

jarak yang jauh dengan beban berat, pekerjaan lapangan dan pekerjaan

kuli bangunan. (FAO, 2001).

Olahraga teratur yang tidak terlalu berat, penderita hipertensi tidak

perlu membatasi aktivitasnya selama tekanan darahnya terkendali. Selain

meningkatkan perasaan sehat dan kemampuan untuk mengatasi stress,

keuntungan latihan aerobik yang teratur adalah meningkatnya kadar HDL-C,

Page 15: BAB II TINJAUAN PUSTAKA A. Hipertensidigilib.unimus.ac.id/files//disk1/146/jtptunimus-gdl...Klasifikasi hipertensi menurut JNC terdapat pada tabel 2.1 11 Tabel 2.1 Klasifikasi tekanan

23

menurunnya kadar LDL-C, menurunnya tekanan darah, berkurangnya

obesitas, berkurangnya frekuensi denyut jantung saat istirahat dan

menurunnya resistensi insulin (Sylvia A. Price dan Wilson, 2005)

Menurut penelitian, olahraga secara teratur dapat mengurangi atau

menghilangkan endapan kolesterol pada pembuluh darah. Olahraga yang

dimaksud adalah latihan aerobik menggerakkan semua nadi dan otot tubuh

seperti gerak jalan/jalan kaki, senam, jogging, berenang, naik sepeda. Tidak

dianjurkan melakukan olahraga yang menegangkan (Bustan, 2007).

Latihan aerobic yang dilakukan agar dapat berpengaruh terhadap

efisiensi kerja jantung, sebaiknya latihan berada pada intensitas sedang atau

denyut jantung 150 – 170 per menit. Jenis olahraga yang efektif menurunkan

tekanan darah adalah olahraga aerobic dengan intensitas sedang. Salah satu

contohnya, jalan kaki cepat. Frekuensi latihan 3 – 5 kali seminggu, dengan

lama latihan 20 – 60 menit sekali latihan. Latihan olahraga bisa menurunkan

tekanan darah karena latihan itu dapat merilekskan pembuluh – pembuluh

darah, sehingga tekanan darah menurun. Sama halnya dengan melebarnya

pipa air akan menurunkan tekanan air. Latihan olahraga juga dapat

menyebabkan aktivitas saraf, resptor hormone, dan produksi hormon –

hormone tertentu menurun. Bagi penderita hipertensi latihan olahraga tetap

cukup aman. Catatan khusus untuk penderita tekanan darah tinggi berat,

misalnya dengan tekanan darah sistolik lebih tinggi dari 180mmHg dan atau

tekanan diastoliknya lebih tinggi dari 110 mmHg, sebaiknya tetap

menggunakan obat-obatan penurun tekanan darah dari dokter sebelum

memulai program penurunan tekanan darah dengan latihan olahraga (Sutomo,

2008).

Kondisi penderita hipertensi secara medis berbeda dengan orang sehat.

Untuk itu, perlu olahraga yang juga dilakukan secara khusus. Latihannya

harus bertahap dan tidak boleh memaksakan diri. Contoh latihan yang bisa

diterapkan setiap hari adalah sebagai berikut :

Page 16: BAB II TINJAUAN PUSTAKA A. Hipertensidigilib.unimus.ac.id/files//disk1/146/jtptunimus-gdl...Klasifikasi hipertensi menurut JNC terdapat pada tabel 2.1 11 Tabel 2.1 Klasifikasi tekanan

24

a. Pemanasan :

1) Tekuk kepala ke samping, lalu tahan dengan tangan pada sisi yang

sama dengan arah kepala. Tahan dengan hitungan 8-10 lalu bergantian

dengan sisi lain.

2) Tautkan jari-jari kedua tangan dan angkat lurus ke atas kepala dengan

posisi kedua kaki dibuka selebar bahu. Tahan dengan 8-10 hitungan.

Rasakan tarikan bahu dan punggung.

b. Inti :

1) Lakukan gerakan seperti jalan ditempat dengan lambaian kedua tangan

searah dengan sisi kaki yang diangkat. Lakukan perlahan dan hindari

hentakan.

