BAB II TINJAUAN PUSTAKA A. Balita 1.

58
8 BAB II TINJAUAN PUSTAKA A. Balita 1. Pengertian Balita Balita adalah masa anak mulai berjalan dan merupakan masa yang paling hebat dalam tumbuh kembang, yaitu pada usia 1 sampai 5 tahun. Masa ini merupakan masa yang penting terhadap perkembangan kepandaian dan pertumbuhan intelektual (Mitayani, 2010). Balita adalah istilah umum bagi anak usia 1-3 tahun (batita) dan anak prasekolah (3-5 tahun). Saat usia batita, anak masih tergantung penuh kepada orang tua untuk melakukan kegiatan penting, seperti mandi, buang air dan makan. Perkembangan berbicara dan berjalan sudah bertambah baik. Namun kemampuan lain masih terbatas (Sutomo, 2010). B. Pengertian Pertumbuhan dan Perkembangan Pertumbuhan adalah bertambahnya ukuran dan jumlah sel serta jaringan interselular, berarti bertambahnya ukuran fisik dan struktur tubuh sebagian atau keseluruhan, sehingga dapat diukur dengan satuan panjang dan berat. Perkembangan adalah bertambahnya struktur dan fungsi tubuh yang lebih kompleks dalam kemampuan gerak kasar, gerak halus, bicara dan bahasa serta sosialisasi dan kemandirian (Kementerian Kesehatan RI, 2012 : 4). Pertumbuhan terjadi secara simultan dengan perkembangan. Berbeda dengan pertumbuhan, perkembangan merupakan hasil interaksi kematangan

Transcript of BAB II TINJAUAN PUSTAKA A. Balita 1.

8

BAB II

TINJAUAN PUSTAKA

A. Balita

1. Pengertian Balita

Balita adalah masa anak mulai berjalan dan merupakan masa yang paling

hebat dalam tumbuh kembang, yaitu pada usia 1 sampai 5 tahun. Masa ini

merupakan masa yang penting terhadap perkembangan kepandaian dan

pertumbuhan intelektual (Mitayani, 2010).

Balita adalah istilah umum bagi anak usia 1-3 tahun (batita) dan anak

prasekolah (3-5 tahun). Saat usia batita, anak masih tergantung penuh kepada

orang tua untuk melakukan kegiatan penting, seperti mandi, buang air dan makan.

Perkembangan berbicara dan berjalan sudah bertambah baik. Namun kemampuan

lain masih terbatas (Sutomo, 2010).

B. Pengertian Pertumbuhan dan Perkembangan

Pertumbuhan adalah bertambahnya ukuran dan jumlah sel serta jaringan

interselular, berarti bertambahnya ukuran fisik dan struktur tubuh sebagian atau

keseluruhan, sehingga dapat diukur dengan satuan panjang dan berat.

Perkembangan adalah bertambahnya struktur dan fungsi tubuh yang lebih

kompleks dalam kemampuan gerak kasar, gerak halus, bicara dan bahasa serta

sosialisasi dan kemandirian (Kementerian Kesehatan RI, 2012 : 4).

Pertumbuhan terjadi secara simultan dengan perkembangan. Berbeda

dengan pertumbuhan, perkembangan merupakan hasil interaksi kematangan

9

susunan saraf pusat dengan organ yang dipengaruhinya, misalnya perkembangan

sistem neurokosmuler, kemampuan bicara, emosi dan sosialisasi. Ke semua fungsi

tersebut berperan penting dalam kehidupan manusia yang utuh (Kementrian

Kesehatan RI, 2012 : 4).

C. Ciri dan Prinsip-prinsip Tumbuh Kembang Anak

Proses tumbuh kembang anak mempunyai beberapa ciri-ciri yang saling

berkaitan. Ciri-ciri tersebut adalah sebagai berikut :

1. Perkembangan menimbulkan perubahan

Perkembangan terjadi bersamaan dengan pertumbuhan. Setiap

pertumbuhan disertai dengan perubahan fungsi. Misalnya perkembangan

intelegensia pada seorang anak akan menyertai pertumbuhan otak dan serabut

saraf.

2. Pertumbuhan dan perkembangan pada tahap awal menentukan perkembangan

selanjutnya

Seorang anak tidak akan bisa melewati satu tahap perkembangan sebelum

ia bisa berdiri. Seorang anak tidak akan bisa berdiri jika pertumbuhan kaki dan

bagian tubuh lain yang terkait dengan fungsi berdiri anak terhambat, karena itu

perkembangan awal merupakan masa kritis karena akan menentukan

perkembangan selanjutnya.

3. Pertumbuhan dan perkembangan mempunyai kecepatan yang berbeda

Sebagaimana pertumbuhan, perkembangan mempunyai kecepatan yang

berbeda-beda, baik dalam pertumbuhan fisik maupun perkembangan fungsi organ

dan perkembangan pada masing-masing anak.

10

4. Perkembangan berkolerasi dengan pertumbuhan

Pada saat pertumbuhan berlangsung cepat, perkembangan pun demikian,

terjadi peningkatan mental, memori, daya nalar, asosiasi dan lain-lain. Anak sehat,

bertambah umur, bertambah berat dan tinggi badannya serta bertambah

kepandaiannya.

5. Perkembangan mempunyai pola yang tetap

Perkembangan fungsi organ tubuh terjadi menurut dua hukum yang tetap,

yaitu :

a. Perkembangan terjadi lebih dahulu di daerah kepala, kemudian menuju kearah

kaudal/anggota tubuh (pola sefalokaudal)

b. Perkembangan terjadi lebih dahulu didaerah proksimal (gerak kasar) lalu

berkembang ke bagian distal seperti jari-jari yang mempunyai kemampuan

gerak halus (pola proksimodistal) (Kementerian Kesehatan RI, 2012 : 4,5).

Proses tumbuh kembang anak juga mempunyai prinsip-prinsip yang saling

berkaitan. Prinsip-prinsip tersebut adalah sebagai berikut :

1) Perkembangan merupakan hasil proses pematangan dan belajar

Kematangan merupakan proses intrinsik yang terjadi dengan sendirinya,

sesuai dengan potensi yang ada pada individu. Belajar merupakan perkembangan

yang dari latihan dan usaha. Melalui belajar, anak memperoleh kemampuan

menggunakan sumber yang diwariskan dan potensi yang dimiliki anak

2) Pola perkembangan dapat diramalkan

Terdapat persamaan pola perkembangan bagi semua anak. Dengan

demikian perkembangan seorang anak dapat diramalkan. Perkembangan

11

berlangsung dari tahapan umum ketahapan spesifik , dan terjadi kesinambungan

(Kementerian Kesehatan RI, 2012 : 5).

D. Faktor-faktor yang Mempengaruhi Kualitas Tumbuh Kembang Anak

1. Faktor dalam (internal) yang berpengaruh pada tumbuh kembang anak

a. Ras/etnik atau bangsa

b. Keluarga

c. Umur

Kecepatan pertumbuhan yang pesat adalah pada masa prenatal, tahun

pertama kehidupan dan masa remaja.

d. Jenis kelamin

Fungsi reproduksi pada anak perempuan berkembang lebih cepat

daripada laki-laki. Tetapi setelah melewati masa pubertas,

pertumbuhan anak laki-laki akan lebih cepat.

e. Genetik

Genetic (heredokonstitusional) adalah bawaan anak yaitu potensi anak

yang akan menjadi cirri khasnya.

f. Kelainan kromosom.

Kelainan kromoson umumnya disertai dengan kegagalan pertumbuhan

seperti sindrom down‟s dan sindrom turner‟s.

12

2. Faktor eksternal

a. Faktor Prenatal

1) Gizi

Nutrisi Ibu hamil terutama dalam trimester akhir kehamilan akan

mempengaruhi pertumbuhan janin.

2) Mekanis

Posisi fetus yang abnormal bisa menyebabkan kelainan congenital

seperti club foot.

3) Toksin/zat kimia

Beberapa obat-obatan seperti aminopterin, thalidomide dapat

menyebabkan kelainan congenital seperti palatoskisiz

4) Endokrin

Diabetes melitus dapat menyebabkan makrosomia, kardiomegali,

hiperplasia, adrenal.

5) Radiasi

Paparan radium dan sinar rontgen dapat mengakibatkan kelainan

pada janin seperti mikroseli, spina bifida, retardasi mental dan

deformitas anggota gerak, kelainan congenital mata, kelainan

jantung.

6) Infeksi

Infeksi pada trimester pertama dan kedua oleh TORCH

(Toksoplasma, Rubella, Sitomegalo virus, herpes simpleks) dapat

menyebabkan kelainan pada janin, katarak, bisu tuli, mikrosefali,

retardasi mental dan kelainan jantung congenital.

13

7) Kelainan imunologi

Eritobaltosis fetalis timbul atas dasar perbedaan golongan darah

antara janin dan Ibu sehingga Ibu membentuk antibody terhadap

sel darah merah janin, kemudian melalui plasenta masuk dalam

peredaran darah anin dan akan menyebabkan hemolisis yang

selanjutnya mengakibatkan hierbilirubinemia dan kern ikterus yang

akan menyebabkan kerusakan jaringan otak.

8) Anoksia embrio

Anoksia embrio yang disebabkan oleh gangguan fungsi plasenta

menyebabkan pertumbuhan terganggu

9) Psikologi Ibu

Kehamilan yang tidak diinginkan, perlakuan salah/kekerasan

mental pada Ibu hamil dan lain-lain.

b. Faktor persalinan

Komplikasi persalinan pada bayi seperti trauma kepala, asfiksia dapat

menyebabkan kerusakan jaringan otak.

c. Faktor pascsalin

1) Gizi

Untuk tumbuh kembang bayi, diperlukan zat makanan yang

adekuat.

2) Penyakit kronis/kelainan congenital

Tuberculosis, anemia, kelainan jantung bawaan mengakibatkan

retardasi pertumbuhan jasmani.

14

3) Lingkungan fisik dan kima

Lingkungan sering disebut melieu adalah tempat anak tersebut

hidup yang berfungsi sebagai penyedia kebutuhan dasar anak

(provider). Sanitasi lingkungan yang kurang baik, kurangnya sinar

matahari, paparan sinar radioaktif, zat kimia tertentu (Pb, Mercuri,

rokok, dll) mempunyai dampak yang negatif terhadap pertumbuhan

anak.

4) Psikologis

Hubungan anak dengan orang sekitarnya. Seorang anak yang tidak

dikehendaki orangtuanya atau anak yang selalu tertekan, akan

mengalami hambatan didalam pertumbuhan dan

perkembangannya.

5) Endokrin

Gangguan hormon, misalnya pada penyakit hipotiroid akan

menyebabkan anak mengalami hambatan pertumbuhan.

6) Sosio-ekonomi

Kemiskinan selalu berkaitan dengan kekurangan makanan,

kesehatan lingkungan yang jelek dan ketidaktahuan akan

menghambat pertumbuhan anak.

7) Lingkungan pengasuhan

Pada lingkungan pengasuhan, interaksi Ibu anak sangat

mempengaruhi tumbuh kembang anak.

15

8) Stimulasi

Perkembangan memerlukan rangsangan/stimulasi khususnya dalam

keluarga, misalnya penyediaan alat mainan, sosialisasi anak,

ketertiban Ibu dan anggota keluarga lain terhadap kegiatan anak.

9) Obat-obatan

Pemakaian kortikosteroid jangka lama akan menghambat

pertumbuhan, demikian halnya dengan pemakaian obat

perangsang terhadap susunan saraf yang menyebabkan

terhambatnya produksi hormone pertumbuhan (Kementerian

Kesehatan RI, 2012 : 5,6,7).

