BAB II TINJAUAN PUSTAKA -...
Transcript of BAB II TINJAUAN PUSTAKA -...
13
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA
II. 1 Pengertian Metode Pembelajaran
Metode pembelajaran adalah cara yang digunakan seorang pengajar agar
tujuan pembelajaran dapat tercapai. Menurut Sudjana (1987:76), “metode
pembelajaran adalah cara yang dipergunakan guru dalam mengadakan hubungan
dengan siswa pada saat berlangsungnya pelajaran”.
Metode pembelajaran atau kyoojuhou merupakan salah satu komponen
penting dalam kegiatan belajar mengajar yang perlu dikuasai oleh pengajar. Istilah
metode kadang–kadang tertukar dengan istilah pendekatan atau teknik
pembelajaran. Pemilihan metode pembelajaran tentu saja tidak dapat dilakukan
dengan baik, bila pengajar tidak mengetahui metode pembelajaran yang ada.
Dengan menggunakan variasi beberapa metode, diharapkan tidak membosankan
bagi pembelajar, serta dapat mengatasi masalah yang dihadapi oleh pengajar pada
situasi atau kondisi tertentu dalam melaksanakan kegiatan belajar mengajar
( Danasasmita, 2009:25)
Dalam pengajaran bahasa termasuk bahasa asing seorang guru dituntut
untuk dapat menggunakan metode pengajaran yang tepat agar tujuan
pembelajaran dapat tercapai seperti pendapat Pasaribu (1983,14-15), “Berhasil
atau tidaknya tujuan yang ingin dicapai bergantung pada penggunaan metode
yang tepat. Efektif tidaknya untuk mencapai tujuan pembelajaran sangat
tergantung kepada kemampuan guru. Pemakaian metode yang tepat akan dapat
14
meningkatkan motivasi belajar pada murid sedangkan metode yang tidak tepat
merupakan penghambat yang paling besar dalam proses belajar”.
Metode pengajaran yang akan dipergunakan oleh seorang pengajar harus
memiliki syarat-syarat yang harus diperhatikan. Hal ini terungkap dalam pendapat
Ahmadi (Fina, 1997:53) yang mengatakan bahwa metode yang dipergunakan
harus dapat :
1. Membangkitkan motivasi, minat atau gairah belajar siswa;
2. Menjamin perkembangan kegiatan kepribadian siswa;
3. Memberi kesempatan pada siswa mewujudkan hasil karya;
4. Merangsang keinginan siswa untuk belajar lagi serta melakukan eksplorasi
dan inovasi (pembaharuan);
5. Mendidik siswa dalam teknik belajar sendiri dan cara memperoleh
pengetahuan melalui usaha pribadi;
6. Meniadakan penyajian bersifat verbalis dan menggantinya dengan
pengalaman atau situasi yang nyata dan bertujuan;
7. Menanamkan dan mengembangkan nilai-nilai dan sikap-sikap utama yang
diharapkan dalam kebiasaan cara kerja yang baik dalam kehidupan sehari-
hari.
15
II. 2 Metode Pembelajaran Bahasa
Metode menurut Surakhman (Fina, 2008 :11) merupakan cara utama yang
dipergunakan untuk mencapai tujuan, oleh karena itu penggunaan metode yang
akan digunakan hendaknya sesuai dengan tujuan pengajaran. Dalam Kamus Besar
Bahasa Indonesia (1995 : 652) metode adalah cara yang teratur dan terpikir untuk
mencapai tujuan. Dzamarah dan Zain (2002 : 85) mengungkapkan bahwa metode
adalah pelicin jalan pengajaran menuju tujuan, dengan memanfaatkan metode
secara akurat, guru akan mampu mencapai tujuan pengajaran.
Dalam Metodologi pembelajaran bahasa Jepang ( Danasasmita, 2009:26 )
pembelajaran atau kyoojuhou (教授法 ) berarti cara untuk mencapai tujuan.
metode pembelajaran mengandung makna yang luas dan diartikan sebagai suatu
cara yang menyeluruh dalam mencapai tujuan pembelajaran. Metode
pembelajaran adalah cara penentuan bahan ajar yang akan disampaikan kepada
pembelajar. Sementara itu, metode pembelajaran adalah cara-cara penyajian
bahan pengajaran dalam suatu kegiatan belajar mengajar agar tujuan pembelajaran
dapat tercapai.
