BAB II TINJAUAN PUSTAKA -...

26
13 BAB II TINJAUAN PUSTAKA II. 1 Pengertian Metode Pembelajaran Metode pembelajaran adalah cara yang digunakan seorang pengajar agar tujuan pembelajaran dapat tercapai. Menurut Sudjana (1987:76), “metode pembelajaran adalah cara yang dipergunakan guru dalam mengadakan hubungan dengan siswa pada saat berlangsungnya pelajaran”. Metode pembelajaran atau kyoojuhou merupakan salah satu komponen penting dalam kegiatan belajar mengajar yang perlu dikuasai oleh pengajar. Istilah metode kadang–kadang tertukar dengan istilah pendekatan atau teknik pembelajaran. Pemilihan metode pembelajaran tentu saja tidak dapat dilakukan dengan baik, bila pengajar tidak mengetahui metode pembelajaran yang ada. Dengan menggunakan variasi beberapa metode, diharapkan tidak membosankan bagi pembelajar, serta dapat mengatasi masalah yang dihadapi oleh pengajar pada situasi atau kondisi tertentu dalam melaksanakan kegiatan belajar mengajar ( Danasasmita, 2009:25) Dalam pengajaran bahasa termasuk bahasa asing seorang guru dituntut untuk dapat menggunakan metode pengajaran yang tepat agar tujuan pembelajaran dapat tercapai seperti pendapat Pasaribu (1983,14-15), “Berhasil atau tidaknya tujuan yang ingin dicapai bergantung pada penggunaan metode yang tepat. Efektif tidaknya untuk mencapai tujuan pembelajaran sangat tergantung kepada kemampuan guru. Pemakaian metode yang tepat akan dapat

Transcript of BAB II TINJAUAN PUSTAKA -...

Page 1: BAB II TINJAUAN PUSTAKA - a-research.upi.edua-research.upi.edu/operator/upload/s_jep_0703890_chapter2(1).pdf · penting dalam kegiatan belajar mengajar yang perlu dikuasai oleh pengajar.

13

BAB II

TINJAUAN PUSTAKA

II. 1 Pengertian Metode Pembelajaran

Metode pembelajaran adalah cara yang digunakan seorang pengajar agar

tujuan pembelajaran dapat tercapai. Menurut Sudjana (1987:76), “metode

pembelajaran adalah cara yang dipergunakan guru dalam mengadakan hubungan

dengan siswa pada saat berlangsungnya pelajaran”.

Metode pembelajaran atau kyoojuhou merupakan salah satu komponen

penting dalam kegiatan belajar mengajar yang perlu dikuasai oleh pengajar. Istilah

metode kadang–kadang tertukar dengan istilah pendekatan atau teknik

pembelajaran. Pemilihan metode pembelajaran tentu saja tidak dapat dilakukan

dengan baik, bila pengajar tidak mengetahui metode pembelajaran yang ada.

Dengan menggunakan variasi beberapa metode, diharapkan tidak membosankan

bagi pembelajar, serta dapat mengatasi masalah yang dihadapi oleh pengajar pada

situasi atau kondisi tertentu dalam melaksanakan kegiatan belajar mengajar

( Danasasmita, 2009:25)

Dalam pengajaran bahasa termasuk bahasa asing seorang guru dituntut

untuk dapat menggunakan metode pengajaran yang tepat agar tujuan

pembelajaran dapat tercapai seperti pendapat Pasaribu (1983,14-15), “Berhasil

atau tidaknya tujuan yang ingin dicapai bergantung pada penggunaan metode

yang tepat. Efektif tidaknya untuk mencapai tujuan pembelajaran sangat

tergantung kepada kemampuan guru. Pemakaian metode yang tepat akan dapat

Page 2: BAB II TINJAUAN PUSTAKA - a-research.upi.edua-research.upi.edu/operator/upload/s_jep_0703890_chapter2(1).pdf · penting dalam kegiatan belajar mengajar yang perlu dikuasai oleh pengajar.

14

meningkatkan motivasi belajar pada murid sedangkan metode yang tidak tepat

merupakan penghambat yang paling besar dalam proses belajar”.

Metode pengajaran yang akan dipergunakan oleh seorang pengajar harus

memiliki syarat-syarat yang harus diperhatikan. Hal ini terungkap dalam pendapat

Ahmadi (Fina, 1997:53) yang mengatakan bahwa metode yang dipergunakan

harus dapat :

1. Membangkitkan motivasi, minat atau gairah belajar siswa;

2. Menjamin perkembangan kegiatan kepribadian siswa;

3. Memberi kesempatan pada siswa mewujudkan hasil karya;

4. Merangsang keinginan siswa untuk belajar lagi serta melakukan eksplorasi

dan inovasi (pembaharuan);

5. Mendidik siswa dalam teknik belajar sendiri dan cara memperoleh

pengetahuan melalui usaha pribadi;

6. Meniadakan penyajian bersifat verbalis dan menggantinya dengan

pengalaman atau situasi yang nyata dan bertujuan;

7. Menanamkan dan mengembangkan nilai-nilai dan sikap-sikap utama yang

diharapkan dalam kebiasaan cara kerja yang baik dalam kehidupan sehari-

hari.

Page 3: BAB II TINJAUAN PUSTAKA - a-research.upi.edua-research.upi.edu/operator/upload/s_jep_0703890_chapter2(1).pdf · penting dalam kegiatan belajar mengajar yang perlu dikuasai oleh pengajar.

15

II. 2 Metode Pembelajaran Bahasa

Metode menurut Surakhman (Fina, 2008 :11) merupakan cara utama yang

dipergunakan untuk mencapai tujuan, oleh karena itu penggunaan metode yang

akan digunakan hendaknya sesuai dengan tujuan pengajaran. Dalam Kamus Besar

Bahasa Indonesia (1995 : 652) metode adalah cara yang teratur dan terpikir untuk

mencapai tujuan. Dzamarah dan Zain (2002 : 85) mengungkapkan bahwa metode

adalah pelicin jalan pengajaran menuju tujuan, dengan memanfaatkan metode

secara akurat, guru akan mampu mencapai tujuan pengajaran.

