BAB II TINJAUAN PUSTAKA A. Dukungan Keluarga 1....

31
BAB II TINJAUAN PUSTAKA A. Dukungan Keluarga 1. Definisi Menurut Friedman (1998) dukungan keluarga adalah sikap, tindakan dan penerimaan keluarga terhadap penderita yang sakit. Keluarga juga berfungsi sebagai sistem pendukung bagi anggotanya dan anggota keluarga memandang bahwa orang yang bersifat mendukung, selalu siap memberikan pertolongan dengan bantuan jika diperlukan. Kane dalam Friedman (1998) mendefinisikan dukungan keluarga sebagai suatu proses hubungan antara keluarga dengan lingkungan sosial. Ketiga dimensi interaksi dukungan sosial keluarga tersebut bersifat reprokasitas (sifat dan hubungan timbal balik), advis atau umpan balik (kuantitas dan kualitas komunikasi) dan keterlibatan emosional (kedalaman intimasi dan kepercayaan) dalam hubungan sosial. Menurut Gottlieb (1998) dalam Kuncoro (2002) dukungan keluarga adalah komunikasi verbal dan non verbal, saran, bantuan, yang nyata atau tingkah laku yang diberikan oleh orang-orang yang akrab dengan subyek di dalam lingkungan sosialnya atau berupa kehadiran dan hal-hal yang dapat memberikan keuntungan emosional atau berpengaruh pada tingkah laku penerimanya. Dalam hal ini orang yang merasa

Transcript of BAB II TINJAUAN PUSTAKA A. Dukungan Keluarga 1....

Page 1: BAB II TINJAUAN PUSTAKA A. Dukungan Keluarga 1. Definisidigilib.unimus.ac.id/files/disk1/103/jtptunimus-gdl-sarahevira... · Dengan pemberian dukungan yang ... suami, kerabat) teman

BAB II

TINJAUAN PUSTAKA

A. Dukungan Keluarga

1. Definisi

Menurut Friedman (1998) dukungan keluarga adalah sikap,

tindakan dan penerimaan keluarga terhadap penderita yang sakit. Keluarga

juga berfungsi sebagai sistem pendukung bagi anggotanya dan anggota

keluarga memandang bahwa orang yang bersifat mendukung, selalu siap

memberikan pertolongan dengan bantuan jika diperlukan.

Kane dalam Friedman (1998) mendefinisikan dukungan keluarga

sebagai suatu proses hubungan antara keluarga dengan lingkungan sosial.

Ketiga dimensi interaksi dukungan sosial keluarga tersebut bersifat

reprokasitas (sifat dan hubungan timbal balik), advis atau umpan balik

(kuantitas dan kualitas komunikasi) dan keterlibatan emosional

(kedalaman intimasi dan kepercayaan) dalam hubungan sosial.

Menurut Gottlieb (1998) dalam Kuncoro (2002) dukungan

keluarga adalah komunikasi verbal dan non verbal, saran, bantuan, yang

nyata atau tingkah laku yang diberikan oleh orang-orang yang akrab

dengan subyek di dalam lingkungan sosialnya atau berupa kehadiran dan

hal-hal yang dapat memberikan keuntungan emosional atau berpengaruh

pada tingkah laku penerimanya. Dalam hal ini orang yang merasa

Page 2: BAB II TINJAUAN PUSTAKA A. Dukungan Keluarga 1. Definisidigilib.unimus.ac.id/files/disk1/103/jtptunimus-gdl-sarahevira... · Dengan pemberian dukungan yang ... suami, kerabat) teman

memperoleh dukungan secara emosional merasa lega karena diperhatikan,

mendapat saran atau kesan yang menyenangkan pada dirinya.

Serason (1983) dalam Kuncoro (2002) mengatakan bahwa

dukungan keluarga adalah keberadaan, kesediaan, kepedulian, dari orang-

orang yang dapat diandalkan, menghargai dan menyayangikita. Pandangan

yang sama juga dikemukakan oleh Cobb yang mendefinisikan dukungan

keluarga sebagai adanya kenyamanan, perhatian dan penghargaan atau

menolong dengan sikap menerima kondisinya. Dukungan sosial tersebut

diperoleh dari individu maupun dari kelompok.

Dengan memahami pentingnya dukungan keluarga bagi penderita

DM, kita semua diharapkan mampu untuk memberikan partisipasi dalam

pemberian dukungan sesuai dengan kebutuhan penderita. Mulailah dengan

memberikan dukungan keluarga pada penderita DM yang berada dekat

dengan kita. Dengan pemberian dukungan yang bermakna maka para

penderita DM akan dapat menikmati hari-hari mereka dengan tentram dan

damai yang pada akhirnya akan memberikan banyak manfaat bagi semua

anggota keluarga yang lain (Kuncoro, 2002).

2. Jenis Dukungan Keluarga

Kaplan (1976) dalam Friedman (1998) menjelaskan bahwa keluarga

memiliki 4 jenis dukungan, yaitu :

a. Dukungan informasional

Keluarga berfungsi sebagai kolektor dan disseminator informasi

tentang dunia yang dapat digunakan untuk mengungkapkan suatu

Page 3: BAB II TINJAUAN PUSTAKA A. Dukungan Keluarga 1. Definisidigilib.unimus.ac.id/files/disk1/103/jtptunimus-gdl-sarahevira... · Dengan pemberian dukungan yang ... suami, kerabat) teman

masalah. Manfaat dari dukungan ini adalah dapat menekan munculnya

suatu stressor karena informasi yang diberikan dapat menyumbangkan

aksi sugesti yang khusus pada individu. Aspek-aspek dalam dukungan

ini adalah nasehat, usulan, saran, petunjuk dan pemberian informasi.

b. Dukungan penilaian

Keluarga bertindak sebagai sebuah bimbingan umpan balik,

membimbing dan menengahi masalah serta sebagai sumber validator

identitas anggota keluarga, diantaranya : memberikan support,

pengakuan, penghargaan dan perhatian.

c. Dukungan instrumental

Keluarga merupakan sebuah sumber pertolongan praktis dan

konkrit diantaranya : bantuan langsung dari orang yang diandalkan

seperti materi, tenaga dan sarana. Manfaat dukungan iniadalah

mendukung pulihnya energi atau stamina dan semangat yang menurun

selain itu individu merasa bahwa masih ada perhatian atau kepedulian

dari lingkungan terhadap seseorang yang sedang mengalami kesusahan

atau penderitaan.

d. Dukungan emosional

Keluarga sebagai sebuah tempat yang aman dan damai untuk

istirahat dan pemulihan serta membantu penguasaan terhadap emosi.

