laporan cacing

29
LAPORAN PRAKTIKUM STRUKTUR PERKEMBANGAN HEWAN Kemunculan Kokon Dan Klitelum Pada lumbricus sp (cacing tanah) Disusun oleh Marina andriani : (063244214) Galis diaz : (063244217) Hafifa yuliasari : (063244228) Zakaria pratama : (063244232)

description

tugas

Transcript of laporan cacing

Page 1: laporan cacing

LAPORAN PRAKTIKUM

STRUKTUR PERKEMBANGAN HEWAN

Kemunculan Kokon Dan Klitelum Pada lumbricus sp

(cacing tanah)

Disusun oleh

Marina andriani : (063244214)

Galis diaz : (063244217)

Hafifa yuliasari : (063244228)

Zakaria pratama : (063244232)

JURUSAN BIOLOGI

FAKULTAS MATEMATIKA DAN ILMU PENGETAHUAN ALAM

UNIVERSITAS NEGERI SURABAYA

Page 2: laporan cacing

BAB I

PENDAHULUAN

Latar Belakang

Keberadaan individu pada suatu populasi dipengaruhi oleh beberapa faktor

yang sangat kompleks, misalnya kondisi fisik lingkungan dan ketersediaan makanan.

Cacing tanah adalah hewan hermaprodit, yang ditandai organ kelamin jantan dan

betina terdapat dalam satu tubuh. Proses perkawinan cacing tanah dengan

menggunakan fertilisasi silang. Pertemuan ovum dan spermatozoa terjadi di luar

tubuh, yaitu disekitar bagian spermateka dan klitelum.

Klitelum pada saat perkawinan silang akan mengeluarkan sekret yang

mamapu menempelkan tubuh kedua cacing. lubang kelamin akan muncul terlebih

dahulu dibanding klitelum. Beberapa saat setelah kemunculan lubang kelamin akan di

lanjutkan dengan kemunculan klitelum. Setelah keduanya berkembang sempurna,

maka cacing tanah sudah di anggap matang atau dewasa dan siap bereproduksi. Selain

membantu proses perkawinan klitelim juga berfungsi untuk menyelubungi sel telur

dan spermatozoa yang telah menjadi zigot, sehingga terbentuklah kokon.

Rumusan Masalah

1. Bagaimana mengamati kemunculan lubang kelamin dan klitelium cacing

tanah?

2. Bagaimana mengamati letak lubang kealmin dan klitelium saat pertama

kali muncul ?

3. Bagaimana mengamati luas klitelum pertama kali muncul ?

4. Bagaimana perkembangan klitelum dari milai muncul sampai tebentuknya

kokon cacing ?

5. Bagaimana penetasan kokon cacing ?

6. Bagaimana membuat skema sederhana tentang siklus reproduksi cacing

tanah ?

Page 3: laporan cacing

Tujuan

1. Untuk mengamati waktu kemunculan lubang kelamin dan klitelium cacing

tanah

2. Untuk mengamati letak lubang kealmin dan klitelium saat pertama kali

muncul

3. Untuk mengamati luas klitelum pertama kali muncul

4. Untuk mengamati perkembangan klitelum dari milai muncul sampai

tebentuknya kokon cacing.

5. Untuk mengamati penetasan kokon cacing

6. Untuk dapat membuat skema sederhana tentang siklus reproduksi cacing tanah

Page 4: laporan cacing

BAB II

DASAR TEORI

Pada umumnya cacing tanah hidup bebas di alam, ada yang hidup dalam liang,

beberapa bersifat komensal pada hewan-hewan aquatis, dan ada juga yang bersifat

parasit pada vertebrata. Tubuh cacing bersegmen dan dan memiliki sistem

nervosum. Sistem cardiovasculare tertutup, dan sudah ada rongga tubuh (coelom).

