BAB II TINJAUAN PUSTAKA A. Deskripsi Produk · Prol roti adalah nama makanan yang sering...
Transcript of BAB II TINJAUAN PUSTAKA A. Deskripsi Produk · Prol roti adalah nama makanan yang sering...
4
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA
A. Deskripsi Produk
Prol roti adalah nama makanan yang sering dihidangkan di acara hajatan.
Mungkin sudah masuk kategori makanan tradisional/jajan pasar. Karena
mudah pula kita temukan di pasar tradisional. Selain prol roti, dikenal juga
prol tape, bedanya sesuai dengan namanya prol roti terbuat dari roti tawar,
sementara prol tape terbuat dari tape singkong. Bisa dikatakan, prol roti
merupakan versi hemat dari puding roti panggang. Karena bahan-bahannya
tidak sebanyak bahan-bahan untuk puding roti panggang. Biasanya prol roti
menggunakan terigu cukup banyak (Novalina, 2013).
Berdasarkan karakteristiknya, roti dapat dikelompokkan menjadi dua
macam yaitu : roti tawar dan roti manis. Roti tawar merupakan roti yang
terbuat dari adonan tanpa menggunakan telur dengan sedikit gula atau tidak
sama sekali (Lilik Noor Y, 2004:28). Roti tawar memiliki tekstur yang halus
seperti kapas, ringan dan rasanya tawar. Roti manis adalah roti yang
mempunyai cita rasa manis, teksturnya empuk, bentuk dan isiannya bervariasi.
Selain rasanya yang manis, roti manis dibuat dengan berbagai bentuk yang
menarik, sehingga masyarakat banyak yang menyukainya. Umumnya roti
manis disantap sebagai kudapan, ada juga roti manis yang ihidangkan sebagai
makanan penutup (dessert) (Fitria, 2013).
Menurut Fitria (2013), roti manis yang berkualitas dihasilkan dari bahan
yang berkualitas, komposisi bahan yang tepat, proses pembuatan yang tepat
dan didukung oleh bahan penunjang yang tepat. Kriteria roti manis yang baik
adalah teksturnya lembut, tingkat kekenyalannya cukup tidak terlalu keras dan
tidak terlalu lembek jika ditekan roti akan kembali seperti semula, berpori
kecil, warna kulit luar bagian atas kuning kecoklatan sedangkan kulit luar
bawah kuning muda atau coklat muda dan beraroma harum.
5
Tabel 2.1 Standar Mutu Roti Manis
No. Kriteria Uji Satuan Roti Manis
1. Keadaan
1.1 Kenampakan - Normal tidak berjamur
1.2 Bau - Normal
1.3 Rasa - Normal
2. Air % b/b Normal
3. Abu (tidak termasuk
garam) dihitung atas dasar
bahan kering
% b/b Maks. 40
4. Abu yang tidak larut dalam
asam
% b/b Maks. 3,0
5. NaCl % b/b Maks. 2,5
6. Gula jumlah % b/b Maks. 8,0
7. Lemak % b/b Maks. 3,0
8. Serangga - Tidak boleh ada
9. Bahan tambahan makanan
9.1 Pengawet - -
9.2 Pewarna - SNI 01-0222-1995
9.3 Pemanis buatan - -
9.4 Sakarin siklamat - Negatif
10. Cemaran logam
10.1 Raksa (Hg) mg/kg Maks. 0,05
10.2 Timbal (Pb) mg/kg Maks. 1,0
10.3 Tembaga (Cu) mg/kg Maks. 10,0
10.4 Seng (Zn) mg/kg Maks. 40,0
11. Cemaran Arsen (As) mg/kg Maks. 0,5
12. Cemaran Mikroba
12.1 Angka Lempeng
Total
Koloni/g Maks.104
12.2 E.coli APM/gr < 3
12.3 Kapang Koloni/g Maks. 104
Sumber: SNI 01-3840-1995.
6
B. Bahan Pembuatan Prol Roti
1. Bahan Baku Utama
a. Tepung Terigu
Tepung terigu adalah tepung atau bubuk halus yang berasal dari bulir
gandum, dan digunakan sebagai bahan dasar pembuat kue, mi dan roti.
Kata terigu dalam bahasa Indonesia diserap dari bahasa Portugis, “trigo”
yang berarti “gandum”. Tepung terigu mengandung tinggi zat pati, yaitu
karbohidrat kompleks yang tidak larut dalam air. Tepung terigu juga
mengandung protein dalam bentuk gluten, yang berperan dalam
menentukan kekenyalan makanan yang terbuat dari bahan terigu. Tepung
terigu juga berasal dari gandum, bedanya tepung terigu berasal dari biji
gandum yang dihaluskan, sedangkan tepung gandum utuh (whole wheat
flour) berasal dari gandum beserta kulit arinya yang ditumbuk
(Novalina, 2013)
Banyak atau sedikitnya gluten yang didapat tergantung dari berapa
banyak jumlah protein dalam tepung itu sendiri, semakin tinggi proteinnya
maka semakin banyak jumlah gluten yang didapat, begitu pula sebaliknya,
jumlah energi yang dibutuhkan sangat mempengaruhi jumlah gluten yang
dihasilkan. Gluten akan rusak apabila jumlah kadar abunya terlalu tinggi,
waktu pengadukan adonan kurang, atau waktu pengadukan adonan
berlebih. Gluten akan lunak dan lembut apabila diberikan gula, diberikan
lemak, diberikan asam (proses fermentasi) (Novalina, 2013).
Terigu atau gandum dapat digolongkan menjadi 2 yaitu Hard Wheat
(gandum keras) dan Soft Wheat (gandum lunak). Tepung terigu yang
dihasilkan pabrik penggilingan di Indonesia (Bogasari) dipasarkan dengan
beberapa merk. Jenis Hard Wheat mengandung protein bermutu tinggi,
dapat dibuat adonan yang kuat, kenyal dan memiliki daya kembang yang
baik, sehingga memenuhi syarat untuk pembuatan roti yang baik, karena
mudah dicampur, diragikan dan dapat menyesuaikan pada suhu yang
diperlukan dan memiliki kemampuan udara yang baik sekali. Sedangkan
jenis Soft Wheat kandungan proteinya rendah, sulit diaduk dan diragikan,
7
cocok untuk pembuatan cake, pastel, biskuit dan kering. Jenis Wheat Hard
dipasarkan dengan cap “Cakra Kembar”dengan kadar protein lebih dari
12%, sedangkan beberapa merk jenis Soft Wheat diberi merk “Segitiga
Biru” dengan kadar protein antara 10%-11% (Sediaoetama, 2000).
Gandum yang digunakan sebagai bahan makanan dalam bentuk
tepung terigu. Proses penggilingan gandum menjadi tepung terigu
bertujuan untuk memisahkan endosperma dari ukuran tepung. Langkah-
langkah penggilingan gandum dibersihkan dari kotoran, seperti biji bukan
gandum kayu, batang gandum, batu, serangga, potongan logam dan
sebagainya. Penundaan gandum sehingga tercapai kadar air yang optimum
untuk memberikan hasil tepung yang maksimum. Kemudian proses
penggilingan gandum dimana dedak dan benih dipisahkan dari
endosperma kemudian digiling. Tahap penggilingan meliputi membuka
biji dan mengorek endosperma dari dedak kemudian dihancurkan dengan
alat penggilingan menjadi partikel-partikel yang halus
(Buckle et al., 1997). Jenis tepung terigu dapat dibedakan sebagai berikut:
a. Tepung berprotein tinggi (bread flour): tepung terigu yang mengandung
kadar protein tinggi, lebih dari 12%, digunakan sebagai bahan pembuat
roti, mie, pasta, dan donat. Contoh jenis tepung terigu yang berprotein
tinggi yaitu dengan merk “Cakra Kembar Emas” dan “Cakra Kembar”.
b. Tepung berprotein sedang (all purpose flour): tepung terigu yang
mengandung kadar protein sedang, sekitar 10%-11%, digunakan
sebagai bahan pembuat cake. Contoh jenis tepung terigu yang
berprotein sedang yaitu dengan merk “Segitiga Biru”, “Segitiga Merah”
dan “Piramida”.
c. Tepung berprotein rendah (pastry flour): mengandung protein sekitar
8%-9%, umumnya digunakan untuk membuat kue yang renyah, seperti
biskuit atau kulit gorengan ataupun keripik. Contoh jenis tepung terigu
yang berprotein rendah yaitu dengan merk “Kunci Biru” dan “Lencana
Merah”.
8
Tabel 2.2 Kandungan Gizi Tepung Terigu per 100 gram
No Kandungan Gizi Jumlah
1 Energi (kkal) 365
2 Protein (gram) 8,9
3 Lemak (gram) 1,3
4 Karbohidrat (gram) 77,3
5 Serat Kasar (gram) 1,92
5 Kalsium (mg) 16
6 Fosfor (mg) 106
7 Zat Besi (mg) 1,2
8 Vitamin A (mg) 0
9 Vitamin B1 (mg) 0,12
10 Vitamin C (mg) 0
11 Air 12
12 Bagian yang dapat dikonsumsi (%) 100
Sumber : Direktorat Gizi, Depkes RI, 1996
Yang digunakan sebagai pedoman dalam penentuan mutu tepung
terigu adalah Standar Nasional Indonesia (SNI) 01-3751-2009 tentang
syarat mutu tepung terigu sebagai bahan makanan Tabel 2.3.