Manfaat dari dukungan ini adalah secara emosional menjamin nilai-

nilai individu (baik pria maupun wanita) akan selalu terjaga

kerahasiannya dari keingintahuan orang lain. Aspek-aspek dari

Page 4: BAB II TINJAUAN PUSTAKA A. Dukungan Keluarga 1. Definisidigilib.unimus.ac.id/files/disk1/103/jtptunimus-gdl-sarahevira... · Dengan pemberian dukungan yang ... suami, kerabat) teman

dukungan emosional meliputi dukungan yang diwujudkan dalam

bentuk afeksi, adanya kepercayaan, perhatian dan mendengarkan serta

didedengarkan.

Penderita diabetes mellitus sangat membutuhkan keempat jenis dukungan

yang berasal dari keluarga sehingga diharapkan dapat mempercepat proses

penyembuhan.

3. Manfaat Dukungan Keluarga

Wills dalam Friedman (1998) menyimpulkan bahwa baik efek-efek

penyangga (dukungan sosial melindungi individu terhadap efek negatif

dari stess) dan efek-efek utama (dukungan sosial secara langsung

mempengaruhi akibat-akibat dari kesehatan) pun ditemukan.

Sesungguhnya efek-efek penyangga dan utama dari dukungan sosial

terhadap kesehatan dan kesejahteraan boleh jadi berfungsi secara

bersamaan. Secara lebih spesifik, keberadaan dukungan sosial yang

adekuat terbukti berhubungan dengan menurunnya mortalitas, lebih mudah

sembuh dari sakit dan di kalangan kaum tua, fungsi kognitif, fisik, dan

kesehatan emosi.

Serason (1993) dalam Kuncoro (2002) berpendapat bahwa dukungan

keluarga mencakup 2 hal yaitu :

a. Jumlah sumber dukungan yang tersedia, merupakan persepsi individu

terhadap sejumlah orang yang dapat diandalkan saat individu

membutuhkan bantuan.

Page 5: BAB II TINJAUAN PUSTAKA A. Dukungan Keluarga 1. Definisidigilib.unimus.ac.id/files/disk1/103/jtptunimus-gdl-sarahevira... · Dengan pemberian dukungan yang ... suami, kerabat) teman

b. Tingkat kepuasan akan dukungan yang diterima berkaitan dengan

persepsi individu bahwa kebutuhannya akan terpenuhi (pendekatan

berdasarkan kualitas).

4. Sumber Dukungan Keluarga

Menurut Root & Dooley (1985) dalam Kuncoro (2002) ada 2

sumber dukungan keluarga yaitu natural dan artifisial. Dukungan keluarga

yang natural diterima seseorang melalui interaksi sosial dalam

kehidupannya secara spontan dengan orang-orang yang berada

disekitarnya misalnya anggota keluarga (anak, istri, suami, kerabat) teman

dekat atau relasi. Dukungan keluarga ini bersifat non formal sedangkan

dukungan keluarga artifisial adalah dukungan yang dirancang kedalam

kebutuhan primer seseorang misalnya dukungan keluarga akibat bencana

alam melalui berbagai sumbangan sehingga sumber dukungan keluarga

natural mempunyai berbagai perbedaan jika dibandingkan dengan

dukungan keluarga artifisial. Perbedaan itu terletak pada :

a. Keberadaan sumber dukungan keluarga natural bersifat apa adanya

tanpa di buat-buat sehingga mudah diperoleh dan bersifat spontan.

b. Sumber dukungan keluarga yang natural mempunyai kesesuaian

dengan nama yang berlaku tentang kapan sesuatu harus diberikan.

c. Sumber dukungan keluarga natural berakar dari hubungan yang telah

berakar lama.

Page 6: BAB II TINJAUAN PUSTAKA A. Dukungan Keluarga 1. Definisidigilib.unimus.ac.id/files/disk1/103/jtptunimus-gdl-sarahevira... · Dengan pemberian dukungan yang ... suami, kerabat) teman

d. Sumber dukungan natural mempunyai keragaman dalam penyampaian

dukungan, mulai dari pemberian barang yang nyata hanya sekedar

menemui seseorang dengan menyampaikan salam.

e. Sumber dukungan keluarga natural terbebas dari beban dan label

psikologis.

5. Faktor-faktor Yang Mempengaruhi Dukungan Keluarga

Menurut Purnawan (2008) faktor-faktor yang mempengaruhi dukungan

keluarga adalah :

a. Faktor Internal

1) Tahap Perkembangan

Artinya dukungan dapat ditentukan oleh faktor usia dalam hal ini

adalah pertumbuhan dan perkembangan, dengan demikian setiap

rentang usia (bayi-lansia) memiliki pemahaman dan respon

terhadap perubahan kesehatan yang berbeda-beda.

2) Pendidikan atau Tingkat Pengetahuan

Keyakinan seseorang terhadap adanya dukungan terbentuk oleh

variabel intelektual yang terdiri dari pengetahuan, latar belakang

pendidikan, dan pengalaman masa lalu. Kemampuan kognitif akan

membentuk cara berfikir seseorang termasuk kemampuan untuk

memehami faktor-faktor yang berhubungan dengan penyakit dan

menggunakan pengetahuan tentang kesehatan untuk menjaga

kesehatan dirinya.

Page 7: BAB II TINJAUAN PUSTAKA A. Dukungan Keluarga 1. Definisidigilib.unimus.ac.id/files/disk1/103/jtptunimus-gdl-sarahevira... · Dengan pemberian dukungan yang ... suami, kerabat) teman

3) Faktor Emosi

Faktor emosional juga mempengaruhi keyakinan terhadap adanya

dukungan dan cara melaksanakannya. Seseorang yang mengalami

respons stres dalam setiap perubahan hidupnya cenderung berespon

terhadap berbagai tanda sakit, mungkin dilakukan dengan cara

mengkhawatirkan bahwa penyakit tersebut dapat mengancam

kehidupannya. Seseorang yang secara umum terlihat sangat tenang

mungkin mempunyai respons emosional yang kecil selama ia sakit.

Seorang individu yang tidak mampu melakukan koping secara

emosional terhadap ancaman penyakit mungkin akan menyangkal

adanya gejala penyakit pada dirinya dan tidak mau menjalani

pengobatan.

