BAB II TINJAUAN PUSTAKA A. Diabetes Melitusrepository.ump.ac.id/482/3/BAB II_LINTANG DEMA RARASWANGI...

15
3 BAB II TINJAUAN PUSTAKA A. Diabetes Melitus 1. Definisi Diabetes Melitus (DM) atau kencing manis adalah suatu kumpulan gejala yang timbul pada seseorang karena adanya peningkatan kadar gula dalam darah akibat kekurangan insulin, baik absolut maupun relatif. Absolut artinya pankreas sama sekali tidak bisa menghasilkan insulin sehingga harus mendapatkan insulin dari luar (melalui suntikan) dan relatif artinya pankreas masih bisa menghasilkan insulin yang kadarnya berbeda pada setiap orang (Perkeni, 2011). Secara medis dapat diartikan sebagai penyakit gangguan metabolisme akibat defisiensi hormon insulin yang diproduksi oleh sel-sel β di pankreas. Kurangnya hormon insulin mengakibatkan glukosa dalam darah tidak disimpan dan dimanfaatkan oleh sel-sel tubuh menjadi energi (Clark, 2004). Terdapat dua tipe utama diabetes melitus yaitu Diabetes Melitus tipe 1 dan Diabetes Melitus tipe 2 (Baynes, 2003). Diabetes Mellitus tipe 2 atau yang sering disebut dengan non-insulin dependent diabetes mellitus (NIDDM), merupakan jenis diabetes mellitus yang jumlahnya meningkat secara signifikan di dunia. Angka insiden diabetes mellitus tipe 2 berada pada angka tertinggi di negara berkembang. Di Indonesia khususnya, dari seluruh populasi penderita diabetes mellitus, kurang lebih 90% pasien mengalami Diabetes Mellitus tipe 2 yaitu tidak tergantung insulin (Baynes, 2003). DM merupakan penyakit kronis yang tidak dapat disembuhkan tetapi dapat dikendalikan, artinya sekali didiagnosa DM seumur hidup bergaul dengannya. Penderita mampu hidup sehat bersama DM, asalkan mau patuh dan kontrol teratur. Gejala khas berupa Polyuri (sering kencing), Polydipsi (sering haus), Polyfagi (sering lapar). Sedangkan gejala lain seperti Lelah/lemah, berat badan menurun drastis, Dampak Pengobatan Sendiri..., Lintang Dema Raraswangi, Farmasi UMP, 2014

Transcript of BAB II TINJAUAN PUSTAKA A. Diabetes Melitusrepository.ump.ac.id/482/3/BAB II_LINTANG DEMA RARASWANGI...

Page 1: BAB II TINJAUAN PUSTAKA A. Diabetes Melitusrepository.ump.ac.id/482/3/BAB II_LINTANG DEMA RARASWANGI _FARMASI... · dapat dibagi menjadi 3 golongan, yaitu (Ditjen Binfar, 2005) 1.

3

BAB II

TINJAUAN PUSTAKA

A. Diabetes Melitus

1. Definisi

Diabetes Melitus (DM) atau kencing manis adalah suatu kumpulan

gejala yang timbul pada seseorang karena adanya peningkatan kadar

gula dalam darah akibat kekurangan insulin, baik absolut maupun relatif.

Absolut artinya pankreas sama sekali tidak bisa menghasilkan insulin

sehingga harus mendapatkan insulin dari luar (melalui suntikan) dan

relatif artinya pankreas masih bisa menghasilkan insulin yang kadarnya

berbeda pada setiap orang (Perkeni, 2011). Secara medis dapat diartikan

sebagai penyakit gangguan metabolisme akibat defisiensi hormon insulin

yang diproduksi oleh sel-sel β di pankreas. Kurangnya hormon insulin

mengakibatkan glukosa dalam darah tidak disimpan dan dimanfaatkan

oleh sel-sel tubuh menjadi energi (Clark, 2004).

Terdapat dua tipe utama diabetes melitus yaitu Diabetes Melitus

tipe 1 dan Diabetes Melitus tipe 2 (Baynes, 2003). Diabetes Mellitus tipe

2 atau yang sering disebut dengan non-insulin dependent diabetes

mellitus (NIDDM), merupakan jenis diabetes mellitus yang jumlahnya

meningkat secara signifikan di dunia. Angka insiden diabetes mellitus

tipe 2 berada pada angka tertinggi di negara berkembang. Di Indonesia

khususnya, dari seluruh populasi penderita diabetes mellitus, kurang

lebih 90% pasien mengalami Diabetes Mellitus tipe 2 yaitu tidak

tergantung insulin (Baynes, 2003).