Dalam Metodologi pembelajaran bahasa Jepang ( Danasasmita, 2009:26 )

pembelajaran atau kyoojuhou (教授法 ) berarti cara untuk mencapai tujuan.

metode pembelajaran mengandung makna yang luas dan diartikan sebagai suatu

cara yang menyeluruh dalam mencapai tujuan pembelajaran. Metode

pembelajaran adalah cara penentuan bahan ajar yang akan disampaikan kepada

pembelajar. Sementara itu, metode pembelajaran adalah cara-cara penyajian

bahan pengajaran dalam suatu kegiatan belajar mengajar agar tujuan pembelajaran

dapat tercapai.

( Danasasmita, 2009:26 ) Metode pembelajaran bersifat prosedural dan

menggambarkan suatu prosedur bagaimana caranya mencapai tujuan-tujuan

pembelajaran. Pendekatan pembelajaran akan mempengaruhi setiap langkah

kegiatan metode pembelajaran, yakni dalam :

Page 4: BAB II TINJAUAN PUSTAKA - a-research.upi.edua-research.upi.edu/operator/upload/s_jep_0703890_chapter2(1).pdf · penting dalam kegiatan belajar mengajar yang perlu dikuasai oleh pengajar.

16

1. Pemilihan bahan pembelajaran;

2. Penyusunan bahan pembelajaran;

3. Cara-cara penyajian bahan pembelajaran;

4. Pemantapan;

5. Penilaian dan evaluasi.

Dasar-dasar metodologi pengajaran (Engkoswara, 1998) dalam

Danasasmita mengemukakan lima prinsip dalam metode pembelajaran yaitu:

1. Azas maju berkelanjutan, yang artinya memberi kemungkinan kepada

murid untuk mempelajari sesuatu dengan kemampuannya;

2. Penekanan pada belajar sendiri, artinya pembelajar diberi kesempatan

banyak untuk mempelajari dan mencari sendiri bahan pelajaran lebih

banyak dari pada yang diberikan oleh pengajar;

3. Bekerja sama dengan team, pembelajar dapat mengerjakan sesuatu

pekerjaan yang memungkinkan bermacam-macam kerjasama;

4. Mutidisipliner, artinya memungkinkan pembelajar untuk mempelajari

sesuatu meninjau dari beberapa sudut, serta;

5. Fleksibel, dalam arti dapat dilakukan menurut keperluan dan keadaan.

Page 5: BAB II TINJAUAN PUSTAKA - a-research.upi.edua-research.upi.edu/operator/upload/s_jep_0703890_chapter2(1).pdf · penting dalam kegiatan belajar mengajar yang perlu dikuasai oleh pengajar.

17

II. 2. 1 Macam-macam Metode Pembelajaran Bahasa

Suardi sapani, dkk (1999) dalam Teori Pengajaran Bahasa mengemukakan

bahwa metode pembelajaran secara garis besar dapat dibedakan menjadi dua

kelompok, yaitu :

1. Metode pembelajaran umum yang digunakan pada bidang studi secara

umum. Antara lain : metode ceramah, metode metode tanya jawab, metode

diskusi, metode demonstrasi, metode inkuiri, metode pemberian tugas dan

resitasi, dan metode latihan.

2. Metode pembelajaran yang digunakan pada bidang studi tertentu. Antara

lain : metode khusus pembelajaran bahasa.

Metode pembelajaran bahasa secara garis besar dapat dibagi menjadi dua,

yakni :

1. Metode pembelajaran bahasa pertama (bahasa ibu)

2. Metode pembelajaran bahasa kedua atau bahasa asing.

Ada bermacam-macam metode pengajaran dalam pengajaran bahasa asing,

setiap metode memiliki keunggulan dan kelemahan masing-masing.

Brown1(2001: 34-35) dalamnya buku mengemukakan antara lain tujuh

metode pengajaran bahasa yaitu;

1Teaching by principles : An Interactive Approach toLanguaguPedagogi

Page 6: BAB II TINJAUAN PUSTAKA - a-research.upi.edua-research.upi.edu/operator/upload/s_jep_0703890_chapter2(1).pdf · penting dalam kegiatan belajar mengajar yang perlu dikuasai oleh pengajar.

18

1. Metode tata bahasa terjemahan;

2. Metode langsung;

3. Metode audiolingual;

4. Metode diam ( The silent way ) ;

5. Metode pembelajaran bahasa masyarakat;

6. Metode suggestopedia;

7. Metode RFT.

Menurut Subyakto (1988:10), “metode tata bahasa terjemahan melatih

pembelajar menganalisis secara logis bahasa asing dengan pengafalan aturan

bahasa, pola kalimat serta penerapannya dalam latihan penerjemahan”. Dengan

kata lain, metode terjemahan memfokuskan pembelajar untuk dapat

menterjemahkan dari satu bahasa ke bahasa target.

Metode tata bahasa terjemahan yang tercantum dalam Tarigan (1988:125),

memaparkan bahwa metode tata bahasa terjemahan memusatkan diri terhadap

pengembangan apresiasi siswa tentang kesusasteraan. Kegiatannya adalah

menterjemahkan bacaan-bacaan yang bersifat sastra, menghafalkan kaidah-kaidah

tata bahasa, serta mempelajari kesamaan kosakata bahasa asing.

Pada metode audiolingual dalam Tarigan (1988:125), pembelajaran

mengulang-ulang pola-pola kalimat hingga mampu mengucapkannya secara

spontan. Guru lebih dominan dalam proses belajar mengajar. Metode audiolingual

menggunakan pendekatan Oral Approach. Ciri khas daro Oral Approach adalah

digunakan latihan-latihan Pattern practice atau Mim-mem( meniru dan mengingat).