4) Spiritual

Aspek spiritual dapat terlihat dari bagaimana seseorang menjalani

kehidupannya, mencakup nilai dan keyakinan yang dilaksanakan,

hubungan dengan keluarga atau teman, dan kemampuan mencari

harapan dan arti dalam hidup.

b. Faktor Eksternal

1) Praktik di Keluarga

Cara bagaimana keluarga memberikan dukungan biasanya

mempengaruhi penderita dalam melaksanakan kesehatannya.

Misalnya: klien juga kemungkinan besar akan melakukan tindakan

pencegahan jika keluarganya melakukan hal yang sama. Misal:

Page 8: BAB II TINJAUAN PUSTAKA A. Dukungan Keluarga 1. Definisidigilib.unimus.ac.id/files/disk1/103/jtptunimus-gdl-sarahevira... · Dengan pemberian dukungan yang ... suami, kerabat) teman

anak yang selalu diajak orang tuanya untuk melakukan

pemeriksaan kesehatan rutin, maka ketika punya anak dia akan

melakukan hal yang sama.

2) Faktor Sosioekonomi

Faktor sosial dan psikososial dapat meningkatkan risiko terjadinya

penyakit dan mempengaruhi cara seseorang mendefinisikan dan

bereaksi terhadap penyakitnya.

Variabel psikososial mencakup: stabilitas perkawinan, gaya hidup,

dan lingkungan kerja.

Sesorang biasanya akan mencari dukungan dan persetujuan dari

kelompok sosialnya, hal ini akan mempengaruhi keyakinan

kesehatan dan cara pelaksanaannya. Semakin tinggi tingkat

ekonomi seseorang biasanya ia akan lebih cepat tanggap terhadap

gejala penyakit yang dirasakan. Sehingga ia akan segera mencari

pertolongan ketika merasa ada gangguan pada kesehatannya.

3) Latar Belakang Budaya

Latar belakang budaya mempengaruhi keyakinan, nilai dan

kebiasaan individu, dalam memberikan dukungan termasuk cara

pelaksanaan kesehatan pribadi.

B. Pengetahuan

1. Definisi Pengetahuan

Pengetahuan adalah merupakan hasil penginderaan manusia

terhadap objek di luarnya melalui indera-indera yang dimilikinya

Page 9: BAB II TINJAUAN PUSTAKA A. Dukungan Keluarga 1. Definisidigilib.unimus.ac.id/files/disk1/103/jtptunimus-gdl-sarahevira... · Dengan pemberian dukungan yang ... suami, kerabat) teman

(pendengaran, penglihatan, penciuman, dan sebagainya). Dengan

sendirinya pada waktu penginderaan, dalam diri manusia terjadi proses

perhatian, persepsi, penghayatan dan sebagianya terhadap stimulus atau

objek di luar subyek. Sehingga dapat disimpulkan bahwa pengetahuan

dapat diukur atau diobservasi melalui apa yang diketahui tentang obyek

(masalah kesehatan) misalnya pengethuan tentang imunisasi, pengetahuan

tentang penyakit malaria, pengetahuan tentang sanitasi, dan sebagainya

(Notoatmodjo, 2002).

Menurut Aristoteles, pengetahuan adalah hasil pencapaian akal manusia

yang dibagi dalam tiga kelompok, yaitu :

a. Pengetahuan teoritis (pengetahuan yang diupayakan untuk kepentingan

diri sendir, seperti pengetahuan metafisika, fisika, dan matematika).

b. Pengatahuan praktis (pengetahuan yang diaktualkan seperti

pengetahuan etika dan politik).

c. Pengatahuan produktif (pengetahuan yang dikejar untuk membuat,

menghasilkan, dan menciptakan sesuatu).

Ketiga-tiganya didasarkan pada proses persepsi induktif, intuitif yang

menyingkap kaitan-kaitan niscaya diantara bentuk-bentuk partikular yang

dialami seseorang. Jika memiliki sesuatu deduktif yang teratur,

pengetahuan itu disebut ilmu (Save,1997).

Pengetahuan merupakan domain yang sangat penting untuk

terbentuknya perilaku seseorang. Perilaku terbentuk, yang didasari oleh

Page 10: BAB II TINJAUAN PUSTAKA A. Dukungan Keluarga 1. Definisidigilib.unimus.ac.id/files/disk1/103/jtptunimus-gdl-sarahevira... · Dengan pemberian dukungan yang ... suami, kerabat) teman

pengetahuan akan bersifat langgeng daripada pengetahuan yang tidak

didasari pengetahuan (Budioro, 1998).

Pengetahuan yang harus diberikan dan diketahui oleh penderita

diabetes mellitus meliputi pengetahuan penyakit, tanda dan gejala,

komplikasi penyakit dan cara perawatan penyakit (Notoatmodjo, 2002).

Pengetahuan penderita tentang penyakit diabetes akan semakin

meningkat setelah dilakukan intervensi komunikasi therapeutik terhadap

pengetahuan tentang penyakit yang dideritanya. (Sarwono, 1998). Menurut

American Diabetes Association (2002) penerapan komunikasi therapeutik

merupakan bagian dari pendidikan kesehatan kepada penderita diabetes

yang merupakan komponen penting dimana penderita mempunyai peran

penting dalam menejemen dirinya, selain didukung oleh keluarga, tim

kesehatan, maupun orang sekitarnya. Perubahan perilaku karena

pendidikan kesehatan yaitu tingkat pengetahuan, sikap, keyakinan, status

psikologis, kondisi fisik serta pola hidup sehat.

2. Tingkat Pengetahuan

Menurut Notoatmodjo (2002) pengetahuan yang mencakup dalam

domain kognitif mempunyai 6 tingkatan yaitu :

a. Tahu (Know)

Tahu diartikan sebagai mengingat suatu materi yang telah dipelajari

sebelumnya. Termasuk dalam pengetahuan tingkat ini adalah

mengingat kembali (recall) sesuatu yang spesifik dari seluruh bahan

Page 11: BAB II TINJAUAN PUSTAKA A. Dukungan Keluarga 1. Definisidigilib.unimus.ac.id/files/disk1/103/jtptunimus-gdl-sarahevira... · Dengan pemberian dukungan yang ... suami, kerabat) teman

yang dipelajari atau rangsangan yang telah diterima. Oleh sebab itu

tahu merupakan tingkat pengetahuan yang paling rendah.

b. Memahami (comprenhension)

Memahami diartikan sebagai suatu kemampuan untuk menjelaskan

secara benar tentang objek yang diketahui, dan dapat

menginterpretasikan materi tersebut secara benar orang telah paham

terhadap objek atau materi harus dapat menjelaskan dan menyebutkan.

c. Aplikasi (aplication)

Aplikasi diartikan sebagai kemampuan untuk menyebarkan materi atau

suatu objek kedalam komponen-komponen, tetapi masih di dalam

suatu structural organisasi dan masih ada kaitannya satu sama lain.