2) Buka kedua tangan dengan jemari mengepal dan kaki dibuka selebar

bahu. Kedua kepala tangan bertemu, dan ulangi gerakan semampunya

sambil mengatur napas.

3) Kedua tangan dibuka agar lebar lalu angkat tangan menyerong. Sisi

kaki yang searah dengan tangan sedikit ditekuk. Tangan diletakkan di

pinggang dan kepala searah dengan gerakan tangan. Tahan 8-10

hitungan laluganti dengan sisi yang lainnya.

4) Gerakan hampir sama dengan sebelumnya, tapi jari mengepal dan

jedua tangan diangkat ke atas. Lakukan secara perlahan dan

semampunya

5) Hampir sama dengan gerakan inti 1 tapi kaki dibuang ke samping.

Kedua tangan dengan tangan jemari mengepal kearah yang

berlawanan. Ulangi dengan sisi bergantian.

6) Kedua kaki dibuka lebih lebar dari bahu, satu lutut agak ditekuk dan

tangan yang searah lutut di pinggang. Tangan sisi yang lain lurus kea

rah lutut yang ditekuk. Ulangi gerakan kearah sebaliknya dan lakukan

semampunya

Page 17: BAB II TINJAUAN PUSTAKA A. Hipertensidigilib.unimus.ac.id/files//disk1/146/jtptunimus-gdl...Klasifikasi hipertensi menurut JNC terdapat pada tabel 2.1 11 Tabel 2.1 Klasifikasi tekanan

25

c. Pendinginan :

1) Kedua kaki dibuka selebar bahu, lingkarkan satu tangan ke leher dan

tahan dengan tangan lainnya. Hitungan 8-10 dan lakukan pada sisi

lainnya.

2) Posisi tetap, tautkan kedua tangan lalu gerakkan ke samping dengan

gerakan setengan putaran. Tahan 8-10 kali hitungan lalu arahkan

tangan ke sisi lainnya dan tahan dengan hitungan sama.

Olahraga terdiri dari tiga prinsip yaitu pemanasan, latihan inti dan

pendinginan. Gerakan pemanasan bertujuan untuk menyiapkan otot agar

meregang secara perlahan sehingga mencegah terjadinya cedera. Gerakan

pemanasan dilakukan dengan cara jalan ditempat, gerakkan kepala, bahu,

siku, tangan, kaki, lutut, dan pinggul. Setelah latihan inti, harus dilakukan

pendinginan dan melakukan gerakan- gerakan menarik napas dan buang napas

secara teratur. Setiap sesi latihan terdiri dari latihan pemanasan selama 5

sampai dengan 10 menit, latihan inti selama 20 sampai 60 menit dan

pendinginan selama 5-10 menit (Santoso, 2009).

3. Istirahat Tidur

Tidur merupakan suatu keadaan tidak sadar di mana persepsi dan

reaksi individu terhadap lingkungan menurun atau menghilang, dan dapat

dibangunkan kembalidengan indra atau rangsangan yang cukup (Asmadi,

2008). Tidur merupakan suatu proses perubahan kesadaran yang terjadi

berulang-ulang selama periode tertentu. Satu teori fungsi tidur adalah

berhubungan dengan penyembuhan. Teori lain tentang kegunaan tidur adalah

tubuh menyimpan energy selama tidur, otot skeletal berelaksasi secara

progresif, dan tidak adanya kontraksi otot menyimpan energy kimia untuk

proses selular. Penurunan laju metabolik basal lebih jauh menyimpan

persediaan energy tubuh (Potter&Perry, 2005).

Page 18: BAB II TINJAUAN PUSTAKA A. Hipertensidigilib.unimus.ac.id/files//disk1/146/jtptunimus-gdl...Klasifikasi hipertensi menurut JNC terdapat pada tabel 2.1 11 Tabel 2.1 Klasifikasi tekanan

26

Istirahat yang dilakukan seharusnya tidak berlebihan dan kekurangan.

