BAB II TINJAUAN PUSTAKA A. Hakikat Tingkat Pendidikanrepository.ump.ac.id/6992/3/Hafif Hasanah Bab...

21
BAB II TINJAUAN PUSTAKA A. Hakikat Tingkat Pendidikan Pada dasarnya pendidikan adalah usaha sadar membentuk seseorang mencapai taraf kedewasaan, dengan demikian pendidikan merupakan proses salah suatu iteraksi antar manusia. Pendidikan dalam arti luas memegang peranan yang strategis bagi setiap masyarakat. Bahkan kwalitas bangsa dapat diukur sejauh mana kualitas yang diberlakukan. Jelaslah bangsa yang mempunyai pendidikan yang berkualitas akan mampu pula menyediakan sumber daya manusia yang berkualitas menyeluruh. Pendidikan tidak hanya sebagai wadah penyiapan sumber daya manusia bermutu melainkan juga sebagai wadah bagi pemberdayaan masyarakat (Marjoko dalam Marwoto 2000). Jenjang pendidikan yang termasuk jalur pendidikan sekolah terdiri dari pendidikan dasar, pendidikan menengah, pendidikan tinggi. Selain jenjang pendidikan di atas diselenggarakan pendidikan pra sekolah sebagai persiapan untuk memasuki sekolah dasar. a. Pendidikan Pra Sekolah Pendidikan Pra sekolah diselenggarakan untuk meletakkan dasar- dasar ke arah perkembangan sikap, pengetahuan, keteramplan, dan daya cipta yang diperlukan anak untuk hidup di lingkungan masyarakat serta memberikan bekal kemampuan dasar untuk memasuki jenjang sekolah dasar dan 4 Kajian Faktor-Faktor..., Hafif Hasanah, FKIP UMP, 2014

Transcript of BAB II TINJAUAN PUSTAKA A. Hakikat Tingkat Pendidikanrepository.ump.ac.id/6992/3/Hafif Hasanah Bab...

4

BAB II

TINJAUAN PUSTAKA

A. Hakikat Tingkat Pendidikan

Pada dasarnya pendidikan adalah usaha sadar membentuk seseorang

mencapai taraf kedewasaan, dengan demikian pendidikan merupakan proses

salah suatu iteraksi antar manusia. Pendidikan dalam arti luas memegang

peranan yang strategis bagi setiap masyarakat. Bahkan kwalitas bangsa dapat

diukur sejauh mana kualitas yang diberlakukan. Jelaslah bangsa yang

mempunyai pendidikan yang berkualitas akan mampu pula menyediakan

sumber daya manusia yang berkualitas menyeluruh. Pendidikan tidak hanya

sebagai wadah penyiapan sumber daya manusia bermutu melainkan juga

sebagai wadah bagi pemberdayaan masyarakat (Marjoko dalam Marwoto

2000).

Jenjang pendidikan yang termasuk jalur pendidikan sekolah terdiri dari

pendidikan dasar, pendidikan menengah, pendidikan tinggi. Selain jenjang

pendidikan di atas diselenggarakan pendidikan pra sekolah sebagai persiapan

untuk memasuki sekolah dasar.

a. Pendidikan Pra Sekolah

Pendidikan Pra sekolah diselenggarakan untuk meletakkan dasar- dasar ke

arah perkembangan sikap, pengetahuan, keteramplan, dan daya cipta yang

diperlukan anak untuk hidup di lingkungan masyarakat serta memberikan

bekal kemampuan dasar untuk memasuki jenjang sekolah dasar dan

4

Kajian Faktor-Faktor..., Hafif Hasanah, FKIP UMP, 2014

5

mengembangkan diri sesuai dengan asas pendidikan sedini mungkin dan

seumur hidup (Ihsan, 2010: 129).

UU Sistem Pendidikan Nasional nomor 20 tahun 2003 pasal 28

menjelaskan:

1. Pendidikan anak usia dini diselenggarakan sebelum jenjang pendidikan

dasar.

2. Pendidikan anak usia dini dapat diselenggarakan melalui jalur pendidikan

formal, nonformal, dan/atau informal.

3. Pendidikan anak usia dini pada jalur pendidikan formal berbentuk Taman

Kanak-kanak (TK), Raudatul Athfal (RA), atau bentuk lain yang sederajat.

4. Pendidikan anak usia dini pada jalur pendidikan nonformal berbentuk

Kelompok Bermain (KB), Taman Penitipan Anak (TPA), atau bentuk lain

yang sederajat.

