BAB II TINJAUAN PUSTAKA A. - repository.ump.ac.idrepository.ump.ac.id/3310/3/Trias Eka Nurlela BAB...

41
11 BAB II TINJAUAN PUSTAKA A. Terapi Intravena 1. Pengertian Terapi intravena merupakan tindakan keperawatan yang dilakukan dengan cara memasukkan cairan melalui intravena dengan bantuan infus set yang bertujuan untuk memenuhi kebutuhan cairan dan elektrolit tubuh (Tamsuri,2008). Pemasangan infuse adalah tindakan pemasangan kateter intravena pada vena tertentu untuk memberikan terapi intravena. Terapi intravena digunakan untuk mengoreksi berbagai kondisi pasien, terutama dalam hal pemasukan peroral tidak adekuat, ketidakseimbangan elektrolit, kurangnya nutrient tubuh, untuk medikasi secara IV dan untuk memasukkan produk darah (Craven &Hirnle, 2000). Selain itu terapi intravena diberikan untuk memperbaiki atau mencegah ketidakseimbangan cairan dan elektrolit pada penyakit akut dan kronis dan juga digunakan untuk pemberian obat intravena (Potter dan Perry, 2005). 2. Tujuan Terapi Intravena Tujuan utama terapi intravena diberikan pada pasien menurut Sugiarto (2006) adalah: a. Mengembalikan dan mempertahankan keseimbangan cairan dan elektrolit tubuh. Perbandingan Efektivitas Penggunaan..., Trias Eka Nurlela, Fakultas Ilmu Kesehatan UMP, 2015

Transcript of BAB II TINJAUAN PUSTAKA A. - repository.ump.ac.idrepository.ump.ac.id/3310/3/Trias Eka Nurlela BAB...

Page 1: BAB II TINJAUAN PUSTAKA A. - repository.ump.ac.idrepository.ump.ac.id/3310/3/Trias Eka Nurlela BAB II.pdf · 2) Daerah lengan bawah pada pasien gagal ginjal, karena lokasi ini akan

11

BAB II

TINJAUAN PUSTAKA

A. Terapi Intravena

1. Pengertian

Terapi intravena merupakan tindakan keperawatan yang dilakukan

dengan cara memasukkan cairan melalui intravena dengan bantuan infus set

yang bertujuan untuk memenuhi kebutuhan cairan dan elektrolit tubuh

(Tamsuri,2008). Pemasangan infuse adalah tindakan pemasangan kateter

intravena pada vena tertentu untuk memberikan terapi intravena. Terapi

intravena digunakan untuk mengoreksi berbagai kondisi pasien, terutama dalam

hal pemasukan peroral tidak adekuat, ketidakseimbangan elektrolit, kurangnya

nutrient tubuh, untuk medikasi secara IV dan untuk memasukkan produk darah

(Craven &Hirnle, 2000).

Selain itu terapi intravena diberikan untuk memperbaiki atau mencegah

ketidakseimbangan cairan dan elektrolit pada penyakit akut dan kronis dan juga

digunakan untuk pemberian obat intravena (Potter dan Perry, 2005).

2. Tujuan Terapi Intravena

Tujuan utama terapi intravena diberikan pada pasien menurut Sugiarto (2006)

adalah:

a. Mengembalikan dan mempertahankan keseimbangan cairan dan elektrolit

tubuh.

Perbandingan Efektivitas Penggunaan..., Trias Eka Nurlela, Fakultas Ilmu Kesehatan UMP, 2015

Page 2: BAB II TINJAUAN PUSTAKA A. - repository.ump.ac.idrepository.ump.ac.id/3310/3/Trias Eka Nurlela BAB II.pdf · 2) Daerah lengan bawah pada pasien gagal ginjal, karena lokasi ini akan

12

b. Memberikan obat-obatan dan kernoterapi.

c. Transfusi darah dan produk darah.

d. Memberikan nutrisi parenteral dan suptemen nutrisi.

3. Indikasi Terapi Intravena

Selain untuk pemberian cairan, pemasangan intravena juga berfungsi untuk

pemberian obat IV dengan indikasi yaitu:

a. Pada seseorang dengan penyakit berat, pemberian obat melalui intravena

langsung masuk ke dalam jalur peredaran darah. Misalnya, pada kasus

infeksi bakteri dalam peredaran darah (sepsis). Sehingga memberikan

keuntungan lebih dibandingkan memberikan obat oral. Namun sering

terjadi, meskipun pemberian antibiotika intravena hanya diindikasikan pada

infeksi serius, rumah sakit rnemberikan antibiotika jenis ini tanpa melihat

derajat infeksi. Antibiotika oral pada kebanyakan pasien dirawat di RS

dengan infeksi bakteri, sama efektifnya dengan antibiotika intravena, dan

lebih menguntungkan dan segi kemudahan administrasi RS, biaya

perawatan. dan lamanya perawatan.

b. Obat tersebut memiliki bioavailabilitas oral (efektivitas dalam darah jika

dimasukkan melalui mulut) yang terbatas. Atau hanya tersedia dalarn

sediaan intravena (sebagai obat suntik). Misalnya antibiotika golongan

aminoglikosida yang susunan kimiawinya “polications” dan sangat polar,

sehingga tidak dapat diserap rnelalui jalur gastrointestinal di usus hingga

Perbandingan Efektivitas Penggunaan..., Trias Eka Nurlela, Fakultas Ilmu Kesehatan UMP, 2015

Page 3: BAB II TINJAUAN PUSTAKA A. - repository.ump.ac.idrepository.ump.ac.id/3310/3/Trias Eka Nurlela BAB II.pdf · 2) Daerah lengan bawah pada pasien gagal ginjal, karena lokasi ini akan

13

sampai masuk ke dalam darah). Maka harus dimasukkan ke dalam

pembuluh darah langsung.

c. Pasien tidak dapat minum obat karena rnuntah, atau memang tidak dapat

menelan obat (ada sumbatan di saluran cerna atas). Pada keadaan seperti ini,

perlu dipertirnbangkan pemberian rnelalui jalur lain sepe rektal (anus),

sublingual (di bawah lidah), subkutan (di bawah kulit), dan intramuskular

(disuntikkan di otot).

d. Kesadaran menurun dan berisiko terjadi aspirasi (tersedak atau obat masuk

ke pernapasan), sehingga pemberian melalui jalur lain dipertimbangkan.

e. Kadar puncak obat dalam darah perlu segera dicapai, sehingga diberikan

melalui injeksi bolus (suntikan langsung ke pembuluh balik atau vena).

Peningkatan cepat konsentrasi obat dalam darah tercapai. Misalnya pada

orang yang mengalami hipoglikemia berat dan mengancam nyawa, pada

penderita diabetes melitus. Alasan ini juga sering digunakan untuk

pemberian antibiotika melalui infus atau suntikan, namun perlu diingat

bahwa banyak antibiotika memiliki bioavailabilitas oral yang baik, dan

mampu mencapai kadar adekuat dalam darah untuk membunuh bakteri.

Dari uraian di atas dapat diketahui hahwa pemberian atau pemasangan terapi

intravena harus sesuai indikasi pada keadaan-keadaan tertentu dan berfungsi

untuk pemberian obat intravena. Secara garis besar, Sugiarto (2006)

menyimpulkan bahwa indikasi pemasangan terapi intravena, yaitu:

1) Pemberian cairan intravena (intravenous fluids).

Perbandingan Efektivitas Penggunaan..., Trias Eka Nurlela, Fakultas Ilmu Kesehatan UMP, 2015

Page 4: BAB II TINJAUAN PUSTAKA A. - repository.ump.ac.idrepository.ump.ac.id/3310/3/Trias Eka Nurlela BAB II.pdf · 2) Daerah lengan bawah pada pasien gagal ginjal, karena lokasi ini akan

14

2) Pemberian nutrisi parenteral (langsung masuk ke dalam darah) dalam

jumlah terbatas.

3) Pemberian kantong darah dan produk darah.

4) Pemberian obat yang terus-menerus (continiu).

5) Upaya profilaksis (tindakan pencegahan sebelum prosedur (misalnya

pada operasi besar dengan risiko perdarahan, dipasang jalur infus

intravena untuk persiapan jika terjadi syok, juga untuk memudahkan

pemberian obat).

6) Upaya profilaksis pada pasien-pasien yang tidak stabil, misalnya

resiko dehidrasi (kekurangan cairan) dan syok (mengancam nyawa),

sebelum pembuluh darah kolaps (tidak teraba). sehingga tidak dapat

dipasang jalur infus.

4. Keuntungan dan Kerugian Terapi Intravena

a. Keuntungan

Menurut Sugiarto (2006), terapi intravena mempunyai keuntungan sebagai

berikut :

1) Efek terapeutik segera dapat tercapai karena penghantaran obat ke

tempat target berlangsung cepat.

2) Absorsi total memungkinkan dosis obat lebih tepat dan terapi lebih

dapat diandalkan.

3) Kecepatan pemberian dapat dikontrol sehingga efek terapeutik dapat

dipertahankan maupun dimodifikasi.

Perbandingan Efektivitas Penggunaan..., Trias Eka Nurlela, Fakultas Ilmu Kesehatan UMP, 2015

Page 5: BAB II TINJAUAN PUSTAKA A. - repository.ump.ac.idrepository.ump.ac.id/3310/3/Trias Eka Nurlela BAB II.pdf · 2) Daerah lengan bawah pada pasien gagal ginjal, karena lokasi ini akan

15

4) Rasa sakit dan iritasi obat-obat tertentu jika diberikan intramuskular

atau subkutan dapat dihindari.

