BAB II TINJAUAN PUSTAKA A. Balita 1.
Transcript of BAB II TINJAUAN PUSTAKA A. Balita 1.
8
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA
A. Balita
1. Pengertian Balita
Balita adalah masa anak mulai berjalan dan merupakan masa yang paling
hebat dalam tumbuh kembang, yaitu pada usia 1 sampai 5 tahun. Masa ini
merupakan masa yang penting terhadap perkembangan kepandaian dan
pertumbuhan intelektual (Mitayani, 2010).
Balita adalah istilah umum bagi anak usia 1-3 tahun (batita) dan anak
prasekolah (3-5 tahun). Saat usia batita, anak masih tergantung penuh kepada
orang tua untuk melakukan kegiatan penting, seperti mandi, buang air dan makan.
Perkembangan berbicara dan berjalan sudah bertambah baik. Namun kemampuan
lain masih terbatas (Sutomo, 2010).
B. Pengertian Pertumbuhan dan Perkembangan
Pertumbuhan adalah bertambahnya ukuran dan jumlah sel serta jaringan
interselular, berarti bertambahnya ukuran fisik dan struktur tubuh sebagian atau
keseluruhan, sehingga dapat diukur dengan satuan panjang dan berat.
Perkembangan adalah bertambahnya struktur dan fungsi tubuh yang lebih
kompleks dalam kemampuan gerak kasar, gerak halus, bicara dan bahasa serta
sosialisasi dan kemandirian (Kementerian Kesehatan RI, 2012 : 4).
Pertumbuhan terjadi secara simultan dengan perkembangan. Berbeda
dengan pertumbuhan, perkembangan merupakan hasil interaksi kematangan
9
susunan saraf pusat dengan organ yang dipengaruhinya, misalnya perkembangan
sistem neurokosmuler, kemampuan bicara, emosi dan sosialisasi. Ke semua fungsi
tersebut berperan penting dalam kehidupan manusia yang utuh (Kementrian
Kesehatan RI, 2012 : 4).
C. Ciri dan Prinsip-prinsip Tumbuh Kembang Anak
Proses tumbuh kembang anak mempunyai beberapa ciri-ciri yang saling
berkaitan. Ciri-ciri tersebut adalah sebagai berikut :
1. Perkembangan menimbulkan perubahan
Perkembangan terjadi bersamaan dengan pertumbuhan. Setiap
pertumbuhan disertai dengan perubahan fungsi. Misalnya perkembangan
intelegensia pada seorang anak akan menyertai pertumbuhan otak dan serabut
saraf.
2. Pertumbuhan dan perkembangan pada tahap awal menentukan perkembangan
selanjutnya
Seorang anak tidak akan bisa melewati satu tahap perkembangan sebelum
ia bisa berdiri. Seorang anak tidak akan bisa berdiri jika pertumbuhan kaki dan
bagian tubuh lain yang terkait dengan fungsi berdiri anak terhambat, karena itu
perkembangan awal merupakan masa kritis karena akan menentukan
perkembangan selanjutnya.
3. Pertumbuhan dan perkembangan mempunyai kecepatan yang berbeda
Sebagaimana pertumbuhan, perkembangan mempunyai kecepatan yang
berbeda-beda, baik dalam pertumbuhan fisik maupun perkembangan fungsi organ
dan perkembangan pada masing-masing anak.
10
4. Perkembangan berkolerasi dengan pertumbuhan
Pada saat pertumbuhan berlangsung cepat, perkembangan pun demikian,
terjadi peningkatan mental, memori, daya nalar, asosiasi dan lain-lain. Anak sehat,
bertambah umur, bertambah berat dan tinggi badannya serta bertambah
kepandaiannya.
5. Perkembangan mempunyai pola yang tetap
Perkembangan fungsi organ tubuh terjadi menurut dua hukum yang tetap,
yaitu :
a. Perkembangan terjadi lebih dahulu di daerah kepala, kemudian menuju kearah
kaudal/anggota tubuh (pola sefalokaudal)
b. Perkembangan terjadi lebih dahulu didaerah proksimal (gerak kasar) lalu
berkembang ke bagian distal seperti jari-jari yang mempunyai kemampuan
gerak halus (pola proksimodistal) (Kementerian Kesehatan RI, 2012 : 4,5).
Proses tumbuh kembang anak juga mempunyai prinsip-prinsip yang saling
berkaitan. Prinsip-prinsip tersebut adalah sebagai berikut :
1) Perkembangan merupakan hasil proses pematangan dan belajar
Kematangan merupakan proses intrinsik yang terjadi dengan sendirinya,
sesuai dengan potensi yang ada pada individu. Belajar merupakan perkembangan
yang dari latihan dan usaha. Melalui belajar, anak memperoleh kemampuan
menggunakan sumber yang diwariskan dan potensi yang dimiliki anak
2) Pola perkembangan dapat diramalkan
Terdapat persamaan pola perkembangan bagi semua anak. Dengan
demikian perkembangan seorang anak dapat diramalkan. Perkembangan
11
berlangsung dari tahapan umum ketahapan spesifik , dan terjadi kesinambungan
(Kementerian Kesehatan RI, 2012 : 5).
D. Faktor-faktor yang Mempengaruhi Kualitas Tumbuh Kembang Anak
1. Faktor dalam (internal) yang berpengaruh pada tumbuh kembang anak
a. Ras/etnik atau bangsa
b. Keluarga
c. Umur
Kecepatan pertumbuhan yang pesat adalah pada masa prenatal, tahun
pertama kehidupan dan masa remaja.
d. Jenis kelamin
Fungsi reproduksi pada anak perempuan berkembang lebih cepat
daripada laki-laki. Tetapi setelah melewati masa pubertas,
pertumbuhan anak laki-laki akan lebih cepat.
e. Genetik
Genetic (heredokonstitusional) adalah bawaan anak yaitu potensi anak
yang akan menjadi cirri khasnya.
f. Kelainan kromosom.
Kelainan kromoson umumnya disertai dengan kegagalan pertumbuhan
seperti sindrom down‟s dan sindrom turner‟s.
12
2. Faktor eksternal
a. Faktor Prenatal
1) Gizi
Nutrisi Ibu hamil terutama dalam trimester akhir kehamilan akan
mempengaruhi pertumbuhan janin.
2) Mekanis
Posisi fetus yang abnormal bisa menyebabkan kelainan congenital
seperti club foot.
3) Toksin/zat kimia
Beberapa obat-obatan seperti aminopterin, thalidomide dapat
menyebabkan kelainan congenital seperti palatoskisiz
4) Endokrin
Diabetes melitus dapat menyebabkan makrosomia, kardiomegali,
hiperplasia, adrenal.
5) Radiasi
Paparan radium dan sinar rontgen dapat mengakibatkan kelainan
pada janin seperti mikroseli, spina bifida, retardasi mental dan
deformitas anggota gerak, kelainan congenital mata, kelainan
jantung.
6) Infeksi
Infeksi pada trimester pertama dan kedua oleh TORCH
(Toksoplasma, Rubella, Sitomegalo virus, herpes simpleks) dapat
menyebabkan kelainan pada janin, katarak, bisu tuli, mikrosefali,
retardasi mental dan kelainan jantung congenital.
13
7) Kelainan imunologi
Eritobaltosis fetalis timbul atas dasar perbedaan golongan darah
antara janin dan Ibu sehingga Ibu membentuk antibody terhadap
sel darah merah janin, kemudian melalui plasenta masuk dalam
peredaran darah anin dan akan menyebabkan hemolisis yang
selanjutnya mengakibatkan hierbilirubinemia dan kern ikterus yang
akan menyebabkan kerusakan jaringan otak.
8) Anoksia embrio
Anoksia embrio yang disebabkan oleh gangguan fungsi plasenta
menyebabkan pertumbuhan terganggu
9) Psikologi Ibu
Kehamilan yang tidak diinginkan, perlakuan salah/kekerasan
mental pada Ibu hamil dan lain-lain.
b. Faktor persalinan
Komplikasi persalinan pada bayi seperti trauma kepala, asfiksia dapat
menyebabkan kerusakan jaringan otak.
c. Faktor pascsalin
1) Gizi
Untuk tumbuh kembang bayi, diperlukan zat makanan yang
adekuat.
2) Penyakit kronis/kelainan congenital
Tuberculosis, anemia, kelainan jantung bawaan mengakibatkan
retardasi pertumbuhan jasmani.
14
3) Lingkungan fisik dan kima
Lingkungan sering disebut melieu adalah tempat anak tersebut
hidup yang berfungsi sebagai penyedia kebutuhan dasar anak
(provider). Sanitasi lingkungan yang kurang baik, kurangnya sinar
matahari, paparan sinar radioaktif, zat kimia tertentu (Pb, Mercuri,
rokok, dll) mempunyai dampak yang negatif terhadap pertumbuhan
anak.
4) Psikologis
Hubungan anak dengan orang sekitarnya. Seorang anak yang tidak
dikehendaki orangtuanya atau anak yang selalu tertekan, akan
mengalami hambatan didalam pertumbuhan dan
perkembangannya.
5) Endokrin
Gangguan hormon, misalnya pada penyakit hipotiroid akan
menyebabkan anak mengalami hambatan pertumbuhan.
6) Sosio-ekonomi
Kemiskinan selalu berkaitan dengan kekurangan makanan,
kesehatan lingkungan yang jelek dan ketidaktahuan akan
menghambat pertumbuhan anak.
7) Lingkungan pengasuhan
Pada lingkungan pengasuhan, interaksi Ibu anak sangat
mempengaruhi tumbuh kembang anak.
15
8) Stimulasi
Perkembangan memerlukan rangsangan/stimulasi khususnya dalam
keluarga, misalnya penyediaan alat mainan, sosialisasi anak,
ketertiban Ibu dan anggota keluarga lain terhadap kegiatan anak.
9) Obat-obatan
Pemakaian kortikosteroid jangka lama akan menghambat
pertumbuhan, demikian halnya dengan pemakaian obat
perangsang terhadap susunan saraf yang menyebabkan
terhambatnya produksi hormone pertumbuhan (Kementerian
Kesehatan RI, 2012 : 5,6,7).
E. Aspek-aspek Perkembangan yang di Pantau
1. Gerak kasar atau motorik kasar adalah aspek yan berhubungan dengan
kemampuan anak melakukan pergerakan dan sikap tubuh yang melibatkan
otot-otot besar seperti duduk, berdiri, dan sebagainya.
2. Gerak halus atau motorik halus adalah aspek yang berhubungan dengan
kemampuan anak melakukan gerakan yang melibatkan bagian-bagian
tubuh tertentu dan dilakukan oleh otot-otot kecil, tetapi memerlukan
koordinasi yang cermat seperti mengamati sesuatu, menjimpit, menulis,
dan sebagainya.
3. Kemampuan bicara dan bahasa adalah aspek yang berhubungan dengan
kemampuan untuk memberikan respons terhadap suara, berbicara,
berkomunikasi, mengikuti perintah dan sebagainya.
16
4. Sosialisasi dan kemandirian adalah aspek yang berhubungan dengan
kemampuan mandiri anak (makan sendiri, membereskan mainan selesai
mainan), berpisah dengan ibu/pengasuh anak, bersosialisasi dan
berinteraksi dengan lingkungannya dan sebagainya (Kementerian
Kesehatan RI, 2012 : 7).