Istirahat akan membuat tubuh kembali segar. Istirahat siang yang paling baik

dilakukan adalah selama 2 jam. Istirahat yang dilakukan secara berlebihan

tidak baik untuk kesehatan tubuh. Seseorang yang tidur kurang dari 5 jam

setiap malamnya memiliki resiko lebih tinggi 39% terkena penyakit jantung

dibandingkan dengan yang tidur 8 jam. Seseorang yang tidur kurang dari 6

jam memiliki resiko lebih tinggi 18% terkena sumbatan arteri dan orang yang

tidur 9 jam atau lebih diperkirakan memiliki resiko lebih tinggi 37% terkena

penyakit jantung (Novita Nining Widyaningsih, 2008).

Menurut (Anggraini, Waren, Situmorang, Asputra, & Siahaan, 2009),

klasifikasinya adalah :

a. Kurang < 6jam perhari

b. Sedang 6-8 jam perhari

c. Lebih > 8 jam perhari

Kebutuhan tidur pada dewasa awal (18 – 40 tahun) dalam sehari berkisar

antara 7 – 8 jam. Untuk dewasa tengah (40 – 60 tahun) selama 6 – 8 jam

perhari (Potter&Perry, 2005). Kebutuhan tidur pada usia lanjut/dewasa ahir

sangat penting. Sebagian besar lansia berisiko tinggi mengalami gangguan

tidur akibat beberapa faktor. Selama menua, terjadi perubahan fisik dan

mental yang diikuti dengan perubahan pola tidur yang berbeda dengan orang

yang lebih muda. Perubahan-perubahan itu mencakup kelatenan tidur,

terbangun pada dini hari, dan peningkatan jumlah tidur siang. Kurang tidur

berkepanjangan dan sering terjadi dapat mengganggu kesehatan fisik maupun

psikis. Kebutuhan tidur setiap orang berbeda-beda, usia lanjut membutuhkan

waktu tidur 6-7 jam per hari. Walaupun mereka menghabiskan lebih banyak

waktu di tempat tidur, tetapi usia lanjut sering mengeluh terbangun pada

malam hari, memiliki waktu tidur kurang total, mengambil lebih lama tidur,

dan mengambil tidur siang lebih banyak (Hidayat A. A., 2008).

Page 19: BAB II TINJAUAN PUSTAKA A. Hipertensidigilib.unimus.ac.id/files//disk1/146/jtptunimus-gdl...Klasifikasi hipertensi menurut JNC terdapat pada tabel 2.1 11 Tabel 2.1 Klasifikasi tekanan

27

4. Manajemen Stress

Hubungan antara stres dengan hipertensi diduga melalui aktivitas saraf

simpatis, yang dapat meningkatkan tekanan darah secara bertahap. Stres atau

ketegangan jiwa (rasa tertekan, murung, bingung, cemas, berdebar-debar,

rasa marah, dendam, rasa takut, rasa bersalah) dapat merangsang kelenjar

anak ginjal melepaskan hormon adrenalin dan memacu jantung berdenyut

lebih cepat serta lebih kuat, sehingga tekanan darah akan meningkat

(Mahendra, 2004). Penderita hipertensi yang mendapatkan penatalakasanaan

hipertensi ataupun tidak cenderung memiliki tekanan darah yang tinggi meski

ada kalanya tekanan darah mereka berada dalam batas normal. Kondisi ini

akan diperburuk dengan adanya peningkatan tekanan darah akibat stres, maka

tekanan darah akan menjadi semakin tinggi. Apabila kondisi ini berlangsung

terus menerus dalam kurun waktu yang lama tanpa ada penangganan yang

tepat maka tekanan darah yang tinggi tersebut akan sulit dikontrol. Tekanan

darah pada penderita hipertensi yang tidak terkontrol inilah, yang menjadi

penyebab utama terjadinya stroke (Hesty Titis Prasetyorini, 2012).

Stres dibagi menjadi tiga tingkatan. (Rasmun, 2004) :

a. Stres ringan

Stres yang tidak merusak aspek fisiologis dari seseorang. Stres ringan

umumnya dirasakan oleh setiap orang misalnya lupa, ketiduran, dikritik,

dan kemacetan. Stres ringan biasanya hanya terjadi dalam beberapa menit

atau beberapa jam. Situasi ini tidak akan menimbulkan penyakit kecuali

jika dihadapi terus menerus.

b. Stres sedang dan stres berat dapat memicu terjadinya penyakit. Stres

sedang terjadi lebih lama, dari beberapa jam hingga beberapa hari.