5) Sesuai untuk obat yang tidak dapat diabsorbsi dengan rute lain karena

molekul yang besar, iritasi atau ketidak stabilan dalam traktus

gastrointestinalis.

b. Kerugian

Sugiarto (2006) mengatakan hahwa terapi intravena mempunyai kerugian

sebagai berikut:

1. Tidak bisa dilakukan “drug recall” dan rnengubah aksi obat tersebut

sehingga resiko toksisitas dan sensitivitas tinggi.

2. Kontrol pemberian yang tidak baik bisa rnenyebabkan “speed shock”.

3. Komplikasi tambahan dapat timbul, yaitu kontaminasi mikroba

melalui titik akses ke sirkulasi dalam periode tertentu, iritasi vaskular

seperti flebitis mekanik dan kimia, inkompabilitas obat dan interaksi

dari berbagai obat tambahan.

5. Faktor-Faktor yang Mempengaruhi Terapi intravena

a. Faktor yang Mempengaruhi Pemilihan Sisi Penusukan Vena

Menurut Sharon dalam Sugiarto (2006) ada beherapa faktor yang

mempengaruhi pemilihan sisi penusukan vena, yaitu:

1) Umur pasien; misalnya pada anak kecil. pemilihan sisi adalah sangat

penting dan mempengaruhi berapa larna IV perifer berakhir.

Perbandingan Efektivitas Penggunaan..., Trias Eka Nurlela, Fakultas Ilmu Kesehatan UMP, 2015

Page 6: BAB II TINJAUAN PUSTAKA A. - repository.ump.ac.idrepository.ump.ac.id/3310/3/Trias Eka Nurlela BAB II.pdf · 2) Daerah lengan bawah pada pasien gagal ginjal, karena lokasi ini akan

16

2) Prosedur yang diantisipasi; misalnya jika pasien harus menerirna jenis

terapi tertentu atau mengalami beberapa prosedur seperti pembedahan.

pilih sisi yang tidak terpengaruhi apapun.

3) Aktivitas pasien; misalnya gelisah, bergerak. tak bergerak dan perubahan

tingkat kesadaran.

4) Terapi IV sebelumnya; flebitis sebelumnya membuat vena tidak baik

untuk digunakan. Kemoterapi juga dapat membuat vena menjadi buruk

(mudah pecah).

5) Sakit sebelumnya, misalnya jangan digunakan ekstrimitas yang sakit

pada pasien stroke.

6) Kesukaan pasien; jika mungkin pertimbangkan kesukaan alami pasien

untuk sebelah kiri atau kanan.

7) Torniquet; gunakan 4 sampai 6 cm di atas titik yang diinginkan.

8) Membentuk genggaman; minta pasien membuka dan menutup

genggaman berulang-ulang.

9) Posisi tergantung; gantung lengan pada posisi menggantun (rnisalnya di

bawah batas jantung).

b. Pemilihan Kanula untuk Infus Perifer

Menurut Prajitno dalam Sugiarto (2006), pemilihan kanul dapat

mempengaruhi terapi infus perifer, antara lain:

1) Kanula plastik boleh digunakan untuk IV secara rutin, pemasangan

tidak boleh Iebih dan 48-72 jam.

Perbandingan Efektivitas Penggunaan..., Trias Eka Nurlela, Fakultas Ilmu Kesehatan UMP, 2015

Page 7: BAB II TINJAUAN PUSTAKA A. - repository.ump.ac.idrepository.ump.ac.id/3310/3/Trias Eka Nurlela BAB II.pdf · 2) Daerah lengan bawah pada pasien gagal ginjal, karena lokasi ini akan

17

2) Kanula logam digunakan bila kanula plastik tidak mungkin diganti

secara rutin setiap 48-72 jam, namun untuk kasus tertentu yang

memelihara fiksasi yang baik harus digunakan kanula plastik.

c. Pemilihan Lokasi Pemasangan IV

Pemilihan lokasi pemasangan infus menurut Sharon dalam Sugiarto (2006)

adalah :

1) Pada orang dewasa pemasangan kanula lebih baik pada lengan atas dan

pada lengan bawah, bila perlu pemasangan dilakukan di daerah sub

klavikula atau jugularis.

2) Vena tangan paling sering digunakan untuk terapi IV yang rutin.

3) Vena lengan, periksa dengan teliti kedua lengan sebelum keputusan

dibuat

4) Vena lengan atas, juga digunakan untuk terapi IV.

5) Vena ekstremitas bawah, digunakan hanya menurut kebijaksanaan

institusi.

6) Vena kepala, digunakan sesuai kebija institusi, sering dipilih pada bayi

dan anak.

d. Persiapan Psikologis pada Pasien

Persiapan psikologis pada pasien juga merupakan salah satu faktor yang

mempengaruhi pemasangan intravena (Sharon dalarn Sugiarto, 2006), yaitu:

1. Jelaskan prosedur sebelum melakukan dan berikan penyuluhan jika

diperlukan.

Perbandingan Efektivitas Penggunaan..., Trias Eka Nurlela, Fakultas Ilmu Kesehatan UMP, 2015

Page 8: BAB II TINJAUAN PUSTAKA A. - repository.ump.ac.idrepository.ump.ac.id/3310/3/Trias Eka Nurlela BAB II.pdf · 2) Daerah lengan bawah pada pasien gagal ginjal, karena lokasi ini akan

18

2. Berikan instruksi tentang perawatan dan keamanan IV.

3. Gunakan terapi bermain untuk anak kecil.

4. Dorong pasien untuk mengajukan pernyataan atau masalah.

e. Persiapan Pemasangan IV

Adapun persiapan pemasangan IV menurut Prajitno dalam Sugiarlo (2006)

adalah:

1) Tempat yang akan dipasang kanula terdahulu didesinfeksi dengan

antiseptik.

2) Gunakan Yodium Tinture 1-2 % atau dapat juga menggunakan

Klorheksidine, lodofer atau alkohol 70 %. Antiseptik secukupnya dan

ditunggu sampai kering minimal 30 detik sebelum dilakukan

pemasangan kanula.

3) Jangan menggunakan heksalurofen atau campuran semacam

benzalkonium dalam air untuk desinfeksi tempat tusukan.

f. Prosedur Pemasangan Infus

Prosedur pemasangan terapi intravena menurut Sharon dalam Sugiarto (2006)

adalah:

1) Lakukan pemilihan sisi dan pakai sarung tangan.

2) Pasang tourniquet di atas sisi pemasangan untuk meningkatkan

pengisian vena yang lebih baik (jika aliran arteri tidak teraba dapat

disebabkan karena tourniquet terlalu ketat).

3) Siapkan kulit sesuai kebijaksanaan institusi yang diterima.

Perbandingan Efektivitas Penggunaan..., Trias Eka Nurlela, Fakultas Ilmu Kesehatan UMP, 2015

Page 9: BAB II TINJAUAN PUSTAKA A. - repository.ump.ac.idrepository.ump.ac.id/3310/3/Trias Eka Nurlela BAB II.pdf · 2) Daerah lengan bawah pada pasien gagal ginjal, karena lokasi ini akan

19

4) Pastikan kelengkapan produk misalnya jarum, kateter atau starter pack.

5) Tusukkan alat infus ke kulit, sisi potongan jarum ke arah atas dengan

sudut kira kira 45 derajat terhadap kulit. Turunkan batang jarum sarnpai

menjadi sejajar dengan kulit dan dorong jarum sarnpai vena tertembus.

Aliran balik darah umumnya memastikan masuk kedalam vena.

6) Dengan perlahan angkat keseluruhan batang dan dorong ke dalam vena.

7) Untuk kateter ketika jarum introdukter, dorong kateter plastik melewati

jarum ke dalam pembuluh sementara jarum tidak bergerak. Cabut jarum

introdukter, patahkan, dan buang ke tempat yang aman. setelah

mernastikan bahwa darah mengalir.

8) Hubungkan set pemberian dan tentukan kecepatan aliran yang

diinginkan.

9) Fiksasi jarum atau kateter.

10) Adalah sangat membantu untuk memberi label pada sisi IV dengan

tanggal dan ukuran alat yang digunakan dalam upaya untuk

mempermudah keputusan mengenai infus atau darah.

g. Prosedur Setelah Pemasangan

Prosedur setelah pemasangan IV line menurut Prajitno dalarn Sugiarto (2006)

yaitu:

1. Beri antiseptik pada tempat pemasangan terutama pada teknik insisi.

2. Kanula difiksasi sebaik-baiknya.

3. Tutuplah dengan kasa steril.

Perbandingan Efektivitas Penggunaan..., Trias Eka Nurlela, Fakultas Ilmu Kesehatan UMP, 2015

Page 10: BAB II TINJAUAN PUSTAKA A. - repository.ump.ac.idrepository.ump.ac.id/3310/3/Trias Eka Nurlela BAB II.pdf · 2) Daerah lengan bawah pada pasien gagal ginjal, karena lokasi ini akan

20

4. Cantumkan tanggal pemasangan di tempat yang rnudah dibaca

(misalnya plester, penutup pipa infus) serta pada catatan pasien yang

bersangkutan tuliskan tanggal dan lokasi pemasangan.

h. Perawatan Tempat Pemasangan Infus

Adapun cara perawatan tempat pernasangan IV line menurut Prajitno dalarn

Sugiarto (2006) adalah :

1) Tempat tusukan diperiksa setiap hari untuk melihat kemungkinan

timbulnya komplikasi tanpa membuka kasa penutup yaitu dengan cara

meraba daerah vena tersebut, Bila ada demarn yang tidak bisa

dijelaskan dan ada nyeri tekan pada daerah penusukan, barulah kasa

penutup dibuka untuk melihat kemungkinan komplikasi.

2) Cek setiap 8 jam apakah ada tanda-tan flebitis atau infeksi.

3) Pindahkan pemasangan IV line setiap 72 jam untuk mengurangi resiko

flebitis atau infeksi lokal.

4) Bila kanula harus dipertahankan untuk waktu lama, maka setiap 48-72

jam kasa penutup harus diganti dengan yang baru dan steril.