Page 7: BAB II TINJAUAN PUSTAKA - a-research.upi.edua-research.upi.edu/operator/upload/s_jep_0703890_chapter2(1).pdf · penting dalam kegiatan belajar mengajar yang perlu dikuasai oleh pengajar.

19

Metode diam (The silent way) dalam Tarigan (1988:125), Dalam proses

ini, guru lebih banyak diam dengan menekankan interaksi antar siswa melalui

keterampilan lisan dan menyimak. Hal tersebut selaras dengan pendapat Subyakto

(1988:45) bahwa tujuan utama dari metode diam adalah memperlengkapi

pembelajar dengan keterampilan lisan dan memperkuat kepekaan menyimak.

Metode pembelajaran bahasa masyarakat dalam Tarigan (1988:126), guru

melihat siswa sebagai personal yang keinginan belajarnya tinggi. Guru dapat

membantu siswa agar siswa dapat mengatasi kekhawatiran sehingga siswa dapat

kemauan kuat untuk belajar.

Metode suggestopedia dalam Tarigan (1988:126), membantu siswa

meniadakan hambatan-hambatan psikologis dalam pembelajaran. Lingkungan

belajar memberikan suasana yang nyaman bagi siswa dan para siswa dianjurkan

santai dengan cara bergurau.

Demikianlah secara sekilas dipaparkan beberapa metode pembelajaran

bahasa. Metode-metode tersebut berbeda dengan metode respon fisik total (RFT).

Berikut ini akan dijelaskan pengertian tentang metode respon fisik total (RFT).

II. 3 Metode Respon Fisik Total (RFT)

Menurut Olle dan Richards (1983: 329), Metode respon fisik total (RFT)

merupakan salah satu metode pengajaran bahasa yang muncul dan dikembangkan

dengan inovasi tersendiri melalui aktivitas psikomotorik.

Page 8: BAB II TINJAUAN PUSTAKA - a-research.upi.edua-research.upi.edu/operator/upload/s_jep_0703890_chapter2(1).pdf · penting dalam kegiatan belajar mengajar yang perlu dikuasai oleh pengajar.

20

Dalam subyakto (1988:73), Metode respon fisik total (RFT) adalah metode

yang dikembangkan James Asher seorang profesor psikologi Universitas Negeri

San Jose dari California, Amerika serikat. pembelajarannya lebih mengutamakan

kegiatan langsung berhubungan dengan kegiatan fisik (physical) dan gerakan

(movement). Dalam metode RFT ini, Asher mengatakan bahwa semakin sering

atau semakin intensif memori seseorang diberikan stimulasi maka semakin kuat

asosiasi memori berhubungan dan semakin mudah untuk mengingat (recalling).

Kegiatan mengingat ini dilakukan secara verbal dengan aktifitas gerak (motor

activity).

Metode ini berpengaruh oleh pendekatan pemahaman atau Comprehension

Approach. Hal tersebut diutarakan oleh Tarigan (1988:185) tentang pendekatan

pemahaman yang memiliki keyakinan bahwa :

1. Kemampuan-kemampuan pemahaman mendahului keterampilan-

keterampilan produktif dalam pembelajaran suatu bahasa;

2. Pengajaran berbicara dilakukan setelah keterampilan pemahaman

terbentuk;

3. Keterampilan-keterampilan itu diperoleh melalui menyimak;

4. Pengajaran bahasa seyogyanya lebih banyak memberikan penekanan

terhadap makna daripada bentuk; dan

5. Pengajaran hendaknya memperkecil tekanan atau ketegangan pembelajar.

Menurut Subyakto (1988:68-69), “pendekatan pemahaman menekankan

pemahaman menyimak sebagai aktivasi pertama dalam pembelajaran berupa

Page 9: BAB II TINJAUAN PUSTAKA - a-research.upi.edua-research.upi.edu/operator/upload/s_jep_0703890_chapter2(1).pdf · penting dalam kegiatan belajar mengajar yang perlu dikuasai oleh pengajar.

21

kalimat-kalimat perintah yang diikuti gerakan atau ekspresi muka. Setelah itu,

guru memberikan pelajaran kosakata dan tata bahasa yang diajarkan secara

bertahap sesuai tingkat kesukarannya”.

Pengaruh pendekatan pemahaman terhadap metode respon fisik total

(RFT) dapat terlihat dalam proses pembelajaran dari metode respon fisik total

(RFT) itu sendiri.

Hal yang diperkuat dengan pendapat dari Omagio dan Tarigan sendiri

yang tercantum dalam Tarigan (1988:185), “metode respon fisik total (RFT) ini

didasarkan pada keyakinan bahwa pemahaman haruslah berkembang terlebih

dahulu sebelum partisipasi aktif lisan yang diharapkan. Pemahaman tersebut akan

lebih cepat diperoleh bila pengajar dapat menarik sistem sensori tubuh siswa.

Metode respon fisik total (RFT) memanfaatkan aba-aba atau perinath lisan yang

harus dilaksanakan oleh para siswa untuk melihat pemahaman mereka. Siswa

diperkenalkan dengan bahasa yang bersituasi dan mudah dipahami dengan

paragaan, tiruan, dan contoh”.

II. 3. 1 Definisi Metode Respon Fisik Total (RFT)

Menurut Asher dalam Tarigan (1988:247), metode respon fisik total (RFT)

adalah pendekatan yang memanfaatkan aba-aba atau perintah lisan yang harus

dilaksanakan oleh para siswa untuk memperlihatkan pemahaman mereka.

Page 10: BAB II TINJAUAN PUSTAKA - a-research.upi.edua-research.upi.edu/operator/upload/s_jep_0703890_chapter2(1).pdf · penting dalam kegiatan belajar mengajar yang perlu dikuasai oleh pengajar.

