BAB II TINJAUAN PUSTAKA A....

13
BAB II TINJAUAN PUSTAKA A. Enterobiasis Enterobiasis / penyakit cacing kremi adalah infeksi usus pada manusia yang disebabkan oleh cacing E. vermicularis. Enterobiasis merupakan infeksi cacing yang terbesar dan sangat luas dibandingkan dengan infeksi cacing lainnya. Hal ini disebabkan karena adanya hubungan yang erat antara parasit ini dengan manusia dan lingkungan sekitarnya. Parasit ini lebih banyak didapatkan diantara kelompok dengan tingkat sosial yang rendah, tetapi tidak jarang ditemukan pada orang-orang dengan tingkat sosial yang tinggi (Soedarto, 1995). Enterobiasis juga merupakan penyakit keluarga yang disebabkan oleh mudahnya penularan telur baik melalui pakaian maupun alat rumah tangga lainnya. Anak berumur 5-14 tahun lebih sering mengalami infeksi cacing E. vermicularis dibandingkan dengan orang dewasa yang lebih bisa menjaga kebersihan dibandingkan anak-anak (Depkes RI, 1989) Pertumbuhan telur cacing tergantung pada tingkat pertumbuhan, temperatur dan kelembaban udara. Telur yang belum masak lebih mudah rusak dari pada telur yang masak. Telur cacing rusak pada temperatur 45ºC dalam waktu 6 jam. Udara yang dingin dan ventilasi yang jelek merupakan kondisi yang baik untuk pertumbuhan telur cacing. 4

Transcript of BAB II TINJAUAN PUSTAKA A....

Page 1: BAB II TINJAUAN PUSTAKA A. Enterobiasisdigilib.unimus.ac.id/files/disk1/106/jtptunimus-gdl-sitirusmin... · BAB II TINJAUAN PUSTAKA A. Enterobiasis Enterobiasis / penyakit cacing

BAB II

TINJAUAN PUSTAKA

A. Enterobiasis

Enterobiasis / penyakit cacing kremi adalah infeksi usus pada

manusia yang disebabkan oleh cacing E. vermicularis. Enterobiasis

merupakan infeksi cacing yang terbesar dan sangat luas dibandingkan dengan

infeksi cacing lainnya. Hal ini disebabkan karena adanya hubungan yang erat

antara parasit ini dengan manusia dan lingkungan sekitarnya. Parasit ini lebih

banyak didapatkan diantara kelompok dengan tingkat sosial yang rendah,

tetapi tidak jarang ditemukan pada orang-orang dengan tingkat sosial yang

tinggi (Soedarto, 1995).

Enterobiasis juga merupakan penyakit keluarga yang disebabkan

oleh mudahnya penularan telur baik melalui pakaian maupun alat rumah

tangga lainnya. Anak berumur 5-14 tahun lebih sering mengalami infeksi

cacing E. vermicularis dibandingkan dengan orang dewasa yang lebih bisa

menjaga kebersihan dibandingkan anak-anak (Depkes RI, 1989)

Pertumbuhan telur cacing tergantung pada tingkat pertumbuhan,

temperatur dan kelembaban udara. Telur yang belum masak lebih mudah

rusak dari pada telur yang masak. Telur cacing rusak pada temperatur 45ºC

dalam waktu 6 jam. Udara yang dingin dan ventilasi yang jelek merupakan

kondisi yang baik untuk pertumbuhan telur cacing.

4

Page 2: BAB II TINJAUAN PUSTAKA A. Enterobiasisdigilib.unimus.ac.id/files/disk1/106/jtptunimus-gdl-sitirusmin... · BAB II TINJAUAN PUSTAKA A. Enterobiasis Enterobiasis / penyakit cacing

5

B. Enterobius vermicularis

1. Klasifikasi E. vermicularis

Enterobius vermicularis dapat diklasifikasikan sebagai berikut :

Phylum : Nematoda

Kelas : Plasmidia

Ordo : Rabtidia

Super famili : Oxyuroidea

Family : Oxyuridea

Genus : Enterobius

Species : Enterobius vermicularis

(Faust dan Russel,1992)

Ciri umum dari kelas nematoda adalah : bentuk tubuh silindrik,

tidak bersegmen, bilateral simetris seperti ular, mempunyai rongga tubuh,

mempunyai saluran pencernaan, mempunyai kelamin jantan dan betina,

reproduksi secara oviparus dan viviparus, tubuh tertutup kitikulum.