5) Bila pada pemasangan kanula, tempat pemasangan diberi antiseptik

maka setiap penggantian kasa penutup, tempat pemasangan diberi

antise kembali.

i. Penyulit Terapi Intra Vena

Terapi intravena dapat menyebabkan beberapa penyulit yang

ringan dan dapat menyebabkan kerusakan vena sampai yang fatal sehingga

Perbandingan Efektivitas Penggunaan..., Trias Eka Nurlela, Fakultas Ilmu Kesehatan UMP, 2015

Page 11: BAB II TINJAUAN PUSTAKA A. - repository.ump.ac.idrepository.ump.ac.id/3310/3/Trias Eka Nurlela BAB II.pdf · 2) Daerah lengan bawah pada pasien gagal ginjal, karena lokasi ini akan

21

dapat menyebabkan kematian. Adapun gangguan yang dapat terjadi pada saat

terapi intravena seperti flebitis tromboflebitis, purulenta, bakteri (Prajitno

dalam Sugiarto, 2006).

Selain penyakit, ada beherapa hal yang perlu diperhatikan pada

pemasangan infus melalui jalur pembuluh darah vena. Pemasangan jalur

intravena memiliki kontraindikasi sebagai berikut:

1) Inflamasi (bengkak, nyeri, demam) dan infeksi di lokasi pemasangan

infus.

2) Daerah lengan bawah pada pasien gagal ginjal, karena lokasi ini akan

digunakan untuk pemasangan fistula arteri-vena (A-V shunt) pada

tindakan hemodialisis (cuci darah).

3) Obat-obatan yang berpotensi iritan terhadap pembuluh vena kecil yang

aliran darahnya lambat (misalnya pembuluh vena di tungkai dan kaki).

j. Komplikasi Pemasangan Infus

Ada beberapa komplikasi yang dapat terjadi dalam pemasangan terapi IV

menurut Sugiarto (2006), yaitu:

1) Flematoma, yakni darah mengumpul dalam jaringan tubuh akibat

pecahnya pembuluh darah arteri vena, atau kapiler, terjadi akibat

penekanan yang kurang tepat saat memasukkan jarum, atau “tusukan”

berulang pada daerah yang sama.

Perbandingan Efektivitas Penggunaan..., Trias Eka Nurlela, Fakultas Ilmu Kesehatan UMP, 2015

Page 12: BAB II TINJAUAN PUSTAKA A. - repository.ump.ac.idrepository.ump.ac.id/3310/3/Trias Eka Nurlela BAB II.pdf · 2) Daerah lengan bawah pada pasien gagal ginjal, karena lokasi ini akan

22

2) Infiltrasi, yakni masuknya cairan infus ke dalam jaringan sekitar (bukan

pernbuluh darah), terjadi akibat ujung jarum infus melewati pembuluh

darah.

3) Flebitis, tromboflebitis, atau bengkak (inflamasi) pada pernbuluh vena,

terjadi akibat infus yang dipasang tidak dipantau secara ketat dan benar.

4) Emboli udara, yakni masuknya udara ke dalam sirkulasi darah. terjadi

akibat masuknya udara yang ada dalarn cairan infus ke dalam

pembuluh darah.

5) Ekstravasasi, yakni masuknya cairan infus ke dalam jaringan ekstrasel.

B. Phlebitis

1. Pengertian

Phlebitis merupakan inflamasi vena yang disebabkan oleh iritasi

kimia maupun mekanik. Hal ini ditunjukkan dengan adanya daerah yang

merah, nyeri dan pembengkakan di daerah penusukan atau sepanjang vena.

Insiden plebitis meningkat sesuai dengan lamanya pemasangan jalur

intravena. Komplikasi cairan atau obat yang diinfuskan (terutama PH dan

tonisitasnya), ukuran dan tempat kanula dimasukkan. Pemasangan jalur IV

yang tidak sesuai, dan masuknya mikroorganisme pada saat penusukan

(Brunner dan Sudarth, 2002).

Menurut Infusion Nursing Society (INS, 2006) phlebitis merupakan

peradangan pada tunika intima pembuluh darah vena, yang sering dilaporkan

sebagai komplikasi pemberian terapi infus. Peradangan didapatkan dari

Perbandingan Efektivitas Penggunaan..., Trias Eka Nurlela, Fakultas Ilmu Kesehatan UMP, 2015

Page 13: BAB II TINJAUAN PUSTAKA A. - repository.ump.ac.idrepository.ump.ac.id/3310/3/Trias Eka Nurlela BAB II.pdf · 2) Daerah lengan bawah pada pasien gagal ginjal, karena lokasi ini akan

23

mekanisme iritasi yang terjadi pada endhothelium tunika intima vena, dan

perlekatan tombosit pada area tersebut.

2. Klasifikasi Phlebitis

Pengklasifikasian phlebitis didasarkan pada faktor penyebabnya. Ada

empat kategori penyebab terjadinya phlebitis yaitu kimia, mekanik, agen

infeksi, dan post infus (INS, 2006).

a. Chemical Phlebitis (Phlebitis kimia)

Kejadian phlebitis ini dihubungkan dengan bentuk respon yang terjadi

pada tunika intima vena dengan bahan kimia yang menyebabkan reaksi

peradangan. Reaksi peradangan dapat terjadi akibat dari jenis cairan yang

diberikan atau bahan material kateter yang digunakan.

PH darah normal terletak antara 7,35 – 7,45 dan cenderung basa. PH

cairan yang diperlukan dalam pemberian terapi adalah 7 yang berarti

adalah netral. Ada kalanya suatu larutan diperlukan konsentrasi yang lebih

asam untuk mencegah terjadinya karamelisasi dekstrosa dalam proses

sterilisasi autoclaf, jadi larutan yang mengandung glukosa, asam amino,

dan lipid yang biasa digunakan dalam nutrisi parenteral lebih bersifat

flebitogenik.

Osmolalitas diartikan sebagai konsentrasi sebuah larutan atau jumlah

partikel yang larut dalam suatu larutan. Pada orang sehat, konsentrasi

plasma manusia adalah 285 ± 10 mOsm/kg H20 (Sylvia, 1991). Larutan

sering dikategorikan sebagai larutan isotonik, hipotonik atau hipertonik,

Perbandingan Efektivitas Penggunaan..., Trias Eka Nurlela, Fakultas Ilmu Kesehatan UMP, 2015

Page 14: BAB II TINJAUAN PUSTAKA A. - repository.ump.ac.idrepository.ump.ac.id/3310/3/Trias Eka Nurlela BAB II.pdf · 2) Daerah lengan bawah pada pasien gagal ginjal, karena lokasi ini akan

24

sesuai dengan osmolalitas total larutan tersebut dibanding dengan

osmolalitas plasma. Larutan isotonik adalah larutan yang memiliki

osmolalitas total sebesar 280 – 310 mOsm/L, larutan yang memliki

osmolalitas kurang dari itu disebut hipotonik, sedangkan yang melebihi

disebut larutan hipertonik. Tonisitas suatu larutan tidak hanya

berpengaruh terhadap status fisik klien akaan tetapi juga berpengaruh

terhadap tunika intima pembuluh darah. Dinding tunika intima akan

mengalami trauma pada pemberian larutan hiperosmoler yang mempunyai

osmolalitas lebih dari 600 mOsm/L. Terlebih lagi pada saat pemberian

dengan tetesan cepat pada pembuluh vena yang kecil. Cairan isototonik

akan menjadi lebih hiperosmoler apabila ditambah dengan obat, elektrolit

maupun nutrisi (INS, 2006). Menurut Imam Subekti vena perifer dapat

menerima osmolalitas larutan sampai dengan 900 mOsm/L. Semakin

tinggi osmolalitas (makin hipertonis) makin mudah terjadi kerusakan pada

dinding vena perifer seperti phlebitis, trombophebitis, dan tromboemboli.

Pada pemberian jangka lama harus diberikan melalui vena sentral, karena

larutan yang bersifat hipertonis dengan osmolalitas > 900 mOsm/L,

melalui vena sentral aliran darah menjadi cepat sehingga tidak merusak

dinding.

Kecepatan pemberian larutan intravena juga dianggap salah satu

penyebab utama kejadian phlebitis. Pada pemberian dengan kecepatan

rendah mengurangi irritasi pada dinding pembuluh darah. Penggunaan

Perbandingan Efektivitas Penggunaan..., Trias Eka Nurlela, Fakultas Ilmu Kesehatan UMP, 2015

Page 15: BAB II TINJAUAN PUSTAKA A. - repository.ump.ac.idrepository.ump.ac.id/3310/3/Trias Eka Nurlela BAB II.pdf · 2) Daerah lengan bawah pada pasien gagal ginjal, karena lokasi ini akan

25

material katheter juga berperan pada kejadian phlebitis. Bahan kateter

yang terbuat dari polivinil klorida atau polietelin (teflon) mempunyai

resiko terjadi phlebitis lebih besar dibanding bahan yang terbuat dari

silikon atau poliuretan (INS,2006).

Partikel materi yang terbentuk dari cairan atau campuran obat yang

tidak sempurna diduga juga bisa menyebabkan resiko terjadinya phlebitis.