22

Selaras dengan pendapat tersebut, Rombepajung (1988:137)

mengungkapkan bahwa, “Respon Fisik Total (RFT) adalah suatu pendekatan

bahasa yang dilandasi oleh koordinasi ujaran atau gerakan. Pendekatan ini

berupaya untuk mengajarkan bahasa melalui kegiatan fisik dan motorik.

II. 3. 2 Karakteristik Metode Respon Fisik Total (RFT)

Menurut pendapat yang diutarakan Asher (Herawati, 1997:27),

karakteristik metode respon fisik total (RFT) adalah sebagai berikut :

1. Guru memberi perintah dan siswa bergerak mengikuti perintah sebagai

reaksinya;

2. Menyimak dan keahlian merespon secaara fisik ditekankan terlebih dahulu

sebelum berbicara;

3. Bentuk kalimat perintah adalah fungsi bahasa yang biasa digunakan, dan

begitu pula pada tingkatan yang lebih tinggi;

4. Bila memungkinkan, humor dimasukkan kedalam pelajaran untuk

membuat siswa menikmatinya;

5. Siswa tidak dipaksa untuk berbicara sampai mereka telah merasa “siap”

dan percaya diri unutk melakukannya;

6. Tata bahasa dan kosakata didapatkan seiring dengan pembelajaran. Begitu

pula pembelajaran membaca dan menulis.

Page 11: BAB II TINJAUAN PUSTAKA - a-research.upi.edua-research.upi.edu/operator/upload/s_jep_0703890_chapter2(1).pdf · penting dalam kegiatan belajar mengajar yang perlu dikuasai oleh pengajar.

23

Karakteristik metode respon fisik total (RFT) tersebut di atas didukung

oleh pendapat dari Tarigan yang mengemukakan bahwa respon fisik total (RFT)

memiliki tiga prinsip dalam pengajaran bahasa asing (1988:181), yaitu :

1. “berbicara” dimulai sesudah pemahaman bahasa lisan telah mantap;

2. Pemahaman bahasa lisan dicapai melalui perintah-perintah guru;

3. Siswa diupayakan agar menunjukkan dirinya “siap untuk berbicara”

II. 3. 3 Tujuan Metode Respon Fisik Total (RFT)

Dalam Rombepajung (1988:137) tujuan metode respon fisik total (RFT)

yaitu;

1. Kemampuan untuk menggunakan bahasa secara lisan;

2. Untuk merealisasikan hubungan antara tanggapan fisik dan penguasaan

bahasa;

3. Untuk memberikan bahan palajaran dalam bentuk perintah;

4. Memberikan makna kata-kata dalam bentuk peragaan fisik.

Dengan demikian, dapat diketahui bahwa dalam metode repon fisik total

(RFT) pada tahap permulaan kesalahan berbicara dapat ditoleransi dan siswa

diupayakan agar berani untuk berbicara setelah memilki pemahaman berbahasa.

II. 3. 4 Teknik Pembelajaran dalam Metode Respon Fisik Total (RFT)

Ada empat penerapan metode ini dalam pengajaran. Hal ini diutarakan

Asher (Herawati, 1997: 29-30), yaitu :

Page 12: BAB II TINJAUAN PUSTAKA - a-research.upi.edua-research.upi.edu/operator/upload/s_jep_0703890_chapter2(1).pdf · penting dalam kegiatan belajar mengajar yang perlu dikuasai oleh pengajar.

24

1. Apersepsi pelajaran. Guru dapat melakukan pemanasan kepada siswa

dengan memberi perintah singkat yang diajarkan sebelumnya agar mereka

bergerak mengikutinya.

2. Pemberian kata perintah yang baru kemudian diberikan.

Setelah itu, pemahaman jenis kata seperti kata benda, kata sifat, kata bantu

kerja dan lainnya.

Kemudian pengajar menambahkan perintah dengan berbagai variasi

lainnya.

Selanjutnya, guru dapat menanyakan pertanyaan sederhana yang

memudahkan siswa untuk menjawab dengan gerakan tubuhnya, untuk

mengetahui pemahaman siswa.

Setelah tahapan tersebut, siswa akan secara sukarela siap untuk ikut

memberi kalimat perintah kepada lainnya.

3. Mambaca dan menulis. Untuk bagian ini, guru menulis terlebih dahulu

setiap kosakata baru dan kalimat di papan tulis untuk mengilustrasikannya.

Kemudian guru melafalkan kosakata tersebut dan memperagakannya.

Siswa dapat mendengarkan dan mencatat materi tersebut.

Berikut ini, beberapa gerakan sederhana yang dapat diaplikasikan dalam

respon fisik total (RFT) menurut Brown (Herawati, 1997:18) yaitu :

1. Kalimat-kalimat perintah adalah hal yang termudah untuk membuat siswa

bergerak dan berbicara bebas.

2. Respon verbal tidaklah penting karena dalam RFT siswa akan berani

berbicara bila mereka merasa siap;

Page 13: BAB II TINJAUAN PUSTAKA - a-research.upi.edua-research.upi.edu/operator/upload/s_jep_0703890_chapter2(1).pdf · penting dalam kegiatan belajar mengajar yang perlu dikuasai oleh pengajar.

25

3. Kalimat yang lebih kompleks dapat diterapkan dalam kalimat perintah.

4. Humor dapat ditampilkan untuk mengurangi strees siswa.

5. Kalimat-kalimat tanya dapat digunakan untuk mengetahui pemahaman

siswa.

Metode respon fisik total (RFT) berkaitan dengan teori pengusutan ingatan.