Kemampuan analisis ini dapat dilihat dari penggunaan kata kerja

seperti dapat menggambarkan (membuat bagan), membedakan,

memisahkan, mengelompokkan dan sebagainya.

d. Sintesis (synthesis)

Sintesis menunjuk kepada suatu kemampuan untuk meletakkan atau

menghubungkan bagian-bagian di dalam suatu bentuk keseluruhan

yang baru. Dengan kata lain sintesis adalah suatu kemampuan untuk

menyusun formulasi baru dari formulasi-formulasi yang ada.

e. Evaluasi (evaluation)

Evaluasi ini berkaitan dengan kemampuan untuk melakukan justifikasi

atau penilaian terhadap suatu materi atau objek. Penilaian-penilaian itu

Page 12: BAB II TINJAUAN PUSTAKA A. Dukungan Keluarga 1. Definisidigilib.unimus.ac.id/files/disk1/103/jtptunimus-gdl-sarahevira... · Dengan pemberian dukungan yang ... suami, kerabat) teman

didasarkan pada statu kriteria yang ditentukan sendiri atau

menggunakan kriteria-kriteria yang telah ada.

Pengukuran pengetahuan dapat dilakukan dengan wawancara atau

angket yang menanyakan tentang isi materi yang ingin di ukur dari subyek

penelitian atau responden kedalam pengetahuan yang ingin kita ketahui

atau kita ukur dapat kita sesuaikan dengan tingkatan-tingkatan di diatas.

Menurut Rogers (1974) dalam Notoatmodjo (2003), sebelum orang

mengadopsi perilaku baru dalam diri orang tersebut terjadi proses yang

berurutan yaitu :

1) Awarness (kesadaran), dimana orang tersebut menyadari dalam arti

mengetahui lebih dulu terhadap stimulus (objek).

2) Interest (merasa tertarik), terhadap stimulus objek tersebut. Disini

sikap objek sudah mulai timbul.

3) Evaluation (menimang-nimang), terhadap baik tidaknya stimulus

tersebut baginya. Hal ini berarti sikap responden sudah lebih baik lagi.

4) Trial, dimana subjek mulai mencoba melakukan sesuatu sesuai yang

dikendaki stimulus.

5) Adaption, damana subjek telah berperilaku baru sesuai dengan

pengetahuan, kesadaran, dan sikap terhadap stimulus.

Apabila penerimaan perilaku baru atau adopsi perilaku baru

melalui proses seperti ini, maka perilaku tersebut bersifat langgeng (long

lasting). Sebaliknya apabila perilaku tidak disadari oleh pengetahuan dan

kesadaran dan kesadaran akan tidak berlangsung lama.

Page 13: BAB II TINJAUAN PUSTAKA A. Dukungan Keluarga 1. Definisidigilib.unimus.ac.id/files/disk1/103/jtptunimus-gdl-sarahevira... · Dengan pemberian dukungan yang ... suami, kerabat) teman

3. Faktor-faktor yang mempengaruhi pengetahuan.

Faktor-faktor yang mempengaruhi pengetahuan menurut Notoatmodjo

(2003) adalah :

a. Tingkat pendidikan

Kemampuan belajar yang dimiliki manusia merupakan bekal yang

sangat pokok. Sudah barang tentu tingkat pendidikan dapat

menghasilkan sesuatu perubahan dalam pengetahuan orang tua.

b. Informasi

Dengan kurangnya informasi tentang cara mencapai hidup sehat, cara

pemeliharaan kesehatan, cara menghindari penyakit dan sebagainya

akan menurunkan tingkat pengetahuan orang tua tentang hal terssebut.

c. Budaya

Budaya sangat berpengaruh terhadap tingkat pengetahuan seseorang,

karena informasi-informasi baru akan disaring kira-kira sesuai tidak

dengan kebudayaan yang dianut.

d. Pengalaman

Pengalaman disini berkaitan dengan umur, tingkat pendidikan

seseorang maksudnya pendidikan yang tinggi akan mempunyai

pengalaman yang lebih luas, demikian juga dengan umur orang

tersebut pengalamannya juga akan semakin bertambah.

Page 14: BAB II TINJAUAN PUSTAKA A. Dukungan Keluarga 1. Definisidigilib.unimus.ac.id/files/disk1/103/jtptunimus-gdl-sarahevira... · Dengan pemberian dukungan yang ... suami, kerabat) teman

e. Sosial ekonomi

Lingkungan sosial akan mendukung tingginya pengetahuan seseorang,

sedangkan ekonomi dikaitkan dengan daya pendidikan yang ditempuh

seseorang sehingga memperluas pengetahuan seseorang.

C. Diabetes Mellitus

1. Pengertian

Diabetes mellitus adalah keadaan hiperglikemia kronik disertai

berbagai kelainan metabolik akibat gangguan hormonal, yang

menimbulkan berbagai komplikasi kronik pada mata, ginjal, syaraf, dan

pembuluh darah, disertai lesi pada membran basalis dalam pemeriksaan

dengan mikroskop elektron (Mansjoer, 2000).

Diabetes merupakan suatu penyakit kronik yang kompleks yang

melibatkan kelainan metabolisme karbohidrat, protein dan lemak dan

berkembangnya komplikasi makrovaskuler, mikrovaskuler, dan neurologis

(Barbara, 1996).

Diabetes mellitus merupakan sekelompok kelainan heterogen yang

ditandai oleh kenaikan kadar glukosa dalam darah atau hiperglikemia.

Glukosa secara normal bersirkulasi dalam jumlah tertentu dalam darah.

Glukosa dibentuk di hati dari makanan yang dikonsumsi. Insulin yaitu

suatu hormon yang diproduksi oleh pankreas, mengendalikan kadar

glukosa dalam darah dengan mengatur produksi dan menyimpannya

(Smeltzer, 2001).

Page 15: BAB II TINJAUAN PUSTAKA A. Dukungan Keluarga 1. Definisidigilib.unimus.ac.id/files/disk1/103/jtptunimus-gdl-sarahevira... · Dengan pemberian dukungan yang ... suami, kerabat) teman

2. Klasifikasi Diabetes Mellitus

Menurut Rubenstein (2007) klasifikasi diabetes mellitus terdiri dari

3 yaitu :

a. Diabetes tipe I (diabetes yang tergantung insulin/IDDM).

