BAB II TINJAUAN PUSTAKA A. Kecemasan Komunikasi …repository.ump.ac.id/8100/3/SITI FAOJIYAH BAB...

33
9 BAB II TINJAUAN PUSTAKA A. Kecemasan Komunikasi Interpersonal 1. Pengertian Kecemasan Kecemasan dalam bahasa Inggris dikenal dengan kata anxiety. Kata kecemasan pada Kamus Umum Bahasa Indonesia diartikan sebagai kekhawatiran, kegelisahan, ketakutan akan sesuatu yang akan terjadi. Menurut Reber & Emily (2010) dalam Kamus Psikologi tentang kecemasan atau anxiety yaitu kondisi emosi yang buram dan tidak menyenangkan disertai dengan ciri-ciri takut terhadap suatu hal, rasa gentar dan merasa tidak nyaman, kecemasan cenderung mengarah pada suatu hal yang tidak berobjek. Menurut Atkinson (disitasi dalam Muslimin, 2013), bahwa kecemasan adalah emosi yang tidak menyenangkan yang ditandai dengan istilah-istilah seperti “kekhawatiran”, “keprihatinan”, dan “rasa takut”, yang kadang-kadang dialami dalam tingkat yang berbeda. Kecemasan merupakan manifestasi apa yang dipikirkan seseorang. Pangastuti (2014) menyatakan bahwa seluruh suasana hati seseorang dibentuk oleh pikiran atau kognisi. Seseorang merasakan apa yang dikerjakan saat ini disebabkan pikiran yang dimilikinya sekarang. Ketika seseorang merasa tertekan, disebabkan pikiran-pikirannya didominasi oleh suatu negativitas yang menyebabkan semuanya seburuk yang dibayangkan. Hubungan Antara Kepercayaan..., Siti Faojiyah, Fakultas Psikologi UMP, 2018

Transcript of BAB II TINJAUAN PUSTAKA A. Kecemasan Komunikasi …repository.ump.ac.id/8100/3/SITI FAOJIYAH BAB...

9

BAB II

TINJAUAN PUSTAKA

A. Kecemasan Komunikasi Interpersonal

1. Pengertian Kecemasan

Kecemasan dalam bahasa Inggris dikenal dengan kata anxiety.

Kata kecemasan pada Kamus Umum Bahasa Indonesia diartikan sebagai

kekhawatiran, kegelisahan, ketakutan akan sesuatu yang akan terjadi.

Menurut Reber & Emily (2010) dalam Kamus Psikologi tentang

kecemasan atau anxiety yaitu kondisi emosi yang buram dan tidak

menyenangkan disertai dengan ciri-ciri takut terhadap suatu hal, rasa

gentar dan merasa tidak nyaman, kecemasan cenderung mengarah pada

suatu hal yang tidak berobjek.

Menurut Atkinson (disitasi dalam Muslimin, 2013), bahwa

kecemasan adalah emosi yang tidak menyenangkan yang ditandai dengan

istilah-istilah seperti “kekhawatiran”, “keprihatinan”, dan “rasa takut”,

yang kadang-kadang dialami dalam tingkat yang berbeda.

Kecemasan merupakan manifestasi apa yang dipikirkan seseorang.

Pangastuti (2014) menyatakan bahwa seluruh suasana hati seseorang

dibentuk oleh pikiran atau kognisi. Seseorang merasakan apa yang

dikerjakan saat ini disebabkan pikiran yang dimilikinya sekarang. Ketika

seseorang merasa tertekan, disebabkan pikiran-pikirannya didominasi oleh

suatu negativitas yang menyebabkan semuanya seburuk yang

dibayangkan.

Hubungan Antara Kepercayaan..., Siti Faojiyah, Fakultas Psikologi UMP, 2018

10

Ghufron menjelaskan (disitasi dalam Lestari, Wihastiti, & Rahayu,

2013), bahwa kecemasan merupakan pengalaman subjektif yang tidak

menyenangkan mengenai kekhawatiran atau ketegangan yang berupa

perasaan cemas, tegang, dan emosi yang dialami oleh seseorang. Pendapat

tersebut sejalan dengan pendapat Achmad (disitasi dalam Lestari,

Wihastiti, & Rahayu, 2013) yang mengatakan bahwa kecemasan biasanya

muncul karena adanya ancaman, hambatan terhadap keinginan, perasaan

tertekan pada diri manusia dan perasaan khawatir akan terjadi sesuatu yang

tidak menyenangkan.

Jadi dapat disimpulkan bahwa kecemasan adalah suatu kondisi

perasaan yang tidak nyaman akibat khawatiran dan rasa takut terhadap

suatu yang akan terjadi .

2. Pengertian Komuniasi Interpersonal

Menurut Muhibbudin (2015), komunikasi interpersonal adalah

komunikasi dengan menggunakan bahasa atau fikiran yang terjadi didalam

diri komunikator. Sedangkan menurut Mulyana (distasi dalam Amir &

Trianasari, 2013) komunikasi antarpribadi (interpersonal communication)

adalah komunikasi antara orang – orang secara tatap muka, yang

memungkinkan setiap pesertanya menangkap reaksi orang lain secara

langsung, baik verbal maupun nonverbal. Komunikasi interpersonal atau

komunikasi antarpribadi adalah proses pengiriman dan penerimaan pesan-

pesan antara dua orang atau sekelompok kecil orang-orang dengan

beberapa efek dan beberapa umpan balik seketika.

Hubungan Antara Kepercayaan..., Siti Faojiyah, Fakultas Psikologi UMP, 2018

11

Gunawan (2013) mengatakan bahwa komunikasi mempunyai dua

fungsi umum. Pertama, untuk kelangsungan hidup diri sendiri yang

meliputi: keselamatan fisik, meningkatkan kesadaran pribadi. Kedua,

untuk kelangsungan hidup masyarakat, tepatnya untuk memperbaiki

hubungan sosial dan mengembangkan keberadaan suatu masyaraka.

Komunikasi interpersonal adalah komunikasi antara orang-orang

secara tatap muka, yang memungkinkan setiap pesertanya menangkap

reaksi orang lain secara langsung, baik secara verbal ataupun nonverbal.

(Amir & Trianasari, 2013). Liliweri juga menambahkan, pada hakikatnya

komunikasi antar pribadi adalah komunikasi antara seseorang komunikator

dengan komunikan yang dianggap paling efektif untuk mengubah sikap

atau pendapat serta perilaku manusia dan suatu kesimpulan yang bisa

terlihat dari berbagai peneliti terdahulu menunjukan bahwa komunikasi

antar pribadi mempunyai hubungan erat dengan sikap dan perilaku

manusia (Devi, 2015)

Siburian (2013) mengemukakan bahwa komunikasi interpersonal

adalah komunikasi dengan orang lain secara langsung yang terjadi antara

satu orang atau lebih secara pribadi. Pendapat lain dikemukakan bahwa

komunikasi interpersonal adalah proses transmisi informasi dan

pemahaman umum dari satu orang ke yang lain, yang sangat penting bagi

keberhasilan seseorang organisasi. Oleh karena itu harus ditangani secara

efektif untuk memastikan pencapaian tujuan organisasi (Singh &

Lalropuii, 2014)

Hubungan Antara Kepercayaan..., Siti Faojiyah, Fakultas Psikologi UMP, 2018

12

Pentingnya suatu komunikasi interpersonal dikarenakan prosesnya

yang memungkinkan berlangsung secara dialogis. Dialog adalah bentuk

komunikasi antarpribadi yang menunjukkan terjadinya interaksi. Mereka

yang terlibat dalam komunikasi bentuk ini berfungsi ganda, masing –

masing menjadi pembicara dan pendengar secara bergantian, dalam proses

komunikasi dialogis nampak adanya upaya dari para pelaku komunikasi

untuk terjadinya pergantian bersama (mutual understanding) dan empati,

dari proses ini terjadi rasa saling menghormati bukan disebabkan status

sosial melainkan didasarkan pada anggapan bahwa masing – masing

adalah manusia yang berhak dan wajib, pantas dan wajar dihargai dan

dihormati sebagai manusia (Saputri, 2011).