E. Aspek-aspek Perkembangan yang di Pantau

1. Gerak kasar atau motorik kasar adalah aspek yan berhubungan dengan

kemampuan anak melakukan pergerakan dan sikap tubuh yang melibatkan

otot-otot besar seperti duduk, berdiri, dan sebagainya.

2. Gerak halus atau motorik halus adalah aspek yang berhubungan dengan

kemampuan anak melakukan gerakan yang melibatkan bagian-bagian

tubuh tertentu dan dilakukan oleh otot-otot kecil, tetapi memerlukan

koordinasi yang cermat seperti mengamati sesuatu, menjimpit, menulis,

dan sebagainya.

3. Kemampuan bicara dan bahasa adalah aspek yang berhubungan dengan

kemampuan untuk memberikan respons terhadap suara, berbicara,

berkomunikasi, mengikuti perintah dan sebagainya.

16

4. Sosialisasi dan kemandirian adalah aspek yang berhubungan dengan

kemampuan mandiri anak (makan sendiri, membereskan mainan selesai

mainan), berpisah dengan ibu/pengasuh anak, bersosialisasi dan

berinteraksi dengan lingkungannya dan sebagainya (Kementerian

Kesehatan RI, 2012 : 7).

F. Periode Tumbuh Kembang Anak

Tumbuh kembang anak berlangsung secara teratur, saling berkaitan dan

berkesinambungan yang dimulai sejak konsepsi sejak dewasa. Tumbuh kembang

anak terbagi dalam beberapa periode. Bedasarkan beberapa kepustakaan, maka

periode tumbuh kembang anak adalah sebagai berikut

1. Masa prenatal atau masa intra uterin (masa janin dalam kandungan)

Masa ini dibagi menjadi 3 periode, yaitu :

a. Masa zigot/mudigah, sejak saat konsepsi sampai umur kehamilan 2

minggu

b. Masa embrio, sejak umur kehamilan 2 minggu sampai 8/12 minggu.

Ovum yang telah dibuahi dengan dengan cepat akan menjadi suatu

organisme, terjadi diferensiasi yang berlangsung dengan cepart,

membentuk sistem organ dalam tubuh.

c. Masa janin/fetus, sejak umur kehamilan 9/12 minggu sampai akhir

kehamilan. Masa ini terdiri dari 2 periode yaitu :

1) Masa fetus dini yaitu sejak umur kehamilan 9 minggu sampai trimester

ke 2 kehidupan intrauterin. Pada masa ini terjadi percepatan

17

pertumbuhan, pembentukan jasad manusia sempurna. Alat tubuh telah

terbentuk serta mulai berfungsi

2) Masa fetus lanjut yaitu trimester akhir kehamilan. Pada masa ini

pertumbuhan berlangsung pesat disertai perkembangan fungsi-fungsi.

Akumulasi asam lemak esensial seri Omega 3 (Ducosa Hexanic Acid)

dan Omega 6 (Aracchidonic Acid) pada otak dan retina (Kementerian

Kesehatan RI, 2012).

Periode yang paling penting dalam masa prenatal adalah

trimester pertama kehamilan. Pada periode ini pertumbuhan otak janin

sangat peka terhadap pengaruh lingkungan janin. Gizi kurang pada ibu

hamil, bahan-bahan toksik, infeksi, merokok dan asap rokok, minuman

beralkohol, obat-obat, bahan-bahan toksik, pola asuh, depresi berat,

faktor psikologis seperti kekerasan terhadap ibu hamil, dapat

menimbulkan pengaruh buruk bagi pertumbuhan janin dan kehamilan.

Pada setiap ibu hamil, dianjurkan untuk selalu memperhatikan gerakan

janin setelah kehamilan 5 bulan (Kementerian Kesehatan RI, 2012).

Agar janin dalam kandungan tumbuh dan berkembangan

menjadi anak sehat, maka selama masa intra uterin, seorang Ibu

diharapkan :

a) Menjaga kesehatannya dengan baik

b) Selalu berada dalam lingkungan yang menyenangkan

c) Mendapat nutrisi yang sehat untuk janin yang dikandungnya

d) Memeriksa kesehatan nya secara teratur kesarana kesehatan

e) Memberi stimulasi terhadap janin

18

f) Tidak mengalami kekurangan kasih sayang dari suami dan

keluarganya

g) Menghindari stres baik fisik maupun psikis

h) Tidak bekerja berat yang dapat membahayakan kondisi

kehamilannya.

2. Masa bayi (infancy) umur 10 sampai 11 bulan

Masa ini dibagi menjadi 2 periode, yaitu :

a. Masa neonatal, umur 0 sampai 28 hari.

Pada masa ini terjadi adaptasi terhadap lingkungan dan terjadi perubahan

sirkulasi darah, serta mulainya berfungsi organ-organ. Masa neonatal

dibagi menjadi 2 periode :

1) Masa neonatal dini, umur 0-7 hari

2) Masa neonatal lanjut, umur 8-28 hari

Hal yang paling penting agar bayi lahir tumbuh dan berkembang menjadi

anak sehat adalah :

1) Bayi lahir ditolong oleh tenaga kesehatan yang terlatih, disarana

kesehatan yang memadai

2) Untuk mengantisipasi resiko buruk pada bayi saat dilahirkan, jangan

terlambat pergi kesarana kesehatan bila dirasakan sudah saatnya untuk

melahirkan

3) Saat melahirkan sebaik nya didampingi oleh keluarga yang dapat

menenangkan perasaan ibu

4) Berikan ASI segera mungkin. Perhatikan refleks menghisap

diperhatikan oleh karena berhubungan dengan masalah pemberian ASI

19

b. Masa post (pasca) neonatal, umur 29 hari sampai 11 bulan

Pada masa ini terjadi pertumbuhan yang pesat dan proses

pematangan berlangsung secara terus menerus terutama meningkatnya

fungsi sistem saraf. Seorang bayi sangat bergantung pada orang tua dan

keluarga sebagai unit pertama yang dikenalnya. Beruntunglah bayi yang

mempunyai orang tua yang hidup rukun, bahagia dan memberikan yang

terbaik untuk anak.

Pada masa ini, kebutuhan akan pemeliharaan kesehatan bayi,

mendapat ASI ekslusif selama 6 bulan penuh, diberikan imunisasi sesuai

jadwal, mendapat pola asuh yang sesuai. Masa bayi adalah masa dimana

kontak erat antara ibu dan anak terjalin sehingga dalam masa ini,

berpengaruh ibu dalam mendidik anak sangat besar.

3. Masa anak dibawah lima tahun (anak balita 12-59 bulan)

Pada masa ini, kecepatan pertumbuhan mulai menurun dan terdapat

kemajuan dalam perkembangan motorik (gerak kasar dan gerak halus) serta fungsi

eksrkresi. Periode penting dalam tumbuh kembang anak adalah pada masa balita

akan mempengaruhi dan menentukan perkembangan anak selanjutnya.

Setelah lahir terutama pada 3 tahun pertama kehidupan, pertumbuhan dan

perkembangan sel-sel otak masih berlangsung; dan terjadi pertumbuhan serabut-

serabut syaraf dan cabang-cabangnya, sehingga terbentuk jaringan syaraf dan otak

yang kompleks. Jumlah dan pengaturan hubungan-hubungan antaara sel syaraf

ini akan sangat mempengaruhi segala kinerja otak, mulai dari kemampuan belajar

berjalan, mengenal huruf, hingga bersosialisasi.

20

Pada masa balita, perkembangan perkembangan kemampuan bicara dan

bahasa, kreativitas kesadaran sosial,, emosional dan intelegensia berjalan sangat

cepat dan merupakan landasan perkembangan berikutnya. Perkembangan moral

serta dasar-dasar kepribadian anak juga dibentuk pada masa ini, sehingga setiap

kelainan/penyimpangan sekecil apapun apabila tidak dideteksi apalagi tidak

ditangani dengan baik, akan mengurangi kualitas sumber daya manusia

dikemudian hari.

4. Masa anak pra sekolah (anak umur 60-72 bulan )

Pada masa ini pertumbuhan berlangsung dengan stabil. Terjadi

perkembangan dengan aktivitas jasmani yang bertambah dan meningkatnya

keterampilan dan proses berfikir

Memasuki masa pra sekolah, anak mulai menunjukkan keinginannya

seiring dengan pertumbuhan dan perkembangan nya. Pada masa ini selain

lingkungan diluar rumah mulai diperkenalkan. Anak mulai berteman bahkan

banyak keluarga yang menghaiskan sebagian besar waktu anak bermain diluar

rumah dengan cara membawa anak ketaman bermain,taman-taman kota, atau

tempat tempat yang menyediakan fasilitas permainan untuk anak. Orang tua dan

keluarga diharapkan dapat memantau pertumbuhan dan perkembangan anaknya,

agar dapat dilakukan intervensi dini bila anak mengalami kelainan atau gangguan

(Kementerian Kesehatan RI, 2012 : 7-9).

G. Tahap Perkembangan Anak Menurut Umur

Pada tahap perkembangan anak menurut umur 36-48 bulan dapat dilihat

dari kotak sebagai berikut :

21

Umur 36-48 bulan

a. Berdiri dengan 1 kaki 2 detik

b. Melompat kedua kaki diangkat

c. Mengayuh sepeda roda tiga

d. Menggambar garis lurus

e. Menumpuk 8 buah kubus

f. Mengenal 2-4 warna

g. Menyebut nama, umur, tempat

h. Mengerti arti kata di atas, di bawah, di depan

i. Mendengarkan cerita

j. Mencuci dan mengeringkan tangan sendiri

k. Bermain bersama teman, mengikuti aturan permainan

l. Mengenakan sepatu sendiri

m. Mengenakan celana panjang, kemeja, baju

Sumber : (Kemenkes RI, 2012 hal : 12). Stimulasi Deteksi dan Intervensi Dini

Tumbuh Kembang Anak di tingkat pelayanan kesehatan dasar.

H. Stimulasi Tumbuh Kembang Balita dan Anak Pra Sekolah

Stimulasi adalah kegiatan merangsang kemampuan dasar anak umur 0-6

tahun agar anak tumbuh dan berkembang secara optimal. Setiap anak perlu

mendapat stimulasi rutin sedini mungkin dan terus menerus pada setiap

kesempatan. Stimulasi tumbuh kembang anak dilakukan oleh Ibu dan Ayah yang

merupakan orang terdekat dengan anak, pengganti ibu/pengasuh anak, anggota

keluarga lain dan kelompok masyarakat di lingkungan rumah tangga masing-

masing dan dalam kehidupan sehari-hari. Kurangnya stimulasi dapat

22

menyebabkan penyimpangan tumbuh kembang anak bahkan gangguan yang

menetap (Kementerian Kesehatan RI, 2012 : 15).

Kemampuan dasar anak yang dirangsang dengan stimulasi terarah adalah

kemampuan gerak halus, kemampuan bicara dan bahasa serta kemampuan

sosialisasi dan kemandirian. Dalam melakukan stimulasi tumbuh kembang anak,

ada beberapa prinsip dasar yang perlu diperhatikan, yaitu :

1. Stimulasi dilakukan dengan dilandasi rasa cinta dan kasih sayang

2. Selalu tunjukan sikap dan prilaku yang baik karena anak akan meniru tingkah

laku orang –orang yang terdekat dengannya

3. Berikan stimulasi sesuai dengan cara mengajak anak bermain, bernyanyi,

bervariai, menyenangkan, tanpa paksaan dan tidak ada hukuman

4. Berikan stimulasi sesuai dengan umur anak

5. Lakukan stimulasi secara bertahap dan berkelanjutan sesuai umur anak,

terhadap 4 aspek kemampuan dasar anak

6. Gunakan alat bantu/permainan yang sederhana , aman dana ada disekitar anak

7. Berikan kesempatan yangs ama pada nak laki-laki dan perempuan

8. Anak selalu diberikan pujian, bila perlu beri hadiah atas keberhasilannya

(Kementerian Kesehatan RI, 2012 : 15).