DM merupakan penyakit kronis yang tidak dapat disembuhkan

tetapi dapat dikendalikan, artinya sekali didiagnosa DM seumur hidup

bergaul dengannya. Penderita mampu hidup sehat bersama DM, asalkan

mau patuh dan kontrol teratur. Gejala khas berupa Polyuri (sering

kencing), Polydipsi (sering haus), Polyfagi (sering lapar). Sedangkan

gejala lain seperti Lelah/lemah, berat badan menurun drastis,

Dampak Pengobatan Sendiri..., Lintang Dema Raraswangi, Farmasi UMP, 2014

Page 2: BAB II TINJAUAN PUSTAKA A. Diabetes Melitusrepository.ump.ac.id/482/3/BAB II_LINTANG DEMA RARASWANGI _FARMASI... · dapat dibagi menjadi 3 golongan, yaitu (Ditjen Binfar, 2005) 1.

4

kesemutan/gringgingan, gatal/bisul, mata kabur, impotensi pada pria,

pruritis vulva hingga keputihan pada wanita, luka tidak sembuh-sembuh,

dll. ( Dinkes, 2012)

Kelompok faktor risiko tinggi antara lain pola makan yang tidak

seimbang, riwayat keluarga/ada keturunan, kurang olah raga, umur lebih

dari 40th, obesitas, hipertensi, kehamilan dengan berat bayi lahir > 4 kg,

kehamilan dengan hiperglikemi, gangguan toleransi glukosa, lemak

dalam darah tinggi, abortus, keracunan kehamilan, bayi lahir mati, berat

badan turun drastis, mata kabur, keputihan, gatal daerah genital, dan lain-

lain. ( Dinkes, 2012)

Jumlah penderita diabetes mellitus menurut data WHO (World

Health Organization), Indonesia menempati urutan ke-4 terbesar di

dunia. Diabetes mellitus merupakan salah satu contoh penyakit

degeneratif yang akhir-akhir ini menjadi pembicaraan hangat berbagai

kalangan dan bukan lagi menjadi konsumsi para dokter (Badawi, 2009).

Prevalensi diabetes melitus tergantung insulin di Provinsi Jawa

Tengah pada tahun 2012 sebesar 0,06 lebih rendah dibanding tahun 2011

(0,09%). Prevalensi tertinggi adalah Kabupaten Semarang sebesar 0,66%.

Sedangkan prevalensi kasus DM tidak tergantung insulin lebih dikenal

dengan DM tipe II, mengalami penurunan dari 0,63% menjadi 0,55%

pada tahun 2012. Prevalensi tertinggi adalah Kota Magelang sebesar

7,93% (Dinkes, 2012).

Seseorang dikatakan mengidap penyakit DM apabila kadar glukosa

puasa ≥ 126 mg/dL, atau pada 2 jam setelah makan ≥ 200 mg/dL atau

HbA1c ≥ 8%. Jika kadar glukosa 2 jam setelah makan > 140 mg/dL

tetapi lebih kecil dari 200 mg/dL, maka dikatakan glukosa toleransi

lemah (Sukandar et al., 2008).

Dampak Pengobatan Sendiri..., Lintang Dema Raraswangi, Farmasi UMP, 2014

Page 3: BAB II TINJAUAN PUSTAKA A. Diabetes Melitusrepository.ump.ac.id/482/3/BAB II_LINTANG DEMA RARASWANGI _FARMASI... · dapat dibagi menjadi 3 golongan, yaitu (Ditjen Binfar, 2005) 1.

5

Gambar 1. Kadar glukosa menurut ADA

2. Diabetes Melitus tipe 1

Sebelumnya dikenal sebagai insulin-dependent, remaja atau anak,

yang ditandai dengan kekurangan produksi insulin dan memerlukan

pemberian insulin setiap hari . Penyebab diabetes tipe 1 tidak diketahui.

Gejala termasuk ekskresi urin berlebihan (poliuria), rasa haus

(polidipsia), kelaparan konstan, penurunan berat badan, perubahan visi

dan kelelahan. Gejala-gejala ini dapat terjadi tiba-tiba (WHO, 2013).

Diabetes Melitus Tipe 1 biasanya dijumpai pada orang yang tidak

gemuk berusia kurang dari 30 tahun, dengan perbandingan laki-laki lebih

sedikit daripada wanita. Insiden DM Tipe 1 memuncak pada usia remaja

atau usia dini, maka dulu sering disebut juga Diabetes Juvenilis. Namun,

DM Tipe 1 ternyata dapat timbul pada segala usia (Corwin, 2009).

Diabetes Melitus Tipe 1 diperkirakan muncul akibat destruksi

otoimun sel-sel β pulau Langerhans yang dicetuskan oleh lingkungan.