Komunikasi interpersonal dibandingkan dengan komunikasi lainnya,

dinilai paling ampuh dalam kegiatan mengubah sikap, kepercayaan, opini

dan perilaku komunikan. Alasannya karena komunikasi ini berlangsung

tatap muka, oleh karena dengan komunikasi itu terjadilah kontak pribadi

(personal contact) yaitu pribadi anda menyentuh prbadi komunikan.

Ketika menyampaikan pesan, umpan balik berlangsung seketika

(immediate feedback) mengetahui pada saat itu tanggapan komunikan

terhadap pesan yang diontarkan pada ekspresi wajah dan gaya bicara.

Apabila umpan balik positif, artinya tanggapan itu menyenangkan dan

akan mempertahankan gaya komunikasi sebaliknya jika tanggapan

komunikasi negatif, maka harus mengubah gaya komunikasi sampai

komunikasi berhasil.

Hubungan Antara Kepercayaan..., Siti Faojiyah, Fakultas Psikologi UMP, 2018

13

Oleh karena keampuhan dalam mengubah sikap, kepercayaan, opini

dan perilaku komunikan itulah maka bentuk komunikasi interpersonal

sering kali digunakan untuk mnyampaikan komunikasi persuasif

(persuasive communication) yakni suatu teknik komunikasi secara

psikologis manusiawi yang sifatnya halus, luwes berupa ajakan, bujukan

atau rayuan. Dengan demikian maka setiap pelaku komunikasi akan

melakukan empat tindakan yaitu membentuk, menyampaikan, menerima

dan mengolah pesan, keempat tindakan tersebut lazimnya berlangung

secara berurutan dan membentuk pesan diartikan sebagai menciptakan ide

atau gagasan dengan tujuan tertentu.

Berdasarkan beberapa uraian di atas mengenai pengertian

komunikasi interpersonal, dapat disimpulkan bahwa komunikasi

interpersonal adalah komunikasi antarpribadi yang terjadi secara langsung

(face to face) maupun tidak langsung yang ditandai dengan adanya timbal

balik antara pemberi pesan dan penerima pesan, saling mempengaruhi, dan

memiliki tujuan untuk mengelola hubungan. Keunikan dalam komunikasi

interpersonal adalah suatu hubungan yang timbal balik atau suatu transaksi

antara pemberi dan penerima pesan.

3. Kecemasan Komunikasi Interpersonal

Perasaan cemas pernah dialami oleh setiap individu. Kecemasan

timbul karena adanya persepsi mengenai ancaman dan bahaya di masa

mendatang, contohnya individu merasa cemas karena baru memasuki

lingkungan baru yang dipengaruhi oleh kondisi lingkungan yang tidak

Hubungan Antara Kepercayaan..., Siti Faojiyah, Fakultas Psikologi UMP, 2018

14

mendukung. Kecemasan bersifat subyektif dengan ditandai oleh perasaan

tegang, takut, khawatir, dan adanya perubahan fisiologi.

Para ahli komunikasi memberikan istilah-istilah sendiri untuk

kecemasan komunikasi interpersonal. Ulandari (2011) menyebutkan

kecemasan komunikasi dengan istilah communication apprehension yaitu

tingkat ketakutan atau kecemasan individu yang diasosiasikan dengan

salah satu komunikasi, baik komunikasi yang nyata ataupun komunikasi

yang diharapkan dengan individu lain maupun dengan orang banyak.

Sedangkan menurut Rakhmat (distasi dalam Prasetyo & Kustanti, 2011)

orang yang kurang percaya diri ketika melakukan komunikasi

interpersonal akan mengalami kecemasan dalam berkomunikasi.

Ketakutan untuk melakukan komunikasi disebut sebagai communication

apprehension atau communication anxiety.

Seseorang yang mengalami kecemasan komunikasi jika tidak diatasi

akan mengarah pada shyness atau social anxiety yaitu merasa takut untuk

tidak diterima oleh kelompoknya. Remaja yang mengalami shyness atau

social anxiety akan cenderung untuk menghindari orang lain, mudah

ketakutan, tidak mudah percaya dengan orang lain, pendiam dan enggan

untuk berbicara dengan orang lain, bahkan remaja tidak memiliki insiatif

dalam situasi sosial, bicara pelan, menghindari kontak mata dan kurang

dapat berkomunikasi (Prasetyo & Kustanti, 2011).

Fathunnisa (2012) menjelaskan, bahwa kecemasan dalam

berkomunikasi pada dasarnya adalah gejala yang normal dalam

berinteraksi, namun jika kecemasan tersebut berlebihan akan menjadi

Hubungan Antara Kepercayaan..., Siti Faojiyah, Fakultas Psikologi UMP, 2018

15

masalah yang serius. Ketidakmampuan seseorang dalam berkomunikasi

dapat menyebabkan komunikasi menjadi terhambat, dan membentuk

seseorang menjadi pribadi yang pasif. Hasil komunikasi menjadi tidak

tercapai karena proses pertukaran pesan yang tidak efektif. Dalam situasi

cemas seseorang cenderung melakukan mekanisme pertahanan diri (fight)

atau melarikan diri (flight) sebagai bentuk upaya penyesuaian diri pada

kecemasan tersebut.

Permasalahan utama dalam kecemasan komunikasi interpersonal

adalah adanya rasa khawatir tentang respon atau penilaian orang lain

terhadap dirinya, yaitu mengenai apa yang disampaikannya dan bagaimana

ia menyampaikannya. Kecemasan terhadap penilaian orang lain ini

merupakan salah satu ciri dari orang yang kurang percaya diri (Siska,

Sudardjo, & Purnamaningsih, 2003).

Pendapat lain yang dikemukakan oleh Nuraeni (dalam Muslimin,

2013) yang menerangkan kecemasan komunikasi interpersonal sebagai

suatu keadaan tidak menyenangkan ketika harus melakukan komunikasi

interpersonal dalam kehidupan dan menganggap bahwa sesuatu yang

buruk akan terjadi yang ditunjukkan dengan gejala fisik, gejala perilaku

dan gejala kognitif. Sejalan dengan pendapat di atas, Rakhmat (2007)

menerangkan bahwa kecemasan yang timbul di saat individu

berkomunikasi akan menyebabkan seseorang menarik diri dari pergaulan

serta menghindari suasana komunikasi.