I. Deteksi Dini Tumbuh Kembang Anak

Deteksi dini tumbuh kembang anak adalah kegiatan/pemeriksaan untuk

menemukan secara dini adanya penyimpangan tumbuh kembang pada balita dan

anak prasekolah. Dengan ditemukan secara dini penyimpangan/masalah tumbuh

kembang anak, maka intervensi akan lebih mudah dilakukan.

23

Ada tiga jenis deteksi dini tumbuh kembang yang dapat dikerjakan:

1. Deteksi dini penyimpangan pertumbuhan, yaitu untuk mengetahui/

menemukan status gizi kurang/buruk dan mikro/makrosefalis.

2. Deteksi dini penyimpangan perkembangan, yaitu untuk mengetahui gangguan

perkembangan anak (keterlambatan), gangguan daya lihat, gangguan daya

dengar.

3. Deteksi dini penyimpangan mental emosional, yaitu untuk mengetahui adanya

masalah mental emosional, autism dan gangguan pemusatan perhatian dan

hiperaktivitas (Kementerian Kesehatan RI, 2012 : 40).

J. Deteksi Dini Penyimpangan Pertumbuhan Anak

Pengukuran BB/TB adalah untuk menentukan status gizi anak,

normal,kurus,kurus sekali atau gemuk. Jadwal pengukuran BB/TB sesuai dengan

jadwal deteksi dini tumbuh kembang balita, pengukuran dan penilaian BB/TB

dilakukan oleh tenaga kesehatan terlatih. Pengukuran Berat Badan/BB :

1. Menggunakan Timbangan Bayi

Timbangan bayi digunakan untuk menimbang anak sesuai umur 2 tahun

atau selama anak masih bisa berbaring /duduk tenang

a. Letakkan timbangan pada meja yang datar dan tidak mudah bergoyang

b. Lihat posisi jarum atau angka harus menunjuk ke angka 0

c. Bayi sebaiknya telanjang,tanpa topi, kaus kaki, sarung tangan

d. Baringkan bayi dengan hati-hati diatas timbangan

e. Lihat jarum timbangan sampai berhenti

f. Baca angka yang ditunjukkan oleh jarum timbangan atau angka timbangan

24

g. Bila bayi terus menerus bergerak, perhatikan gerakan jarum, baca angka

ditengah-tengah antara gerakan jarum keakanan-kekiri

2. Menggunakan Timbangan Injak

a. Letakkan timbangan dilantai yang datar sehingga tidak mudah bergerak

b. Lihat posisi jarum atau angka harus menunjuk ke angka 0

c. Anak sebaiknya memakai baju sehari-hari yang tipis, tidak memakai alas

kaki, jaket, topi, jam tangan,kalung, dan tidak memegang sesuatu.

d. Lihat jarum timbangan sampai berhenti

e. Baca angka yang ditunjukkan oleh jarum timbangan untuk angka

timbangan

f. Bila bayi terus menerus bergerak, perhatikan gerakan jarum, baca angka

ditengah-tengah antara gerakan jarum keakanan-kekiri (Kementerian

Kesehatan RI, 2012).

Pengukuran panjang badan (PB) atau Tinggi Badan (TB) :

a. Cara mengukur dengan posisi berbaring

1) Sebaiknya dilakukan oleh 2 orang

2) Bayi dibaringkan telentang pada alas yang datar

3) Kepala bayi menempel pada pembatas angka 0

4) Petugas 1 : kedua tangan memegang kepala bayi agar teatp menempel

pada pembatas angka 0 (pembatas kepala)

5) Petugas 2 : tangan kiri menekan lutut bayi agar lurus, tangan kanan

menekan batas atas kaki ketelapak kaki

6) Petugas 2 membaca angka ditepi diluar pengukur

25

Gambar 1

Pengukuran Panjang Badan Dengan Posisi Berbaring

Sumber : Paud Anak Bermain dan Belajar, 2015

b. Cara mengukur dengan cara posisi berdiri

1) Anak tidak memakai sendal atau sepatu

2) Berdiri tegak menghadap kedepan

3) Punggung dan pantat,tumit menempel pada tiang pengukur

4) Baca angka pada batas tersebut

Gambar 2

Pengukuran Tinggi Badan dengan Posisi Berdiri

Sumber : Paud Anak Bermain dan Belajar, 2015

26

c. Penggunaan Tabel BB/TB (Direktorat Gizi Masyarakat, 2002)

1) Ukur tinggi/panjang dan timbang berat badan anak, sesuai cara diatas

2) Lihat kolom tinggi/panjang badan anak yang sesuai dengan hasil

pengukuran

3) Pilih kolom berat badan untuk laki-laki (kiri) atau perempuan (kanan)

sesuai jenis kelamin anak, cara angka bert badan tersebut, lihat bagian

atas kolom untuk mengetahui angka Standar Deviasi (SD)

(Kementerian Kesehatan RI, 2012 : 41,42).

Pengukuran Lingkaran Kepala anak (LKA) :

1) Tujuan pengukuran lingkaran kepala anak adalah untuk mengetahui

lingkaran kepala anak dalam batas normal atau diluar batas normal

2) Jadwal disesuaikan dengan umur, umur 0-11 bulan pengukuran

dilakukan setiap tiga bulan. Pada anak yang lebih besar, umur 12-72

bulan, pengukuran dilakukan setiap enam bulan. Pengukuran dan

penilaian lingkaran kepala anak dilakukan oleh tenaga kesehatan

terlatih

3) Cara mengukur lingkaran kepala :

a) Alat pengukuran dilingkarkan di kepala anak melewati dahi,

menutupi alis mata, diatas kedua telinga dan bagian belakang

kepala yang menonjol, tarik agak kencang

b) Baca angka pada pertemuan dengan angka 0

c) Tanyakan tanggal lahir bayi/anak, hitung umur bayi/ anak

d) Hasil pengukuran dicatat pada grafik lingkaran kepala menurut

umur dan jenis kelamin anak

27

e) Buat garis yang menghubungkan ukuran yang lalu dengan ukuran

yang sekarang

Gambar 3

Pengukuran Lingkar Kepala

Sumber : Kemenkes RI, 2012

Interpretasi :

1) Bila ukuran lingkaran kepala anak berada di dalam “jalur hijau” maka

lingkaran kepala anak normal

2) Bila ukuran lingkaran kepala anak berada diluar “jalur hijau” maka

lingkaran kepala anak tidak normal

3) Lingkaran kepala anak tidak normal ada 2 (dua), yaitu makrosefal bila

diatas “jalur hijau” dan mikrosefal bila berada dibawah (Kementerian

Kesehatan RI, 2012 : 50).

K. Deteksi Dini Penyimpangan Perkembangan Anak

1. Skrining/pemeriksan perkembangan anak menggunakan kuesioner

Pra Skrining Perkembangan (KPSP)

Tujuan skrining/pemeriksaan perkembangan anak menggunakan KPSP

adalah untuk mengetahui perkembangan anak normal atau ada penyimpangan.

Jadwal skrining pemeriksaan KPSP rutin adalah pada umur 3, 6, 9, 12, 15, 18, 21,

24, 30, 36, 43, 48, 60, 66, dan 72 bulan. Jka anak belum mencapai umur skrining

28

tersebut, minta ibu dating kembali pada umur skrining yan terdekat untuk

pemeriksaan rutin. Misalnya bayi umur 7 bulan diminta kembali untuk skrinning

KPSP pada umur 9 bulan (Kementerian Kesehatan RI, 2012 : 52).

Apa bila orang tua datang dengan keluhan anaknya mempunyai maslaah

tumbuh kembang, sedangkan umur anak bukan umur skrining maka pemeriksaan

menggunakan KPSP untuk umur skrining terdekat yang lebih muda. Skrining/

pemeriksaan dilakukan oleh tenaga kesehatan, guru TK dan petugas PADU

terlatih. Alat/instrumen yang digunakan adalah :

a. Formulir KPSP menurut umur, formulir ini berisi 9-10 pertanyaan tentang

kemampuan perkembangan yang telah dicapai anak. Sasaran KPSP anak umur

0-72 bulan

b. Alat bantu pemeriksan berupa :pensil,kertas,bola sebesar bola

tenis,kerincingan, kubus berukuran sisi 2,5 cm sebanyak6 buah, kismis,kacang

tanah, potongan biskuit kecil berukuran 0,5-1 cm

Cara menggunakan KPSP :

1) Pada waktu pemeriksaan/ skrining anak harus dibawa

2) Tentukan umur anak dengan menyakan tanggal bulan dan tahun anak

lahir bila umur anak lebih 16 hari dibulatkan menjadi 1 bulan.

Contoh : bayi bila umur bayi 3 bulan 16 hari, dibulatkan menjadi 4 bulan.

Bila umur bayi 3 bulan 15 hari dibulatkan menjadi 3 bulan

3) Setelah menentukan umur anak pilih KPSP yang sesuai dengan umur anak

4) KPSP terdiri atas 2 macam pertanyaan, yaitu:

a) Pertanyaan yang dijawab oleh ibu/pengasuh anak,contoh :”dapatkah

bayi makan kue sendiri?”

29

b) Perintah kepada ibu/pengasuh anak atau petugas untuk melaksanakan

tugas yang tertulis pada KPSP. Contoh :”pada posisi bayi anda

terlentang, tariklah bayi pada pergelangan tangannya secara perlaha-

lahan keposisi duduk”.

5) Jelaskan kepada orangtua agar tidak ragu-ragu atau takut menjawab, oleh

karena itu pastikan ibu/pengasuh anak mengerti apa yang ditanyakan

kepadanya

6) Tanyakan pertanyaan tersebut secara berurutan , satu persatu. Setiap

pertanyaan hanya ada 1 jawaban, Ya atau Tidak. Catat jawaban tersebut

pada formulir

7) Anjurkan pertanyaan yang berikutnya setelah ibu/pengasuh anak

menjawab pertanyaan terdahulu

8) Teliti kembali apakah semua pertanyaan telah dijawab

Interprestasi hasil KPSP

1) Hitung berapa jumlah jawaban Ya.

a) Jawaban YA, bila ibu/pengasuh anak menjawab : anak bisa atau

pernah atau sering atau kadang-kadang melakukannya

b) Jawaban Tidak, nila ibu/ pengasuh anak menjawab : anak belum

pernah melakukan atau tidak pernah atau ibu/pengasuh anak tidak

tahu

2) Jumlah Jawaban „Ya‟ = 9-10, perkembangan anak sesuai dengan tahap

perkembangannya (S)

3) Jumlah Jawaban „Ya‟ = 7 atau 8, perkembangan anak meragukan (M)

30

4) Jumlah Jawaban „Ya‟= 6 atau kurang, kemungkinan ada penyimpangan

(P)

Untuk jawaban „Tidak”, perlu dirinci jumlah jawaban „Tidak‟ menurut

jenis keterlambatan (gerak kasar, gerak halus, bicara dan bahasa,

sosialisasi dan kemandirian). (Kementerian Kesehatan RI, 2012 : 52,53)

Intervensi :

a) Bila perkembangan anak sesuai umur(S) lakukan tindakan berikut :

(1) Beri pujian kepada ibukarena telah mengasuh anaknya denga baik

(2) Teruskan pola asuh anak sesuai dengan tahp perkembangan anak

(3) Beri stimulasi perkembangan anak setiap saat, sesering mungkin,

sesuai dengan umur dan kesiapan anak

(4) Ikutkan anak pada kegiatan penimbangan dan pelayanan kesehatan

di posyandu secara teratur 1 bulan sekali dan setiap ada kegiatan

bina keluarga balita (BKB) . Jika anak sudah memasuki usia pra

sekolah (36-37 bulan), anak dapat diikutkan pada kegiatan dipusat

Pendidikan Anak Usia Dini (PAUD), kelompok bermain dan taman

kanak-kanak.