9
Tabel 2.3 SNI 01-3751-2009 Syarat Mutu Tepung Terigu
Jenis uji Satuan Persyaratan
Keadaan:
a. Bentuk
b. Bau
c. Warna
-
-
-
Serbuk
Normal (bebas
dari bau asing)
Putih, khas terigu
Benda asing - Tidak ada
Serangga dalam semua bentuk stadia
dan potongan-potongannya yang
tampak
- Tidak ada
Kehalusan, lolos ayakan 212 μm
(mesh No. 70) (b/b)
% Minimal 95
Kadar air (b/b) % Maksimal 14,5
Kadar abu (b/b) % Maksimal 0,70
Kadar protein (b/b) % Minimal 7,0
Keasaman mg
KOH/100g
Maksimal 50
Falling number (atas dasar kadar air
14%)
detik Minimal 300
Besi (Fe) mg/kg Minimal 50
Seng (Zn) mg/kg Minimal 30
Vitamin B1 (tiamin) mg/kg Minimal 2,5
Vitamin B2 (riboflavin) mg/kg Minimal 4
Asam folat mg/kg Minimal 2
Cemaran logam:
a. Timbal (Pb)
b. Raksa (Hg)
c. Cadmium (Cd)
mg/kg
mg/kg
mg/kg
Maksimal 1,0
Maksimal 0,05
Maksimal 0,1
Cemaran arsen mg/kg Maksimal 0,50
Cemaran mikroba:
a. Angka lempeng total
b. Escherichia coli
c. Kapang
d. Bacillus cereus
koloni/g
APM/g
koloni/g
koloni/g
Maksimal 1 x 106
Maksimal 10
Maksimal 1 x 104
Maksimal 1 x 104
Sumber: SNI 01-3751-2009
b. Roti Tawar
Definisi roti menurut Standar Industri Indonesia (SII) No 0031-74,
yaitu roti adalah makanan yang terbuat dari tepung terigu yang diragikan
dengan ragi roti dan dipanggang dan di dalam adonan boleh ditambah
dengan garam, gula, susu atau bubuk susu, lemak, dan bahan-bahan
10
pelezat, seperti coklat, kismis, sukade, dan sebagainya. Sebagai salah
satu makanan praktis, roti dapat dibuat berbagai macam bentuk dan rasa
sesuai dengan keinginan pembuatnya dan keinginan konsumen. Untuk
menghasilkan mutu roti yang baik diperlukan penanganan seoptimal
mungkin dari pembuatan adonan sampai dengan pengemasan. Dan
pengertian dari roti tawar ialah salah satu jenis roti yang berbahan dasar
tepung terigu, mentega, telur, susu, dan air. Roti ini biasanya tanpa diisi
dengan bahan tambahan lain serta memiliki bentuk kotak, panjang, dan
tabung (Mudjajanto, 2004).
Menurut Fitriyani (2013), roti tawar adalah adonan yang terbuat
dari adonan roti yang mengunakan sedikit atau tanpa gula, susu skim
dan lemak. Pada pembuatan roti tawar digunakan tepung terigu protein
tinggi kadar gluten yang paling tinggi, tepat digunakan untuk adonan-
adonan yang mengutamakan volume dan kekenyalan pada hasil
akhirnya. Kadar protein yang terkandung didalamnya biasanya berkisar
antara 13-14% sehingga memiliki kemampuan mengikat dan
memerangkap gas paling baik sehingga adonan mengembang sempurna
dan memiliki tekstur yang lebih kenyal. Roti tawar umumnya dapat
mengembang akibat aktivitas ragi Saccharomyces cerevisiae yang
membebaskan gas CO2 selama proses fermentasi. Gas CO2 dapat
tertahan dalam adonan jika tepung mengandung gluten.
Tabel 2.4 Komposisi Kimia Roti Tawar Dalam 100 gram Bahan
Komposisi Jumlah
Protein (g) 8,0
Karbohidrat (g) 50,0
Lemak (g) 1,5
Air (g) 39,0
Vitamin dan mineral (g) 1,5
Sumber: Koswara (2009)
11
Persyaratan mutu roti tawar berdasarkan pada SNI No. 01-3840-
1995 disajikan pada Tabel 2.5
Tabel 2.5 Syarat Mutu Roti Tawar
Kriteria Uji Satuan Persyaratan
Kenampakan - Normal tidak berjamur
Bau - Normal
Rasa - Normal
Kadar Air % b/b Maksimal 40
Kadar Abu % b/b Maksimal 1
Kadar NaCl % b/b Maksimal 2,5
Serangga - Tidak boleh ada
Sumber: SNI (1995)
c. Santan Kelapa
Bahan dasar dari pembuatan prol adalah dengan menggunakan
kelapa dan diambil santannya dari buah kelapa yang sudah tua. Pohon
kelapa merupakan tumbuhan serba guna karena hampir semua
bagiannya dapat dimanfaatkan terutama daging buahnya. Dalam daging
buah kelapa terdapat minyak dalam bentuk emulsi minyak-air dengan
protein sebagai emulgator. Kelapa (Cocus nucifera, L) adalah tumbuhan
monokotil golongan palem yang mempunyai nilai ekonomis tinggi dan
banyak dibudidayakan di daerah tropis terutama di Asia. Sebagian besar
hasil kelapa terutama dihasilkan di kepulauan Asia Tenggara termasuk
Indonesia (Mahargiani, 2010).
Komposisi daging buah kelapa dan air buah kelapa adalah
sebagai berikut:
Tabel 2.6 Komposisi Daging Buah dan Air Buah Kelapa
Kandungan Daging Buah Kelapa Air Buah Kelapa
Protein 4,5% 0,14%
Lemak 46,1% 1,5%
Karbohidrat 13% 4,6%
Air 36,3% 91,5%
Fosfor - 0,5%
Sumber: Mahargiani (2010).
Menurut Ahmad (2013), santan adalah hasil ekstraksi daging
kelapa yang diperoleh dengan atau tanpa penambahan air. Dimana
kandungan tertinggi adalah air dan komposisi kimianya hampir
12
menyerupai susu sapi. Kadar air santan tanpa penambahan air adalah
54,9% dan kadar air santan dengan penambahan air adalah 80%.
Keadaan diatas menyebabkan santan mudah ditumbuhi organisme
pembusuk sehingga tidak dapat disimpan lama.
Santan adalalah emulsi minyak dalam air yang berwarna putih,
yang diperoleh dengan cara memeras daging kelapa segar yang telah
diparut atau dihancurkan dengan atau tanpa penambahan. Pemanfaatan
santan pada umumnya adalah untuk bahan campuran masak dan
pembuatan kue. Disamping itu santan mempunyai kendala sangat
mudah rusak karena mengandung air, lemak dan protein yang cukup
tinggi sehingga mudah ditumbuhi oleh mikroorganisme pembusuk.
Santan yang tidak diberi perlakuan akan cepat rusak biarpun disimpan
pada suhu dingin, hal ini karena mikroba santan memiliki waktu
generasi yang singkat yaitu 232 menit pada suhu 10oC dan 44 menit
pada suhu 30oC. Komposisi kimia santan kelapa yang diekstraksi
dengan tanpa penambahan air terdiri atas protein 2,6-4,4%; lemak 32-
40%; air 50-54%; dan abu 1-1,5% (Ahmad, 2013).
Menurut Srihari (2010), santan kelapa adalah cairan putih kental
yang dihasilkan dari daging kelapa yang diparut dan kemudian diperas
setelah ditambahkan air. Santan mempunyai rasa lemak dan digunakan
sebagai perasa yang menyedapkan masakan menjadi gurih. Santan
kelapa biasanya bertahan kurang dari sepuluh jam dalam suhu ruang 25-
30oC dan bisa bertahan lebih dari dua puluh empat jam dalam lemari es.
Santan juga mudah rusak jika dipanaskan pada suhu yang relatif tinggi.
Santan kelapa mengandung tiga nutrisi utama, yaitu lemak sebesar
88,3%, protein sebesar 6,1% dan karbohidrat sebesar 5,6%. Kandungan
nutrisi santan kelapa dengan penyajian 107 gram (200 kalori)
berdasarkan % daily value dapat dilihat pada Tabel 2.7
13
Tabel 2.7 Kandungan Nutrisi Santan Kelapa Untuk Penyajian 107 gram
(200 kalori)
Berat % daily value
Total lemak
Lemak jenuh
Lemak trans
Lemak polyunsaturated
Lemak
monounsaturated
Kalori dari lemak
17,41 g
12,44 g
0 g
0 g
0 g
149,27 kalori
26,8
62,2
Kolesterol 0 mg 0
Natrium 18,66 mg 0
Total Karbohidrat
Total serat diet
Total gula
2,49 g
0 g
0,62 g
0
0
Protein 2,49 g 0
Vitamin A 0 IU 0,7
Vitamin C 0 mg 0,8
Kalsium 0 mg 0
Besi 0,9 mg 0
Sumber: Srihari (2010).