5. Pendidikan anak usia dini pada jalur pendidikan informal berbentuk

pendidikan keluarga atau pendidikan yang diselenggarakan oleh lingkungan.

6. Ketentuan mengenai pendidikan anak usia dini sebagaimana dimaksud

dalam ayat (1), ayat (2), ayat (3), dan ayat (4) diatur lebih lanjut dengan

Peraturan Pemerintah.

Kajian Faktor-Faktor..., Hafif Hasanah, FKIP UMP, 2014

6

b. Pendidikan dasar

Pendidikan dasar adalah pendidikan yang memberikan

pengetahuan dan keterampilan, menumbuhkan sikap dasar yang

diperlukan dalam masyarakat, serta mempersiapkan peserta didik untuk

mengikuti pendidikan menengah. Pendidikan dasar pada prinsipnya

merupakan pendidikan yang memberikan bekal dasar bagi perkembangan

kehidupan, baik untuk pribadi maupun untuk masyarakat. Karena itu,

bagi setiap warga negara harus disediakan kesempatan untuk

memperoleh pendidikan dasar. Pendidikan ini dapat berupa pendidikan

sekolah ataupun pendidikan luar sekolah, yang dapat merupakan

pendidikan biasa ataupun pendidikan luar biasa ( Ihsan 2010 :22).

Pendidikan dasar adalah pendidikan yang berfungsi memberikan

bekal dasar pembangunan kehidupan, baik untuk pribadi maupun untuk

masyarakat. Pendidikan dasar juga berfungsi untuk mempersiapkan

pelajar mengikuti pendidikan menengah. Karena itu bagi setiap rakyat

Indonesia harus disediakan kesempatan untuk memperoleh pendidikan

dasar, dan tiap- tiap warga negara diwajibkan menenpuh pendidikan yang

sekurang- kurangnya dapat membekali dirinya dengan sikap,

pengetahuan, dan ketramplan dasar. Pendidikan ini dilaksanakan pada

umur kira- kira 6-12 tahun ( Sikun dalam Ihsan 2010: 24).

UU Sistem Pendidikan Nasional nomor 20 tahun 2003 pasal 17

tentang Pendidikan Dasar menjelaskan:

Kajian Faktor-Faktor..., Hafif Hasanah, FKIP UMP, 2014

7

1. Pendidikan dasar merupakan jenjang pendidikan yang melandasi

jenjang pendidikan menengah.

2. Pendidikan dasar berbentuk Sekolah Dasar (SD) dan Madrasah

Ibtidaiyah (MI) atau bentuk lain yang sederajat serta Sekolah Menengah

Pertama (SMP) dan Madrasah Tsanawiyah (MTs), atau bentuk lain yang

sederajat.

3. Ketentuan mengenai pendidikan dasar sebagaimana dimaksud dalam

ayat (1) dan ayat (2) diatur lebih lanjut dengan Peraturan Pemerintah.

c. Pendidikan Menengah

Pendidikan menengah adalah pendidikan yang mempersiapkan

peserta didik menjadi anggota mayarakat yang memiliki kemampuan

mengadakan hubungan timbal balik dengan dengan lingkungan sosial

budaya, dan alam sekitar, serta dapat mengembangkan kemampuan lebih

lanjut dalam duna kerja atau pendidikan tinggi.( Ihsan, 2010: 23)

Pasal 18 dalam UU Sistem Pendidikan Nasional nomor 20 tahun

2003 tentang Pendidikan Menengah menjelaskan:

1. Pendidikan menengah merupakan lanjutan pendidikan dasar.

2. Pendidikan menengah terdiri atas pendidikan menengah umum dan

pendidikan menengah kejuruan.

Kajian Faktor-Faktor..., Hafif Hasanah, FKIP UMP, 2014

8

3. Pendidikan menengah berbentuk Sekolah Menengah Atas (SMA),

Madrasah Aliyah (MA), Sekolah Menengah Kejuruan (SMK), dan

Madrasah Aliyah Kejuruan (MAK), atau bentuk lain yang sederajat.

4. Ketentuan mengenai pendidikan menengah sebagaimana dimaksud

dalam ayat (1), ayat (2), dan ayat (3) diatur lebih lanjut dengan Peraturan

Pemerintah.

d. Pendidkan Tinggi

Pendidikan Tinggi adalah pendidikan yang mempersiapkan

peserta didik untuk menjadi anggota masyarakat yang memiliki tingkat

kemampuan tinggi yang bersifat akademik atau profesional sehingga

dapat menerapkan, mengembangkan dan atau menciptakan ilmu

pengetahuan, teknologi dan seni dalam rangka pembangunan nasional

dan meningkatkan kesejahteraan manusia (Kependikbud No.