Diabetes tipe I adalah gangguan autoimun dimana terjadi

penghancuran sel-sel β pankreas penghasil insulin. Penderita biasanya

berusia di bawah 30 tahun, mengalami onset akut, penyakit ini

tergantung pada terapi insulin dan cenderung labih mudah mengalami

ketosis.

b. Diabetes tipe II (diabetes tidak tergantung insulin/NIDDM).

Diabetes tipe II adalah bentuk yang sering ditemui, yaitu sekitar 90 %

penderita yang menyandang diabetes. Penderita diabetes khasnya

menderita obesitas, dewasa dengan usia lebih tua dengan gejala ringan

sehingga penegakan diagnosis bisa saja baru dilakukan pada stadium

penyakit yang sudah lanjut, seringkali setelah ditemukannya

komplikasi seperti retinopati atau penyakit vaskuler. Intensitas jaringan

terhadap insulin (resistensi insulin) dan tidak adekuatnya respon sel β

pankreas terhadap glukosa plasma yang khas, menyebabkan produksi

glukosa hati berlebihan dan penggunaannya yang terlalu rendah oleh

jaringan.

c. Diabetes Gestasional

Sebagian besar wanita yang mengalami diabetes saat hamil memiliki

homeostatis glukosa yang normal pada paruh pertama kehamilan dan

Page 16: BAB II TINJAUAN PUSTAKA A. Dukungan Keluarga 1. Definisidigilib.unimus.ac.id/files/disk1/103/jtptunimus-gdl-sarahevira... · Dengan pemberian dukungan yang ... suami, kerabat) teman

berkembang menjadi defisiensi insulin relatif selama paruh kedua,

sehingga terjaadi hiperglikemia. Hiperglikemia menghilang pada

sebagian besar wanita setelah melahirkan, namun mereka memiliki

peningkatan resiko menyandang diabetes tipe II.

3. Tanda dan Gejala Diabetes Mellitus

Menurut Karyadi (2002) secara umum tanda dan gejala yang dapat ditemui

meliputi :

a. Tanda dan gejala awal

1) Penurunan berat badan dan rasa lemah

Penurunan berat badan dalam waktu relatif singkat merupakan

gejala awal yang sering ditemukan. Selain itu rasa lemah dan cepat

capek cepat dirasakan, yang disebabkan karena glukosa darah tidak

dapat masuk ke dalam sel, sehingga sel kekurangan bahan bakar

untuk menghasilkan tenaga. Dalam hal ini, sumber tenaga akan

diambil dari cadangan tubuh termasuk lemak dan otot. Lama-

kelamaan penderita akan kehilangan cadangan tubuh termasuk

lemak dan otot, akibatnya berat badan turun dan badan semakin

kurus.

2) Banyak kencing (poliuri)

Gejala yang sering dirasakan penderita adalah sering kencing

dengan volume urine yang banyak. Kencing yang sering pada

malam hari terkadang sangat mengganggu penderita.

Page 17: BAB II TINJAUAN PUSTAKA A. Dukungan Keluarga 1. Definisidigilib.unimus.ac.id/files/disk1/103/jtptunimus-gdl-sarahevira... · Dengan pemberian dukungan yang ... suami, kerabat) teman

3) Banyak minum (polidipsi)

Pada saat glukosa darah melebihi batas ambang ginjal, maka

glukosa yang berlebihan itu akan dikeluarkan melalui urine.

Sedangkan waktu mengeluarkan glukosa melalui ginjal dibutuhkan

banyak air. Sehingga semakin banyak air yang dikeluarkan, tubuh

semakin kekurangan air. Akibatnya timbul rangsangan otak, rasa

haus dan ingin minum terus.

4) Banyak makan

Kadar glukosa yang tidak dapat masuk ke dalam sel, menyebabkan

rangsangan ke otak untuk mengirim pesan rasa lapar pada

penderita. Akibatnya penderita sering makan dan kadar glukosa

darah semakin tinggi, namun tidak dapat seluruhnya damanfaatkan

untuk masuk ke dalam sel.

b. Gejala kronis

1) Gangguan penglihatan

Pada mulanya penderita sering mengeluh penglihatannya kabur,

sehingga sering mangganti kacamata untuk dapat melihat dengan

baik.

2) Gangguan syaraf tepi atau kesemutan

Pada malam hari, penderita sering mengeluh sakit dan rasa

kesemutan pada kaki.

Page 18: BAB II TINJAUAN PUSTAKA A. Dukungan Keluarga 1. Definisidigilib.unimus.ac.id/files/disk1/103/jtptunimus-gdl-sarahevira... · Dengan pemberian dukungan yang ... suami, kerabat) teman

3) Gatal-gatal atau bisul

Keluhan gatal sering dirasakan penderita, biasanya gatal di daerah

kemaluan, atau daerah lipatan kulit seperti ketiak, paha, atau di

bawah payudara. Kadang sering timbul bisul dan luka yang lama

sembuhnya akibat luka lecet terkena sepatu atau tergores jarum.

4) Rasa tebal di kulit

Penderita DM sering mengalami rasa tebal di kulit, terutama bila

berjalan terasa seperti di atas bantal atau kasur.

5) Gangguan fungsi seksual

Gangguan ereksi/disfungsi seksual/impotensi sering dijumpai pada

penderita laki-laki yang terkena DM. Namun pendrita sering

menyembunyikan masalah tersebut karena malu menceritakannya

pada dokter. Impotensi pada penderita terjadi karena gangguan

syaraf, dan bukan karena kekurangan hormon seks pria

(testosteron) yang biasanya masih normal.

6) Keputihan

Keputihan dan gatal merupakan gejala yang sering dikeluhkan,

bahkan merupakan satu-satunya gejala yang dirasakan. Hal ini

terjadi karena daya tahan tubuh kurang sehingga mengakibatkan

mudah terkena infeksi antara lain karena jamur.