Hal ini didukung oleh pendapat Tarigan (1988:184) yang menyatakan bahwa

respon fisik total (RFT) dihubungkan dengan “teori pengusutan ingatan” yaitu

teori yang berpendapat bahwa semakin sering/intensif suatu hubungan ingatan

ditelusuri, maka akan semakin kuat pula ingatan itu dan semakin mudah pula

untuk diingat. Pengusutan dapat dilakukan secara verbal atau dengan digabungkan

dengan aktivitas gerak. Penggabungan tersebut dapat memperbesar kemungkinan

pengingatan yang berhasil.

Dari pendapat tersebut dapat diketahui bahwa metode ini dapat digunakan

untuk meningkatkan kosakata bahasa asing karena dengan metode ini, siswa dapat

memahami, mengingat dan menggunakan kosakata yang dipelajarinya dengan

baik. Hal itu dikarenakan metode respon fisik total (RFT) ini menggunakan

aktifitas gerakan selain aktifitas verbal.

II. 3. 5 Keunggulan dan Kelemahan Metode Respon Fisik Total (RFT)

Metode respon fisik total RFT memiliki beberapa keunggulan dan

kelemahan dalam pengajaran bahasa. Keunggulan dan kelemahan tersebut akan

diuraikan sebagai berikut :

Page 14: BAB II TINJAUAN PUSTAKA - a-research.upi.edua-research.upi.edu/operator/upload/s_jep_0703890_chapter2(1).pdf · penting dalam kegiatan belajar mengajar yang perlu dikuasai oleh pengajar.

26

� Keunggulan Metode Respon Fisik Total (RFT)

Menurut Asher dalam tarigan (1988:249), metode respon fisik total (RFT)

memiliki keunggulan sebagai berikut :

1. Metode RFT memberikan umpan balik yang beraneka ragam untuk

mendorong perkembangan kecakapan linguistik para siwa;

2. Metode RFT mempunyai potensi besar untuk mengaktifkan siswa;

3. Metode RFT memberikan kesempatan siswa untuk mengujicobakan

keterampilan secara kreatif;

4. Metode RFT lebih menekankan pada keterampilan menyimak.

Sedangkan menurut Subyakto (1988:75-76), kelebihan metode respon

fisik total (RFT) sebagai berikut :

1. Metode RFT dapat mempercepat tercapainya kemampuan

berbicara;

2. Metode RFT bisa digabungkan dengan metode-metode yang lain;

3. Metode RFT dapat dipakai dalam penyajian wacana membaca;

4. Metode RFT memelihara kepercayaan diri dalam pelajar.

� Kelemahan Metode Respon Fisik Total (RFT)

Menurut Subyakto (1988:76), kelemahan metode respon fisik total

(RFT) sebagai berikut :

1. Metode RFT memerlukan waktu yang cukup banyak;

Page 15: BAB II TINJAUAN PUSTAKA - a-research.upi.edua-research.upi.edu/operator/upload/s_jep_0703890_chapter2(1).pdf · penting dalam kegiatan belajar mengajar yang perlu dikuasai oleh pengajar.

27

2. Penerapan metode RFT menuntut guru-guru untuk berbicara dengan

baik dan benar;

3. Metode RFT harus dengan instruksi dari pengajar;

4. Metode RFT mengutamakan keterampilan menyimak siswa.

II. 4 Kelas Kata dan Kosa kata

II. 4. 1 Kelas Kata dalam bahasa Jepang

Dalam buku Pengantar Linguistik Bahasa Jepang, Gramatika bahasa

Jepang Modern Sudjianto (2007: 149-182), mengungkapkan sampai sekarang pun

kelas kata masih dikelompokkan dalam jumlah yang beragam berdasarkan ahlinya.

Namun pembagian kelas kata sering diperkenalkan pada pengajaran bahasa

terutama bagi siswa sekolah dasar dan lanjutan di Jepang yaitu kelas kata seperti

yang tercantum dalm buku-buku paket bahasa Jepang yang ditetapkan oleh

Departemen Pendidikan Bahasa Jepang. Klasifikasi kelas kata itu :

1. Dooshi ( Verba)

Verba adalah salah satu kelas kata dalam bahasa Jepang, dipakai untuk

menyatakan aktivitas, keberadaan atau keadaan sesuatu.

2. Keiyooshi

Keiyooshi yaitu kelas kata yang menyatakan sifat atau keadaan sesuatu,

dengan sendirinya dapat menjadi predikat dan dapat mengalami perubahan

bentuk.

Page 16: BAB II TINJAUAN PUSTAKA - a-research.upi.edua-research.upi.edu/operator/upload/s_jep_0703890_chapter2(1).pdf · penting dalam kegiatan belajar mengajar yang perlu dikuasai oleh pengajar.

28

3. Keiyoodooshi

Keiyoodooshi yaitu kelas kata yang dengan sendirinya dapat membentuk

sebuah bunsetsu, dapat berubah bentuknya, dan bentuk shuushikeinya

berakhir dengan da atau desu.

4. Meishi (nomina)

Meishi adalah kata-kata yang menyatakan orang, benda, peristiwa dan

sebagainya.

5. Rentaishi (prenomina)

Rentaishi adalah kelas kata yang termasuk kelompok jiritsugo yang tidak

konjugasi yang digunakan hanya untuk menerangkan nomina.

6. Fukushi (Adverbia)

Fukushi adalah kelas kata yang tidak mengalami perubahan bentuk dengan

sendirinya dapat menjadi keterangan bagi yoogen walaupun tanpa

mendapat bantuan dari kata-kata yang lain.

7. Kandooshi (interjeksi)

Kandooshi adalah salah satu kelas kata yang termasuk jiritstugo yang tidak

dapat berubah bentuknya, tidak dapat menjadi subjek, tidak dapat menjadi

keterangan, dan tidak dapat mejadi konjungsi.

8. Setsuzokushi (konjungsi)

Setsuzokushi adalah kelas kata yang termasuk ke dalam kelompok

jiritsugo yang tidak dapat mengalami perubahan.