( Danasasmita, 2009:26 ) Metode pembelajaran bersifat prosedural dan
menggambarkan suatu prosedur bagaimana caranya mencapai tujuan-tujuan
pembelajaran. Pendekatan pembelajaran akan mempengaruhi setiap langkah
kegiatan metode pembelajaran, yakni dalam :
16
1. Pemilihan bahan pembelajaran;
2. Penyusunan bahan pembelajaran;
3. Cara-cara penyajian bahan pembelajaran;
4. Pemantapan;
5. Penilaian dan evaluasi.
Dasar-dasar metodologi pengajaran (Engkoswara, 1998) dalam
Danasasmita mengemukakan lima prinsip dalam metode pembelajaran yaitu:
1. Azas maju berkelanjutan, yang artinya memberi kemungkinan kepada
murid untuk mempelajari sesuatu dengan kemampuannya;
2. Penekanan pada belajar sendiri, artinya pembelajar diberi kesempatan
banyak untuk mempelajari dan mencari sendiri bahan pelajaran lebih
banyak dari pada yang diberikan oleh pengajar;
3. Bekerja sama dengan team, pembelajar dapat mengerjakan sesuatu
pekerjaan yang memungkinkan bermacam-macam kerjasama;
4. Mutidisipliner, artinya memungkinkan pembelajar untuk mempelajari
sesuatu meninjau dari beberapa sudut, serta;
5. Fleksibel, dalam arti dapat dilakukan menurut keperluan dan keadaan.
17
II. 2. 1 Macam-macam Metode Pembelajaran Bahasa
Suardi sapani, dkk (1999) dalam Teori Pengajaran Bahasa mengemukakan
bahwa metode pembelajaran secara garis besar dapat dibedakan menjadi dua
kelompok, yaitu :
1. Metode pembelajaran umum yang digunakan pada bidang studi secara
umum. Antara lain : metode ceramah, metode metode tanya jawab, metode
diskusi, metode demonstrasi, metode inkuiri, metode pemberian tugas dan
resitasi, dan metode latihan.
2. Metode pembelajaran yang digunakan pada bidang studi tertentu. Antara
lain : metode khusus pembelajaran bahasa.
Metode pembelajaran bahasa secara garis besar dapat dibagi menjadi dua,
yakni :
1. Metode pembelajaran bahasa pertama (bahasa ibu)
2. Metode pembelajaran bahasa kedua atau bahasa asing.
Ada bermacam-macam metode pengajaran dalam pengajaran bahasa asing,
setiap metode memiliki keunggulan dan kelemahan masing-masing.
Brown1(2001: 34-35) dalamnya buku mengemukakan antara lain tujuh
metode pengajaran bahasa yaitu;
1Teaching by principles : An Interactive Approach toLanguaguPedagogi
18
1. Metode tata bahasa terjemahan;
2. Metode langsung;
3. Metode audiolingual;
4. Metode diam ( The silent way ) ;
5. Metode pembelajaran bahasa masyarakat;
6. Metode suggestopedia;
7. Metode RFT.
Menurut Subyakto (1988:10), “metode tata bahasa terjemahan melatih
pembelajar menganalisis secara logis bahasa asing dengan pengafalan aturan
bahasa, pola kalimat serta penerapannya dalam latihan penerjemahan”. Dengan
kata lain, metode terjemahan memfokuskan pembelajar untuk dapat
menterjemahkan dari satu bahasa ke bahasa target.
Metode tata bahasa terjemahan yang tercantum dalam Tarigan (1988:125),
memaparkan bahwa metode tata bahasa terjemahan memusatkan diri terhadap
pengembangan apresiasi siswa tentang kesusasteraan. Kegiatannya adalah
menterjemahkan bacaan-bacaan yang bersifat sastra, menghafalkan kaidah-kaidah
tata bahasa, serta mempelajari kesamaan kosakata bahasa asing.