Page 19: BAB II TINJAUAN PUSTAKA A. Dukungan Keluarga 1. Definisidigilib.unimus.ac.id/files/disk1/103/jtptunimus-gdl-sarahevira... · Dengan pemberian dukungan yang ... suami, kerabat) teman

4. Komplikasi diabetes mellitus

Menurut Mansjoer (2000) komplikasi diabetes dapat muncul secara

akut maupun kronik, yaitu timbul beberapa bulan atau beberapa tahun

sesudah mengidap diabetes mellitus. Komplikasi akut diabetes yaitu koma

hipoglikemia, ketoasidosis, koma hiperosmolar nonketotik. Sedangkan

komplikasi kronik diabetes yaitu makroangiopati (mengenai pembuluh

darah besar, pembuluh darah jantung, pembuluh darah tepi, pembuluh

darah otak), mikroangiopati (mengenai pembuluh darah kecil, retinopati

diabetik, nefropati diabetik), neuropati diabetik, rentan infeksi seperti

tuberkulosis paru, gingivitis dan infeksi saluran kemihdan kaki diabetik

5. Perawatan Diabetes Mellitus

Tujuan utama perawatan diabetes adalah untuk menormalkan

aktivitas insulin dan kadar glukosa darah dalam upaya untuk mengurangi

terjadinya komplikasi vaskular dan neuropati. Tujuan terapi dalam setiap

diabetes adalah mencapai kadar glukosa darah normal (euglikemia) tanpa

terjadinya hipoglikemia dan gangguan serius pada pola aktivitas penderita

(Smeltzer, 2001).

Tiga modalitas primer perawatan diabetes mellitus yaitu terdiri dari diet,

latihan dan obat hipoglikemik. Pendidikan untuk perawatan diabetes

merupakan bagian integral dari pengobatan (Barbara, 1996).

a. Diet

Diet merupakan landasan perawatan penderita diabetes yang

penting, baik untuk penderita diabetes tipe I maupun penderita diabetes

Page 20: BAB II TINJAUAN PUSTAKA A. Dukungan Keluarga 1. Definisidigilib.unimus.ac.id/files/disk1/103/jtptunimus-gdl-sarahevira... · Dengan pemberian dukungan yang ... suami, kerabat) teman

tipe II. Tentunya, terdapat perbedaan perawatan untuk setiap tipe,

sebab sebagian penderita diabetes tipe II tidak memerlukan suntikan

insulin (Karyadi, 2002).

Rencana diet pada penderita diabetes dimaksudkan untuk mengatur

jumlah disarankan bervariasi, tergantung pada kebutuhan apakah

untuk mempertahankan, menurunkan atau meningkatkan berat tubuh.

Rencana diet harus didapat dengan berkonsultasi dengan ahli gizi yang

terdaftar dan berdasarkan pada riwayat diet penderita, makanan yang

lebih disukai, gaya hidup, latar belakang budaya, dan aktivitas fisik.

Tujuan diet pada penderita diabetes adalah mengendalikan kadar

glukosa darah dan lemak darah, mencapai dan mempertahankan berat

badan yang diharapkan serta menetapkan diet yang cukup dan

seimbang (Price, 2005).

Diet yang baik untuk penderita diabetes adalah diet yang seimbang,

jadwal makan yang teratur serta jenis makanan yang dimakan

bervariasi yang kaya nutrisi dan rendah karbohidrat. Diet perlu

dilakukan dengan mengurangi asupan karbohidrat (berbagai jenis gula

dan tepung termasuk nasi, kentang, ubi, singkong dan lain sebagainya),

mengurangi makanan berlemak (daging berlemak, kuning telur, keju,

dan susu tinggi lemak) serta memperbanyak makan sayur dan buah

sebagai sumber serat, vitamin dan mineral. Sebagai sumber protein

dapat memanfaatkan ikan, ayam (terutama daging dada), tahu dan

tempe (Agustina, 2008).

Page 21: BAB II TINJAUAN PUSTAKA A. Dukungan Keluarga 1. Definisidigilib.unimus.ac.id/files/disk1/103/jtptunimus-gdl-sarahevira... · Dengan pemberian dukungan yang ... suami, kerabat) teman

Menurut Karyadi (2002) dalam melaksanakan diet DM sehari-hari,

sebaiknya memperhatikan pedoman 3 J (jumlah, jadwal dan jenis),

maksudnya adalah :

J1 : Penentuan jumlah kalori disesuaikan dengan status gizi

penderita. Perhitungan berat badan menurut Brocca yaitu

BB = 90 % x (TB – 100) x 1 kg. Bagi pria dengan tinggi di

bawah 160 cm dan wanita di bawah 150 cm, rumusnya adalah

BB ideal (TB dalam cm – 100) x 1 kg.

J2 : Jadwal diet harus diikuti sesuai intervalnya. Jadwal diet yang

dilaksanakan pada dasarnya diberikan dengan 3 kali makanan

utama dan tiga kali makanan antara (snack) dalam jarak waktu

antara 3 jam. Misalnya pukul 06.30 makan pagi, pukul 09.30

snack atau buah.

J3 : Jenis makanan yang manis harus dihindari termasuk buah-buahan

dan makanan lain yang manis. Jenis makanan yang dianjurkan

sebaiknya mengandung zat-zat gizi. Batasi makanan yang

mengandung tinggi kalori. tinggi lemak, tinggi kolesterol, dan

rendah serat. Sebaiknya pilih makanan yang mengandung serat

seperti sayur-sayuran dan buah-buahan dengan kecukupan zat-zat

gizi yang dianjurkan.

b. Latihan atau Olah Raga.

Latihan atau olah raga merupakan modalitas kedua pada

perawatan diabetes mellitus. Glukosa dapat masuk ke dalam sel-sel

Page 22: BAB II TINJAUAN PUSTAKA A. Dukungan Keluarga 1. Definisidigilib.unimus.ac.id/files/disk1/103/jtptunimus-gdl-sarahevira... · Dengan pemberian dukungan yang ... suami, kerabat) teman

otot yang aktif tanpa bantuan insulin dan kemudian dioksidasi menjadi

karbondioksida dan air, sehingga olah raga mempunyai aksi

hipoglikemik. Olah raga dapat menurunkan resistensi insulin dan

menurunkan berat badan pada penderita diabetes dengan obesitas

(Barbara, 1996).

Menurut Mansjoer (2000) jenis olah raga yang baik untuk

penderita diabetes adalah olah raga yang dapat memperbaiki semua

komponen kesegaran jasmani yaitu yang memenuhi ketahanan,

kekuatan, kelenturan tubuh (fleksibilitas), keseimbangan, ketangkasan,

tenaga dan kecepatan. Latihan yang dilakukan harus bersifat CRIPE

(Continous, Rhytmical, Interval, Progressive, Endurance Training)

1. Continous (kontinyu)

Latihan yang diberikan harus berkesinambungan, dilakukan terus-

menerus menit penderita DM jogging tanpa disertai istirahat.

2. Rhytmical (Ritmis)

Latihan yang dipilih harus berirama, karena otot-otot akan

berkontraksi dan relaksasi secara teratur. Contoh latihan ritmis

adalah jalan kaki, jogging, berenang, bersepeda, mendayung dan

tenis.