9. Jodooshi (verba bantu)

Page 17: BAB II TINJAUAN PUSTAKA - a-research.upi.edua-research.upi.edu/operator/upload/s_jep_0703890_chapter2(1).pdf · penting dalam kegiatan belajar mengajar yang perlu dikuasai oleh pengajar.

29

Jodooshi adalah kelompok kelas kata yang termasuk fuzokugo yang dapat

berubah bentuknya.

10. Joshi (partikel)

Joshi adalah kelas kata yang termasuk fuzokugo yang dipakai setelah suatu

kata untuk menunjukkan hubungan antara kata tersebut dengan yang lain

serta untuk menambah arti kata tersebut lebih jelas lagi.

II. 4. 2 Pengertian kata

Dalam Kamus Umum Bahasa Indonesia kata adalah rangkaian bunyi

terkecil yang ada artinya dan merupakan unsur kalimat (Badudu & Zain, 1997 :

625). Pengertian kata menurut Kamus Besar Bahasa Indonesia sendiri adalah :

1. Unsur bahasa yang diucapkan dan dituliskan yang merupakan perwujudan

kesatuan perasaan dan pikiran yang dapat digunakan dalam berbahasa;

2. Ujar, bicara;

3. a. morfem satuan terkecil yang dapat diujarkan sebagai bentuk yang bebas;

b. satuan bahasa yang dapat berdiri sendiriterjadi dari morfem tunggal

(msl, batu, rumah, datang) atau gabungan morfem (msl, pejuang,

mengikuti, pancasila, mahakuasa). (Depdikbud, 1999 : 451)

Seperti juga yang dituturkan oleh Mansoer Padeta (1995 : 202), “kata

adalah bentuk linguistik yang berdiri sendiri, dapat dipindahkan, dapat diganti,

bermakna, dan bergungsi dalam ujaran”.

Page 18: BAB II TINJAUAN PUSTAKA - a-research.upi.edua-research.upi.edu/operator/upload/s_jep_0703890_chapter2(1).pdf · penting dalam kegiatan belajar mengajar yang perlu dikuasai oleh pengajar.

30

II. 4 . 3 Definisi Kosakata

Beberapa definisi kosakata dalam bahasa Jepang adalah sebagai berikut :

a. Dalam buku Nihonggo Kyouiku Jiten (1982:277), disebutkan bahwa

kosakata merupakan kumpulan kata.

b. Dalam buku Shogakkou Kokugo Jiten (1982:292), disebutkan bahwa

kosakata adalah jenis kata.

c. Dalam Nihonggo Daijiten (1989:635), disebutkan bahwa Goi adalah

kumpulan kata yang bermakna kata.

Sedangkan baik dalam Kamus Umum Bahasa Indonesia maupun Kamus

Besar Bahasa Indonesia, keduanya mengartikan kosakata adalah pembendaharaan

kata. (Badudu & Zain, 1997 : 721 )(Depdikbud, 1994 : 527 ).

Pada dasarnya kosakata adalah semua kata yang terdapat dalam suatu

bahasa atau dapat juga diartikan sebagai semua kata yang digunakan dalam

komunikasi baik lisan maupun tulisan. Menurut pendapat Soedjito (1990:1)

bahwa kosakata dapat diartikan semua kata yang terdapat dalam suatu bahasa,

kekayaan kata yang dimiliki oleh seorang pembicara atau penulis, kata yang

dipakai dalam suatu bidang ilmu pengetahuan dan daftar kata yang disusun seperti

kamus yang disertai penjelasan secara singkat dan praktis.

Page 19: BAB II TINJAUAN PUSTAKA - a-research.upi.edua-research.upi.edu/operator/upload/s_jep_0703890_chapter2(1).pdf · penting dalam kegiatan belajar mengajar yang perlu dikuasai oleh pengajar.

31

II. 4. 4 Penggunaan Kosakata

Dalam Kamus Lengkap Bahasa Indonesia, penggunaan memiliki arti :

“Proses, cara, perbuatan menguasai, pemahaman atau kesanggupan untuk

menguasai” (Poerwadarminta, 1996:528).

Dari pengertian tersebut, penguasaan kosakata adalah suatu perbuatan

menguasai atau kemampuan memahami dan menggunakan kata-kata yang

terdapat dalam suatu bahasa, baik bahasa lisan maupun tulisan.

Menurut Dale,et. All dalam Tarigan (1993:3), beberapa faktor yang perlu

diperhatikan dalam pengajaran bahasa untuk penguasaan kosakata, yaitu :

1. Kuantitas dan kualitas tingkatan serta kedalaman kosakata seseorang

merupakan indeks pribadi yang terbaik bagi perkembangan mentalnya;

2. Perkembangan kosakata merupakan perkembangan konseptual, merupakan

suatu tujuan pendidikan dasar bagi setiap sekolah atau perguruan tinggi;

3. Semua pendidikan pada dasarnya adalah menyumbangkan kosakata yang

merupakan perkembangan konseptual;

4. Suatu program yang sistematis bagi perkembangan kosakata dipengaruhi

usia, jenis kelamin, pendapatan, kemampuan, bawaan, dan status sosial;

5. Faktor-faktor geografis juga menentukan atau mempengaruhi

kesimbangan kosakata;

6. Seperti proses membaca yang dapat membimbing seseorang dari kata yang

belum diketahui menuju kata yang diketahui.

Page 20: BAB II TINJAUAN PUSTAKA - a-research.upi.edua-research.upi.edu/operator/upload/s_jep_0703890_chapter2(1).pdf · penting dalam kegiatan belajar mengajar yang perlu dikuasai oleh pengajar.