Pada metode audiolingual dalam Tarigan (1988:125), pembelajaran
mengulang-ulang pola-pola kalimat hingga mampu mengucapkannya secara
spontan. Guru lebih dominan dalam proses belajar mengajar. Metode audiolingual
menggunakan pendekatan Oral Approach. Ciri khas daro Oral Approach adalah
digunakan latihan-latihan Pattern practice atau Mim-mem( meniru dan mengingat).
19
Metode diam (The silent way) dalam Tarigan (1988:125), Dalam proses
ini, guru lebih banyak diam dengan menekankan interaksi antar siswa melalui
keterampilan lisan dan menyimak. Hal tersebut selaras dengan pendapat Subyakto
(1988:45) bahwa tujuan utama dari metode diam adalah memperlengkapi
pembelajar dengan keterampilan lisan dan memperkuat kepekaan menyimak.
Metode pembelajaran bahasa masyarakat dalam Tarigan (1988:126), guru
melihat siswa sebagai personal yang keinginan belajarnya tinggi. Guru dapat
membantu siswa agar siswa dapat mengatasi kekhawatiran sehingga siswa dapat
kemauan kuat untuk belajar.
Metode suggestopedia dalam Tarigan (1988:126), membantu siswa
meniadakan hambatan-hambatan psikologis dalam pembelajaran. Lingkungan
belajar memberikan suasana yang nyaman bagi siswa dan para siswa dianjurkan
santai dengan cara bergurau.
Demikianlah secara sekilas dipaparkan beberapa metode pembelajaran
bahasa. Metode-metode tersebut berbeda dengan metode respon fisik total (RFT).
Berikut ini akan dijelaskan pengertian tentang metode respon fisik total (RFT).
II. 3 Metode Respon Fisik Total (RFT)
Menurut Olle dan Richards (1983: 329), Metode respon fisik total (RFT)
merupakan salah satu metode pengajaran bahasa yang muncul dan dikembangkan
dengan inovasi tersendiri melalui aktivitas psikomotorik.
20
Dalam subyakto (1988:73), Metode respon fisik total (RFT) adalah metode
yang dikembangkan James Asher seorang profesor psikologi Universitas Negeri
San Jose dari California, Amerika serikat. pembelajarannya lebih mengutamakan
kegiatan langsung berhubungan dengan kegiatan fisik (physical) dan gerakan
(movement). Dalam metode RFT ini, Asher mengatakan bahwa semakin sering
atau semakin intensif memori seseorang diberikan stimulasi maka semakin kuat
asosiasi memori berhubungan dan semakin mudah untuk mengingat (recalling).
Kegiatan mengingat ini dilakukan secara verbal dengan aktifitas gerak (motor
activity).
Metode ini berpengaruh oleh pendekatan pemahaman atau Comprehension
Approach. Hal tersebut diutarakan oleh Tarigan (1988:185) tentang pendekatan
pemahaman yang memiliki keyakinan bahwa :
1. Kemampuan-kemampuan pemahaman mendahului keterampilan-
keterampilan produktif dalam pembelajaran suatu bahasa;
2. Pengajaran berbicara dilakukan setelah keterampilan pemahaman
terbentuk;
3. Keterampilan-keterampilan itu diperoleh melalui menyimak;
4. Pengajaran bahasa seyogyanya lebih banyak memberikan penekanan
terhadap makna daripada bentuk; dan
5. Pengajaran hendaknya memperkecil tekanan atau ketegangan pembelajar.
Menurut Subyakto (1988:68-69), “pendekatan pemahaman menekankan
pemahaman menyimak sebagai aktivasi pertama dalam pembelajaran berupa
21
kalimat-kalimat perintah yang diikuti gerakan atau ekspresi muka. Setelah itu,
guru memberikan pelajaran kosakata dan tata bahasa yang diajarkan secara
bertahap sesuai tingkat kesukarannya”.
Pengaruh pendekatan pemahaman terhadap metode respon fisik total
(RFT) dapat terlihat dalam proses pembelajaran dari metode respon fisik total
(RFT) itu sendiri.