0816/P/1984).

Pendidikan tinggi mempunyai tujuan majemuk, dalam rangka

kebutuhan masyarakat yang beraneka ragam, dan menampung calon

mahasiswa yang minat dan kemampuanya berbeda- beda karena itu

perguruan tinggi di Indonesia disusun dalam struktur multi strata. Setiap

Universitas/ perguruan tinggi akademik, membuka program sesuai

dengan kemampuan dan kebutuhan di masyarakat dengan lama studi

yang berbeda- beda.

Kajian Faktor-Faktor..., Hafif Hasanah, FKIP UMP, 2014

9

UU Sistem Pendidikan Nasional nomor 20 tahun 2003 tentang

Pendidikan Tinggi menjelaskan:

Pasal 19

1. Pendidikan tinggi merupakan jenjang pendidikan setelah pendidikan

menengah yang mencakup program pendidikan diploma, sarjana, magister,

spesialis, dan doktor yang diselenggarakan oleh perguruan tinggi.

2. Pendidikan tinggi diselenggarakan dengan sistem terbuka.

Pasal 20

1. Perguruan tinggi dapat berbentuk akademi, politeknik, sekolah tinggi,

institut, atau universitas.

2. Perguruan tinggi berkewajiban menyelenggarakan pendidikan, penelitian,

dan pengabdian kepada masyarakat.

3. Perguruan tinggi dapat menyelenggarakan program akademik, profesi,

dan/atau vokasi.

4. Ketentuan mengenai perguruan tinggi sebagaimana dimaksud dalam ayat

(1), ayat (2), dan ayat (3) diatur lebih lanjut dengan Peraturan Pemerintah.

Kajian Faktor-Faktor..., Hafif Hasanah, FKIP UMP, 2014

10

Pasal 21

1. Perguruan tinggi yang memenuhi persyaratan pendirian dan dinyatakan

berhak menyelenggarakan program pendidikan tertentu dapat memberikan

gelar akademik, profesi, atau vokasi sesuai dengan program pendidikan yang

diselenggarakannya.

2. Perseorangan, organisasi, atau penyelenggara pendidikan yang bukan

perguruan tinggi dilarang memberikan gelar akademik, profesi, atau vokasi.

3. Gelar akademik, profesi, atau vokasi hanya digunakan oleh lulusan dari

perguruan tinggi yang dinyatakan berhak memberikan gelar akademik,

profesi, atau vokasi.

4. Penggunaan gelar akademik, profesi, atau vokasi lulusan perguruan tinggi

hanya dibenarkan dalam bentuk dan singkatan yang diterima dari perguruan

tinggi yang bersangkutan.

5. Penyelenggara pendidikan yang tidak memenuhi persyaratan pendirian

sebagaimana dimaksud dalam ayat (1) atau penyelenggara pendidikan bukan

perguruan tinggi yang melakukan tindakan sebagaimana maksud dalam ayat

(2) dikenakan sanksi administratif berupa penutupan penyelenggaraan

pendidikan.

Kajian Faktor-Faktor..., Hafif Hasanah, FKIP UMP, 2014

11

6. Gelar akademik, profesi, atau vokasi yang dikeluarkan oleh penyelenggara

pendidikan yang tidak sesuai dengan ketentuan sebagaimana dimaksud dalam

ayat (1) atau penyelenggara pendidikan yang bukan perguruan tinggi

sebagaimana dimaksud dalam ayat (2) dinyatakan tidak sah.

7. Ketentuan mengenai gelar akademik, profesi, atau vokasi sebagaimana

dimaksud dalam ayat (1), ayat (2), ayat (3), ayat (4), ayat (5), dan ayat (6)

diatur lebih lanjut dengan Peraturan Pemerintah.

Pasal 22

Universitas, institut, dan sekolah tinggi yang memiliki program doktor

berhak memberikan gelar doktor kehormatan (doktor honoris causa) kepada

setiap individu yang layak memperoleh penghargaan berkenaan dengan jasa-

jasa yang luar biasa dalam bidang ilmu pengetahuan, teknologi,

kemasyarakatan, keagamaan, kebudayaan, atau seni.

Pasal 23

1. Pada universitas, institut, dan sekolah tinggi dapat diangkat guru besar atau

profesor sesuai dengan peraturan perundang-undangan yang berlaku.

