BAB II. TINJAUAN PUSTAKA A. Kajian Teori 1. Pertambangan a ...
Transcript of BAB II. TINJAUAN PUSTAKA A. Kajian Teori 1. Pertambangan a ...
BAB II. TINJAUAN PUSTAKA
A. Kajian Teori
1. Pertambangan
Dalam Undang-Undang No. 4 Tahun 2009 tentang Pertambangan Mineral dan
Batubara bahwa Pertambangan adalah sebagian atau seluruh tahapan kegiatan dalam
rangka penelitian, pengelolaan, dan pengusahaan mineral yang meliputi penyelidikan
umum, eksplorasi, studi kelayakan, kontruksi, penambangan, pengelolaan dan
pemurnian, pengangkutan dan penjualan, serta kegiatan pascatambang.
a) Sumberdaya Mineral dan Lingkungan
Sumberdaya mineral tambang (barang tambang) merupakan bagian dari
kegiatan lingkungan hidup. Undang-Undang No 32 tahun 2009 tentang Perlindungan
dan pengelolaan lingkungan hidup bahwa Lingkungan hidup adalah kesatuan ruang
dengan semua benda, daya, keadaan, dan makhluk hidup, termasuk manusia dan
perilakunya, yang mempengaruhi alam itu sendiri, kelangsungan perikehidupan, dan
kesejahteraan manusia serta makhluk hidup lain, dalam penjelasannya disebutkan
lingkungan hidup merupakan suatu ekosistem yang terdiri dari subsistem, yang
mempunyai aspek sosial, budaya, ekonomi dan geografi dengan corak ragam yang
berbeda yang mengakibatkan daya dukung dan daya tampung lingkungan yang
berbeda. Sebagai satu kesatuan sistem yang utuh, lingkungan hidup merupakan
kolektifitas dari serangkaian subsistem yang saling berhubungan, saling tergantung dan
fungsional satu sama lain, sehingga membentuk suatu kesatuan ekosistem yang utuh.
Barang tambang adalah bagian dari lingkungan yang disebut juga sumberdaya
alam. Sumberdaya alam adalah segala sesuatu persediaan bahan atau barang alamiah
yang dalam keadaan sebagai mana ditemukan dan perlukan oleh manusia atau yang
dengan suatu upaya tertentu yang dapat bermamfaat bagi manusia (Randall dalam
Zulfikar, 2009). Dalam keadan mentah, sumberdaya dapat dijadikan masukan kedalam
proses penghasilan sesuatu yang berharga, atau dapat memasuki proses konsumsi
secara lansung sehingga mempunyai harga. Sumberdaya mempunyai memiliki konsep
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
keterbatasan, sesuatu yang terbatas bukan sumberdaya. Sumberdaya bermatra ganda,
yaitu kualitas, kuantitas dan ruang (Randall dalam Zukfikar,2009)
Sumberdaya alam adalah semua unsur tata lingkungan biofisik yang dengan
nyata atau potensial dapat memenuhi kebutuhan manusia, atau dengan kata lain
sumberdaya alam adalah semua bahan yang di temukan manusia dalam alam yang
dapat di pakai untuk kebutuhan hidupnya (Katili dalam Zulfikar, 2009). Demikian pula
di ungkapkan Tandjung (2002) sumberdaya merupakan unsur lingkungan yang terdiri
dari sumberdaya alam, dan sumberdaya buatan, sumberdaya alam terbentuk karena
kekuatan alamiah, misalnya tanah,air, perairan, udara, ruang, mineral, energi bentang
alam dan lain sebagainya.
Tandjung (2009) juga mengemukakan bahwa lingkungan hidup di susun oleh
tiga komponen yang di sebut “A, B, C environment” sebagai berikut :
1) Abiotic environment atau lingkungan fisik yang terdiri dari unsur air, udara, lahan
dan energy serta bahan mineral yang terkandung didalamnya.
2) Biotic environment atau lingkungan hayati yaitu unsur-unsur hewan, tumbuhan,
margasatwa lainnya serta bahan baku hayati industri.
3) Culture environment atau lingkungan budaya yang unsur-unsurnya terdiri dari
sistem sosial, ekonomi, budaya serta kesejahteraan.
Komponen tersebut di atas tidak berdiri sendiri atau saling terpisahkan dan
ketiganya saling mempengaruhi. Lingkungan merupakan bagian yang tidak terpisahkan
dari tiga komponen tersebut di atas. Lingkungan (environment) menurut Bintarto,
(1997) merupakan segala sesuatu disekitar manusia baik berupa benda maupun benda
yang dapat dipengaruhi sikap dan tindakan manusia.
b) Tahap-Tahap Aktivitas Penambangan
Tahap-tahap dalam aktivitas penambangan modern ada empat macam, antara
lain sebagai berikut (Hartman, 1987 dalam Latupono, 2001).
1) Prospecting, bertujuan untuk mencari bahan tambang yang mempunyai nilai jual
(mineral logam atau non logam).
2) Exploration, bertujuan untuk mendeterminasi keakuratan cadangan bahan tambang.
Pada tahap ini dilakukan studi kelayakan.
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
3) Development, merupakan tahap pembukaan deposit bahan tambang untuk tahap
selanjutnya yaitu produksi, pada tahap ini dilakukan: a) penghentian kegiatan jika
pada tahap 2 (tahap ekplorasi) tidak layak tambang; b) studi dampak lingkungan,
teknologi yang sesuai, serta perijinan; c) konstruksi akses jalan dan system
transportasi; d) penentuan lokasi pabrik dan fasilitas konstruksi; e) pembukaan
lahan bahan tambang.
4) Eksploitation, merupakan tahap produksi bahan tambang.