Ketegangan yang muncul saat individu berkomunikasi disebabkan

ada rasa cemas dan tidak yakin akan kemampuannya untuk menyampaikan

Hubungan Antara Kepercayaan..., Siti Faojiyah, Fakultas Psikologi UMP, 2018

16

sesuatu. Selain itu, ketegangan muncul disebabkan pengalaman dalam

komunikasi tidak selalu mulus atau tidak semua ide yang disampaikan

diterima oleh pasangan komunikasinya. Individu yang mengalami

kecemasan komunikasi interpersonal menderita kecemasan ketika harus

berkomunikasi dengan orang lain yang dapat berdampak pada

ketidakmampuan untuk bersosialisasi di lingkungan sosialnya.

Berdasarkan pemaparan di atas mengenai pengertian kecemasan

komunikasi interpersonal, dapat disimpulkan bahwa kecemasan

komunikasi interpersonal adalah suatu kondisi yang tidak menyenangkan

dan perasaan cemas untuk berinteraksi dengan orang lain dengan ditandai

adanya ketegangan, ketidakmampuan untuk melakukan komunikasi

interpersonal, kecemasan terhadap penilaian yang diberikan oleh orang

lain kepada dirinya dan penarikan diri dari lingkungan sehingga

menyebabkan individu tidak mampu untuk beradaptasi dan berkomunikasi

interpersonal secara baik di lingkungannya.

4. Aspek-aspek Kecemasan Komunikasi Interpersonal

Burgoon dan Ruffner (distasi dalam Fathunnisa, 2012)

mengemukakan tentang aspek-aspek kecemasan komunikasi interpersonal

, yaitu :

a. Unwillingness (ketidaksediaan)

Yaitu tidak kesediaan untuk berkomunikasi. Individu tidak

berminat berkomunikasi disebabkan adanya rasa cemas, sifat introvert,

dan rendahnya frekuensi partisipasi dalam berbagai situasi komunikasi.

Hubungan Antara Kepercayaan..., Siti Faojiyah, Fakultas Psikologi UMP, 2018

17

b. Unrewarding (Rendahnya Pengahargaan diri)

Yaitu Unrewarding berarti tidak adanya penghargaan dalam

komunikasi atau adanya penguatan hukum dalam komunikasi. Individu

yang mengalami kecemasan komunikasi interpersonal memiliki

pandangan bahwa ketika berkomunikasi dirinya tidak mendapat

penghargaan dari orang lain. Kecemasan komunikasi yang muncul

dapat disebabkan adanya pengalaman komunikasi yang kurang baik di

masa lalu. Individu yang memiliki pengalaman kurang baik dalam

situasi komunikasi dapat mengalami hambatan ketika akan melakukan

komunikasi karena adanya anggapan bahwa akan muncul penolakan

dari orang lain.

c. Uncontrol (Rendahnya kontrol diri)

Yaitu rendahnya pengendalian terhadap situasi komunikasi yang

terjadi karena, faktor lingkungan, ketidakmampuan menyesuaikan diri

dengan individu yang berbeda, reaksi dari lawan bicara.

Berdasarkan uraian di atas dapat disimpulkan bahwa aspek-aspek

kecemasan komunikasi interpersonal yang diungkapkan oleh Burgoon &

Ruffner terdiri dari tiga aspek yaitu unwillingness, unrewarding,

uncontrol.

5. Faktor-faktor yang Memepengaruhi Kecemasan Komunikasi Interpersonal

Kecemasan dalam komunikasi tidak muncul dengan begitu saja, asal

mula munculnya kecemasan komunikasi interpersonal pada individu

disebabkan oleh beberapa faktor. Secara garis besar telah dijelaskan dalam

Hubungan Antara Kepercayaan..., Siti Faojiyah, Fakultas Psikologi UMP, 2018

18

Encyclopedia of Communication and Information bahwa faktor-faktor

yang mempengaruhi kecemasan komunikasi interpersonal yaitu:

a. Novelty, yaitu situasi yang baru dapat menjadi situasi yang sulit untuk

membangun sebuah hubungan. Situasi yang seperti inilah yang dapat

menyebabkan kecemasan dalam menghadapi suatu hal yang baru.

Situasi baru dapat menghalangi seseorang untuk nyaman dalam

berkomunikasi dengan orang lain.

b. Formality, adalah situasi formal berhubungan dengan perilaku yang

sangat ditentukan. Pada situasi ini perilaku yang ditentukan dianggap

sesuai dan ada sedikit kebebasan untuk penyimpangan dari mereka.

c. Subordinate status, terjadi ketika individu merasa bahwa orang lain

memilki kemampuan komunikasi yang lebih baik daripada dirinya,

sehingga kecemasan komunikasi interpersonal yang dialami individu

tersebut semakin meningkat.

d. Conspicuousness, individu yang “menonjol” memiliki kecemasan

komunikasi yang tinggi. Istilah “menonjol” merupakan individu yang

memiliki ciri khas tertentu misalnya, orang yang memiliki kemampuan

berkomunikasi yang berbeda dengan orang lain seperti halnya orang

yang memiliki gangguan tunarungu yang memiliki cara komunikasi

berbeda.

e. Unfamiliarity, merupakan situasi ketika individu menghadiri sebuah

pertemuan dan hanya mengetahui satu atau dua orang saja, semakin

banyak orang asing dan situasi disekitar, maka semakin seseorang

merasa khawatir.

Hubungan Antara Kepercayaan..., Siti Faojiyah, Fakultas Psikologi UMP, 2018

19

f. Dissimilarity, terjadi ketika individu memiliki ketidaksamaan dengan

lawan bicaranya. Munculnya ketidaksamaan dapat memicu

meningkatnya kecemasan pada individu. Sebagian besar berbicara

dengan orang yang memiliki kesamaan akan lebih mudah daripada

berbicara dengan orang yang berbeda.

g. Excessive attention, sebagian besar orang tidak menyukai orang lain

memperhatikan dirinya. Perhatian yang berlebihan, seperti menatap

individu atau menggali pikiran pribadi individu dapat menyebabkan

kecemasan komunikasi meningkat tajam.

h. Evaluation from others, semakin tinggi individu merasa sedang

dievaluasi, maka kecemasan akan semakin meningkat.

Berdasarkan apa yang telah dipaparkan di dalam Encyclopedia of

Communication and Information bahwa faktor-faktor yang menyebabkan

kecemasan komunikasi interpersonal adalah novelty, formality,

subordinate status, conspicuousness, unfamiliarity, dissimilarity, excessive

attention, dan evaluation from others.

Menurut Bandura (disitassi dalam Siska, Sudardjo, &

Purnamaningsih, 2003) ada keterkaitan antara kecemasan dengan

kepercayaan diri. Pendapat lain dikemukakan oleh Rakhmat (2007) bahwa

salah satu faktor individu mengalami kecemasan komunikasi interpersonal

adalah kepercayaan diri yang rendah. Sejalan dengan hal tersebut, Laxer

(dalam Siska, Sudardjo, & Purnamaningsih, 2003) menyatakan bahwa

rendahnya kepercayaan diri pada individu menyebabkan individu

Hubungan Antara Kepercayaan..., Siti Faojiyah, Fakultas Psikologi UMP, 2018

20

cenderung untuk melihat kelemahan-kelemahan yang dimilikinya dan

menganggap sesuatu yang mengganggu.