Penggunaan filter dengan ukuran 1 sampai dengan 5 mikron pada infus

set, akan menurunkan atau meminimalkan resiko phlebitis akibat partikel

materi yang terbentuk tersebut. (Darmawan, 2008)

b. Mechanical Phlebitis (phlebitis mekanik)

Phlebitis mekanikal sering dihubungkan dengan pemasangan atau

penempatan katheter intravena. Penempatan katheter pada area fleksi lebih

sering menimbulkan kejadian phlebitis, oleh karena pada saat ekstremitas

digerakkan katheter yang terpasang ikut bergerak dan meyebabkan trauma

pada dinding vena. Penggunaan ukuran katheter yang besar pada vena

yang kecil juga dapat mengiritasi dinding vena. (The Centers for Disease

Control and Prevention, 2002)

c. Backterial Phlebitis (Phlebitis Bakteri)

Phlebitis bacterial adalah peradangan vena yang berhubungan dengan

adanya kolonisasi bakteri. Berdasarkan laporan dari The Centers for

Disease Control and Prevention (CDC) tahun 2002 dalam artikel

intravaskuler catheter – related infection in adult and pediatric kuman

Perbandingan Efektivitas Penggunaan..., Trias Eka Nurlela, Fakultas Ilmu Kesehatan UMP, 2015

Page 16: BAB II TINJAUAN PUSTAKA A. - repository.ump.ac.idrepository.ump.ac.id/3310/3/Trias Eka Nurlela BAB II.pdf · 2) Daerah lengan bawah pada pasien gagal ginjal, karena lokasi ini akan

26

yang sering dijumpai pada pemasangan katheter infus adalah stapylococus

dan bakteri gram negative, tetapi dengan epidemic HIV / AIDS infeksi

oleh karena jamur dilaporkan meningkat.

Tabel 2.1

Kuman pathogen yang sering ditemukan di

aliran darah Pathogen

1986 - 1989 1992 - 1999

Coagulase-negatif Staphylococcus 27 37

S Aureus 16 13

Enterococcus 8 13

Gram-negatif rods 19 14

E coli 6 2

Enterobacter 5 5

P aeruginosa 4 4

K pneumoniae 4 3

Candida species 8 8

Adanya bakterial phlebitis bisa menjadi masalah yang serius sebagai predisposisi

komplikasi sistemik yaitu septicemia. Faktor – faktor yang berperan dalam kejadian

phlebitis bakteri antara lain :

1) Tehnik cuci tangan yang tidak baik.

2) Tehnik aseptik yang kurang pada saat penusukan.

3) Tehnik pemasangan katheter yang buruk.

4) Pemasangan yang terlalu lama. (INS, 2002)

d. Post Infus Phlebitis

Phlebitis post infus juga sering di laporkan kejadiannya sebagai akibat

pemasangan infus. Phlebitis post infus adalah peradangan pada vena yang

didapatkan 48 – 96 jam setelah pelepasan infus. Faktor yang berperan

dengan kejadian phlebitis post infus, antara lain :

Perbandingan Efektivitas Penggunaan..., Trias Eka Nurlela, Fakultas Ilmu Kesehatan UMP, 2015

Page 17: BAB II TINJAUAN PUSTAKA A. - repository.ump.ac.idrepository.ump.ac.id/3310/3/Trias Eka Nurlela BAB II.pdf · 2) Daerah lengan bawah pada pasien gagal ginjal, karena lokasi ini akan

27

1) Tehnik pemasangan catheter yang tidak baik.

2) Pada pasien dengan retardasi mental.

3) Kondisi vena yang baik.

4) Pemberian cairan yang hipertonik atau terlalu asam.

5) Ukuran katheter terlalu besar pada vena yang kecil.

3. Diagnosa dan Pengenalan tanda Phlebitis

Phlebitis dapat didiagnosa atau dinilai melalui pengamatan visual yang

dilakukan oleh perawat. Andrew Jackson telah mengembangkan skor

visual untuk kejadian phlebitis, yaitu:

Tabel 2.2 VIP Score (Visual Infusion Phleitis Score) oleh andrew

jacson, dalam PPI 2014)

SKOR KEADAAN AREA PENUSUKAN PENILAIAN

0 Tempat suntikan tampak sehat Tidak ada tanda phlebitis

1 Salah satu dari berikut jelas

a. Nyeri area penusukkan

b. Adanya eritema di area

penusukkan

Mungkin tanda dini

phlebitis

2 Dua dari berikut jelas ;

a. Nyeri area penusukkan

b. Eritema

c. Pembengkakan

Stadium dini phlebitis

3 Semua dari berikut jelas;

a. Nyeri sepanjang kanul

b. Eritema

c. Indurasi

Stadium moderat phlebitis

4 Semua dari berikut jelas;

a. Nyeri sepanjang kanul

b. Eritema

c. Indurasi

d. Venous chord teraba

Stadium lanjut atau awal

thrombophlebitis

Perbandingan Efektivitas Penggunaan..., Trias Eka Nurlela, Fakultas Ilmu Kesehatan UMP, 2015

Page 18: BAB II TINJAUAN PUSTAKA A. - repository.ump.ac.idrepository.ump.ac.id/3310/3/Trias Eka Nurlela BAB II.pdf · 2) Daerah lengan bawah pada pasien gagal ginjal, karena lokasi ini akan

28

5 Semua dari berikut jelas;

a. Nyeri sepanjang kanul

b. Eritema

c. Indurasi

d. Venous chord teraba

e. Demam

Stadium lanjut

thrombophlebitis

(INS, 2006 dalam PPI 2014)

4. Tindakan Pencegahan Phlebitis

Kejadian phlebitis merupakan hal yang masih lazim terjadi pada

pemberian terapi cairan baik terapi rumatan cairan, pemberian obat melalui

intravena maupun pemberian nutrisi parenteral. Oleh karena itu sangat

diperlukan pengetahuan tentang faktor – faktor yang berperan dalam kejadian

phlebitis serta pemantauan yang ketat untuk mencegah terjadinya phlebitis

yang telah disepakati oleh para ahli, antara lain ;

a. Mencegah phlebitis bakterial

Pedoman yang lazim dianjurkan adalah menekankan pada kebersihan

tangan, tehnik aseptik, perawatan daerah infus serta antisepsis kulit. Untuk

pemilihan larutan antisepsis, CDC merekomendasikan penggunaan

chlorhexedine 2 %, akan tetapi penggunaan tincture yodium, iodofor atau

alcohol 70 % bisa digunakan.

b. Selalu waspada dan tindakan aseptic

Selalu berprinsip aseptic setiap tindakan yang memberikan manipulasi

pada daerah infus. Studi melaporkan Stopcock (yang digunakan sebagai

Perbandingan Efektivitas Penggunaan..., Trias Eka Nurlela, Fakultas Ilmu Kesehatan UMP, 2015

Page 19: BAB II TINJAUAN PUSTAKA A. - repository.ump.ac.idrepository.ump.ac.id/3310/3/Trias Eka Nurlela BAB II.pdf · 2) Daerah lengan bawah pada pasien gagal ginjal, karena lokasi ini akan

29

jalan pmberian obat, pemberian cairan infus atau pengambilan sampel

darah) merupakan jala masuk kuman.

c. Rotasi katheter

May dkk (2005) melaporkan hasil pemberian Perifer Parenteral

Nutrition (PPN), di mana mengganti tempat (rotasi) kanula ke lengan

kontralateral setiap hari pada 15 pasien menyebabkan bebas phlebitis.

Namun, dalam uji kontrol acak yang dipublikasi baru – baru ini oleh

webster dkk disimpulkan bahwa kateter bisa dibiarkan aman di tempatnya

lebih dari 72 jam jika tidak ada kontraindikasi. The Centers for Disease

Control and Prevention menganjurkan penggantian kateter setiap 72 – 96

jam untuk membatasi potensi infeksi.

d. Antiseptic dressing

INS merekomendasikan untuk penggunaan balutan yang trnsparan

sehingga mudah untuk melakukan pengawasan tanpa harus

memanipulasinya. Penggunaan balutan konvensional masih bisa

dilakukan, tetapi kassa steril harus diganti tiap 24 jam.

e. Kecepatan pemberian

Para ahli umumnya sepakat bahwa makin lambat infus larutan

hipertonik diberikan makin rendah resiko phlebitis. Namun, ada

paradigma berbeda untuk pemberian infus obat injeksi dengan osmolaritas

tinggi. Osmolaritas boleh mencapai 1000 mOsm/L jika durasi hanya

beberapa jam. Durasi sebaiknya kurang dari tiga jam untuk mengurangi

Perbandingan Efektivitas Penggunaan..., Trias Eka Nurlela, Fakultas Ilmu Kesehatan UMP, 2015

Page 20: BAB II TINJAUAN PUSTAKA A. - repository.ump.ac.idrepository.ump.ac.id/3310/3/Trias Eka Nurlela BAB II.pdf · 2) Daerah lengan bawah pada pasien gagal ginjal, karena lokasi ini akan

30

waktu kontak campuran yang iritatif dengan dinding vena. Ini

membutuhkan kecepatan pemberian tinggi (150 – 330 mL/jam. Vena

perifer yang paling besar dan kateter yang sekecil dan sependek mungkin

dianjurkan untuk mencapai laju infus yang diinginkan, dengan filter

0.45mm. Katheter harus diangkat bila terlihat tanda dini nyeri atau

kemerahan. Infus relatif cepat ini lebih relevan dalam pemberian infus

sebagai jalan masuk obat, bukan terapi cairan maintenance atau nutrisi

parenteral.

f. Titrable acidity

Titrable acidity mengukur jumlah alkali yang dibutuhkan untuk

menetralkan pH larutan infus. Potensi phlebitis dari larutan infus tidak

bisa ditaksir hanya berdasarkan pH atau titrable aciditys sendiri. Bahkan

pada pH 4.0, larutan glukosa 10% jarang menyebabkan perubahan karena

titrable acidity nya sangat rendah (0.16 mEq/L). Dengan demikian makin

rendah titrable acidity larutan infus makin rendah risiko phlebitisnya.

g. Heparin dan hidrokortison

Heparin sodium, bila ditambahkan ke cairan infus sampai kadar akhir

1 unit/mL, mengurangi masalah dan menambah waktu pasang katheter.