Hal yang diperkuat dengan pendapat dari Omagio dan Tarigan sendiri
yang tercantum dalam Tarigan (1988:185), “metode respon fisik total (RFT) ini
didasarkan pada keyakinan bahwa pemahaman haruslah berkembang terlebih
dahulu sebelum partisipasi aktif lisan yang diharapkan. Pemahaman tersebut akan
lebih cepat diperoleh bila pengajar dapat menarik sistem sensori tubuh siswa.
Metode respon fisik total (RFT) memanfaatkan aba-aba atau perinath lisan yang
harus dilaksanakan oleh para siswa untuk melihat pemahaman mereka. Siswa
diperkenalkan dengan bahasa yang bersituasi dan mudah dipahami dengan
paragaan, tiruan, dan contoh”.
II. 3. 1 Definisi Metode Respon Fisik Total (RFT)
Menurut Asher dalam Tarigan (1988:247), metode respon fisik total (RFT)
adalah pendekatan yang memanfaatkan aba-aba atau perintah lisan yang harus
dilaksanakan oleh para siswa untuk memperlihatkan pemahaman mereka.
22
Selaras dengan pendapat tersebut, Rombepajung (1988:137)
mengungkapkan bahwa, “Respon Fisik Total (RFT) adalah suatu pendekatan
bahasa yang dilandasi oleh koordinasi ujaran atau gerakan. Pendekatan ini
berupaya untuk mengajarkan bahasa melalui kegiatan fisik dan motorik.
II. 3. 2 Karakteristik Metode Respon Fisik Total (RFT)
Menurut pendapat yang diutarakan Asher (Herawati, 1997:27),
karakteristik metode respon fisik total (RFT) adalah sebagai berikut :
1. Guru memberi perintah dan siswa bergerak mengikuti perintah sebagai
reaksinya;
2. Menyimak dan keahlian merespon secaara fisik ditekankan terlebih dahulu
sebelum berbicara;
3. Bentuk kalimat perintah adalah fungsi bahasa yang biasa digunakan, dan
begitu pula pada tingkatan yang lebih tinggi;
4. Bila memungkinkan, humor dimasukkan kedalam pelajaran untuk
membuat siswa menikmatinya;
5. Siswa tidak dipaksa untuk berbicara sampai mereka telah merasa “siap”
dan percaya diri unutk melakukannya;
6. Tata bahasa dan kosakata didapatkan seiring dengan pembelajaran. Begitu
pula pembelajaran membaca dan menulis.
23
Karakteristik metode respon fisik total (RFT) tersebut di atas didukung
oleh pendapat dari Tarigan yang mengemukakan bahwa respon fisik total (RFT)
memiliki tiga prinsip dalam pengajaran bahasa asing (1988:181), yaitu :
1. “berbicara” dimulai sesudah pemahaman bahasa lisan telah mantap;
2. Pemahaman bahasa lisan dicapai melalui perintah-perintah guru;
3. Siswa diupayakan agar menunjukkan dirinya “siap untuk berbicara”
II. 3. 3 Tujuan Metode Respon Fisik Total (RFT)
Dalam Rombepajung (1988:137) tujuan metode respon fisik total (RFT)
yaitu;
1. Kemampuan untuk menggunakan bahasa secara lisan;
2. Untuk merealisasikan hubungan antara tanggapan fisik dan penguasaan
bahasa;
3. Untuk memberikan bahan palajaran dalam bentuk perintah;
4. Memberikan makna kata-kata dalam bentuk peragaan fisik.
Dengan demikian, dapat diketahui bahwa dalam metode repon fisik total
(RFT) pada tahap permulaan kesalahan berbicara dapat ditoleransi dan siswa
diupayakan agar berani untuk berbicara setelah memilki pemahaman berbahasa.
II. 3. 4 Teknik Pembelajaran dalam Metode Respon Fisik Total (RFT)
Ada empat penerapan metode ini dalam pengajaran. Hal ini diutarakan
Asher (Herawati, 1997: 29-30), yaitu :
24
1. Apersepsi pelajaran. Guru dapat melakukan pemanasan kepada siswa
dengan memberi perintah singkat yang diajarkan sebelumnya agar mereka
bergerak mengikutinya.
2. Pemberian kata perintah yang baru kemudian diberikan.
Setelah itu, pemahaman jenis kata seperti kata benda, kata sifat, kata bantu
kerja dan lainnya.
Kemudian pengajar menambahkan perintah dengan berbagai variasi
lainnya.
Selanjutnya, guru dapat menanyakan pertanyaan sederhana yang
memudahkan siswa untuk menjawab dengan gerakan tubuhnya, untuk
mengetahui pemahaman siswa.
Setelah tahapan tersebut, siswa akan secara sukarela siap untuk ikut
memberi kalimat perintah kepada lainnya.
3. Mambaca dan menulis. Untuk bagian ini, guru menulis terlebih dahulu
setiap kosakata baru dan kalimat di papan tulis untuk mengilustrasikannya.
Kemudian guru melafalkan kosakata tersebut dan memperagakannya.
Siswa dapat mendengarkan dan mencatat materi tersebut.
Berikut ini, beberapa gerakan sederhana yang dapat diaplikasikan dalam
respon fisik total (RFT) menurut Brown (Herawati, 1997:18) yaitu :
1. Kalimat-kalimat perintah adalah hal yang termudah untuk membuat siswa
bergerak dan berbicara bebas.
2. Respon verbal tidaklah penting karena dalam RFT siswa akan berani
berbicara bila mereka merasa siap;
25
3. Kalimat yang lebih kompleks dapat diterapkan dalam kalimat perintah.
4. Humor dapat ditampilkan untuk mengurangi strees siswa.
5. Kalimat-kalimat tanya dapat digunakan untuk mengetahui pemahaman
siswa.
Metode respon fisik total (RFT) berkaitan dengan teori pengusutan ingatan.
Hal ini didukung oleh pendapat Tarigan (1988:184) yang menyatakan bahwa
respon fisik total (RFT) dihubungkan dengan “teori pengusutan ingatan” yaitu
teori yang berpendapat bahwa semakin sering/intensif suatu hubungan ingatan
ditelusuri, maka akan semakin kuat pula ingatan itu dan semakin mudah pula
untuk diingat. Pengusutan dapat dilakukan secara verbal atau dengan digabungkan
dengan aktivitas gerak. Penggabungan tersebut dapat memperbesar kemungkinan
pengingatan yang berhasil.
Dari pendapat tersebut dapat diketahui bahwa metode ini dapat digunakan
untuk meningkatkan kosakata bahasa asing karena dengan metode ini, siswa dapat
memahami, mengingat dan menggunakan kosakata yang dipelajarinya dengan
baik. Hal itu dikarenakan metode respon fisik total (RFT) ini menggunakan
aktifitas gerakan selain aktifitas verbal.
II. 3. 5 Keunggulan dan Kelemahan Metode Respon Fisik Total (RFT)
Metode respon fisik total RFT memiliki beberapa keunggulan dan
kelemahan dalam pengajaran bahasa. Keunggulan dan kelemahan tersebut akan
diuraikan sebagai berikut :
26
� Keunggulan Metode Respon Fisik Total (RFT)
Menurut Asher dalam tarigan (1988:249), metode respon fisik total (RFT)
memiliki keunggulan sebagai berikut :
1. Metode RFT memberikan umpan balik yang beraneka ragam untuk
mendorong perkembangan kecakapan linguistik para siwa;
2. Metode RFT mempunyai potensi besar untuk mengaktifkan siswa;
3. Metode RFT memberikan kesempatan siswa untuk mengujicobakan
keterampilan secara kreatif;
4. Metode RFT lebih menekankan pada keterampilan menyimak.
Sedangkan menurut Subyakto (1988:75-76), kelebihan metode respon
fisik total (RFT) sebagai berikut :
1. Metode RFT dapat mempercepat tercapainya kemampuan
berbicara;
2. Metode RFT bisa digabungkan dengan metode-metode yang lain;
3. Metode RFT dapat dipakai dalam penyajian wacana membaca;
4. Metode RFT memelihara kepercayaan diri dalam pelajar.
� Kelemahan Metode Respon Fisik Total (RFT)
Menurut Subyakto (1988:76), kelemahan metode respon fisik total
(RFT) sebagai berikut :
1. Metode RFT memerlukan waktu yang cukup banyak;
27
2. Penerapan metode RFT menuntut guru-guru untuk berbicara dengan
baik dan benar;
3. Metode RFT harus dengan instruksi dari pengajar;
4. Metode RFT mengutamakan keterampilan menyimak siswa.
II. 4 Kelas Kata dan Kosa kata
II. 4. 1 Kelas Kata dalam bahasa Jepang
Dalam buku Pengantar Linguistik Bahasa Jepang, Gramatika bahasa
Jepang Modern Sudjianto (2007: 149-182), mengungkapkan sampai sekarang pun
kelas kata masih dikelompokkan dalam jumlah yang beragam berdasarkan ahlinya.
Namun pembagian kelas kata sering diperkenalkan pada pengajaran bahasa
terutama bagi siswa sekolah dasar dan lanjutan di Jepang yaitu kelas kata seperti
yang tercantum dalm buku-buku paket bahasa Jepang yang ditetapkan oleh
Departemen Pendidikan Bahasa Jepang. Klasifikasi kelas kata itu :
1. Dooshi ( Verba)
Verba adalah salah satu kelas kata dalam bahasa Jepang, dipakai untuk
menyatakan aktivitas, keberadaan atau keadaan sesuatu.
2. Keiyooshi
Keiyooshi yaitu kelas kata yang menyatakan sifat atau keadaan sesuatu,
dengan sendirinya dapat menjadi predikat dan dapat mengalami perubahan
bentuk.
28
3. Keiyoodooshi
Keiyoodooshi yaitu kelas kata yang dengan sendirinya dapat membentuk
sebuah bunsetsu, dapat berubah bentuknya, dan bentuk shuushikeinya
berakhir dengan da atau desu.
4. Meishi (nomina)
Meishi adalah kata-kata yang menyatakan orang, benda, peristiwa dan
sebagainya.
5. Rentaishi (prenomina)
Rentaishi adalah kelas kata yang termasuk kelompok jiritsugo yang tidak
konjugasi yang digunakan hanya untuk menerangkan nomina.
6. Fukushi (Adverbia)
Fukushi adalah kelas kata yang tidak mengalami perubahan bentuk dengan
sendirinya dapat menjadi keterangan bagi yoogen walaupun tanpa
mendapat bantuan dari kata-kata yang lain.
7. Kandooshi (interjeksi)
Kandooshi adalah salah satu kelas kata yang termasuk jiritstugo yang tidak
dapat berubah bentuknya, tidak dapat menjadi subjek, tidak dapat menjadi
keterangan, dan tidak dapat mejadi konjungsi.
8. Setsuzokushi (konjungsi)
Setsuzokushi adalah kelas kata yang termasuk ke dalam kelompok
jiritsugo yang tidak dapat mengalami perubahan.
9. Jodooshi (verba bantu)
29
Jodooshi adalah kelompok kelas kata yang termasuk fuzokugo yang dapat
berubah bentuknya.
10. Joshi (partikel)
Joshi adalah kelas kata yang termasuk fuzokugo yang dipakai setelah suatu
kata untuk menunjukkan hubungan antara kata tersebut dengan yang lain
serta untuk menambah arti kata tersebut lebih jelas lagi.
II. 4. 2 Pengertian kata
Dalam Kamus Umum Bahasa Indonesia kata adalah rangkaian bunyi
terkecil yang ada artinya dan merupakan unsur kalimat (Badudu & Zain, 1997 :
625). Pengertian kata menurut Kamus Besar Bahasa Indonesia sendiri adalah :
1. Unsur bahasa yang diucapkan dan dituliskan yang merupakan perwujudan
kesatuan perasaan dan pikiran yang dapat digunakan dalam berbahasa;
2. Ujar, bicara;
3. a. morfem satuan terkecil yang dapat diujarkan sebagai bentuk yang bebas;
b. satuan bahasa yang dapat berdiri sendiriterjadi dari morfem tunggal
(msl, batu, rumah, datang) atau gabungan morfem (msl, pejuang,
mengikuti, pancasila, mahakuasa). (Depdikbud, 1999 : 451)
Seperti juga yang dituturkan oleh Mansoer Padeta (1995 : 202), “kata
adalah bentuk linguistik yang berdiri sendiri, dapat dipindahkan, dapat diganti,
bermakna, dan bergungsi dalam ujaran”.