Contoh dari stresor yang dapat menimbulkan stres sedang adalah

kesepakatan yang belum selesai, beban kerja yang berlebihan,

mengharapkan pekerjaan baru, dan anggota keluarga yang pergi dalam

waktu yang lama.

Page 20: BAB II TINJAUAN PUSTAKA A. Hipertensidigilib.unimus.ac.id/files//disk1/146/jtptunimus-gdl...Klasifikasi hipertensi menurut JNC terdapat pada tabel 2.1 11 Tabel 2.1 Klasifikasi tekanan

28

c. Stres berat adalah stres kronis yang terjadi beberapa minggu sampai

beberapa tahun. Contoh dari stresor yang dapat menimbulkan stres berat

adalah hubungan suami istri yang tidak harmonis, kesulitan finansial, dan

penyakit fisik yang lama.

Mengelola stres membantu mengurangi tekanan darah. Namun,

langkah-langkah untuk mengatasi stres dapat berbeda untuk setiap orang.

Relaksasi dan manajemen stres diperlukan untuk penderita hipertensi agar

dapat mengendalikan tekanan darah seperti rileks/santai, berpikir positif,

rekreasi, istirahat yang cukup, tarik napas dalam secara teratur, bercerita

kepada orang lain akan masalah yang dialaminya (Gunarya, 2008). Selain itu

meditasi dengan mengontrol nafas dan visualisasi. Kombinasi tersebut

merupakan manajemen yang efektif untuk mengatasi stress (Marcella, 2012).

Mekanisme koping adaptif antara lain berbicara dengan orang lain,

memecahkan masalah dengan teknik relaksasi. Sedangkan mekaninme

koping maladaptive antara lain makan berlebihan atau bahkan tidak makan,

bekerja berlebihan (Smeltzer&Bare, 2002).

Relaksasi dan meditasi yaitu dimana peserta diminta untuk

merelaksasikan otot-otot, menggerakkan atau mengalirkan kesadaran ke

seluruh organ tubuh masing-masing dengan diiringi ingatan dan pujian

terhadap Tuhan. Sembari mendengarkan musik orkestra alami (Gunarya,

2008).

5. Pembatasan konsumsi rokok dan tidak mengkonsumsi alkohol.

Kebiasaan merokok juga harus dikurangi bahkan dihindari, karena

keadaan jantung dan paru-paru mereka yang merokok tidak akan dapat

bekerja secara efisien. Asap rokok mengandung nikotin yang memacu

pengeluaran zat-zat seperti adrenalin yang dapat merangsang denyutan

jantung dan tekanan darah. Merokok terus-menerus dalam jangka panjang

berpeluang besar untuk menimbulkan penyumbatan arteri dileher. Penelitian

Page 21: BAB II TINJAUAN PUSTAKA A. Hipertensidigilib.unimus.ac.id/files//disk1/146/jtptunimus-gdl...Klasifikasi hipertensi menurut JNC terdapat pada tabel 2.1 11 Tabel 2.1 Klasifikasi tekanan

29

Framingham Heart Study menemukan bahwa merokok menurunkan kadar

kolesterol baik (HDL). Penelitian lain menunjukkan mereka yang merokok

20 batang atau lebih per hari mengalami penurunan HDL sekitar 11% untuk

laki-laki dan 14% untuk perempuan dibandingkan mereka yang tidak

merokok (Soeharto, 2004).

Menurut (Bustan M. , 2000), merokok dimulai sejak umur < 10tahun

atau lebih dari 10 tahun. Semakin awal/berusia muda seseorang mulai

merokok, maka makin sulit untuk berhenti merokok. Rokok juga punya

doseresponse effect, artinya semakin muda usia merokok, akan semakin besar

pengaruhnya.

Merokok sebatang setiap hari akan meningkatkan tekanan sistolik 10-

25 mmHg dan menambah detak jantung 5-20 kali per menit. Semakin banyak

jumlah rokok yang dihisap semakin berpengaruh juga terhadap peningkatan

tekanan darah (Apriana Kurniati, 2012).