Serangan otoimun dapat timbul setelah infeksi virus misalnya gonsongan

(mumps), rubela, sitomegalovirus kronik, atau setelah pajanan obat atau

toksin (misalnya golongan nitrosoamin yang terdapat pada daging yang

diawetkan). Pada saat diagnosis DM Tipe 1 ditegakkan, ditemukan

antibodi terhadap sel-sel pulau Langerhans pada sebagian besar pasien.

Dampak Pengobatan Sendiri..., Lintang Dema Raraswangi, Farmasi UMP, 2014

Page 4: BAB II TINJAUAN PUSTAKA A. Diabetes Melitusrepository.ump.ac.id/482/3/BAB II_LINTANG DEMA RARASWANGI _FARMASI... · dapat dibagi menjadi 3 golongan, yaitu (Ditjen Binfar, 2005) 1.

6

Penyebab seseorang membentuk antibodi terhadap sel-sel pulau

Langerhans tidak diketahui. Salah satu kemungkinan adalah bahwa

terdapat suatu agen lingkungan yang secara antigenis mengubah sel-sel

pankreas untuk merangsang pembentukan otoantibodi. (Corwin, 2009).

3. Diabetes Melitus tipe 2

Sebelumnya disebut non-insulin-dependent atau orang dewasa.

Diabetes tipe 2 terdiri dari 90 % penderita diabetes di seluruh dunia.

(Ditjen Binfar, 2005). Gejala mungkin mirip dengan diabetes tipe 1,

tetapi sering kurang ditandai. Akibatnya, penyakit ini dapat didiagnosis

beberapa tahun setelah onset, sekali komplikasi sudah muncul (WHO,

2013).

Diabetes Melitus Tipe 2 merupakan tipe DM yang lebih umum,

lebih banyak penderitanya dibandingkan DM Tipe 1. Umumnya

penderita berusia diatas 45 tahun, tetapi akhir-akhir ini penderita DM

Tipe 2 dikalangan remaja dan anak-anak populasinya meningkat.

Penyebab DM Tipe 2 belum terungkap dengan jelas. Faktor genetik dan

pengaruh lingkungan cukup besar dalam menyebabkan terjadinya DM

Tipe 2, antara lain obesitas, diet tinggi lemak dan rendah serat, serta

kurangnya aktivitas fisik (Ditjen Binfar, 2005).

Individu yang mengidap DM Tipe 2 tetap menghasilkan insulin,

tetapi terjadi insensitivitas sel terhadap insulin. Mungkin terdapat kaitan

genetik antara kegemukan dan rangsangan berkepanjangan reseptor-

reseptor insulin. Rangsangan berkepanjangan terhadap reseptor tersebut

dapat menyebabkan penurunan jumlah reseptor insulin yang terdapat

pada sel-sel. Hal ini disebut Downregulation. Mungkin juga individu

yang menderita DM Tipe 2 menghasilkan otoantibodi insulin yang

berkaitan dengan reseptor insulin, menghambat akses insulin ke reseptor,

tetapi tidak merangsang aktivitas pembawa. Alasan inilah menjadikan

DM Tipe 2 disebut juga Non-insulin-Dependent Diabetes Melitus

(NIDDM), karena insulin tetap dihasilkan oleh sel-sel β pankreas

(Corwin, 2009).

Dampak Pengobatan Sendiri..., Lintang Dema Raraswangi, Farmasi UMP, 2014

Page 5: BAB II TINJAUAN PUSTAKA A. Diabetes Melitusrepository.ump.ac.id/482/3/BAB II_LINTANG DEMA RARASWANGI _FARMASI... · dapat dibagi menjadi 3 golongan, yaitu (Ditjen Binfar, 2005) 1.

7

4. Gejala Klinik

Gejala penyakit DM yang muncul akan berbeda-beda tergantung

pada tipenya. Pada pengidap DM tipe 1 yang dalam tubuhnya tidak

memproduksi insulin,gejalanya akan muncul lebih dini. Ketiadaan insulin

dalam tubuh memaksa tubuh untuk menggunakan protein dan lemak

untuk dijadikan energi. Dengan demikian sering kita lihat pengidap

penyakit DM tipe 1 memiliki tubuh yang sangat kurus dari awalnya. Lain

halnya dengan penyakit DM tipe 2 yang biasanya baru terdiagnosa ketika

sudah dewasa, biasanya mengalami penurunan berat badan yang

signifikan tanpa sebab yang jelas. Terdapat juga beberapa gejala tipikal

yuang sering muncul antara lain gatal-gatal pada kulit, mudah

mengantuk, kesemutan, poliuria (sering buang air kecil), polidipsia

(sering haus), dan polifagia (banyak makan/mudah lapar). Apabila

terlambat ditangani bisa menyebabkan penglihatan kabur, mudah terkena

infeksi dan sukar sembuh dari luka (Clark, 2004)