F. Periode Tumbuh Kembang Anak
Tumbuh kembang anak berlangsung secara teratur, saling berkaitan dan
berkesinambungan yang dimulai sejak konsepsi sejak dewasa. Tumbuh kembang
anak terbagi dalam beberapa periode. Bedasarkan beberapa kepustakaan, maka
periode tumbuh kembang anak adalah sebagai berikut
1. Masa prenatal atau masa intra uterin (masa janin dalam kandungan)
Masa ini dibagi menjadi 3 periode, yaitu :
a. Masa zigot/mudigah, sejak saat konsepsi sampai umur kehamilan 2
minggu
b. Masa embrio, sejak umur kehamilan 2 minggu sampai 8/12 minggu.
Ovum yang telah dibuahi dengan dengan cepat akan menjadi suatu
organisme, terjadi diferensiasi yang berlangsung dengan cepart,
membentuk sistem organ dalam tubuh.
c. Masa janin/fetus, sejak umur kehamilan 9/12 minggu sampai akhir
kehamilan. Masa ini terdiri dari 2 periode yaitu :
1) Masa fetus dini yaitu sejak umur kehamilan 9 minggu sampai trimester
ke 2 kehidupan intrauterin. Pada masa ini terjadi percepatan
17
pertumbuhan, pembentukan jasad manusia sempurna. Alat tubuh telah
terbentuk serta mulai berfungsi
2) Masa fetus lanjut yaitu trimester akhir kehamilan. Pada masa ini
pertumbuhan berlangsung pesat disertai perkembangan fungsi-fungsi.
Akumulasi asam lemak esensial seri Omega 3 (Ducosa Hexanic Acid)
dan Omega 6 (Aracchidonic Acid) pada otak dan retina (Kementerian
Kesehatan RI, 2012).
Periode yang paling penting dalam masa prenatal adalah
trimester pertama kehamilan. Pada periode ini pertumbuhan otak janin
sangat peka terhadap pengaruh lingkungan janin. Gizi kurang pada ibu
hamil, bahan-bahan toksik, infeksi, merokok dan asap rokok, minuman
beralkohol, obat-obat, bahan-bahan toksik, pola asuh, depresi berat,
faktor psikologis seperti kekerasan terhadap ibu hamil, dapat
menimbulkan pengaruh buruk bagi pertumbuhan janin dan kehamilan.
Pada setiap ibu hamil, dianjurkan untuk selalu memperhatikan gerakan
janin setelah kehamilan 5 bulan (Kementerian Kesehatan RI, 2012).
Agar janin dalam kandungan tumbuh dan berkembangan
menjadi anak sehat, maka selama masa intra uterin, seorang Ibu
diharapkan :
a) Menjaga kesehatannya dengan baik
b) Selalu berada dalam lingkungan yang menyenangkan
c) Mendapat nutrisi yang sehat untuk janin yang dikandungnya
d) Memeriksa kesehatan nya secara teratur kesarana kesehatan
e) Memberi stimulasi terhadap janin
18
f) Tidak mengalami kekurangan kasih sayang dari suami dan
keluarganya
g) Menghindari stres baik fisik maupun psikis
h) Tidak bekerja berat yang dapat membahayakan kondisi
kehamilannya.
2. Masa bayi (infancy) umur 10 sampai 11 bulan
Masa ini dibagi menjadi 2 periode, yaitu :
a. Masa neonatal, umur 0 sampai 28 hari.
Pada masa ini terjadi adaptasi terhadap lingkungan dan terjadi perubahan
sirkulasi darah, serta mulainya berfungsi organ-organ. Masa neonatal
dibagi menjadi 2 periode :
1) Masa neonatal dini, umur 0-7 hari
2) Masa neonatal lanjut, umur 8-28 hari
Hal yang paling penting agar bayi lahir tumbuh dan berkembang menjadi
anak sehat adalah :
1) Bayi lahir ditolong oleh tenaga kesehatan yang terlatih, disarana
kesehatan yang memadai
2) Untuk mengantisipasi resiko buruk pada bayi saat dilahirkan, jangan
terlambat pergi kesarana kesehatan bila dirasakan sudah saatnya untuk
melahirkan
3) Saat melahirkan sebaik nya didampingi oleh keluarga yang dapat
menenangkan perasaan ibu
4) Berikan ASI segera mungkin. Perhatikan refleks menghisap
diperhatikan oleh karena berhubungan dengan masalah pemberian ASI
19
b. Masa post (pasca) neonatal, umur 29 hari sampai 11 bulan
Pada masa ini terjadi pertumbuhan yang pesat dan proses
pematangan berlangsung secara terus menerus terutama meningkatnya
fungsi sistem saraf. Seorang bayi sangat bergantung pada orang tua dan
keluarga sebagai unit pertama yang dikenalnya. Beruntunglah bayi yang
mempunyai orang tua yang hidup rukun, bahagia dan memberikan yang
terbaik untuk anak.
Pada masa ini, kebutuhan akan pemeliharaan kesehatan bayi,
mendapat ASI ekslusif selama 6 bulan penuh, diberikan imunisasi sesuai
jadwal, mendapat pola asuh yang sesuai. Masa bayi adalah masa dimana
kontak erat antara ibu dan anak terjalin sehingga dalam masa ini,
berpengaruh ibu dalam mendidik anak sangat besar.
3. Masa anak dibawah lima tahun (anak balita 12-59 bulan)
Pada masa ini, kecepatan pertumbuhan mulai menurun dan terdapat
kemajuan dalam perkembangan motorik (gerak kasar dan gerak halus) serta fungsi
eksrkresi. Periode penting dalam tumbuh kembang anak adalah pada masa balita
akan mempengaruhi dan menentukan perkembangan anak selanjutnya.
Setelah lahir terutama pada 3 tahun pertama kehidupan, pertumbuhan dan
perkembangan sel-sel otak masih berlangsung; dan terjadi pertumbuhan serabut-
serabut syaraf dan cabang-cabangnya, sehingga terbentuk jaringan syaraf dan otak
yang kompleks. Jumlah dan pengaturan hubungan-hubungan antaara sel syaraf
ini akan sangat mempengaruhi segala kinerja otak, mulai dari kemampuan belajar
berjalan, mengenal huruf, hingga bersosialisasi.
20
Pada masa balita, perkembangan perkembangan kemampuan bicara dan
bahasa, kreativitas kesadaran sosial,, emosional dan intelegensia berjalan sangat
cepat dan merupakan landasan perkembangan berikutnya. Perkembangan moral
serta dasar-dasar kepribadian anak juga dibentuk pada masa ini, sehingga setiap
kelainan/penyimpangan sekecil apapun apabila tidak dideteksi apalagi tidak
ditangani dengan baik, akan mengurangi kualitas sumber daya manusia
dikemudian hari.
4. Masa anak pra sekolah (anak umur 60-72 bulan )
Pada masa ini pertumbuhan berlangsung dengan stabil. Terjadi
perkembangan dengan aktivitas jasmani yang bertambah dan meningkatnya
keterampilan dan proses berfikir
Memasuki masa pra sekolah, anak mulai menunjukkan keinginannya
seiring dengan pertumbuhan dan perkembangan nya. Pada masa ini selain
lingkungan diluar rumah mulai diperkenalkan. Anak mulai berteman bahkan
banyak keluarga yang menghaiskan sebagian besar waktu anak bermain diluar
rumah dengan cara membawa anak ketaman bermain,taman-taman kota, atau
tempat tempat yang menyediakan fasilitas permainan untuk anak. Orang tua dan
keluarga diharapkan dapat memantau pertumbuhan dan perkembangan anaknya,
agar dapat dilakukan intervensi dini bila anak mengalami kelainan atau gangguan
(Kementerian Kesehatan RI, 2012 : 7-9).
G. Tahap Perkembangan Anak Menurut Umur
Pada tahap perkembangan anak menurut umur 36-48 bulan dapat dilihat
dari kotak sebagai berikut :
21
Umur 36-48 bulan
a. Berdiri dengan 1 kaki 2 detik
b. Melompat kedua kaki diangkat
c. Mengayuh sepeda roda tiga
d. Menggambar garis lurus
e. Menumpuk 8 buah kubus
f. Mengenal 2-4 warna
g. Menyebut nama, umur, tempat
h. Mengerti arti kata di atas, di bawah, di depan
i. Mendengarkan cerita
j. Mencuci dan mengeringkan tangan sendiri
k. Bermain bersama teman, mengikuti aturan permainan
l. Mengenakan sepatu sendiri
m. Mengenakan celana panjang, kemeja, baju
Sumber : (Kemenkes RI, 2012 hal : 12). Stimulasi Deteksi dan Intervensi Dini
Tumbuh Kembang Anak di tingkat pelayanan kesehatan dasar.
H. Stimulasi Tumbuh Kembang Balita dan Anak Pra Sekolah
Stimulasi adalah kegiatan merangsang kemampuan dasar anak umur 0-6
tahun agar anak tumbuh dan berkembang secara optimal. Setiap anak perlu
mendapat stimulasi rutin sedini mungkin dan terus menerus pada setiap
kesempatan. Stimulasi tumbuh kembang anak dilakukan oleh Ibu dan Ayah yang
merupakan orang terdekat dengan anak, pengganti ibu/pengasuh anak, anggota
keluarga lain dan kelompok masyarakat di lingkungan rumah tangga masing-
masing dan dalam kehidupan sehari-hari. Kurangnya stimulasi dapat
22
menyebabkan penyimpangan tumbuh kembang anak bahkan gangguan yang
menetap (Kementerian Kesehatan RI, 2012 : 15).
Kemampuan dasar anak yang dirangsang dengan stimulasi terarah adalah
kemampuan gerak halus, kemampuan bicara dan bahasa serta kemampuan
sosialisasi dan kemandirian. Dalam melakukan stimulasi tumbuh kembang anak,
ada beberapa prinsip dasar yang perlu diperhatikan, yaitu :
1. Stimulasi dilakukan dengan dilandasi rasa cinta dan kasih sayang
2. Selalu tunjukan sikap dan prilaku yang baik karena anak akan meniru tingkah
laku orang –orang yang terdekat dengannya
3. Berikan stimulasi sesuai dengan cara mengajak anak bermain, bernyanyi,
bervariai, menyenangkan, tanpa paksaan dan tidak ada hukuman
4. Berikan stimulasi sesuai dengan umur anak
5. Lakukan stimulasi secara bertahap dan berkelanjutan sesuai umur anak,
terhadap 4 aspek kemampuan dasar anak
6. Gunakan alat bantu/permainan yang sederhana , aman dana ada disekitar anak
7. Berikan kesempatan yangs ama pada nak laki-laki dan perempuan
8. Anak selalu diberikan pujian, bila perlu beri hadiah atas keberhasilannya
(Kementerian Kesehatan RI, 2012 : 15).
I. Deteksi Dini Tumbuh Kembang Anak
Deteksi dini tumbuh kembang anak adalah kegiatan/pemeriksaan untuk
menemukan secara dini adanya penyimpangan tumbuh kembang pada balita dan
anak prasekolah. Dengan ditemukan secara dini penyimpangan/masalah tumbuh
kembang anak, maka intervensi akan lebih mudah dilakukan.