2. Sebutan guru besar atau profesor hanya dipergunakan selama yang

bersangkutan masih aktif bekerja sebagai pendidik di perguruan tinggi.

Kajian Faktor-Faktor..., Hafif Hasanah, FKIP UMP, 2014

12

B. Peranan Kepala Rumah Tangga

Keluarga merupakan kelompok sosial yang terkecil yang pada umumnya

terdiri ayah, ibu dan anak-anak, di mana hubungan sosialnya relatif tetap yang

didasarkan atas ikatan darah, perkawinan atau orang-orang yang mempunyai

hubungan yang baik atau karena adopsi, di mana memiliki tanggung jawab

terbesar dalam pengaturan fungsi reproduksi dan memberikan perlindungan

kepada anggota keluarga dalam masyarakat (Muhammad, 2013).

Keluarga merupakan unit pertama dalam masyarakat dimana hubungan-

hubungan yang terdapat didalamnya, sebagian besar bersifat hubungan

langsung dan disitulah berkembang individu dan disitu pulalah terbentuknya

tahap- tahap awal proses sosialisasi bagi anak- anak. Dan interaksi dalam

keluarga inilah anak- anak memperoleh pengetahuan, ketrampilan, minat,

nilai- nilai, emosi dan sikapnya dalam hidup dan dengan itu pula mereka

memperoleh ketentraman dan ketenangan (Fachrudin, 2011).

Peranan ayah : pencari nafkah, pelindung dan pemberi rasa aman, kepala

keluarga, sebaagai anggota dari kelompok sosialnya serta sebagai anggota

masyarakat dari lingkungannya.

Peranan ibu : mengurus rumah tangga, pengasuh dan pendidik anak-naknya,

pelindung dan sebagai salah satu anggota kelompok dari peranan sosialnya

serta sebagai anggota masyarakat dari lingkungannya, serta bisa berperan

sebagai pencari nafkah tambahan dalam keluarga.

Kajian Faktor-Faktor..., Hafif Hasanah, FKIP UMP, 2014

13

Peranan anak : melaksanakan peranan psiko sosial sesuai dengan tingkat

perkembangannya, baik fisik, mental, sosial dan spiritual.

Menurut (Euis Sunarti, 2012) fungsi utama keluarga adalah : “Keluarga

sebagai wahana untuk mendidik, mengasuh dan sosialisasi anak,

mengembangkan kemampuan seluruh anggotanya agar dapat menjalankan

fungsinya di masyarakat dengan baik, serta memberikan kepuasan dan

lingkungan sosial yang sehat guna tercapainya keluarga sejahtera”.

a. Fungsi Biologis

1. Untuk meneruskan keturunan

2. Memelihara dan membesarkan anak

3. Memenuhi kebutuhan gizi kleuarga

4. Memelihara dan merawat anggota keluarga

b. Fungsi Psikologis

1. Memberikan kasih sayang dan rasa aman

2. Memberikan perhatian diantara anggota keluarga

3. Membina pendewasaan kepribadian anggota keluarga

4. Memberikan identitas keluarga

c. Fungsi Sosialisasi

1. Membina sosialisasi pada anak

2. Membina norma-norma tingkah laku sesuai dengan tingkah perkembangan

anak

3. Meneruskan nilai-nilai keluarga

Kajian Faktor-Faktor..., Hafif Hasanah, FKIP UMP, 2014

14

d. Fungsi Ekonomi

1. Mencari sumber-sumber penghasilan untuk memenuhi kebutuhan keluarga

2. Pengaturan dan penggunaan penghasilan keluarga untuk memenuhi

kebutuhan keluarga

3. Menabung untuk memenuhi kebutuhah keluarga di masa yang akan

datang. Misalnya : pendidikan anak, jaminan hari tua.

e. Fungsi Pendidikan

1. Menyekolahkan anak untuk memberikan pengetahuan, ketrampilan dan

membentuk perilaku anak sesuai dengan bakat dan minat yang dimiliki.

2. Mempersiapkan anak untuk kehidupan dewasa yang akandatang dalam

memenuhi perannya sebagai orang dewasa.