5. Terapi tanpa obat

Menjaga asupan pola makan merupakan salah satu terapi penyakit

DM tanpa obat. Hal ini juga bisa dilakukan sebagai tindak pencegahan

karena mayoritas pengidap penyakit DM disebabkan oleh pola makan

yang tidak baik. Penurunan berat badan telah dibuktikan dapat

mengurangi resistensi insulin dan memperbaiki respon sel-sel β terhadap

stimulus glukosa. Dalam salah satu penelitian dilaporkan bahwa

penurunan 5% berat badan dapat mengurangi kadar HbA1c sebanyak

0,6% dan setiap kilogram penurunan berat badan dihubungkan dengan 3-

4 bulan tambahan waktu harapan hidup. Olahraga yang teratur juga tidak

kalah penting untuk bisa menjaga kadar gula darah tetap normal (Ditjen

Binfar, 2005).

6. Terapi Obat Antidiabetes Oral

Apabila terapi tanpa obat belum memberikan hasil yang baik

dalam mengendalikan kadar glukosa darah penderita DM, maka perlu

dilakukan terapi dengan menggunakan obat, terapi insulin, ataupun

Dampak Pengobatan Sendiri..., Lintang Dema Raraswangi, Farmasi UMP, 2014

Page 6: BAB II TINJAUAN PUSTAKA A. Diabetes Melitusrepository.ump.ac.id/482/3/BAB II_LINTANG DEMA RARASWANGI _FARMASI... · dapat dibagi menjadi 3 golongan, yaitu (Ditjen Binfar, 2005) 1.

8

kombinasi keduanya. Terapi insulin merupakan keharusan bagi penderita

DM Tipe 1, sedangkan untuk penderita DM Tipe 2 hanya pada kondisi

tertentu apabila terapi lain yang diberikan tidak dapat mengendalikan

kadar glukosa darah. Pemilihan obat antidiabetes oral bergantung pada

tingkat keparahan penyakit, kondisi pasien, keberadaan penyakit lain,

serta komplikaasi yang ada. Terapi ini bisa dilakukan dengan

menggunakan satu jenis obat atau kombinasi dari dua jenis obat (Ditjen

Binfar, 2005).

Berdasarkan mekanisme kerjanya,obat-obatan antidiabetes oral

dapat dibagi menjadi 3 golongan, yaitu (Ditjen Binfar, 2005)

1. Obat yang meningkatakan sekresi insulin, meliputi golongan sulfonilurea

dan glinida (meglitinida dan turunan fenilanin).

2. Obat yang meningkatkan sensivitas sel terhadap insulin (sensitizer

insulin), meliputi golongan biguanida dan tiazolidindion yang dapat

membantu tubuh untuk memanfaatkan insulin secara efektif.

3. Inhibitor katabolisme karbohidrat, antara lain inhibitor α-glukosidase

yang bekerja menghambat absorpsi glukosa dan umum digunakan untuk

mengendalikan hiperglikemia post-prandial.

Gambar 2. Obat antidiabetik oral

Dampak Pengobatan Sendiri..., Lintang Dema Raraswangi, Farmasi UMP, 2014

Page 7: BAB II TINJAUAN PUSTAKA A. Diabetes Melitusrepository.ump.ac.id/482/3/BAB II_LINTANG DEMA RARASWANGI _FARMASI... · dapat dibagi menjadi 3 golongan, yaitu (Ditjen Binfar, 2005) 1.

9

(Ditjen Binfar, 2005)

B. Obat herbal

Badan kesehatan dunia (WHO) memperkirakan bahwa 80%

penduduk dunia masih menggantungkan dirinya pada pengobatan

tradisional termasuk penggunaan obat yang berasal dari tanaman. (Radji

M, 2005)

Obat herbal masih populer di negara berkembang yang masih

terkait dengan unsur tradisi dan memiliki ketersediaan sumber daya

hayati. Konsekuensinya obat herbal akan menjadi sangat berperan

sebagai pelayanan kesehatan primer di negara-negara tersebut.