Tubuhnya bilateral simetris, panjang, tubuh tertutup oleh kutikula yang licin yang

terletak diatas epithelium yang berifat glanduler. Dinding tubuh dan saluran

pencernaan dengan lapisan-lapisan otot sirkuler dan longitudinal. Saluran

pencernaan lengkap, tubuler, memanjang sesuai dengan sumbu tubuh. Sistem

cardiovasculare adalah sistem tertutup, pembuluh-pembuluh darah membujur

dengan cabang-cabang kecil (kapiler) pada tiap segmen, plasma darah

mengandung haemoglobin. Respirasi cacing melalui kulit. Organ ekskresi terdiri

atas sepasang nephridia pada tiap segmen. Berkembang biak secara seksual dan

aseksual. Sistem saraf terdiri atas sepasang ganglia cerebrales pada ujung dorsal

otak, yang berhubungan dengan berkas saraf medio-ventral yang memanjang

sepanjang tubuh, dengan ganglia pada tiap segmen. Secara khusus ciri-ciri cacing

tanah sebagai berikut :

1). Anatomi :

Tubuh panjang silindris, bersegmen-segmen.

Warna tubuh : permukaan atas berwarna merah sampai biru kehijau-

hijauan, permukaan bawah pada umumnya lebih pucat kadang-kadang

putih.

Mulut terdapat diujung anterior.

Anus terletak pada ujung segmen yang terakhir.

Pada segmen ke 32 – 37 terdapat penebalan kulit (clitelium).

Terdapat beberapa lubang pada permukaan tubuhnya : mulut, anus, muara

keluar spermaticus/ vas deferens, muara keluar oviduk, muara keluar

reptaculum seminalis, muara keluar coelom dan muara keluar dari saluran

ekskresi.

Page 5: laporan cacing

Terdapat rongga tubuh/coelom jika tubuh cacing tanah dipotong membujur

melalui dinding tubuh bagian dorsal.

Coelom diisi oleh cairan yang tidak berwarna dan mengalir dari satu

segmen ke segmen yang lain.

Saluran pencernaan lurus dan menembus septa.

2. Fisiologi

Sistem gerak

Dinding tubuh cacing tanah mempunyai dua lapis otot yaitu stratum

circulare adalah lapisan otot sebelah luar dan stratum longitudinal lapisan

otot sebelah dalam. Jika otot ini berkontraksi akan menimbulkan gerakan

menggelombang sehingga dapat bergerak. Dinding intesin juga

mempunyai lapisan otot yaitu stratum longitudinal, jika berkontraksi akan

menimbulkan gerak peristaltik yang dapat mendorong makanan dalam

saluran pencernaan dan mendorong keluar sisa-sisa pencernaan.

Sistem respirasi

Cacing tanah bernafas dengan kulitnya, karena kulinya bersifat lembab,

tipis, banyak mengandung kapiler-kapiler darah.

Sistem pencernaan makanan

Saluran pencernaan makanan cacing tanah sudah lengkap dan sudah

terpisah dari sitem cariovasculare. Saluran pencernaan ini terdiri atas

mulut, pharinx, esophagus, ventriculus, intestin, dan anus. Makanan cacing

tanah terdiri atas sisa-sisa hewan dan tanaman.

Sistem sirkulasi

Sistem sirkulasi cacing tanah adalah sistem peredaran tertutup yang

meliputi darah, pembuluh-pembuluh darah, peredaran darah, dan limpha.

Sistem ekskresi

Sistem ekskresi cacing tanah berupa nephridia (nephridios=ginjal). Pada

tiap segmen tubuh terdapat sepasang nephridia, kecuali 3 segmen yang

pertama dan segmen yang terakhir tidak ada. Tiap nephridium terdiri atas

suatu bangunan berbentuk corong dan bersilia yang disebut nephrostoma

dan saluran atau pipa yang berkelok-kelok.