23
Ada tiga jenis deteksi dini tumbuh kembang yang dapat dikerjakan:
1. Deteksi dini penyimpangan pertumbuhan, yaitu untuk mengetahui/
menemukan status gizi kurang/buruk dan mikro/makrosefalis.
2. Deteksi dini penyimpangan perkembangan, yaitu untuk mengetahui gangguan
perkembangan anak (keterlambatan), gangguan daya lihat, gangguan daya
dengar.
3. Deteksi dini penyimpangan mental emosional, yaitu untuk mengetahui adanya
masalah mental emosional, autism dan gangguan pemusatan perhatian dan
hiperaktivitas (Kementerian Kesehatan RI, 2012 : 40).
J. Deteksi Dini Penyimpangan Pertumbuhan Anak
Pengukuran BB/TB adalah untuk menentukan status gizi anak,
normal,kurus,kurus sekali atau gemuk. Jadwal pengukuran BB/TB sesuai dengan
jadwal deteksi dini tumbuh kembang balita, pengukuran dan penilaian BB/TB
dilakukan oleh tenaga kesehatan terlatih. Pengukuran Berat Badan/BB :
1. Menggunakan Timbangan Bayi
Timbangan bayi digunakan untuk menimbang anak sesuai umur 2 tahun
atau selama anak masih bisa berbaring /duduk tenang
a. Letakkan timbangan pada meja yang datar dan tidak mudah bergoyang
b. Lihat posisi jarum atau angka harus menunjuk ke angka 0
c. Bayi sebaiknya telanjang,tanpa topi, kaus kaki, sarung tangan
d. Baringkan bayi dengan hati-hati diatas timbangan
e. Lihat jarum timbangan sampai berhenti
f. Baca angka yang ditunjukkan oleh jarum timbangan atau angka timbangan
24
g. Bila bayi terus menerus bergerak, perhatikan gerakan jarum, baca angka
ditengah-tengah antara gerakan jarum keakanan-kekiri
2. Menggunakan Timbangan Injak
a. Letakkan timbangan dilantai yang datar sehingga tidak mudah bergerak
b. Lihat posisi jarum atau angka harus menunjuk ke angka 0
c. Anak sebaiknya memakai baju sehari-hari yang tipis, tidak memakai alas
kaki, jaket, topi, jam tangan,kalung, dan tidak memegang sesuatu.
d. Lihat jarum timbangan sampai berhenti
e. Baca angka yang ditunjukkan oleh jarum timbangan untuk angka
timbangan
f. Bila bayi terus menerus bergerak, perhatikan gerakan jarum, baca angka
ditengah-tengah antara gerakan jarum keakanan-kekiri (Kementerian
Kesehatan RI, 2012).
Pengukuran panjang badan (PB) atau Tinggi Badan (TB) :
a. Cara mengukur dengan posisi berbaring
1) Sebaiknya dilakukan oleh 2 orang
2) Bayi dibaringkan telentang pada alas yang datar
3) Kepala bayi menempel pada pembatas angka 0
4) Petugas 1 : kedua tangan memegang kepala bayi agar teatp menempel
pada pembatas angka 0 (pembatas kepala)
5) Petugas 2 : tangan kiri menekan lutut bayi agar lurus, tangan kanan
menekan batas atas kaki ketelapak kaki
6) Petugas 2 membaca angka ditepi diluar pengukur
25
Gambar 1
Pengukuran Panjang Badan Dengan Posisi Berbaring
Sumber : Paud Anak Bermain dan Belajar, 2015
b. Cara mengukur dengan cara posisi berdiri
1) Anak tidak memakai sendal atau sepatu
2) Berdiri tegak menghadap kedepan
3) Punggung dan pantat,tumit menempel pada tiang pengukur
4) Baca angka pada batas tersebut
Gambar 2
Pengukuran Tinggi Badan dengan Posisi Berdiri
Sumber : Paud Anak Bermain dan Belajar, 2015
26
c. Penggunaan Tabel BB/TB (Direktorat Gizi Masyarakat, 2002)
1) Ukur tinggi/panjang dan timbang berat badan anak, sesuai cara diatas
2) Lihat kolom tinggi/panjang badan anak yang sesuai dengan hasil
pengukuran
3) Pilih kolom berat badan untuk laki-laki (kiri) atau perempuan (kanan)
sesuai jenis kelamin anak, cara angka bert badan tersebut, lihat bagian
atas kolom untuk mengetahui angka Standar Deviasi (SD)
(Kementerian Kesehatan RI, 2012 : 41,42).
Pengukuran Lingkaran Kepala anak (LKA) :
1) Tujuan pengukuran lingkaran kepala anak adalah untuk mengetahui
lingkaran kepala anak dalam batas normal atau diluar batas normal
2) Jadwal disesuaikan dengan umur, umur 0-11 bulan pengukuran
dilakukan setiap tiga bulan. Pada anak yang lebih besar, umur 12-72
bulan, pengukuran dilakukan setiap enam bulan. Pengukuran dan
penilaian lingkaran kepala anak dilakukan oleh tenaga kesehatan
terlatih
3) Cara mengukur lingkaran kepala :
a) Alat pengukuran dilingkarkan di kepala anak melewati dahi,
menutupi alis mata, diatas kedua telinga dan bagian belakang
kepala yang menonjol, tarik agak kencang
b) Baca angka pada pertemuan dengan angka 0
c) Tanyakan tanggal lahir bayi/anak, hitung umur bayi/ anak
d) Hasil pengukuran dicatat pada grafik lingkaran kepala menurut
umur dan jenis kelamin anak
27
e) Buat garis yang menghubungkan ukuran yang lalu dengan ukuran
yang sekarang
Gambar 3
Pengukuran Lingkar Kepala
Sumber : Kemenkes RI, 2012
Interpretasi :
1) Bila ukuran lingkaran kepala anak berada di dalam “jalur hijau” maka
lingkaran kepala anak normal
2) Bila ukuran lingkaran kepala anak berada diluar “jalur hijau” maka
lingkaran kepala anak tidak normal
3) Lingkaran kepala anak tidak normal ada 2 (dua), yaitu makrosefal bila
diatas “jalur hijau” dan mikrosefal bila berada dibawah (Kementerian
Kesehatan RI, 2012 : 50).
K. Deteksi Dini Penyimpangan Perkembangan Anak
1. Skrining/pemeriksan perkembangan anak menggunakan kuesioner
Pra Skrining Perkembangan (KPSP)
Tujuan skrining/pemeriksaan perkembangan anak menggunakan KPSP
adalah untuk mengetahui perkembangan anak normal atau ada penyimpangan.
Jadwal skrining pemeriksaan KPSP rutin adalah pada umur 3, 6, 9, 12, 15, 18, 21,
24, 30, 36, 43, 48, 60, 66, dan 72 bulan. Jka anak belum mencapai umur skrining
28
tersebut, minta ibu dating kembali pada umur skrining yan terdekat untuk
pemeriksaan rutin. Misalnya bayi umur 7 bulan diminta kembali untuk skrinning
KPSP pada umur 9 bulan (Kementerian Kesehatan RI, 2012 : 52).
Apa bila orang tua datang dengan keluhan anaknya mempunyai maslaah
tumbuh kembang, sedangkan umur anak bukan umur skrining maka pemeriksaan
menggunakan KPSP untuk umur skrining terdekat yang lebih muda. Skrining/
pemeriksaan dilakukan oleh tenaga kesehatan, guru TK dan petugas PADU
terlatih. Alat/instrumen yang digunakan adalah :
a. Formulir KPSP menurut umur, formulir ini berisi 9-10 pertanyaan tentang
kemampuan perkembangan yang telah dicapai anak. Sasaran KPSP anak umur
0-72 bulan
b. Alat bantu pemeriksan berupa :pensil,kertas,bola sebesar bola
tenis,kerincingan, kubus berukuran sisi 2,5 cm sebanyak6 buah, kismis,kacang
tanah, potongan biskuit kecil berukuran 0,5-1 cm
Cara menggunakan KPSP :
1) Pada waktu pemeriksaan/ skrining anak harus dibawa
2) Tentukan umur anak dengan menyakan tanggal bulan dan tahun anak
lahir bila umur anak lebih 16 hari dibulatkan menjadi 1 bulan.
Contoh : bayi bila umur bayi 3 bulan 16 hari, dibulatkan menjadi 4 bulan.
Bila umur bayi 3 bulan 15 hari dibulatkan menjadi 3 bulan
3) Setelah menentukan umur anak pilih KPSP yang sesuai dengan umur anak
4) KPSP terdiri atas 2 macam pertanyaan, yaitu:
a) Pertanyaan yang dijawab oleh ibu/pengasuh anak,contoh :”dapatkah
bayi makan kue sendiri?”
29
b) Perintah kepada ibu/pengasuh anak atau petugas untuk melaksanakan
tugas yang tertulis pada KPSP. Contoh :”pada posisi bayi anda
terlentang, tariklah bayi pada pergelangan tangannya secara perlaha-
lahan keposisi duduk”.
5) Jelaskan kepada orangtua agar tidak ragu-ragu atau takut menjawab, oleh
karena itu pastikan ibu/pengasuh anak mengerti apa yang ditanyakan
kepadanya
6) Tanyakan pertanyaan tersebut secara berurutan , satu persatu. Setiap
pertanyaan hanya ada 1 jawaban, Ya atau Tidak. Catat jawaban tersebut
pada formulir
7) Anjurkan pertanyaan yang berikutnya setelah ibu/pengasuh anak
menjawab pertanyaan terdahulu
8) Teliti kembali apakah semua pertanyaan telah dijawab
Interprestasi hasil KPSP
1) Hitung berapa jumlah jawaban Ya.
a) Jawaban YA, bila ibu/pengasuh anak menjawab : anak bisa atau
pernah atau sering atau kadang-kadang melakukannya
b) Jawaban Tidak, nila ibu/ pengasuh anak menjawab : anak belum
pernah melakukan atau tidak pernah atau ibu/pengasuh anak tidak
tahu
2) Jumlah Jawaban „Ya‟ = 9-10, perkembangan anak sesuai dengan tahap
perkembangannya (S)
3) Jumlah Jawaban „Ya‟ = 7 atau 8, perkembangan anak meragukan (M)
30
4) Jumlah Jawaban „Ya‟= 6 atau kurang, kemungkinan ada penyimpangan
(P)
Untuk jawaban „Tidak”, perlu dirinci jumlah jawaban „Tidak‟ menurut
jenis keterlambatan (gerak kasar, gerak halus, bicara dan bahasa,
sosialisasi dan kemandirian). (Kementerian Kesehatan RI, 2012 : 52,53)
Intervensi :
a) Bila perkembangan anak sesuai umur(S) lakukan tindakan berikut :
(1) Beri pujian kepada ibukarena telah mengasuh anaknya denga baik
(2) Teruskan pola asuh anak sesuai dengan tahp perkembangan anak
(3) Beri stimulasi perkembangan anak setiap saat, sesering mungkin,
sesuai dengan umur dan kesiapan anak
(4) Ikutkan anak pada kegiatan penimbangan dan pelayanan kesehatan
di posyandu secara teratur 1 bulan sekali dan setiap ada kegiatan
bina keluarga balita (BKB) . Jika anak sudah memasuki usia pra
sekolah (36-37 bulan), anak dapat diikutkan pada kegiatan dipusat
Pendidikan Anak Usia Dini (PAUD), kelompok bermain dan taman
kanak-kanak.