(5) Lakukan pemeriksaan/skrining rutin menggunakan KPSP setiap 3

bulan pada anak berumur kurang dari 24 bulan dan setiap 6 bulan

pada anak umur 24 sampai 72 bulan.

b) Bila perkembangan anak meragukan (M) lakukan tindakan berikut :

(1) Beri petunjuk pada ibu agar melakukan stimulasi perkembangan

pada anak lebih sering lagi, setiap saat dan sesering mungkin.

31

(2) Ajarkan ibu cara melakukan intervensi stimulasi perkembangan

anak untuk mengatasi penyimpangan/ mengejar

ketertinggalannya.

(3) Lakukan pemeriksaan kesehatan untuk mencari kemungkinan

adanya penyakit yang menyebabkan penyimpangan

perkembangannya

(4) Lakukan penilaian ulang KPSP 2 minggu kemudian dengan

menggunakan daftar KPSP yang sesuai dengan umur anak

(5) Jika KPSP ulang jawaban „YA‟ tetap 7 atau 8 maka kemungkinan

ada penyimpangan (P)

c) Bila tahapan perkembangan terjadi penyimpangan (P) lakukan

tindakan berikut :

Rujukan kerumah sakit dengan menuliskan jenis dan jumlah

penyimpangan perkembangan (gerak kasar,gerak halus,bicara dan

bahasa, sosialisasi dan kemandirian)

(Kementerian Kesehatan RI, 2012 : 53).

2. Tes Daya Dengar (TDD)

Tujuan tes daya dengar adalah untuk menemukan gangguan pendengaran

sejak dini, agar dapat segera ditindak lanjuti untuk meningkan kemampuan daya

dengar dan bicara anak. Jadwal TDD adalah setiap 3 bulan pada umur bayi umur

kurang dari 12 bulan dan setiap 6 bulan keatas.

Tes ini dilaksanakan oleh tenaga kesehatan, guru TK, tenaga PADU dan

petugas terlatih lainnya. Alat sarana yang diperlukan yaitu instrumen TDD

32

menurut umur anak, gambar binatang (ayam, anjing, kucing), manusia,mainan

(boneka, kubus, sendok, cangkir, bola). Cara melakukan TDD :

a. Tanyakan tanggal,bulan dan tahun anak lahir, hitung umur anak dalam bulan

b. Pilih daftar pertanyaan TDD yang sesuai dengan umur anak

c. Pada anak umur kurang dari 24 bulan :

1) Semua pertanyaan harus dijawab oleh orang tua/pengasuh anak. Tidak

usah ragu-ragu atau takut menjawab, karena tidak untuk mencari siapa

yang salah.

2) Bacakan pertanyaan dengan lambat jelaskan dengan nyaring, satu persatu,

berurutan.

3) Tunggu jawaban dari orang tua/pengasuh anak

4) Jawaban YA jika menurut orangtau/pengasuh, anak dapat melakukannya

dalam 1 bulan terakhir

5) Jawaban TIDAK jika menurut orang tua /pengasuh anak tidak pernah,

tidak tahu atau tak dapat melakukannya dalam 1 bulan terakhir

d. Pada anak umur 24 bulan atau lebih :

1) Pertanyaan-pertanyaan berupa perintah melalui orang tua/pengasuh untuk

dikerjakan oleh anak

2) Amati kemampuan anak dalam melakukan perintah orang tua/pengasuh

3) Jawaban YA jika anak dapat melakukan perintah orangtua/pengasuh

4) Jawaban TIDAK jika anak tidak dapat atau tidak mau melakukan perintah

orangtua/pengasuh

33

Interpretasi :

1) Bila ada 1 atau lebih jawaban TIDAK, kemungkinan anak mengalami

gangguan pendengaran

2) Catat dalam Buku KIA atau kartu kohort bayi/balita atau status/catatan

medik anak,jenis kelainan

Intervensi :

1) Tindak lanjut sesuai dengaj pedoman yang ada

2) Rujuk ke RS bila tidak dapat ditanggulangi

(Kementerian Kesehatan RI, 2012 : 70).

3. Tes Daya Lihat (TDL)

Tujuan tes daya lihat adalah untuk mendeteksi secara dini kelainan daya

lihat agar segera dapat dilakukan tindakan lanjutan sehingga kesempatan untuk

memperoleh ketajaman daya lihat menjadi lebih besar. Jadwal tes daya lihat

dilakukan setiap 6 bulan pada anak usia prasekolah umur 36 sampai 72 bulan. Tes

ini dilaksanakan oleh tenaga kesehatan, guru TK, tenaga PADU dan petugas

terlatih lainnya. Alat/sarana yang diperlukan adalah ruangan yang bersih,tenang

dengan penyinaran yang baik, dua buah kursi, 1 untuk anak, 1 untuk

pemeriksa,poster E untuk digantung dan kartu “E” untuk dipegang anak.

Cara melakukan tes daya lihat :

a. Pilih suatu ruangan ynag bersih dan tenang, dengan penyinaran yang baik

b. Gantungkan poster “E” setinggi mata anak pada posisi duduk

c. Letakkan sebuah kursi sejauh 3 meter dari poster “E” menghadap keposter “E”

d. Letakkan sebuah kursi lainnya dismaping poster “E” untuk pemeriksa

34

e. Pemeriksa meberikan kartu “E” pada anak. Latih anak dalam mengarahkan

kartu “E” menghadap atas, bawah, kiri dan kanan; sesuai yang ditunjuk pada

poster “E” oleh pemeriksa. Beri pujian setiap kali anak mau melakukannya,

lakukan hal ini sampai ank dapat mengarahkan kartu “E” dengan benar.

f. Selanjutnya anak diminta menutup sebelah matanya dengan buku/kertas

g. Dengan alat petunjuk,tunjuk huruf “E” pada poster, satu persatu, mulai baris

pertama sampai baris keempat atau baris “E” terkecil yang masih dapat dilihat

h. Puji anak setiap kali dpat mencocokkan posisi kartu “E” yang dipegangnya

dnegan huruf “E” Pada poster

i. Ulangi pemeriksaan tersebut pada mata satunta dengan cara yang sama

j. Tulis baris “E” terkecil yang masih dapat dilihat,pada kertas yang telah

disediakan :

Mata kiri :............ mata kanan:.........

Interpretasi :

Anak prasekolah umumnya tidak mengalami kesulitan melihat sampai baris

ketiga pada poster “E”. Bila kedua mata anak tidak dapat melihat sampai baris

ketiga poster “E”, artinya tidak dapat mencocokkan arah kartu “E” pada baris

ketiga yang ditunjukoleh pemeriksa, kemungkinanan anak mengalami

gangguan daya lihat

Intervensi :

Bila kemungkinan anak mengalami gangguan daya lihat, minta anak datang

lagi untuk pemeriksaan ulang. Bila pada pemeriksaan berikutnya,anak tidak

dapat melihat sampai baris yang sama atau tidak bisa melihat baris yang sama

35

dengan kedua matanya, rujuk kerumah sakit dengan menuliskan mata yang

mengalami gangguan (kanan,kiri atau keduanya)

(Kementerian Kesehatan RI, 2012 : 71).

L. Deteksi Dini Penyimpangan Mental Emosional

Deteksi dini penyimpangan mental emosional adalah kegiatan

/pemeriksaan untuk menemukan secara dini adanya masalah mental emosional,

autisme dan gangguan pemusatan perhatian dan hiperaktivitas pada anak,agar

dapat segera dilakukan tindakan intervensi. Bila penyimpangan mental emosional

terlambat diketahui, maka intervensinya akan lebih sulit dan hal ini akan

berpengaruhpada tumbuh kembang anak. Deteksi dini dilakukan oleh tenaga

kesehatan (Kementerian Kesehatan RI, 2012 : 74).

Ada beberapa jenis alat yang digunakan untuk mendeteksi secara dini

adanya penyimpangan mental emosional pada anak, yaitu :

1. Kuesioner Masalah Mental Emosional (KMEE) bagi anak umur 36 bulan

sampai 72 bulan

2. Ceklis autis anak prasekolah (Checklist For Autism in Toddlers/CHAT) bagi

anak umur 18 bulan sampai 36 bulan

3. Formulir deteksi dini Gangguan Pemusatan Perhatian dan Hiperaktivitas

(GPPH) menggunakan Abreviated Conner Rating Scale bagi anak umur 36

bulan keatas

a. Deteksi dini Masalah Mental Emosional pada anak Prasekolah

Tujuannya adalah untuk mendeteksi secara dini adanya

penyimpangan/masalah mental emosional pada anak prasekolah. Jadwal

36

deteksi dini mental emosional adalah rutin setiap 6 bulan pada anak umur

36 bulan sampai 72 bulan jadwal ini sesuai dengan jadwal

skrining/pemeriksaan perkembangan anak.

Alat yang digunakan adalah kusioner Masalah Mental Emosional (KMEE)

yang terdiri dari 12 pertanyaan untuk mengenali problem mental

emosional anak umur 36 bulan sampai 72 bulan (Kementerian Kesehatan

RI, 2012 : 74).

Cara melakukan :

1) Tanyakan setiap pertanyaan dengan lambat,jelas dan nyaring satu

persatu prilaku yang tertulis pada KMEE pada orang tua/pengasuh

anak

2) Catat jawaban YA kemudian hitung jumlah jawaban YA

Interpretasi :

Bila ada jawaban YA maka kemungkinan anak mengalami masalah mental

emosional

Intervensi :

1) Bila jawaban YA hanya 1 :

Lakukan konseling kepada orang tua menggunakan buku pedoman

pola asuh yang mendukung perkembangan anak.

Lakukan evaluasi setelah 3 bulan, bila tidak ada perubahan rujuk

kerumah sakit yang memiliki fasilitas kesehatan jiwa/tumbuh kembang

anak.

37

2) Bila jawaban YA ditemukan 2 (dua) atau lebih:

Rujuk kerumah sakit yang meiliki fasilitas kesehatan jiwa/tumbuh

kembang anak rujukan harus disertai informasi mengenai jumlah dan

masalah mental emosional yang ditemukan (Kementerian Kesehatan

RI, 2012 : 74).