Sistem saraf

Page 6: laporan cacing

Sistem saraf cacing tanah terletak disebelah dorsal pharynx didalam

segmen yang ke-3 dan terdiri dari ganglion cerebrale, berkas saraf

ventralis dengan cabang-cabangnya.

Organ sensoris

Cacing tanah tidak mempunyai mata, tetapi pada kulit tubuhnya terdapat

sel-sel saraf tertentu yang peka terhadap sinar.

Sistem reproduksi

Cacing tanah bersifat hermaphrodit tetapi tidak terjadi autofertilisasi.

Sepasang ovarium menghasilkan ovum dan terletak didalam segmen ke-

13. spermatozoa yang telah meninggalkan testis akan masuk ke dalam

vesicula seminalis dan selanjutnya tersimpan didalamnya.

Cara kopulasi

Dua ekor cacing tanah saling berdekatan, kemudian saling merapatkan diri

pada bagian ventral segmen-segmen ke-9 sampai ke-11. Dalam keadaan

ini cacing membentuk pipa lendir dan tiap-tiap cacing itu mengeluarkan

spermatozoa dari vesicula seminalisnya. Spermatozoa dari cacing pertama

melalui pipa lendir tadi masuk ke dalam receptaculum seminalis cacing

kedua dan begitu juga sebaliknya. Kemudian masing-masing cacing tadi

saling memisahkan diri dengan tetap membawa pipa lendirnya. Didalam

pipa lendir ini, cacing mengeluarkan suatu substansi yang kemudian

membentuk cocon. Cocon ini kemudian tergelincir diatas segmen ke-14

dan menerima ovum. Selanjutnya diatas segmen 9-11 menerima

spermatozoa. Akhirnya cocon tergelincir diatas kepala cacing dan

mengeras. Didalam cocon ini, spermatozoa membuahi ovum. Ovum yang

telah dibuahi ini, lama kelamaan akan mengalami perkembangan lebih

lanjut, sehingga nanti jika sudah menetas akan keluarlah cacing-cacing

muda.

Regenerasi

Bila seekor cacing tanah dipotong menjadi dua bagian, maka pada

potongan bagian anterior akan segera terbentuk ekor baru, sedangkan pada

potongan bagian posterior akan terbentuk kepala baru, tetapi prosesnya

lebih lambat

3. Habitat

Page 7: laporan cacing

Cacing tanah hidup didalam liang dalam tanah yang lembab, subur dan

suhunya tidak rendah. Cacing ini keluar ke permukaan hanya pada saat-saat

tertentu saja. Pada siang hari, cacing tidak pernah keluar ke permukaan tanah,

kecuali jika pada saat itu hujan yang cukup menggenangi liang itu. Cacing akan

keluar terutama pada pagi hari setelah hujan. Dalam keadaan normal, cacing akan

pergi ke permukaan tanah pada malam hari. Dalam keadaan yang sangat dingin

atau kering mereka masuk dalam liang, seringkali sampai kedalaman 8 kaki (±240

cm), dan dalam keadaan itu beberapa cacing seringkali terdapat melingkar

bersama-sama dengan diatasnya terdapat lapisan tanah yang bercampur dengan

lendirnya (Kastawi, 2005).

Tersedianya makanan yang cukup sangat menentukan pertumbuhan populasi

cacing tanah. Cacing tanah sebagai hewan yang ikut berperan dalam proses

dekomposisi memakan sisa tanaman, sedangkan bagian yang tidak terserap

dikeluarkan berupa material yang lumat. Cacing tanah tidak menyukai semua jenis

serasah daun. Hewan tanah ini memilih serasah yang banyak di tanah. Tingkat

pemilihan itu tidak sama. Bila ada beberapa macam serasah daun maka cacing

tanah memilih makanan yang baik baginya. Umumnya makanan yang

mengandung tanin tidak disenanginya. Tingkat pemilihan makanan ini jelas dapat

diperhatikan bila serasah daun diletakkan berdekatan, maka akan tampak daun

yang dipilihnya terlebih dahulu. (Muhammad,2003).

Page 8: laporan cacing

BAB III

METODE PENELITIAN

Jenis Penelitian

Percobaan ini termasuk jenis eksperimental

Variabel Penelitian

Variabel Manipulasi : komposisi media

Variabel Kontrol : suhu, kelembaban, jumlah cacing

Variabel Respon : kemunculan lubang kelamin, klitelum, kokon

Alat dan Bahan

Pot anggrek hitam dengan diameter 10 – 15 cm 6 buah

(lubang air di tutup dengan lem / lilin)

Plastik ¼ kg dan karet sebagai penutup pot 6 buah

Media cacing

1. tanah aerosol 15 gram

2. kotoran sapi 15 gram

3. seresah daun 15 gram

4. ampas kelapa 15 gram

Bibit cacing @ 5 x 3 15 ekor

Cacing dewasa @ 5 x 3 15 ekor

Sendok plastic, kayu bambu tipis 1 buah

Semprotan air 1 buah

Kapur semut 1 buah

Kertas millimeter blok, dan kertas label. Secukupnya

Prosedur Kerja

Page 9: laporan cacing

1. Persiapkan pakan cacing 1-2 minggu sebelumnya. (kotoran sapi harus di

fermentasi terlebih dahulu, dengan cara menyiramkan air dan membiarkannya

hingga suhu ± 280 C.

2. Buat tambahan media yang berupa ampas kelapa ataupun seresah daun yang

telah di potong kecil – kecil. Timbang berat kering sesuai kebutuhan.

3. Tanah aerosol di tumbuk, dan di ayak, kemudian ditimbang sesuai kebutuhan.

4. Persiapkan alat dan wadah yang lain serta bahan lain yang telah di campur,

semprot dengan air. (media harus memenuhi syarat hidup cacing, yaitu

kelembaban 40%, suhu 28 – 30 0C dan pH 6,8)

5. Masukkan masing – masing 5 ekor cacing kedalam wadah peliharaan sehingga

terdapat pengulangan 6 kali dengan 30 ekor cacing dalam 6 wadah.tutup pot

tersebut dengan plastic yang telah dilubangi, ikat rapat plastik pada pot dengan

karet gelang.

6. Pelihara cacing dengan menyemprot air setiap hari agar kelembaban tetap

terjaga, letakkan pot terhindar dari cahaya matahari atau lampu serta hama

pengganggu.

7. Periksa keadaan cacing tiap hari hingga muncul klitelum. Tulis waktu

kemunculannya, hitung luas klitelum.

8. catat kapan ditemukan kokon pertama kali muncul dan penetasan kokon

terjadi. Hitung jumlah kokon dan anak cacing yang di hasilkan.

Page 10: laporan cacing

BAB IV

DATA DAN ANALISA

DATA

Tabel Kemunculan Klitelum Pada Cacing Tanah

Hari,

Tang

gal

Jenis

Pot

Komposisi

Pot

Panjang

Awal(cm)

Panjang

Akhir(cm)

Pertambahan

panjang(cm)

Kemuncula

n klitelum

Keterangan

Senin,

03

maret

2008

A + - Tanah

- Serasah

Daun

1 : 1

5

4

3

3,5

5

-

-

-

-

-

-

-

-

-

-

-

-

-

-

-

B + - tanah

- kotoran

Sapi

1 : 1

2

4

6

8

7

-

-

-

-

-

-

-

-

-

-

-

-

-

-

-

C + - tanah

- ampas

Kelapa

1 : 1

5,9

13

6,4

14

5

-

-

-

-

-

-

-

-

-

-

-

-

-

-

-

Kami

s

06

Maret

2008

A + -

-

3

3,5

5

6

5

3

3,5

5

-

-

-

-

-

-

-

-

-

-

Mati 2

Page 11: laporan cacing

B + 2

4

-

-

-

2

4

5

9

7

-

-

-

-

-

-

-

-

-

-

Hilang 1

Mati 2

C + 5,9

13

6,4

14

-

6

13

6,5

14

5,5

0,1

-

0,1

-

-

-

-

-

-

-

Mati 2

Senin

10

Maret

2008

A + 6

5

3

3,5

5

6

6

3,5

4,5

5

-

1

0,5

1

-

15 – 18

-

-

-

-

B + 5

9

-

-

-

5

9

7

8

5

-

-

-

-

-

17 – 19

-

-

-

-

Hilang 3

C + 6,5

-

-

-

-

8

3

5

9

6

1,5 -

-

-

-

-

Hillang 4

Kami

s

13

Maret

2008

A + 4,5

3,5

5

6

6

4,5

3,5

5

6,5

6

-

-

-

0,5

-

-

-

-

-

15-19

B + 8

5

8

5,5

-

0,5

-

17 - 19

Hilang 2

Page 12: laporan cacing

7

-

-

7

5

4

-

-

-

C + 8

5

-

-

-

8

6

5

4,5

6

-

1

-

-

-

-

-

-

-

-

Hilang 3

Senin

17

Maret

2008

A + 3,5

5

6,5

6

4,5

3,6

5

6,5

6,1

4,5

0,1

-

-

0,1

-

-

-

-

15 – 20

-

B + 8

7

5

-

-

8

7,5

5

6

6,5

-

0,3

-

-

-

-

-

-

-

-

Mati 2

C + 6

5

4,5

-

-

6

5,2

4,5

5

5,5

-

0,2

-

-

-

-

-

-

-

-

Mati 1

Hilang 1

Kami

s

20

Maret

2008

A + 3,6

5

6,5

6,1

-

4

5,1

6,5

6,3

5

0,4

0,1

-

0,2

-

-

-

-

15 – 21

-

Mati 1

B + 8

7,3

5

6

8,3

7,5

5

6

0,3

0,2

-

-

-

-

-

17 – 19

Page 13: laporan cacing

6,5 6,6 0,1 -

C + 6

5,2

4,5

5

-

6,5

5,5

4,5

5

4

0,5

0,3

-

-

-

-

-

-

-

-

Hilang 1

Senin

24

Maret

2008

A + 4

5,1

6,5

6,3

5

4

5,5

6,5

6,4

5

-

0,4

-

0,1

-

-

16 – 17

-

15 – 22

-

B + 8,3

7,5

5

6

-

8,3

7,5

5,5

6

-

-

-

0,5

-

-

-

-

-

17 – 20

-

Mati 1

C + 5,5

6,5

4

5

-

5,5

6,5

4

5

-

-

-

-

-

-

-

-

-

-

-

Hilang 1

Mati 1

Tabel kemunculan kokon

Hari,

Tang

gal

Jenis

Pot

Komposisi

Pot

Panjang

Awal (cm)

Panjang

Akhir(cm)

Pertambahan

Panjang(cm)