Berdasarkan uraian di atas dapat disimpulkan bahwa terdapat

beberapa faktor yang dapat mempengaruhi individu mengalami kecemasan

komunikasi interpersonal salah satunya adalah kepercayaan diri, sehingga

dapat disimpulkan bahwa kepercayaan diri merupakan salah satu faktor

yang dapat mempengaruhi kecemasan komunikasi interpersonal, apabila

kepercayaan diri yang dimiliki oleh individu tinggi maka kecemasan

komunikasi interpersonal individu tersebut rendah, sedangkan apabila

kepercayaan diri yang dimiliki individu rendah maka kecemasan

komunikasi interpersonal individu tersebut tinggi.

B. Kepercayaan diri

1. Pengertian Kepercayaan Diri

Kepercayaan diri merupakan salah satu aspek yang sangat penting

dalam kehidupan manusia, tanpa adanya kepercayaan diri aka

menimbulkan masalah pada diri individu. Kepercayaan diri diperlukan

baik oleh anak-anak maupun orang tua, individu maupun kelompok.

Kepercayaan diri merupakan suatu keyakinan yang dimiliki seseorang

bahwa dirinya mampu berperilaku seperti yang dibutuhkan untuk

memperoleh hasil seperti yang diharapkan Bandura (Siska, Sudardjo, &

Purnamaningsih, 2003).

Lauster (distasi dalam Siska, Sudardjo, & Purnamaningsih, 2003)

mengungkapkan ciri-ciri orang yang percaya diri adalah: mandiri, tidak

Hubungan Antara Kepercayaan..., Siti Faojiyah, Fakultas Psikologi UMP, 2018

21

mementingkan diri sendiri, cukup toleran, ambisius, optimis, tidak pemalu,

yakin dengan pendapatnya sendiri dan tidak berlebihan.

Menurut Lauster (distasi dalam Siska, Sudardjo, & Purnamaningsih,

2003), rasa percaya diri bukan merupakan sifat yang diturunkan (bawaan)

melainkan diperoleh dari pengalaman hidup, serta dapat diajarkan dan

ditanamkan melalui pendidikan, sehingga upaya-upaya tertentu dapat

dilakukan guna membentuk dan meningkatkan rasa percaya diri. Dengan

demikian kepercayaaan diri terbentuk dan berkembang melalui proses

belajar di dalam interaksi seseorang dengan lingkungannya.

Menurut Fatimah, kepercayaan diri adalah sikap positif seorang

individu yang memampukan dirinya untuk mengembangkan penilaian

positif, baik terhadap diri sendiri maupun terhadap lingkungan/situasi yang

dihadapinya (Sukarman, 2014). Sedangkan menurut Guilford (distasi

dalam Mirhan & Betty, 2016) bahwa kepercayaan diri adalah pengharapan

umum tentang keberhasilan. Branden juga mengemukakan bahwa

kepercayaan diri adalah keyakinan seseorang pada kemampuan yang ada

dalam dirinya (Mirhan & Betty, 2016)

Kepercayaan diri adalah keyakinan bahwa seseorang mampu

menanggulangi suatu masalah dengan situasi terbaik dan dapat

memberikan sesuatu yang menyenangkan bagi orang lain Willis (Augustia

& Kristiana, 2016). Menurut Fatimah (distasi dalam Augustia & Kristiana,

2016). mendefinisikan kepercayaan diri sebagai sikap positif seorang

individu yang memampukan dirinya untuk mengembangkan penilaian

positif, baik terhadap diri sendiri maupun terhadap lingkungan atau situasi

Hubungan Antara Kepercayaan..., Siti Faojiyah, Fakultas Psikologi UMP, 2018

22

yang dihadapinya. Rasa percaya diri yang tinggi sebenarnya hanya

merujuk pada adanya beberapa aspek dari kehidupan individu bahwa

individu memiliki kompetensi, yakin mampu dan percaya bahwa individu

bisa melakukan sesuatu karena didukung oleh pengalaman, potensi aktual,

prestasi serta harapan yang realistik terhadap diri sendiri.

Pendapat lain mengenai kepercayaan diri yaitu Ghufron & Rini

(dalam Kusrini & Prihartanti, 2014) yang menyatakan bahwa kepercayaan

diri merupakan karakteristik pribadi yang di dalamnya terdapat keyakinan

akan kemampuan diri, optimis, objektif, bertanggungjawab, rasional, dan

realistis.

Berdasarkan pemaparan para ahli di atas, dapat disimpulkan

kepercayaan diri adalah kepercayaan yang ada pada diri individu bahwa

dirinya memiliki kemampuan yang dapat dimanfaatkan secara tepat

sehingga dapat mencapai tujuan yang diharapkan sehingga mampu

menempatkan dirinya berada dalam situasi sosial yang baik.

2. Aspek-aspek kepercayaan diri

Aspek-aspek kepercayaan diri yang diungkapkan oleh Lautser

(disitasi dalam Hafizha, Yuniarrahmah, & Mayangsari, 2016) adalah

sebagai berikut:

a. Memiliki rasa aman

Perasaan aman adalah terbebas dari perasaan takut dan ragu-ragu

terhadap situasi atau orang-orang di sekelilingnya.

Hubungan Antara Kepercayaan..., Siti Faojiyah, Fakultas Psikologi UMP, 2018

23

b. Yakin pada kemampuan diri sendiri

Perasaan yakin pada kemampuan diri sendiri adalah merasa tidak

perlu membandingkan dirinya dengan orang lain dan tidak mudah

terpengaruh orang lain.

c. Tidak mementingkan diri sendiri dan toleran

Aspek kepercayaan diri yang tidak mementingkan diri sendiri dan

toleran adalah mengerti kekurangan yang ada pada dirinya serta dapat

menerima pandangan dari orang lain.

d. Ambisi normal

Ambisi yang normal adalah ambisi yang disesuaikan dengan

kemampuan, tidak ada kompensasi dari ambisi yang berlebihan, dapat

menyelesaikan tugas dengan baik, dan bertanggungjawab.

e. Mandiri

Mandiri adalah tidak tergantung pada orang lain dan tidak

memerlukan dukungan orang lain dalam melakukan sesuatu.

f. Optimis

Optimis adalah memiliki pandangan dan harapan yang positif

mengenai diri dan masa depannya.

Berbeda dengan Peale (distasi dalam Hafizha, Yuniarrahmah, &

Mayangsari, 2016) yang mengungkapkan bahwa aspek-aspek kepercayaan

diri individu meliputi aspek fisik, aspek psikis, dan aspek sosial. Berikut

ini merupakan garis besar penjabarannya.

Hubungan Antara Kepercayaan..., Siti Faojiyah, Fakultas Psikologi UMP, 2018

24

a. Aspek Fisik

Keadaan fisik seperti kegemukan, kurang tinggi, cacat anggota

tubuh atau rusaknya salah satu indera, kekurangan yang jelas terlihat

oleh orang lain, dan menimbulkan perasaan tidak berharga terhadap

keadaan fisiknya, karena individu amat merasakan kekurangan yang

ada pada dirinya jika dibandingkan dengan orang lain. Hal tersebut

membuat individu tidak dapat bereaksi secara positif dan memunculkan

rasa minder yang berkembang menjadi rasa tidak percaya diri.

b. Aspek Psikis

Individu akan percaya diri karena mempunyai kemampuan yang

tinggi meliputi perasaan, keahlian khusus yang dimiliki, dan sikap

individu terhadap diri sendiri.

c. Aspek Sosial

Kepercayaan diri terbentuk melalui dukungan sosial yakni

dukungan dari orang tua dan orang yang ada di sekitarnya. Lingkungan

keluarga merupakan lingkungan hidup utama dalam kehidupan

seseorang.