3. Interval

Latihan yang dilakukan harus selang-seling antara gerak cepat dan

lambat. Dengan latihan yang dilakukan secara bergantian maka

Page 23: BAB II TINJAUAN PUSTAKA A. Dukungan Keluarga 1. Definisidigilib.unimus.ac.id/files/disk1/103/jtptunimus-gdl-sarahevira... · Dengan pemberian dukungan yang ... suami, kerabat) teman

penderita DM dapat bernafas dengan lega tanpa menghentikan

latihan sama sekali.

4. Progressive

Latihan yang dilakukan harus berangsur-angsur dari sedikit ke

latihan yang lebih berat secara bertahap. Jadi beban latihan dapat

dinaikkan sedikit demi sedikit sesuai dengan pencapaian latihan

sebelumnya.

5. Endurance training (latihan daya tahan)

Latihan daya tahan memperbaiki sistim kardiovaskuler. Oleh

karena itu sebelum latihan dimulai penderita harus melakukan

pemeriksaan kardiovaskuler. Agar penderita tidak bosan dalam

melakukan latihan sebaiknya penderita memilih sendiri olah raga

yang disenangi yaitu yang bersifat rekreatif dan dapat dilaksanakan

dimanapun penderita berada.

Menurut Darmono (1993) hal yang perlu diperhatikan oleh penderita

saat melakukan olah raga adalah :

1. Jangan memulai olah raga jika kadar glukosa rendah misalnya olah

raga dilakukan sebelum makan.

2. Sepatu yang dipakai harus pas, karena luka sekecil apapun dapat

menimbulkan komplikasi.

3. Dalam melakukan latihan jasmani harus didampingi oleh orang

yang tahu mengatasi serangan hipoglikemia.

Page 24: BAB II TINJAUAN PUSTAKA A. Dukungan Keluarga 1. Definisidigilib.unimus.ac.id/files/disk1/103/jtptunimus-gdl-sarahevira... · Dengan pemberian dukungan yang ... suami, kerabat) teman

4. Penderita diabetes harus selalu membawa permen, sedikit gula

untuk pertolongan pertama bila terjadi gejala serangan

hipoglikemia.

5. Sebaiknya penderita selalu membawa tanda pengenal bahwa

dirinya adalah penderita diabetes.

6. Lakukan pemeriksaan kaki secermat mungkin selesai latihan, untuk

mengetahui kemungkinan terjadinya perlukaan.

c. Obat Hipoglikemia Oral

Jika penderita diabetes telah melakukan pengaturan makan dan

kegiatan jasmani yang teratur tapi kadar glukosa darahnya belum

normal, maka pemakaian obat hipoglikemia oral perlu

dipertimbangkan. Pada penderita yang menjadi underweight (kurus)

karena diabetes atau karena gejala klinisnya yang hebat, pengobatan

dapat segera dimulai dengan pemberian insulin dan apabila keadaan

sudah dapat dikendalikan, obat hipoglikemia oral dapat segera

diberikan (Hartini, 1993).

Indikasi pemakaian obat hipoglikemia oral adalah :

1. Diabet tipe II atau berat badan normal atau lebih.

2. Diabetes sesudah umur 40 tahun.

3. Diabetes kurang dari 5 tahun.

4. Memerlukan insulin dengan dosis kurang dari 40 unit/hari.

Menurut karyadi (2002) jenis obat hipoglikemia oral adalah

golongan sulfonilurea, biguanid, thiazolindione, penghambat α-

Page 25: BAB II TINJAUAN PUSTAKA A. Dukungan Keluarga 1. Definisidigilib.unimus.ac.id/files/disk1/103/jtptunimus-gdl-sarahevira... · Dengan pemberian dukungan yang ... suami, kerabat) teman

glukosidase-acarbose, dan insulin sendiri. Cara kerja masing-masing

obat berbeda, yaitu meningkatkan sekresi insulin, menurunkan

produksi glukosa atau meningkatkan sensitivitas insulin. Obat

hipoglikemia oral tidak efektif untuk penderita diabetes tipe I, yang

mutlak membutuhkan injeksi insulin untuk menurunkan glukosa darah.

1. Sulfonilurea

Kelompok ini dimasukkan ke dalam golongan insulin sekretagok

yang mempunyai efek meningkatkan sekresi insulin terutama

bermanfaat pada orang-orang yang belum lama menderita diabetes.

Golongan sulfonilurea bekerja dengan cara :

a. Menstimulasi penglepasan insulin yang tersimpan.

b. Menurunkan ambang sekresi insulin.

c. Meningkatkan sekresi insulin sebagai akibat rangsangan

glukosa.

Obat jenis ini dapat meningkatkan insulin dengan cepat, sehingga

harus diminum segera sebelum makan. Apabila obat diminum

tanpa diikuti makan, maka penderita dapat mengalami

hipoglikemia yang lebih berbahaya dari hiperglikemia. Efek

samping sulfonilurea adalah hipoglikemia yang ditandai dengan

penurunan kadar glukosa di bawah normal, keringat dingin, dan

penurunan kesadaran.

Page 26: BAB II TINJAUAN PUSTAKA A. Dukungan Keluarga 1. Definisidigilib.unimus.ac.id/files/disk1/103/jtptunimus-gdl-sarahevira... · Dengan pemberian dukungan yang ... suami, kerabat) teman

2. Biguanid

Obat golongan biguanid (metformin) merupakan salah satu obat

Tertua. Metformin menurunkan produksi glukosa di hati dan dapat

sedikit memperbaiki ambilan glukosa di jeringan perifer.

Metformin juga menurunkan kadar glukosa pada waktu puasa dan

kadar insulin, memperbaiki profil lipid dan membantu menurunkan

berat badan. Oleh karena itu metformin diberikan pada penderitra

diabetes yang gemuk.

Efek kerja biguanid adalah :

a. Menghambat penyerapan glukosa dari saluran pencernaan.

b. Menurunkan glukogenolisis dan glukoneogenesis di hati.

c. Tidak merangsang sel beta untuk menghasilkan insulin.

Obat ini diberikan satu kali sehari yaitu pagi hari. Tetapi untuk

meniru pola sekresi insulin dalam tubuh dan juga untuk mencegah

hipoglikemia.