32

Menurut Keraf (1988:80), “Penguasaan kosakata bahasa yang dimiliki

oleh seseorang memiliki tiga sifat, yaitu penguasaan bahasa secara aktif, pasif dan

penguasaan bahasa setengah aktif dan setengah pasif”. Ketiga sifat itu masing-

masing memiliki arti sebagai berikut :

1. Penguasaan bahasa secara aktif adalah kata-kata yang sering dipergunakan

seseorang dalam berbicara atau menulis nampak keluar tanpa pikir

panjang untuk merangkai gagasan-gagasan yang dipikirkannya.

2. Penguasaan bahasa secara pasif adalah kata-kata yang hampir tidak dapat

digunakan tapi dapat menimbulkan reaksi bila didengar atau dibaca orang

tersebut.

3. Penguasaan bahasa setengah aktif dan setengah pasif bila seseorang

memahami kata-kata suatu bahasa tetapi ia tidak mampu membuat orang

lain memahaminya.

Adapun macam-macam penguasaan kosakata menurut Nurgiantoro

(1995:209), adalah sebagai berikut :

1. Penguasaan reseptif adalah penguasaan yang hanya ada dalam proses

pemikiran seperti kegiatan menyimak dan membaca yang disebut juga

proses decoding.

2. Penguasaan produktif adalah penguasaan mengkomunikasikan ide, pikiran,

perasaan melalui bentuk-bentuk kebahasaan secara lisan atau tulisan yang

disebut proses encoding.

Page 21: BAB II TINJAUAN PUSTAKA - a-research.upi.edua-research.upi.edu/operator/upload/s_jep_0703890_chapter2(1).pdf · penting dalam kegiatan belajar mengajar yang perlu dikuasai oleh pengajar.

33

Penguasaan penulisan merupakan kemampuan penulisan kosakata sesuai

dengan kaidah kebahasaan. Tanpa penguasaan tulisan ini, kemampuan

seseorang dalam menguasai kosakata belumlah sempurna.

II. 4. 5 Manfaat Penguasaan Kosakata

Penguasaan kosakata memiliki peranan yang sangat penting dalam

keterampilan berbahasa. Hal ini sesuai dengan yang dikemukan oleh Hardhono

(1988:7), bahwa dari semua aspek dasar bahasa asing yang harus dikuasai siswa

daalam proses belajar, aspek kosakata dianggap yang paling penting karena tanpa

penguasaannya tidak mungkin orang bisa menggunakan bahasa asing.

Pengalaman menunjukkan bahwa meskipun siswa dapat membaca teks dengan

ucapan yang baik dan punya pengetahuan yang cukup tentang tata bahasa, namun

jika mereka tidak dapat menangkap apa yang dibaca, maka mereka tidak

memahami dan tidak dapat mengutarakan kembali isi bacaan tersebut.

Melalui kosakata, manusia dapat mengekspresikan pikiran, gagasan, serta

perasaan terhadap orang lain. Semakin banyak kosakata yang dimiliki seseorang

maka akan semakin banyak gagasan yang dapat ia ungkapkan.

Hal tersebut didukung Keraf (1996:24) mengenai salah satu manfaat

kosakata, yaitu :

“ Mereka yang luas kosakatanya akan memiliki kemampuan yang tinggi

untuk memilih setepat-tepatnya kata mana yang paling harmonis untuk mewakili

maksud atau gagasannya. Sebaliknya yang miskin kosakatanya akan sulit

Page 22: BAB II TINJAUAN PUSTAKA - a-research.upi.edua-research.upi.edu/operator/upload/s_jep_0703890_chapter2(1).pdf · penting dalam kegiatan belajar mengajar yang perlu dikuasai oleh pengajar.

34

menemukan kata yang tepat, dan ketiga, karena ia tidak tahu bahwa ada

perbedaan antara kata-kata yang bersinonim itu.”

Adapun dalam kehidupan sosial, seperti yang dikemukakan oleh Keraf

(1996:23), berikut ini :

“ Mereka yang terlibat dalam jaringan komunikasi masyarakat

kontemporer ini memerlukan persyaratan-persyaratan tertentu. Persyaratan itu

antara lain : ia harus menguasai sejumlah besar kosakata yang dimiliki masyarakat

bahasanya, serta mampu pula menggerakkan kekayaannya itu menjadi jaringan-

jaringan kalimat yang jelas dan efektif, sesuai dengan kaidah-kaidah sintaksis

yang berlaku, untuk menyampaikan rangkaian pikiran dan perasaannya kepada

anggota-anggota masyarakat lainnya.”

Dari berbagai pendapat diatas maka, manfaat penguasaan kosakata bagi

pengguna bahasa agar dapat berkomunikasi dan mengungkapkan ide secara lisan

maupun tulisan kepada orang lain.

Oleh karena itu, penguasaan kosakata sangatlah penting dalam kehidupan

individu itu sendiri dan juga kehidupan dalam bermasyarakat atau sosial.

II. 4. 6 Teknik Penguatan Mengingat Kosakata

Daya jiwa itu adalah ingatan. Ingatan ialah suatu daya jiwa kita yang dapat

menerima, menyimpan, dan memproduksi kembali pengertian-pengertian atau

tanggapan-tanggapan kita. Bobbi de porter ( Destiany, 1999:216) berpendapat

bahwa kunci untuk mendapat daya ingat adalah bagaimana cara kita

Page 23: BAB II TINJAUAN PUSTAKA - a-research.upi.edua-research.upi.edu/operator/upload/s_jep_0703890_chapter2(1).pdf · penting dalam kegiatan belajar mengajar yang perlu dikuasai oleh pengajar.

35

mengasosiasikan berbagai hal dalam memori kita dan dapat menggunakan

asosiasi sederhana untuk mendapat informasi yang tersembunyi, dan asosiasi yang

kompleks untuk mengingat teori-teori yang sulit dan bagian informasi yang

mengndung banyak potongan-potongan kecil yang saling berkaitan.