Seseorang dikatakan perokok dengan kategori :

a. Perokok ringan bila rokok yang dihisap kurang dari 10 batang/hari.

b. Perokok sedang bila rokok yang dihisap sebanyak 11-20 batang sehari

c. Perokok berat bila menghisap rokok lebih dari 21 batang/hari.

Untuk konsumsi rokok pecandu, mengurangi secara bertahap mulai

dari 5 batang rokok sampai memberhentikan total. Perokok pasif atau orang

yang tidak merokok tetapi berada di dekat orang yang merokok pun terkena

dampak negative dari asap rokok yang lebih bahaya dari perokon itu sendiri

(B.Cahyono, 2008).

Asap rokok bukan saja memberikan dampak buruk bagi perokok,

melainkan juga bagi orang lain yang menghisap asap rokok tersebut tanpa

dirinya sendiri merokok/terpapar asap rokok (perokok pasif). Demikian

keadaan yang terjadi pada orang yang terpaksa harus menghirup asap rokok

dari orang-orang sekelilingnya yang merokok. Menghirup asap rokok

walaupun bukan perokok dikenal dengan istilah perokok pasif. Menghirup

Page 22: BAB II TINJAUAN PUSTAKA A. Hipertensidigilib.unimus.ac.id/files//disk1/146/jtptunimus-gdl...Klasifikasi hipertensi menurut JNC terdapat pada tabel 2.1 11 Tabel 2.1 Klasifikasi tekanan

30

asap rokok orang lain lebih berbahaya dibandingkan menghisap rokok

sendiri. Bahkan bahaya yang harus ditanggung perokok pasif tiga kali lipat

dari bahaya perokok aktif. Para ilmuwan membuktikan bahwa zat-zat kimia

yang dikandung asap rokok dapat mempengaruhi kesehatan orang-orang

disekitar perokok yang tidak merokok. Dampak bahaya merokok tidak

langsung bisa dirasakan dalam jangka pendek tetapi terakumulasi beberapa

tahun kemudian, terasa setelah 10-20 tahun pasca digunakan. Dengan

demikian secara nyata dampak rokok berupa kejadian hipertensi akan muncul

kurang lebih setelah berusia lebih dari 40 tahun, sebab dipastikan setiap

perokok yang menginjak usia 40 tahun ke atas telah menghisap rokok lebih

dari 20 tahun. Jika merokok dimulai usia muda, berisiko mendapat serangan

jantung menjadi dua kali lebih sering dibanding tidak merokok. Serangan

sering terjadi sebelum usia 50 tahun (Depkes, 2008)

Konsumsi alkohol yang berlebihan dapat menyebabkan kematian

kardiovaskular. Tujuh penelitian kematian pecandu alkohol menunjukkan

bahwa konsumsi alkohol dalam jumlah besar diikuti dengan peningkatan

kematian penyakit jantung koroner. Penelitian pada lebih dari 700 pria yang

diotopsi dengan usia 30-69 tahun, terdapat aterosklerosis koroner yang luas

diantara sampel yang mengkonsumsi alkohol dalam 16 hari atau lebih setiap

bulannya daripada peminum sedang atau bukan peminum. (Sutomo, 2008).

Jika pada penderita hipertensi yang mempunyai riwayat candu alkohol

sebaiknya mengurangi minuman alkohol pada batas maksimal 1 gelas (pada

kadar 15% alcohol) sampai memberhentikannya mengkonsumsi (B.Cahyono,

2008)

Minuman beralkohol adalah semua jenis minuman beralkohol, tetapi

bukan obat, yang meliputi : minuman keras Golongan A, minuman keras

golongan B dan minuman keras golongan C.

a. Minuman beralkohol golongan A

Kadar ethanol dari 1% sampai 5%, antara lain :

Page 23: BAB II TINJAUAN PUSTAKA A. Hipertensidigilib.unimus.ac.id/files//disk1/146/jtptunimus-gdl...Klasifikasi hipertensi menurut JNC terdapat pada tabel 2.1 11 Tabel 2.1 Klasifikasi tekanan