Kurangnya pengalaman, tingkat pendidikan dan informasi yang jelas

tentang suatu obat herbal hanya menjadikan konsumen sebagai korban

iklan dan mitos-mitos tentang khasiat tanaman herbal. Siapapun orang

yang akan menggunakan produk herbal harus mengerti tingkat keamanan

dalam mengkonsumsinya, karena faktanya tidak semua yang alami itu

lebih aman dan efektif (Mosihuzzaman & Choudhary, 2008)

Herba (herbs) adalah bahan mentah dari semua bagian tanaman,

seperti daun, bunga, biji, batang, kayu, akar. Rhizoma dan bagian lainnya

Dampak Pengobatan Sendiri..., Lintang Dema Raraswangi, Farmasi UMP, 2014

Page 8: BAB II TINJAUAN PUSTAKA A. Diabetes Melitusrepository.ump.ac.id/482/3/BAB II_LINTANG DEMA RARASWANGI _FARMASI... · dapat dibagi menjadi 3 golongan, yaitu (Ditjen Binfar, 2005) 1.

10

baik dalam bentuk utuh, terpisah-pisah, ataupun serbuk. Sedangkan yang

dimaksud dengan bahan herbal (herbal materials) adalah semua bagian

(utuh) atau sebagian dari tanaman obat yang masih dalam keadaan

mentah/kasar, termasuk herba, sari buah segar, getah, minyak murni,

minyak esensial, resin dan serbuk kering dari herba. Adapun yang

dimaksud dengan preparasi herbal (herbal preparation) adalah suatu

proses untuk menyelesaikan produk herbal seperti serbuk, ekstrak, tingtur

minyak lemak. Semuanya diproses dengan cara ekstraksi, destilasi,

fraksinasi, fermentasi atau dengan proses fisika dan biologi lainnya.

Produk obat herbal (obat herbals products) didalamnya terkandung

senyawa aktif hasil preparasi, bisa terdiri dari satu atau lebih tanaman

herbal dan dapat pula berisi zat dari hewan dan mineral lainnya).

Sedangkan yang dimaksud dengan tanaman obat (medicinal plants)

adalah tanaman yang tumbuh liar ataupun dibudidayakan yang digunakan

untuk tujuan pengobatan (WHO, 2007).

Berikut adalah tanaman berkhasiat sebagai antidiabetes yang

terdapat dalam Materia Medika Indonesia.

a. Daun Tapak Dara (Catharanthi Folium)

Taksonomi (ITIS, 2013)

Kerajaan : Plantae

Divisi : Tracheophyta

Kelas : Magnoliopsida

Bangsa : Gentianales

Keluarga : Apocynaceae

Genus : Catharanthus G.Don

Jenis : Catharanthus roseus (L) G. Don

Adalah daun Catharantus roseus (L) G Don. Sinonim Vinca rosea

L., Lochnera (L) RchB, suku Apocynaceae.

Pemerian : warna hijau khaki, bau khas, rasa pait

Makroskopik : helaian daun berwarna hijau, bentuk memanjang

atau bundar telur, panjang 2,5 cm sampai 9 cm,

Dampak Pengobatan Sendiri..., Lintang Dema Raraswangi, Farmasi UMP, 2014

Page 9: BAB II TINJAUAN PUSTAKA A. Diabetes Melitusrepository.ump.ac.id/482/3/BAB II_LINTANG DEMA RARASWANGI _FARMASI... · dapat dibagi menjadi 3 golongan, yaitu (Ditjen Binfar, 2005) 1.

11

lebar 1,5 cm sampai 2,5 cm, ujung daun terdapat

bagian meruncing kecil, pangkal daun runcing,

pangkal daun runcing ada juga yang tumpul atau

mmembundar. Tepi daun rata, permukaan atas

agak mengkilat, pada kedua permukaan terutama

permukaan bawah terdapat rambut-rambut halus.

Tulang daun menyirip, tulang daun utama

menonjol kebagian permukaan bawah daun.

Tangkai daun pendek.

Isi : alkaloid vinblastin, vinkristin, ajmalisin,

tetrahidroalstonin, serpentin, loknerin, flavonoid,

sterol/terpen.

Penggunaan : malaria, kencing manis

Nama daerah : jawa , bunga tembaga, kembang tembaga, tapok

doro, kembang bogor, bunga serdodu, kembang

suri cinta. (Anonim, 1995)

Pada salah satu hasil penelitian menunjukkan bahwa

pemberian ekstrak air daun tapak dara dosis 1 g/kgBB belum mampu

menurunkan kadar glukosa darah pada kelinci hiperglikemia

sedangkan pemberian dosis 2 g/kgBB mampu menurunkan kadar

glukosa darah pada kelinci dalam keadaan hiperglikemia dan tidak

berbeda nyata bila dibandingkan dengan perlakuan obat

glibenklamid (P>0,05). Secara imunohistokimia dapat dinyatakan

bahwa ekstrak air daun tapak dara mampu menstimulasi sel beta

pankreas untuk menghasilkan hormon insulin (Widyastuti dan

Suarsana, 2011).

b. Umbi Bawang Merah

Taksonomi (ITIS, 2013)

Kerajaan : Plantae

Divisi : Tracheophyta

Kelas : Magnoliopsida

Dampak Pengobatan Sendiri..., Lintang Dema Raraswangi, Farmasi UMP, 2014

Page 10: BAB II TINJAUAN PUSTAKA A. Diabetes Melitusrepository.ump.ac.id/482/3/BAB II_LINTANG DEMA RARASWANGI _FARMASI... · dapat dibagi menjadi 3 golongan, yaitu (Ditjen Binfar, 2005) 1.