Hal yang setara mengenai pengertian asosiasi diungkapkan juga oleh

Depdiknas (2001:72) asosiasi adalah tautan dalam ingatan seseorang pada orang

atau barang, pembentukan hubungan atau pertalian antara gagasan, ingatan, atau

kegiatan panca indra.

Sujianto (1995: 41-42) dalam bukunya yang berjudul Psikologi Pendidikan

Umum membagi hal daya ingatan itu menjadi dua golongan yaitu :

1. Daya ingatan mekanis, yang artinya daya ingatan itu hanya untuk kesan-

kesan penginderaan.

2. Daya ingatan logis, yang artinya daya ingatan itu hanya untuk kesan-kesan

yang mengandung pengertian.

Sehubungan dengan hal tersebut, Sudjianto (1995: 42) menjelaskan maka

selain dari pribadi anak itu sendiri dibutuhkan juga usaha lebih dari satu

guru agar bahan pelajaran dapat lama tinggal di dalam ingatan siwa,

karena ternyata dari daya menerima, ada ingatan yang cepat dan ada yang

lambat. Daya ingatan – cepat dan mudah – menerima – menyimpan –

memproduksi – siap.

Oleh karena itu, ingatan bisa lebih baik bila bahan ajaran diberikan secara

terus-menerus. Walaupun kita tidak bisa menutup mata kalau ingatan itu

Page 24: BAB II TINJAUAN PUSTAKA - a-research.upi.edua-research.upi.edu/operator/upload/s_jep_0703890_chapter2(1).pdf · penting dalam kegiatan belajar mengajar yang perlu dikuasai oleh pengajar.

36

pada dasarnya bersifat individual, yang artinya tiap-tiap anak mempunyai

tipe-tipe ingatan yang berbeda.

1. Sifat perorangan

2. Keadaan diluar jiwa kita (alam sekitar dan keadaan jasmaniah)

3. Keadaan jiwa kita

Tiap-tiap orang juga mempunyai tipe-tipe tanggapan sendiri-sendiri,

Sujianto (1995:34) mengelompokkan menjadi beberapa tipe, yaitu :

1. Tipe visual, artinya orang itu mempunyai ingatan yang baik sekali bagi

apa yang telah dilihatnya.

2. Tipe Auditif, artinya orang itu dapat mengingat dengan baik sekali bagi

apa yang telah didengarnya.

3. Tipe motorik, artinya orang itu mempunyai ingatan baik sekali bagi apa

yang telah dirasakan geraknya.

4. Tipe taktil, artinya orang itu mempunyai ingatan yang baik buat segala hal

yang telah dirabanya.

5. Tipe campuran, artinya kekuatan tiap indra sama saja dan mempunyai

ingatan yang sama kuatnya buat segala hal yang telah pernah ada

diindranya.

Untuk menimbulkan kesan-kesan itu dengan cepat, anak harus diberi

metode yang baik dalam mengingat dan menghafal.

Metode yang baik menurut Sujianto (1995:44) adalah metode campuran,

yaitu anak mengamati secara keseluruhan lebih dahulu dan memperhatikan

Page 25: BAB II TINJAUAN PUSTAKA - a-research.upi.edua-research.upi.edu/operator/upload/s_jep_0703890_chapter2(1).pdf · penting dalam kegiatan belajar mengajar yang perlu dikuasai oleh pengajar.

37

kesukaran-kesukarannya baru nanti dihafalkan semuanya dan memperkuat

ingatan perlu diperhatikan tipe-tipe tanggapan siswa.

II. 5 Penelitian Terdahulu

Penelitian ini sejalan dengan penelitian sebelumnya oleh Fina Febiyanti

(023733) jurusan bahasa Prancis dengan judul “Efektivitas Metode Repon Fisik

Total dalam Upaya Meningkatkan Penguasaan Kosakata bahasa Prancis (Studi

Ekperimen Kuasi terhadap siswa kelas X.6 SMA Negeri Cicalengka Tahun

Ajaran 2006-2007).

Penelitian ini ditujukan untuk mengetahui kemampuan siswa sebelum dan

sesudah penerapan metode RFT dan untuk mengetahui efektivitas RFT dalam

meningkatkan penguasaan kosakata bahasa Prancis tingkat pemula. Populasi

penelitian ini ditujukan kepada siswa X.6 SMA Negeri Cicalengka, sampel

penelitian total jumlah siswa 38 orang.

Metode RFT sebagai salah satu metode pengajaran kosakata yang telah

diujicobakan pada siswa menunjukkan hasil yang positif. Dengan penerapan

metode RFT, kemampuan penguasaan kosakata siswa sebelum dan sesudah

perlakuan mengalami peningkatan. Hasil pretest 6,23 kemudian meningkat prates

menjadi 9,02. Berdasarkan perhitungan diperoleh nilai thitung sebesar 23,83 taraf

signifikasi yang digunakan adalah taraf signifikasi 1% dengan derajat kebesaran

(d.b) sebesar 37 maka di peroleh ttabel sebesar 2,735. Hal ini berarti thitung >

ttabel, 28,83 > 2,735. Dari hasil perhitungan tersebut metode respon fisik total

efektif untuk meningkatkan kosakata bahasa Perancis.

Page 26: BAB II TINJAUAN PUSTAKA - a-research.upi.edua-research.upi.edu/operator/upload/s_jep_0703890_chapter2(1).pdf · penting dalam kegiatan belajar mengajar yang perlu dikuasai oleh pengajar.

38

Dari hasil penelitian tersebut, pembelajaran kosakata dengan metode

Respon Fisik Total (RFT) cukup membantu peningkatan kemampuan

memperkaya kosakata . oleh karena itu, dalam penelitian ini akan diujicobakan

penerapan metode Respon Fisik Total (RFT) dalam pembelajaran bahasa Jepang

untuk mengingat kosakata pada siswa SMA Negeri 1 Bandung.