M. Deteksi Dini Autis pada Anak Prasekolah

Tujuannya adalah untuk mendeteksi secara dini adanya autis pada anak

umur 18 bulan sampai 36 bulan, jadwal deteksi dini autis pada anak prasekolah

dilakukan atas indikasi atau bila ada keluhan dari ibu/pengasuh atau ada

kecurigaan tenaga kesehatan, kader kesehatan,BKB,petugas PADU, pengelola

TPA dan guru TK keluhan tersebut dapat berupa salah satu atau lebih keadaan

dibawah ini :

1. Keterlambatan berbicara

2. Gangguan komunikasi /interaksi sosial

3. Prilaku yang berulang-ulang

Alat yang digunakan adalah CHAT (Checlkist for autism in Tolddlers). CHAT

ini ada 2 jenis pertanyaan,yaitu :

1) Ada 9 pertanyaan yang dijawab oleh orang tua /pengasuh anak

Pertanyaan diajukan secara berurutan, satu persatu, dan jelaskan kepada

orangtua untuk tidak ragu-ragu atau takut menjawab nya

2) Ada 5 perintah bagi anak, untuk melaksanakan tugas seperti yang tertulis

CHAT

38

Cara menggunakan CHAT :

1) Ajukan pertanyaan dengan lambat, jelas dan nyaring, satu persatu prilaku

yang tertulis pada CHAT kepada orang tua atau pengasuh anak

2) Lakukan pengamatan kemampuan anak sesuai dengan tugas pada CHAT

3) Catat jawaban orangtua/pengasuh anak dan kesimpulan hasil pengamatan

kemampuan anak, YA atau TIDAK. Teliti kembali apakah semua

pertanyaan telah dijawab.

Interpretasi :

1) Resiko tinggi menderita Autis : Bila jawaban “TIDAK”pada pertanyaan

A5, A7, B2, B3, dan B4.

2) Resiko rendah menderita Autis : bila jawaban “TIDAK” pada pertanyaan

A7 dan B4.

3) Kemungkian gangguan perkembangan lain :bila jawaban “Tidak”jumlah

nya 3 atau lebih untuk pertanyaan A1-A4; A6; A8-A9;B1;B5

4) Anak dalam batas normal bila tidak termasuk dalam kategori 1, 2 dan 3

Intervensi :

Bila anak resiko menderita autis atau kemungkinan ada gangguan

perkembangan, rujuk kerumah sakit yang memiliki fasilitas kesehatan

jiwa/tumbuh kembang (Kementerian Kesehatan RI, 2012 : 76).

N. Deteksi Dini Gangguan Pemusatan Perhatian dan Hiperaktivitas (GPPH)

Tujuannya adalah untuk mengetahui secara dini anak adanya gangguan

pemusatan perhatian dan Hiperaktivitas (GPPH) pada anak usia 36 bulan keatas.

Jadwal deteksi dini GPPH pada anak Prasekolah dilakukan atas indikasi atau bila

39

ada keluhan dari orang tua /pengasuh anak atau ada kecurigaan tenaga kesehatan,

kader kesehatan, BKB, petugas PADU, pengelola TPA dan guru TK. Keluhan

tersebut dapat berupa salah satu atau lebih keadaan dibawah ini :

1. Anak tidak bisa duduk tenang

2. Anak selalu bergerak tanpa tujuan dan tidak pernah kenal lelah

3. Perubahan suasana hati yang mendadak/implusif

Alat yang digunakan adalah formulir dteksi dini Gangguan Pemusatan

Perhatian dan Hiperaktifitas/GPPH (Abbreviated Conners Ratting Scale).formulir

ini terdiri 10 pertanyaan yang ditanyakan kepada orang tua/pengasuh anak/guru

TK dan pertanyaan yang perlu pengamatan pemeriksa.

Cara menggunakan Formulir deteksi dini GPPH :

a. Ajukan pertanyaan dengan lambat, jelas, dan nyaring, satu persatu prilaku

yang tertulis pada formulir deteksi dini GPPH. Jelaskan kepada

orangtua/pengasuh anak untuk tidak ragu-ragu atau takut menjawab

b. Lakukan pengamatan kemampuan anak sesuai dengan pertanyaan pada

formulir deteksi dini GPPH.

c. Keadaan yang ditanyakan /diamati pada anak dimanapun anak berada,

misalketika dirumah, sekolah dasar, pasar, toko, dll); setiap saat dan ketiaka

anak dengan siapa saja

d. Catat jawaban dan hasil pengamatan prilaku anak selama dilakukan

pemeriksaan.

Interpretasi :

Beri nilai pada masing-masing jawaban sesuai dengan “bobot nilai “

berikut ini dan jumlahkan nilai masing-masing jawaban menjadi nilai total

40

Nilai 0 : jika keadaan tersebut tidak ditemukan pada anak

Nilai 1 : jika keadaan tersebut kadang-kadang ditemukan pada anak

Nilai 2: jika keadaan tersebut sering ditemukan pada anak

Nilai 3 : jika keadaan tersebut selalu ada pada anak

Bila nilai total 13 atau lebih anak kemungkinan dengan GPPH.

Intervensi :

a. Anak dnegan kemungkinan GPPH perlu dirujuk ke Rumah sakit yang

memiliki fasilitas kesehatan jiwa/tumbuh kembang anak untuk konsultasi dan

lebih lanjut

b. Bila nilai total kurang dari 13 tetapi ada ragu-ragu, jadwalkan pemeriksaan

ulang 1 bulan kemudian. Anjurkan pertanyaan kepada orang-orang terdekat

dengan anak (orangtua, pengasuh, nenek, guru, dsb)

(Kementerian Kesehatan RI, 2012 : 78).

O. Intervensi dan Rujukan Dini Penyimpangan Tumbuh Kembang Anak

Penyimpangan/masalah perkembangan pada anak dipengaruhi oleh banyak

faktor diantaranya tingkat kesehatan dan status gizi anak disamping pengaruh

lingkungan hidup dan tumbuh kembang anak yang juga merupakan salah satu

faktor dominan. Apabila anak umur 0-5 tahun kurang mendapat stimulasi

dirumah, maka biasanya akan mendapatkan gejala-gejala yang mengarah pada

kemungkinan ada penyimpangan perkembangan.

Pada anak tersebut apa bila dilakukan intervensi dini yang dilakukan

secara benar dan intensif, sebagian besar gejala-gejala penyimpangan dapat

diatasi dan anak akan tumbuh berkembangnormal seperti anak sebaya lainnya.

41

Tujuan intervensi dan rujukan dini perkembangan anak adalah suatu mengkoreksi

memperbaiki dan mengatasi masalah atau penyimpangan perkembangan sehingga

anak dapat tumbuh dan berkembang secara optimal sesuai dengan potensinya.

Waktu yang paling tepat untuk melakukan intervensi dan rujukan dini

penyimpangan perkembangan anak adalah sesegera mungkin ketika usia anak

masih dibawah 5 tahun. Lima tahun pertama kehidupan sesorang anak merupakan

“jendela kesempatan” dan masa keemasan” bagi orang tua dan keluarganya dalam

meletakkan dasar-dasar kesehatan fisik kemampuan beradaptasi dengan

lingkungan sosial budanya nya. Bila penyimpangan sulit dan hal ini akan

berpengaruh pada tumbuh kembang anak.

1. Intervensi Dini Penyimpangan

Intervensi dini penyimpangan perkembangan adalah tindakan tertentu

pada anak yang perkembangan kemampuannya menyimpang karena tidak sesuai

dengan umurnya. Penyimpangan perkembangan bisa terjadi pada salah satu atau

lebih kemampuan ankak yaitu kemampuan gerak kasar,gerak halus,bicara dan

bahasa serta sosialisasi dan kemandirian anak

Tindakan intervensi dini tersebut berupa stimulasi perkembangan terarah

yang dilakukan secara intensif dirumah selama 2 minggu yang di ikuti dengan

evaluasi hasil intervensi stimulasi perkembangan.

2. Intervensi Perkembangan

Intervensi perkembangan anak dilakukan atas indikasi yaitu:

a. Perkembangan meragukan (M) artinya kemampuan anak tidak sesuai

dengan yang seharusnya dimiliki anak, yaitu bila pada umur skrining 3, 6,

42

9,12, 15, 18 bulan dan seterusnya, pemeriksaan KPSP jawaban “YA”=7

atau 8.

Lakukan intervensi sebagai berikut :

1) Pilih kelompok umur stimulasi yang lebih muda dari umur anak pada

BAB III buku pedoman ini. Misalnya : menurut KPSP, anak umur 12

bulan belum bisa berdiri, maka dilihat kelompok umur stimulasi 9-12

bulan atau lebih muda ( bukan kelompok umur stimulasi 12-15 bulan).

Karena kemampuan berdiri merupakan gerak kasar maka lihat kontak

“kemampuan gerak kasar.

2) Ajari orang tua cara melakukakan intervensi sesuai dengan

masalah/penyimpangan yang ditemukan pada anak tersebut. Misalnya ,

anak mempunyai penyimpangan gerak kasar, maka di intervensi

adalah gerak kasarnya. Pada contoh diatas anak harus dilatih berdiri

3) Beri petunjuk pada orang tua dan keluarga untuk mengintervensi

anak sesering mungkin penuh kesabaran dan kasih sayang, bervariasi

dan sambil bermain dengan anak agar ia tidak bosan

4) Intervensi pada anak dilakukan secara intensif setiap hari sekitar I 3-4

jam, selama 2 minggu. Bila anak terlihat senang dan tidak bosan,

waktu intervensi dapat ditambah, bila anak menolak atau rewel,

intervensi dihentikan dahulu, dilanjutkan apabila anak sudah dapat

diintervensi lagi

5) Minta orang tua atau keluarga datang kembali/kontrol 2 minggu

kemudian untuk dilakukan evaluasi hasil intervensi dan melihat apakah

43

ada kemajuan /perkembangan atau tidak. Evaluasi dilakukan dengan

menggunakan KPSP yang sesuai dengan umur skrining terdekat

b. Bila seorang anak mempunyai masalah/penyimpangan perkembangan,

sedangkan umur anak sehat itu bukan pada umur jadwal skrining, maka

lakukan intervensi perkembangan sesuai dengan masalah yang ada sebagai

berikut :

1) Misalnya anak umu 19 bulan belum bisa menyebut nama ayah ibunya

dengan panggilan seperti “papa” “mama” artinya ada penyimpangan

kemampuan bahasa dan bicara

2) Sedangkan intervensi merupakan untuk sekelompok umur lebih muda

pada contoh diatas stimulasi untuk kelompok umur yang lebih muda

pada contoh diatas stimulasi untuk kelompok umur 15-18 bulan, tahap

diberikan.