31

1) Bintang baru bir isi 330 ml/botol

2) Champindo anggur buas isi 290 ml/botol

3) Green sand isi 296 ml/botol

4) San Miguel isi 1000 ml/botol

5) Jinro (Korean ginseng wine) isi 720 ml/botol

6) Tiger lager beer isi 64 ml/botol

7) Angker bir isi 330 ml/botol

8) Heineken bier isi 330 ml/botol

9) Wolf (giness foregn extra stout) isi 330 ml/botol

10) Baby breem isi 30 ml/botol

b. Minuman keras golongan B

Kadar ethanol lebih diri 5% sampai 20%, antara lain :

1) Anggur Malaga isi 350 cc/botol

2) Anggur koleson cap 39 isi 600/botol

3) Whisky (asoka pelican) isi 1000 cc/botol

4) Kucing anggur ketan isi 650 cc/botol

5) Lengkeng port intisari isi 750 cc/botol

6) 5 koleson (anggurvberas kencur) isi 650 cc/botol

7) Mahoni (anggur) isi 300 cc/botol

8) Malaga isi 650 cc/botol

9) Mc.Donald (arak kolesom) isi 650 ml/botol

10) Orang tua anggur 620 ml/botol

c. Minuman keras golongan C

Kadar ethanol 20% sampai 55%, antara lain :

1) Kuda mas (brendi) isi 620 cc/botol

2) Kuda pacu jenever isi 600 cc/botol

3) Mansion house (brandy) isi 650 ml/botol

4) Orang tua arak isi 620 ml/botol

5) Scoth brandy isi 620 cc/botol

Page 24: BAB II TINJAUAN PUSTAKA A. Hipertensidigilib.unimus.ac.id/files//disk1/146/jtptunimus-gdl...Klasifikasi hipertensi menurut JNC terdapat pada tabel 2.1 11 Tabel 2.1 Klasifikasi tekanan

32

6) Sea hors (brandy) isi 725 cc/botol

7) Steavenson (brandy) isi 600 ml/botol

8) T.K.W brandy isi 325 cc/botol

9) Wincarno anggur isi 640 cc/botol

Page 25: BAB II TINJAUAN PUSTAKA A. Hipertensidigilib.unimus.ac.id/files//disk1/146/jtptunimus-gdl...Klasifikasi hipertensi menurut JNC terdapat pada tabel 2.1 11 Tabel 2.1 Klasifikasi tekanan

33

D. Kerangka Teori

Skema 2.1

Kerangka Teori(Anggraini, Waren, Situmorang, Asputra, & Siahaan, 2009),

(Smeltzer & Bare, 2002), dan (Muttaqin, 2008)

Faktor resiko yang

tidak dapat diubah

Faktor resiko yang

dapat diubah

1. Usia

2. Jenis

kelamin

3. Genetik

1. Pola asupan natrium

yang berlebih

2. Konsumsi lemak

berlebih

3. Aktifitas fisik atau

olahraga

4. Kebiasaan merokok

Hipertensi

Pengendalian tekanan darah

Terkendali Tidak terkendali

stroke

1. Pemenuhan diit hipertensi

2. Olahraga secara teratur

3. Pengaturan aktivitas fisik

4. Pemenuhan istirahat tidur

5. Manajemen stress

6. Pembatasan konsumsi

merokok dan alkohol

1. Tidak mengontrol diit hipertensi

2. Malas berolahraga

3. Malas beraktivitas fisik

4. Pemenuhan istirahat tidur kurang

5. Tidak melakukan penatalaksanaan

stress

6. Mengkonsumsi rokok dan alkohol

yang berlebih

Page 26: BAB II TINJAUAN PUSTAKA A. Hipertensidigilib.unimus.ac.id/files//disk1/146/jtptunimus-gdl...Klasifikasi hipertensi menurut JNC terdapat pada tabel 2.1 11 Tabel 2.1 Klasifikasi tekanan

34

E. Variabel Penelitian

Variabel dalam penelitian ini adalah variabel tunggal yaitu pelaksanaan

pencegahan stroke pada penderita hipertensi.

F. Pertanyaan Penelitian

Pertanyaan dalam penelitian ini adalah bagaimanakah gambaran pelaksanaan

pencegahan stroke pada penderita hipertensi di RW II Kelurahan Sambiroto

Semarang..