Pembuatan santan dapat dilakukan dengan cara kelapa dikupas
kemudian diambil dagingnya. Setelah itu daging buah dicuci dan
diparut dengan alat parut sederhana atau mesin pemarut kelapa
2. Bahan Tambahan
a. Gula Pasir
Gula adalah suatu karbohidrat sederhana yang menjadi sumber
energi dan komoditi perdagangan utama. Gula paling banyak
diperdagangkan dalam bentuk Kristal sukrosa padat. Gula digunakan
untuk mengubah rasa menjadi manis pada makanan atau minuman. Gula
sederhana, seperti glukosa (yang diproduksi dari sukrosa dengan enzim
atau hidrolisis asam), menyimpan energi yang akan digunakan oleh sel.
Gula sebagai sukrosa diperoleh dari nira tebu, bit gula, atau aren.
Meskipun demikian, terdapat sumber-sumber gula minor lainnya, seperti
kelapa. Sumber-sumber pemanis lain, seperti umbi dahlia, anggir, atau
jagung, juga menghasilkan semacam gula/pemanis namun bukan
tersusun dari sukrosa. Proses untuk menghasilkan gula mencakup tahap
14
ekstrasi (pemerasan) diikuti dengan pemurnian melalui distilasi
(penyulingan).
Menurut Darwin (2013), gula adalah suatu karbohidrat sederhana
karena dapat larut dalam air dan langsung diserap tubuh untuk diubah
menjadi energi. Secara umum, gula dibedakan menjadi dua, yaitu:
Monosakarida
Sesuai dengan namanya yaitu mono yang berarti satu, ia terbentuk
dari satu molekul gula. Yang termasuk monosakarida adalah glukosa,
fruktosa, galaktosa.
Disakarida
Berbeda dengan monosakarida, disakarida berarti terbentuk dari dua
molekul gula. Yang termasuk disakarida adalah sukrosa (gabungan
glukosa dan fruktosa), laktosa (gabungan dari glukosa dan galaktosa)
dan maltosa (gabungan dari dua glukosa).
Penjelasan di atas adalah gambaran gula secara umum, namun
yang akan dibahas dan digunakan dalam penelitian ini adalah produk
gula. Gula merupakan komoditas utama perdagangan di Indonesia. Gula
merupakan salah satu pemanis yang umum dikonsumsi masyarakat. Gula
biasa digunakan sebagai pemanis di makanan maupun minuman, dalam
bidang makanan, selain sebagai pemanis, gula juga digunakan sebagai
stabilizer dan pengawet. Gula merupakan suatu karbohidrat sederhana
yang umumnya dihasilkan dari tebu. Namun ada juga bahan dasar
pembuatan gula yang lain, seperti air bunga kelapa,
Gula Pasir (Granulated sugar) menurut Yusuf (2013), adalah Gula
jenis ini terbuat dari sari tebu yang mengalami proses kristalisasi.
Warnanya ada yang putih dan kecoklatan (raw sugar). Karena ukuran
butiranya seperti pasir, gula jenis ini sering disebut gula pasir. Biasanya
digunakan sebagai pemanis untuk masakan, minuman, kue atau
penganan lain.
15
Tabel 2.8 Komposisi Zat Gizi Gula Pasir (per 100 gram berat bahan)
Zat Gizi Gula Pasir
Energi (kkal) 364
Protein (g) 0
Lemak (g) 0
Karbohidrat (g) 94,0
Kalsium (mg) 5
Fosfor (mg) 1
Sumber: Yusuf, 2013
Tabel 2.9 Syarat Mutu Gula Kristal Putih
No Parameter Satuan Persyaratan
GKP 1 GKP 2
1 Warna
2 Warna Kristal CT 4,0-7,5 7,6-10,0
3 Warna larutan
(ICUMSA)
IU 81-200 201-300
4 Besar jenis butir mm 0,8-1,2 0,8-1,2
5 Susut pengeringan
(b/b)
% maks 0,1 maks 0,1
6 Polarisasi 0Z, 20 ) “Z” min 99,6 min 99,5
7 Abu konduktiviti (b/b) % maks 0,10 maks 0,15
8 Bahan tambahan
pangan
- -
9 Belerang dioksida
(SO2)
mg/kg maks 30 maks 30
10 Cemaran logam
11 Timbal (Pb) mg/kg maks 2 maks 2
12 Tembaga (Cu) mg/kg maks 2 maks 2
13 Arsen (As) mg/kg maks 1 maks 1
Sumber: SNI 3140.3:2010
Tabel 2.10 Syarat Mutu Gula Pasir Sebagai Bahan Makanan
Bahan Syarat/Karakteristik
Gula Pasir - Warna putih terang
- Butirannya lembut tapi juga ada yang kasar, tidak
menggumpal (terpisah)
Kering
- Manis
- Bebas dari cemaran logam dan kotoran
Sumber: Dean (2007)
16
b. Garam
Menurut Rositawati (2013), garam seperti yang kita kenal sehari-
hari dapat didefinisikan sebagai suatu kumpulan senyawa kimia yang
bagian uatamanya adalah Natrium Klorida (NaCl) dengan zat-zat
pengotor terdiri dari CaSO4, MgSO4, MgCl2 dan lain-lain. Garam dapat
diperoleh dengan tiga cara yaitu penguapan air laut dengan sinar
matahari, penambangan batuan garam (rock salt) dan dari sumur air
garam (brine). Garam hasil tambang berbeda-beda dalam
komposisinya. Tergantung lokasi, namun biasanya mengandung lebih
dari 95% NaCl. Proses produksi garam di Indonesia biasanya dilakukan
dengan metode penguapan air laut dengan bantuan sinar matahari.
Pembuatan garam menurut Rositawati (2013), dapat dilakukan
dengan beberapa kataegori berdasarkan perbedaan kandungan NaCl nya
sebagai unsure utama garam. Yaitu dengan cara penguapan dengan
tenaga sinar matahari di lading pembuatan garam, penguapan dengan
tenaga panas bahan bakar dalam suatu evaporator dan kristalisasi
garamnya dalam suatu crystallizer.
Kualitas garam menurut Assadad (2011), yang dikelola secara
tradisional pada umumnya harus diolah kembali untuk dijadikan garam
konsumsi maupun untuk garam industri. Pembuatan garam dapat
dilakukan dengan beberapa kategori berdasarkan perbedaan kandungan
NaCl nya sebagai unsur utama garam. Jenis garam dapat dibagi dalam
beberapa kategori seperti; kategori baik sekali, baik dan sedang.
Dikatakan berkisar baik sekali jika mengandung kadar NaCl >95%,
baik kadar NaCl 90-95% dan sedang kadar NaCl anatara 80-90% tetapi
yang diutamakan adalah yang kandungan garamnya diatas 95%.
Dibawah ini merupakan syarat mutu garam untuk bahan baku industri
menurut SNI 01-4435-2000 dapat dilihat pada Tabel 2.11
17
Tabel 2.11 Syarat Mutu Garam Untuk Bahan Baku Industri Menurut
SNI 01-4435-2000
No Krirteria Uji Satuan Persyaratan
1. Keadaan
-bau - Normal
-rasa - Asin
-warna - Putih Normal
2 Natrium Klorida (NaCl) % (b/b) Minimal 94,7
3 Air (H2O) % (b/b) Maksimal 7
4 Bagian tidak larut dalam air % (b/b) Maksimal 0,5
5 Cemaran Logam
-Timbal (Pb) mg/kg Maksimal 10,0
-Tembaga (Cu) mg/kg Maksimal 10,0
-Raksa (Hg) mg/kg Maksimal 0,1
6 Cemaran Arsen (As) mg/kg Maksimal 0,1
Sumber: SNI (2000)
Tabel 2.12 Syarat Mutu Untuk Konsumsi Menurut SNI 01-3558-2000
No Kriteria Uji Satuan Persyaratan
1 Kadar Air (H2O) % (b/b) Maksimal 7,0
2 Kadar NaCl dihitung dari
jumlah klorida (Cl)
% (b/b) Minimal 94,7
3 Iodium dihitung sebagai
kalium iodat (KlO3)
mg/kg Minimal 30,0
4 Cemaran
-Timbal (Pb) mg/kg Maksimal 10,0
-Tembaga (Cu) mg/kg Maksimal 10,0
-Raksa (Hg) mg/kg Maksimal 0,1
5 Cemaran Arsen (As) mg/kg Maksimal 0,1
Sumber: SNI (2000)
c. Telur
Telur merupakan bahan pangan yang sempurna, karena
mengandung zat-zat gizi yang lengkap bagi pertumbuhan mahluk hidup
baru. Protein telur mempunyai mutu yang tinggi, karena memiliki
susunan asam amino esensial yang lengkap, sehingga dijadikan patokan
untuk menentukan mutu protein dari bahan pangan yang lain. Tetapi
disamping adanya hal-hal yang menguntungkan itu, telur memiliki sifat
yang mudah rusak (Koswara, 2009).
Telur dikelilingi oleh kulit setebal 0,2-0,4 mm yang berkapur dan
berpori-pori. Kulit telur ayam berwarna putih-kuning sampai coklat,
18
telur bebek berwarna kehijauan dan warna kulit telur burung putuh
ditandai dengan adanya bercak-bercak (totol-totol) dengan warna
tertentu. Bagian sebelah dalam kulit telur ditutupi oleh dua lapisan yang
menempel satu dengan yang lain, tetapi keduanya akan terpisah pada
ujung telur yang tumpul membentuk kantung udara. Kantung udara
mempunyai diamater sekitar 5 mm pada telur segar dan bertambah
besar ukurannya selama penyimpanan. Kantung udara dapat digunakan
untuk menentukan umur telur. Putih telur atau albumen merupakan
bagian telur yang berbentuk seperti gel, mengandung air dan terdiri atas
empat fraksi yang berbeda-beda kekentalannya. Bagian putih telur yang
terletak dekat kuning telur lebih kental dan membentuk lapisan yang
disebut kalaza (kalazaferous). Lapisan kalazaferous merupakan lapisan
tipis tapi kuat yang mengelilingi kuning telur dan membentuk cabang
kearah dua sisi yang berlawanan membentuk kalaza. Kalaza ini
berbentuk seperti tali yang bergulung dan yang satu menjulur ke arah
ujung tumpul, dan yang lain kearah ujung lancip dari telur. Dengan
adanya kalaza ini, kuning telur pada telur segar akan berada ditengah-
tengah telur. Bila diamati lebih jauh, kuning telur ternyata terdiri atas
lapisan-lapisan gelap dan terang yang berselang-seling. Sebutir telur
terdiri atas kulit telur, lapisan kulit telur (kutikula), membrane kulit
telur, putih telur (albumen), kuning telur (yolk), bakal anak ayam (germ
spot) dan kantung udara. Telur terdiri dari tiga komponen utama, yaitu
bagian kulit telur 8-11 persen, putih telur (albumen) 57-65 persen dan
kuning telur 27-32 persen. Putih telur terdiri atas tiga lapisan yang
berbeda, yaitu lapisan tipis putih telur bagian dalam (30 %), lapisan
tebal putih telur (50 %), dan lapisan tipis putih telur luar (20 %). Pada
telur segar, lapisan putih telur tebal bagian ujungnya akan menempel
pada kulit telur. Putih telur tebal dekat kuning telur membentuk struktur
seperti kabel yang disebut kalaza. Kalaza akan membuat kuning telur
tetap ditengah tengah telur. Kalaza juga dapat memberikan petunjuk
19
tentang kesegaran telur, dimana pada telur yang bermutu tinggi
penampakan kalaza lebih jelas (Koswara, 2009).
Jika sebutir telur dengan mutu yang tinggi dan masih segar
dipecahkan, kuning telurnya akan utuh dan tinggi, kompak dan terletak
ditengah-tengah lapisan tebal putih telur. Sebaliknya telur yang telah
lama disimpan dan mutunya rendah, jika dipecahkan akan
menghasilkan lapisan putih telur yang tipis mengelilingi kuning telur
yang rata atau pecah. Kuning telur berbatasan dengan putih telur dan
dibungkus oleh suatu lapisan yang disebut membran vitelin. Membran
ini tersusun oleh protein yang disebut keratin (Jazail, 2013).
Umumnya kuning telur berbentuk bulat, berwarna kuning atau
oranye, terletak pada pusat telur dan bersifat elastis. Warna kuning dari
kuning telur disebabkan oleh kandungan santrofil yang berasal dari
makanan ayam. Kuning telur pada telur segar berbentuk utuh dikelilingi
oleh membrane vitelin yang kuat. Sebenarnya, kuning telur tersusun
atas dua lapisan, yaitu lapisan putih dari kuning telur dan lapisan
kuning dari kuning telur. Kedua lapisan tersebut memiliki pusat yang
sama. Fungsi telur dalam formula roti digunakan sebagai pengembang
adonan, meningkatkan keempukan roti dan membentuk warna roti dan
juga untuk memperkaya kandungan gizi dalam roti. (Jazail, 2013).
Tabel 2.13. Komposisi Kimia Telur Ayam
Komposisi Kimia Telur Ayam Segar
Utuh Kuning Telur Putih Telur
Kalori (kal) 16,2 361 50
Air (gram) 74 49,4 87,8
Protein (gram) 12,8 16,3 10,8
Lemak (gram) 11,5 31,9 0
Karbohidrat
(gram)
0,7 0,7 0,8
Kalsium (mg) 54 147 6
Phosphor (mg) 180 586 17
Vitamin A (SI) 900 2000 0
Sumber: Haryono (2000).
20
Tabel 2.14 Syarat Mutu Telur Sebagai Bahan Makanan
Bagian Persyaratan
Keadaan kerabang - Utuh, bentuk normal, licin
(halus) dan bebas dari kotoran
yang menempel
Kantong udara - Keadaan kurang dari 0,5 cm
Keadaan putih telur - Bebas dari noda (darah, daging
dan benda asing lainnya) dan
kental
Keadaan kuning telur - Bulat, posisi ditengah dan bersih
Bau - Bau khas telur
Sumber: SNI 01-3926-1995
d. Vanili
Vanili mempunyai nama ilmiah Vanilla planifolia, termasuk
familia Orchidaceae (bangsa anggrek). Tanaman ini berasal dari
Meksiko yang masuk ke Indonesia sekitar tahun 1819, dibawa oleh
seorang ahli botani bernama Marchal. Tanaman vanili mempunyai arti
ekonomis, karena buahnya mengandung zat zat vanilin yang
menyebabkan aroma wangi. Aroma ini akan meningkat lagi setelah
mengalami proses fermentasi (Henuhili, 2014).
Vanili (Vaniila planifolia) adalah tanaman penghasil bubuk vanili
yang biasa dijadikan pengharum makanan. Bubuk Ini dihasilkan dari
buahnya yang berbentuk polong. Adapun bubuk vanili merupakan
produk turunan buah vanili yang sebenarnya berasal dari vanili bean
yang diolah menjadi bentuk bubuk dengan bantuan blender. Tujuannya
untuk memberikan kemudahan bagi si pemakai dengan
mencampurkannya langsung sebagai bahan baku kue ataupun minuman
sesuai takaran resep yang ada. Fungsi dari penambahan bubuk vanili
pada pembuatan roti adalah sebagai pengharum roti akan tetapi tidak
mmpengaruhi rasa dari roti tersebut (Henuhili, 2014).
21
Tabel 2.15 Standar Mutu Vanili
Karakteristik Mutu Persyaratan
Bau Wangi khas vanili , butirannya halus
Warna Hitam mengkilat, hitam kecoklatan
mengkilat sampai coklat
Polong Penuh berisi, berminyak, lentur sampai
agak kaku dan kurang kaku
Benda asing Bebas
Kapang Bebas
Sumber: SNI 01-0010 1990
e. Mentega
Mentega umumnya dibuat dari lemak hewani. Jenis bahan pangan
ini merupakan emulsi fase air yang berada dalam fase minyak (water in
oil). Air dan minyak merupakan cairan yang tidak saling berbaur karena
memiliki berat jenis yang berbeda. Untuk menjaga agar butiran minyak
tetap tersuspensi di dalam air pada mentega diperlukan suatu zat
pengemulsi atau emulsifier (Dewi, 2009).
Emulsi pada mentega merupakan campuran 18% air yang
terdispersi pada 80% lemak, dengan sejumlah kecil protein yang
bertindak sebagai zat pengemulsi. Mentega terbuat dari lemak susu
(terutama lemak susu sapi) yang manis atau asam. Lemak susu dapat
dibiarkan menjadi asam secara spontan atau melalui penambahan
inokulum murni bakteri asam laktat (proses fermentasi). Dalam bidang
gizi, mentega merupakan sumber biokalori yang cukup tinggi nilai
kilokalorinya yaitu sekitar 9 kilokalori setiap gramnya. Juga merupakan
sumber asam-asam lemak tak jenuh yang esensial yaitu oleat dan
linoleat. Disamping itu mentega juga merupakan sumber alamiah
vitamin-vitamin yang terlarut dalam minyak yaitu vitamin A, D, E, dan
K (Dewi, 2009).
Banyak zat gizi lain yang terdapat pada bahan mentega. Selain
vitamin A , D, E dan K, juga terdapat zat besi, fosfor, natrium, kalium
serta omega-3 dan omega-6. Selain itu, lemak dan minyak merupakan
sumber energi yang lebih efektif dibandingkan dengan karbohidrat dan
protein. Sumbangan energi per gram lemak, protein, dan karbohidrat
22
memiliki fungsi sama yaitu sebagai sumber energi, meningkatkan daya
terima makanan, membentuk struktur, serta memberikan cita rasa enak
(Dewi, 2009).
Tabel 2.16 Kandungan Asam Lemak Pada 100 gr Mentega
Keterangan Jumlah/100 gr
Asam lemak jenuh 47,35 gr
Asam lemak tidak jenuh tunggal 26,10 gr
Asam lemak tidak jenuh majemuk 2,24 gr
Sumber: Dewi (2009)
Tabel 2. 17 Syarat Mutu Mentega
No Kriteria Uji Satuan Persyaratan
1 Keadaan Normal
2 Bau Normal
3 Rasa Normal
4 Penampakan pada suhu
dibawah 30oC
5 Air % b/b Maks 10,0
6 Lemak susu % b/b Maks 80,0
7 Asam lemak bebas % b/b Maks 0,8
8 Asam butirat % b/b 23-12
9 Bilangan Reichert
Meissel
Bilangan Polanske
- 1,6-1,8
10 Garam dapur NaCl mg/kg Maks 4
11 Bahan tambahan
makanan
Sesuai SNI-01-0222-1995 dan
peraturan Men Kes No 722/Men
Ken/Per/IX/88
12 Cemaran logam: Maks 1,5
Besi mg/kg Maks 0,1
Tembaga mg/kg Maks 0,1
Seng mg/kg Maks 40,0
Raksa mg/kg Maks 0,03
Timah mg/kg Maks 40,0
Arsen mg/kg Maks 0,1
13 Cemaran mikroba:
Saureus Koloni/g Mak 1,0x102
Salmonella Koloni/100 g Negatif
Sumber: SNI 01-3744-1995
23
f. Susu Kental Manis
Menurut Badan Standarisasi Nasional (1988) susu kental manis
adalah produk susu berbentuk cairan kental yang diperoleh dengan
menghilangkan sebagian air dari susu segar atau hasil rekonstitusi susu
bubuk berlemak penuh, atau hasil rekombinasi susu bubuk tanpa lemak
dengan lemak susu/lemak nabati, yang telah ditambah gula, dengan atau
tanpa penambahan bahan makanan lain dan bahan tambahan makanan
lain yang diizinkan. Susu kental manis dapat diklasifikasikan menjadi
dua macam, yaitu susu kental manis tanpa ganda rasa dan susu kental
manis dengan ganda rasa.
Parameter mutu susu kental manis meliputi aspek mutu fisika,
kimia, mikrobiologi dan organoleptik. Parameter fisika yang penting
bagi konsumen adalah viskositas (kekentalan) dan konsistensi. Apabila
terlalu encer akan boros, sebaliknya apabila terlalu kental akan susah
keluar dari lubang yang dibuat di kalengnya. Produk susu kental manis
rentan terhadap pemisahan lemak karena produk tersebut mengandung
lemak tinggi dan rendah protein (kasein). Pemisahan lemak
mengakibatkan penumpukan lemak di bagian atas kaleng sehingga pada
waktu kaleng dibuka seolah-olah susu menggumpal. Parameter kimia
yaitu menyangkut kandungan zat-zat gizi di dalam produk seperti
lemak, protein, gula (sukrosa) dan lainnya. Hal penting untuk daya
simpan, keamanan dan organoleptik produk susu kental manis adalah
kandungan gula (sukrosa) yang dinyatakan dalam persentase SWR
(sucrose water ratio). Nilai SWR yang ideal adalah 62,5-64%. Apabila
nilai SWR di bawah 62,5% maka produk susu kental manis tersebut
akan rentan terhadap kerusakan mikrobiologi selama penyimpanan
(Rahimah, 2013).
Parameter mikrobiologi yaitu menyangkut jumlah mikroba yang
terdapat dalam bahan, baik bakteri seperti Coliform, E. coli, Salmonella,
Staphylococcus maupun kapang dan khamir Apabila kandungan kamir
melebihi spesifikasi maksimum yang diperbolehkan atau apabila gula
24
yang dipakai mengandung gula pereduksi (gula tunggal), maka akan
terjadi fermentasi selama penyimpanan yang menyebabkan
terbentuknya gas (kaleng gembung). Parameter organoleptik terkait
dengan keadaan yaitu bau, warna dan rasa. Selain itu Sandiness (tekstur
kasar seperti berpasir). Sandiness terjadi apabila lactose seeding
(penambahan kristal laktosa) tidak sempurna yang disebabkan oleh
jumlah laktosa tidak tepat, butiran laktosa terlalu besar atau suhu
seeding tidak tepat, bisa juga karena SWR (sucrose water ratio) yang
terlalu tinggi (melebihi 64%) sehingga gula mengkristal
(Rahimah, 2013).
g. Air
Air merupakan kebutuhan penting dalam proses produksi dan
kegiatan lain dalam suatu industri. Untuk itu diperlukan penyediaan air
bersih yang secara kualitas memenuhi standar yang berlaku dan secara
kuantitas dan kontimunitas harus memnuhi kebutuhan industri sehingga
proses produksi tersebut dapat berjalan dengan baik. Dengan adanya
standar baku mutu sendiri sesuai dengan kebutuhan industri. Air juga
memiliki peran yang sangat penting dalam bahan pangan. Sebagai
komponen utama penyusun bahan pangan, air merupakan zat yang
sifatnya sangat universal dan mempunyai fungsi yang sangat penting,
bukan hanya untuk bahan pangan itu sendiri tetapi juga untuk
kelangsungan siklus ekosistem baik bagi komponen organik ekosistem
maupun komponen anorganik ekosistem. Namun dalam bahan pangan
air mempunyai fungsi dan kegunaan yang berbeda
(Agustiningsih, 2013).
Air yang terdapat pada bahan pangan menurut Agustiningsih
(2013), berfungsi untuk menentukan sifat-sifat dari bahan pangan
tersebut seperti daya tahan, kesegaran, konsistensi dll. Kandungan air
yang terdapat dalam bahan pangan sanagat berpengaruh terhadap bahan
pangan, sehingga dalam pengolahan pangan air tersebut seringkali
25
menjadi faktor yang harus dikurangi atau ditambah melalui proses-
proses seperti pengeringan, penguapan, pengenceran, pengentalan dll.
Tabel 2.18 Standar Mutu Air
No Kriteria Mutu Persyaratan
1
2
3
4
Bau
Rasa
pH
Kekeruhan
Tidak berbau
Normal
6,5-9
Max 5 NTU
Sumber: Dewan Standarisasi Nasional 1994 dalam Buckle, et al (1997).
26
C. Proses Pembuatan Prol Roti
Berikut ini adalah langkah atau diagram alir dalam pembuatan Prol Roti,
antara lain sebagai berikut:
Gambar 2.1 Diagam Alir Proses Pembuatan Prol Roti
Kelapa
Pengupasan
Pemarutan
Pemerasan
Roti
Penghancuran
Pencampuran kemudian didiamkan sampai terserap Gula putih dan
tepung terigu,
telur, vanili,
garam, susu
putih
Pengadukan hingga homogen
Mentega
Pengolesan loyang, kemudian pemasukan adonan
dalam loyang
Pengkukusan selama 1 jam dilanjutkan pemanggangan
dengan suhu 180 selama 45 menit
Pendinginan
Pemotongan
Pengemasan
27
Penjelasan mengenai diagram alir proses pembuatan prol roti menurut
Novalina (2013), adalah sebagai berikut:
1. Penerimaan Bahan Baku
Tahap pertama yaitu penerimaan bahan baku, disini bahan-bahan yang akan
digunakan dalam proses produksi disimpan pada tempat yang bersih dan
dengan keadaan yang sesuai di setiap masing-masing bahan. Agar dapat
terhindar atau meminimalisir dari cemaran fisika, kimia dan biologi yang
mungkin bias timbul.
2. Pencampuran dan Pengadukan
Mixing berfungsi mencampur secara homogen semua bahan, mendapatkan
hidrasi yang sempurna pada karbohidrat dan protein, membentuk dan
melunakkan glutein, serta menahan gas pada glutein. Mixing harus
berlangsung hingga tercapai perkembangan optimal dari gluten dan
penyerapan airnya.
3. Pengukusan
Berfungsi untuk membuat adonan yang sudah dicetak dalam loyang
menjadi matang sempurna, setelah proses pengukusan sekitar 1 jam
kemudian dilanjutkan proses pemanggangan dengan menggunakan oven.
4. Pemanggangan
Roti dipanggang atau dibakar dalam oven pada suhu kira-kira 205 .
Sebelum pembakaran selesai, prol roti dibalik agar hasil pemanggangannya
sempurna. Pemanggangan berfungsi sebagai pembentuk aroma yang sedap
pada prol roti dan agar teksturnya lebih kering.
5. Pendinginan
Pendinginan dilakukan selama semalaman pada suhu kamar. Dalam hal
pendinginan yang harus diperhatikan yaitu prol roti pada loyang sebaiknya
ditutup dengan plastik agar tidak terkontaminasi dengan udara sekitar yang
dapat menurunkan mutu prol roti.
28
6. Pengirisan
Tahap pengirisan dan pengemasan dilakukan setelah prol roti didinginkan
semalam pada suhu kamar. Setelah dingin, prol roti menjadi lebih padat
sehingga memudahkan pengirisan dan pengemasan.
7. Pengemasan
Proses pengemasan sangat penting untuk melindungi produk dari udara luar
yang mungkin muncul. Antisipasi yang dilakukan yaitu ruangan yang
digunakan untuk mengemas produk harus steril. Sebelum dilakukan
pengemasan, perlu adanya pendinginan terlebih dahulu.
D. Pengendalian Mutu
Pengendalian mutu proses pada dasarnya adalah analisa dan mengenai
penyebab keragaman produk dan kemudian melakukan tindakan koreksi atau
perbaikan terhadap proses produksi agar dicapai produk yang bermutu baik
dan seragam. Pengendalian proses dapat diterapkan pekerjaan pengadaan
bahan, dalam rangka pengendalian mutu bahan mentah industri agar diperoleh
bahan mentah yang bermutu dan seragam (Muhandri, 2008).
Menurut Muhandri dan Darwin (2008), pengendalian mutu merupakan
kegiatan yang dilakukan untuk menjamin bahwa proses yang terjadi akan
menghasilkan produk sesuai dengan tujuan yang diinginkan. Proses ini
mencakup penerimaan bahan baku, persiapan bahan baku, persiapan alat,
proses pengolahan hingga produk akhir (bukan hanya proses produksi saja),
sehingga produk akhir yang dihasilkan akan terjamin kualitasnya.
Menurut Muhandri dan Darwin (2008), kualitas produk menurut
pandangan produsen adalah memproduksi produk yang sesuai dengan
spesifikasi yang telah ditetapkan oleh perusahaan. Produk yang berkualitas
akan memberikan kepuasan konsumen dan menghindari banyaknya keluhan
para pelanggan setelah menggunakan produk yang dibelinya. Agar produk
yang dihasilkan tersebut mempunyai kualitas sesuai dengan harapan
konsumen maka perusahaan harus melakukan pengendalian terhadap kualitas
dan menghindari banyaknya produk yang cacat ikut terjual ke pasaran. Untuk
29
menghindari banyaknya produk yang cacat ikut terjual ke pasar maka
perusahaan melakukan pengendalian kualitas produk. Agar kerusakan produk
yang dihasilkan bisa dikurangi maka perusahaan harus melakukan perbaikan
secara terus menerus.
Menurut Puspita (2013), suatu produk didasarkan oleh ukuran dan
karakteristik dari produk yang diproduksi sesuai dengan keinggian konsumen.
Keinginnan/selera antar pembeli juga berbeda mungkin dikarenakan
perbedaan sifat daerah asalnya, tingkat sosialnya ataupun sebab lainnya.
Akibat kenyataan ini menyulitkan bagi perusahaan (produsen) untuk memilih
dan menentukan faktor mutu yang diminta oleh pembeli. Oleh karena itu
perusahaan harus melakukan pengawasan/pengendalian terhadap produk yang
dihasilkan. Walaupun proses produksi telah dilaksanakan dengan baik, namun
pada kenyataannya masih ditemukan terjadinya kesalahan-kesalahan dimana
mutu produk yang dihasilkan tidak sesuai dengan standar kualitas apa yang
diharapkan oleh perusahaan (produsen), faktor-faktor yang menyebabkan
suatu produk tidak sesuai dengan apa yang diharapkan disebabkan oleh bahan
baku, tenaga kerja, dan kinerja mesin (peralatan). Oleh karena itu perusahaan
(produsen) lebih fokus terhadap mutu/kualitas dengan cara melakukan
pengawasan/pengendalian mutu agar dapat tercapainya tujuan perusahaan.
Pengendalian mutu/kualitas merupakan salah satu fungsi yang terpenting
dari suatu perusahaan. Setiap perusahaan mempunyai fungsi pengendalian
mutu biasanya dilakukan oleh bagian pengawasan mutu akan tetapi didalam
suatu perusahaan bagian pengendalian/pengawasan mutu tidak selalu ada
tergantung pada besar kecilnya suatu perusahaan dan jenis produk dari
perusahaan tersebut. Suatu produk yang dihasilkan oleh suatu perusahaan
dapat memberikan dampak yang cukup besar terhadap mutu produk yang
dihasilkan dapat menekan presentase dari cacat produk dapat ditekan sekecil
mungkin, sehingga perusahaan mendapatkan keuntungan yang lebih besar
(Puspita, 2013).
30
E. Pengemasan
Pengertian umum dari kemasan adalah suatu benda yang digunakan untuk
wadah atau tempat dan dapat memberikan perlindungan sesuai dengan
tujuannya. Adanya kemasan dapat membantu mencegah/mengurangi
kerusakan, melindungi bahan yang ada di dalamnya dari pencemaran serta
gangguan fisik seperti gesekan, benturan dan getaran. Dari segi promosi
kemasan berfungsi sebagai perangsang atau daya tarik pembeli
(Dwiari, 2008).
Fungsi utama kemasan adalah perlindungan dari kontaminasi eksternal.
Fungsi ini melibatkan keterbelakangan kerusakan, perpanjangan umur simpan,
dan pemeliharaan kualitas dan keamanan makanan kemasan. Kemasan yang
melindungi makanan dari pengaruh lingkungan seperti panas, cahaya atau
tidak adanya kelembaban, oksigen, tekanan, enzim, mikroorganisme,
serangga, kotoran dan partikel debu, emisi gas, dan sebagainya. Semua ini
menyebabkan kerusakan makanan dan minuman. Bahan kemasan yang ideal
harus inert dan tahan terhadap bahaya dan tidak harus memungkinkan
perpindahan molekul dari atau untuk bahan kemasan. Fungsi utama lain dari
kemasan termasuk penahanan, pemasaran, dan komunikasi. Fungsi
komunikasi berfungsi sebagai penghubung antara konsumen dan food
processor. Ini berisi informasi wajib seperti berat kemasan, sumber, bahan-
bahan yang digunakan, nilai gizi diwajibkan oleh hokum (L. Aaron, 2008).
Secara umum fungsi kemasan adalah sebagai berikut: (1) sebagai
wadah bagi produk yang bersangkutan (2) melindungi produk yang
diharapkan dapat tetap menjaga keutuhan bentuk fisik, aroma, maupun tekstur
produk dari awal pemasaran hingga ke tangan konsumen (3) mengamankan
produk yaitu produk yang dikemas dengan sempurna biasanya akan terhindar
dari kebocoran atau timbulnya jamur sehingga kebersihan dan kesehatan
produk tetap terjaga (4) menjaga keawetan produk yaitu kemasan berperan
dalam menekan faktor-faktor yang menyebabkan kerusakan produk, baik
faktor alam, bakteri perusak maupun keteledoran manusia sendiri (5) memuat
31
informasi mengenai produk yang bersangkutan meliputi komposisi bahan,
kandungan gizi, cara penyajian dan sebagainya (Sutarminingsih, 2004).
Prol merupakan makanan tradisional yang sering disajikan dalam
hajatan. Makanan ini terdapat di berbagai wilayah di dengan bermacam-
macam variasi seperti prol tape, prol singkong, prol roti dan sebagainya. Prol
yang dibuat di Usaha Keci Menengah pada umumnya masih dikemas secara
sederhana seperti dengan menggunakan plastik saja, sementara perusahaan
yang sudah maju mengemas makanan tersebut dengan menggunakan
pengemas primer dan sekunder. Plastik PE (polyethylene) biasa digunakan
sebagai bahan pengemas karena kemampuannya dalam melindungi produk
dari cahaya, udara, perpindahan panas kontaminasi dan kontak dengan bahan-
bahan kimia. Namun kemasan ini memiliki beberapa kelemahan yaitu: tidak
cocok untuk mengemas makanan beraroma, serta memiliki permeabilitas yang
rendah terhadap udara dan uap air (Hariyadi, 2008).
F. Cara Produksi Pangan yang Baik (CPPB)
Cara Produksi Pangan yang Baik (CPPB) merupakan salah satu faktor
yang penting untuk memenuhi standar mutu atau persyaratan yang ditetapkan
untuk pangan CPPB sangat berguna bagi kelangsungan hidup industri pangan
baik yang berskala kecil, sedang, maupun yang bersakla besar. Melalui CPPB
ini, industri pangan dapat menghasilkan pangan yang bermutu, layak
dkonsumsi dan aman bagi kesehatan. Dengan menghasilkan pangan yang
bermutu dan aman untuk dikonsumsi, kepercayaan masyarakat niscaya akan
meningkat, dan industri pangan yang bersangkutan akan berkembang pesat.
Dengan berkembangnya industri pangan yang menghasilkan pangan yang
bermutu dan aman untuk dkonsumsi, maka masyarakat pada umumnya akan
terlindung dari penyimpangan mutu pangan dan bahaya yang mengancam
kesehatan (BPOM, 2003).
a. Lokasi dan Lingkungan Produksi
Menurut Badan Pengawas Obat dan Makanan (2003), untuk
menetapkan lokasi IRT perlu dipertimbangkan keadaan dan kondisi
32
lingkungan yang mungkin dapat merupakan sumber pencemaran potensial
dan telah mempertimbangkan berbagai tindakan pencegahan yang
mungkin dapat dilakukan untuk melindungi pangan yang diproduksinya.
IRT harus berada di tempat yang bebas pencemaran, semak belukar dan
genangan air, bebas dari sarang hama, khususnya serangga dan binatang
pengerat, tidak berada di daerah sekitar tempat pembuangan sampah baik
sampah padat maupun sampah cair atau daerah penumpukan barang bekas
dan daerah kotor lainnya, IRT tidak berada di daerah pemukiman
penduduk yang kumuh. Lingkungan harus selalu dipertahankan dalam
keadaan bersih dengan cara-cara sampah harus dibuang dan tidak
menumpuk, tempat dampah harus selalu tertutup, jalan dipelihara supaya
tidak berdebu dan selokannya berfungsi dengan baik.
b. Bangunan dan Fasilitas
Menurut Badan Pengawas Obat dan Makanan (2003), Bangunan dan
fasilitas IRT dapat menjamin bahwa pangan selama dalam proses produksi
tidak tercemar oleh bahaya fisik,biologis dan kimia serta mudah
dibersihkan dan disanitasi. Ruang Produksi terdiri dari disain dan tata letak,
lantai, dinding, langit-langit, pintu, jendela dan lubang angin, kelengkapan
ruang produksi, dan tempat penyimpanan. Disain dan tata letak ruang
produksi seharusnya cukup luas dan mudah dibersihkan. Lantai seharusnya
dibuat dari bahan kedap air, rata, halus tetapi tidak licin, kuat mudah
dibersihkan dan dibuat miring untuk memudahkan pengaliran air. Lantai
harus selalu dalam keadaan bersih dari debu, lendir dan kotoran lainnya.
Dinding seharusnya dibuat dari bahan kedap air, rata, halus, berwarna
terang, tahan lama, tidak mudah megelupas, kuat dan mudah dibersihkan.
Dinding harus selalu dalam keadaan bersih dari debu, lendir, dan kotoran
lainnya. Konstruksi langit-langit seharusnya didisain dengan baik untuk
mencegah penumpukan debu, pertumbuhan jamur, pengelupasan,
bersarangnya hama, memperkecil terjadinya kondensasi, serta terbuat dari
bahan tahan lama dan mudah dibersihkan. Langit-langit harus selalu dalam
keadaan bersih dari debu, sarang labah-labah dan kotoran lainnya. Pintu
33
dan jendela seharusnya dibuat dari bahan tahan lama, tidak mudah pecah,
rata, halus, berwarna terang dan mudah dibersihkan. Pintu, jendela dan
lubang angin seharusnya dilengkapi dengan kawat kasa yang dapat dilepas
untuk memudahkan pembesihan dan perawatan. Pintu seharusnya didisain
membuka ke luar/ ke samping sehingga debu atau kotoran dari luar tidak
terbawa masuk melalui udara ke dalam ruangan pengolahan. Pintu
seharusnya dapat ditutup dengan baik dan selalu dalam keadaan tertutup.
Lubang angin harus cukup sehingga udara segar selalu mengalir di ruang
produksi. Lubang angin harus selalu dalam keadaan bersih, tidak berdebu
dan tidak dipenuhi sarang labah-labah. Ruang produksi seharusnya cukup
terang sehingga karyawan dapat mengerjakan tugasnya dengan teliti. Di
ruang produksi ada tempat untuk mencuci tangan yang selalu dalam
keadaan bersih serta dilengkapi dengan sabun dan pengeringnya. Di ruang
produksi harus tersedia perlengkapan Pertolongan Pertama Pada
Kecelakaan (PPPK). Tempat penyimpanan bahan pangan ermasuk bumbu
dan bahan tambahan pangan (BTP) seharusnya terpisah dengan produk
akhir. Tempat penyimpanan khusus harus tersedia untuk menyimpan
bahan-bahan bukan pangan seperti bahan pencuci, pelumas dan oli. Tempat
penyimpanan harus mudah dibersihkan dan bebas dari hama seperti
serangga, binatang pengerat seperti tikus, burung atau mikroba dan ada
sirkulasi udara.
c. Peralatan Produksi
Alat dan perlengkapan yang dipergunakan untuk memproduksi
makanan harus dibuat berdasarkan perencanaan yang memenuhi
persyaratan teknik dan higiene, harus memenuhi syarat yaitu sesuai dengan
jenis produksi, permukaan yang berhubungan dengan makanan harus halus,
tidak berlubang atau bercelah, tidak mengelupas, tidak menyerap air dan
tidak berkarat, tidak mencemari hasil produksi dengan jasad renik, unsur
atau fragmen logam yang lepas, minyak pelumas, bahan bakar, dan lain-
lain serta mudah dibersihkan (Keputusan Menteru Kesehatan RI No.
23/Men.Kes/SK/1978).
34
d. Suplai Air atau Sarana Penyediaan Air
Air yang digunakan selama proses produksi harus cukup dan
memenuhi persyaratan kualitas air bersih dan atau air minum. Air yang
digunakan harus air bersih dalam jumlah yang cukup memenuhi seluruh
kebutuhan proses produksi. Sumber dan pipa air untuk keperluan selain
pengolahan pangan seharusnya terpisah dan diberi warna yang berbeda. Air
yang kontak langsung dengan pangan sebelum diproses harus memenuhi
persyaratan air bersih (BPOM, 2003).
e. Fasilitas dan Kegiatan Higine dan Sanitasi
Menurut Sri Mulyanti (2012), beberapa pengertian sanitasi ialah: (1)
Sanitasi adalah suatu usaha pencegahan penyakit yang menitikberatkan
kegiatan pada usaha kesehatan lingkungan hidup manusia. (2) Upaya
menjaga pemeliharaan agar seseorang, makanan, tempat kerja atau
peralatan agar hygienis (sehat) dan bebas pencemaran yang diakibatkan
oleh bakteri, serangga, atau binatang lainnya. (3) Sanitasi adalah cara
pengawasan masyarakat yang menitikberatkan kepada pengawasan
terhadap berbagai faktor lingkungan yang mungkin mempengaruhi derajat
kesehatan masyarakat. (4) Sanitasi adalah cara pengawasan terhadap faktor-
faktor lingkungan yang mempunyai pengaruh terhadap lingkungan. (5)
Sanitasi adalah suatu usaha pencegahan penyakit yang menitikberatkan
kegiatannya kepada usaha-usaha kesehatan lingkungan hidup manusia.
f. Kesehatan dan Higine Karyawan
Kesehatan adalah suatu kondisi dimana diri (manusia) dalam keadaan
sehat, barang dalam keadaan baik tidak cacat, alat-alat kerja dalam keadaan
tidak ada kekuarangan/ kerusakaan, lingkungan atau kondisi disekitar
dalam keadaan sehat, tidak kurang suatu apapun. Kesehatan kerja adalah
suatu keadaan para pekerja/masyarakat pekerja dimana kondisi jasmani dan
rohani dalam keadaan bebas dari berbagai macam penyakit yang
diakibatkan oleh berbagai macam faktor pekerjaan dan lingkungan kerja.
Masalah kesehatan adalah suatu masalah yang kompleks, yang saling
35
berkaitan dengan masalah-masalah lain di luar kesehatan itu sendiri.
(Tasliman, 1993).
g. Pemeliharaan Program Higine Sanitasi Karyawan
Ruang lingkup hygiene makanan tidak dapat dilepaskan dari sanitasi
karena hygiene dan sanitasi dilaksanakan secara bersamaan. Menurut
Suwantini (2004) ruang lingkup hygiene perorangan yaitu: Hygiene
perorangan mencakup semua segi kebersihan dan pribadi karyawan
(penjamah makanan). Hygiene perorangan dapat dilihat dari kebiasaan-
kebiasaan penjamah makanan seperti cara makan, mandi, pakaian yang
digunakan setiap hari, dan lain sebagainya. Kesehatan perorangan meliputi:
(a) rambut, Rambut penjamah makanan hendaknya selalu rapi dan tidak
panjang, biasakan selalu mencuci secara teratur agar selalu bersih, dan
gunakan topi cook/penutup kepala pada waktu bekerja. Sehelai rambut
yang terdapat pada makanan sangat mengerikan bagi pelanggan karena
dapat diartikan betapa joroknya para penjamah makanan dan makanan
tersebut tidak sehat. (b) Wajah, Wajah dirias seperlunya dan untuk menjada
kesehatan makanan maka jangan menggunakan kosmetik secara berlebihan
dan jangan menyeka wajah dengan tangan pada waktu mengolah makanan
gunakan sapu tangan atau tissue. (c) Hidung, Penjamah makanan
hendaknya jangan memegang lubang hidung saat bekerja sebab pada
lubang hidung terdapat kotoran yang dapat menimbulkan penyakit,
gunakan sapu tangan atau tissue untuk menutup hidung pada waktu bersin,
dan jika sedang sakit batuk pilek gunakan masker untuk menutup hidung.
(d) mulut, Kesehatan mulut dan gigi dijaga dengan baik, biasakan menyikat
gigi sehabis makan secara teratur. Penjamah makanan dilarang merokok
saat bekerja untuk mencegah perpindahan bakteri. Jika mencicipi makanan
harus menggunakan alat yang bersih seperti sendok dan piring kecil. (e)
telinga, Telinga dibersihkan secara teratur agar selalu dalam keadaan bersih
dan jangan memegang telinga sewaktu bekerja. (f) Kuku Tangan dan Kaki,
Tangan adalah anggota tubuh yang paling sering menyentuh makanan
dalam pengolahan makanan, dengan demikian tangan memegang peranan
36
penting sebagai perantara dalam perpindahan bakteri dari suatu tempat
kepada makanan. Kaki menjadi tumpuan waktu penjamah makanan
bekerja, maka kebersihan dan kesehatan kaki sangat penting, gunakan
sepatu yang bertumit pendek dan tidak licin. Menjaga kebersihan kuku
merupakan salah satu aspek penting dalam mempertahankan perawatan diri
karena kuman dapat masuk ke dalam tubuh melalui kuku. Perawatan
memotong kuku jari tangan dan jari kaki dapat mencegah masuknya
mikroorganisme ke dalam kuku yang panjang. (g) kesegaran jasmani,
Manusia mempunyai keterbatasan dalam bekerja secara efektif dan efisien.
Jika jasmani penjamah makanan dijaga agar tetap segar maka akan
mempunyai semangat kerja yang tinggi. Untuk itu perlu menjaga kesegaran
jasmani dengan cara minum air putih yang cukup, istirahat yang cukup
teratur, berolahraga secara teratur, dan hindari rasa cemas dalam diri.
h. Penyimpanan
Menurut Menteri Kesehatan No.23/MEN.KES/SK/1978,
penyimpanan dibagi termasuk dari bahan dan hasil produksi, bahaya
berbahaya, wadah, label, alat dan perlengkapan produksi. Bahan baku,
bahan tambahan dan bahan penolong serta produk akhir harus disimpan
terpisah dalam masing-masing ruangan yang bersih, bebas serangga,
binatang pengerat dan/atau binatang lain cukup penerangan, terjamin
peredaran udara dan pada suhu yang sesuai. Bahan baku, bahan tambahan
dan bahan penolong serta produk akhir harus ditandai dan harus
ditempatkan sedemikian rupa hingga jelas dibedakan antara yang belum
diperiksa dan yang sudah diperiksa, jelas dibedakan antara yang memenuhi
persyaratan dan yang tidak memenuhi persyaratan, bahan yang terdahulu
diterima digunakan terlebih dahulu, dan produk akhir yang terdahulu
dibuat, diedarkan terlebih dahulu. Bahan baku, bahan tambahan dan bahan
penolong serta produk akhir harus disimpan dengan sistem kartu untuk
bahan baku, bahan tambahan dan bahan penolong harus disebutkan nama,
tanggal Penerimaan, asal, jumlah penerimaan, tanggal pengeluaran, sisa
akhir, dan hasil pemeriksaan, untuk produk akhir harus disebutkan nama,
37
tanggal pembuatan, kode produksi, tanggal penerimaan, jumlah
penerimaan, tanggal pengeluaran, tujuan pengeluaran, jumlah pengeluaran,
sisa akhir, tanggal pemeriksaan dan hasil pemeriksaan. Bahan berbahaya
seperti insektisida, rodentisida, disinfektan, bahan yang mudah meledak
dan lain-lain harus disimpan dalam ruangan tersendiri dan diawasai
sedemikian rupa hingga tidak membahayakan atau mencemari bahan baku,
bahan tambahan, bahan penolong dan produk akhir. Wadah dan
pernbungkus harus disimpan secara rapi ditempat yang bersih dan
terlindung dari pencemaran. Label harus disimpan dengan baik dan diatur
sedemikian rupa, hingga tidak terjadi kesalahan dalam penggunaan. Alat
dan perlengkapan produksi yang telah dibersihkan dan dikenakan tindsk
sanitasi yang belum digunakan harus disiupan sedenikian rupa, hingga
terlindung dari debu atau pencemaran lain.
i. Pengendalian Proses
Menurut BPOM (2003), harus menentukan jenis, jumlah dan
spesifikasi bahan baku dan bahan penolong untuk memproduksi pangan
yang akan dihasilkan. Tidak menerima bahan pangan yang rusak.
Menggunakan bahan tambahan pangan (BTP) yang diizinkan sesuai batas
maksimum penggunaannya. Harus menentukan komposisi bahan yang
digunakan dan komposisi formula untuk memproduksi jenis pangan yang
akan dihasilkan. Harus mencatat dan menggunakan komposisi yang telah
ditentukan secara baku setiap saat secara konsisten. Harus menentukan
proses produksi pangan yang baku. Harus membuat bagan alirnya atau
urut-urutan prosesnya secara jelas. Harus menentukan jenis, ukuran, dan
spesifikasi kemasan yang digunakan. Harus menggunakan bahan kemasan
yang sesuai untuk pangan. Harus mencatat dan menggunakan informasi ini
untuk pemantauan. Harus menentukan karakteristik produk pangan yang
dihasilkan. Harus menentukan tanggal kadaluarsa. Harus mencatat tanggal
produksi.
38
j. Pelabelan Pangan
Menurut Peraturan Pemerintah Nomor 69 Tahun 1999 tentang
pelabelan dan iklan pangan, label pangan adalah setiap keterangan
mengenai pangan yang berbentuk gambar, tulisan, kombinasi keduanya,
atau bentuk lain yang disertakan pada pangan, dimasukkan ke dalam,
ditempelkan pada, atau merupakan bagian kemasan pangan, yang
selanjutnya dalam Peraturan Pemerintah ini disebut Label. Label makanan
harus memenuhi ketentuan yang disebut dalam Peraturan Menteri
Kesehatan tentang Label dan Periklanan Makanan. Label makanan harus
dibuat dengan ukuran, kombinasi warna dan/atau bentuk yang berbeda
untuk tiap jenis makanan, agar mudah dibeda-bedakan. Keterangan pada
label sekurang-kurangnya yaitu nama produk, daftar bahan yang dihasilkan,
berat bersih atau isi bersih, nama dan alamat pihak yang memproduksi,
tanggal, bulan, dan tahun kadaluarsa, serta nomor Sertifikasi Produksi (P-
IRT)
k. Pengawasan oleh Penanggungjawab
Seorang penanggung jawab diperlukan untuk mengawasi seluruh
tahap proses produksi serta pengendaliannya untuk menjamin
dihasilkannya produk pangan yang bermutu dan aman. Penanggung jawab
minimal harus mempunyai pengetahuan tentang prinsip-prinsip dan praktek
higiene dan sanitasi pangan serta proses produksi pangan yang
ditanganinya. Kegiatan pengawasan hendaknya dilakukan secara rutin.
l. Penarikan Produk
Penarikan produk pangan adalah tindakan menghentikan peredaran
pangan karena diduga sebagai penyebab timbulnya penyakit atau keracunan
pangan. Tujuannya adalah mencegah timbulnya korban yang lebih banyak
karena mengkonsumsi pangan yang membahayakan kesehatan. Pemilik
IRT harus menarik produk pangan dari peredaran jika diduga menimbulkan
penyakit atau keracunan pangan. Pemilik IRT harus menghentikan
produksinya sampai masalah terkait diatasi. Pemilik IRT harus melaporkan
penarikan produknya ke Pemerintah Kabupaten/Kota setempat dengan
39
tembusan kepada Balai Besar/Balai Pengawas Obat dan Makanan setempat.
Pangan yang terbukti berbahaya bagi konsumen harus dimusnahkan.
m. Pencatatan dan Dokumentasi
Pencatatan dan dokumentasiyang baik diperlukan untuk memudahkan
penelusuran masalah yang berkaitan dengan proses produksi. Pemilik
seharusnya mencatat dan mendokumentasikan : Penerimaan bahan baku,
bahan tambahan pangan (BTP), dan bahan penolong sekurang-kurangnya.
Produk akhir sekurang-kurangnya memuat nama jenis produk, tanggal
produksi, kode produksi dan jumlah produksi. Catatan dan dokumen harus
disimpan selama 2 (dua) kali umur simpan produk pangan yang dihasilkan.
n. Pelatihan Karyawan
Pimpinan dan karyawan IRT harus mempunyai pengetahuan dasar
mengenai prinsip-prinsip dan praktek higiene dan sanitasi pangan serta
proses pengolahan pangan yang ditanganinya agar dapat memproduksi
pangan yang bermutu dan aman. Pemilik/penanggung jawab harus sudah
pernah mengikuti penyuluhan tentang Cara Produksi pangan Yang Baik
untuk Industri Rumah Tangga (CPPB-IRT). Pemilik/penanggung jawab
tersebut harus menerapkannya serta mengajarkan pengetahuan dan
ketrampilannya kepada karyawan yang lain.