3. Mendidik anak sesuai dengan tingkat-tingkat perkembangannya.

C. Faktor- Faktor Yang Mempengaruhi Tingkat Pendidikan

1. Faktor Internal

a. Faktor Pribadi ( tingkat kesadaran)

Faktor pribadi merupakan faktor yang berperan dalam diri seseorang

dalam mensikapi terhadap arti pentingnya pendidikan. Tingkat kesadaran

orang tua untuk menyekolahkan anaknya dipengaruhi oleh tingkat pendidikan

orang tua, dan pola pikir orang tua. Orang tua yang memiliki pendidikan

rendah biasanya tidak mementingkan juga pendidikan bagi anaknya.

Kesadaran orang tua adalah faktor yang dominan bagi pendidikan anak

terutama untuk menyekolahkan, setelah lulus SD ke jenjang selanjutnya.

Kajian Faktor-Faktor..., Hafif Hasanah, FKIP UMP, 2014

15

Biasanya bagi masyarakat desa yang mayoritas petani, mereka dapat

mengolah lahannya dengan baik tanpa membutuhkan atau melalui pendidikan

yang tinggi. Ijasah diangap tidak penting dan bukan kebutuhan hidup untuk

masa depan (Rayahu, 2013).

b. Faktor Beban Tanggungan

Banyaknya tanggungan dalam keluarga berimplikasi pada besar

kecilnya pengeluaran dalam satu keluarga. Beban tanggungan keluarga

merupakan konsep yang mendasarkan pada jumlah orang yang menjadi

tanggungan seorang kepala keluarga. Semakin banyak jumlah tanggungan

mengakibatkan persepsi masyarakat terhadap pendidikan formal semakin

rendah.Jumlah anak dapat pula mempengaruhi tingkat pendidikan. Semakin

sedikit beban tanggungan dalam keluarga maka semakin besar peluang untuk

melanjutkan pendidikan sehingga dapat mencapai pendidikan yang lebih

tinggi( Mustamin, 2013).

c. Faktor Ekonomi

Status ekonomi berpengaruh terhadap status pendidikannya. Individu

yang berasal dari keluarga yang status ekonominya menengah dan tinggi

dimungkinkan lebih memiliki pendidikan yang tinggi pula. Begitupun

sebaliknya jika berasal dari keluarga yang status ekonominya rendah biasanya

memiliki pendidikan yang rendah pula (Ramadhan,2010).

Kajian Faktor-Faktor..., Hafif Hasanah, FKIP UMP, 2014

16

2. Faktor Eksternal

a. Faktor Geografis

Letak daerah menentukan situasi kondisi masyarakat penghuninya, karena

hubungan manusiadengan kondisi alam lingkungan tidak dapat dipisahkan.

Masyarakat kota dengan tersedianya jalur perhubungan yang enak segala

kebutuhan dapat diupayakan dengan lancar termasuk kebutuhan pendidikan.

Sebaliknya masyarakat pelosok desa dan pegunungan, jarak jangkauan tempat

tinggal dengan sekolah, dan alat transportasi kurang mendukung sehingga

informasi yang dapat membawa inovasi lambat termasuk dalam pengetahuan

dan teknologi (Marwoto, 2000).

b. Faktor sosial budaya

Lingkungan sosial budaya mengandung dua unsur yaitu yang berarti

interaksi antara manusia dan unsur budaya yaitu bentuk kelakuan yang sama

terdapat dikeluarga. Manusia mempelajari kelakuannya dari orang lain di

lingkungan sosialnya. Budaya ini diterima dalam keluarga meliputi bahasa

dan nilai-nilai kelakuan adaptasi kebiasaan dan sebagainya yang nantinya

berpengaruh pada pendidikan seseorang.

Faktor sosial budaya berkaitan dengan kultur masyarakat yang berupa

persepsi/pandangan, adat istiadat, dan kebiasaan.Pengaruh-pengaruh budaya

yang negatif dan salah terhadap dunia pendidikan akan turut berpengaruh

Kajian Faktor-Faktor..., Hafif Hasanah, FKIP UMP, 2014

17

terhadap perkembangan dan pertumbuhan masyarakat. Masyarakat yang

bergaul dengan teman-temannya yang tidak sekolah atau putus sekolah akan

terpengaruh dengan mereka.