2. Morfologi E. vermicularis

a. Morfologi telur E. vermicularis.

Ukuran telur E. vermicularis yaitu 50-60 mikron x 20-30

mikron (rata-rata 55 x 26 mikron). Telur berbentuk asimetris, tidak

berwarna, mempunyai dinding yang tembus sinar dan salah satu

sisinya datar. Telur ini mempunyai kulit yang terdiri dari dua lapis

yaitu : lapisan luar berupa lapisan albuminous, translucent, bersifat

mechanical protection. Di dalam telur terdapat bentuk larvanya

Page 3: BAB II TINJAUAN PUSTAKA A. Enterobiasisdigilib.unimus.ac.id/files/disk1/106/jtptunimus-gdl-sitirusmin... · BAB II TINJAUAN PUSTAKA A. Enterobiasis Enterobiasis / penyakit cacing

6

(Soejoto dan Soebari, 1996). Seekor cacing betina memproduksi telur

sebanyak 11.000 butir setiap harinya selama 2 samapi 3 minggu,

sesudah itu cacing betina akan mati.(Soedarto, 1995)

Gb.1 Telur cacing (Purnomo.dkk, 2001)

b. Morfologi cacing E. vermicularis.

Cacing dewasa E. vermicularis berukuran kecil, berwarna

putih, yang betina jauh lebih besar dari pada yang jantan. Ukuran

cacing jantan adalah 2-5 mm x 0,1-0,2 mm, sedangkan ukuran cacing

betina adalah 8-13 mm x 0,3-0,5 mm (Soejoto & Soebari, 1996).

Bentuk khas dari cacing dewasa ini adalah tidak terdapat rongga mulut

tetapi dijumpai adanya 3 buah bibir, bentuk esofagus bulbus ganda

(double bulb oesophagus), didaerah anterior sekitar leher kutikulum

cacing melebar, pelebaran yang khas disebut sayap leher (cervical

alae).(Soedarto, 1995)

Page 4: BAB II TINJAUAN PUSTAKA A. Enterobiasisdigilib.unimus.ac.id/files/disk1/106/jtptunimus-gdl-sitirusmin... · BAB II TINJAUAN PUSTAKA A. Enterobiasis Enterobiasis / penyakit cacing

7

Pada ujung posterior jantan : melingkar tajam ke ventral,

terdapat satu spikulum, juga terdapat kaudal alae. Sedangkan pada

ujung posterior betina : ekornya berbentuk lurus dan runcing, panjang

ekor 1/3 panjang tubuhnya, vulva terletak 1/3 anterior tubuh dibagian

ventral, vagina relatif lebih panjang dan letaknya disebelah posterior

vulva, terdapat satu pasang uterus, oviduct dan ovarium tubulus

(Depkes RI, 1989)

Gb. 2 Cacing dewasa E. Vermicularis (Soedarto, 1995)

3. Siklus hidup E. vermicularis

Manusia merupakan satu-satunya hospes definitif E. vermicularis

dan tidak diperlukan hospes perantara. Cacing dewasa betina mengandung

banyak telur pada malam hari dan akan melakukan migrasi keluar melalui

anus ke daerah : perianal dan perinium. Migrasi ini disebut Nocturnal

migration. Di daerah perinium tersebut cacing-cacing ini bertelur dengan

cara kontraksi uterus, kemudian telur melekat didaerah tersebut. Telur

Page 5: BAB II TINJAUAN PUSTAKA A. Enterobiasisdigilib.unimus.ac.id/files/disk1/106/jtptunimus-gdl-sitirusmin... · BAB II TINJAUAN PUSTAKA A. Enterobiasis Enterobiasis / penyakit cacing