12

Bangsa : Asparagales

Keluarga : Amaryllidaceae

Genus : Allium L

Jenis : Allium ascalonicum L.

Adalah umbi lapis Allium ascalonicum L. Sinonim A. Ascalonium

(L) yang segar, suku Amaryllidaceae.

Pemerian : warna ungu kemerahan, bau khas aromatik tajam,

rasa agak pedas.

Makroskopik : Umbi lapis, umumnya berbentuk bundar telur, 2

sampai 5 siung menyatu dibagian pangkal, kadang-

kadang seluruhnya masih diliputi selaput tipis, tiap

siung berbentuk bundar telur dengan satu bidang

tegak agak cekung, rata atau agak cembung, lebar

1,5 cm sampai 2,5 cm, permukaan umbi warna

ungu. Dibagian pangkal kandang-kadang terdapat

sisa akar serabut.

Isi : flavonoid, tanin 1% minyak atsiri mengandung

komponen sikloaliin, metilaliin, dihidroaliin,

kaemferol, kuersetin, floroglusin

Penggunaan : ekspektoran, antidiabetes. (Anonim, 1995)

Penelitian Aryanti dan Rosita, menyimpulkan bahwa ekstrak

etanol 70% bawang merah pada dosis tunggal 120mg/200gBW bisa

menurunkan glukosa darah pada tikus putih jantan induksi glukosa

secara signifikan (Aryanti dan Rosita, 2010).

c. Buah Pare (Momordica Fructus)

Taksonomi (USDA, 2013)

Kerajaan : Plantae

Divisi : Tracheophyta

Kelas : Magnoliopsida

Bangsa : Violales

Keluarga : Cucurbitaceae

Dampak Pengobatan Sendiri..., Lintang Dema Raraswangi, Farmasi UMP, 2014

Page 11: BAB II TINJAUAN PUSTAKA A. Diabetes Melitusrepository.ump.ac.id/482/3/BAB II_LINTANG DEMA RARASWANGI _FARMASI... · dapat dibagi menjadi 3 golongan, yaitu (Ditjen Binfar, 2005) 1.

13

Genus : Momordica L

Jenis : Momordica charantia L.

Buah Momordica charantia L suku Cucurbitaceae

Pemerian : warna coklat, bau langu, rasa pahit

Makroskopik : simplisia terdiri dari irisan melintang buah

berbentuk cincin atau gelang dengan tepi tidak rata

dan tidak beraturan, diameter 1,5 cm sampai 5 cm,

tebal 3 mm sampai 5 mm warna coklat

kekuningan, bagian luar warnanya lebih tua

dibandingkan bagian dalam.

Isi : alkaloid momordisin, karoten, glikosida, saponin,

sterol/terpen.

Penggunaan : obat kencing manis ( antidiabetes). (Anonim,1995)

Pemberian decocta buah pare ( Momordica charantia L. ) pada

dosis 2,5 ml/200grBB , 5 ml/200grBB ,10 ml/200grBB dapat

menurunkan kadar glukosa darah tikus wistar yang diberi beban

glukosa. Hasil tersebut telah dibuktikan pada penelitian Pratama,

dimana dilatarbelakangi oleh kandungan buah pare charantin yang

dapat menstimulasi sel-sel beta pula langerhans (Pratama dan Drs

Gunardi, 2011).

Pemberian jus buah pare pada tikus putih hiperglikemik

memberikan efek yang signifikan pada dosis 1,35 ml sebanding

dengan obat antidiabetes glibenklamid 0,064 mg terhadap penurunan

kadar gula darah sewaktu (p<0,05). Kesimpulannya jus buah pare

mampu menurunkan kadar gula darah sewaktu, tetapi masih dalam

tahap diabetes (Syaiin, 2013).

Pernah dilakukan penelitian juga pada daun pare, dimana dua

puluh lima mencit jantan dibagi menjadi 5 kelompok dengan diberi

perlakuan yang berbeda. Setelah 2 minggu pemberian pare abdomen

mencit dibedah dan dilakukan pengambilan darah. Setelah dilakukan

penelitian dengan spektrofotometer, didapatkan perbedaan yang

Dampak Pengobatan Sendiri..., Lintang Dema Raraswangi, Farmasi UMP, 2014

Page 12: BAB II TINJAUAN PUSTAKA A. Diabetes Melitusrepository.ump.ac.id/482/3/BAB II_LINTANG DEMA RARASWANGI _FARMASI... · dapat dibagi menjadi 3 golongan, yaitu (Ditjen Binfar, 2005) 1.