(5) Lakukan pemeriksaan/skrining rutin menggunakan KPSP setiap 3
bulan pada anak berumur kurang dari 24 bulan dan setiap 6 bulan
pada anak umur 24 sampai 72 bulan.
b) Bila perkembangan anak meragukan (M) lakukan tindakan berikut :
(1) Beri petunjuk pada ibu agar melakukan stimulasi perkembangan
pada anak lebih sering lagi, setiap saat dan sesering mungkin.
31
(2) Ajarkan ibu cara melakukan intervensi stimulasi perkembangan
anak untuk mengatasi penyimpangan/ mengejar
ketertinggalannya.
(3) Lakukan pemeriksaan kesehatan untuk mencari kemungkinan
adanya penyakit yang menyebabkan penyimpangan
perkembangannya
(4) Lakukan penilaian ulang KPSP 2 minggu kemudian dengan
menggunakan daftar KPSP yang sesuai dengan umur anak
(5) Jika KPSP ulang jawaban „YA‟ tetap 7 atau 8 maka kemungkinan
ada penyimpangan (P)
c) Bila tahapan perkembangan terjadi penyimpangan (P) lakukan
tindakan berikut :
Rujukan kerumah sakit dengan menuliskan jenis dan jumlah
penyimpangan perkembangan (gerak kasar,gerak halus,bicara dan
bahasa, sosialisasi dan kemandirian)
(Kementerian Kesehatan RI, 2012 : 53).
2. Tes Daya Dengar (TDD)
Tujuan tes daya dengar adalah untuk menemukan gangguan pendengaran
sejak dini, agar dapat segera ditindak lanjuti untuk meningkan kemampuan daya
dengar dan bicara anak. Jadwal TDD adalah setiap 3 bulan pada umur bayi umur
kurang dari 12 bulan dan setiap 6 bulan keatas.
Tes ini dilaksanakan oleh tenaga kesehatan, guru TK, tenaga PADU dan
petugas terlatih lainnya. Alat sarana yang diperlukan yaitu instrumen TDD
32
menurut umur anak, gambar binatang (ayam, anjing, kucing), manusia,mainan
(boneka, kubus, sendok, cangkir, bola). Cara melakukan TDD :
a. Tanyakan tanggal,bulan dan tahun anak lahir, hitung umur anak dalam bulan
b. Pilih daftar pertanyaan TDD yang sesuai dengan umur anak
c. Pada anak umur kurang dari 24 bulan :
1) Semua pertanyaan harus dijawab oleh orang tua/pengasuh anak. Tidak
usah ragu-ragu atau takut menjawab, karena tidak untuk mencari siapa
yang salah.
2) Bacakan pertanyaan dengan lambat jelaskan dengan nyaring, satu persatu,
berurutan.
3) Tunggu jawaban dari orang tua/pengasuh anak
4) Jawaban YA jika menurut orangtau/pengasuh, anak dapat melakukannya
dalam 1 bulan terakhir
5) Jawaban TIDAK jika menurut orang tua /pengasuh anak tidak pernah,
tidak tahu atau tak dapat melakukannya dalam 1 bulan terakhir
d. Pada anak umur 24 bulan atau lebih :
1) Pertanyaan-pertanyaan berupa perintah melalui orang tua/pengasuh untuk
dikerjakan oleh anak
2) Amati kemampuan anak dalam melakukan perintah orang tua/pengasuh
3) Jawaban YA jika anak dapat melakukan perintah orangtua/pengasuh
4) Jawaban TIDAK jika anak tidak dapat atau tidak mau melakukan perintah
orangtua/pengasuh
33
Interpretasi :
1) Bila ada 1 atau lebih jawaban TIDAK, kemungkinan anak mengalami
gangguan pendengaran
2) Catat dalam Buku KIA atau kartu kohort bayi/balita atau status/catatan
medik anak,jenis kelainan
Intervensi :
1) Tindak lanjut sesuai dengaj pedoman yang ada
2) Rujuk ke RS bila tidak dapat ditanggulangi
(Kementerian Kesehatan RI, 2012 : 70).
3. Tes Daya Lihat (TDL)
Tujuan tes daya lihat adalah untuk mendeteksi secara dini kelainan daya
lihat agar segera dapat dilakukan tindakan lanjutan sehingga kesempatan untuk
memperoleh ketajaman daya lihat menjadi lebih besar. Jadwal tes daya lihat
dilakukan setiap 6 bulan pada anak usia prasekolah umur 36 sampai 72 bulan. Tes
ini dilaksanakan oleh tenaga kesehatan, guru TK, tenaga PADU dan petugas
terlatih lainnya. Alat/sarana yang diperlukan adalah ruangan yang bersih,tenang
dengan penyinaran yang baik, dua buah kursi, 1 untuk anak, 1 untuk
pemeriksa,poster E untuk digantung dan kartu “E” untuk dipegang anak.
Cara melakukan tes daya lihat :
a. Pilih suatu ruangan ynag bersih dan tenang, dengan penyinaran yang baik
b. Gantungkan poster “E” setinggi mata anak pada posisi duduk
c. Letakkan sebuah kursi sejauh 3 meter dari poster “E” menghadap keposter “E”
d. Letakkan sebuah kursi lainnya dismaping poster “E” untuk pemeriksa
34
e. Pemeriksa meberikan kartu “E” pada anak. Latih anak dalam mengarahkan
kartu “E” menghadap atas, bawah, kiri dan kanan; sesuai yang ditunjuk pada
poster “E” oleh pemeriksa. Beri pujian setiap kali anak mau melakukannya,
lakukan hal ini sampai ank dapat mengarahkan kartu “E” dengan benar.
f. Selanjutnya anak diminta menutup sebelah matanya dengan buku/kertas
g. Dengan alat petunjuk,tunjuk huruf “E” pada poster, satu persatu, mulai baris
pertama sampai baris keempat atau baris “E” terkecil yang masih dapat dilihat
h. Puji anak setiap kali dpat mencocokkan posisi kartu “E” yang dipegangnya
dnegan huruf “E” Pada poster
i. Ulangi pemeriksaan tersebut pada mata satunta dengan cara yang sama
j. Tulis baris “E” terkecil yang masih dapat dilihat,pada kertas yang telah
disediakan :
Mata kiri :............ mata kanan:.........
Interpretasi :
Anak prasekolah umumnya tidak mengalami kesulitan melihat sampai baris
ketiga pada poster “E”. Bila kedua mata anak tidak dapat melihat sampai baris
ketiga poster “E”, artinya tidak dapat mencocokkan arah kartu “E” pada baris
ketiga yang ditunjukoleh pemeriksa, kemungkinanan anak mengalami
gangguan daya lihat
Intervensi :
Bila kemungkinan anak mengalami gangguan daya lihat, minta anak datang
lagi untuk pemeriksaan ulang. Bila pada pemeriksaan berikutnya,anak tidak
dapat melihat sampai baris yang sama atau tidak bisa melihat baris yang sama
35
dengan kedua matanya, rujuk kerumah sakit dengan menuliskan mata yang
mengalami gangguan (kanan,kiri atau keduanya)
(Kementerian Kesehatan RI, 2012 : 71).
L. Deteksi Dini Penyimpangan Mental Emosional
Deteksi dini penyimpangan mental emosional adalah kegiatan
/pemeriksaan untuk menemukan secara dini adanya masalah mental emosional,
autisme dan gangguan pemusatan perhatian dan hiperaktivitas pada anak,agar
dapat segera dilakukan tindakan intervensi. Bila penyimpangan mental emosional
terlambat diketahui, maka intervensinya akan lebih sulit dan hal ini akan
berpengaruhpada tumbuh kembang anak. Deteksi dini dilakukan oleh tenaga
kesehatan (Kementerian Kesehatan RI, 2012 : 74).
Ada beberapa jenis alat yang digunakan untuk mendeteksi secara dini
adanya penyimpangan mental emosional pada anak, yaitu :
1. Kuesioner Masalah Mental Emosional (KMEE) bagi anak umur 36 bulan
sampai 72 bulan
2. Ceklis autis anak prasekolah (Checklist For Autism in Toddlers/CHAT) bagi
anak umur 18 bulan sampai 36 bulan
3. Formulir deteksi dini Gangguan Pemusatan Perhatian dan Hiperaktivitas
(GPPH) menggunakan Abreviated Conner Rating Scale bagi anak umur 36
bulan keatas
a. Deteksi dini Masalah Mental Emosional pada anak Prasekolah
Tujuannya adalah untuk mendeteksi secara dini adanya
penyimpangan/masalah mental emosional pada anak prasekolah. Jadwal
36
deteksi dini mental emosional adalah rutin setiap 6 bulan pada anak umur
36 bulan sampai 72 bulan jadwal ini sesuai dengan jadwal
skrining/pemeriksaan perkembangan anak.
Alat yang digunakan adalah kusioner Masalah Mental Emosional (KMEE)
yang terdiri dari 12 pertanyaan untuk mengenali problem mental
emosional anak umur 36 bulan sampai 72 bulan (Kementerian Kesehatan
RI, 2012 : 74).
Cara melakukan :
1) Tanyakan setiap pertanyaan dengan lambat,jelas dan nyaring satu
persatu prilaku yang tertulis pada KMEE pada orang tua/pengasuh
anak
2) Catat jawaban YA kemudian hitung jumlah jawaban YA
Interpretasi :
Bila ada jawaban YA maka kemungkinan anak mengalami masalah mental
emosional
Intervensi :
1) Bila jawaban YA hanya 1 :
Lakukan konseling kepada orang tua menggunakan buku pedoman
pola asuh yang mendukung perkembangan anak.
Lakukan evaluasi setelah 3 bulan, bila tidak ada perubahan rujuk
kerumah sakit yang memiliki fasilitas kesehatan jiwa/tumbuh kembang
anak.
37
2) Bila jawaban YA ditemukan 2 (dua) atau lebih:
Rujuk kerumah sakit yang meiliki fasilitas kesehatan jiwa/tumbuh
kembang anak rujukan harus disertai informasi mengenai jumlah dan
masalah mental emosional yang ditemukan (Kementerian Kesehatan
RI, 2012 : 74).
M. Deteksi Dini Autis pada Anak Prasekolah
Tujuannya adalah untuk mendeteksi secara dini adanya autis pada anak
umur 18 bulan sampai 36 bulan, jadwal deteksi dini autis pada anak prasekolah
dilakukan atas indikasi atau bila ada keluhan dari ibu/pengasuh atau ada
kecurigaan tenaga kesehatan, kader kesehatan,BKB,petugas PADU, pengelola
TPA dan guru TK keluhan tersebut dapat berupa salah satu atau lebih keadaan
dibawah ini :
1. Keterlambatan berbicara
2. Gangguan komunikasi /interaksi sosial
3. Prilaku yang berulang-ulang
Alat yang digunakan adalah CHAT (Checlkist for autism in Tolddlers). CHAT
ini ada 2 jenis pertanyaan,yaitu :
1) Ada 9 pertanyaan yang dijawab oleh orang tua /pengasuh anak
Pertanyaan diajukan secara berurutan, satu persatu, dan jelaskan kepada
orangtua untuk tidak ragu-ragu atau takut menjawab nya
2) Ada 5 perintah bagi anak, untuk melaksanakan tugas seperti yang tertulis
CHAT
38
Cara menggunakan CHAT :
1) Ajukan pertanyaan dengan lambat, jelas dan nyaring, satu persatu prilaku
yang tertulis pada CHAT kepada orang tua atau pengasuh anak
2) Lakukan pengamatan kemampuan anak sesuai dengan tugas pada CHAT
3) Catat jawaban orangtua/pengasuh anak dan kesimpulan hasil pengamatan
kemampuan anak, YA atau TIDAK. Teliti kembali apakah semua
pertanyaan telah dijawab.