8

dapat menjadi larva infektif pada tempat tersebut, terutama pada

temperatur optimal 23-26 ºC dalam waktu 6 jam (Soedarto, 1995)

Bila telur infektif ditelan, larva stadium pertama menetas di

duodenum. Larva rabtidiform yang dikeluarkan berubah menjadi dewasa

di jejenum dan bagian atas ileum. Copulasi mungkin terjadi didalam

coecum. Lama siklus, mulai telur sampai menjadi cacing dewasa

dibutuhkan waktu 2-4 minggu (Jeffry dan Leach, 1993)

Cara penularan E. vermicularis dapat melalui 3 jalan :

a. Penularan dari tangan ke mulut penderita sendiri (autoinfeksi) atau

pada orang sesudah memegang benda tercemar telur infektif misalnya

alas tempat tidur atau pakaian dalam penderita.

b. Melalui pernafasan dengan mengisap udara yang tercemar telur cacing

infektif.

c. Penularan secara retroinfeksi yaitu penularan yang terjadi pada

penderita sendiri, oleh karena larva yang menetas didaerah perianal

mengadakan migrasi kembali ke usus penderita dan tumbuh menjadi

cacing dewasa (Soedarto, 1995)

Page 6: BAB II TINJAUAN PUSTAKA A. Enterobiasisdigilib.unimus.ac.id/files/disk1/106/jtptunimus-gdl-sitirusmin... · BAB II TINJAUAN PUSTAKA A. Enterobiasis Enterobiasis / penyakit cacing

9

Gb. 3 Siklus hidup E. Vermicularis (Srisasi Gandahusada.dkk, 2006)

4. Epidemiologi E. vermicularis

a. Insiden tinggi di negara-negara barat terutama USA 35-41 %.

b. Merupakan penyakit keluarga.

c. Tidak merata dilapisan masyarakat.

d. Yang sering diserang yaitu anak-anak umur 5-14 tahun.

e. Pada daerah tropis insidensedikit oleh karena cukupnya sinar matahari,

udara panas, kebiasaan ke WC (yaitu sehabis defekasi dicuci dengan

air tidak dengan kertas toilet). Akibat hal-hal tersebut diatas maka

pertumbuhan telur terhambat, sehingga dapat dikatakan penyakit ini

Page 7: BAB II TINJAUAN PUSTAKA A. Enterobiasisdigilib.unimus.ac.id/files/disk1/106/jtptunimus-gdl-sitirusmin... · BAB II TINJAUAN PUSTAKA A. Enterobiasis Enterobiasis / penyakit cacing

10

tidak berhubungan dengan keadaan sosial ekonomi masyarakat tapi

lebih dipengaruhi oleh iklim dan kebiasaan.

f. Udara yang dingin, lembab dan ventilasi yang jelek merupakan kondisi

yang baik bagi pertumbuhan telur.(Soejoto dan Soebari, 1996)

5. Diagnosa Laboratorium

Cara memeriksa Enterobiasis yaitu dengan menemukan adanya

cacing dewasa atau telur dari cacing E. vermiculsris. Adapun caranya

adalah sebagai berikut :

a. Cacing dewasa

Cacing dewasa dapat ditemukan dalam feses, dengan syarat

harus dilakukan onema terlebih dahulu, yaitu memasukkan cairan

kedalam rectum agar cacing dewasa keluar dari rectum (Soebari dan

Soejoto, 1996)

Cacing dewasa yang ditemukan dalam feses, dicuci dalam

larutan Nacl agak panas, kemudian dikocok sehingga menjadi lemas,

selanjutnya diperiksa dalam keadaan segar atau dimatikan dengan

larutan fiksasi untuk mengawetkan. Nematoda kecil seperti E.

vermicularis dapat juga difiksasi dengan diawetkan dengan alkhohol

70% yang agak panas (Harold W. Brown, 1979).