14

signifikan antara kelompok kontrol negative dan kelompok

perlakuan (p<0,05). Kesimpulan dari penelitian tersebut ekstrak daun

pare dapat menurunkan kadar TG serum tikus Diabetes Mellitus tipe

2 (Natalia, 2010) .

d. Daun Ceplukan (Physali Folium)

Taksonomi (USDA)

Kerajaan : Plantae

Divisi : Tracheophyta

Kelas : Magnoliopsida

Bangsa : Solanes

Keluarga : Solanaceae

Genus : Physalis

Jenis : Physalis angulata

Daun Physalis angulata L. Suku Solanaceae

Pemerian : warna hijau, tidak berbau, rasa pait

Makroskopik : helaian daun berwarna hijaui, permukaan bawah

berwarna lebih muda, bentuk jorong, panjang daun

dapat mencapai 10 cm, lebarnya sampai 5 cm, tepi

daun sedikit bergerigi tidak beraturan, pangkal

daun agak meruncing,dan sering asimetris, ujung

daun runcing, tangkai daun panjang.

Isi : asam sitrat, fisalin sterol/terpen, saponin,

flavonoid, alkaloid.

Penggunaan : bisul, borok, kencing manis. (Anonim,1995)

Efek antidiabetes telah diteliti pada mencit diabetes yang

diinduksi aloksan, didapat hasil ekstrak air herba ciplukan

dosis 10 mg/kgBB dan fraksi air 4,84 mg/kgBB mempunyai ef

ek antidiabetes yang sama dengan pembanding glibenklamid dosis

0,65 mg/kg BB (Sutjiatmo, 2011).

Pada penelitian lain rebusan air tanaman ciplukan juga

berkhasiat sebagai antidiabetes, ditunjukkan bahwa Physalis angulata

Dampak Pengobatan Sendiri..., Lintang Dema Raraswangi, Farmasi UMP, 2014

Page 13: BAB II TINJAUAN PUSTAKA A. Diabetes Melitusrepository.ump.ac.id/482/3/BAB II_LINTANG DEMA RARASWANGI _FARMASI... · dapat dibagi menjadi 3 golongan, yaitu (Ditjen Binfar, 2005) 1.

15

L. rebusan tanaman (dosis 2,5% 0,36 ml/25 gram tubuh berat badan

dan dosis 5% 0,36 ml/25 gram berat badan) berpengaruh terhadap

regulasi kadar glukosa darah. Air rebusan tanaman Physalis

Angulata L.dapat menjadi semacam terapi non medis berguna untuk

mengatur glukosa darah tingkat di penderita dengan diabetes

mellitus ( Mulyati, 2010)

e. Biji Jamblang (Syzygii Cumini Semen)

Taksonomi (USDA)

Kingdom : Plantae

Divisi : Tracheophyta

Class : Magnoliopsida

Ordo : Myrtales

Family : Myrtaceae

Genus : Syzygium P. Br.ex Gaertn

Spesies : Syzygium cumini (L) Skeels

Sinonim Eugenia cumini (L) Decne, E.jambolana Lmk.,suku

Myrtaceae.

Pemerian : warna kecoklatan sampai coklat tua atau coklat

keunguan, bau khas, tidak berasa.

Makroskopik : biji berbentuk bundar atau lonjong sampai bundar

memanjang agak membengkok, panjang 1 cm

sampai 2 cm, garis tengah 0,6 cm sampai 1 cm.

Kulit biji tipis, mudah koyak, inti biji keras, warna

coklat muda sampai coklat atau coklat kehitaman,

panjang sampai 1,7 cm, garis tengah sampai 0.8

cm.

Isi : asam galat, tanin, minyak atsiri, antinielin,

jambulol, mirisil alkohol, hentri akontan,

steroid/triterpenoid.

Penggunaan : antidiabetes.

Dampak Pengobatan Sendiri..., Lintang Dema Raraswangi, Farmasi UMP, 2014

Page 14: BAB II TINJAUAN PUSTAKA A. Diabetes Melitusrepository.ump.ac.id/482/3/BAB II_LINTANG DEMA RARASWANGI _FARMASI... · dapat dibagi menjadi 3 golongan, yaitu (Ditjen Binfar, 2005) 1.