Menurut penelitian (Candra, 2011) ada beberapa tahapan penambangan breksi
batuapung di Desa segoroyoso sebagai berikut:
1) Pembersihan lahan
Tahap pembersihan lahan ini dimaksutkan untuk menbersikan lahan yang akan
digali dari tanaman-tanaman yang ada termasuk semak-semak yang menutupi lahan ,
selain itu juga dimaksudkan untuk memudahkan dalam pemindahan tanah pucuk.
2) Pengupasan Tanah Pucuk
Tujuan dari kegiatan ini adalah untuk menyelamatkan tanah pucuk yang akan
digunakan untuk reklamasi agar tetap terjaga kesuburannya dan unsur haranya sebagai
tumbuhnya tanaman, tanah pucuk tersebut dipindahkan di suatu tempat aman yang
tidak jauh dari kegiatan penambangan agar terhindar dari bahaya erosi
3) Penambangan bahan galian breksi batuapung
Penambangan bahan galian breksi batuapung dilakukan di daerah perbukitan
Desa Segoroyoso. Lokasi lahan di tempat kegiatan penambangan meninggalkan
cekungan atau kolam-kolam yang cukup dalam dan terdapat genangan air. Sebagian
lahan merupakan lahan pertanian yang masih digunakan untuk bercocok tanam.
Kegiatan penggalian dilakukan dalam rangka mencari bahan galian yang dapat
dimanfaatkan dan dijual. Peralatan yang digunakan untuk menggali yaitu berupa
peralatan sederhana seperti linggis, cangkul, dan sekop. Selanjutnya penggalian breksi
batuapung dilakukan dengan memanjat tebing galian untuk mendapatkan kualitas batu
yang lebih bagus tanpa melihat keselamatan para penambang.
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
Setelah dilakukan penambangan dan penggalian breksi batuapung, proses
selanjutnya yaitu pemecahan bongkahan batu. Pemecahan bongkahan batu ini dilakukan
untuk menjadikan batu hasil galian dalam ukuran yang lebih kecil. Dengan demikian
batu tersebut mudah dimuat dan diangkut untuk proses selanjutnya. Dalam proses ini
peralatan yang digunakan hanya berupa palu dengan ukuran besar.
4) Pemuatan bahan galian breksi batuapung ke dalam truk
Pemuatan bahan galian breksi batuapung ini dilakukan langsung di tempat
penggalian. Sebagian penggali bertugas untuk mengangkat hasil galiannya masuk ke
dalam bak truk. Dalam sehari, setiap truk pengangkut dapat beroperasi 2 sampai 3 kali.
5) Pengangkutan dan pemasaran
Tahapan terakhir kegiatan penambangan breksi batuapung yang dilakukan di
Desa Segoroyoso yaitu pengangkutan hasil galian dan dipasarkan langsung ke
konsumen atau ditimbun terlebih dahulu ke tempat penimbunan sementara yang
dimiliki oleh penjual bahan material dan bahan bangunan. Dari penjual material dan
bahan bangunan itulah breksi batuapung dipasarkan ke konsumen yang berada disekitar
daeran Kabupaten Bantul dan Kota Yogyakarta. Untuk satu truk bahan galian breksi
batuapung dijual dengan harga berkisar antara Rp 150.000,00 sampai dengan Rp
200.000,00.
c) Pengertian Breksi Batuapung
1) Pengertian batuapung
Batuapung atau pumice adalah jenis batuapung yang berwarna terang,
mengandung buih yang terbentuk dari gelembung berdinding gelas. Batuan ini
terbentuk dari magma asam oleh letusan gunung api yang mengeluarkan materialnya ke
udara, kemudian mengalami traspormasi secara horizontal dan terakumulasi sebagai
batuan piroklastik. Breksi batuapung mengandung jumlah sel yang banyak (berstruktur
selular) akibat ekspansi buih gas alam yang terkandung di dalamnya, pada umumnya
terdapat sebagai bahan lepas atau frakmen-frakmen dalam breksi gunung api. Breksi
batuapung tersusun atas batuapung dengan komposisi yang dominan beserta fragmen-
frakmen lain seperti mineral felspar, kuarsa, obsidian, kristobalit, dan tridimit (Kurrat,
1993).
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
Breksi batuapung termasuk ke dalam batuan sedimen klastik dimana fragmen-
fragmen batuannya merupakan hasil rombakan dari batuan sebelumnya, komponen
fragmen breksi batuapung menunjukan asal batuan merupakan produk kegiatan
volkanisme yang mengalami transportasi air. Hal ini terlihat pada komponen batuan
berupa fragmen andesit dan batuapung yang cendrung membundar tanggung hingga
menyudut tanggung dengan matrik yang halus. Selain informasi tersebut fragmen
batuan memberikan gambaran bahwa sumber volkanisme relatif jauh dari tempat
diendapkannya. Secara umum breksi batuapung memiliki warna putih keabuan, masif
dan menempati daerah-daerah yang memiliki topografi yang tinggi pada gawir-gawir
yang cukup terjal, batu breksi batuapung di daerah Bantul merupakan bagian dari
formasi semilir bagian atas yang tersusun oleh perselingan batupasif tufan, batupasir
tufan kerikilan, batulanau tufan dan breksi batuapaung.(Martini, 1999).
2) Cadangan batuapung
Batu apung oleh masyarakat setempat sering di sebut batu semilir. Penyebaran
cadangan batuapung di Provinsi DIY meliputi tiga Kabupaten, yaitu Kabupaten Gunung
Kidul, Bantul dan Sleman. Potensi batuapung di DIY cukup besar dapat untuk
memenuhi kebutuhan dalam maupun luar ptovinsi DIY, khususnya sebagai bahan
bangunan dan pondasi, bahan pengerasan jalan, batu bata dan batu hiar. Dengan potensi
terbesar di kabupaten Gunung Kidul, Bantul dan Sleman (Racman, 2004). Untuk lebih
lengkapnya lihat tabel 1 di bawah ini.
Tabel 1. Jumlah cadangan batuapung di DIY
No Kabupaten Jumlah kecamatan Jumlah cadangan (M3)
1 Gunung Kidul 2 Kecamatan 502.416.791 m3
2 Bantul 3 Kecamatan 136.440.272 m3
3 Sleman 2 Kecamatan 203.513.046 m3
Jumlah 7 Kecamatan 842.370.109 m3
Sumber : Racman, 2004
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
3) Karakteristik bahan galian
Batuapung (Pumice) terjadi bila magma muncul ke permukaan dan bersentuhan
dengan udara luar secara tiba-tiba. Pumice umumnya terdapat sebagai frakmen yang
terlemparkan pada saat letusan gunung api dengan ukuran sampai bongkahan. Pumice
berwarna putih abu-abu, kekuningan sampai merah, tekstur vesikuler dengan ukuran
bervariasi, kadang-kadang lubang tersebut terisi kalsit atau ziolet. Batuan ini tahan
terhadap perbekuan embun (frost), tidak begitu higroskopis (mengisap air). Mempunyai
asifat penghantar panas yang rendah. Komposisi mineral silikat amorf.
Dari beberapa uji kualitas batu apung di DIY maka dapat dikelompokkan
sebagai berikut : Kenampakan fisik rata-rata berwarna putih abu-abu, tekstur klastik,
struktus berlapis, sortasi jelek, kemas terbuka, tersusun oleh frakmen pumice 79-90 %
dan frakmen andesit 10-25 % berukuran 0,5-5 cm, serta matrik gelas vulkanik dan tuf,
bersifat kompak, agak keras, lapuk ringan-lapuk sedang dan relative ringan.
Berdasarkan data analisis kimia di peroleh unsure sebagai berikut: SiO2 (63,5 -
65%), Al2O3 (13-16%), Fe2O3 (3-5 %), CaO (2,5-3%), MgO (0,2-3), Na2O (2-3%), K2O
(2-3%), TiO2 (0,1-0,5%), H2O (2-5%). Berdasarkan uji sifat mekanik batuan diperoleh
kuat tekan : 33,46-99,76 kg/cm2, berat jenis : 1,256 gr/cm2, keausan: 5,338-16,016
mm/mnt.(Racman,2004).
d.) Klasifikasi Pertambangan Mineral
Berdasar Peraturan Pemerintah Nomor 23 Tahun 2010 tentang Pelaksanaan
Kegiatan Usaha Pertambangan Mineral dan Batubara pasal 2 butir 2, bahwa komoditas
tambang dikelompokan menjadi 5 golongan, yakni:
1) mineral radioaktif meliputi radium, thorium, uranium, monasit, dan bahan galian
radioaktif lainnya.
2) mineral logam meliputi litium, berilium, magnesium, kalium, kalsium, emas,
tembaga, perak, timbal, seng, timah, nikel, mangaan, platina, bismuth, molibdenum,
bauksit, air raksa, wolfram, titanium, barit, vanadium, kromit, antimoni, kobalt,
tantalum, cadmium, galium, indium, yitrium, magnetit, besi, galena, alumina,
niobium, zirkonium, ilmenit, khrom, erbium, ytterbium, dysprosium,
thorium,cesium,lanthanum, niobium, neodymium, hafnium, scandium, aluminium,
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
palladium, rhodium, osmium, ruthenium, iridium, selenium, telluride, stronium,
germanium, dan zenotin.
3) mineral bukan logam meliputi intan, korundum, grafit, arsen, pasir kuarsa,
fluorspar, kriolit, yodium, brom, klor, belerang, fosfat, halit, asbes, talk, mika,
magnesit, yarosit, oker, fluorit, ball clay, fire clay, zeolit, kaolin, feldspar, bentonit,
gipsum, dolomit, kalsit, rijang, pirofilit, kuarsit, zirkon, wolastonit, tawas, batu
kuarsa, perlit, garam batu, clay, dan batu gamping untuk semen.
4) batuan meliputi, tras, toseki, obsidian, marmer, perlit, tanah diatome, tanah serap
(fullers earth), slate, granit, granodiorit, andesit, gabro, peridotit, basalt, trakhit,
leusit, tanah liat, tanah urug, batuapung, opal, kalsedon, chert, kristal kuarsa, jasper,
krisoprase, kayu terkersikan, gamet, giok, agat, diorit, topas, batu gunung quarry
besar, kerikil galian dari bukit, kerikil sungai, batu kali, kerikil sungai ayak tanpa
pasir, pasir urug, pasir pasang, kerikil berpasir alami (sirtu), bahan timbunan pilihan
(tanah), urukan tanah setempat, tanah merah (laterit), batu gamping, onik, pasir laut,
dan pasir yang tidak mengandung unsur mineral logam atau unsur mineral bukan
logam dalam jumlah yang berarti ditinjau dari segi ekonomi pertambangan.
5) batubara meliputi bitumen padat, batuan aspal, batubara, dan gambut.
Berdasarkan SNI Klasifikasi Sumber daya Mineral dan cadangan tahun 1998
Sumberdaya mineral (mineral resource) adalah endapan mineral yang diharapakan
dapat dimamfaatkan secara nyata, sumberdaya mineral dengan keyakinan giologi
tertentu dapat berubah menjadi cadangan setelah dilakukan pengkajian kelayakan
tambang dan memenuhi criteria layak tambang. Sedangkan cadangan (reserve) adalah
endapan mineral yang telah diketahui ukuran, bentuk,sebaran, kuantitas dan kualitasnya
yang secara ekonomis,teknis, hukum, lingkungan dan sosial dapat di tambang pada saat
perhitungan dilakukan.
Dari penelitian Racman, 2004, bahan galian di Provinsi DIY yang teridentifikasi
berjumlah 18 yang terdiri dari bahan galian golongan C dan B yang tersebar di empat
kabupaten di Yogyakarta yang dapat di kelompokkan berdasarkan SNI sumberdaya
mineral, batu bara dan gambut 1998 sebagai berikut :
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
1) Komoditas bahan bangunan/kontruksi : andesit, trass, batuapung, sirtu, dan marmer.
2) Komoditas mineral industri : batugamping, gipsum,zeolit, bentonit, klasit, barit, dan
pasir besi.
3) Komoditas bahan keramik : lempung, batupasir kuarsa, feldspar dan kaolin.
4) Komoditas batu mulia dan batu hiar : emas
5) Komoditas batubara dan gambut : batubara.
e) Kerusakan Akibat Penambangan
Kegiatan penambangan dapat mengakibatkan kerusakan lingkungan dalam suatu
kawasan. Besarnya kerusakan tergantung pada faktor kegiatan penambangan dan faktor
kondisi lingkuangan. Faktor kegiatan penambangan antara lain berkaitan dengan letak
cebakan mineral, faktor teknik penambangan, pengolahan dan sebagainya. Sedangkan
faktor lingkungan adalah faktor kepekaan lingkungan antara lain faktor geografis dan
morfologis, faktor fauna dan flora serta faktor hidrologis. Faktor-faktor tersebut harus
dijadikan pertimbangan dalam kebijakan alokasi mineral (Anonim, 2000 dalam
Latupono, 2005).
Soemarwoto (1994) mengemukakan secara garis besar dampak yang ditimbulkan
akibat kegiatan pertambangan adalah sebagai berikut.
1) Kerusakan lahan pertanian, yaitu permukaan lahan rusak banyak cekungan dan
lubang bekas penambangan yang tergenang oleh air umumnya tidak produktif lagi
karena tanahnya terkelupas.
2) Gangguan hidrologis, dapat menimbulkan banjir pada saat hujan deras dan juga
diposisi yang cepat pada dasar sungai.
3) Iklim mikro, dampaknya terhadap perubahan iklim mikro dan kualitas udara.
4) Flora dan fauna, mengakibatkan pindahnya spesies-spesies tertentu yang seharusnya
di lindungi dan dianggap langka.
5) Sosial ekonomi, kedatangan pekerja ke tempat penambangan sering menimbulkan
permasalahan, penyediaan air bersih, pembuangan limbah dan dampak sosial.
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
f )Lingkungan Hidup dan Kerusakan Lahan
Undang-Undang Nomor 32 Tahun 2009 tentang Perlindungan dan Pengelolaan
Lingkungan Hidup pasal 1 butir 1 menyebutkan bahwa lingkungan hidup adalah
kesatuan ruang dengan semua benda, daya, keadaan, dan makhluk hidup, termasuk
manusia dan perilakunya, yang mempengaruhi alam itu sendiri, kelangsungan
perikehidupan, dan kesejahteraan manusia serta makhluk hidup lain
Lingkungan hidup sebagai tempat hunian dari waktu ke waktu terus berubah
tergantung dengan makhluk hidup di dalamnya. Dengan adanya peningkatan
kemampuan manusia akan mempengaruhi perubahan pada lingkungan dengan
memanfaatkan sumber daya yang ada seiring dengan peningkatan jumlah manusia dan
peningkatan kebutuhan hidup. Dengan perubahan lingkungan akan mengakibatkan
lingkungan kurang sesuai untuk mendukung kehidupan manusia dan kesejahteraan
makhluk hidup terganggu sehingga perlu adanya pengelolaan dan pemanfaatan secara
optimal terhadap lingkungan hidup. Komponen lingkungan terdiri atas abiotik, biotik
dan kultur. Di antara ketiga komponen tersebut terjadi interaksi dan menghasilkan
hubungan dinamis setiap perubahan yang terjadi pada salah satu komponen lingkungan
selanjutnya akan mempengaruhi komponen lingkungan yang lainnya. Hal ini juga
berlaku pada pemanfaatan sumber daya alam.
Berdasarkan defenisi FAO, lahan adalah suatu wilayah daratan yang ciri cirinya
merangkum semua tanda pengenal (attribute) biosfer, atmosfer, tanah, geologi,
timbunan, hidrologi, populasi tumbuhan dan hewan, serta hasil kegiatan manusia masa
lalu dan masa kini yang bersifat mantap dan bersifat mendaur sejauh hal-hal tersebut
bersifat mendaur atas penggunaan lahan pada masa kini dan masa mendatang.
Sedangkan menurut Fandeli C. 1992. lahan merupakan suatu wilayah daratan bumi
yang ciri-cirinya mencangkup semua tanda pengenal (attributes) atmosfer, tanah,
geologi, timbulan (relief), hidrologi, dan populasi hewan dan tumbuhan, baik yang
bersifat mantap maupun yang bersifat mendaur, serta hasil kegiatan manusia masa lalu
dan masa kini.
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
Selain itu, lahan adalah hamparan di muka bumi yang merupakan perpaduan
sejumlah sumber daya alam dan binaan. Sumber daya binaan menjadi komponen lahan
apabila kehadirannya berpengaruh penting atas penggunaan lahan pada masa kini dan
masa mendatang seperti waduk, hamparan sawah, kawasan industri, jaringan jalan, kota
dan sebagainya. Lahan merupakan suatu wilayah yakni suatu satuan ruang berupa suatu
lingkungan hunian manusia dan hayati lain, lahan menunjuk kepada keseluruhan
keadaan luar tempat suatu organisme berada yang mempengaruhi perwujudan
organisme atau objek yang lainnya. Jadi, komponen lahan adalah segala tampakan dan
gejala baik yang bersifat tetap (misalnya tanah) maupun yang bersifat mendaur
(misalnya musim) yang menentukan nilai guna lahan untuk manusia (Notohadinegoro,
1999).
g ) Reklamasi
Reklamsi adalah kegiatan yang bertujuan memperbaiki atau menata kegunaan
lahan yang terganggu sebagai akibat kegiatan usaha pertambangan umum, agar dapat
berfungsi dan berdaya guna sesuai peruntukannya.( Direktorat Teknik dan Lingkungan
Mineral Batubara dan Panas Bumi). Tujuan reklamsi adalah :
a) Mengupayakan keadaan lingkungan yang seimbang dan serasi berkesenambungan
dengan mempertahankan kelestarian fungsi lingkungan hidup.
b) Mengurangi kerusakan dan pencemaran lingkungan setelah kegiatan penambangan
berakhir
c) Mengembangkan alternatif bentuk penatan lingkungan pasca penambangan sesuai
kondisi lingkungan dan Rencana Umum Tata Ruang Daerah setempat.
d) Mengembalikan dan meningkatkan daya dukung lahan terhadap lingkungan.
Untuk mengurangi dampak negatif dari aktivitas penambangan breksi
batuapung, reklamasi harus dilakukan sejak awal yaitu selama maupun setelah kegiatan
penambangan selesai. Reklamsi pada areal bekas penambangan merupakan satu
kesatuan kegiatan yang tidak terpisahkan dengan aktivitas penambangan itu sendiri.
Oleh karena itu diperlukan perencanaan yang matang dalam penyusunan reklamasi.
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
Upaya reklamasi lahan bekas penambangan terbuka dilakukan dengan menutup
kembali kolong yang terbuka dengan tanah penutup (overburden) hasil galian dari blok
tersebut. Tanah penutup diratakan dan dipadatkan dengan sistem teras bangku datar
dengan lebar bangku teras >5 m, tinggi vertikal interval <2 m, dan kemiringan tebing
teras ±60%. Pengaturan bentuk lahan dengan membentuk teras bangku bertingkat.
Jumlah bangku teras disesuaikan dengan volume tanah penutup dan ruang yang tersedia
di areal penimbunan. Teras bangku merupakan teknik konservasi yang paling efektif
mencegah erosi pada tanah yang mempunyai solum dalam dan berstruktur baik, namun
dengan biaya konstruksi lebih mahal (Haryati etal.1989 dalam subowo 2011).
h ) Pengelolaan Pertambangan yang Baik dan Benar
Penambangan adalah kegiatan yang memiliki kecenderungan untuk menurunkan
nilai dan mutu lingkungan. Usaha pemerintah untuk menekan terjadinya penurunan
kualitas lingkungan akibat aktivitas penambangan adalah dengan mengeluarkan
beberapa peraturan, peraturan tersebut diantaranya adalah Undang-Undamh Nomor 32
tahun 2009 tentang Perlindungan dan Pengelolaan Lingkungan Hidup dan Keputusan
Menteri Lingkungan Hidup Nomor 17 Tahun 2001 tentang Jenis Rencana Usaha dan
atau Kegiatan yang wajib dilengkapi dengan AMDAL.
Kegiatan pertambangan berdampak pada lingkungan, baik skala besar maupun
skala kecil. Pada pertambangan berskala besar, dampak dapat terjadi sejak tahap
eksplorasi hingga eksploitasi. Berdasarkan kegiatan dan efek dampak yang
ditimbulkannya, maka dampak tersebut tersebut di atas harus dikelola dan ditekan
menjadi semenimal munkin, dengan kondisi lingkungan segera dipulihkan kembali.
Upaya Pengelolaan lingkungan adalah serangkaian kegiatan/upaya terpadu untuk
melestarikan fungsi lingkungan hidup yang meliputi kebijakan pelaksanan,
pengembangan, pemeliharan, pemulihan, pengawasan, dan pengendalian lingkungan
hidup, termasuk pula bagi pengelolaan kehayati dibidang pertambangan (Direktorat
Teknik dan Lingkungan Mineral Batubara dan Panas Bumi, 2006)
Industri pertambangan merupakan industri yang penuh dengan kontroversi. Di
satu sisi, industri pertambangan mempunyai potensi besar untuk menciptakan
kesejahteraan masyarakat, namun di sisi lain industri ini juga menimbulkan berbagai
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
perubahan lingkungan yang mengancam kelestarian fungsi lingkungan dan kehidupan
sosial budaya masyarakat. Potensi-potensi positif pertambangan sering kali tidak
mampu mengkompensasikan potensi-potensi negatifnya, sehingga industri
pertambangan mempunyai potensi konflik dengan kepentingan masyarakat (Sudaryanto
dan Muryani, 2002).
Suyartono (2003) menjelaskan bahwa pengelolaan pertambangan yang baik dan
benar perlu terus dikaji dan dikembangkan pada usaha penambangan masa kini. Melalui
penerapan tatacara pertambangan yang baik maka dapat dihindari terjadinya
pemborosan sumberdaya mineral, tercapainya optimalisasi sumber daya, terlindungnya
fungsi-fungsi lingkungan, serta terlindunginya keselamatan dan kesehatan para pekerja.
Secara garis besar tahapan-tahapan pengelolaan pertambangan yang baik dan
benar menurut Suyartono (2003) adalah sebagai berikut.
a) Penerapan teknik penambangan yang tepat
b) Peduli lingkungan.
c) Peduli kesehatan dan keselamatan kerja.
d) Penerapan prinsip konservasi.
e) Mempunyai nilai tambah.
f) Optimalisasi manfaat bagi masyarakat, dan
g) Standarisasi pertambangan.
Upaya-upaya pengelolaan sumber daya alam harus diarahkan tidak hanya untuk
kepentingan jangka pendek nasional yakni meningkatkan devisa negara, tetapi juga
kepentingan jangka panjang dalam skala yang lebih luas. Dalam konteks ini,
sebagaimana upaya pengelolaan sumber daya tanah, aspek penataan ruang menjadi
penting untuk memfasilitasi proses-proses pemanfaatan dan pelestarian fungsi
lingkungan. Selanjutnya pengembangan sistem pendataan dan informasi sumber daya
alam menjadi syarat mutlak berbagai upaya pengelolaan sumberdaya alam (Sudaryanto
dan Muryani, 2002).
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
2. Pengertian Sosial Ekonomi
Status sosial ekonomi didefinisikan sebagai kondisi individu atau keluarga
berkenaan dengan ukuran rata-rata yang umum berlaku tentang pemilikan kultural,
pendapatan efektif, pemilikan barang-barang dan partisipasi dalam aktivitas kelompok
dari komunitasnya. Faktor geografi dan demografi masyrakat tertentu akan menentukan
kondisi sosial ekonomi masyarakat karena di dalamnya terdapat perbedaan pilihan mata
pencarian untuk dapat meningkatkan kesejahteraannya (Svalastoga, 1989).
a) Faktor-faktor yang mempengaruhi status Sosial Ekonomi
Tan (1983) menjelaskan pengertian status sosial ekonomi masyarakat, yaitu
kedudukan sosial ekonomi dalam masyarakat yang dipengaruhi oleh pekerjaan,
pendidikan dan penghasilan. Penjelasan dari faktor-faktor tersebut adalah :
1) Pekerjaan adalah usaha sadar atau kegiatan-kegiatan yang dilakukan baik sebagai
pekerja tetap atau sampingan untuk memperoleh penghasilan.
2) Pendidikan adalah jenjang formal yang pernah ditempuh oleh seseorang atau
kesempatan pendidikan yang lain.
3) Penghasilan merupakan jumlah hasil yang diperoleh seseorang atas usaha atau
pekerjaannya yang diukur berdasarkan materi.
Peningkatan angkatan kerja yang tidak seimbang dengan peluang kerja baru
telah menimbulkan permasalah sosial. Salah satu penyebabnya adalah intesifikasi
bidang pertanian yang menimbulkan dampak negatif terhadap menurunnya daya serap
sektor pertanian. Kondisi ini telah mendorong sebagai buruh tani dan petani untuk
mencari peluang kerja baru diluar sektor pertanian antara lain kerajinan ukiran,
kerajinan rumah tangga, dan menambang bahan galian golongan C (breksi batuapung).
Menurut Hadi (2005) dampak sosial muncul ketika terdapat aktivitas; proyek,
program atau kebijaksanaan yang akan akan diterapkan pada suatu masyarakat.
Sedangkan Carley dan Bustelo (1984) dalam Hadi (2005) ruang lingkup aspek sosial
paling tidak mencakup aspek demografi, sosial ekonomi, istitusi dan psikologis, serta
sosial budaya. Parameter dari aspek demografi meliputi angkatan kerja, perubahan
struktur penduduk, dan kesempatan kerja. Aspek sosial ekonomi meliputi perubahan.
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
pendapatan, kesempatan berusaha, dan pola tenaga kerja, dari aspek institusi
meliputi naiknya permintaan akan fasilitas seperti perumhan, sekolah, dan sarana
rekreasi, sedangkan dari aspek sosial budaya yaitu keterkaitan dengan tempat tinggal.
Gambar 1. Ruang Lingkungan Studi Dampak Sosial. Sumber: Lou D’Arnaur and Sheila
Rittenberg ( 1987 dalam Hadi ( 2005 )
Dapatlah disampaikan bahwa dampak sosial merupakan perubahan yang terjadi
pada manusia akibat dari suatu kegiatan atau aktivitas pembangunan atau menurut
istilah PP 51/1993 disebut sebagai rencana usaha atau kegiatan. Perubahan itu menurut
Anmour (1987) dalam Hadi (2005) meliputi aspek-aspek :
1) Cara hidup (way of life), termasuk di dalamnaya bagaimana manusia dan
masyarakat itu hidup, bekerja, bermain, dan berinteraksi satu dengan yang lainnaya.
2) Budaya (culture), termasuk di dalamnya system nilai, norma dan kepercayaan.
3) Komunitas (comunity), meliputi stuktur penduduk, kohesi sosial, tabilitas
masyarakat, estetika, sarana dan prasarana yang di akui sebagai “ public facilities”
adalah gedung Sekolah, Musholla, balai Rukun Warga (RW), dan lain-lain.
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
Dengan adanya suatu perubahan tehadap lingkungan, secara langsung atau tidak
langsung juga akan mempengaruhi pola kehidupan sosial ekonomi masyarakat
setempat. Pembangunan ekonomi sebagai unsur dominan pembangunan nasional adalah
suatu proses yang menyebabkan pendapatan riil perkapita suatu masyarakat meningkat
dalam jangka panjang.
b) Konsep Perubahan Sosial Ekonomi Masyarakat
Menurut ilmu antropologi, masyarakat berasal dari kata arab, yaitu syarakat
yang berarti “Ikut serta berpartisipasi “( Koentjaraningrat, 2000 ). masyarakat berarti
sekumpulan manusia yang saling bergaul atau dalam istilah ilmiah saling berintegrasi
antara warga-warganya, adat istiadat, norma-norma, hukum dan aturanaturan khusus
yang mengatur seluruh pola tingkah laku warga Negara, kota dan desa atau suatu
komuditas,dalam suatu waktu dan suatu rasa identitas kuat yang mengikatsemua
warganya (Koentjaraningrat, 2000).
Masyarakat dalam kegiatan pertambangan adalah masyarakat yang terlibat
dalam aktifitas pertambangan rakyat (skala kecil), yaitu masyarakat pedesaan yang
merupakan suatu komuditas penduduk yang umumnya memiliki keterkaitan erat dengan
usaha pertambangan emas rakyat yang ada di daerah tersebut. Konsep perubahan sosial
umumnya diartikan dengan sangat biasa. Menurut Moore (1967) dalam Lauer ( 1993 ),
perubahan sosial didefinisikan sebagai perubahan penting dari struktur sosial dalam
hal ini dimaksudkan sebagai pola-pola17 prilaku dan interaksi sosial. Ekspresi tentang
struktur adalah norma, nilai dan fenomena kultural.
Faktor-faktor penyebab timbulnya perubahan sosial budaya menurut Murdock
(1960) dalam Manan (1977), adalah :
a) Pertambahan dan pengurangan jumlah penduduk
b) Perubahan lingkungan geografis
c) Perpindahan kelingkungan baru
d) Kontak dengan orang yang berlainan kebudayaan
e) Malapetaka alam dan sosial seperti banjir, kegagalan panen, epidemic, perang dan
depresi ekonomi
f) Kelahiran atau kematian seseorang pemimpin
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
c) Dampak Kegiatan Pertambangan dengan Perubahan Sosial Ekonomi
Ritohardoyo (1991) mengemukakan bahwa analisis dampak tidak hanya yang
bersifat negatif saja, tetapi juga yang berdampak positif, dengan bobot dan analisa yang
sama. Oleh karena itu, beliau berpendapat bahwa dampak adalah setiap perubahan yang
terjadi di lingkuangan akibat adanya kativitas manusia. Dalam hal ini tidk disebutkan
karena adanya proyek, mengingat proyek sering diartikan sebagai bangunan fisik saja,
pada kenyataannya sering terdapat proyek yang secara fisik sangat kecil, tetapi
mempunyai dampak yang sangat besar.
Pengertian dampak juga diungkapkan oleh Kartono dalam Zulfikar (2009)
adalah suatu kegiatan yang di timbulkan oleh suatu kegiatan, dapat bersifat positif dan
negatif. Dalam Undang-Undang No 32 tahun 2009 tentang Perlindungan dan
pengelolaan lingkungan hidup diungkapkan bahwa dampak lingkungan hidup adalah
pengaruh perubahan pada lingkungan hidup yang diakibatkan oleh suatu usaha atau
kegiatan. Kegiatan yang berdampak sosial merupakan kegiatan yang berpengaruh
terhadap kepentinga umum, baik secara cultural maupun struktural.
Setiap aktivitas pembangunan akan berpengaruh terhadap sosial masyarakat,
termasuk kegiatan penambangan yang dilakukan oleh masyarakat, hal ini sesuai dengan
pendapat Spengler dan Harington dalam Zulfikar (2009), yang menekankan bahwa pada
kenyataan manusia mampu mengendalikan perubahan dan memberikan tanggapan
kepadanya, dan apabila manusia tidak berjuang mengendalikan jalannya perkembangan,
manusia akan menjadi budak sendiri. Untuk menganalisis hubungan suatu
pembangunan dengan perubahan sosial, dimulai oleh pandangan Lauer dalam Zulfikar
(2009) dengan pendekatan evolusi, yaitu gagasan mengenai evolusi menurut garis lurus
banyak (multilinier), yang merupakan salah satu pendekatan utama untuk memahami
perkembangan kebudayaan yang berhubungan dengan pembangunan. Steward dalam
Gama (1992) menyatakan bahwa pendekatan multilinier ini merupakan kritik teori garis
lurus menyatu (Unilinier), yang mencakup hal-hal umum, dan bahwa perubahan sosial
itubergerak ketahapan masyarakat yang lebih tinggi, baik dan matang. Teori ini
merupakan suatu upaya untuk mempelajari bagai mana faktor-faktor dalam suatu situasi
tertentu akan membentuk perkembangan suatu jenis masyarakt, yang berarti Steward
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
memberikan penekanan bahwa adanya perubahan budaya yang khas untuk masing-
masing masyarakat.
Febriamansyah (2003) menyatakan bahwa dalam suatu upaya pembangunan,
kebutuhan suatu perubahan kondisi sosial ekonomi masyarakat lokal adalah suatu yang
tidak dapat dihindari. Pada saat perkembangan masyarakat berintegrasi dengan
masyarakat lainnya terjadi suatu perubahan yang menuntut peningkatan pemanfaatan
potensi ekonomi lokal lebih dari yang biasanya, yang dibutuhkan tidak hanya konsumsi
lokal, tetapi juga untuk kebutuhan konsumsi masyarakat lainnya.