Page 8: BAB II TINJAUAN PUSTAKA A. Enterobiasisdigilib.unimus.ac.id/files/disk1/106/jtptunimus-gdl-sitirusmin... · BAB II TINJAUAN PUSTAKA A. Enterobiasis Enterobiasis / penyakit cacing

11

b. Telur cacing

Telur E. vermicularis jarang ditemukan didalam feses, hanya

5% yang positif pada orang-orang yang menderita infeksi ini. (Soejoto

dan Soebari, 1996)

Telur cacing E. vermicularis lebuh mudah ditemukan dengan

tekhnik pemeriksaan khusus, yaitu dengan menghapus daerah sekitar

anus dengan “Scotch adhesive tape swab” menurut Graham. (Lynne &

David, 1996)

Pada metoda ini banyak yang diperiksa berupa perianal swab,

oleh karena cacing betina yang banyak mengandung telur pada waktu

malam hari melakukan migrasi kedaerah perianal. Sehingga dengan

pemeriksaan perianal swab lebih dapat ditemukan telur cacing

tersebut. (Harold, 1979)

C. Cara pencegahan dan pemberantasan Enterobiasis

Mengingat bahwa Enterobiasis adalah masalah kesehatan keluarga

maka lingkungan hidup keluarga harus diperhatikan, selain itu kebersihan

perorangan merupakan hal yang sangat penting dijaga. Perlu ditekankan pada

anak-anak untuk memotong kuku, membersihkan tangan sesudah buang air

besar dan membersihkan daerah perianal sebaik-baiknya serta cuci tangan

sebelum makan.

Di samping itu kebersihan makanan juga perlu diperhatikan.

Hendaknya dihindarkan dari debu dan tangan yang terkontaminasi telur cacing

Page 9: BAB II TINJAUAN PUSTAKA A. Enterobiasisdigilib.unimus.ac.id/files/disk1/106/jtptunimus-gdl-sitirusmin... · BAB II TINJAUAN PUSTAKA A. Enterobiasis Enterobiasis / penyakit cacing

12

E. vermicularis (Soedarto, 1995). Tempat tidur dibersihkan karena mudah

sekali tercemar oleh telur cacing infektif. Diusahakan sinar matahari bisa

langsung masuk ke kamar tidur, sehingga dengan udara yang panas serta

ventilasi yang baik pertumbuhan telur akan terhambat karena telur rusak pada

temperatur lebih tinggi dari 46ºC dalam waktu 6 jam.

Karena infeksi Enterobius mudah menular dan merupak penyakit

keluarga maka tidak hanya penderitanya saja yang diobati tetapi juga seluruh

anggota keluarganya secara bersama-sama (Soedarto, 1995).

D. METODE PEMERIKSAAN CACING KREMI

Dalam pelaksanaan diagnostik untuk infeksi cacing kremi terdapat

bermacam-macam metode menurut cara pengambilan specimen :

a. Metode N-I-H (National Institude of Heatlh)

Pengambilan sampel menggunakan kertas selofan yang dibungkuskan

pada ujung batang gelas dan diikat dengan karet gelang pada bagian sisi

kertas selofan. Kemudian batang gelas pada ujung lainnya dimasukkan ke

dalam tutup karet yang sudah ada lubang di bagian tengahnya. Bagian

batang gelas yang mengandung selofan dimasukkan kedalam tabung reaksi

yang kemudian ditutup karet. Hal ini dimaksudkan agar bahan

pemeriksaan tidak hilang dan tidak mudah terkontaminasi (hadidjaya

Pinardi, 1994)  .

b. Metode pita plastik perekat (“cellophane tape“ atau “adhesive tape”)

(Brooke dan Melvin, 1969)

Page 10: BAB II TINJAUAN PUSTAKA A. Enterobiasisdigilib.unimus.ac.id/files/disk1/106/jtptunimus-gdl-sitirusmin... · BAB II TINJAUAN PUSTAKA A. Enterobiasis Enterobiasis / penyakit cacing