Berdasarkan uraian di atas mengenai aspek-aspek kepercayaan diri

dapat disimpulkan bahwa aspek-aspek kepercayaan diri yang diungkapkan

oleh beberapa ahli di atas memiliki pendapat yang hampir sama dan bisa

saling melengkapi satu dengan yang lainnya, tetapi peneliti memilih

aspekaspek kepercayaan diri menurut Lauster sebagai landasan untuk

membuat skala pengukuran. Aspek-aspek kepercayaan diri menurut

Lauster yaitu memiliki rasa aman, yakin pada kemampuan sendiri, tidak

Hubungan Antara Kepercayaan..., Siti Faojiyah, Fakultas Psikologi UMP, 2018

25

mementingkan diri sendiri dan toleran, ambisi normal, mandiri, dan

optimis.

3. Ciri-ciri Individu yang Memiliki Kepercayaan Diri

Individu yang memiliki kepercayaan diri dapat terlihat dari

penampilan, sikap dan perilakunya, begitupun ketika individu tersebut

berada di sekitar orang lain, individu yang memiliki kepercayaan diri

terlihat lebih optimis, menarik dan tentu saja dapat menyesuaikan diri

secara baik ketika berada di lingkungan yang baru ataupun tidak. Beberapa

ahli memaparkan ciri-ciri individu yang memiliki kepercayaan diri salah

satunya Indrajat (2013) yang memaparkan garis besar dari ciri-ciri

individu yang memiliki kepercayaan diri tinggi diantaranya:

a. Selalu berusaha untuk bersikap tenang dalam menghadapi sesuatu

b. Memiliki potensi dan kemampuan yang memadai

c. Mampu mengatasi ketegangan yang muncul dalam berbagai situasi

d. Mampu menyesuaikan diri dan berkomunikasi dengan baik

e. Tidak membandingkan diri dengan orang lain

f. Selalu bereaksi positif di dalam menghadapi berbagai permasalahan

Dari penjelasan diatas dapat disimpulkan bahwa individu yang

memiliki kepercayaan diri memiliki ciri-ciri tenang dalam menghadapi

sesuatu, memiliki potensi, mampu mengatasi ketegangan dalam berbagai

situasi, mampu menyesuaikan diri, mampu menerima diri, dan memiliki

rasa positif terhadap diri.

Hubungan Antara Kepercayaan..., Siti Faojiyah, Fakultas Psikologi UMP, 2018

26

4. Ciri-ciri Individu yang Tidak Memiliki Kepercayaan Diri

Setiap individu berbeda antara satu dengan yang lainnya, masing

masing memiliki ciri yang khas yang melekat pada dirinya, dengan

perbedaan itulah dapat diketahui bahwa terdapat individu yang memiliki

kepercayaan diri, namun ada pula individu yang kurang memiliki percaya

diri.

Menurut Indrajat (2013) secara garis besar karakteristik atau ciri-ciri

individu yang kurang percaya diri sebagai berikut:

a. Mudah cemas dalam menghadapi persoalan yang dianggap sulit

b. Memiliki kekurangan dan kelamahan dari segi fisik maupun non fisik

c. Sulit dalam mencegah ketegangan

d. Mudah gugup dan terkadang bicara tidak lancar

e. Kurang mengenal potensi yang dimiliki sehingga tidak dapat

mengembangannya

f. Lebih suka menyendiri daripada bergabung dengan orang lain

g. Mudah menyerah

h. Tidak mandiri dalam menyelesaikan masalah

i. Tidak bertanggung jawab dan cenderung berpikiran negatif

Ahli lain yang berpendapat mengenai karakteristik individu yang

tidak memiliki kepercayaan diri yaitu keadaan di mana individu sangat

peduli dengan penilaian orang lain terhadap dirinya dan merasa cemas

karena penilaian sosial tersebut, sehingga cenderung untuk menarik

dirinya. Orang yang kurang percaya diri akan terlihat dari sikap dan

Hubungan Antara Kepercayaan..., Siti Faojiyah, Fakultas Psikologi UMP, 2018

27

tindakannya seperti, tidak yakin pada diri sendiri, selalu bergantung pada

orang lain, dan tidak berani mengambil keputusan (Sarastika, 2014).

Pendapat lain diungkapkan oleh Indrajat (2013) bahwa individu yang

tidak percaya diri pada dasarnya akan selalu merasa ragu dengan segala

sesuatu yang ada pada dirinya, kemudian tidak akan melihat bahwa

sebenarnya dirinya masih memiliki kelebihan-kelebihan yang dapat

dikembangkan untuk kebaikan dirinya. Ciri-ciri individu yang tidak

memiliki kepercayaan diri yang telah diungkapkan oleh para ahli memiliki

poin-poin yang hampir sama, dengan demikian dapat disimpulkan bahwa

individu yang tidak memiliki kepercayan diri adalah individu yang

pesimis, lebih memilih menyendiri, sering merasa ragu dengan apa yang

dimilikinya, memiliki perasaan negatif dalam menghadapi masalah, sering

menyalahkan diri sendiri maupun orang lain, mudah cemas, cenderung

bergantung pada orang lain, dan tidak berani mengambil keputusan.

5. Faktor-faktor yang Mempengaruhi Kepercayaan Diri

Ada beberapa faktor-faktor yang mempengaruhi kepercayaan diri.

Faktor-Faktor yang mempengaruhi kepercayaan diri adalah sebagai

berikut:

a. Pengendalian diri

Pengendalian diri mutlak diperlukan bagi siapa saja untuk

mengenali dirinya sendiri. Segala kelebihan maupun kekurangan

setidaknya diketahui untuk dapat meningkatkan perkembangan pribadi.

Hubungan Antara Kepercayaan..., Siti Faojiyah, Fakultas Psikologi UMP, 2018

28

b. Umpan balik

Umpan balik adalah sarana yang efektif untuk berinteraksi dengan

diri sendiri maupun lingkungannya untuk memperoleh jati diri kita yang

sebenarnya agar mempermudah sikap pribadi.

c. Upaya pembentukan sikap

Upaya pembentukan sikap adalah upaya untuk mengembangkan

sisi positif dan mengatasi sisi negatif yang dimiliki sehingga mampu

memupuk sikap-sikap positif.

d. Pengembangan diri

Pengembangan diri hendaknya sejalan dengan penyesuaian

terhadap lingkungan sosial yang dapat membangkitkan rasa puas,

karena selain ia mampu mengembangkan diri, lingkungan pun bisa

menerimanya dengan baik.

e. Kesuksesan

Kesuksesan yang diraih seseorang akan meyakinkan dirinya

bahwa ia memiliki kemampuan yang cukup. Akan tetapi kesuksesan

yang diraih dengan tingkat kesulitan yang lebih besar akan memupuk

rasa percaya diri dari pada kesuksesan yang diraih dengan usaha yang

sedikit.

f. Penampilan fisik

Individu yang memiliki penampilan menarik merasakan sikap

sosial yang menguntungkan dan hal ini akan mempengaruhi konsep diri

sehingga lebih percaya diri.

Hubungan Antara Kepercayaan..., Siti Faojiyah, Fakultas Psikologi UMP, 2018

29

g. Bakat

Rasa percaya diri akan meningkat dengan mantap jika seseorang

memiliki bakat/keterampilan yang membuatnya dibutuhkan orang lain.

Oleh Sebab itu Menurut pendapat Augustia & Kristiana (2016) bahwa

orang yang mempunyai kepercayaan diri berani mencoba dan

melakukan hal-hal baru dalam situasi apapun. Tidak perlu

membandingkan dirinya dengan orang lain, karena ia merasa cukup

aman dan tenang serta mempunyai ukuran sendiri mengenai kegagalan

atau kesuksesan.

C. Remaja Tunarungu

1. Pengertian Tunarungu

Menurut Sumekar (dalam Anggraini, 2013) Anak berkebutuhan

khusus adalah “anak-anak yang mengalami penyimpangan, kelainan atau

ketunaan dalam segi fisik, mental, emosi dan sosial, atau dari gabungan

dari hal-hal tersebut sedemikian rupa sehingga mereka memerlukan

pelayanan pendidikan yang khusus yang disesuaikan dengan

penyimpangan, kelainan, atau ketunaan mereka.

Menurut Anggraini (2013) anak berkebutuhan khusus adalah anak-

anak yang mengalami penyimpangan, kelainan atau ketunaan dalam segi

fisik, mental, emosi dan sosial, atau dari gabungan dari hal-hal tersebut

sedemikian rupa sehingga mereka memerlukan pelayanan pendidikan yang

khusus yang disesuaikan dengan penyimpangan, kelainan, atau ketunaan

mereka. Ada beberapa macam jenis anak berkebutuhan khusus yang salah

satunya adalah gangguan tunarungu.

Hubungan Antara Kepercayaan..., Siti Faojiyah, Fakultas Psikologi UMP, 2018

30

Sulastri (2013) mengemukakan bahwa pada anak tunarungu sering

dijumpai bicara yang menyimpang dari kaidah Bahasa Indonesia yang

benar, sehingga diperlukan pembahasaan kepada anak tunarungu sejak dini

untuk menunjang kemampuan berkomunikasinya. Kesulitan dalam

penguasaan bahasa juga terlihat ketika anak diajak berkomunikasi.

Secara umum anak tunarungu dapat diartikan anak yang tidak dapat

mendengar. Tidak dapat mendengar tersebut dapat dimungkinkan kurang

dengar atau tidak mendengar sama sekali. Secara fisik, anak tunarungu

tidak berbeda dengan anak dengar pada umumnya, sebab orang akan

mengetahui bahwa anak menyandang ketunarunguan pada saat berbicara,

anak tersebut berbicara tanpa suara atau dengan suara yang kurang atau

tidak jelas artikulasinya, atau bahkan tidak berbicara sama sekali, anak

tersebut hanya berisyarat.

Sajadah (2005) menyatakan tunarungu adalah seseorang yang

mengalami kekurangan atau kehilangan kemampuan mendengar baik

sebagian atau seluruhnya yang diakibatkan oleh tidak fungsinya sebagian

atau seluruh alat pendengaran, sehingga anak tersebut tidak dapat

menggunakan alat pendengarannya dalam kehidupan sehari-hari. Hal

tersebut berdampak terhadap kehidupannya secara kompleks terutama

pada kemampuan berbahasa sebagai alat komunikasi yang sangat penting.

Gangguan mendengar yang dialami anak tunarungu menyebabkan

terhambatnya perkebangan bahasa anak, karena perkembangan tersebut,

sangat penting untuk berkomunikasi dengan orang lain.

Hubungan Antara Kepercayaan..., Siti Faojiyah, Fakultas Psikologi UMP, 2018

31

Sajadah (2005) juga memiliki pandangan yang sama bahwa anak

tunarungu dikategorikan menjadi dua kelompok. Pertama hard of hearing

adalah seseorang yang masih memiliki sisa pendengaran sedemikian rupa

sehingga masih cukup untuk digunakan sebagai alat penangkap proses

mendengar sebagai bekal primer penguasaan kemahiran bahasa dan

komunikasi dengan yang lain baik dengan maupun tanpa mengguanakan

alat bantu dengar. Kedua the deaf adalah seseorang yang tidak memiliki

indera dengar sedemikian rendah sehingga tidak mampu berfungsi sebagi

alat penguasaan bahasa dan komunikasi, baik dengan ataupun tanpa

menggunakan alat bantu dengar.

Mulyo & Handayani (2014) berpendapat bahwa tunarungu adalah

seseorang dengan kesulitan mendengar suara pada atau di atas intensitas

tertentu. Tunarungu biasanya disebabkan adanya kerusakan pada

mekanisme pendengaran seseorang. Tunarungu bisa muncul sejak lahir

atau bahkan setelah.

Dari uraian diatas dapat disimpulkan bahwa gangguan tunarungu

adalah gangguan dimana seseorang mengalami kekurangan atau

kehilangan kemampuan mendengar baik sebagian atau keseluruhan alat

pendengarannya, sehingga dapat menggunakan alat pendengarannya dalam

kehidupan sehari-hari.

Hubungan Antara Kepercayaan..., Siti Faojiyah, Fakultas Psikologi UMP, 2018

32

2. Karakteristik Anak Tunarungu

Karakteristik anak tunarungu dari segi fisik tidak memiliki

karakteristik yang khas, karena secara fisik anak tunarungu tidak

mengalami gangguan yang terlihat. Sebagai dampak ketunarunguannya,

anak tunarungu memiliki karakteristik yang khas dari segi yang berbeda.

a. Karakteristik dari segi intelegensi

Intelegensi anak tunarungu tidak berbeda dengan anak normal

yaitu tinggi, rata-rata dan rendah. Pada umumnya anak tunarungu

memiliki entelegensi normal dan rata-rata. Prestasi anak tunarungu

seringkali lebih rendah daripada prestasi anak normal karena

dipengaruhi oleh kemampuan anak tunarungu dalam mengerti pelajaran

yang diverbalkan. Namun untuk pelajaran yang tidak diverbalkan, anak

tunarungu memiliki perkembangan yang sama cepatnya dengan anak

normal.

Prestasi anak tunarungu yang rendah bukan disebabkan karena

intelegensinya rendah namun karena anak tunarungu tidak dapat

memaksimalkan intelegensi yang dimiliki. Aspek intelegensi yang

bersumber pada verbal seringkali rendah, namun aspek intelegensi yang

bersumber pada penglihatan dan motorik akan berkembang dengan

cepat.

b. Karakteristik dari segi bahasa dan bicara

Kemampuan anak tunarungu dalam berbahasa dan berbicara

berbeda dengan anak normal pada umumnya karena kemampuan

tersebut sangat erat kaitannya dengan kemampuan mendengar. Karena

Hubungan Antara Kepercayaan..., Siti Faojiyah, Fakultas Psikologi UMP, 2018

33

anak tunarungu tidak bisa mendengar bahasa, maka anak tunarungu

mengalami hambatan dalam berkomunikasi. Bahasa merupakan alat

dan sarana utama seseorang dalam berkomunikasi. Alat komunikasi

terdiri dan membaca, menulis dan berbicara, sehingga anak tunarungu

akan tertinggal dalam tiga aspek penting ini.

Anak tunarungu memerlukan penanganan khusus dan lingkungan

berbahasa intensif yang dapat meningkatkan kemampuan berbahasanya.