Interpretasi :
1) Resiko tinggi menderita Autis : Bila jawaban “TIDAK”pada pertanyaan
A5, A7, B2, B3, dan B4.
2) Resiko rendah menderita Autis : bila jawaban “TIDAK” pada pertanyaan
A7 dan B4.
3) Kemungkian gangguan perkembangan lain :bila jawaban “Tidak”jumlah
nya 3 atau lebih untuk pertanyaan A1-A4; A6; A8-A9;B1;B5
4) Anak dalam batas normal bila tidak termasuk dalam kategori 1, 2 dan 3
Intervensi :
Bila anak resiko menderita autis atau kemungkinan ada gangguan
perkembangan, rujuk kerumah sakit yang memiliki fasilitas kesehatan
jiwa/tumbuh kembang (Kementerian Kesehatan RI, 2012 : 76).
N. Deteksi Dini Gangguan Pemusatan Perhatian dan Hiperaktivitas (GPPH)
Tujuannya adalah untuk mengetahui secara dini anak adanya gangguan
pemusatan perhatian dan Hiperaktivitas (GPPH) pada anak usia 36 bulan keatas.
Jadwal deteksi dini GPPH pada anak Prasekolah dilakukan atas indikasi atau bila
39
ada keluhan dari orang tua /pengasuh anak atau ada kecurigaan tenaga kesehatan,
kader kesehatan, BKB, petugas PADU, pengelola TPA dan guru TK. Keluhan
tersebut dapat berupa salah satu atau lebih keadaan dibawah ini :
1. Anak tidak bisa duduk tenang
2. Anak selalu bergerak tanpa tujuan dan tidak pernah kenal lelah
3. Perubahan suasana hati yang mendadak/implusif
Alat yang digunakan adalah formulir dteksi dini Gangguan Pemusatan
Perhatian dan Hiperaktifitas/GPPH (Abbreviated Conners Ratting Scale).formulir
ini terdiri 10 pertanyaan yang ditanyakan kepada orang tua/pengasuh anak/guru
TK dan pertanyaan yang perlu pengamatan pemeriksa.
Cara menggunakan Formulir deteksi dini GPPH :
a. Ajukan pertanyaan dengan lambat, jelas, dan nyaring, satu persatu prilaku
yang tertulis pada formulir deteksi dini GPPH. Jelaskan kepada
orangtua/pengasuh anak untuk tidak ragu-ragu atau takut menjawab
b. Lakukan pengamatan kemampuan anak sesuai dengan pertanyaan pada
formulir deteksi dini GPPH.
c. Keadaan yang ditanyakan /diamati pada anak dimanapun anak berada,
misalketika dirumah, sekolah dasar, pasar, toko, dll); setiap saat dan ketiaka
anak dengan siapa saja
d. Catat jawaban dan hasil pengamatan prilaku anak selama dilakukan
pemeriksaan.
Interpretasi :
Beri nilai pada masing-masing jawaban sesuai dengan “bobot nilai “
berikut ini dan jumlahkan nilai masing-masing jawaban menjadi nilai total
40
Nilai 0 : jika keadaan tersebut tidak ditemukan pada anak
Nilai 1 : jika keadaan tersebut kadang-kadang ditemukan pada anak
Nilai 2: jika keadaan tersebut sering ditemukan pada anak
Nilai 3 : jika keadaan tersebut selalu ada pada anak
Bila nilai total 13 atau lebih anak kemungkinan dengan GPPH.
Intervensi :
a. Anak dnegan kemungkinan GPPH perlu dirujuk ke Rumah sakit yang
memiliki fasilitas kesehatan jiwa/tumbuh kembang anak untuk konsultasi dan
lebih lanjut
b. Bila nilai total kurang dari 13 tetapi ada ragu-ragu, jadwalkan pemeriksaan
ulang 1 bulan kemudian. Anjurkan pertanyaan kepada orang-orang terdekat
dengan anak (orangtua, pengasuh, nenek, guru, dsb)
(Kementerian Kesehatan RI, 2012 : 78).
O. Intervensi dan Rujukan Dini Penyimpangan Tumbuh Kembang Anak
Penyimpangan/masalah perkembangan pada anak dipengaruhi oleh banyak
faktor diantaranya tingkat kesehatan dan status gizi anak disamping pengaruh
lingkungan hidup dan tumbuh kembang anak yang juga merupakan salah satu
faktor dominan. Apabila anak umur 0-5 tahun kurang mendapat stimulasi
dirumah, maka biasanya akan mendapatkan gejala-gejala yang mengarah pada
kemungkinan ada penyimpangan perkembangan.
Pada anak tersebut apa bila dilakukan intervensi dini yang dilakukan
secara benar dan intensif, sebagian besar gejala-gejala penyimpangan dapat
diatasi dan anak akan tumbuh berkembangnormal seperti anak sebaya lainnya.
41
Tujuan intervensi dan rujukan dini perkembangan anak adalah suatu mengkoreksi
memperbaiki dan mengatasi masalah atau penyimpangan perkembangan sehingga
anak dapat tumbuh dan berkembang secara optimal sesuai dengan potensinya.
Waktu yang paling tepat untuk melakukan intervensi dan rujukan dini
penyimpangan perkembangan anak adalah sesegera mungkin ketika usia anak
masih dibawah 5 tahun. Lima tahun pertama kehidupan sesorang anak merupakan
“jendela kesempatan” dan masa keemasan” bagi orang tua dan keluarganya dalam
meletakkan dasar-dasar kesehatan fisik kemampuan beradaptasi dengan
lingkungan sosial budanya nya. Bila penyimpangan sulit dan hal ini akan
berpengaruh pada tumbuh kembang anak.
1. Intervensi Dini Penyimpangan
Intervensi dini penyimpangan perkembangan adalah tindakan tertentu
pada anak yang perkembangan kemampuannya menyimpang karena tidak sesuai
dengan umurnya. Penyimpangan perkembangan bisa terjadi pada salah satu atau
lebih kemampuan ankak yaitu kemampuan gerak kasar,gerak halus,bicara dan
bahasa serta sosialisasi dan kemandirian anak
Tindakan intervensi dini tersebut berupa stimulasi perkembangan terarah
yang dilakukan secara intensif dirumah selama 2 minggu yang di ikuti dengan
evaluasi hasil intervensi stimulasi perkembangan.
2. Intervensi Perkembangan
Intervensi perkembangan anak dilakukan atas indikasi yaitu:
a. Perkembangan meragukan (M) artinya kemampuan anak tidak sesuai
dengan yang seharusnya dimiliki anak, yaitu bila pada umur skrining 3, 6,
42
9,12, 15, 18 bulan dan seterusnya, pemeriksaan KPSP jawaban “YA”=7
atau 8.
Lakukan intervensi sebagai berikut :
1) Pilih kelompok umur stimulasi yang lebih muda dari umur anak pada
BAB III buku pedoman ini. Misalnya : menurut KPSP, anak umur 12
bulan belum bisa berdiri, maka dilihat kelompok umur stimulasi 9-12
bulan atau lebih muda ( bukan kelompok umur stimulasi 12-15 bulan).
Karena kemampuan berdiri merupakan gerak kasar maka lihat kontak
“kemampuan gerak kasar.
2) Ajari orang tua cara melakukakan intervensi sesuai dengan
masalah/penyimpangan yang ditemukan pada anak tersebut. Misalnya ,
anak mempunyai penyimpangan gerak kasar, maka di intervensi
adalah gerak kasarnya. Pada contoh diatas anak harus dilatih berdiri
3) Beri petunjuk pada orang tua dan keluarga untuk mengintervensi
anak sesering mungkin penuh kesabaran dan kasih sayang, bervariasi
dan sambil bermain dengan anak agar ia tidak bosan
4) Intervensi pada anak dilakukan secara intensif setiap hari sekitar I 3-4
jam, selama 2 minggu. Bila anak terlihat senang dan tidak bosan,
waktu intervensi dapat ditambah, bila anak menolak atau rewel,
intervensi dihentikan dahulu, dilanjutkan apabila anak sudah dapat
diintervensi lagi
5) Minta orang tua atau keluarga datang kembali/kontrol 2 minggu
kemudian untuk dilakukan evaluasi hasil intervensi dan melihat apakah
43
ada kemajuan /perkembangan atau tidak. Evaluasi dilakukan dengan
menggunakan KPSP yang sesuai dengan umur skrining terdekat
b. Bila seorang anak mempunyai masalah/penyimpangan perkembangan,
sedangkan umur anak sehat itu bukan pada umur jadwal skrining, maka
lakukan intervensi perkembangan sesuai dengan masalah yang ada sebagai
berikut :
1) Misalnya anak umu 19 bulan belum bisa menyebut nama ayah ibunya
dengan panggilan seperti “papa” “mama” artinya ada penyimpangan
kemampuan bahasa dan bicara
2) Sedangkan intervensi merupakan untuk sekelompok umur lebih muda
pada contoh diatas stimulasi untuk kelompok umur yang lebih muda
pada contoh diatas stimulasi untuk kelompok umur 15-18 bulan, tahap
diberikan.
3) Ajari orang tua cara melakukan intervensi perkembangan anak
sebagaimana yang dianjurkan pada kotak stimulasi tersebut
4) Beri petunjuk orang tua dan keluarga untuk mengintervensi anak
sesering mungkin penuh kesabaran dan kasih sayang, bervariasi dan
sambil bermain dengan anak agar ia tidak bosan
5) Intervensi pada anak dilakukan secara intensif setiap hari sekitar 3-4
jam selama 2 minggu. Bila anak terlihat senang dan tidak bosan waktu
intervensi dapat ditambah. Bila anak menolak atau rewel, intervensi
dihentikana dahulu, dilanjutkan apabila anak sudah dapat diintervens
lagi
44
6) Minta orang tua atau keluarga datang kembali/kontrol 2 minggu
kemudian untuk dilakukan evaluasi hasil intervensi dan melihat apakah
ada kemajuan/perkembangan atau tidak . evaluasi dilakukan dengan
dengan menggnakan KPSP yang sesuai dengan ukuran skrining yang
terdekat
c. Evaluasi intervensi perkembangan
Cara melakukan hasil evaluasi hasil intervensi perkembangan adalah :
1) Apabila umur anak sesuaia dengan jadwal umur skrining ( umur 3, 6,
9, 12, 15, 18 bulan dan seterusnya), maka lakukan evaluasi hasil
intervensi dengan menggunakan formulir KPSP sesuai dengan umur
anak
2) Apabila umur anak tidak sesuai dengan jadwal umur skrining (umur 3,
6, 9, 12, 15, 18 bulan dan seterusnya), maka lakukan evaluasi hasil
intervensi dengan menggunakan formulir KPSP sesuai dengan umur
anak untuk umur yang lebih muda, paling dekat dengan umur anak,
seperti contoh berikut ini :
a) Bayi umur 6 bulan lewat 3 minggu ,gunakan KPSP untuk umur 6
bulan
b) Anak umur 17 bulan lewat 18 hari, gunakan KPSP untuk umur 15
bulan
c) Anak umur 35 bulan lewat 20 hari, gunakan KPSP untuk umur 30
bulan
3) Bila hasil evaluasi intervensi ada kemajuan artinya jawaban “YA” 9
atau 10, artinya perkembangan sesuai dengan umurnya sekarang,
45
misalnya : umur 17 bulan lewat 20 hari pilih KPSP umur 18 bulan ;
umurv 35 bulan lewat 20 hari, KPSP umur 36 bulan
4) Bila hasil evaluasi intervensi jawaban “YA” tetap 7-8, kerjakan
langkah-langkah berikut :
Teliti kembali apakah ada masalah :
a) Intensitas intervensi perkembangan yang dilakukan dirumahapakah
sudah dilakukan secara intensif ?
b) Jenis kemampuan perkembangan anak yang diintervensi apakah
sudah dilakukan secara tepat dan benar ?
c) Cara memberikan intervensi apakah sudah sesuai dengan petunjuk
dan nasihat tenaga kesehatan ?
d) Lakukan pemeriksaan fisik yang teliti apakah ada masalah gizi ?
penyakit pada anak ? kelainan organ-organ terkait ?