3) Ajari orang tua cara melakukan intervensi perkembangan anak

sebagaimana yang dianjurkan pada kotak stimulasi tersebut

4) Beri petunjuk orang tua dan keluarga untuk mengintervensi anak

sesering mungkin penuh kesabaran dan kasih sayang, bervariasi dan

sambil bermain dengan anak agar ia tidak bosan

5) Intervensi pada anak dilakukan secara intensif setiap hari sekitar 3-4

jam selama 2 minggu. Bila anak terlihat senang dan tidak bosan waktu

intervensi dapat ditambah. Bila anak menolak atau rewel, intervensi

dihentikana dahulu, dilanjutkan apabila anak sudah dapat diintervens

lagi

44

6) Minta orang tua atau keluarga datang kembali/kontrol 2 minggu

kemudian untuk dilakukan evaluasi hasil intervensi dan melihat apakah

ada kemajuan/perkembangan atau tidak . evaluasi dilakukan dengan

dengan menggnakan KPSP yang sesuai dengan ukuran skrining yang

terdekat

c. Evaluasi intervensi perkembangan

Cara melakukan hasil evaluasi hasil intervensi perkembangan adalah :

1) Apabila umur anak sesuaia dengan jadwal umur skrining ( umur 3, 6,

9, 12, 15, 18 bulan dan seterusnya), maka lakukan evaluasi hasil

intervensi dengan menggunakan formulir KPSP sesuai dengan umur

anak

2) Apabila umur anak tidak sesuai dengan jadwal umur skrining (umur 3,

6, 9, 12, 15, 18 bulan dan seterusnya), maka lakukan evaluasi hasil

intervensi dengan menggunakan formulir KPSP sesuai dengan umur

anak untuk umur yang lebih muda, paling dekat dengan umur anak,

seperti contoh berikut ini :

a) Bayi umur 6 bulan lewat 3 minggu ,gunakan KPSP untuk umur 6

bulan

b) Anak umur 17 bulan lewat 18 hari, gunakan KPSP untuk umur 15

bulan

c) Anak umur 35 bulan lewat 20 hari, gunakan KPSP untuk umur 30

bulan

3) Bila hasil evaluasi intervensi ada kemajuan artinya jawaban “YA” 9

atau 10, artinya perkembangan sesuai dengan umurnya sekarang,

45

misalnya : umur 17 bulan lewat 20 hari pilih KPSP umur 18 bulan ;

umurv 35 bulan lewat 20 hari, KPSP umur 36 bulan

4) Bila hasil evaluasi intervensi jawaban “YA” tetap 7-8, kerjakan

langkah-langkah berikut :

Teliti kembali apakah ada masalah :

a) Intensitas intervensi perkembangan yang dilakukan dirumahapakah

sudah dilakukan secara intensif ?

b) Jenis kemampuan perkembangan anak yang diintervensi apakah

sudah dilakukan secara tepat dan benar ?

c) Cara memberikan intervensi apakah sudah sesuai dengan petunjuk

dan nasihat tenaga kesehatan ?

d) Lakukan pemeriksaan fisik yang teliti apakah ada masalah gizi ?

penyakit pada anak ? kelainan organ-organ terkait ?

5) Bila ditemukan salah satu masalah atau lebih diatas :

a) Bila ada masalah gizi atau anak sakit, tangani kasus tersebut sesuai

pedoman/ standar tatalaksana kasus yang ada ditingkat pelayanan

dasar seperti manajemen terpadu balita sakit (MTBS) tatalaksana

gizi buruk dan sebagainya

b) Bila untervensi dilakukan secara tidak intensif, kurang tepat, atau

tidak sesuai dengan petunjuk/nasihat tenaga kesehatan , sekali lagi

ajari orang tua dan keluarga cara melakukan intervensi

perkembangan yang intensif yang tepat dan benar. Bila dampingi

orang tau/keluarga ketika melakukan intervensi pada anaknya

46

6) Kemudian lakukan evaluasi hasil intervensi yang kedua dengan cara

yang sama jika :

a) Bila kemampuan perkembangan anak ada kemajuan berilah pujian

kepad orang tua dan anak. Anjurkan orang tua dan keluarga untuk

terus melakukan intervensi dirumah dan kontrol kembali pada

jadwal umur skrining berikutnya

b) Bila kemampuan perkembangan tidak ada kemajuan berarti ada

penyimpangan perkembangan anak (P) dan anak perlu segera

dirujuk kerumah sakit yang memiliki tenaga dokter spesialis anak ,

kesehatan jiwa, rehabilitasi medik, psikolog dan ahli terapi

(fisioterapis,terapis bicara dan sebagainya).

d. Rujukan dini penyimpangan perkembangan anak

Rujukan diperlukan jika masalah /penyimpangan anak tidak dapat

ditangani meskipun sudah dilakukan tindakan intervensi dini. Rujukan

penyimpangan tumbuh kembang anak dilakukan secara berjenjang,

sebagai berikut :

1) Tingkat keluarga dan masyarakat

Keluarga dan masyarakat (orangtua, anggota keluarga lainnya dan

kader) dianjurkan untuk membawa anaknya ketenaga kesehatan

dipuskesmas dan jaringan atau rumah sakit. Orangtua/keluarga perlu

diingat agar membawa catatan pemantauan tumbuh kembang yanga da

didalam buku KIA.

2) Tingkat Puskesmas dan jaringannya

a) Pada rujukan dini, bidan dan perawat di posyandu, polindes, pustu

termasuk puskeling, melakukan tindakan intervensi dini

47

penyimpangan tumbuh kembang sesuai standar pelayanan yang

terdapat pada buku pedoman

b) Bila kasus penyimpangan tersebut ternyara memerlukan

penanganan lanjut, maka dilakukan rujukan ke TIM medis di

puskesmas (dokter, bidan, perawat, nutrisionis, dan tenaga

kesehatan terlatih lainnya)

3) Tingkat Rumah Sakit rujukan

Bila kasus penyimpangan tersebut tidak dapat ditangani dipuskesmas

atau memerlukan tindakan yang khusus maka perlu dirujuk kerumah

sakit (Kementerian Kesehatan RI, 2012 : 80-83).

P. GIZI KURANG

Gizi kurang adalah seseorang yang mengalami rendahnya energi protein

dalam makanan sehari-hari atau mengalami suatu pemyakit tertentu.

1. Prevelensi Gizi Kurang

Menurut arum atmaukarta (2007) sasaran pembangunan nasinal dan

proyeksi gizi kurang pada balita, Indonesia pada tahun 2000 memiliki angka gizi

kurang sebesar 17,1%, pada tahun 2001 gizi kurang di Indonesia sebesar 19,8%,

pada tahun 2002 gizi kurang di Indonesia sebesar 19,3%, pada tahun 2003 gizi

kurang di Indonesia sebesar 19,2%, pada tahun 2005 gizi kurang di Indonesia

sebesar 19,2%, berdasarkan data dari tahun 2000 s/d 2005 angka kasus gizi

kurang di Indonesia cukup mendatang tetapi kalau dilihat angka tersebut cukup

tinggi dibandingkan dengan negara-negara Asean.

48

Adapun kalau di bandingkan dengan negara ASEAN angka gizi kurang di

Indonesia dari tahun 1996-2005 dapat dilihat sebagai berikut.

Tabel 2

Perbandingan Angka Gizi Kurang di Negara Asean

No Negara Gizi kurang pada balita (%) BBLR (%)

1 Malaysia 11 9

2 Thailand 18 9

3 Filipina 20 28

4 Srilangka 22 29

5 Vietnam 27 9

6 Indonesia 28 9

7 Myanmar 32 15

8 Kamboja 45 11

9 Timor Leste 46 12

2. Faktor Penyebab Gizi Kurang

Adapun yang menjadi penyebab gizi kurang di masyarakat adalah sebagai

berikut :

a. Akses terhadap pangan rendah

b. Makanan ibu hamil kurang kalori dan protein, atau terserang penyakit

c. Bayi baru lahir tidak diberi kolostrum

d. Bayi sudah diberi MP ASI sebelum usia 4/6 bulan

e. Pemberian makanan padat pada bayi terlalu lambat

f. Anak dibawah umur <2 tahun, kurang diberi makanan atau densitas energy

kurang

g. Makanan tidak mempunyai zat gizi mikro yang cukup

h. Penanganan diare yang tidak benar

i. Makanan kotor / terkontaminasi

j. Kemiskinan

k. Kuranganya pendidikan dan keterampilan

49

l. Krisis ekonomi

Faktor-faktor tersebut merupakan hal-hal yang sangat komplek dan berkaitan

antara faktor yang satu dengan faktor yang lainya (Alamsyah, 2013 : 129)

3. Kelompok Resiko Gizi Kurang

Adapun kelompok resiko gizi kurang yang beresiko adalah sebagai

berikut:

a. Bayi dan balita (anak-anak)

b. Ibu hamil

4. Gejala Dan Akibat

Gizi kurang akut biasanya mudah untuk dilakukan pendeteksian, adapun

gejala-gejala yang biasa yang dikenali apabila bayi dan balita mengalami gizi

kurang adalah sebagai berikut :

a. Berat badan anak akan kurus dan kurang

b. Tinggi badan yang tidak sesuai dengan grafik pertumbuhan

c. Anak akan tumbuh dengan lambat

Apabila anak mempunyai dengan gejala seperti di atas maka akan

berkaitan pada perkembangan otak dan psikologis si anak, pertumbuhan si anak

dan rentan terkena penyakit infeksi lainya. Maka untuk itu diupayakan supaya

faktor penyebab gizi kurang dapat dihindari (Alamsyah, 2013 : 130,131).

Program penanggulangannya

Adapun 9 (sembilan) program pokok penanggulangan gizi adalah sebagai berikut:

1) Mainstream gizi. Pada kebijakan dan program pembangunan

2) Meningkatkan ketahanan pangan dan gizi

50

3) Melindungi konsumen dengan meningkatkan kualitas dan keamanan pangan

4) Mencegah dan menanggulangi penyakit infeksi

5) Mempromosikan ASI eksklusif

6) Memperhatikan golongan rentan

7) Mencegah dan menanggulangi kekurangan gizi mikro

8) Mempromosikan pola hidup sehat

9) Surveilands gizi

(Alamsyah, 2013 : 131).

5. Indikator Status Gizi

Tabel 3

Tabel Indikator Status Gizi

Indikator Status Gizi Z-Score

BB/U

Gizi Buruk <-3,0 SD

Gizi Kurang -3,0 SD s/d<-2,0 SD

Gizi Baik -2,0 SD s/d 2,0 SD

Gizi Lebih >2,0 SD

TB/U

Sangat Pendek <-3,0 SD

Pendek -3,0 SD s/d <-2,0 SD

Normal ≥-2,0 SD

BB/TB

Sangat Kurus <-3,0 SD

Kurus -3,0 SD s/d < -2,0 SD

Normal -2,0 SD s/d 2,0 SD

Gemuk >2,0 SD

Sumber : Kepmenkes No. 1995/MENKES/SK/XII/2010 tentang standar

antropometri penilaian status gizi anak.

Indikator Status Gizi

a. Indeks Berat Badan menurut Umur (BB/U)

1) Memberikan indikasi masalah gizi secara umum karena berat badan

berkorelasi positif dengan umur dan tinggi badan.

51

2) Berat badan menurut umur rendah dapat disebabkan karena pendek

(masalah gizi kronis) atau menderita penyakit infeksi (masalah gizi akut).

b. Indeks Tinggi Badan menurut Umur (TB/U)

1) Memberikan indikasi masalah gizi yang sifatnnya kronis sebagai akibat

dari keadaan yang berlangsung lama.

2) Misalnya: kemiskinan, perilaku hidup tidak sehat, dan asupan makanan

kurang dalam waktu yang lama sehingga mengakibatkan anak menjadi

pendek.

c. Indeks Berat Badan menurut Tinggi Badan(BB/TB)

1) Memberikan indikasi masalah gizi yang sifatnya akut sebagai akibat dari

peristiwa yang terjadi dalam waktu yang tidak lama (singkat).

2) Misalnya terjadi wabah penyakit dan kekurangan makan (kelaparan) yang

menyebabkan anak menjadi kurus.

3) Indikator BB/TB dan IMT/U dapat digunakan untuk identifikasi kurus dan

gemuk. Masalah kurus dan gemuk pada umur dini dapat berakibat pada

risiko berbagai penyakit degenerative pada saat dewasa (Teori Barker).

6. Kebutuhan Gizi Bayi dan Balita

Berikut angka kecukupan gizi rata-rata yang dianjurkan bagi anak dengan

aktifitas fisik rata-rata sebagaimana anak pada umumnya (Astuti Setiyani. Sukesi,

A. Esyuananik, 2016 : 152,153).

Tabel 4

Angka Kecukupan Gizi Rata-rata yang Dianjurkan bagi Anak

Kelompok

Umur

Energi

(Kkal)

Protein

(gram)

Vitamin A

(RE) Besi (mg)

Kalsium

(mg)

1-3 1000 25 400 8,2 500

4-6 tahun 1.550 39 450 9 500

52

Selain hal tersebut, anak juga berikan aneka makanan yang terdiri dari :

a. Makanan pokok, seperti : nasi, ubi, sagu

b. Lauk hewani : ikan, telur, hati, ayam dan daging

c. Lauk nabati : tempe, tahu, kacang-kacangan

d. Sayur dan buah-buahan

e. Beri makanan selingan 2 kali sehari, contoh : bubur kacang hijau, pisang,

biskuit, kue tradisional dan kue lainnya.