16

Banyak digunakan sebagai obat kencing manis, dengan dosis 2,5

gram sampai 6 gram (sebagai infusa). (Kartasapoetra, 2004)

Selama ini obat herbal secara umum dianggap aman berdasarkan

kepercayaan masyarakat tradisional. Banyak kasus serius yang

dilaporkan terkait efek samping yang muncul setelah pemberian obat

herbal. Kasus toksisitas tersebut muncul karena kontaminan dan bahan-

bahan yang palsu. Pendekatan terhadap keamanan produk herbal haruslah

menjadi prioritas utama dalam sebuah penelitian. Ada bermacam

pendekatan untuk mengevaluasi keamanan obat herbal. Obat herbal yang

bersifat toksik bisa dikarenakan kandungan dan bahan tambahan produk

herbal tersebut beracun atau bisa juga karena adanya keslahan dalam

proses pembuatan dan terjadi kontaminasi. Evaluasi efek toksik dari

kandungan obat herbal memerlukan studi farmakologi dan fitokimia yang

sangat mendalam ( Mosihuzzaman & Choudary, 2008 )

Kemanjuran suatu pengobatan juga menjadi daya tarik sekaligus

merupakan alat ukur atas kemampuan dalam memberikan kesembuhan.

Penggunaan obat herbal selalu dibenarkan atas dasar penggunaannya

yang sudah turun menurun. Hal ini tentu saja tidak menjamin kemanjuran

obat herbal dengan alasan yang ilmiah. Tidak ada definisi standar dari

pengobatan herbal, secara sederhana dapat diartikan sebagai aplikasi dari

suatu tanaman untuk tujuan pengobatan. Sangat penting untuk diingat

bahwa obat herbal masih belum diregulasi dan digunakan hanya sebagai

asupan tambahan, karena belum terstandarisasi dan memungkinkan

terjadinya pemalsuan pada saat proses preparasi. Harus diingat juga

beberapa diantaranya bersifat toksisk dan beberapa penelitian pernah

menunjukan adanya interaksi antara obat konvensional dengan obat

herbal (WHO, 2007).

C. Pengobatan sendiri

Definisi pengobatan sendiri menurut WHO adalah pemilihan dan

penggunaan obat modern, herbal, maupun tradisional oleh seorang

individu untuk mengatasi penyakit atau gejala penyakit. (WHO 1998)

Dampak Pengobatan Sendiri..., Lintang Dema Raraswangi, Farmasi UMP, 2014

Page 15: BAB II TINJAUAN PUSTAKA A. Diabetes Melitusrepository.ump.ac.id/482/3/BAB II_LINTANG DEMA RARASWANGI _FARMASI... · dapat dibagi menjadi 3 golongan, yaitu (Ditjen Binfar, 2005) 1.

17

Sedangkan peran pengobatan sendiri adalah untuk menanggulangi

secara cepat dan efektif keluhan yang tidak memerlukan konsultasi

medis, mengurangi beban pelayanan kesehatan pada keterbatasan sumber

daya dan tenaga, serta meningkatkan keterjangkauan masyarakat yang

jauh dari pelayanan kesehatan (WHO, 1988). Alasan pengobatan

sendiri adalah kepraktisan waktu, kepercayaan pada obat tradisional,

masalah privasi, biaya, jarak, dan kepuasan terhadap pelayanan kesehatan

(BPS. 2002).

Tujuan seseorang melakukan pengobatan sendiri biasanya untuk

peningkatan kesehatan, mengobati sakit ringan dan untuk pengobatan

rutin pada penyakit kronis. Obat tradisional yang dimaksud adalah bahan

atau ramuan bahan yang berupa tumbuhan, hewan, mineral, sediaan

sarian atau campuran dari bahan tersebut yang secara turun menurun

telah digunakan untuk pengobatan berdasarkan pengalaman. Selain

faktor umur yakni kaum lansia yang paling banyak melakukan

pengobatan sendiri dengan obat tradisional dibandingkan kaum muda,

begitu juga dengan orang yang berpendidikan rendah frekuensinya lebih

banyak bila dibandingkan dengan yang berpendidikan tinggi (Supardi

dan Susyanty, 2010).

Penelitian mengenai pengobatan sendiri dengan obat herbal juga

sudah ada yang meneliti, salah satu contohnya meneliti tentang efek

perseptif yang timbul pada penggunaan obat herbal oleh pasien diabetes

melitus tipe 2. Penggunaan obat herbal tersebut digunakkan bersamaan

dengan obat konvensional (Adhitia, 2012). Penggunaan obat herbal

bersamaan dengan obat konvensional juga diteliti pada pasien hipertensi,

dimana diteliti dampaknya pada tekanan darah pasien (Gusmira, 2012).

Dampak Pengobatan Sendiri..., Lintang Dema Raraswangi, Farmasi UMP, 2014