3. Penghambat Alfa-Glukosidase-Acarbose

Obat ini menurunkan hipoglikemia post prandial dengan cara

memperlambat penyerapan glukosa di usus. Obat ini tidak

mempengaruhi ambilan glukosa atau sekresi insulin dan diminum

sebelum makan. Efek samping obat ini adalah diare, sering buang

angin (flatus), tinja lembek dan kembung.

4. Thiazolindione

Page 27: BAB II TINJAUAN PUSTAKA A. Dukungan Keluarga 1. Definisidigilib.unimus.ac.id/files/disk1/103/jtptunimus-gdl-sarahevira... · Dengan pemberian dukungan yang ... suami, kerabat) teman

Obat jenis ini adalah golongan obat baru yang mempunyai efek

farmakologi meningkatkan sensitivitas insulin, sehingga bisa

mengatasi masalah resistensi insulin dan berbagai masalah akibat

resistensi insulin tanpa menyebabkan hipoglikemia. Thiazolindione

tidak boleh dapakai pada penderita dengan penyakit hati atau gagal

jantung kongestif berat.

5. Terapi insulin

Terapi insulin di awal dipertimbangkan pada penderita yang kurus

dengan penurunan berat badan yang banyak, penderita dengan

penyakit ginjal atau hati dan penderita yang dirawat atau sakit

berat.

Indikasi pemberian insulin adalah :

a. Penderita DM tipe I karena produksi insulin oleh sel beta

pankreas hampir tidak ada.

b. Seorang dengan diabetes kehamilan membutuhkan insulin bila

diet saja tidak dapat mengendalikan kadar glukosa darah.

c. Penderita diabetes dengan ketoasidosis.

d. Penderita yang mendapat nutrisi parenteral atau yang

memerlukan suplemen tinggi kalori untuk memenuhi

kebutuhan energinya. Insulin diberikan untuk mempertahankan

kadar glikosa darah mendekati normal selama periode resistensi

insulin atau ketika terjadi peningkatan kebutuhan insulin.

Page 28: BAB II TINJAUAN PUSTAKA A. Dukungan Keluarga 1. Definisidigilib.unimus.ac.id/files/disk1/103/jtptunimus-gdl-sarahevira... · Dengan pemberian dukungan yang ... suami, kerabat) teman

e. Insulin sering kali diberikan pada pengobatan sindrom

hiperglikemi non-ketosis hiperosmolar.

f. Penderita DM tipe II bila terapi jenis lain tidak dapat

mengontrol kadar glukosa darah atau sedang mengalami stress

fisiologi seperti pada tindakan pembedahan, trauma, dan

lainnya.

Untuk pencegahan hipoglikemia, penggunaan insulin perlu

memperhatikan hal-hal berikut :

a. Ketetapan dosis insulin.

b. Tekhnik pemberian insulin (menyuntik tidak terlalu dalam dan

suntik di bawah kulit atau subkutan)

c. Dosis insulin dikurangi bila ada perubahan seperti makan agak

kurang, sesudah operasi, melahirkan dan olah raga.

d. Pendidikan

Pendidikan merupakan dasar utama untuk pengobatan dan

pencegahan diabetes. Kurangnya pengetahuan pada penderita diabetes

akan lebih menjerumuskan kearah timbulnya komplikasi dan dapat

menimbulkan beban bagi keluarga (Soegondo, 1993).

Tujuan pendidikan yaitu meningkatkan pengetahuan penderita

tentang penyakit dan perawatannya dengan tujuan penderita dapat

merawat dirinya sendiri, sehingga penderita dapat mempertahankan

hidupnya dan mencegah komplikasi lebih lanjut (PERKENI, 1998).

Page 29: BAB II TINJAUAN PUSTAKA A. Dukungan Keluarga 1. Definisidigilib.unimus.ac.id/files/disk1/103/jtptunimus-gdl-sarahevira... · Dengan pemberian dukungan yang ... suami, kerabat) teman

Upaya pendidikan kesehatan pada penderita diabetes akan

meningkatkan pengetahuan tentang penyakit yang dideritanya.

Menurut Readhead (1993) menyatakan bahwa pendidikan kesehatan

yang efektif pada penderita DM merupakan dasar dari kontrol

metabolisme yang baik dimana dapat meningkatkan hasil klinis dengan

jalan meningkatkan pengertian dan kemampuan perawatan penyakit

DM secara mandiri.

Penderita diabetes relatif dapat hidup normal asalkan mereka

mengetahui dengan baik keadaan dan cara perawatan diabetes. Mereka

dapat menyuntikkan sendiri insulin, memantau kadar glukosa darah,

dan memanfaatkan informasi untuk mengatur dosis insulin dan

merencanakan diet serta latihan yang dapat mengurangi hiperglikemia

atau hipoglikemia. Pada penderita diabetes tipe II yang mengalami

obesitas, simtomatik, dan mempunyai kadar glukosa yang cukup

tinggi, pengobatan pilihan adalah pembatasan diet dan penurunan berat

badan (Price, 2005).

Page 30: BAB II TINJAUAN PUSTAKA A. Dukungan Keluarga 1. Definisidigilib.unimus.ac.id/files/disk1/103/jtptunimus-gdl-sarahevira... · Dengan pemberian dukungan yang ... suami, kerabat) teman

D. Kerangka Teori

Faktor yang mempengaruhi dukungan keluarga

Kerangka Teori

Purnawan, 2008 & Friedman, 1998

E. Kerangka Konsep Penelitian

Kerangka konsep merupakan justifikasi ilmiah terhadap penelitian yang

dilakukan dan memberi landasan kuat terhadap judul yang dipilih sesuai

dengan identifikasi masalahnya. (Alimul, 2003)

Variabel Independen Variabel Dependen

Pengetahuan keluarga

Dukungan keluarga dalam perawatan DM

Faktor internal Tahap perkembangan. Pendidikan atau tingkat pengetahuan

Faktor emosi Faktor spiritual

Dukungan keluarga dalam perawatan DM : Dukungan informasional Dukungan penilaian Dukungan instrumental Dukungan emosional.

Faktor eksternal Praktik di keluarga Faktor sosioekonomi Faktor Latar belakang budaya

Page 31: BAB II TINJAUAN PUSTAKA A. Dukungan Keluarga 1. Definisidigilib.unimus.ac.id/files/disk1/103/jtptunimus-gdl-sarahevira... · Dengan pemberian dukungan yang ... suami, kerabat) teman

F. Hipotesis

Dari uraian di atas dapat diambil suatu hipotesis :

Ada hubungan antara pengetahuan keluarga dengan dukungan keluarga dalam

perawatan DM di Desa Pamongan Kecamatan Guntur Kabupaten Demak.