Kemuncula

n

Kokon

Keterangan

Senin

03

Maret

2008

A * - tanah

- ampas

Kelapa

1 : 1

20

11,5

9,9

9

7

-

-

-

-

-

-

-

-

-

-

-

-

-

-

-

B * - tanah

- serasah

9

8,5

-

-

-

-

-

-

Page 14: laporan cacing

Daun

1 : 1

10

10,3

7

-

-

-

-

-

-

-

-

-

C + - tanah

- kotoran

sapi

1 : 1

10

15

16

12,5

13

Kami

s

06

Maret

2008

A * 20

11,5

9,9

9

-

20

11,5

10

9

7,5

-

-

0,1

-

-

-

-

-

-

-

Mati 2

B * 9

8,5

10

10,3

7

9

8,5

10

10,5

7

-

-

-

0,2

-

-

-

-

-

-

C * -

-

-

-

-

14

16

16

12,5

13

-

-

-

-

-

-

-

-

-

-

Senin

10

Maret

2008

A * 10

11,5

-

-

-

13

14

12

18

17

3

2,5

-

-

-

-

-

-

-

-

Hilang 3

B * 10

10,5

9

8,5

7

11

11,5

10

10

10

0,5

1

1

1,5

3

-

-

-

-

-

Page 15: laporan cacing

C + 13

-

-

-

-

13

12

14

16

12

-

-

-

-

-

-

-

-

-

-

Hilang 4

Kami

s

13

Maret

2008

A * 18

-

-

-

-

23

16

14

16,5

15

5

-

-

-

-

-

-

-

-

-

Hilang 4

B * 11,5

11

10

10

10

12

11,2

10,5

10,3

10

0,5

0,2

0,5

0,3

-

-

-

-

-

-

C * 13

12

-

-

-

13

12

11

13,5

11,5

-

-

-

-

-

-

-

-

-

-

Hilang 2

Mati 1

Senin

17

Maret

2008

A * 23

15

14

-

-

24

15

14

17

18

0,1

-

-

-

-

-

-

-

-

-

B * 12

10,5

11,2

10

-

12,5

10,5

11,5

10

11

0,5

-

0,3

-

-

-

-

-

-

-

Hilang 1

C * 13

11

12

13,5

11

12,5

0,5

-

0,5

-

-

-

Mati 2

Page 16: laporan cacing

-

-

14

13

-

-

-

-

Kami

s

20

Maret

2008

A * 15

24

17

18

-

15,5

24

17,5

18

16

0,5

-

0,5

-

-

-

-

-

-

-

Hilang 1

B * 11

12,5

10

-

-

11,5

12,8

10

11

12

0,5

0,3

-

-

-

-

-

-

-

-

Mati 2

C * 11

14

13,5

-

-

11

14,5

13,5

14

10

-

0,5

-

-

-

-

-

-

-

-

Senin

24

Maret

2008

A * 16

18

17,5

24

-

16,5

18

17,5

24,3

-

0,5

-

-

0,3

-

-

-

-

-

-

Hilang 1

B * 10

11

12

12,8

11,5

10,5

11

12,5

13

11,5

0,5

-

0,5

0,2

-

-

-

-

-

-

C * 11

14,5

13,5

14

-

11,5

14,5

13,5

14

-

0,5

-

-

-

-

-

-

-

-

-

Mati 1

Page 17: laporan cacing

Analisa

Pada tanggal 3 Maret 2008 pada pot A+ (yang isinya tanah 15gr, seresah

daun 15gr) di letakkan cacing muda, panjang cacing masing-masing 5; 4; 3; 3,5; 5 cm.

Pada pot B+ (tanah 15gr, kotoran sapi 15gr)juga di letakkan cacing muda, panjang

cacing masing-masing 2; 4; 6; 8; 7 cm. Pada pot C+( tanah 15gr, ampas kelapa 15gr),

juga diletakkan cacing muda, panjang cacing masing-masing 5,9; 13; 6,4; 14; 5cm.

Pada tanggal 6 Maret 2008 pot A+, cacing dengan panjang awal 3; 3,5; 5;

tidak mengalami pertambahan panjang dan ditambah 2 cacing baru (kerena mati)

dengan panjang masing-masing 6 dan 5 cm sehingga pada pot A+ terdapat cacing

dengan pannjang masing-masing 6; 5; 3; 3,5; dan 5 cm. Pada pot B+ cacing dengan

panjang awal masing-masing 2 dan 4 cm tidak mengalami pertambahan panjanng dan

ditamabah 3 cacing baru (dikarenakan 2 cacing hilang dan 1 mati), sehingga pada pot

B+ terdapat cacing dengan panjang cacing masing-masing 2; 4; 5; 9; 7. Pada pot C+

cacing dengan panjang awal 5,9; 13; 6,4; 14 mengalami pertambahan panjang dari 6,4

menjadi 6,5 dan 5,9 menjadi 6 sehingga pada pot C+ terdapat cacing dengan panjang

masing-masing 6; 13; 6,5; 14; 5,5.

Pada tanggal 10 Maret 2008 pada pot A+ terjadi pertambahan panjang yaitu

1; 0,5; 1 cm dan terjadi kemunculan klitellum pada segmen ke 15-18. Pada pot B+

tidak terjadi pertambahan panjang dan hilang 3 dan terjadi kemunculan klitellum pada

segmen ke 17-18. Pada pot C+ terjadi pertambahan panjang sepanjang 1,5 dan cacing

hilang 4.

Pada tanggal 13 Maret 2008 pada pot A+ terjadi pertambahan panjang 0,5cm

dan terjadi kemunculan klitellum pada segmen ke 15-19. Pada pot B+ mengalami

pertambahan panjang 0,5 cm dan terjadi kemunculan klitelum pada segmen ke 17-19,

cacing hilang 2. Pada pot C+ terjadi pertambahan panjang 1 cm, tidak terjadi

kemunculan klitelum dan cacing hilang 3.

Pada tanggal 17 Maret 2008 pada pot A+ mengalami pertambahan panjang

0,1 cm dan 0,1 cm, kemunculan klitelum pada segmen ke 15-20. Pada pot B+

Page 18: laporan cacing

mengalami pertambahan panjang 0,3 cm, tidak terjadi kemunculan klitelum dan

cacing mati 2. Padaberisi pot C+ mengalami pertambahan panjang 0,2 cm, cacing

mati 1 dan hilang 1.

Pada tanggal 20 Maret 2008 pengamatan ini pada cacing belum muncul

klitellum (kurang dari 50%).

Pada tanggal 24 Maret 2008 pengamatan pada cacing belum muncul

klitellum (kurang dari 50%).

Pada tanggal 3 Maret 2008 pada pot A* berisi tanah 15 gr, ampas kelapa 15

gr, dan kotoran sapi 15 gr dengan panjang awal cacing yang masing-masing 20; 11,5;

9,9; 9; 7 yang dimana pada tubuh cacing terdapat klitellum dan belum menghasilkan

kokon. Pada pot B* berisi tanah 15 gr, serasah daun15 gr dan kotoran sapi 15 gr

dengan panjang awal cacing 9; 8,5; 10; 10,3; 7 yang dimana pada tubuh cacing

terdapat klitellum dan belum menghasilkan kokon. Pada pada tubuh cacing terdapat

klitellum dan belum menghasilkan kokon. Pot C* berisi tanah 15 gr dan kotoran sapi

30 gr dengan panjang awal cacing 10; 15; 16; 12,5; 13 pada tubuh cacing terdapat

klitellum dan belum menghasilkan kokon.

Pada tanggal 6 Maret 2008 pada pot A* terjadi pertambahan panjang 0,1 cm

pada satu cacing dan terdapat satu cacing yang mati. Pada pot B* hanya terjadi

pertambahan panjang o,2 cm. Pada pot C* tidak tterjadi pertambahan panjang

dikarenakan 3 cacing mati dan 2 cacing hilang sehingga harus diganti cacing baru.

Pada tanggal 10 Maret 2008 pada pot A* terjadi pertambahan panjang 3 dan

2,5 cm, cacing hilang tiga. Pada pot B* terjadi pertambahan panjang masing-masing

0,5; 1; 1; 1,5;3 cm. Pada pot C* tidak terjadi pertambahan panjang sama sekali dan

cacing hilang empat.

Pada tanggal 13 Maret 2008 pada pot A* terjadi pertambahan panjang 5 cm

dan cacing hilang empat. Pada pot B* terjadi pertambahan panjang 0,5; 0,2; 0,5; 0,3

dan pada pot C* tidak terjadi pertambahan panjang, cacing hilang dua dan mati satu.

Pada tanggal 17 Maret 2008 pada pot A* hanya terjadi pertambahan

panjang 0,1 cm. Pada pot B* terjadi pertambahan panjang 0,5 dan 0,3 cm, cacing

hilang satu, dan cacing hilang satu. Pada pot C* terjadi pertambahan panjang 0,5; 0,5

cm dan cacing mati dua.

Pada tanggal 20 Maret 2008 pada pot A* terjadi pertambahan panjang 0,5

dan 0,5 cm. Pada pot B* terjadi pertambahan panjang 0,5 dan 0,3 cm, dan cacing mati

2. Pada pot C* terjadi pertambahan panjang 0,5 cm, cacing hilang satu dan mati satu.

Page 19: laporan cacing

Pada tanggal 24 Maret 2008 pada pot A* terjadi pertambahan panjang yaitu

0,5 dan 0,3 sedangkan cacaing hilang satu. Pada pot B* banyak terjadi pertambahan

panjang yaitu 0,5; 0,5; dan 0,2. Pada pot C* hanya terjadi satu pertambahan panjang

satu yaitu 0,5 dan cacing mati satu.

Dari pengamatan yang dilakukan pada cacing yang sudah berkklitelum tapi

belum menghasilkan kokon didapatkan bahwa selama 21 hari cacing tidak

menghasilkan kokon.

Pembahasan

Dari data dan analisa yang kami lakukan diketahui bahwa dari pengamatan

pertama sampai terakhir terlihat kemunculan klitelum, namun belum di temukan

adanya kokon. kemunculan keduanya di pengaruhi oleh suhu, kelembaban, pH, ke

matangan seksual dan bertumbuhnya organisme lain (bakteri). Kami tidak bisa

mengukur kelembaban yang pas untuk tempat hidup cacing, apabila kondisi terlalu

lembab maka jamur dan bakteri lembab yang tumbuh. Sebaliknya apabila kelembaban

kurang, cacing tidak bisa bertahan hidup lama.

Dari 3 pot bertanda ( + ) cacing yang tumbuh subur dan membentuk klitelum

terdapat pada pot yang berisi media tanah yang di tambah serasah daun. Hal ini di

karenakan serasah daun mengandung bahan organik yang dapat menyuburkan tanah,

sehingga cacing dapat bertahan hidup dan bereproduksi dengan optimal.

Pada 3 pot bertanda ( * ) cacing tidak tumbuh subur dan tidak menghasilkan kokon.

Hal ini di karenakan kelembaban pada media terlalu tinggi. Kelembaban media yang

terlalu tinggi tidak hanya menghambat pembentukan kokon, tetapi juga

menumbuhkan bakteri yang menyebabkan cacing menjadi mati.

Kegagalan yang terjadi sebagian besar disebabkan oleh media yang kami

berikan. Misalnya seperti ampas kelapa yang kurang kering menyebabkan tumbuhnya

belatung, tanah yang kurang kering, di karenakan tersiram air hujan, dan kebersihan

media yang kurang.

Page 20: laporan cacing

BAB V

SIMPULAN

Dari perobaan di atas di lakukan dapat di simpulkan bahwa :

Cacing dapat tumbuh subur dan membentuk klitelum terdapat pada media

tanah yang di tambahkan serasah daun.

Cacing membutuhkan media / lingkungan yang pas untuk menghasilkan

kokon.

Page 21: laporan cacing

DAFTAR PUSTAKA

Dr. Ir. Kemas Ali Hanafiah, M.S. ; Dr. Ir. A. Napoleon, M.S ; Dr. Ir. Nuni Ghofar, M.

Si. 2005. Biologi Tanah. Jakarta: PT Raja Grafindo Persada.

Mukayat Djarubito Brotowidjoyo. 1994. Zoologi Dasar. Jakarta: Erlangga.