Dalam pemenuhan gizi pada anak, Ibu dan keluarga harus membiasakan

memberi asupan gizi yang terbaik untuk buah hatinya dan disesuaikan dengan

kemampuan finansial dan kemudian memperolehnya. Hal yang perlu diperhatikan

adalah : pemilihan bahan makanan, pengolahan, termasuk kebersihannya pada

saat proses memasak dan penyajiannya serta cara pemberiannya terhadap anak

(Astuti Setiyani. Sukesi, A. Esyuananik, 2016 : 152,153,154).

Tabel 5

Kebutuhan Nutrisi pada Bayi Umur 12-24 Bulan dan Anak Prasekolah

Bahan

Bayi 6-12

Bulan

(900 Kkal)

Anak 1-3 Tahun

(1.200 Kkal)

Anak 4-5

tahun (1.700)

Nasi 1 ½ gelas tim

halus

2 ¼ gelas 3 gelas

Daging/tempe/telur/ikan 1 potong 1-2 potong 2-4

Sayuran 2 sendok

makan

1 ½ gelas 2 gelas

Buah 1 buah/potong 3 buah/potong 3 buah/potong

ASI Lanjutkan Hingga 2 tahun -

Susu - 1 gelas 1 gelas

Minyak 1 sendok

makan

1 ½ sendok

makan

2 sendok

makan

Gula - 2 sendok makan 2 sendok

makan

53

7. Pengertian Status Gizi

Status gizi merupakan ekspresi dari keadaan keseimbangan dalam bentuk

variabel tertentu atau perwujudan dari nutriture dalam bentuk variabel tertentu (I

Dewa Nyoman Supariasa. Bachyar Bakri. Ibnu Fajar, 2016). Pada tahun 2004

word healt organization (WHO) mengelompokkan Indonesia sebagai negara yang

memiliki kurang gizi pada penduduknya. Pada saat itu angka gizi kurang dan gizi

buruk di Indonesia berjumlah 5.119.935 dari total kelompok balita sejumlah

17.984.224 balita. Kelompok ini merupakan angka yang menunjukkan

pertumbuhan yang sangat pesat (Almatsier, 2009).

Unicef (1988) telah mengembangkan kerangka konsep makro sebagai

salah satu strategi untuk menanggulangi masalah kurang gizi. Dalam kerangka

tersebut di tunjukan bahwa masalah gizi kurang dapat disebabkan oleh sebagai

berikut.

a. Penyebab langsung

Makanan dan penyakit dapat secara langsung menyebabkan gizi kurang.

Timbulnya gizi kurang tidak hanya dikarenakan asupan makanan yang kurang,

tetapi juga penyakit. Anak yang mendapat cukup makanan tetapi sering menderita

sakit, pada akhirnya dapat menderita gizi kurang. Demikian pula pada anak yang

tidak memperoleh cukup makan, maka daya tahan tubuhnya akan melemah dan

akan mudah terserang penyakit.

b. Penyebab tidak langsung

Ada 3 (tiga) penyebab tidak langsung yang menyebabkan gizi kurang yaitu

sebagai berikut :

54

1) Ketahanan pangan keluarga yang kurang memadai. Setiap keluarga

diharapkan mampu untuk memenuhi kebutuhan pangan seluruh anggota

keluarganya dalam jumlah yang cukup baik jumlah maupun mutu gizinya.

2) Pola pengasuhan anak kurang memadai. Setiap keluarga dan masyarakat

diharapkan dapat menyediakan waktu, perhatian, dan dukungan terhadap anak

agar dapat tumbuh kembang dengan baik, baik fisik, mental dan sosial.

3) Pelayanan dan kesehatan dan lingkungan kurang memadai. Sistem pelayanan

kesehatan yang ada diharapkan dapat menjamin penyediaan air bersih dan

sarana pelayanan kesehatan dasar yang terjangkau oleh setiap keluarga yang

membutuhkan (Almatsier, 2009).

8. Pengertian Gizi

Ilmu gizi (nutrition science) adalah ilmu yang mempelajari segala sesuatu

tentang makanan dalam hubungannya dengan kesehatan optimal. Kata “GIZI”

berasal dari bahasa arab ghidza, yang berrti “makanan” di satu sisi ilmu gizi

berkaitan dengan makanan dan di sisi lain dengan tubuh manusia.

Zat Gizi (Nutrien) adalah ikatan kimia yang diperlukan tubuh untuk

melakukan fungsinya, yaitu menghasilkan energi ,membangun dan memelihara

jaringan serta mengatur proses-proses kehidupan.

Status Gizi adalah keadaan tubuh sebagai akibat konsumsi makanan dan

penggunaan zat-zat. Dibedakan antara status gizi buruk, kurang, baik dan lebih.

Secara klasik kata gizi hanya hubungkan dengan kesehatan tubuh, yaitu

untuk menyediakan energi, membangun,memelihara jaringan tubuh, serta

mengatur proses-proses kehidupan dalam tubuh. Tetapi, sekarang kata gizi

mempunyai pengertian lebih luas di samping untuk kesehatan, gizi di kaitkan

55

dengan potensi ekonomi seseorang, karena gizi berkaitan dengan perkembangan

otak, kemampuan belajar, dan produktivitas kerja. Oleh karena itu, di Indonesia

sekarang sedang membangun, faktor gizi di samping faktor-faktor lain dianggap

penting untuk memacu pembangunan, khususnya yang berkaitan dengan

pengembangan sumber daya manusia berkualitas (Almatsier, 2009).

9. Ruang Lingkup Gizi

Bila dikaji pengertian ilmu gizi lebih mendalam, dapat disimpulkan bahwa

ruang lingkupnya cukup luas. Perhatian ilmu gizi dimulai dari cara produksi

pangan (agronomi dan peternakan); perubahan-perubahan yang terjadi pada tahap

pasca panen dari mulai penyedian pangan, distribusi dan pengelolaan ; konsumsi

makanan; dan cara-cara pemanfaatan makanan oleh tubuh dalam keadaan sehat

dan sakit. Oleh karena itu, ilmu gizi sangat erat kaitanya dengan ilmu-ilmu

agronomi, peternakan, ilmu pangan, mikrobiologis, biokimia , faal, biologi

molekuler dan kedokteran. Karena konsumsi makanan dipengaruhi oleh kebiasaan

makanan, prilaku makan, dan keadaan ekonomi maka ilmu gizi juga berkaitan

dengan ilmu-ilmu sosial seperti antropologi, sosiologi, psokologi, dan ekonomi

(Almatsier, 2009).

10. Perkembangan Ilmu Gizi

Ilmu gizi merupakan ilmu yang relatif baru. Pengakuan pertama ilmu gizi

sebagai cabang ilmu yang berdiri sendiri terjadi pada tahun 1926, ketika Marry

Swartz Rose dikukuhkan sebagai Profesor Ilmu Gizi pertama di Universitas

Columbia, New York, Amerika Serikat. Namun, perhatian mengenali hal-hal yang

berkaitan dengan makanan sesungguhnya sudah terjadi sejak lama (Almatsier,

2009).

56

11. Kebutuhan Gizi Berkaitan Dengan Proses Tubuh

Makanan sehari –sehari yang dipilh dengan baik akan memberikan semua

zat gizi yang dibutuhkan untuk fungsi normal tubuh. Sebaliknya, bila makanan

tidak dipilih dengan baik tubuh akan mengalami kekurangan zat-zat esensial

tertentu. Zat gizi esensial adalah zat gizi yang harus didatangkan dari makanan

bila di kelompokkan, ada tiga fungsi zat gizi dalam tubuh.

a. Memberi Energi

Zat- zat Gizi yang dapat memberikan energi adalah karbohidrat, lemak,

dan protein. Oksidasi zat-zat gizi ini menghasilkan energi yang diperlukan tubuh

untuk melakukan kegiatan/aktivitas. Ketiga zat gizi termasuk ikatan organik yang

mengandung karbon yang dapat dibakar. Ketiga zat gizi terdapat dalam jumlah

paling banyak dalam bahan pangan. Dalam fungsi sebagai zat pemberi energi,

ketiga zat gizi tersebut dinamakan zat pembakar.

b. Pertumbuhan dan Pemeliharaan Jaringan Tubuh

Protein, mineral,dan air adalah sebagai dari jaringan tubuh. Oleh karena

itu, di perlukan untuk membentuk sel-sel baru, memelihara dan menganti sel-sel

yang rusak. Dalam fungsi ini ketiga zat gizi tersebut dinamakan zat pembangun.

c. Akibat Gangguan Gizi Terhadap Fungsi Tubuh

Konsumen makanan berpengaruh terhadap status gizi seseorang , status

gizi baik atau status gizi optimal terjadi bila tubuh memperoleh cukup zat-zat gizi

yang digunakan secara efisien, sehingga memungkinkan pertumbuhan fisik,

perkembangan otak, kemampuan kerja dan kesehatan secara umum pada tingkat

setinggi mungkin. Status gizi kurang terjadi bila tubuh mengalami kekurangan

satu atau lebih zat-zat gizi esensial. Status gizi lebih terjadi bila tubuh

57

memperoleh zat-zat gizi dalam jumlah berlebihan, sehingga menimbulkan efek

toksi atau membahayakan. Baik pada status gizi kurang, maupun status gizi lebih

terjadi gangguan gizi.

Gangguan gizi disebabkan oleh faktor primer atau sekunder. Faktor primer

adalah bila susunan makanan seseorang salah dalam kuantitas dan kualitas yang

disebabkan oleh kurangnya penyediaan pangan, kurang baiknya distribusi pangan,

kemiskinan, ketidaktahuan, kebiasaan makan yang salah, dan sebagainya. Faktor

sekunder meliputi semua faktor yang menyebabkan zat-zat gizi tidak sampai di

sel-sel tubuh setelah makanan dikonsumsi. Misalnya faktor-faktor yang

menyebabkan terganggunya pencernaan, seperti gigi-geligi yang tidak baik,

kelainan struktur saluran cerna dan kekurangan enzim (Almatsier, 2009).

Di beberapa bagian di dunia terjadi masalah gizi kurang atau masalah gizi

lebih secara epidemis. Negara-negara berkembang seperti sebagian besar Asia,

Afrika, Amerika Tengah dan Amerika Selatan pada umumnya mempunyai

masalah gizi kurang.

d. Akibat Gizi Kurang Pada Proses Tubuh

Akibat kurang gizi terhadap proses tubuh bergantung pada zat-zat gizi apa

yang kurang. Kekurangan gizi secara umum ( makanan kurang dalam kuantitas

dan kualitas) menyebabkan gangguan pada proses-proses:

1) Pertumbuhan

Anak-anak tidak tumbuh menurut potensialnya. Protein digunakan

sebagai zat pembakar, sehingga otot-otot menjadi lembek dan rambut mudah

rontok. Anak-anak yang berasal dari keadaan ekonomi rendah.

58

2) Produksi tenaga

Kekurangan energi berasal dari makanan, menyebabakan seseorang

kekurangan tenaga untuk bergerak, bekerja,dan melakukan aktifitas. Orang

menjadi malas, merasa lemah, dan produktivitas kerja menurun.