5) Bila ditemukan salah satu masalah atau lebih diatas :
a) Bila ada masalah gizi atau anak sakit, tangani kasus tersebut sesuai
pedoman/ standar tatalaksana kasus yang ada ditingkat pelayanan
dasar seperti manajemen terpadu balita sakit (MTBS) tatalaksana
gizi buruk dan sebagainya
b) Bila untervensi dilakukan secara tidak intensif, kurang tepat, atau
tidak sesuai dengan petunjuk/nasihat tenaga kesehatan , sekali lagi
ajari orang tua dan keluarga cara melakukan intervensi
perkembangan yang intensif yang tepat dan benar. Bila dampingi
orang tau/keluarga ketika melakukan intervensi pada anaknya
46
6) Kemudian lakukan evaluasi hasil intervensi yang kedua dengan cara
yang sama jika :
a) Bila kemampuan perkembangan anak ada kemajuan berilah pujian
kepad orang tua dan anak. Anjurkan orang tua dan keluarga untuk
terus melakukan intervensi dirumah dan kontrol kembali pada
jadwal umur skrining berikutnya
b) Bila kemampuan perkembangan tidak ada kemajuan berarti ada
penyimpangan perkembangan anak (P) dan anak perlu segera
dirujuk kerumah sakit yang memiliki tenaga dokter spesialis anak ,
kesehatan jiwa, rehabilitasi medik, psikolog dan ahli terapi
(fisioterapis,terapis bicara dan sebagainya).
d. Rujukan dini penyimpangan perkembangan anak
Rujukan diperlukan jika masalah /penyimpangan anak tidak dapat
ditangani meskipun sudah dilakukan tindakan intervensi dini. Rujukan
penyimpangan tumbuh kembang anak dilakukan secara berjenjang,
sebagai berikut :
1) Tingkat keluarga dan masyarakat
Keluarga dan masyarakat (orangtua, anggota keluarga lainnya dan
kader) dianjurkan untuk membawa anaknya ketenaga kesehatan
dipuskesmas dan jaringan atau rumah sakit. Orangtua/keluarga perlu
diingat agar membawa catatan pemantauan tumbuh kembang yanga da
didalam buku KIA.
2) Tingkat Puskesmas dan jaringannya
a) Pada rujukan dini, bidan dan perawat di posyandu, polindes, pustu
termasuk puskeling, melakukan tindakan intervensi dini
47
penyimpangan tumbuh kembang sesuai standar pelayanan yang
terdapat pada buku pedoman
b) Bila kasus penyimpangan tersebut ternyara memerlukan
penanganan lanjut, maka dilakukan rujukan ke TIM medis di
puskesmas (dokter, bidan, perawat, nutrisionis, dan tenaga
kesehatan terlatih lainnya)
3) Tingkat Rumah Sakit rujukan
Bila kasus penyimpangan tersebut tidak dapat ditangani dipuskesmas
atau memerlukan tindakan yang khusus maka perlu dirujuk kerumah
sakit (Kementerian Kesehatan RI, 2012 : 80-83).
P. GIZI KURANG
Gizi kurang adalah seseorang yang mengalami rendahnya energi protein
dalam makanan sehari-hari atau mengalami suatu pemyakit tertentu.
1. Prevelensi Gizi Kurang
Menurut arum atmaukarta (2007) sasaran pembangunan nasinal dan
proyeksi gizi kurang pada balita, Indonesia pada tahun 2000 memiliki angka gizi
kurang sebesar 17,1%, pada tahun 2001 gizi kurang di Indonesia sebesar 19,8%,
pada tahun 2002 gizi kurang di Indonesia sebesar 19,3%, pada tahun 2003 gizi
kurang di Indonesia sebesar 19,2%, pada tahun 2005 gizi kurang di Indonesia
sebesar 19,2%, berdasarkan data dari tahun 2000 s/d 2005 angka kasus gizi
kurang di Indonesia cukup mendatang tetapi kalau dilihat angka tersebut cukup
tinggi dibandingkan dengan negara-negara Asean.
48
Adapun kalau di bandingkan dengan negara ASEAN angka gizi kurang di
Indonesia dari tahun 1996-2005 dapat dilihat sebagai berikut.
Tabel 2
Perbandingan Angka Gizi Kurang di Negara Asean
No Negara Gizi kurang pada balita (%) BBLR (%)
1 Malaysia 11 9
2 Thailand 18 9
3 Filipina 20 28
4 Srilangka 22 29
5 Vietnam 27 9
6 Indonesia 28 9
7 Myanmar 32 15
8 Kamboja 45 11
9 Timor Leste 46 12
2. Faktor Penyebab Gizi Kurang
Adapun yang menjadi penyebab gizi kurang di masyarakat adalah sebagai
berikut :
a. Akses terhadap pangan rendah
b. Makanan ibu hamil kurang kalori dan protein, atau terserang penyakit
c. Bayi baru lahir tidak diberi kolostrum
d. Bayi sudah diberi MP ASI sebelum usia 4/6 bulan
e. Pemberian makanan padat pada bayi terlalu lambat
f. Anak dibawah umur <2 tahun, kurang diberi makanan atau densitas energy
kurang
g. Makanan tidak mempunyai zat gizi mikro yang cukup
h. Penanganan diare yang tidak benar
i. Makanan kotor / terkontaminasi
j. Kemiskinan
k. Kuranganya pendidikan dan keterampilan
49
l. Krisis ekonomi
Faktor-faktor tersebut merupakan hal-hal yang sangat komplek dan berkaitan
antara faktor yang satu dengan faktor yang lainya (Alamsyah, 2013 : 129)
3. Kelompok Resiko Gizi Kurang
Adapun kelompok resiko gizi kurang yang beresiko adalah sebagai
berikut:
a. Bayi dan balita (anak-anak)
b. Ibu hamil
4. Gejala Dan Akibat
Gizi kurang akut biasanya mudah untuk dilakukan pendeteksian, adapun
gejala-gejala yang biasa yang dikenali apabila bayi dan balita mengalami gizi
kurang adalah sebagai berikut :
a. Berat badan anak akan kurus dan kurang
b. Tinggi badan yang tidak sesuai dengan grafik pertumbuhan
c. Anak akan tumbuh dengan lambat
Apabila anak mempunyai dengan gejala seperti di atas maka akan
berkaitan pada perkembangan otak dan psikologis si anak, pertumbuhan si anak
dan rentan terkena penyakit infeksi lainya. Maka untuk itu diupayakan supaya
faktor penyebab gizi kurang dapat dihindari (Alamsyah, 2013 : 130,131).
Program penanggulangannya
Adapun 9 (sembilan) program pokok penanggulangan gizi adalah sebagai berikut:
1) Mainstream gizi. Pada kebijakan dan program pembangunan
2) Meningkatkan ketahanan pangan dan gizi
50
3) Melindungi konsumen dengan meningkatkan kualitas dan keamanan pangan
4) Mencegah dan menanggulangi penyakit infeksi
5) Mempromosikan ASI eksklusif
6) Memperhatikan golongan rentan
7) Mencegah dan menanggulangi kekurangan gizi mikro
8) Mempromosikan pola hidup sehat
9) Surveilands gizi
(Alamsyah, 2013 : 131).
5. Indikator Status Gizi
Tabel 3
Tabel Indikator Status Gizi
Indikator Status Gizi Z-Score
BB/U
Gizi Buruk <-3,0 SD
Gizi Kurang -3,0 SD s/d<-2,0 SD
Gizi Baik -2,0 SD s/d 2,0 SD
Gizi Lebih >2,0 SD
TB/U
Sangat Pendek <-3,0 SD
Pendek -3,0 SD s/d <-2,0 SD
Normal ≥-2,0 SD
BB/TB
Sangat Kurus <-3,0 SD
Kurus -3,0 SD s/d < -2,0 SD
Normal -2,0 SD s/d 2,0 SD
Gemuk >2,0 SD
Sumber : Kepmenkes No. 1995/MENKES/SK/XII/2010 tentang standar
antropometri penilaian status gizi anak.
Indikator Status Gizi
a. Indeks Berat Badan menurut Umur (BB/U)
1) Memberikan indikasi masalah gizi secara umum karena berat badan
berkorelasi positif dengan umur dan tinggi badan.
51
2) Berat badan menurut umur rendah dapat disebabkan karena pendek
(masalah gizi kronis) atau menderita penyakit infeksi (masalah gizi akut).
b. Indeks Tinggi Badan menurut Umur (TB/U)
1) Memberikan indikasi masalah gizi yang sifatnnya kronis sebagai akibat
dari keadaan yang berlangsung lama.
2) Misalnya: kemiskinan, perilaku hidup tidak sehat, dan asupan makanan
kurang dalam waktu yang lama sehingga mengakibatkan anak menjadi
pendek.
c. Indeks Berat Badan menurut Tinggi Badan(BB/TB)
1) Memberikan indikasi masalah gizi yang sifatnya akut sebagai akibat dari
peristiwa yang terjadi dalam waktu yang tidak lama (singkat).
2) Misalnya terjadi wabah penyakit dan kekurangan makan (kelaparan) yang
menyebabkan anak menjadi kurus.
3) Indikator BB/TB dan IMT/U dapat digunakan untuk identifikasi kurus dan
gemuk. Masalah kurus dan gemuk pada umur dini dapat berakibat pada
risiko berbagai penyakit degenerative pada saat dewasa (Teori Barker).
6. Kebutuhan Gizi Bayi dan Balita
Berikut angka kecukupan gizi rata-rata yang dianjurkan bagi anak dengan
aktifitas fisik rata-rata sebagaimana anak pada umumnya (Astuti Setiyani. Sukesi,
A. Esyuananik, 2016 : 152,153).
Tabel 4
Angka Kecukupan Gizi Rata-rata yang Dianjurkan bagi Anak
Kelompok
Umur
Energi
(Kkal)
Protein
(gram)
Vitamin A
(RE) Besi (mg)
Kalsium
(mg)
1-3 1000 25 400 8,2 500
4-6 tahun 1.550 39 450 9 500
52
Selain hal tersebut, anak juga berikan aneka makanan yang terdiri dari :
a. Makanan pokok, seperti : nasi, ubi, sagu
b. Lauk hewani : ikan, telur, hati, ayam dan daging
c. Lauk nabati : tempe, tahu, kacang-kacangan
d. Sayur dan buah-buahan
e. Beri makanan selingan 2 kali sehari, contoh : bubur kacang hijau, pisang,
biskuit, kue tradisional dan kue lainnya.