Masyarakat yang dibesarkan di kota pola pikirnya berbeda dengan

masyarakat di desa. Pada umumnya yang tinggal di kota lebih bersikap aktif

dan dinamis, bila dibandingkan dengan masyarakat desa yang selalu bersikap

statis dan lamban. Itulah sebabnya, perkembangan dan kemajuan masyarakat

yang tinggal di kota jauh lebih pesat dari pada masyarakat yang tinggal di

desa (Ramadhan, 2010).

c.Akses Informasi

Setiap orang memiliki hak-hak atau kewenangan yang sama dan harus

dilindungi, salah satunya adalah hak untuk mengakses informasi. karena pada

saat ini informasi sudah menjadikebutuhan pokok dari masing-masing

individu untuk mengembangkan pribadinya, budayamaupun lingkungan

sosialnya. Di samping itu hak akses informasi itu sudah dinyatakansebagai

bagian dari hak asasi manusia (HAM), jadi peraturan-peraturan yang

mengatur hal itusudah jelas tertera pada UUD RI tahun 1945. Dalam UUD RI

1945 pasal 28 F dinyatakanbahwa: Setiap orang berhak untuk berkomunikasi

dan memperoleh informasi yang diperlukanuntuk mengembangkan pribadi

dan lingkungan sosialnya serta berhak untuk mencari,memperoleh, memiliki,

menyimpan, mengolah, dan menyampaikan informasi dengan menggunakan

segala jenis sarana yang tersedia.

Kajian Faktor-Faktor..., Hafif Hasanah, FKIP UMP, 2014

18

Di indonesia ini undang-undang yang mengatur hal itu belum

sepenuhnya berjalandengan lancar. Masih segelintir orang saja yang dapat

memperoleh haknya untuk mengaksesinformasi, padahal informasi juga yang

menentukan masa depan suatu bangsa sebagai perubahan untuk mengejar

ketertinggalan kita dengan negara-negara maju. Salah satufaktornya adalah

kurangnya akses informasi disetiap masyarakat, jadi informasi-

informasiseputar perkembangan bidang apapun tidak sampai kepada

masyarakat secaraumum. Selai itu, kebebasan untuk mengakses informasi itu

terbatas pada orang-orang tertentu“orang kaya” hal ini ditandai dengan gejala

tidak meratanya akses informasi, ini terlihatnyata dalam kehidupan

pendidikan kita.

Perkembangan teknologi yang semakin cepat telah membawa dunia

memasuki era baru khususnya dibidang informasi, Perkembangan Teknologi

Informasi telah merambah keberbagai penjuru dunia dan bahkan lebih cepat

dari yang pernah dibayangkan sebelumnya. Tidak terkecuali di Indonesia

Perkembangan Teknologi Informasi menjadi pembicaraan utama dan menjadi

hal yang utama dalam setiap media massa dan media elektronik.

Seiring dengan pesatnya perkembangan Teknologi Informasi yang terjadi

sekarang ini khususnya di negara kita Indonesia Teknologi tidak lagi menjadi

barang yang aneh, bahkan sangat diperlukan untuk mendukung kinerja dari

suatu organisasi, misalkan dalam suatu perusahaan. Untuk saat ini tanpa

dukungan teknologi informasi sebuah perusahaan mungkin sangat mustahil

untuk dapat berkembang. Namun demikian penerapan Teknologi Informasi

Kajian Faktor-Faktor..., Hafif Hasanah, FKIP UMP, 2014

19

dalam suatu organisasi tidaklah gampang seperti membalikkan telapak

tangan. Banyak sekali kendala-kendala yang perlu diperhatikan dalam

penerapan teknologi informasi, seperti masalah biaya, Sumber Daya

Manusia(SDM) dan banyak faktor lainnya ( Gunawan, 2004).

d. Kebijakan Pemarintah tentang Wajib Belajar 9 Tahun

Wajib Belajar 9 Tahun merupakan salah satu program yang gencar

digalakkan oleh Kementerian Pendidikan danKebudayaan Republik

Indonesia. Program ini mewajibkan setiap warga negara untuk bersekolah

selama 9 (sembilan) tahun pada jenjang pendidikan dasar, yaitu dari tingkat

kelas 1 Sekolah Dasar (SD) atau Madrasah Ibtidaiyah (MI) hingga kelas 9

Sekolah Menengah Pertama (SMP) atau Madrasah Tsanawiyah (MTs.).