3) Pertahanan tubuh

Daya tahan terhadap tekanan atau stress menurun. Sistem imunitas dan

antibody berkurang, sehingga orang mudah terserang infeksi seperti

pilek,batuk, diare. Pada anak-anak hal ini dapat membawa kematian.

4) Struktur dan fungsi otak

Kurang gizi pada usia muda dapat berpengaruh terhadap

perkembangan mental, dengan demikian kemampuan berfikir. Otak mencapai

bentuk maksimal pada usia dua tahun. Kekurangan gizi dapat berakibat

terganggunya fungsi otak secara permanen.

5) Prilaku

Baik anak-anak maupun orang dewasa yang kurang gizi menunjukkan

prilaku tidak tenang. Meraka mudah tersinggung, cengeng,dan apatis. Dari

keterangan di atas tampak bahwa gizi yang baik merupakan modal bagi

pengembangan sumber daya manusia (Almatsier, 2009).

12. Cara-cara yang dapat dilakukan untuk Menaikkan Berat Badan

a. Pijat TUI NA

Pijat Tui Na ini merupakan tehnik pijat yang lebih spesifik untuk

mengatasi kesulitan makan pada balita dengan cara memperlancar peredaran

darah pada limpa dan pencernaan, melalui modifikasi dari akupunktur tanpa

jarum, teknik ini menggunakan tenik penekanan pada titik meridian tubuh atau

59

garis aliran energi sehingga relatif lebih mudah dilakukan dibandingkan

akupuntur (Sukanta, 2010).

Teknik pijat :

1) Tekan sedikit ibu jari anak, dan gosok garis di pinggir ibu jari sisi telapaknya,

dari ujung ibu jari hingga ke pangkal ibu jari antara 100-500 gerakan .

2) Pijat tekan melingkar bagian pangkal ibu jari yang paling tebal berdaging 100-

300 kali, ini uraikan akumulasi makanan yang belum di cerna serta

menstimulasi lancarnya sistem cerna.

3) Gosok melingkar tengah telapak tangan 100-300 kali, dengan radius lingkaran

kurang lebih 2/3 dari tengah telapak ke pangkal jari kelingking. Stimulasi ini

memperlancar sirkulasi daya hidup dan darah, serta harmoniskan 5 organ

utama tubuh.

4) Tusuk dengan kuku anda serta tekan melingkar titik yang berada di tengah

lekuk buku jari yang terdekat dengan telapak, untuk jari telunjuk, tengah,

manis, dan kelingking. Tusuk dengan kuku 3-5 kali dan pijat tekan 30-50 kali

pertitik, ini memecah stagnasi di meridian dan menghilangkan akumulasi

makanan.

5) Tekan melingkar dengan bagian tengah telapak tangan anda di area tempat

diatas pusarnya, searah jarum jam 100-300 kali, ini menstimulasi makanan

agar lebih lancar.

6) Dengan kedua ibu jari, tekan dan pisahkan garis dibawah rusuk menuju perut

samping 100-300 kali, ini memperkuat fungsi limpa dan lambung yang juga

memperbaiki pencernaan.

60

7) Tekan melingkar titik di bawah lutut bagian luar, sekitar 4 lebar jari anak di

bawah tempurung lututnya, 50-100 kali, ini akan harmoniskan lambung, usus,

dan pencernaan.

8) Pijat secara umum punggung anak, lalu tekan dengan ringan tulang

punggungnya dari atas ke bawah 3 kali. Lalu cubit kulit di kiri-kanan tulang

ekor dan merambat keatas hingga lebar, 3-5 kali. Ini memperkuat konstitusi

tubuh anak, mendukung aliran chi (daya hidup) sehat dan memperbaiki nafsu

makan anak (file:///D:/Referensi/babii%20pijat%20tui%20na.pdf).

Himbauan Pada Pijat Tui Na

1) Pemijatan hanya boleh dilakukan 1 kali dalam sehari selama 6 hari berturut

turut

2) Pada umumnya, 1 seri pijatan diatas sudah cukup untuk dilakukan, bila

pemijat merasa perlu untuk menambah pijatan baru, sebaiknya berikan jeda 1-

2 hari sebelum melakukan seri pijatan baru

3) Tidak disarankan untuk memaksa anak makan di saat ia tidak ma , karena hal

ini hanya akan memicu trauma psikologis anak terhadap makanan. Tidak

membiasakan anak untuk makan sambil membaca atau bermain.

b. MODISCO

Modisco singkatan dari Modified Dried Skimmed Milk and Coconut Oil

yang banyak digunakan di Indonesia merupakan modifikasi yang digunakan di

Uganda (1973). Modifikasi dilakukan dengan pertimbangan ketersediaan bahan

lokal, selera, daya cerna, kebutuhan kalori serta tingkat KEP sendiri. Modisco

dicoba pertama kali untuk anak-anak yang mengalami gangguan gizi berat di

Uganda (Afrika) dengan hasil memuaskan (Depkes RI, 2003).

61

Modisco diberikan kepada:

1) Penderita KEP berat (Marasmus, Kwarshiorkor, Marasmic Kwarshiorkor)

2) Penderita penyakit infeksi menahun

3) Orang yang baru sembuh dari penyakit berat

4) Mereka yang sulit makan, karena kelainan bawaan seperti gangguan pangkal

tenggorokan

5) Anak sehat tapi kurus badannya

6) Anak yang sedang menghadapi ujian

7) Orang yang sering berolahraga berat

8) Keuntungan modisco:

a) Mengandung tinggi energi dan tinggi protein

b) Mudah dicerna

c) Dapat meningkatkan berat badan lebih cepat

d) Porsinya kecil sehingga memudahkan anak untuk menghabiskan kendala

dan alternatif pemberian modisco :

(1) Bahan modisco tidak selalu berasal dari susu skim tetapi bisa

disesuaikan dengan bahan makanan yang ada di daerah setempat.

(2) Apabila di daerah tidak terdapat minyak kelapa, maka dapat diganti

yang ada di daerah tersebut (minyak jagung, biji kapas, kacang dll).

Jika tidak suka minyak dapat diganti dengan margarin atau minyak

sayur.

(3) Jika anak tidak suka susu, dalam hal ini modisco diberikan dengan

sonde, atau dicampur dengan makanan atau minuman yang disukai

anak.

62

(4) Bila nafsu makan anak kurang, ada dua cara untuk mengatasinya,

yaitu:

(a) Diberikan dalam bentuk yang lebih pekat energinya dengan

volume sedikit

(b) Diberikan lewat sonde

(5) Adanya gangguan pencernaan (diare), bisa dimulai dengan susu skim,

ditambah 5% gula pasir dan 5% tepung.

(6) Modisco tidak boleh diberikan kepada anak yang gemuk, bayi berusia

6 bulan dan para penderita penyakit ginjal, hati dan jantung.

Tabel 6

Formula untuk kep berat/gizi buruk

Macam“modisco” Bahan Kandungan gizi Catatan

Modisco ½ Susu skim 10 gr

(1 sdm)

Gula pasir 5 gr (1

sdt)

Minyak kelapa

2½ gr (½ sdt)

Energi : 80

kkal

Protein : 3,5 gr

Lemak : 2,5 gr

Modisco I Susu skim 10 gr

(1 sdm) atau full

cream 12 gr

(2 sdm)

Gula 5 gr (1 sdt)

Minyak kelapa 5

gr (½ sdm)

Energi : 100

kkal

Protein : 3,5 gr

Lemak : 3,5 gr

Diberikan kepada

KEP berat dengan

Edema

Diberikan 100

kkal/kg BB/hari

Modisco II Susu skim 10 gr

(1 sdm) atau full

cream 12 gr

(2 sdm)

Gula 5 gr (1 sdt)

Margarin 5 gr

(½ sdm)

Energi : 100

kkal

Protein : 3,5 gr

Lemak : 4 gr

Diberikan pada

KEP tanpa Edema

Diberikan 125

kkal/kg BB/hari

63

Modisco III Susu full cream

12 gr (1¼ sdm)

atau susu segar

100 cc

(½ gelas)

Gula 7,5 gr (1½

sdt)

Margarin 5 gr

(½ sdm)

Energi : 130

kkal

Protein : 3 gr

Lemak : 7,5 gr

Diberikan setelah

pemberian

Modisco I dan II

Pemberian

Modisco III ±10

hari

Diberikan 150

kkal/kg BB/hari

Sumber : http://ninnarohmawati.blogspot.com/2013/12/leaflet-modisco.html

(ninnarohmawati, 2013 : 12)

c. Pemberian Makanan Tambahan (PMT)

Makanan tambahan adalah makanan bergizi sebagai tambahan selain

makanan utama bagi kelompok sasaran guna memenuhi kebutuhan gizi. Makanan

Tambahan Pemulihan bagi balita adalah makanan bergizi yang diperuntukkan

bagi balita usia 6-59 bulan sebagai makanan tambahan untuk pemulihan gizi

(Kementrian Kesehatan RI, 2011 : 3).

1) Prinsip PMT

Menurut panduan penyelenggaraan PMT bagi balita gizi kurang, prinsip dasar

PMT adalah sebagai berikut :

a) PMT Pemulihan diberikan dalam bentuk makanan atau bahan makanan

lokal dan tidak diberikan dalam bentuk uang.

b) PMT Pemulihan hanya sebagai tambahan terhadap makanan yang

dikonsumsi oleh balita sasaran sehari-hari, bukan sebagai pengganti

makanan utama.

c) PMT Pemulihan dimaksudkan untuk memenuhi kebutuhan gizi balita

sasaran sekaligus sebagai proses pembelajaran dan sarana komunikasi

antar ibu dari balita sasaran.

64

2) Jenis dan bentuk PMT

a) Makanan tambahan pemulihan diutamakan berbasis bahan makanan atau

makanan lokal. Jika makanan lokal terbatas, dapat digunakan makanan

pabrikan yang tersedia di wilayah setempat dengan memperhatikan

kemasan label dan masa kadaluarsa untuk keamanan pangan.

b) Makanan tambahan pemulihan diberikan untuk memenuhi kebutuhan gizi

balita sasaran.

c) PMT Pemulihan merupakan tambahan makanan untuk memenuhi

kebutuhan gizi balita dari makanan keluarga.

d) Makanan tambahan balita ini diutamakan berupa sumber protein hewani

maupun nabati (misalnya telur/ikan/daging/ayam, kacang –kacangan atau

penukar) serta sumber vitamin dan mineral yang diutamakan berasal dari

sayur-sayuran dan buah-buahan setempat.

e) Makanan tambahan diberikan sekali sehari selama 90 hari berturut-turut.

f) Makanan tambahan pemulihan berbasis bahan makanan/lokal ada 2 jenis

yaitu berupa:

(1) MP-ASI ( untuk bayi dan anak berusia 6-23 bulan)

(2) Makanan tambahan untuk pemulihan anak balita usia 24-59 bulan

berupa makanan keluarga.

(3) Bentuk makanan tambahan pemulihan yang diberikan kepada balita

dapat disesuaikan dengan pola makanan sebagaiman pada tabel

berikut:

65

Tabel 7

Pola Pemberian Makanan Bayi dan Balita

Umur

(Bulan) ASI

Jenis Makanan

Makanan

Lumat

Makanan

Lembek

Makanan

Keluarga

0-6* √

6-8 √ √

9-11 √ √

12-23 √ √

24-59 √

Keterangan : 6* = 5 bulan 29 hari

Sumber : Depkes RI 2011