Dalam pemenuhan gizi pada anak, Ibu dan keluarga harus membiasakan
memberi asupan gizi yang terbaik untuk buah hatinya dan disesuaikan dengan
kemampuan finansial dan kemudian memperolehnya. Hal yang perlu diperhatikan
adalah : pemilihan bahan makanan, pengolahan, termasuk kebersihannya pada
saat proses memasak dan penyajiannya serta cara pemberiannya terhadap anak
(Astuti Setiyani. Sukesi, A. Esyuananik, 2016 : 152,153,154).
Tabel 5
Kebutuhan Nutrisi pada Bayi Umur 12-24 Bulan dan Anak Prasekolah
Bahan
Bayi 6-12
Bulan
(900 Kkal)
Anak 1-3 Tahun
(1.200 Kkal)
Anak 4-5
tahun (1.700)
Nasi 1 ½ gelas tim
halus
2 ¼ gelas 3 gelas
Daging/tempe/telur/ikan 1 potong 1-2 potong 2-4
Sayuran 2 sendok
makan
1 ½ gelas 2 gelas
Buah 1 buah/potong 3 buah/potong 3 buah/potong
ASI Lanjutkan Hingga 2 tahun -
Susu - 1 gelas 1 gelas
Minyak 1 sendok
makan
1 ½ sendok
makan
2 sendok
makan
Gula - 2 sendok makan 2 sendok
makan
53
7. Pengertian Status Gizi
Status gizi merupakan ekspresi dari keadaan keseimbangan dalam bentuk
variabel tertentu atau perwujudan dari nutriture dalam bentuk variabel tertentu (I
Dewa Nyoman Supariasa. Bachyar Bakri. Ibnu Fajar, 2016). Pada tahun 2004
word healt organization (WHO) mengelompokkan Indonesia sebagai negara yang
memiliki kurang gizi pada penduduknya. Pada saat itu angka gizi kurang dan gizi
buruk di Indonesia berjumlah 5.119.935 dari total kelompok balita sejumlah
17.984.224 balita. Kelompok ini merupakan angka yang menunjukkan
pertumbuhan yang sangat pesat (Almatsier, 2009).
Unicef (1988) telah mengembangkan kerangka konsep makro sebagai
salah satu strategi untuk menanggulangi masalah kurang gizi. Dalam kerangka
tersebut di tunjukan bahwa masalah gizi kurang dapat disebabkan oleh sebagai
berikut.
a. Penyebab langsung
Makanan dan penyakit dapat secara langsung menyebabkan gizi kurang.
Timbulnya gizi kurang tidak hanya dikarenakan asupan makanan yang kurang,
tetapi juga penyakit. Anak yang mendapat cukup makanan tetapi sering menderita
sakit, pada akhirnya dapat menderita gizi kurang. Demikian pula pada anak yang
tidak memperoleh cukup makan, maka daya tahan tubuhnya akan melemah dan
akan mudah terserang penyakit.
b. Penyebab tidak langsung
Ada 3 (tiga) penyebab tidak langsung yang menyebabkan gizi kurang yaitu
sebagai berikut :
54
1) Ketahanan pangan keluarga yang kurang memadai. Setiap keluarga
diharapkan mampu untuk memenuhi kebutuhan pangan seluruh anggota
keluarganya dalam jumlah yang cukup baik jumlah maupun mutu gizinya.
2) Pola pengasuhan anak kurang memadai. Setiap keluarga dan masyarakat
diharapkan dapat menyediakan waktu, perhatian, dan dukungan terhadap anak
agar dapat tumbuh kembang dengan baik, baik fisik, mental dan sosial.
3) Pelayanan dan kesehatan dan lingkungan kurang memadai. Sistem pelayanan
kesehatan yang ada diharapkan dapat menjamin penyediaan air bersih dan
sarana pelayanan kesehatan dasar yang terjangkau oleh setiap keluarga yang
membutuhkan (Almatsier, 2009).
8. Pengertian Gizi
Ilmu gizi (nutrition science) adalah ilmu yang mempelajari segala sesuatu
tentang makanan dalam hubungannya dengan kesehatan optimal. Kata “GIZI”
berasal dari bahasa arab ghidza, yang berrti “makanan” di satu sisi ilmu gizi
berkaitan dengan makanan dan di sisi lain dengan tubuh manusia.
Zat Gizi (Nutrien) adalah ikatan kimia yang diperlukan tubuh untuk
melakukan fungsinya, yaitu menghasilkan energi ,membangun dan memelihara
jaringan serta mengatur proses-proses kehidupan.
Status Gizi adalah keadaan tubuh sebagai akibat konsumsi makanan dan
penggunaan zat-zat. Dibedakan antara status gizi buruk, kurang, baik dan lebih.
Secara klasik kata gizi hanya hubungkan dengan kesehatan tubuh, yaitu
untuk menyediakan energi, membangun,memelihara jaringan tubuh, serta
mengatur proses-proses kehidupan dalam tubuh. Tetapi, sekarang kata gizi
mempunyai pengertian lebih luas di samping untuk kesehatan, gizi di kaitkan
55
dengan potensi ekonomi seseorang, karena gizi berkaitan dengan perkembangan
otak, kemampuan belajar, dan produktivitas kerja. Oleh karena itu, di Indonesia
sekarang sedang membangun, faktor gizi di samping faktor-faktor lain dianggap
penting untuk memacu pembangunan, khususnya yang berkaitan dengan
pengembangan sumber daya manusia berkualitas (Almatsier, 2009).
9. Ruang Lingkup Gizi
Bila dikaji pengertian ilmu gizi lebih mendalam, dapat disimpulkan bahwa
ruang lingkupnya cukup luas. Perhatian ilmu gizi dimulai dari cara produksi
pangan (agronomi dan peternakan); perubahan-perubahan yang terjadi pada tahap
pasca panen dari mulai penyedian pangan, distribusi dan pengelolaan ; konsumsi
makanan; dan cara-cara pemanfaatan makanan oleh tubuh dalam keadaan sehat
dan sakit. Oleh karena itu, ilmu gizi sangat erat kaitanya dengan ilmu-ilmu
agronomi, peternakan, ilmu pangan, mikrobiologis, biokimia , faal, biologi
molekuler dan kedokteran. Karena konsumsi makanan dipengaruhi oleh kebiasaan
makanan, prilaku makan, dan keadaan ekonomi maka ilmu gizi juga berkaitan
dengan ilmu-ilmu sosial seperti antropologi, sosiologi, psokologi, dan ekonomi
(Almatsier, 2009).
10. Perkembangan Ilmu Gizi
Ilmu gizi merupakan ilmu yang relatif baru. Pengakuan pertama ilmu gizi
sebagai cabang ilmu yang berdiri sendiri terjadi pada tahun 1926, ketika Marry
Swartz Rose dikukuhkan sebagai Profesor Ilmu Gizi pertama di Universitas
Columbia, New York, Amerika Serikat. Namun, perhatian mengenali hal-hal yang
berkaitan dengan makanan sesungguhnya sudah terjadi sejak lama (Almatsier,
2009).
56
11. Kebutuhan Gizi Berkaitan Dengan Proses Tubuh
Makanan sehari –sehari yang dipilh dengan baik akan memberikan semua
zat gizi yang dibutuhkan untuk fungsi normal tubuh. Sebaliknya, bila makanan
tidak dipilih dengan baik tubuh akan mengalami kekurangan zat-zat esensial
tertentu. Zat gizi esensial adalah zat gizi yang harus didatangkan dari makanan
bila di kelompokkan, ada tiga fungsi zat gizi dalam tubuh.
a. Memberi Energi
Zat- zat Gizi yang dapat memberikan energi adalah karbohidrat, lemak,
dan protein. Oksidasi zat-zat gizi ini menghasilkan energi yang diperlukan tubuh
untuk melakukan kegiatan/aktivitas. Ketiga zat gizi termasuk ikatan organik yang
mengandung karbon yang dapat dibakar. Ketiga zat gizi terdapat dalam jumlah
paling banyak dalam bahan pangan. Dalam fungsi sebagai zat pemberi energi,
ketiga zat gizi tersebut dinamakan zat pembakar.
b. Pertumbuhan dan Pemeliharaan Jaringan Tubuh
Protein, mineral,dan air adalah sebagai dari jaringan tubuh. Oleh karena
itu, di perlukan untuk membentuk sel-sel baru, memelihara dan menganti sel-sel
yang rusak. Dalam fungsi ini ketiga zat gizi tersebut dinamakan zat pembangun.
c. Akibat Gangguan Gizi Terhadap Fungsi Tubuh
Konsumen makanan berpengaruh terhadap status gizi seseorang , status
gizi baik atau status gizi optimal terjadi bila tubuh memperoleh cukup zat-zat gizi
yang digunakan secara efisien, sehingga memungkinkan pertumbuhan fisik,
perkembangan otak, kemampuan kerja dan kesehatan secara umum pada tingkat
setinggi mungkin. Status gizi kurang terjadi bila tubuh mengalami kekurangan
satu atau lebih zat-zat gizi esensial. Status gizi lebih terjadi bila tubuh
57
memperoleh zat-zat gizi dalam jumlah berlebihan, sehingga menimbulkan efek
toksi atau membahayakan. Baik pada status gizi kurang, maupun status gizi lebih
terjadi gangguan gizi.
Gangguan gizi disebabkan oleh faktor primer atau sekunder. Faktor primer
adalah bila susunan makanan seseorang salah dalam kuantitas dan kualitas yang
disebabkan oleh kurangnya penyediaan pangan, kurang baiknya distribusi pangan,
kemiskinan, ketidaktahuan, kebiasaan makan yang salah, dan sebagainya. Faktor
sekunder meliputi semua faktor yang menyebabkan zat-zat gizi tidak sampai di
sel-sel tubuh setelah makanan dikonsumsi. Misalnya faktor-faktor yang
menyebabkan terganggunya pencernaan, seperti gigi-geligi yang tidak baik,
kelainan struktur saluran cerna dan kekurangan enzim (Almatsier, 2009).
Di beberapa bagian di dunia terjadi masalah gizi kurang atau masalah gizi
lebih secara epidemis. Negara-negara berkembang seperti sebagian besar Asia,
Afrika, Amerika Tengah dan Amerika Selatan pada umumnya mempunyai
masalah gizi kurang.
d. Akibat Gizi Kurang Pada Proses Tubuh
Akibat kurang gizi terhadap proses tubuh bergantung pada zat-zat gizi apa
yang kurang. Kekurangan gizi secara umum ( makanan kurang dalam kuantitas
dan kualitas) menyebabkan gangguan pada proses-proses:
1) Pertumbuhan
Anak-anak tidak tumbuh menurut potensialnya. Protein digunakan
sebagai zat pembakar, sehingga otot-otot menjadi lembek dan rambut mudah
rontok. Anak-anak yang berasal dari keadaan ekonomi rendah.