13

Pengambilan sampel menggunakan alat berupa spatel lidah atau batang

gelas yang ujungnya dilekatkan adhesive tape, kemudian ditempelkan di

daerah perianal. Adhesive tape diratakan di kaca objek dan bagian yang

berperekat menghadap ke bawah. Pada waktu pemeriksaan mikroskopis,

salah satu ujung adhesive tape di tambahkan sedikit toluol atau xylen pada

perbesaran rendah dan cahayanya dikurangi (Gracia & Brackner, 1996)

c. Metode Anal Swab ( Melvin dan Brooke, 1974)

Pengambilan sampel menggunakan swab yang pada ujungnya terdapat

kapas yang telah dicelupkan pada campuran minyak dengan parafin yang

telah di panaskan hingga cair. Kemudian swab disimpan dalam tabung

berukuran 100x13 mm dan disimpan dalam lemari es. Jika akan digunakan

untuk pengambilan sampel, swab diusapkan di daerah permukaan dan

lipatan perianal. Swab diletakkan kembali ke dalam tabung.

Pada saat pemeriksaan, tabung yang berisis swab diisi dengan xylen

dan dibiarkan 3 sampai 5 menit, kemudian sentrifuge pada kecepatan

500rpm selama 1 menit. Ambil sedimen lalu periksa dengan mikroskup

(Gracia & Brackner, 1996)

d. Graham Scotch Tape

Alat dari batang gelas atau spatel lidah yang pada ujungnya dilekatkn

adhesive tape (Gandahusada, 1998). Teknik penggunaan alat ini

ditemukan oleh Graham (1941). Teknik alat ini termasuk sederhana dalam

penggunaannya. Untuk pengambilan sampel dilakukan sebelum pasien

defekasi atau mandi. Pengambilan sampel dapat dilakukan dirumah.

Page 11: BAB II TINJAUAN PUSTAKA A. Enterobiasisdigilib.unimus.ac.id/files/disk1/106/jtptunimus-gdl-sitirusmin... · BAB II TINJAUAN PUSTAKA A. Enterobiasis Enterobiasis / penyakit cacing

14

Sedangkan untuk membantu dalam pemeriksaan dilaboratorium digunakan

mikroskup dan sedikit penambahan toluen atau xylen (Craig & Faust’s,

1970). Xylen atau toluen digunakan untuk memberi dasar warna untuk

telur dan membuat jernih (Harold, 1979).

E. WAKTU PENGAMBILAN SAMPEL

Waktu pengambilan sampel yang sering dilakukan dalam pemeriksaan

E. Vermicularis dengan menggunakan teknik ”Graham Scotch Tape” adalah

pagi hari sebelum penderita buang air besar dan mencuci pantat (cebok).

Selain itu, waktu pengambilan juga dapat dilakukan pada malam hari yaitu

sebelum tidur terutama saat gejala rasa gatal muncul disekitar anus. Karena

pada saat itu cacing betina bermigrasi ke daerah perianal tempat telur di

letakkan (Soedarto, 1995)

Page 12: BAB II TINJAUAN PUSTAKA A. Enterobiasisdigilib.unimus.ac.id/files/disk1/106/jtptunimus-gdl-sitirusmin... · BAB II TINJAUAN PUSTAKA A. Enterobiasis Enterobiasis / penyakit cacing

15

F. Kerangka Teori

G. Kerangka konsep G. Kerangka konsep

Waktu pengambilan sampel Jumlah telur

cacing

Alat yang digunakan

Cara pengambilan sampel

Waktu pengambilan sampel

Petugas

Kondisi pasien

Hasil Pengambilan

Sampel

Hasil Pemeriksaan Infeksi E. vermicularis

Perilaku mandi, cebok, dll

Page 13: BAB II TINJAUAN PUSTAKA A. Enterobiasisdigilib.unimus.ac.id/files/disk1/106/jtptunimus-gdl-sitirusmin... · BAB II TINJAUAN PUSTAKA A. Enterobiasis Enterobiasis / penyakit cacing

16