Risiko phlebitis yang berhubungan dengan pemberian cairan tertentu

(misal, kalium, klorida, lidocain, dan antimikrobial) juga dapat dikurangi

dengan pemberian aditif IV tertentu, seperti hidrokortison. Pada uji klinis

dengan pasien penyakit koroner, hidrokortison secara bermakna

Perbandingan Efektivitas Penggunaan..., Trias Eka Nurlela, Fakultas Ilmu Kesehatan UMP, 2015

Page 21: BAB II TINJAUAN PUSTAKA A. - repository.ump.ac.idrepository.ump.ac.id/3310/3/Trias Eka Nurlela BAB II.pdf · 2) Daerah lengan bawah pada pasien gagal ginjal, karena lokasi ini akan

31

mengurangi kekerapan phlebitis pada vena yang diinfus lidokain, kalium

klorida atau antimikrobial. Pada dua uji acak lain, heparin sendiri atau

dikombinasi dengan hidrokortison telah mengurangi kekerapan phlebitis,

tetapi penggunaan heparin pada larutan yang mengandung lipid dapat

disertai dengan pembentukkan endapan kalsium.

C. Respon Nyeri

1. Pengertian Nyeri

The International Association for the study of pain (1979) dalam

Koizer (2000) mendefinisikan nyeri sebagai pengalaman sensoris dan

emosional yang tidak menyenangkan yang berhubungan dengan kerusakan

jaringan, baik aktual maupun potensial atau dilukiskan dalam istilah seperti

kerusakan.

Pengertian nyeri lainnya adalah suatu perasaan yang tidak

menyenangkan dan disebabkan oleh stimulus spesifik seperti mekanik, termal,

kimia, atau elektrik pada ujung ujung saraf serta tidak dapat diserahkan kepada

orang lain menurut summer (1985) dalam Meliala (2004).

Nyeri bersifat subyektif,serta hanya pasien yang dapat merasakan

adanya nyeri nyeri.Perawat dapat mengetahui adanya dari keluhan pasien dan

tanda-tanda umum atau respon fisiologi pasien tubuh terhadap nyeri.keluhan

dan respon tubuh terhadap nyeri adalah: pasien tampak meringis kesakitan, nadi

naik, berkeringat, nafas cepat, pucat, berteriak, menangis, tekanan darah naik

(Aziz,2006).

Perbandingan Efektivitas Penggunaan..., Trias Eka Nurlela, Fakultas Ilmu Kesehatan UMP, 2015

Page 22: BAB II TINJAUAN PUSTAKA A. - repository.ump.ac.idrepository.ump.ac.id/3310/3/Trias Eka Nurlela BAB II.pdf · 2) Daerah lengan bawah pada pasien gagal ginjal, karena lokasi ini akan

32

2. Klasifikasi Nyeri

a. Nyeri akut yang berlangsung tidak melebihi 6 bulan, serangan mendadak

dari sebab yang sudah diketahui dan daerah nyeri biasanya sudah

diketahui, nyeri akut ditandai dengan ketegangan otot, cemas yang

keduanya akan meningkatkan persepsi yeri.

b. Nyeri kronis,nyeri yang berlangsung 6 bulan atau lebih,sumber nyeri tidak

diketahui dan tidak bisa ditemukan lokasinya.Sifat nyeri hilang dan timbul

pada periode tertentu nyeri menetap (Aziz,2006).

Karakteristik nyeri menurut Aziz (2006):

1) Pada nyeri akut dan kronis karakteristik nyeri meliputi:pengalaman

sumber, serangan, waktu, pernyataan nyeri, gejala klinis, pola dan

perjalanan.

2) Pada nyeri somatik dan nyeri viseral karakteristik nyeri meliputi:

menjalar, stimulasi reaksi otonom, dan reaksi kontraksi otot.

3. Fisiologis Nyeri

Menurut Meliala (2004) proses terjadinya nyeri secara umum dapat

dibagi tiga:

a. Jenis I : Proses stimulasi singkat

Proses terjadinya nyeri disini sederhana, yaitu: stimulus mengenai

reseptor dan reseptor mengeluarkan potensial aksi yang dijalarkan kekornu

dorsalis, kemudian diteruskan ke otak sehingga timbul persepsi nyeri.Ciri

khas ini adalah adanya korelasi yang erat antara kekuatan stimuli yang dapat

Perbandingan Efektivitas Penggunaan..., Trias Eka Nurlela, Fakultas Ilmu Kesehatan UMP, 2015

Page 23: BAB II TINJAUAN PUSTAKA A. - repository.ump.ac.idrepository.ump.ac.id/3310/3/Trias Eka Nurlela BAB II.pdf · 2) Daerah lengan bawah pada pasien gagal ginjal, karena lokasi ini akan

33

diukur dari discharge yang dijalarkan nosiseptor dengan persepsi nyeri atau

ekspresi subyektif nyeri. Contoh : Pukulan, cutan, dan aliran listrik yang

mengenai jaringan tubuh tertentu akan menyebabkan timbulnya persepsi

nyeri bila stimulus tidak begitu kuat dan tidak menimbulkan lesi maka

timbulnya persepsi nyeri yang timbul akan terjadi dalam waktu singkat.

b. Jenis II : Proses stimulasi yang berkepanjangan, yang

menyebabkan lesi atau inflamasi jaringan

Nyeri inflamasi mengenai jaringan cukup kuat dan menyebabkan

fungsi berbagai komponen sistem nosiseptor berubah.Sehingga inflamasi

dapat dikatakan penyebab utama nyeri akut atau kronis dan penyakit pada :

faringitis, appendisitis, arthritis, artikularis dan otot. Inflamasi merupakan

proses reaksi proteksi dari jaringan untuk mencegah terjadinya kerusakan

yang lebih berat, akibat dari trauma maupun infeksi. Ciri khas dari inflamasi

ialah : rubor, kalor, tumor, dolor, dan fungsiolaesa.

c. Jenis III : Proses yang terjadi akibat lesi dari sistem saraf.

Lesi saraf tepi maupun sentral pada umumnya berakibat hilangnya

fungsi seluruh atau sebagian dari sistem saraf yang sering disebut sebagai

gejala negatif, pada umumnya terjadi pada pasien neuropatia diabetikum,

atau lesi saraf sentral seperti pada pasien stroke akan menunjukkan gejala

positip yang berupa disestesia, parestesia atau nyeri. Nyeri neuropatik adalah

nyeri yang disebabkan oleh lesi atau disfungsi primer pada sistem saraf.

Perbandingan Efektivitas Penggunaan..., Trias Eka Nurlela, Fakultas Ilmu Kesehatan UMP, 2015

Page 24: BAB II TINJAUAN PUSTAKA A. - repository.ump.ac.idrepository.ump.ac.id/3310/3/Trias Eka Nurlela BAB II.pdf · 2) Daerah lengan bawah pada pasien gagal ginjal, karena lokasi ini akan

34

Perjalanan nyeri termasuk suatu rangkaian proses neurofisiologis

kompleks yang disebut sebagai nosiseptif (nociception) yang memfleksikan

empat proses komponen yang nyata yaitu transduksi, transmisi, modulasi

dan persepsi, dimana terjadinya stimuli yang kuat diperifer sampai

dirasakannya nyeri di susunsn saraf pusat (cortex cerebri).

1) Proses Transduksi

Proses dimana stimulus noksius diubah ke implus elektrikal pada

ujung syaraf suatu stimuli kuat (noxion stimuli) seperti tekanan fisik

kimia, suhu dirubah menjadi suatu aktivitas listrik yang akan diterima

ujung-ujung saraf perifer (nerve ending) atau organ-organ tubuh

(reseptor meisneri, merkel, corpusculum, paccini, golgi mazoni).

Kerusakan jaringan karena trauma baik trauma pembedahan atau

trauma lainnya menyebabkan sintesa prostaglandin, dimana

prostaglandin inilah yang akan menyebabkan sensitisasi dari

reseptor-reseptor nosiseptif dan dikeluarkannya zat-zat mediator nyeri

seperti histamin, serotonin yang akan menimbulkan sensasi nyeri.

Keadaan ini dikenal sebagai sensitisasi perifer (Turk & Flor, 1999).

2) Proses Transmisi

Proses penyaluran implus melalui saraf sensori sebagai lanjutan

proses transduksi melalui serabut A-delta dan serabut C dari perifer

ke medulla spinalis, dimana implus tersebut mengalami modulasi

sebelum diteruskan ke thalamus oleh tractus spinothalaicus dan

Perbandingan Efektivitas Penggunaan..., Trias Eka Nurlela, Fakultas Ilmu Kesehatan UMP, 2015

Page 25: BAB II TINJAUAN PUSTAKA A. - repository.ump.ac.idrepository.ump.ac.id/3310/3/Trias Eka Nurlela BAB II.pdf · 2) Daerah lengan bawah pada pasien gagal ginjal, karena lokasi ini akan

35

sebagian ke traktus spinoretikularis. Traktus spinoretikularis terutama

membawa rangsangan dari organ-organ yang lebih dalam dan viseral

serta berhubungan dengan nyeri yang lebih difus dan melibatkan

emosi.Selain itu juga serabut-serabut saraf disini mempunyai sinaps

interneuron dengan saraf-saraf berdiameter besar dan bermielin.

Selanjtnya implus disalurkan ke thalamus dan somatosensoris di

cortec cerebri dan dirasakan sebagai persepsi nyeri (Davis, 2003).

3) Proses Modulasi

Proses perubahan transmisi nyeri yang terjadi disusun saraf pusat

(medulla spinalis dan otak). Proses terjadinya interaksi antara sistem

analgesik endogen yang dihasilkan oleh tubuh kita dengan input nyeri

yang masuk ke kornu posterior medulla spinalis merupakan proses

ascenden yang dikontrol oleh otak. Hal inilah yang menyebabkan

persepsi nyeri sangat subjektif pada setiap orang (Turk & Flor, 1999).

4) Persepsi

Hasil akhir dari proses interaksi yang kompleks dari proses tranduksi,

transmisi dan modulasi yang pada akhirnya akan menghasilkan suatu

proses subyektif yang dikenal sebagai persepsi nyeri, yang

diperkirakan terjadi pada thalamus dengan korteks sebagai

diskriminasi dari sensorik (Turk & Flor, 1999).

Perbandingan Efektivitas Penggunaan..., Trias Eka Nurlela, Fakultas Ilmu Kesehatan UMP, 2015

Page 26: BAB II TINJAUAN PUSTAKA A. - repository.ump.ac.idrepository.ump.ac.id/3310/3/Trias Eka Nurlela BAB II.pdf · 2) Daerah lengan bawah pada pasien gagal ginjal, karena lokasi ini akan

36

4. Faktor-faktor yang mempengaruhi nyeri

Nyeri merupakan hal yang kompleks, banyak faktor yang

mempengaruhi pengalaman seseorang terhadap nyeri. Seorang perawat harus

mempertimbangkan faktor-faktor tersebut dalam menghadapi klien yang

mengalami nyeri.

a. Usia

Menurut Potter & Perry (2005) usia adalah variabel penting yang

mempengaruhi nyeri pada anak dan orang dewasa. Perbedaan

perkembangan yang ditemukan antara kedua kelompok umur ini dapat

mempengaruhi bagaimana anak dan orang dewasa bereaksi terhadap

nyeri. Anak-anak kesulitan untuk memahami nyeri dan beranggapan

kalau apa yang dilakukan perawat dapat menyebabkan nyeri. Anak-anak

yang belum mempunyai kosakata yang banyak, mempunyai kesulitan

mendeskripsikan secara verbal dan mengekspresikan nyeri kepada orang

tua dan perawat. Anak belum bisa mengungkapkan nyeri, sehingga

perawat harus mengkaji respon nyeri pada anak. Pada orang dewasa

kadang melaporkan nyeri jika sudah patologis dan mengalami kerusakan

fungsi (Tamsuri,2007)

b. Jenis kelamin

Laki-laki dan wanita tidak mempunyai perbedaan secara signifikan

mengenai respon mereka terhadap nyeri. Masih diragukan bahwa jenis

kelamin merupakan faktor yang berdiri sendiri dalam ekpresi nyeri.

Perbandingan Efektivitas Penggunaan..., Trias Eka Nurlela, Fakultas Ilmu Kesehatan UMP, 2015

Page 27: BAB II TINJAUAN PUSTAKA A. - repository.ump.ac.idrepository.ump.ac.id/3310/3/Trias Eka Nurlela BAB II.pdf · 2) Daerah lengan bawah pada pasien gagal ginjal, karena lokasi ini akan

37

Misalnya anak laki-laki harus berani dan tidak boleh menangis dimana

seorang wanita dapat menangis dalam waktu yang sama. Penelitian yang

dilakukan Burn, dkk. (1989) dalam Potter & Perry (2005) mempelajari

kebutuhan narkotik post operative pada wanita lebih banyak

dibandingkan dengan pria.

c. Kecemasan

Meskipun pada umumnya diyakini bahwa ansietas akan meningkatkan

nyeri, mungkin tidak seluruhnya benar dalam semua keadaan. Riset tidak

memperlihatkan suatu hubungan yang konsisten antara ansietas dan nyeri

juga tidak memperlihatkan bahwa pelatihan pengurangan stress

praoperatif menurunkan nyeri saat pascaoperatif. Namun, ansietas yang

relevan atau berhubungan dengan nyeri dapat meningkatkan persepsi

pasien terhadap nyeri. Ansietas yang tidak berhubungan dengan nyeri

dapat mendistraksi pasien dan secara aktual dapat menurunkan persepsi

nyeri. Secara umum, cara yang efektif untuk menghilangkan nyeri adalah

dengan mengarahkan pengobatan nyeri ketimbang ansietas (Smeltzer &

Bare, 2001)

5. Pengukuran Intensitas Nyeri

Intensitas nyeri adalah gambaran tentang seberapa parah nyeri

dirasakan oleh individu, pengukuran intensitas nyeri sangat subjektif dan

individual dan kemungkinan nyeri dalam intensitas yang sama di rasakan

sangat berbeda. Pengukuran nyeri yang paling objektif yang paling mungkin

Perbandingan Efektivitas Penggunaan..., Trias Eka Nurlela, Fakultas Ilmu Kesehatan UMP, 2015

Page 28: BAB II TINJAUAN PUSTAKA A. - repository.ump.ac.idrepository.ump.ac.id/3310/3/Trias Eka Nurlela BAB II.pdf · 2) Daerah lengan bawah pada pasien gagal ginjal, karena lokasi ini akan

38

adalah menggunakan respon fisiologik tubuh terhadap nyeri itu sendiri.

Namun, pengukuran dalam teknik ini juga tidak dapat memberikan gambaran

pasti tentang nyeri itu sendiri (Tamsuri, 2007).

Skala penilaian numerik (Numerial Rating Scale) adalah yang paling

efektif (Potter & Perry, 2005). Apabila digunakan skala untuk menilai nyeri,

maka direkomendasikan patokan 10 poin (AHCPR, 1992 dalam Potter &

Perry, 2005). Pengukuran tingkat nyeri dapat dilakukan dengan wawancara

tentang nyeri pada pasien. Perawat bertanya pada pasien tentang bagaimana

nyeri dirasakan dengan bantuan Skala Bourbonais.

Intensitas nyeri dapat dapat diukur menggunakan alat yang berupa

Verbal Discriptor Scale (VDS) dan Numerical rating scales (NRS), Visual

analog scale (VAS).

a. Verbal Descriptor Scale (VDS)

Skala pendeskripsi verbal (Verbal Descriptor Scale, VDS)

merupakan sebuah garis yang terdiri dari tiga sampai lima kata

pendeskripsi yang tersusun dengan jarak yang sama di sepanjang garis.

Pendeskripsi ini diranking dari “tidak terasa nyeri” sampai “nyeri yang

tidak tertahankan”. Perawat menunjukkan klien skala tersebut dan

meminta klien untuk memilih intensitas nyeri terbaru yang ia rasakan.

Perawat juga menanyakan seberapa jauh nyeri terasa paling menyakitkan

dan seberapa jauh nyeri terasa paling tidak menyakitkan. VDS

Perbandingan Efektivitas Penggunaan..., Trias Eka Nurlela, Fakultas Ilmu Kesehatan UMP, 2015

Page 29: BAB II TINJAUAN PUSTAKA A. - repository.ump.ac.idrepository.ump.ac.id/3310/3/Trias Eka Nurlela BAB II.pdf · 2) Daerah lengan bawah pada pasien gagal ginjal, karena lokasi ini akan

39

memungkinkan klien memilih sebuah kategori untuk mendeskripsikan

nyeri.

0 1 2 3 4 5 6 7 8 9 10

Tidak ada nyeri nyeri ringan nyeri sedang nyeri berat nyeri berat

tidak terkontrol

Gambar 2.1. Verbal Descriptor Scale (VDS)

b. Numerical rating scales (NRS)

Skala penilaian numerik (Numerical rating scales, NRS) lebih

digunakan sebagai pengganti alat pendeskripsi kata. Dalam hal ini, klien

menilai nyeri dengan menggunakan skala 0-10.

0 1 2 3 4 5 6 7 8 9 10

Gambar. 2.2 Numerical rating scales (NRS)

Berdasarkan hasil penelitian yang dilakukan Li, Liu & Herr (2007)

dengan membandingkan empat skala nyeri yaitu Numeric Rating Scale

(NRS), Face Pain Scale Revised (FPS-R), Verbal Descriptor Scale

(VDS), dan Visual Analog Scale (VAS) pada pasien pasca bedah

menunjukkan bahwa keempat skala nyeri menunjukkan validitas dan

reabilitas yang baik. Uji reabilitas menggunakan Intraclass correlation

Perbandingan Efektivitas Penggunaan..., Trias Eka Nurlela, Fakultas Ilmu Kesehatan UMP, 2015

Page 30: BAB II TINJAUAN PUSTAKA A. - repository.ump.ac.idrepository.ump.ac.id/3310/3/Trias Eka Nurlela BAB II.pdf · 2) Daerah lengan bawah pada pasien gagal ginjal, karena lokasi ini akan

40

coefficients (ICCs) dan keempat skala nyeri ini menunjukkan konsistensi

penilaian pasca bedah setiap harinya (0,673 - 0,825) dan mempunyai

hubungan kekuatan (r = 0,71-0,99).

c. Visual Analog Scale (VAS)

Skala analog visual (Visual analog scale, VAS) tidak melebel

subdivisi. VAS adalah suatu garis lurus, yang mewakili intensitas nyeri

yang terus menerus dan pendeskripsi verbal pada setiap ujungnya. Skala

ini memberi klien kebebasan penuh untuk mengidentifikasi keparahan

nyeri. VAS dapat merupakan pengukuran keparahan nyeri yang lebih

sensitif karena klien dapat mengidentifikasi setiap titik pada rangkaian

dari pada dipaksa memilih satu kata atau satu angka (Potter, 2005).

Keandalan VAS ini telah dibuktikan oleh Intraclass korelasi

koefisien (ICCs) dengan 95% confidence interval (95% CIS) dan Bland-

Altman analisis yang digunakan untuk menilai keandalan diperoleh

pasangan pengukuran VAS 1 menit terpisah setiap 30 menit selama dua

jam. Hasil yang diperoleh dari ringkasan ICC untuk semua pasangan

VAS skor adalah 0,97 [95% CI = 0,96-0,98]. Hal tersebut menunjukan

bahwa VAS cukup handal digunakan untuk menilai nyeri.

Tidak Nyeri Nyeri Sangat

Gambar 2.3 Visual Analog Scale (VAS)

Perbandingan Efektivitas Penggunaan..., Trias Eka Nurlela, Fakultas Ilmu Kesehatan UMP, 2015

Page 31: BAB II TINJAUAN PUSTAKA A. - repository.ump.ac.idrepository.ump.ac.id/3310/3/Trias Eka Nurlela BAB II.pdf · 2) Daerah lengan bawah pada pasien gagal ginjal, karena lokasi ini akan

41

Skala nyeri harus dirancang sehingga skala tersebut mudah

digunakan dan tidak mengkomsumsi banyak waktu saat klien

melengkapinya. Apabila klien dapat membaca dan memahami skala,

maka deskripsi nyeri akan lebih akurat. Skala deskriptif bermanfaat

bukan saja dalam upaya mengkaji tingkat keparahan nyeri, tapi juga,

mengevaluasi perubahan kondisi klien. Perawat dapat menggunakan

setelah terapi atau saat gejala menjadi lebih memburuk atau menilai

apakah nyeri mengalami penurunan atau peningkatan (Potter, 2005).

D. Lidah Buaya (Aloe Vera)

1. Pengertian

Lidah buaya (Aloe vera atau Aloe barbadensis Miller) sinonim dengan

Aloe barbandenis Mill atau Aloe vulgaris. Tanaman ini merupakan family dari

Liliaceae. Nama lainnya adalah crocodiles tongoes (Inggris), Jadam (Malaysia),

Salvila (Spanyol), dan Lu hui (Cina). Lidah buaya merupakan sejenis tumbuhan

yang sudah dikenal sejak ribuan tahun silam dan digunakan sebagai penyubur

rambut, penyembuh luka, dan perawatan kulit. Tumbuhan ini dapat ditemukan

dengan mudah di kawasan kering di Afrika.

Seiring dengan kemajuan ilmu pengetahuan dan teknologi, pemanfaatan

tanaman lidah buaya berkembang sebagai bahan baku industri farmasi, serta

sebagai bahan makanan dan minuman kesehatan. Secara umum, lidah buaya

merupakan satu dari 10 jenis tanaman terlaris di dunia yang mempunyai potensi

untuk dikembangkan (Agoes, 2010 dalam Sari 2013)

Perbandingan Efektivitas Penggunaan..., Trias Eka Nurlela, Fakultas Ilmu Kesehatan UMP, 2015

Page 32: BAB II TINJAUAN PUSTAKA A. - repository.ump.ac.idrepository.ump.ac.id/3310/3/Trias Eka Nurlela BAB II.pdf · 2) Daerah lengan bawah pada pasien gagal ginjal, karena lokasi ini akan

42

Lidah buaya (Aloe vera) merupakan tumbuhan berbatang pendek yang

tidak terlihat karena tertutup oleh daun – daun yang rapat dan sebagian

terbenam dalam tanah. Melalui batang inilah muncul tunas – tunas yang

selanjutnya akan menjadi tanaman anak. Aloe vera yang bertangkai panjang

juga muncul dari batang melalui celah – celah atau ketiak daun. Batang ini

dapat distek untuk perbanyakan tanaman. Peremajaan tanaman ini dilakukan

dengan memangkas habis daun dan batangnya, kemudian dari sisa tunggal

batang ini, akan muncul tunas – tunas baru (Agoes, 2010 dalam Sari 2010).

Tanaman lidah buaya dikenal sebagai bahan obat tradisional. Khasiat

yang tersimpan dari lidah buaya untuk pembersih darah, penurun panas, obat

wasir, batuk rejan dan mempercepat penyembuhan luka. Sejumlah nutrisi yang

bermanfaat terkandung di dalam lidah buaya, berupa bahan organik dan

anorganik, diantaranya vitamin, mineral dan beberapa asam amino, serta enzim

yang diperlukan tubuh. Pemanfaatan lidah buaya dapat berfungsi sebagai

antiinflamasi, antijamur, antibakteri dan regenerasi sel, untuk mengontrol

tekanan darah, menstimulasi kekebalan tubuh terhadap serangan kanker, serta

dapat digunakan sebagai nutrisi pendukung bagi penderita HIV. Penggunaan

dapat berupa gel dalam bentuk segar atau dalam bentuk jadi seperi kapsul, jus,

makanan, dan minuman kesehatan (Fredy, 2010)

2. Kandungan

Menurut seorang pengamat makanan kesehatan (suplemen), fredy

(2010) dari sekitar 200 jenis tanaman lidah buaya, yang baik digunakan untuk

Perbandingan Efektivitas Penggunaan..., Trias Eka Nurlela, Fakultas Ilmu Kesehatan UMP, 2015

Page 33: BAB II TINJAUAN PUSTAKA A. - repository.ump.ac.idrepository.ump.ac.id/3310/3/Trias Eka Nurlela BAB II.pdf · 2) Daerah lengan bawah pada pasien gagal ginjal, karena lokasi ini akan

43

pngobatan adalah jenis Aloe vera Barbadensis miller. Lidah buaya jenis ini

mengandung 72 zat yang dibutuhkan oleh tubuh. Di antarake-72 zat yang

dibutuhkan tubuh itu terdapat 18 macam asam amino, karbohidrat, lemak, air,

vitamin, mineral, enzim, hormon, dan zat golongan obat. Antara lain

antibiotok, antiseptik, antibakteri, antikanker, antivirus, antijamur,

antiinfeksi, antiperadangan, anti pembengkakan, antiparkinson,

antiaterosklerosis, serta antivirus yang resisten terhadap antibiotik.

Tanaman lidah buaya kaya akan kandungan zat-zat seperti enzim,

asam amino, mineral, vitamin, polisakarida dan komponen lain yang sangat

bermanfaat bagi kesehatan antara lain aloin, barbaloin, isobarbaloin, aloe

emodin, aleonin dan aloesin.

Tabel 2.3 Kandungan zat aktif lidah buaya (Aloe vera) yang sudah

teridentifikasi

Zat aktif Kegunaan

Lignin Mempunyai kemampuan penyerapan yang tinggi

sehingga memudahkan peresapan gel kedalam kulit atau

mukosa

Saponin Membersihkan dan bersifat antiseptik, serta bahan

pencuci yang baik

Kompleks

Anthraguinone

Sebagai bahan laksatif, penghilang rasa sakit, mengurangi

racun, sebagai antibakteri, antibiotik.

Acemannan Sebagai antivirus, antibakteri, antijamur dan dapat

menghancurkan sel tumor, serta meningkatkan daya tahan

tubuh.

Enzim

bradykinese,

karbiksipeptidase

Mengurangi inflamasi, antialergi dan dapat mengurangi

rasa sakit

Glukomannan,

mukopulypeptidase

Memberikan efek imonomudalasi

Perbandingan Efektivitas Penggunaan..., Trias Eka Nurlela, Fakultas Ilmu Kesehatan UMP, 2015

Page 34: BAB II TINJAUAN PUSTAKA A. - repository.ump.ac.idrepository.ump.ac.id/3310/3/Trias Eka Nurlela BAB II.pdf · 2) Daerah lengan bawah pada pasien gagal ginjal, karena lokasi ini akan

44

Tenin, aloctin A Sebagai anti inflamasi

Salisilat Menghilangkan rasa sakit, dan antiinflamasi

Asam amino Bahan untuk pertumbuhan dan perbaikan serta sebagai

sumber energi. Aloe vera menyediakan 20 asam amino

dari 22 AA yang dibutuhkan tubuh.

Mineral Memberikan ketahanan tubuh terhadap penyakit, dan

berinteraksi dengan vitamin untuk fungsi tubuh.

Vitamin A, B1,

B2, B6, B12, C, E,

asam folat.

Bahan penting untuk menjalankan fungsi tubuh secara

normal dan sehat.

(Setiani, 2005).

Mekanisme kerja aloe vera dalam menurunkan tingkat skala nyeri

phlebitis adalah lidah buaya menghambat migrasi sel PMN (neutrofit) ke

jaringan vena yang meradang, sehingga proses inflamasi vena dihambat.

Kandungan asam amino, glikoprotein dan aloe emodin dalam lidah buaya (aloe

vera) mempercepat perkembangan sel-sel baru dalam proses regenerasi epitel

pembuluh darah.

E. Kompres Hangat Lembab dan Dingin

1. Pengertian

Pemberian sensasi hangat dan dingin mengurangi nyeri dan memberikan

kesembuhan. Pemilihan intervensi pemberian sensasi hangat dan sensasi dingin

berbeda-beda sesuai dengan kondisi klien (MnCarber dan O Conor, 2004).

Menggunakan sensasi panas atau dingin merupakan instruksi pemberian

pelayanan kesehatan yang mencakup lokasi tubuh yang akan diobati serta jenis,

frekuensi, dan durasi pemberian.

Perbandingan Efektivitas Penggunaan..., Trias Eka Nurlela, Fakultas Ilmu Kesehatan UMP, 2015

Page 35: BAB II TINJAUAN PUSTAKA A. - repository.ump.ac.idrepository.ump.ac.id/3310/3/Trias Eka Nurlela BAB II.pdf · 2) Daerah lengan bawah pada pasien gagal ginjal, karena lokasi ini akan

45

Kompres panas adalah memberikan rasa hangat pada daerah tertentu

dengan menggunakan cairan atau alat yang menimbulkan hangat pada bagian

tubuh yang memerlukan. Tindakan ini selain untuk melancarkan sirkulasi darah

juga untuk menghilangkan rasa sakit, merangsang peristaltic usus, pengeluaran

getah radang menjadi lancar, serta memberikan ketenangan dan kesenangan

pada klien. Pemberian kompres dilakukan pada radang persendian, kekejangan

otot, perut kembung, dan kedinginan (Potter & Perry, 2010).

Kompres dingin, lembab, dan kering adalah memberi rasa dingin pada

daerah setempat dengan menggunakan kain yang dicelupkan pada air biasa atau

air es sehingga memberi efek rasa dingin pada area tersebut. Tujuan diberikan

kompres dingin adalah menghilangkan rasa nyeri akibat odema atau trauma,

mencegah kongesti kepala, memperlambat denyutan jantung, mempersempit

pembuluh darah dan mengurangi arus darah lokal. Tempat yang diberikan

kompres dingin tergantung lokasinya. Selama pemberian kompres, kulit klien

diperiksa setelah 5 menit pemberian, jika dapat ditoleransi oleh kulit diberikan

selama 20 menit dengan suhu 15˚C. Kompres ini dapat dilakukan secara bersih

atau steril (Potter & Perry, 2012)

Kompres lembab kering. Faktor yang perlu diperhatikan dalam memilih

sensasi kering atau lembab yaitu tipe luka atau cidera, lokasi bagian tubuh dan

peradangan.

Kompres lembab dan hangat biasanya untuk luka terbuka, steril, hangat,

kompres lembab meningkatkan sirkulasi, mengurangi edema, pus dan

Perbandingan Efektivitas Penggunaan..., Trias Eka Nurlela, Fakultas Ilmu Kesehatan UMP, 2015

Page 36: BAB II TINJAUAN PUSTAKA A. - repository.ump.ac.idrepository.ump.ac.id/3310/3/Trias Eka Nurlela BAB II.pdf · 2) Daerah lengan bawah pada pasien gagal ginjal, karena lokasi ini akan

46

drainasse. Kompres itu sendiri terbuat dari potongan dari balutan yag tipis yang

dilembabkan dalam larutan yang hangat. Sedang balutan kasa atau bahan kaca

yang dipasang di area tubuh yang besar.

Panas dari kompres hangat hilang secara cepat maka perlu

mempertahankan suhu yang konstan, dengan cara perawat perlu mengganti

kompresan sesering mungkin bisa juga dengan diberikan lapisan pemanas anti

air pada kompres. Karena kelembaban menghasilkan panas, setiap pengaturan

suhu harus lebih rendah untuk kompres lembab dibanding pemberian sensasi

kering, panas yang lembab memberikan vasodilatasi dan evaporasi panas dari

permukaan kulit (Potter & Perry, 2010)

2. Derajat suhu air untuk kompres (Wolf, 1984 dalam Ningsih, 2013)

a. Dingin sekali : dibawah 13˚C (55ᵒF)

b. Dingin : 10 - 18˚C (50 - 65˚F)

c. Sejuk : 18 - 26˚C (65 - 80˚F)

d. Hangat kuku : 26 - 34˚C (80 - 93˚F)

e. Hangat : 34 - 37˚C ( 93 - 98˚F)

f. Panas : 37 - 41˚C (98 - 105˚F)

g. Sangat panas : 41 - 46˚C (105 - 115˚F)

3. Keuntungan dan Kerugian Pemberian Kompres Hangat Lembab

a. Keuntungan :

1) Pemberian sensasi lembab mengurangi kekeringan kulit dan

melembutkan eksudat luka.

Perbandingan Efektivitas Penggunaan..., Trias Eka Nurlela, Fakultas Ilmu Kesehatan UMP, 2015

Page 37: BAB II TINJAUAN PUSTAKA A. - repository.ump.ac.idrepository.ump.ac.id/3310/3/Trias Eka Nurlela BAB II.pdf · 2) Daerah lengan bawah pada pasien gagal ginjal, karena lokasi ini akan

47

2) Kompres lembab menyesuaikan diri dengan baik terhadap sebagian

besar area tubuh.

3) Panas yang lembab masuk ke dalam lapisan jaringan panas lembab

yang hangat tidak membuat keringat dan kehilangan cairan yang

dapat dilihat.

b. Kerugian :

1) Paparan yang lama menyebabkan kemerahan pada kulit.

2) Panas yang lembab akan menjadi dingin dengan cepat karena

evaporasi yang lembab.

3) Panas yang lembab menghasilkan resiko yang lebih besar terhadap

kulit yang terbakar karena kelembaban menghasilkan panas.

4. Langkah-langkah untuk memberikan kompres hangat lembab (Potter &

Perry, 2010)

a. Peralatan

1) Larutan hangat yang dianjurkan pada suhu yang tepat.

2) Balutan tipis yang steril atau kompres yang sudah dipersiapkan.

3) Sarung tangan bersih

4) Alat anti air/perlak.

b. Langkah-langkah

1) Lihat instruksi pemberian layanan kesehatan akan jenis kompres, lokasi

dan durasi pemberian kompres, suhu yang diinginkan, serta kebijakan

rumah sakit terkait suhu kompres.

Perbandingan Efektivitas Penggunaan..., Trias Eka Nurlela, Fakultas Ilmu Kesehatan UMP, 2015

Page 38: BAB II TINJAUAN PUSTAKA A. - repository.ump.ac.idrepository.ump.ac.id/3310/3/Trias Eka Nurlela BAB II.pdf · 2) Daerah lengan bawah pada pasien gagal ginjal, karena lokasi ini akan

48

2) Lihat catatan medis untuk mengidentifikasi adanya kontra indikasi

sistemik terhadap pemberian kompres hangat.

3) Cuci tangan.

4) Periksa kondisi kulit terbuka dan luka dimana perawat akan

memperikan kompres.

5) Kaji ekstremitas klien terhadap kesensitifan terhadap suhu dengan

mengukurnya melalui sentuhan ringan dan sensasi suhu.

6) Siapkan alat dan persediaan.

7) Jelaskan langkah-langkah prosedur dan tujuan pada klien.

8) Jelaskan langkah-langkah pencegahan untuk mencegah luka bakar.

9) Menutup pintu dan tirai tempat tidur.

10) Membantu klien dalam menemukan posisi yang nyaman, sejajar

dengan garis tubuh dan menempatkan alas anti air (perlak) dibawah

area yang akan diobati.

11) Buka area tubuh yang mau diobati dengan kompres, dan bungkus klien

dengan selimut (jika diperlukan).

12) Siapkan kompres

13) Bila menggunakan sumber panas, hangatkan larutan. (Perawat harus

memeriksa suhu sebelum memberikan kompres pada lengan bawah

klien).

14) Pasang sarung tangan bersih

Perbandingan Efektivitas Penggunaan..., Trias Eka Nurlela, Fakultas Ilmu Kesehatan UMP, 2015

Page 39: BAB II TINJAUAN PUSTAKA A. - repository.ump.ac.idrepository.ump.ac.id/3310/3/Trias Eka Nurlela BAB II.pdf · 2) Daerah lengan bawah pada pasien gagal ginjal, karena lokasi ini akan

49

15) Angkat lapisan kasa atau kain tipis yang dicelup, peras dari berlebihnya

cairan, dan taruh pada luka. Dalam beberapa detik (5-20 detik), angkat

tepi kasa untuk mengkaji tanda adanya kemerahan.

16) Setelah kompres dilakukan kita kaji kembali luka atau kondisi kulit dan

kemudian bilas dengan kain/kasa yang kering.

17) Kaji klien setelah dilakukan kompres.

18) Bereskan alat dan buang kompres yang kotor.

19) Cuci Tangan.

Perbandingan Efektivitas Penggunaan..., Trias Eka Nurlela, Fakultas Ilmu Kesehatan UMP, 2015

Page 40: BAB II TINJAUAN PUSTAKA A. - repository.ump.ac.idrepository.ump.ac.id/3310/3/Trias Eka Nurlela BAB II.pdf · 2) Daerah lengan bawah pada pasien gagal ginjal, karena lokasi ini akan

50

F. Kerangka Teori Penelitian

G.

Gambar.2.2 Kerangka Teori Penelitian

(Sumber : Potter & Perry 2010)

Terapi Intravena a. Lamanya

pemasangan infus

b. Waktu dressing

infus

c. Ph &Osmolalitas

d. Cuci tangan

e. Teknik aseptik

Penatalaksanaan Non-

farmakologi :

a. Relaksasi

b. Distraksi

c. Kompres dingin

(Lidah buaya/aloe

vera)

d. Kompres hangat

e. Terapi musik

f. Massage

Faktor-faktor yang

mempengaruhi

nyeri:

1. Usia

2. Jenis

Kelamin

3. Kecemasan

Phlebitis

Skala Nyeri dengan Numerik

0 : Tidak ada

10 : Nyeri Sangat Hebat

Perubahan Skala Nyeri

Perbandingan Efektivitas Penggunaan..., Trias Eka Nurlela, Fakultas Ilmu Kesehatan UMP, 2015

Page 41: BAB II TINJAUAN PUSTAKA A. - repository.ump.ac.idrepository.ump.ac.id/3310/3/Trias Eka Nurlela BAB II.pdf · 2) Daerah lengan bawah pada pasien gagal ginjal, karena lokasi ini akan

51

H. Kerangka Konsep

Kerangka konsep dalam penelitian ini dapat digambarkan sebagai berikut :

Variebal Bebas Variabel Terikat

Gambar 2.3. Kerangka Konsep

I. Hipotesis Penelitian

Hipotesis adalah jawaban sementara terhadap masalah penelitian yang

kebenarannya harus diuji secara empiris (Nasir, Abdul, dan Ideputri, 2011).

Hipotesis yang akan diuji dalam penelitian ini yaitu “ Kompres lidah buaya

lebih efektif daripada kompres air hangat dalam penurunan tingkat skala nyeri

phlebitis”.

Teknik kompres:

a. Kompres

Lidah Buaya

(gel Aloe

vera)

b. Kompres Air

Hangat

Respon Nyeri

Variabel

pengganggu:

a. Usia

b. Jenis

kelamin

c. Kecemasan

Perbandingan Efektivitas Penggunaan..., Trias Eka Nurlela, Fakultas Ilmu Kesehatan UMP, 2015