3. Membuat Strategi dengan Analisis SWOT
Manajemen dalam sektor publik umumnya memakai pendekatan dari sisi
Persediaan (supply), maka langka yang dipakai dalah SWOT. Analisi SWOT adalah
(Strength, Weakness, Opportunity, Threat) atau kekuatan, kelemahan, kesempatan dan
peluang. Analisis ini meliputi analisis internal (Strength dan Weakness) dan analisis
eksternal (Opportunity dan Threat). (Muta’ali, 2003)
Prosedur memakai SWOT terdiri dari 6 langkah yaitu :
a. OT(Opportunity-Threat)
b. SW dan interaksi SWOT
c. Membuat alternative strategi
d. Klasifikasi isyu strategi
e. Klarifikasi
f. Pembuatan rengking untuk memilih strategi
Elemen SWOT dan pertanyaan yang dapat membantu pengisian dapat di lihat tabel
2 berikut:
Tabel 2. Elemen SWOT
S (Strength) Apa kekuatan utama saya? (dari dulu sampai
sekarang)
W (Weaknesss) Apa kelemahan utama saya? (dari dulu
sampai sekarang)
O (Opportunity) Apa kesempatan eksternal yang saya
punyai? ( mulai sekarang sampai masa datang
T (Threat) Apa ancaman eksternal utama saya? (dari
sekarang samapai masa datang)
Sumber data: Muta’ali, 2003
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
a) Analisis Internal (SW)
Analisi internal (SW) memiliki elemen-elemen yang berhubungan dengan:
1) Produk organisasi
2) Pelayanan
3) Struktur
4) Sumberdaya, keuangan, tenaga kerja, imformasi
5) Prosedur
6) Budaya
7) Strategi saat ini
b) Analisis Eksternal (OT)
Analisis eksternal (OT) memiliki elemen-elemen sebagai berikut:
1) Lingkungan sosial yang disingkat PEST yaitu: Politik, Ekonomi, Sosial, Teknologi,
yang merupakan faktor makro dan tren makro yang tidak hanya mengenai
organisasi, tetapi juga berlaku bagi setiap orang
2) Lingkungan tugas termasuk faktor/trend yang berkait lansung dengan misi
organisasi yaitu: Kompetisi, produk baru/proses, perubahan kekuatan/kebutuhan
stakeholder.
c) Langkah Perencanaan Strategi dalam pembangunan
Menurut Muta’ali (2003) ada enam langkah dasar dalam perencanaan strategis
dalam tingkatan masyarakat :
a) Memilih stakeholder utama diantara banyak stakeholder sektor publik yang saling
bertentangan
b) Analisis lingkungan
c) Memilih isu-isu kunci
d) Menetapkan misi atau tujuan luas
e) Mempbuat analis eksternal dan internal
f) Mengembangkan tujuan, sasaran strategis dalam melihat setiap isyu
g) Mengembangkan rencana implementasi dalam menjalankan tindakan strategis
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
B. Kerangka Alur Pikir Penelitian
Dengan adanya kegiatan penambangan breksi batuapung tersebut, dampak positif
bagi para penambang dan pemilik modal berupa keuntungan dari hasil penjualan breksi
batuapung di Desa Segoroyoso. Akan tetapi dampak negatif terhadap lingkungan
khususnya lingkungan fisik juga ditimbulkan akibat penambangan breksi batuapung, untuk
menjelaskan keterkaitan antara latar belakang, rumusan masalah, hingga kesimpulan dari
penelitian yang akan dilaksanakan,dapat dilihat pada pada gambar berikut ini.
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
Gambar 2. Kerangka alur pikir penelitian
Faktor Sosial ekonomi: kondisi atau kebutuhan hidup masyarakat,
kesulitan ekonomi.
SDA Breksi batuapung
Dampak terhadap lingkungan
Biotik
Hilangnya jenis vegetasi yang terdapat di lokasi penelitian
Abiotik
a. Hilangnya top soil/lapisan tanah penutup c. Kerusakan lahan dan bukit breksi batuapung
d. Perubahan morfologi lahan e. Perubahan terhadap penggunaan lahan
Culture
a. Meningkatnya pendapatan keluarga b. Berubahnya life style atau gaya hidup masyarakat c. Keresahan masyarakat yang pekerjaannya bukan seorang penambang
Tingkat kerusakan lingkungan, meliputi
a) Batas kedalaman lubang galian b) Penyelamatan tanah pucuk. c) Relief dasar galian. d) Batas kemiringan tebing galian e) Tinggi dinding galian f) Upaya reklamasi g) Kondisi jalan
a. Kerusakan lahan atau bukit breksi batuapung b. Perubahan penggunaan lahan c. Perubahan terhadap morfologi lahan
Dampak lingkungan Fisik, Sosial, ekonomi
Analisis Pengharkatan
Strategi pengelolaan lingkungan daerah penambangan
Skoring (Keputusan Gubernur DIY, No 63 Tahun 2003)
Analisis SWOT
Penambangan
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
C. Hipotesis
1. Telah terjadi kerusakan lingkungan fisik, berupa kerusakan sedang dan kerusakan
berat akibat penambangan breksi batuapung di Desa Segoroyoso, Kecamatan Pleret,
Kabupaten Bantul, Provinsi DIY.
2. Terjadinya perubahan sosial ekonomi, berupa meningkatnya pendapatan keluarga,
berubahnya life style atau gaya hidup masyarakat dan keresahan masyarakat yang
pekerjaannya bukan seorang penambangan dengan adanya kegiatan penambangan
breksi batuapuang di Desa Segoroyoso, Kecamatan Pleret, Kabupaten Bantul,
Provinsi DIY.
3. Strategi yang tepat untuk penambangan breksi batuapung adalah dengan
menyatukan ekonomi dan berupaya tetap menjaga fungsi lingkungan di sekitar
penambangan.
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user