Pada tahun 1984 dicanangkan wajib belajar pendidikan dasar enam tahun, dan

setelah sepuluh tahun berjalan kembali dicanangkan oleh pemerintah melalui

Inpres Nomor 1 Tahun 1994 ditetapkan Program Wajib Belajar Pendidikan

Dasar 9 Tahun. Hal ini berarti bahwa setiap anak Indonesia yang berumur 7

s.d. 15 tahun diwajibkan untuk mengikuti Pendidikan Dasar 9 Tahun sampai

tamat. Pengertian wajib belajar menurut Undang-undang Republik Indonesia

Nomor 20 Tahun 2003 tentang Sistem Pendidikan Nasional adalah program

pendidikan minimal yang harus diikuti oleh warga negara Indonesia atas

tanggung jawab pemerintah dan pemerintah daerah. Wajib belajar berfungsi

mengupayakan perluasan dan pemerataan kesempatan memperoleh

pendidikan yang bermutu bagi setiap warga Negara Indonesia. Wajib belajar

Kajian Faktor-Faktor..., Hafif Hasanah, FKIP UMP, 2014

20

merupakan kewajiban bagi setiap warga Negara Indonesia yang berumur 7-15

tahun untuk mengikuti pendidikan dasar selama 9 tahun yaitu enam tahun

diSD dan tiga tahun di SMP. Pelaksanaan program wajib belajar dituangkan

dalam Peraturan Pemerintah Republik Indonesia Nomor 47 Tahun 2008

tentang Wajib Belajar.

Indikator keberhasilan program Wajib Belajar 9 Tahun adalah angka

partisipasi siswa menjadi peserta didik. Program Wajib Belajar 9 Tahun

dikatakan berhasil jika telah mencapai standar pelayanan minimal yaitu angka

partisipasi murni (APM) tingkat SD sebesar 90%, tingkat SMP sebesar 80%

(Diknas, 2003 dalam Maryama, 2005). Pada tahun 2013 Desa Garunglor

Kecamatan Sukoharjo Kabupaten Wonosobo APM tingkat SD sebesar

85,85%, sedangkan APM tingkat SMPadalah 11,79%. Berdasarkan data

tersebut, dapat disimpulkan bahwa APM tingkat SMP lebih rendah dari

tingkat SD. Hal ini menunjukkan bahwa sebagian anak/penduduk pada

kelompok ini sudah tidak bersekolah lagi atau memang belum mengikuti

pendidikan formal. Kemungkinan besar sebagian anak-anak yang telah

menamatkan pendidikan SD tidak lagi melanjutkan kejenjang pendidikan

yang lebih tinggi (belum menuntaskan program Wajib Belajar 9 Tahun),

(Artini 2012).

C. Penelitian Yang Relevan

Penelitian yang telah dilakukan oleh Marwoto (2000) yang berjudul ”

Faktor- faktor penyebab rendahnya tigkat pendidikan masyarakat Desa

Kajian Faktor-Faktor..., Hafif Hasanah, FKIP UMP, 2014

21

Cipete Kecamatan Cilongok Kabupaten Dati 11 Banyumas”. Tujuan

penelitian untuk mengetahui sejauh mana struktur tingkat pendidikan

masyarakat dan faktor- faktor yang mempengaruhi rendahnya pendidikan

masyarakat Desa Cipete Kecamatan Cilongok Kabupaten Dati 11

Banyumas. Menggunakan metode survey.Hasil penelitian menunjukan bahwa

75% masyarakat Desa Cipete bekerja pada sektor pertanian umumnya sebagai

petani buruh dengan pendapatan kurang dari Rp 150. 000,00 per bulan. Hal

seperti ini berdampak pada berbagai bidang kehidupan karena nilai sebesar

itu tidak akan mencukupi, tidak mencukupi biaya hidup mereka. Hal tersebut

menjadi faktor penyebab rendahnya tingkat pendidikan.

Penelitian yang telah dilakukan oleh Sri Nurhayati (2013) yang berjudul

“ Kajian Minat Orang tua Menyekolahkan Anak ke jenjang yang Lebih

Tinggi di Kecamatan Kersana Kabupaten Brebes”. Tujuan untuk mengetahui

minat orang tua menyekolahkan anak ke jenjang yang lebih tinggi di

Kecamatan Kersana Kabupaten Brebes.Menggunakan metode survey. Hasil

penelitian menunnjukan bahwa miat orang tua menyekolahan anak ke jenjang

yang lebih tinggi di Kecamatan Kersana mempunyai minat kategori sedang.

Sedangkan penelitian yang peneliti lakukan adalah “ Kajian Faktor- faktor

yang Mempengaruhi Tingkat Pendidikan Masyarakat Di Desa Garunglor

Kecamatan Sukoharjo Kabupaten Wonosobo”. Tujuan untuk mengetahui

faktor- faktor yang mempengarhi rendahnya tingkat pendidikan Kepala

rumah tangga di Desa Garunglor Kecamatan Sukoharjo Kabupaten

Wonosobo menggunakan Menggunakan Random sampling. Bedanya dengan

Kajian Faktor-Faktor..., Hafif Hasanah, FKIP UMP, 2014

22

penelitian sebelumya adalah lokasinya, tujuannya dan cara pengambilan

sampelnya.

Tabel 2.1 Hasil- hasil Penelitian yang relevan

No Nama dan

Tahun Tujuan Penelitian

Pengambilan

Sampel Hasil Penelitan

1. Marwoto

(2000)

Untuk mengetahui

sejauh mana struktur

tingkat pendidikak

masyarakat dan

faktor- faktor yang

mempengaruhi

rendahnya

pendidikan

masyarakat Desa

Cipete Kecamatan

Cilongok Kabupaten

Dati 11 Banyumas

Sampel di

ambil 10%

Hasil penelitian menunjukan

bahwa 75% masyarakat Desa

Cipete bekerja pada sektor

pertanian umumnya sebagai

petani buruh dengan

pendapatan kurang dari Rp

150. 000,00 per bulan. Hal

seperti ini berdampak pada

berbagai bidang kehidupan

karena nilai sebesar itu tidak

akan mencukupi, tidak

mencukupi biaya hidup

mereka. Hal tersebut menjadi

faktor penyebab rendahnya

tingkat pendidikan.

2. Sri

Nurhayati

(2013)

Untuk mengetahui

minat orang tua

menyekolahkan

anak ke jenjang

yang lebih tinggi di

Kecamatan Kersana

Kabupaten Brebes

Menggunakan

tekhnik area

sampling, dan

stratified

sampling

Hasil Penelitian menunjukan

bahwa miat orang tua

menyekolahan anak ke

jenjang yang lebih tinggi di

Kecamatan Kersana

mempunyai minat kategori

sedang

3. Peneliti

(2014)

Untuk mengetahui

faktor- faktor yang

mempengarhi

tingkat pendidikan

Kepala rumah

tangga di Desa

Garunglor

Kecamatan

Sukoharjo

Kabupaten

Wonosobo

Menggunakan

Random

sampling

Hasil penelitian menunjukan

bahwa rendahnya tingkat

pendidikan Kepala Rumah

Tangga di Desa Garunglor di

pengaruhi oleh faktor

eksternal yaitu faktor

geografis dan faktor internal

yaitu faktor pribadi. Faktor

geografis yang

mempengaruhi rendahnya

tingkat pendididikan tersebut

karena jarak dari rumah

menuju sekolah jauh dan

tidak ada angkutan Desa serta

jalan yang masih rusak. Dari

hasil penelitian dilapangan ,

jarak dari rumah ke SLTP

Kajian Faktor-Faktor..., Hafif Hasanah, FKIP UMP, 2014

23

yaitu 5 Km, dari rumah

menuju SLTA 9,5 Km,

kemudian jarak dari rumah

ke Perguruan Tinggi

Purwokerto 80 Km. Faktor

pribadi yang mempengaruhi

rendahnya tingkat pendidikan

adalah anggapan bahwa

dengan sekolah belum tentu

mendapatkan pekerjaan yang

baik dan masih menganggap

dengan bersekolah hanya

membuang- buang waktu dan

biaya. Hal ini menyebabkan

kendala untuk tidak

bersekolah ke jenjang yang

lebih tinggi. Ijazah

pendidikan yang lebih tinggi

kadang- kadang juga tidak

dianggap penting untuk

kelangsungan masa

depannya.

Sumber: Marwoto (2000), Nurhayati ( 2013).

Kajian Faktor-Faktor..., Hafif Hasanah, FKIP UMP, 2014

24

D. Kerangka Pikir

Faktor- faktor yang mempengaruhi rendahnya pendidikan

Gambar 2.1: Kerangka Pikir Penelitian

Faktor Internal

1. Faktor Pribadi

a. Pola pikir

b. Minat

2. Faktor beban tanggungan

a. Jumlah anak sekolah

b. Jumlah tanggungan

keluarga

3. Faktor Ekonomi

a. Pendapatan

b. Pekerjaan

Faktor Eksternal

1. Faktor sosial budaya

a. Kebiasaan

b. Linggkungan

c. Pergaulan

2. Faktor geografis

a. Jarak tempat tinggal

b. Biaya transportasi

3. Akses informasi

4. Kebijakan pemerintah tentang

wajib belajar 9 tahun

Tingkat Pendidikan

Kajian Faktor-Faktor..., Hafif Hasanah, FKIP UMP, 2014