58
2) Produksi tenaga
Kekurangan energi berasal dari makanan, menyebabakan seseorang
kekurangan tenaga untuk bergerak, bekerja,dan melakukan aktifitas. Orang
menjadi malas, merasa lemah, dan produktivitas kerja menurun.
3) Pertahanan tubuh
Daya tahan terhadap tekanan atau stress menurun. Sistem imunitas dan
antibody berkurang, sehingga orang mudah terserang infeksi seperti
pilek,batuk, diare. Pada anak-anak hal ini dapat membawa kematian.
4) Struktur dan fungsi otak
Kurang gizi pada usia muda dapat berpengaruh terhadap
perkembangan mental, dengan demikian kemampuan berfikir. Otak mencapai
bentuk maksimal pada usia dua tahun. Kekurangan gizi dapat berakibat
terganggunya fungsi otak secara permanen.
5) Prilaku
Baik anak-anak maupun orang dewasa yang kurang gizi menunjukkan
prilaku tidak tenang. Meraka mudah tersinggung, cengeng,dan apatis. Dari
keterangan di atas tampak bahwa gizi yang baik merupakan modal bagi
pengembangan sumber daya manusia (Almatsier, 2009).
12. Cara-cara yang dapat dilakukan untuk Menaikkan Berat Badan
a. Pijat TUI NA
Pijat Tui Na ini merupakan tehnik pijat yang lebih spesifik untuk
mengatasi kesulitan makan pada balita dengan cara memperlancar peredaran
darah pada limpa dan pencernaan, melalui modifikasi dari akupunktur tanpa
jarum, teknik ini menggunakan tenik penekanan pada titik meridian tubuh atau
59
garis aliran energi sehingga relatif lebih mudah dilakukan dibandingkan
akupuntur (Sukanta, 2010).
Teknik pijat :
1) Tekan sedikit ibu jari anak, dan gosok garis di pinggir ibu jari sisi telapaknya,
dari ujung ibu jari hingga ke pangkal ibu jari antara 100-500 gerakan .
2) Pijat tekan melingkar bagian pangkal ibu jari yang paling tebal berdaging 100-
300 kali, ini uraikan akumulasi makanan yang belum di cerna serta
menstimulasi lancarnya sistem cerna.
3) Gosok melingkar tengah telapak tangan 100-300 kali, dengan radius lingkaran
kurang lebih 2/3 dari tengah telapak ke pangkal jari kelingking. Stimulasi ini
memperlancar sirkulasi daya hidup dan darah, serta harmoniskan 5 organ
utama tubuh.
4) Tusuk dengan kuku anda serta tekan melingkar titik yang berada di tengah
lekuk buku jari yang terdekat dengan telapak, untuk jari telunjuk, tengah,
manis, dan kelingking. Tusuk dengan kuku 3-5 kali dan pijat tekan 30-50 kali
pertitik, ini memecah stagnasi di meridian dan menghilangkan akumulasi
makanan.
5) Tekan melingkar dengan bagian tengah telapak tangan anda di area tempat
diatas pusarnya, searah jarum jam 100-300 kali, ini menstimulasi makanan
agar lebih lancar.
6) Dengan kedua ibu jari, tekan dan pisahkan garis dibawah rusuk menuju perut
samping 100-300 kali, ini memperkuat fungsi limpa dan lambung yang juga
memperbaiki pencernaan.
60
7) Tekan melingkar titik di bawah lutut bagian luar, sekitar 4 lebar jari anak di
bawah tempurung lututnya, 50-100 kali, ini akan harmoniskan lambung, usus,
dan pencernaan.
8) Pijat secara umum punggung anak, lalu tekan dengan ringan tulang
punggungnya dari atas ke bawah 3 kali. Lalu cubit kulit di kiri-kanan tulang
ekor dan merambat keatas hingga lebar, 3-5 kali. Ini memperkuat konstitusi
tubuh anak, mendukung aliran chi (daya hidup) sehat dan memperbaiki nafsu
makan anak (file:///D:/Referensi/babii%20pijat%20tui%20na.pdf).
Himbauan Pada Pijat Tui Na
1) Pemijatan hanya boleh dilakukan 1 kali dalam sehari selama 6 hari berturut
turut
2) Pada umumnya, 1 seri pijatan diatas sudah cukup untuk dilakukan, bila
pemijat merasa perlu untuk menambah pijatan baru, sebaiknya berikan jeda 1-
2 hari sebelum melakukan seri pijatan baru
3) Tidak disarankan untuk memaksa anak makan di saat ia tidak ma , karena hal
ini hanya akan memicu trauma psikologis anak terhadap makanan. Tidak
membiasakan anak untuk makan sambil membaca atau bermain.
b. MODISCO
Modisco singkatan dari Modified Dried Skimmed Milk and Coconut Oil
yang banyak digunakan di Indonesia merupakan modifikasi yang digunakan di
Uganda (1973). Modifikasi dilakukan dengan pertimbangan ketersediaan bahan
lokal, selera, daya cerna, kebutuhan kalori serta tingkat KEP sendiri. Modisco
dicoba pertama kali untuk anak-anak yang mengalami gangguan gizi berat di
Uganda (Afrika) dengan hasil memuaskan (Depkes RI, 2003).
61
Modisco diberikan kepada:
1) Penderita KEP berat (Marasmus, Kwarshiorkor, Marasmic Kwarshiorkor)
2) Penderita penyakit infeksi menahun
3) Orang yang baru sembuh dari penyakit berat
4) Mereka yang sulit makan, karena kelainan bawaan seperti gangguan pangkal
tenggorokan
5) Anak sehat tapi kurus badannya
6) Anak yang sedang menghadapi ujian
7) Orang yang sering berolahraga berat
8) Keuntungan modisco:
a) Mengandung tinggi energi dan tinggi protein
b) Mudah dicerna
c) Dapat meningkatkan berat badan lebih cepat
d) Porsinya kecil sehingga memudahkan anak untuk menghabiskan kendala
dan alternatif pemberian modisco :
(1) Bahan modisco tidak selalu berasal dari susu skim tetapi bisa
disesuaikan dengan bahan makanan yang ada di daerah setempat.
(2) Apabila di daerah tidak terdapat minyak kelapa, maka dapat diganti
yang ada di daerah tersebut (minyak jagung, biji kapas, kacang dll).
Jika tidak suka minyak dapat diganti dengan margarin atau minyak
sayur.
(3) Jika anak tidak suka susu, dalam hal ini modisco diberikan dengan
sonde, atau dicampur dengan makanan atau minuman yang disukai
anak.
62
(4) Bila nafsu makan anak kurang, ada dua cara untuk mengatasinya,
yaitu:
(a) Diberikan dalam bentuk yang lebih pekat energinya dengan
volume sedikit
(b) Diberikan lewat sonde
(5) Adanya gangguan pencernaan (diare), bisa dimulai dengan susu skim,
ditambah 5% gula pasir dan 5% tepung.
(6) Modisco tidak boleh diberikan kepada anak yang gemuk, bayi berusia
6 bulan dan para penderita penyakit ginjal, hati dan jantung.
Tabel 6
Formula untuk kep berat/gizi buruk
Macam“modisco” Bahan Kandungan gizi Catatan
Modisco ½ Susu skim 10 gr
(1 sdm)
Gula pasir 5 gr (1
sdt)
Minyak kelapa
2½ gr (½ sdt)
Energi : 80
kkal
Protein : 3,5 gr
Lemak : 2,5 gr
Modisco I Susu skim 10 gr
(1 sdm) atau full
cream 12 gr
(2 sdm)
Gula 5 gr (1 sdt)
Minyak kelapa 5
gr (½ sdm)
Energi : 100
kkal
Protein : 3,5 gr
Lemak : 3,5 gr
Diberikan kepada
KEP berat dengan
Edema
Diberikan 100
kkal/kg BB/hari
Modisco II Susu skim 10 gr
(1 sdm) atau full
cream 12 gr
(2 sdm)
Gula 5 gr (1 sdt)
Margarin 5 gr
(½ sdm)
Energi : 100
kkal
Protein : 3,5 gr
Lemak : 4 gr
Diberikan pada
KEP tanpa Edema
Diberikan 125
kkal/kg BB/hari
63
Modisco III Susu full cream
12 gr (1¼ sdm)
atau susu segar
100 cc
(½ gelas)
Gula 7,5 gr (1½
sdt)
Margarin 5 gr
(½ sdm)
Energi : 130
kkal
Protein : 3 gr
Lemak : 7,5 gr
Diberikan setelah
pemberian
Modisco I dan II
Pemberian
Modisco III ±10
hari
Diberikan 150
kkal/kg BB/hari
Sumber : http://ninnarohmawati.blogspot.com/2013/12/leaflet-modisco.html
(ninnarohmawati, 2013 : 12)
c. Pemberian Makanan Tambahan (PMT)
Makanan tambahan adalah makanan bergizi sebagai tambahan selain
makanan utama bagi kelompok sasaran guna memenuhi kebutuhan gizi. Makanan
Tambahan Pemulihan bagi balita adalah makanan bergizi yang diperuntukkan
bagi balita usia 6-59 bulan sebagai makanan tambahan untuk pemulihan gizi
(Kementrian Kesehatan RI, 2011 : 3).
1) Prinsip PMT
Menurut panduan penyelenggaraan PMT bagi balita gizi kurang, prinsip dasar
PMT adalah sebagai berikut :
a) PMT Pemulihan diberikan dalam bentuk makanan atau bahan makanan
lokal dan tidak diberikan dalam bentuk uang.
b) PMT Pemulihan hanya sebagai tambahan terhadap makanan yang
dikonsumsi oleh balita sasaran sehari-hari, bukan sebagai pengganti
makanan utama.
c) PMT Pemulihan dimaksudkan untuk memenuhi kebutuhan gizi balita
sasaran sekaligus sebagai proses pembelajaran dan sarana komunikasi
antar ibu dari balita sasaran.
64
2) Jenis dan bentuk PMT
a) Makanan tambahan pemulihan diutamakan berbasis bahan makanan atau
makanan lokal. Jika makanan lokal terbatas, dapat digunakan makanan
pabrikan yang tersedia di wilayah setempat dengan memperhatikan
kemasan label dan masa kadaluarsa untuk keamanan pangan.
b) Makanan tambahan pemulihan diberikan untuk memenuhi kebutuhan gizi
balita sasaran.
c) PMT Pemulihan merupakan tambahan makanan untuk memenuhi
kebutuhan gizi balita dari makanan keluarga.
d) Makanan tambahan balita ini diutamakan berupa sumber protein hewani
maupun nabati (misalnya telur/ikan/daging/ayam, kacang –kacangan atau
penukar) serta sumber vitamin dan mineral yang diutamakan berasal dari
sayur-sayuran dan buah-buahan setempat.
e) Makanan tambahan diberikan sekali sehari selama 90 hari berturut-turut.
f) Makanan tambahan pemulihan berbasis bahan makanan/lokal ada 2 jenis
yaitu berupa:
(1) MP-ASI ( untuk bayi dan anak berusia 6-23 bulan)
(2) Makanan tambahan untuk pemulihan anak balita usia 24-59 bulan
berupa makanan keluarga.
(3) Bentuk makanan tambahan pemulihan yang diberikan kepada balita
dapat disesuaikan dengan pola makanan sebagaiman pada tabel
berikut: