BAB II TINJAUAN PUSTAKA A....
Transcript of BAB II TINJAUAN PUSTAKA A....
7
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA
A. PERKEMBANGAN
1. Pengertian
Perkembangan berkaitan dengan mengapa dan bagaimana
individu berkembang dan membesarkan, menyesuaikan diri kepada
sekitar dan berubah melalui peredaran masa. Beliau juga berpendat
individu akan mengalami perkembangan sepanjang hayat, yaitu
perkembangan dari segi fisikal, personaliti, sosio emosional dan
kognitif serta bahasa (Slavin, 1997).
Psikologi Perkembangan adalah cabang dari psikologi yang
mempelajari secara sistematis perkembangan perilaku manusia secara
ontogenik, yaitu mempelajari proses-proses yang mendasari
perubahan-perubahan yang terjadi dalam diri , baik perubahan dalam
struktur jasmani, perilaku, maupun fungsi mental manusia sepanjang
rentang hidupnya (life span), yang biasanya dimulai sejak konsepsi
hingga menjelang mati.(Desmita ,2007 )
Kesimpulannya perkembangan adalah perubahan yang dialami
individu secara kualitatif dan tidak dapat diukur namun terlihat jelas
perubahan yang terjadi.
2. Aspek-aspek perkembangan
Menurut Harlimsyah ( 2007 ) perkembangan anak adalah
segala perubahan yang terjadi pada diri anak dilihat dari berbagai
aspek antara lain aspek fisik (motorik), emosi, kognitif, dan
psikososial.
a. Perkembangan Fisik
Perkembangan fisik adalah hasil dari perubahan bentuk dan
fungsi dari organisme (Soetjiningsih, 2002). Perkembangan fisik
berkaitan dengan perkembangan gerakan motorik yakni
8
perkembangan pengendalian gerakan tubuh melalui kegiatan yang
terkoordinir antara susunan saraf, otot, otak (Harlimsyah, 2007 ).
Perkembangan motorik meliputi motorik kasar dan halus. Motorik
kasar adalah pergerakan tubuh menggunakan otot-otot besar atau
sebagian besar atau seluruh anggota tubuh yang dipengaruhi oleh
kematangan anak itu sendiri misalnya menendang, berlari, naik
turun tangga. Sedangkan motorik halus adalah gerakan yang
menggunakan otot halus atau sebagian anggota tubuh tertentu yang
dipengaruhi oleh kesempatan belajar dan berlatih misalnya
mencorat-coret, menyusun balok, menulis ( Harlimsyah, 2007 ).
b. Perkembangan Emosi
Perkembangan emosi berhubungan dengan kemampuan
perasaan yang tertanam sejak awal misalnya orang tua harus bisa
memberikan kehangatan sehingga anak akan merasa nyaman
dimana anak akan belajar dari lingkungannya. Pada orang tua yang
tidak pernah memberikan kehangatan pada anak akan
mempengaruhi kemampuan berinteraksi dengan lingkungan yang
berakibat anak bisa merasa takut mencoba, malu bertemu dengan
orang lain ( Harlimsyah, 2007 ).
c. Perkembangan Kognitif
Perkembangan kognitif atau proses berfikir adalah proses
menerima, mengolah, sampai memahami info yang diterima.
Aspeknya antara lain intelegensi, kemampuan memecahkan
masalah, serta kemampuan berfikir logis. Kemampuan ini
berkaitan dengan bahasa dan bisa dilatih sejak anak mulai
memahami kata. Hambatan bidang kognitif bisa dilihat dari
seberapa cepat atau lambat anak menangkap informasi yang
diberikan, seberapa sulit anak mengungkapkan pikiran.
(Harlimsyah, 2007 ).
9
d. Perkembangan Psikososial
Menurut Erikson, setiap tahap memiliki krisis personal yang
melibatkan konflik utama yang krisis pada saat itu. Perkembangan
ego sangat dipengaruhi oleh pengaruh sosial, kultural, dan
kesuksesan dari setiap krisis melibatkan perkembangan dari
kebaikan yang khusus. Kesuksesan penguasaan pada setiap konflik
dibangun pada keberhasilan konflik sebelumnya. Teori ini
menunjukkan pentingnya hereditas dan lingkungan yang memiliki
dasar epigenetic. Perkembangan ditentukan oleh prinsip genetik
dan berlangsung terus menerus sepanjang tahap usia (Harlimsyah,
2007 ).
3. Ciri-ciri perkembangan secara umum
Perkembangan merupakan hasil interaksi kematangan susnan
saraf pusat dengan organ yang dipengaruhinya, antara lain
perkembangan neuromuskuler, motorik, bicara, emosi, dan social
(Wijaya, 2008). Semua fungsi tersebut berperan penting dalam
kehidupan manusia yang utuh. Menurut Ikatan Dokter Anak Indonesia
(2008), ciri-ciri perkembangan anak ada enam, yaitu :
a. Perkembangan melibatkan perubahan
Perkembangan terjadi secara bersamaan dengan pertumbuhan
disertai dengan perubahan fungsi, misal : perkembangan
intelegensia disertai peryumbuhan otak dan serabut saraf.
Perubahan ini meliputi perubahan ukuran tubuh secara umum,
perubahan proporsi tubuh, berubahnya ciri-ciri lama dan timbulnya
ciri-ciri baru sebagai tanda kematangan organ tubuh tertentu.
b. Perkembangan awal menentukan pertumbuhan selanjutnya
Seorang anak tidak akan dapat melewati satu tahap perkembangan
sebelum ia melewati tahapan sebelumnya, contoh: seorang anak
tidak akan berjalan sebelum dia dapat berdiri. Perkembangan awal
10
merupakan masa kritis karena akan menentukan perkembangan
selanjutnya.
c. Perkembangan mengikuti pola yang tetap.
Perkembangan fungsi organ tubuh terjadi menurut hukum yang
tetap, yaitu:
1) Perkembangan terjadi terlebih dahulu di daerah kepala
kemudian menuju ke arah kaudal. Pola ini disebut
sefalokaudal.
2) Perkembangan terjadi terlebih dahulu di daerah proksimal
(gerakan kasar) lalu berkembang ke bagian-bagian distal seperti
jari-jari yang mempunyai kemampuan gerakan halus. Pola ini
disebut proksimodistal.
d. Perkembangan memiliki tahap yang berurutan.
Tahap perkembangan dilalui seorang anak mengikuti pola yang
teratur dan berurutan. Tahap-tahap tersebut tidak dapat terjadi
terbalik, misalnya anak terlebih dahulu membuat lingkaran
sebelum mampu gambar kotak, berdiri sebelum berjalan, dan
sebagainya.
e. Perkembangan mempunyai kecepatan yang berbeda
Perkembangan berlangsung dalam kecepatan yang berbeda-beda.
Kaki dan tangan berkembang pesat pada awal remaja, sedangkan
bagian tubuh yang lain mungkin berkembangan pesat pada masa
lainnya.
f. Perkembangan berkorelasi dengan pertumbuhan.
Pada saat pertumbuhan berlangsung cepat, perkembangan pun
demikian, terjadi peningkatan mental, ingatan, daya nalar, asosiasi
dan lain-lain.
(Ikatan Dokter Anak Indonesia, 2008)
11
4. Faktor-faktor yang mempengaruhi perkembangan
Menurut Soetjiningsih ( 2002 ), secara umum terdapat dua
faktor yang mempengaruhi tumbuh kembang anak yaitu faktor genetik
dan faktor lingkungan
a. Faktor Genetik
Faktor Genetik merupakan modal dasar dalam mencapai hasil
akhir proses tumbuh kembang anak. Melalui instruksi genetic yang
terkandung di dalam sel telur yang dibuahi, dapat ditentukan
kualitas dan kuantitas pertumbuhan. Ditandai dengan intensitas dan
kecepatan pembelahan, derajat sensitivitas terhadap rangsangan,
umur pubertas, dan berhentinya pertumbuhan tulang. Termasuk
factor genetik adalah berbagai faktor bawaan yang normal dan
patologik, jenis kelamin dan suku bangsa.
b. Faktor Lingkungan
Faktor lingkungan ini secara garis besar dibagi menjadi:
1) Factor Lingkungan pada waktu masih di dalam kandungan
( faktor prenatal ). Faktor prenatal yang berpengaruh antara
lain gizi ibu pada waktu hamil, factor mekanis, toksin atau zat
kimia, endokrin, radiasi, infeksi, stress, imunitas, dan anoksia
embrio.
2) Faktor lingkungan setelah lahir ( postnatal ), dibagi menjadi:
a) Lingkungan biologis
Meliputi ras, jenis kelamin, umur, gizi, perawatan
kesehatan, kepekaan terhadap penyakit, penyakit kronis,
fungsi metabolisme, dan hormon.
b) Faktor fisik
Meliputi cuaca, sanitasi, keadaan rumah, radiasi.
c) Faktor psikososial
Meliputi stimulasi, motivasi belajar, ganjaran atau hukuman
yang wajar, kelompok sebaya, stress, sekolah, cinta dan
kasih sayang, dan kualitas interaksi anak-orang tua.
12
d) Faktor keluarga dan adat istiadat
Meliputi pekerjaan atau pendapatan keluarga, pendidikan
orang tua, jumlah saudara, jenis kelamin dalam keluarga,
stabilitas rumah tangga, kepribadian orang tua, adat istiadat,
agama, urbanisasi, dan kahidupan politik dalam masyarakat
yang mempengaruhi kualitas kepentingan anak dan
anggaran.
5. Perkembangan psikososial anak usia sekolah
a. Perkembangan Emosi
Dengan meningkatnya usia anak, reaksi emosional mereka menjadi
kurang menyebar, kurang sembarangan, dan lebih dapat dibedakan.
Sebagai contoh, anak yang lebih muda memperlihatkan
ketidaksenangan semata-mata hanya dengan menjerit dan
menangis. Kemudian reaksi mereka semakin bertambah yang
meliputi perlawanan, melemparkan benda, mengejangkan tubuh,
lari menghindar, dan mengeluarkan kata-kata. Dengan
bertambahnya umur maka reaksi yang berwujud bahasa meningkat
sedangkan gerak otot berkurang (Hurlock, 2009)
1) Kondisi Yang Mempengaruhi Perkembangan Emosi
Sejumlah studi tentang emosi anak telah menyingkapkan
bahwa perkembangan emosi mereka bergantung sekaligus pada
faktor pematangan dan faktor belajar dan tidak bergantung
semata-mata pada salah satunya. Kondisi tersebut antara lain:
a) Peran Pematangan
Perkembangan intelektual menghasilkan kemampuan untuk
memahami makna yang sebelumnya tidak dimengerti,
memperhatikan suatu rangsangan, dalam jangka waktu
yang lama, dan memutuskan ketegangan emosi pada satu
objek. Demikian pula kemampuan mengingat dan menduga
mempengaruhi reaksi emosional. Dengan demikian anak-
13
anak menjadi reaktif terhadap rangsangan yang tadinya
tidak mempengaruhi mereka pada usia yang lebih muda.
b) Peran Belajar
Kegiatan belajar turut menunjang pola perkembangan
emosi pada anak.metode belajar apa saja yang ada dan
bagaimana metode tersebut menunjang perkembangan
emosi anak (Hurlock, 2009)
2) Ciri Khas Penampilan Emosi Anak
a) Emosi yang kuat
Anak bereaksi dengan intensitas yang sama, baik terhadap
situasi yang remeh maupun yang serius.
b) Emosi Seringkali Tampak
Anak-anak seringkali memperlihatkan emosi mereka
meningkat dan mereka menjumpai bahwa ledakan
emosional seringkali mengakibatkan hukuman, maka
belajar untuk menyesuaikan diri dengan situasi yang
membangkitkan emosi.
c) Emosi Bersifat Sementara
Dengan meningkatnya usia anak, emosi mereka menjadi
lebih menetap.
d) Reaksi Mencerminkan Individualitas
Seorang anak akan lari keluar dari ruangan jika mereka
ketakutan, sedangkan anak lainnya mungkin akan nangis,
dan anak lainnya lagi mungkin akan bersembunyi
dibelakang kursi atau dibelakang punggung seseorang.
e) Emosi Berubah Kekuatannya
Dengan meningkatnya usia anak, pada usia tertentu emosi
yang sangat kuat berkurang kekuatannya, sedangkan emosi
lainnya yang tadinya lemah berubah menjadi kuat.
14
f) Emosi Dapat Diketahui Melalui Gejala Perilaku
Anak mungkin tidak memperlihatkan reaksi emosional
mereka secara langsung, tetapi mereka memperlihatkannya
secara tidak langsung melalui kegelisahan, melamun,
menangis, kesukaran berbicara, dan tingkah yang gugup
seperti menggigit kuku dan menghisap jempol (Hurlock,
2009).
3) Pola emosi yang berkaitan dengan rasa takut
Ada sejumlah pola emosi yang berkaitan dengan rasa takut
dalam arti bahwa aspek yang paling berpengaruh dalam pola ini
adalah rasa takut. Yang paling penting diantaranya ialah rasa
malu (shyness), rasa canggung (embrassement), rasa khawatir
(worry), rasa cemas (anxiety). Setiap pola emosi tersebut akan
diterangkan berikut ini :
a) Rasa Malu
Rasa malu merupakan bentuk ketakutan yang ditandai oleh
penarikan diri dari hubungan dengan orang lain yang tidak
dikenal atau tidak sering berjumpa. Dengan bertambahnya
usia, hanya sedikit anak yang menghindarkan diri dari
pengalaman malu yang terjadi. Anak mungkin malu dengan
kehadiran tamu di rumah atau ada guru yang baru. Mereka
juga mungkin akan merasa malu saat orangtua atau teman
sebaya melihat dia menyanyi atau mengikuti drama di
sekolah.
Anak-anak yang lebih tua menunjukan rasa malu dengan
muka memerah, dengan menggagap, dengan berbicara
sesedikit mungkin, dengan tingkah gugup seperti menarik-
narik telinga atau baju, dengan menolehkan wajah ke arah
lain, dan kemudian mengangkatnya dengan tersipu-sipu
untuk menatap orang lain yang tidak dikenal.
15
b) Rasa Canggung
Seperti halnya rasa malu, rasa canggung adalah reaksi takut
terhadap manusia, bukan pada objek atau situasi. Rasa
canggung berbeda dari rasa malu tidak disebabkan karena
adanya orang yang tidak dikenal tetapi lebih disebabkan
oleh keragu-raguan tentang penilaian orang lain terhadap
perilaku atau diri seseorang.
Reaksi paling umum dari rasa canggung adalah muka
memerah, tingkah yang gugup, bicara menggap, dan
penghindaran dari situasi yang semula membangkitkan
emosi.
c) Rasa Khawatir
Rasa khawatir biasanya dijelaskan sebagai khayalan
ketakutan atau gelisah tanpa alasan. Tidak seperti ketakutan
yang nyata, rasa khawatir tidak langsung ditimbulkan oleh
rangsangan dalam lingkungan tetapi merupakan produk
pikiran anak itu sendiri.
Hal-hal yang dikhawatirkan anak sangat dipengaruhi oleh
apa yang bermakna dalam kehidupan mereka pada saat itu.
Kekhawatiran yang paling umum berkisar pada masalah
dirumah, keluarga, hubungan dengan teman sebaya, dan
masalah sekolah. Kekhawatiran tentang sekolah berkisar
pada keterlambatan tiba di sekolah, kegagalan dalam ujian,
mendapat teguran atau hukuman dari guru, menulis
laporan, ketinggalan pelajaran.
d) Rasa Cemas
Rasa cemas adalah keadaan mental yang tidak enak
berkenaan dengan sakit yang mengancam atau tidak
dibayangkan. Meskipun rasa cemas berkembang dari rasa
takut dan khawatir, namun di pelbagai segi berbeda satu
sama lain. Rasa cemas bersifat lebih samar-samar
16
dibandingkan dengan rasa takut. Rasa cemas tidak
disebabkan oleh situasi yang nyata tetapi tetapi oleh sesuatu
yang dibayangkan.
Rasa cemas seringkali dijumpai pada masa sekolah awal
dan cenderung meningkat dikelas empat dan kelas enam.
Anak-anak merasa cemas tidak bahagia karena merasa tidak
tentram. Mereka mungkin mempermasalahkan diri sendiri
karena mereka bersalah atas ketidakmampuan mereka
memenuhi harapan orangtua, guru, dan teman sebaya, dan
sering merasa kesepian serta disalah mengertikan.
4) Kondisi Yang Menunjang Timbulnya Emosionalitas Yang
Meninggi
a) Kondisi Fisik
Apabila keseimbangan tubuh terganggu karena kelelahan,
kesehatan yang buruk, atau perubahan yang berasal dari
perkembangan, maka anak akan mengalami emosionalitas
yang meninggi.
i) Kesehatan yang memburuk
ii) Kondisi yang merangsang
iii) Setiap gangguan yang kronis
iv) Perubahan kelenjar
b) Kondisi Psikologis
i) Pelengkapan intelektual yang buruk
ii) Kegagalan mencapai tingkat aspirasi
iii) Kecemasan setelah pengalaman emosonal tertentu yang
sangat kuat
c) Kondisi Lingkungan
i) Ketegangan yang disebabkan oleh pertengkaran dan
perselisihan yang terus menerus.
ii) Kekangan yang berlebihan, seperti disiplin yang otoriter
17
iii) Sikap orangtua yang terlalu mencemaskan atau terlalu
melindungi
iv) Suasana otoriter di sekolah (Hurlock, 2009).
5) Dampak Umum Dari Emosionalitas Yang Meninggi
a) Keadaan emosional yang menguat, sering atau menetap
menggoncangkan keseimbangan tubuh dan mencegah
berfungsinya tubuh secara normal
b) Apabila keseimbangan tubuh terguncang emosi, perilaku
anak menjadi kurang teratur dibandingkan dalam keadaan
normal, dan lebih menyerupai perilaku anak yang lebih
muda.
c) Goncangnya keseimbangan tubuh tercermin pada efisiensi
mental yang menurun, terutama dalam segi ingatan,
konsentrasi, dan penalaran.
d) Nilai sekolah juga tampak dipengaruhi oleh ketegangan
emosional, kesulitan membaca, merupakan kesulitan yang
umum pada anak yang emosionalitasnya meninggi.
e) Emosionalitas yang meninggi mempengaruhi penyesuaian
anak secara langsung karena orang lain menilai atas dasar
perilaku mereka. Emosional yang meninggi mempengaruhi
penyesuaian anak secara tidak langsung karena penilaian
sosial yang diterima anak mempengaruhi sikap dan perilaku
anak terhadap orang lain.
f) Penyesuaian sosial berkaitan dengan konsep diri anak,
emosionalitas yang meninggi menimbulkan dampak yang
merugikan bagi perkembangan pribadi (Hurlock, 2009).
18
c. Sosial
Hanya sedikit bukti yang menunjukan bahwa orang dilahirkan
dalam keadaan sudah bersifat sosial, tidak sosial, atau anti sosial
dan banyak bukti sebaliknya yang menunjukan bahwa mereka
bersifat demikian karena hasil belajar. Anak-anak belajar searah
dengan daur (siklus), dengan periode kemajuan yang pesat didikuti
garis mendatar (plateu).
Ketika berakhirnya masa kanak-kanak, sebagian besar anak
masih sangat kurang merasa puas dengan kemajuan yang mereka
peroleh dalam segi perkembangan sosial (Hurlock, 2008).
1) Proses Sosialisasi
Menurut Hurlock (2008) proses sosialisasi adalah sebagai
berikut :
a) Belajar yang dapat diterima secara sosial
b) Memainkan peran sosial yang dapat diterima
c) Perkembangan sikap sosial
2) Pengaruh Kelompok Sosial Terhadap Perkembangan Sosial
Pada semua tingkatan umur, orang dipengaruhi oleh
kelompok sosial dengan siapa mereka mempunyai hubungan
tetap dan merupakan tujuan identifikasi diri. Pengaruh tersebut
paling kuat pada masa anak-anak dan sebagian masa remaja
awal yaitu saat terjadinya kelunturan psikologis (Hurlock,
2008).
a) Pola pengaruh
Sejak anak berumur 7 tahun tekanan kelompok menjadi
lebih kuat dibandingkan dengan umur sebelumnya atau
tatkala anak-anak semakin tumbuh. Ketika anak-anak
memasuki sekolah, guru mulai memasukkan pengaruh
terhadap sosialiasi mereka, meskipun pengaruh teman
sebaya biasanya lebih kuat dibandingkan dengan guru atau
19
orang tua. Pengaruh yang kuat dari kelompok teman sebaya
pada masa kanak-kanak akhir sebagian berasal dari
keinginan anak untuk dapat diterima oleh kelompok dan
sebagian lagi dari dari kenyataan bahwa anak menggunakan
waktu lebih banyak dengan teman sebaya.
b) Bidang pengaruh
Pengaruh kelompok terhadap perkembangan sosial anak
terutama kuat dalam tiga bidang, dan masing-masing
bidang mempunyai peran penting dalam penyesuaian
pribadi dan sosial.
i) Bidang Pertama
Keinginan menyesuaikan diri dengan tuntutan sosial.
“Penyesuaian diri” adalah perilaku yang ditujukan
untuk memenuhi tuntutan kelompok.
ii) Bidang Kedua
Membantu anak mencapai kemandirian dari orang tua
dan menjadi dirinya sendiri melalui hubungan dengan
teman sebaya, anak belajar berpikir secara mandiri,
mengambil keputusan sendiri, menerima pandangan dan
nilai-nilai yang asalnya bukan dari keluarga mereka,
dan mempelajari pola perilaku yang diterima kelompok.
iii) Bidang Ketiga
Meskipun anak belum mengetahui mengapa orang lain
menerima atau menolaknya, anak menduga pendapat
orang lain dan makna reaksi orang lain. Jika pendapat
oranglain menyenangkan, anak juga akan menganggap
dirinya sendiri menyenangkan (Hurlock, 2008).
3) Faktor yang mempengaruhi perbedaan pengaruh kelompok
sosial
a) Kemampuan untuk dapat diterima kelompok
b) Keamanan karena status dalam kelompok
20
c) Tipe kelompok
d) Perbedaan keanggotaan dalam kelompok
e) Kepribadian
f) Motif menggabungkan diri
(Hurlock, 2008)
4) Perkembangan Sosial pada Masa Kanak-Kanak Akhir
Perkembangan sosial mengikuti suatu pola, yaitu suatu
urutan perilaku sosial yang teratur, dan pola ini sama pada
semua anak di dalam suatu kelompok budaya. Umur sosialisasi
yang benar dimulai dengan masuknya anak secara resmi ke
sekolah, yaitu ke kelas 1 sekolah dasar ataupun taman kanak-
kanak.
Anak yang tadinya selalu berbuat atas dorongan hati
sekarang berusaha menggunakan tolak ukur orang dewasa
untuk menilai orang atau situasi. Secara normal, semua anak
menempuh beberapa tahap sosialisasi pada umur yang kurang
lebih sama. Sebagaimana pada jenis perkembangan yang lain,
anak yang pandai mengalami percepatan, sedangkan yang tidak
cerdas mengalami perlambatan. Kurangnya kesempatan untuk
melakukan hubungan sosial dan belajar bergaul secara baik
dengan orang lain juga memperlambat perkembangan yang
normal.
Setelah anak memasuki sekolah dan melakukan hubungan
yang lebih banyak dengan anak lain dibandingkan dengan
ketika masa prasekolah, minat pada kegiatan keluarga
berkurang. Pada saat yang sama permainan yang bersifat
individual menggantikan permainan kelompok.
Pada usia sekolah awal anak memasuki “usia gang” yaitu
usia yang pada saat itu kesadaran sosial berkembang pesat.
Menjadi pribadi sosial adalah tugas perkembangan yang utama
pada periode ini. Anak menjadi anggota kelompok teman
21
sebaya yang secara bertahap menggantikan keluarga dalam
mempengaruhi perilaku anak.
Gang yang umum adalah kelompok bermain, yang terdiri
atas anak-anak yang mempunyai minatbermain yang sama dan
tujuannya yang utama adalah bersenang-senang meskipun
bersenang-senang itu adakalanya menjurus nakal. Sejak usia 6
atau 7 tahun anak laki-laki dan anak perempuan biasanya
merasa tambah senang apabila berada di dalam kelompok yang
sama jenis kelaminnya (Hurlock, 2008).
5) Ciri khas gang anak-anak
a) Gang dikenal karena namanya, yang kebanyakaanggon
diantaranya diambil dari nama jalan atau blok tempat
tinggal para anggota, atau dari buku-buku atau komik
popular, atau dari film.
b) Anggota gang menggunakan isyarat, kata tegoran, atau
kode komunikasi rahasia, atau suatu bahasa tersendiri untuk
menjaga kerahasiaan mereka.
c) Gang anak-anak sering menggunakan tanda pengenal
seperti topi, ban lengan, atau atribut lainnya.
d) Gang kadang-kadang mempunyai upacara plonco untuk
menguji ketrampilanatau ketahanan fisik anggota baru,
kesetiaan dalam kelompok, dan untuk membuat setiap
anggota merasa penting karenja mereka diterima.
e) Tempat pertemuan gang yang dipilih gang sejauh mungkin
mengurangi campur tangan orang dewasa dan
memungkinkan adanya kesempatan maksimum untuk
melakukan aktivitas yang disenangi.
f) Aktivitas gang meliputi semua bentuk permainan dan
hiburan kelompok, membuat sesuatu mengganggu orang
lain, mencoba-coba, dan melibatkan diri dalam aktivitas
terlarang (Hurlock, 2008).
22
d. Ada beberapa tinjauan mengenai perkembangan psikososial anak
usia sekolah menurut Erikson.
1) Erikson menyatakan krisis psikososial yang dihadapi sebagai
”Industri Versus Inferioritas”.
a) Hubungan dengan orang terdekat anak meluas hingga
mencakup teman sekolah dan guru.
b) Anak usia sekolah secara normal telah menguasai tiga
tugas perkembangan pertama (kepercayaan, otonomi, dan
inisiatif) dan saat ini berfokus pada penguasaan
kepandaian (Industri).
c) Perasaan industri berkembang dari suatu keinginan untuk
pencapaian.
d) Perasaan inferioritas dapat tumbuh dari harapan yang tidak
realistis atau perasaan gagal dalam memenuhi standar yang
ditetapkan orang lain untuk anak. Ketika anak merasa
tidak adekuat, rasa percaya dirinya akan menurun.
2) Anak usia sekolah terikat dengan tugas dan aktivitas yang
dapat ia selesaikan.
3) Anak usia sekolah mempelajari peraturan, kompetensi, dan
kerja sama untuk mencapai tujuan.
4) Hubungan sosial menjadi sumber pendukung yang penting
semakin meningkat.
e. Rasa takut dan stesor
1) Sebagian perasaan takut yang terjadi sejak masa kanak-kanak
awal dapat terselesaikan atau berkurang, namun, anak dapat
menyembunyikan rasa takutnya untuk menghindari dikatakan
sebagai ”pengecut” atau ”bayi”.
2) Rasa takut yang sering terjadi.
a) Gagal di sekolah
b) Gertakan
c) Guru yang mengintimidasi.
23
d) Sesuatu yang buruk terjadi pada orang tua
3) Stresor yang sering terjadi
a) Stresor untuk anak usia sekolah yang lebih kecil, yaitu
dipermalukan, membuat keputusan, membutuhkan izin /
persetujuan, kesepian, kemandirian, dan lawan jenis.
b) Stresor untuk anak usia sekolah yang lebih besar yaitu
kematangan seksual, rasa malu, kesehatan, kompetensi,
tekanan dari teman sebaya, dan keinginan untuk
menggunakan obat-obatan.
4) Orang tua dan pemberi asuhan lainnya dapat membantu
mengurangi rasa takut anak dengan berkomunikasi secara
empati dan perhatian tanpa menjadi overprotektif.
5) Anak perlu mengetahui bahwa orang – orang akan
mendengarkan mereka dan memahami perkataannya.
f. Sosialisasi
1) Masa usia sekolah merupakan periode perubahan dinamis dan
kematangan seiring dengan peningkatan keterlibatan anak
dalam aktivitas yang lebih kompleks, membuat keputusan,dan
kegiatan yang memiliki tujuan.
2) Ketika anak usia sekolah belajar lebih banyak mengenai
tubuhnya, perkembangan sosial berpusat pada tubuh dan
kemampuannya.
3) Hubungan dengan teman sebaya memegang peranan penting
yang baru.
4) Aktivitas kelompok, termasuk tim olah raga, biasanya
menghabiskan banyak waktu dan energi.
g. Bermain dan mainan
1) Bermain menjadi lebih kompetetif dan kompleks selama
periode usia sekolah.
2) Karakteristik kegiatan meliputi tim oleh raga, klub rahasia,
aktivitas ”geng”, pramuka atau organisasi lain. Puzzle yang
24
rumit, koleksi, permaianan papan, membaca, dan mengagumi
pahlawan tertentu.
3) Peraturan dan ritual merupakan aspek penting dalam bermain
dan permaianan.
4) Mainan, permainan, dan aktivitas yang meningatkan
pertumbuhan dan perkembangan meliputi:
a) Permainan kartu dan papan bertingkat yang rumit.
b) Buku dan kerajinan tangan.
c) Musik dan seni.
d) Kegiatan olah raga
e) Kegiatan tim
f) Video game (Tingkatkan pemantauan orang tua terhadap
isi permainan untuk menghindari pajanan terhadap
perilaku kekerasan dan seksual yang tidak dikehendaki).
h. Disiplin
1) Anak usia sekolah mulai menginternalisasikan pengendalian
diri dan membutuhkan sedikit pengarahan dari luar. Mereka
melakukannya, walaupun membutuhkan orang tua atau orang
dewasa lain yang dipercaya untuk menjawab pertanyaan dan
memberikan bimbingan untuk membuat keputusan.
2) Tanggung jawab pekerjaan rumah tangga membantu anak usia
sekolah merasa bahwa mereka merupakan bagian penting
keluarga dan meningkatkan rasa pencapaian terhadap prestasi
mereka.
3) Izin mingguan, diatur sesuai dengan kebutuhan dan tugas
anak, membantu dalam mengajarkan keterampilan, nilai, dan
rasa tanggung jawab.
25
4) Ketika mendisiplinkan anak usia sekolah, maka orang tua dan
pemberi asuhan lain harus menyusun batasan yang konkret
dan beralasan (memberikan penjelasan yang meyakinkan)
serta mempertahankan peraturan sampai batas minimal.
( Muscari, 2005 )
6. Ciri-ciri anak usia sekolah
Secara umum karakteristik anak SD terbagi menjadi 4 karakter.
Karakter yang pertama adalah senang bermain. Karakteristik yang
kedua adalah senang bergerak, orang dewasa dapat duduk berjam-jam,
sedangkan anak SD dapat duduk dengan tenang paling lama sekitar 30
menit. Karakteristik ketiga dari anak usia SD adalah anak senang
bekerja dalam kelompok, dan yang keempat adalah senang merasakan
atau melakukan sesuatu secara langsung.
Karakteristik anak usia SD kelas 1-3, kira-kira umur 6 atau 7
sampai 9 atau 10 antara lain ;
a. adanya korelasi positif yang tinggi antara keadaan kesehatan
jasmani dan prestasi sekolah.
b. Memiliki sikap yang cenderung untuk mematuhi peraturan -
peraturan permainan tradisional.
c. Ada kecenderungan memuji sendiri.
d. Suka membanding-bandingkan dirinya dengan anak lain, kalau hal
itu dirasanya menguntungkan untuk meremehkan anak lain.
e. Kalau tidak dapat menyelesaikan sesuatu soal, maka soalnya itu
dianggap tidak penting.
Maka dalam usia anak SD ini bahwa faktor belajar menjadi faktor
yang lebih menentukan perkembangan siswanya (Astri, 2012).
26
B. PENGETAHUAN
1. Pengertian
Menurut Notoatmodjo (2007), pengetahuan adalah hasil dari
tahu yang terjadi setelah orang melakukan penginderaan terhadap
suatu objek tertentu. Objek dalam pengetahuan adalah benda atau hal
yang diselidiki oleh pengetahuan itu. Penginderaan terjadi melalui
panca indra manusia, yakni indra raba, rasa, penglihatan pendengaran
dan penciuman. Karena itu pengetahuan dimungkinkan didapat dari
berbagai sumber dan pengalaman.
Menurut Bloom dan Skinner pengetahuan adalah kemampuan
seseorang untuk mengungkapkan kembali apa yang diketahuinya
dalam bentuk bukti jawaban baik lisan atau tulisan, bukti atau tulisan
tersebut merupakan suatu reaksi dari suatu stimulasi yang berupa
pertanyaan baik lisan atau tulisan (Notoatmodjo, 2003).
Pengetahuan dapat disimpulkan sebagai pandangan subjek
terhadap adanya stimuli yang di indra, kemudian diadopsi oleh subjek
yang akan mempengaruhinya dalam bersikap dan mengambil
keputusan.
2. Tingkat Pengetahuan
Menurut Notoatmodjo ( 2003 ) dikenal adanya enam tingkatan
dalam pengetahuan, yaitu:
a. Tahu (know)
Tahu adalah tingkat pengetahuan yang paling rendah. Tahu
diartikan sebagai mengingat materi yang telah dipelajari
sebelumnya, termasuk mengingat kembali sesuatu yang spesifik dari
seluruh bahan yang dipelajari atau rangsangan yang telah diterima.
Untuk mengukur tingkatan kognitif ini dipergunakan kata kerja
menyebutkan, menguraikan, mendefinisikan, dan sebagainya.
27
b. Memahami (comprehention)
Memahami adalah kemampuan untuk menjelaskan dan
menginterpretasikan secara benar tentang objek yang diketahuinya.
Pada tingkatan ini, individu yang bersangkutan harus dapat
menjelaskan, menyebutkan contoh, menyimpulkan, meramalkan,
dan sebagainya terhadapmateri atau substansi yang dipelajari.
c. Aplikasi (application)
Aplikasi adalah kemampuan menggunakan materi yang depelajari
berupa hukum-hukum, rumus, metode,dan sebagainya pada kondisi
nyata.
d. Analisis (analysis)
Analisis adalah kemampuan menjabarkan materi atau suatu objek ke
dalam komponen-komponen dalam struktur organisasi tersebut,
yang terkait satu sama lain.
e. Sintesis (synthesis)
Sintesis atau formulasi menunjukkan kepada kemampuan untuk
meletakkan atau menghubungkan bagian-bagian ke dalam suatu
bentuk keseluruhan yang baru.
f. Evaluasi (evaluation)
Evaluasi adalah kemampuan melakukan justifikasi atau penelitian
terhadap suatu objek atau materi. Evaluasi ini dilaksanakan pada
kriteria yang telah ada atau kriteria yang disusun yang
bersangkutan.
3. Faktor- faktor yang mempengaruhi pengetahuan
Menurut Notoatmodjo (2007), ada tiga faktor yang mempengaruhi
pengetahuan adalah :
a. Umur
Umur adalah lamanya hidup yang dihitung sejak lahir hingga
penelitian ini dilakukan. Umur merupakan periode penyesuaian
terhadap pola-pola kehidupan yang baru dan harapan baru. Pada
28
masa ini merupakan usia produktif masa bermasalah, masa
ketegangan emosi, masa ketrampilan, social, masa komitmen, masa
ketergantungan, masa perubahan nilai, masa penyesuain dengan
cara hidup, masa kreatif.
Pada dewasa ini ditndai oleh adanya perubahan “jasmani dan
mental”, semakin bertambah umur seseorang makin muda maka
akan mempengaruhi tingkat pengetahuannya.
b. Pendidikan
Pendidikan proses menumbuh kembangkan seluruh
kemampuan dan perilaku manusia melalui pengajaran, sehingga
dalam pendidikan perlu dipertimbangkan umur ( proses
perkembangan klien) dan hubungan dengan proses belajar. Tingkat
pendidikan juga merupakan salah satu faktor mempengaruhi
persepsi seseorang untuk lebih mudah menerima ide dan teknologi
baru.
Semakin tinggi pendidikan seseorang maka akan bertambah
pengalaman yang mempengaruhi wawasan dan pengetahuan.
Adapun tujuan yang hendak dicapai melalui pendidikan alat untuk
mengubah pengetahuan (pengertian, pendapat, konsep-konsep)
sikap dan persepsi serta menambah tingkah laku atau kebiasaan
baru.
c. Pekerjaan
Pekerjaan adalah aktivitas yang dilakukan sehari-hari untuk
memperoleh penghasilan guna memenuhi kebutuhan hidupnya
sehari-hari dimana semua bidang pekerjaan umumnya diperlukan
adanya hubungan social antara satu sam lain, setiap orang harus
dapat bergaul dengan teman sejawat walaupun denga atasan
sehingga orang yang hubungan sosialnya luas maka akan lebih
tinggi pengetahuannya dibandingkan dengan orang yang kurang
hubungan sosial dengan orang lain.
29
4. Proses Pengetahuan
Pengetahuan dalam diri seseorang dapat terjadi melalui suatu
proses
yang meliputi :
a. Awareness (kesadaran) adalah orang menyadari dalam arti
mengetahui terlebih dahulu terhadap stimulus (objek).
b. Interest (merasa tertarik) adalah orang mulai merasa tertarik
terhadap stimulus atau objek tersebut. Di sini sikap objek sudah
mulai timbul.
c. Evaluation (menimbang-nimbang) berarti subjek menimbang-
nimbang terhadap baik dan tidaknya stimulus tersebut bagi dirinya.
Hal ini berarti sikap subjek sudah mulai baik lagi.
d. Trial (mencoba) berarti subjek mulai mencoba melakukan sesuatu
sesuai dengan apa yang dikehendaki oleh stimulus.
e. Adoption berarti subjek telah berperilaku baru sesuai dengan
pengetahuan, kesadaran, dan sikapnya terhadap stimulus
(Notoatmodjo, 2003)
.
5. Kategori pengetahuan
Menurut Notoadmodjo (2003), tingkatan perilaku dapat
dikategorikan berdasakan nilai sebagai berikut:
a. Pengetahuan baik, bila jawaban benar 80% - 100% (nilai 20 – 26)
b. Pengetahuan cukup, bila jawaban benar 65-79% (nilai 16 – 19)
c. Pengetahuan kurang, bila jawaban benar <65% (nilai 0 – 15)
6. Pengukuran pengetahuan
Pengukuran pengetahuan dapt dilakukan dengan wawancara
atau angket yang menanyakan tentang isi materi yang akan diukur dari
subjek penelitian atau responden. Kedalaman pengetahuan yang ingin
kita ketahui atau kita ukur dapat kita sesuaikan dengan tingkatan-
tingkatan diatas (Notoatmodjo, 2003).
30
C. GURU SEKOLAH DASAR
1. Pengertian guru
Guru adalah pendidik profesional dengan tugas utama
mendidik, mengajar, mengarahkan, melatih, menilai, dan mengevaluasi
peserta didik pada pendidikan anak usia dini jalur pendidikan formal,
pendidikan dasar, dan pendidikan menengah (PP 19 : 2005 ).
2. Kompetensi guru SD
Menurut peraturan menteri pendidikan nasional republik indonesia
nomor 16 tahun 2007 tentang standar kualifikasi akademik dan
kompetensi guru ada beberapa standart kompetensi guru antara lain :
a. Kompetensi Pedagodik
1) Menguasai karakteristik peserta didik dari aspek fisik, moral,
sosial, kultural, emosional, dan intelektual.
a) Memahami karakteristik peserta didik usia sekolah dasar
yang berkaitan dengan aspek fisik, intelektual, sosial
emosional, moral, spiritual, dan latar belakang sosial
budaya.
b) Mengidentifikasi potensi peserta didik usia sekoiah dasar
dalam lima mata pelajaran SD/MI.
c) Mengidentifikasi kemampuan awal peserta didik usia
sekolah dasar dalam lima mata pelajaran SD/MI.
d) Mengidentifikasi kesulitan peserta belajar usia sekolah
dasar dalam lima mata pelajaran SD/MI.
2) Menguasai teori belajar dan prinsip-prinsip pembelajaran yang
mendidik.
a) Memahami berbagai teori belajar dan prinsip-prinsip
pembelajaran yang mendidik terkait dengan lima mata
pelajaran SD/MI.
b) Menerapkan berbagai pendekatan, strategi, metode, dan
teknik pembelajaran yang mendidik secara kreatif dalam
lima mata pelajaran SD/MI.
31
c) Menerapkan pendekatan pembelajaran tematis, khususnya
di kelas-kelas awal SD/MI.
3) Mengembangkan kurikulum yang terkait dengan mata
pelajaran/bidang pengembangan yang diampu.
a) Memahami prinsip-prinsip pengembangan kurikulum.
b) Menentukan tujuan lima mata pelajaran SD/MI.
c) Menentukan pengalaman belajar yang sesuai untuk
mencapai tujuan lima mata pelajaran SD/MI.
d) Memilih materi lima mata pelajaran SD/MI yang terkait
dengan pengalaman belajar dan tujuan pembelajaran.
e) Menata materi pembelajaran secara benar sesuai dengan
pendekatan yang dipilih dan karakteristik peserta didik usia
SD/MI.
f) Mengembangkan indikator dan instrumen penilaian.
4) Menyelenggarakan pembelajaran yang mendidik.
a) Memahami prinsip-prinsip perancangan pembelajaran yang
mendidik.
b) Mengembangkan komponen-komponen rancangan
pembelajaran.
c) Menyusun rancangan pembelajaran yang lengkap, baik
untuk kegiatan di dalam kelas, laboratorium, maupun
lapangan.
d) Melaksanakan pembelajaran yang mendidik di kelas, di
laboratorium, dan di lapangan.
e) Menggunakan media pembelajaran sesuai dengan ka-
rakteristik peserta didik dan lima mata pelajaran SD/ MI
untuk mencapai tujuan pembelajaran secara utuh.
f) Mengambil keputusan transaksional dalam lima mata
pelajaran SD/MI sesuai dengan situasi yang berkembang.
5) Memanfaatkan teknologi informasi dan komunikasi untuk
kepentingan pembelajaran.
32
a) Memanfaatkan teknologi informasi dan komunikasi dalam
pembelajaran.
6) Memfasilitasi pengembangan potensi peserta didik untuk
mengaktualisasikan berbagai potensi yang dimiliki.
a) Menyediakan berbagai kegiatan pembelajaran untuk
mendorong peserta didik mencapai prestasi belajar secara
optimal.
b) Menyediakan berbagai kegiatan pembelajaran untuk
mengaktualisasikan potensi peserta didik, termasuk
kreativitasnya
7) Berkomunikasi secara efektif, empatik, dan santun dengan
peserta didik.
a) Memahami berbagai strategi berkomunikasi yang efektif,
empatik, dan santun, baik secara lisan maupun tulisan.
b) Berkomunikasi secara efektif, empatik, dan santun dengan
peserta didik dengan bahasa yang khas dalam interaksi
pembelajaran yang terbangun secara siklikal dari penyiapan
kondisi psikologis peserta didik, memberikan pertanyaan
atau tugas sebagai undangan kepada peserta didik untuk
merespons, respons peserta didik, reaksi guru terhadap
respons peserta didik, dan seterusnya.
8) Menyelenggarakan penilaian dan evaluasi proses dan hasil
belajar.
a) Memahami prinsip-prinsip penilaian dan evaluasi proses
dan hasil belajar sesuai dengan karakteristik lima mata
pelajaran SD/MI.
b) Menentukan aspek-aspek proses dan hasil belajar yang
penting untuk dinilai dan dievaluasi sesuai dengan
karakteristik lima mata pelajaran SD/MI.
c) Menentukan prosedur penilaian dan evaluasi proses dan
hasil belajar.
33
d) Mengembangkan instrumen penilaian dan evaluasi proses
dan hasil belajar.
e) Mengadministrasikan penilaian proses dan hasil belajar
secara berkesinambungan dengan menggunakan berbagai
instrumen.
f) Menganalisis hasii penilaian proses dan hasil belajar untuk
berbagai tujuan.
g) Melakukan evaluasi proses dan hasil belajar.
9) Memanfaatkan hasil penilaian dan evaluasi untuk kepentingan
pembelajaran.
a) Menggunakan informasi hasil penilaian dan evaluasi untuk
menentukan ketuntasan belajar.
b) Menggunakan informasi hasil penilaian dan evaluasi untuk
merancang program remedial dan pengayaan.
c) Mengkomunikasikan hasil penilaian dan evaluasi kepada
pemangku kepentingan.
d) Memanfaatkan informasi hasil penilaian dan evaluasi
pembelajaran untuk meningkatkan kualitas pembelajaran.
10) Melakukan tindakan reflektif untuk peningkatan kualitas
pembelajaran.
a) Melakukan refleksi terhadap pembelajaran yang telah
dilaksanakan.
b) Memanfaatkan hasil refleksi untuk perbaikan dan
pengembangan lima mata pelajaran SD/MI.
c) Melakukan penelitian tindakan kelas untuk meningkatkan
kualitas pembelajaran lima mata pelajaran SD/MI.
b. Kompetensi Kepribadian
1) Bertindak sesuai dengan norma agama, hukum, sosial, dan
kebudayaan nasional Indonesia.
a) Menghargai peserta didik tanpa membedakan keyakinan
yang dianut, suku, adat-istiadat, daerah asal, dan gender.
34
b) Bersikap sesuai dengan norma agama yang dianut, hukum
dan norma sosial yang berlaku dalam masyarakat, serta
kebudayaan nasional Indonesia yang beragam.
2) Menampilkan diri sebagai pribadi yang jujur, berakhlak mulia,
dan teladan bagi pe-serta didik dan masyarakat.
a) Berperilaku jujur, tegas, dan manusiawi.
b) Berperilaku yang mencerminkan ketakwaan dan akhlak
mulia.
c) Berperilaku yang dapat diteladani oleh peserta didik dan
anggota masyarakat di sekitarnya.
3) Menampilkan diri sebagai pribadi yang mantap, stabil, dewasa,
arif, dan berwibawa.
a) Menampilkan diri sebagai pribadi yang mantap dan stabil.
b) Menampilkan diri sebagai pribadi yang dewasa, arif, dan
berwibawa.
4) Menunjukkan etos kerja, tanggung jawab yang tinggi, rasa
bangga menjadi guru, dan rasa percaya diri.
a) Menunjukkan etos kerja dan tanggung jawab yang tinggi.
b) Bangga menjadi guru dan percaya pada diri sendiri.
c) Bekerja mandiri secara profesional.
5) Menjunjung tinggi kode etik profesi guru.
a) Memahami kode etik profesi guru.
b) Menerapkan kode etik profesi guru.
c) Berperilaku sesuai dengan kode etik profesi guru.
c. Kompetensi Sosial
1) Bersikap inklusif, bertindak objektif, serta tidak diskri-minatif
karena pertimbangan jenis kelamin, agama, ras, kondisi fisik,
latar belakang keluarga, dan status sosial ekonomi.
a) Bersikap inklusif dan objektif terhadap peserta didik, teman
sejawat dan lingkungan sekitar dalam melaksanakan
pembelajaran.
35
b) Tidak bersikap diskriminatif terhadap peserta didik, teman
sejawat, orang tua peserta didik dan lingkungan sekolah
karena perbedaan agama, suku, jenis kelamin, latar
belakang keluarga, dan status sosial-ekonomi.
2) Berkomunikasi secara efektif, empatik, dan santun dengan
sesama pendidik, tenaga kependidikan, orang tua, dan
masyarakat.
a) Berkomunikasi dengan teman sejawat dan komunitas
ilmiah lainnya secara santun, empatik dan efektif.
b) Berkomunikasi dengan orang tua peserta didik dan
masyarakat secara santun, empatik, dan efektif tentang
program pembelajaran dan kemajuan peserta didik.
c) Mengikutsertakan orang tua peserta didik dan masyarakat
dalam program pembelajaran dan dalam mengatasi
kesulitan belajar peserta didik.
3) Beradaptasi di tempat bertugas di seluruh wilayah Republik
Indonesia yang memiliki keragaman sosial budaya.
a) Beradaptasi dengan lingkungan tempat bekerja dalam
rangka meningkatkan efektivitas sebagai pendi-dik,
termasuk memahami bahasa daerah setempat.
b) Melaksanakan berbagai program dalam lingkungan kerja
untuk mengembangkan dan meningkatkan kualitas
pendidikan di daerah yang bersangkutan.
4) Berkomunikasi dengan komunitas profesi sendiri dan profesi
lain secara lisan dan tulisan atau bentuk lain.
a) Berkomunikasi dengan teman sejawat, profesi ilmiah, dan
komunitas ilmiah lainnya melalui berbagai media dalam
rangka meningkatkan kualitas pendidikan.
b) Mengkomunikasikan hasil-hasil inovasi pembelajaran
kepada komunitas profesi sendiri secara Iisan dan tulisan
atau bentuk lain.
36
d. Kompetensi Profesional
1) Menguasai materi, struktur, konsep, dan pola pikir keilmuan
yang mendukung mata pelajaran yang diampu.
a) Bahasa Indonesia
1) Memahami hakikat bahasa dan pemerolehan bahasa.
2) Memahami kedudukan, fungsi, dan ragam bahasa
Indonesia.
3) Menguasai dasar-dasar dan kaidah bahasa Indonesia
sebagai rujukan penggunaan bahasa Indonesia yang
baik dan benar.
4) Memiliki keterampilan berbahasa Indonesia
(menyimak, berbicara, membaca, dan menulis)
5) Memahami teori dan genre sastra Indonesia.
6) Mampu mengapresiasi karya sastra Indonesia, secara
reseptif dan produktif.
b) Matematika
1) Menguasai pengetahuan konseptual dan prosedural
serta keterkaitan keduanya dalam konteks materi
aritmatika, aljabar, geometri, trigonometri, pengukuran,
statistika, dan logika matematika.
2) Mampu menggunakan matematisasi horizontal dan
vertikal untuk menyelesaikan masalah matematika dan
masalah dalam dunia nyata.
3) Mampu menggunakan pengetahuan konseptual, pro-
sedural, dan keterkaitan keduanya dalam pemecahan
masalah matematika, serta penerapannya dalam
kehidupan sehari-hari.
4) Mampu menggunakan alat peraga, alat ukur, alat
hitung, dan piranti lunak komputer.
37
c) IPA
1) Mampu melakukan observasi gejala alam baik secara
langsung maupun tidak langsung.
2) Memanfaatkan konsep-konsep dan hukum-hukum ilmu
pengetahuan alam dalam berbagai situasi kehidupan
sehari-hari.
3) Memahami struktur ilmu pengetahuan alam, termasuk
hubungan fungsional antar konsep, yang berhubungan
dengan mata pelajaran IPA.
d) IPS
1) Menguasai materi keilmuan yang meliputi dimensi
pengetahuan, nilai, dan keterampilan IPS.
2) Mengembangkan materi, struktur, dan konsep keilmuan
IPS.
3) Memahami cita-cita, nilai, konsep, dan prinsip-prinsip
pokok ilrnu-ilmu sosial dalam konteks kebhinnekaan
masyarakat Indonesia dan dinamika kehidupan global.
4) Memahami fenomena interaksi perkembangan ilmu
pengetahuan, teknologi, seni, kehidupan agama, dan
perkembangan masyarakat serta saling ketergantungan
global.
e) PKn
1) Menguasai materi keilmuan yang meliputi dimensi
pengetahuan, sikap, nilai, dan perilaku yang
mendukung kegiatan pembelajaran PKn.
2) Menguasai konsep dan prinsip kepribadian nasional dan
demokrasi konstitusional Indonesia, semangat
kebangsaan dan cinta tanah air serta bela negara.
3) Menguasai konsep dan prinsip perlindungan, pemajuan
HAM, serta penegakan hukum secara adil dan benar.
38
4) Menguasai konsep, prinsip, nilai, moral, dan norma
kewarganegaraan Indonesia yang demokratis dalam
konteks kewargaan negara dan dunia.
2) Menguasai standar kompetensi dan kompetensi dasar mata
pelajaran/bidang pengembangan yang diampu.
a) Memahami standar kompetensi lima mata pelajaran SD/MI.
b) Memahami kompetensi dasar lima mata pelajaran SD/MI.
c) Memahami tujuan pembelajaran lima mata pelajaran
SD/MI.
3) Mengembangkan materi pembelajaran yang diampu secara
kreatif.
a) Memilih materi lima mata pelajaran SD/MI yang sesuai
dengan tingkat perkembangan peserta didik.
b) Mengolah materi lima mata pelajaran SD/MI secara
integratif dan kreatif sesuai dengan tingkat perkembangan
peserta didik.
4) Mengembangkan keprofesi-onalan secara berkelanjutan dengan
melakukan tindakan reflektif.
a) Melakukan refleksi terhadap kinerja sendiri secara terus
menerus.
b) Memanfaatkan hasil refleksi dalam rangka peningkatan
keprofesionalan.
c) Melakukan penelitian tindakan kelas untuk peningkatan
keprofesionalan.
d) Mengikuti kemajuan zaman dengan belajar dari berbagai
sumber.
5) Memanfaatkan teknologi informasi dan komunikasi untuk
berkomunikasi dan mengembangkan diri.
a) Memanfaatkan teknologi informasi dan komunikasi dalam
berkomunikasi.
39
b) Memanfaatkan teknologi informasi dan komunikasi untuk
pengembangan diri.
D. KERANGKA TEORI
Skema 2.1 Kerangka Teori
( Sumber: Notoatmodjo, 2005 ; Hendra, 2008 )
E. KERANGKA KONSEP
F. VARIABEL PENELITIAN
Variabel yang dikaji dalam penelitian ini adalah tingkat
pengetahuan guru SD tentang perkembangan emosi dan sosial anak usia
sekolah kelas 1.
Faktor-faktor yangmempengaruhipengetahuan Umur Pendidikan pekerjaan
Tingkat pengetahuan guru SD
tentang perkembangan emosi dan
sosial anak usia sekolah kelas 1
Perkembangan Emosi danSosial anak usia Sekolah
Tingkat pengetahuan guru SD tentang
perkembangan emosi dan sosial anak usia
sekolah kelas 1.