Kemampuan berbicara anak tunarungu juga dipengaruhi oleh

kemampuan berbahasa yang dimiliki oleh anak tunarungu. Kemampuan

berbicara pada anak tunarungu akan berkembang dengan sendirinya

namun memerlukan upaya terus menerus serta latihan dan bimbingan

secara profesional. Dengan cara yang demikianpun banyak dari mereka

yang belum bisa berbicara seperti anak normal baik suara, irama dan

tekanan suara terdengar monoton berbeda dengan anak normal.

c. Karakteristik dari segi emosi dan sosial

Ketunarunguan dapat menyebabkan keterasingan dengan

lingkungan. Keterasingan tersebut akan menimbulkan beberapa efek

negatif, seperti: Egosentrisme yang melebihi anak normal, mempunyai

perasaan takut akan lingkungan yang lebih luas, ketergantungan

terhadap orang lain, perhatian mereka lebih sukar dialihkan, umumnya

memiliki sifat yang polos dan tanpa banyak masalah, dan lebih mudah

marah dan cepat tersinggung. Ada beberapa sifat yang dimiliki anak

tunarungu, diantaranya adalah:

Hubungan Antara Kepercayaan..., Siti Faojiyah, Fakultas Psikologi UMP, 2018

34

1) Egosentrisme yang melebihi anak normal

Sifat ini disebabkan oleh anak tunarungu memiliki dunia yang kecil

akibat interaksi dengan lingkungan sekitar yang sempit. Karena

mengalami gangguan dalam pendengaran, anak tunarungu hanya

melihat dunia sekitar dengan penglihatan. Penglihatan hanya melihat

apa yang di depannya saja, sedangkan pendengaran dapat mendengar

sekeliling lingkungan. Karena anak tunarungu mempelajari

sekitarnya dengan menggunakan penglihatannya, maka aka timbul

sifat ingin tahu yang besar, seolah-olah mereka haus untuk melihat,

dan hal itu semakin membesarkan egosentrismenya.

2) Mempunyai perasaan takut akan lingkungan yang lebih luas

Perasaan takut yang menghinggapi anak tunarungu seringkali

disebabkan oleh kurangnya penguasaan terhadap lingkungan yang

berhubungan dengan kemampuan berbahasanya yang rendah.

Keadaan menjadi tidak jelas karena anak tunarungu tidak mampu

menyatukan dan menguasai situasi yang baik.

3) Ketergantungan terhadap orang lain

Sikap ketergantungan terhadap orang lain atau terhadap apa yang

sudah dikenalnya dengan baik, merupakan gambaran bahwa mereka

sudah putus asa dan selalu mencari bantuan serta bersandar pada

orang lain.

4) Perhatian mereka lebih sukar dialihkan

Sempitnya kemampuan berbahasa pada anak tunarungu

menyebabkan sempitnya alam fikirannya. Alam fikirannya

Hubungan Antara Kepercayaan..., Siti Faojiyah, Fakultas Psikologi UMP, 2018

35

selamanya terpaku pada hal-hal yang konkret. Jika sudah

berkonsentrasi kepada suatu hal, maka anak tunarungu akan sulit

dialihkan perhatiannya ke hal-hal lain yang belum dimengerti atau

belum dialaminya. Anak tunarungu lebih miskin akan fantasi.

5) Umumnya memiliki sifat yang polos, sederhana dan tanpa banyak

masalah

6) Anak tunarungu tidak bisa mengekspresikan perasaannya dengan

baik. Anak tunarungu akan jujur dan apa adanya dalam

mengungkapkan perasaannya. Perasaan anak tunarungu biasanya

dalam keadaan ekstrim tanpa banyak nuansa.

7) Lebih mudah marah dan cepat tersinggung

Karena banyak merasakan kekecewaan akibat tidak bisa dengan

mudah mengekspresikan perasaannya, anak tunarungu akan

mengungkapkannya dengan kemarahan. Semakin luas bahasa yang

mereka miliki semakin mudah mereka mengerti perkataan orang

lain, namun semakin sempit bahasa yang mereka miliki akan

semakin sulit untuk mengerti perkataan orang lain sehingga anak

tunarungu mengungkapkannya dengan kejengkelan dan kemarahan.

Berdasarkan karakteristik anak tunarungu dari beberapa aspek yang

sudah dibahas di atas, maka dapat disimpulkan bahwa sebagai dampak dari

ketunarunguannya tersebut hal yang menjadi perhatian adalah kemampuan

berkomunikasi anak tunarungu yang rendah. Intelegensi anak tunarungu

umumnya berada pada tingkatan rata-rata atau bahkan tinggi, namun

Hubungan Antara Kepercayaan..., Siti Faojiyah, Fakultas Psikologi UMP, 2018

36

prestasi anak tunarungu terkadang lebih rendah karena pengaruh

kemampuan berbahasanya yang rendah.

3. Klasifikasi Anak Tunarungu

Klasifikasi mutlak diperlukan untuk layanan pendidikan khusus. Hal

ini sangat menentukan dalam pemilihan alat bantu mendengar yang sesuai

dengan sisa pendengarannya dan menunjang lajunya pembelajaran yang

efektif. Dalam menentukan ketunarunguan dan pemilihan alat bantu

dengar serta layanan khusus akan menghasilkan akselerasi secara optimal

dalam mempersepsi bunyi bahasa dan wicara.

Menurut Sajadah (2007) klasifikasi ketunarunguan adalah sebagai

berikut.

a. Kelompok I: kehilangan 15-30 dB, mild hearing losses atau

ketunarunguan ringan, daya tangkap terhadap suara cakapan manusia

normal.

b. Kelompok II: kehilangan 31-60, moderate hearing losses atau

ketunarunguan atau ketunarunguan sedang, daya tangkap terhadap suara

cakapan manusia hanya sebagian.

c. Kelompok III: kehilangan 61-90 dB, severe hearing losses atau

ketunarunguan berat, daya tangkap terhadap suara cakapan manusia

tidak ada.

d. Kelompok IV: kehilangan 91-120 dB, profound hearing losses atau

ketunarunguan sangat berat; daya tangkap terhadap suara cakapan

manusia tidak ada sama sekali.

Hubungan Antara Kepercayaan..., Siti Faojiyah, Fakultas Psikologi UMP, 2018

37

e. Kelompok V: kehilangan lebih dari 120 dB, total hearing losses atau

ketunarunguan total, daya tangkap terhadap suara cakapan manusia

tidak ada sama sekali.

D. Hubungan Antara Kepercayaan Diri dengan Kecemasan Komunikasi

Interpersonal pada Remaja Penyandang Tunarungu

Fathunnisa (2012) menyatakan kecemasan dalam berkomunikasi pada

dasarnya adalah gejala yang normal dalam berinteraksi, namun jika

kecemasan tersebut berlebihan akan menjadi masalah yang serius.

Ketidakmampuan seseorang dalam berkomunikasi dapat menyebabkan

komunikasi menjadi terhambat, dan membentuk seseorang menjadi pribadi

yang pasif. Hasil komunikasi menjadi tidak tercapai karena proses pertukaran

pesan yang tidak efektif. Dalam situasi cemas seseorang cenderung

melakukan mekanisme pertahanan diri (fight) atau melarikan diri (flight)

sebagai bentuk upaya penyesuaian diri pada kecemasan tersebut.

Lauster (dalam Siska, Sudardjo, & Purnamaningsih, 2003) menjelaskan

bahwa permasalahan utama dalam kecemasan komunikasi interpersonal

adalah adanya rasa khawatir tentang respon atau penilaian orang lain terhadap

dirinya, yaitu mengenai apa yang disampaikannya dan bagaimana ia

menyampaikannya. Ketergantungan terhadap penilaian orang lain ini

merupakan salah satu ciri dari orang yang kurang percaya diri

Menurut Sukarman (2014), kepercayaan diri adalah sikap positif

seorang individu yang memampukan dirinya untuk mengembangkan

penilaian positif, baik terhadap diri sendiri maupun terhadap

lingkungan/situasi yang dihadapinya.

Hubungan Antara Kepercayaan..., Siti Faojiyah, Fakultas Psikologi UMP, 2018

38

Usia remaja adalah usia dimana seseorang mengalami masa

perkembangan yang harus dipenuhi, salah satunya adalah remaja cenderung

bergabung dan berinteraksi dengan kelompok sosialnya dengan melakukan

penyesuaian terhadap kelompok baik dilingkungan belajar ataupun

dilingkungan sekitarnya. Berkaitan dengan situasi dan lingkungan yang yang

akan dihadapi, komunikasi interpersonal sebagai salah satu yang diperlukan

supaya remaja penyandang tunarungu dapat menyesuaikan diri secara baik

dengan lingkungannya.

Siswa SLB Yakut Purwokerto sebagai remaja memiliki tugas

perkembangan yang harus terpenuhi yaitu tercapainya hubungan yang baru

dan matang dengan siapa saja baik dengan teman-temannya ataupun siapa

saja yang berada disekitarnya. Hal tersebut dapat dilakukan melalui

komunikasi interpersonal yang dilakukan secara langsung (face to face) dan

adanya transaksi atau timbal balik antara pengirim pesan dan penerima pesan

yang saling mempengaruhi. Hal tersebut juga sesuai dengan kebutuhan

remaja tunarungu di SLB B Yakut Purwokerto sebagai makhluk sosial yaitu

salah satunya dapat melakukan interaksi dan komunikasi dengan sesama

manusia. Komunikasi interpersonal diperlukan untuk menjalin hubungan

dengan siapa saja baik dengan teman sebaya ataupun orang-orang

disekitarnya, menciptakan hubungan yang nyaman dan hangat, dan dapat

menerima pendapat orang lain. Berdasarkan hal tersebut remaja tunarungu

mampu menyesuaikan diri dengan baik. Komunikasi interpersonal yang baik

memberikan pengaruh yang positif bagi remaja tunarungu dalam penyesuaian

diri dengan lingkungan.

Hubungan Antara Kepercayaan..., Siti Faojiyah, Fakultas Psikologi UMP, 2018

39

Komunikasi interpersonal tidak dapat terjadi apabila seseorang tidak

melakukan komunikasi interpersonal secara baik. Ketidakmampuan dalam

komunikasi interpersonal ini berupa adanya keengganan untuk melakukan

komunikasi interpersonal yang mengarah pada kecemasan komunikasi

interpersonal. Remaja yang berada pada tingkat atau tahun-tahun awal

memiliki kecemasan komunikasi yang lebih tinggi dibandingkan dengan

remaja yang sudah memiliki usia perkembangan yang matang. Lingkungan

baru dengan berbagai macam situasi, tuntutan, teman-teman, dan disiplin

yang ditentukan oleh lingkungan, mengharuskan untuk melakukan

komunikasi interpersonal agar remaja tunarungu mampu beradaptasi dengan

baik. Kecemasan komunikasi interpersonal dapat berupa munculnya rasa

cemas, takut, malu, dan khawatir yang berlebihan untuk melakukan

komunikasi. Kecemasan ini dapat menyebabkan seseorang menarik diri dari

lingkungannya, meminimalisir komunikasi dengan orang lain, berbicara

seperlunya, dan tidak dapat menyesuaikan diri dengan baik.

Kecemasan komunikasi interpersonal yang dialami oleh remaja

tunarungu dipengaruhi oleh beberapa faktor. Situasi yang baru, adanya

evaluasi dari orang lain yang dapat meningkatkan kecemasan komunikasi

interpersonal, kurangnya pengalaman dalam komunikasi, jumlah kelompok,

memiliki cacat pada fisik, adanya pikiran negatif yang disebabkan oleh

kepercayaan diri yang rendah juga dapat memicu munculnya kecemasan

komunikasi pada remaja, dan sebagainya. Berdasarkan hal tersebut

kecemasan komunikasi interpersonal yang dialami oleh remaja tuarungu

dapat terjadi salah satunya karena kurangnya kepercayaan diri akibat

Hubungan Antara Kepercayaan..., Siti Faojiyah, Fakultas Psikologi UMP, 2018

40

kekurangan fisik yang dimilki. Kepercayaan diri dapat membentuk remaja

tunarungu menjadi remaja yang optimis, mandiri, dan dapat melakukan tugas-

tugasnya dengan baik. Kepercayaan diri sebagai salah satu aspek psikologis

yang terbentuk melalui perkembangan konsep diri yang diperoleh melalui

interaksi dalam pergaulannya. Konsep diri yang positif dapat menghasilkan

kepercayaan diri yang positif.

Berdasarkan pemaparan di atas bahwa remaja tunarungu yang memiliki

kepercayaan diri mampu untuk berhubungan dengan orang-orang disekitarnya

sehingga tidak memiliki kesulitan dalam menjalankan komunikasi

interpersonalnya, sedangkan remaja tunarungu yang memiliki kepercayaan

diri yang kurang dapat menyebabkan remaja tunarungu mengalami

kecemasan komunikasi interpersonal. Berkaitan dengan penjelasan tersebut

hubungan antara kepercayaan diri dengan kecemasan komunikasi

interpersonal dapat digambarkan dengan kerangka pikir yang dapat dilihat

pada gambar 1.

Responden pada penelitian ini adalah remaja penyandang tunarungu

dengan variabel bebas kepercayaan diri dan variabel terikat kecemasan

komunikasi interpersonal, peneliti menduga diantara aspek-aspek

kepercayaan diri seperti rasa aman, yakin pada kemampuan diri sendiri,

toleran, ambisi normal, mandiri, optimis dapat berpengaruh terhadap

kecemasan komunikasi interpersonal yang didalamnya terdapat dimensi

unwillingness (ketidaksediaan komunikasi), unrewarding (rendahnya

penghargaan diri), uncontrol (rendahnya kontrol diri) .

Hubungan Antara Kepercayaan..., Siti Faojiyah, Fakultas Psikologi UMP, 2018

41

E. Kerangka Berfikir

Gambar. 1 Kerangka Berfikir

F. Hipotesis

Berdasarkan latar belakang dan kajian pustaka maka hipotesis yang

diajukan dalam penelitian ini adalah ada hubungan antara kepercayaan diri

dengan kecemasan komunikasi interpersonal pada remaja penyandang

tunarungu di SLB B Purwokerto.

Remaja

Tunarungu

Kepercayaan diri:

1. Rasa aman

2. Yakin pada

kemampuan diri

sendiri

3. Tidak mementingkan

diri sendiri dan

tolran

Kecemasan Komunikasi

Interpersonal:

1. Unwillingness

2. Unrewarding

3. Uncontrol

Hubungan Antara Kepercayaan..., Siti Faojiyah, Fakultas Psikologi UMP, 2018