30
II. 4 . 3 Definisi Kosakata
Beberapa definisi kosakata dalam bahasa Jepang adalah sebagai berikut :
a. Dalam buku Nihonggo Kyouiku Jiten (1982:277), disebutkan bahwa
kosakata merupakan kumpulan kata.
b. Dalam buku Shogakkou Kokugo Jiten (1982:292), disebutkan bahwa
kosakata adalah jenis kata.
c. Dalam Nihonggo Daijiten (1989:635), disebutkan bahwa Goi adalah
kumpulan kata yang bermakna kata.
Sedangkan baik dalam Kamus Umum Bahasa Indonesia maupun Kamus
Besar Bahasa Indonesia, keduanya mengartikan kosakata adalah pembendaharaan
kata. (Badudu & Zain, 1997 : 721 )(Depdikbud, 1994 : 527 ).
Pada dasarnya kosakata adalah semua kata yang terdapat dalam suatu
bahasa atau dapat juga diartikan sebagai semua kata yang digunakan dalam
komunikasi baik lisan maupun tulisan. Menurut pendapat Soedjito (1990:1)
bahwa kosakata dapat diartikan semua kata yang terdapat dalam suatu bahasa,
kekayaan kata yang dimiliki oleh seorang pembicara atau penulis, kata yang
dipakai dalam suatu bidang ilmu pengetahuan dan daftar kata yang disusun seperti
kamus yang disertai penjelasan secara singkat dan praktis.
31
II. 4. 4 Penggunaan Kosakata
Dalam Kamus Lengkap Bahasa Indonesia, penggunaan memiliki arti :
“Proses, cara, perbuatan menguasai, pemahaman atau kesanggupan untuk
menguasai” (Poerwadarminta, 1996:528).
Dari pengertian tersebut, penguasaan kosakata adalah suatu perbuatan
menguasai atau kemampuan memahami dan menggunakan kata-kata yang
terdapat dalam suatu bahasa, baik bahasa lisan maupun tulisan.
Menurut Dale,et. All dalam Tarigan (1993:3), beberapa faktor yang perlu
diperhatikan dalam pengajaran bahasa untuk penguasaan kosakata, yaitu :
1. Kuantitas dan kualitas tingkatan serta kedalaman kosakata seseorang
merupakan indeks pribadi yang terbaik bagi perkembangan mentalnya;
2. Perkembangan kosakata merupakan perkembangan konseptual, merupakan
suatu tujuan pendidikan dasar bagi setiap sekolah atau perguruan tinggi;
3. Semua pendidikan pada dasarnya adalah menyumbangkan kosakata yang
merupakan perkembangan konseptual;
4. Suatu program yang sistematis bagi perkembangan kosakata dipengaruhi
usia, jenis kelamin, pendapatan, kemampuan, bawaan, dan status sosial;
5. Faktor-faktor geografis juga menentukan atau mempengaruhi
kesimbangan kosakata;
6. Seperti proses membaca yang dapat membimbing seseorang dari kata yang
belum diketahui menuju kata yang diketahui.
32
Menurut Keraf (1988:80), “Penguasaan kosakata bahasa yang dimiliki
oleh seseorang memiliki tiga sifat, yaitu penguasaan bahasa secara aktif, pasif dan
penguasaan bahasa setengah aktif dan setengah pasif”. Ketiga sifat itu masing-
masing memiliki arti sebagai berikut :
1. Penguasaan bahasa secara aktif adalah kata-kata yang sering dipergunakan
seseorang dalam berbicara atau menulis nampak keluar tanpa pikir
panjang untuk merangkai gagasan-gagasan yang dipikirkannya.
2. Penguasaan bahasa secara pasif adalah kata-kata yang hampir tidak dapat
digunakan tapi dapat menimbulkan reaksi bila didengar atau dibaca orang
tersebut.
3. Penguasaan bahasa setengah aktif dan setengah pasif bila seseorang
memahami kata-kata suatu bahasa tetapi ia tidak mampu membuat orang
lain memahaminya.
Adapun macam-macam penguasaan kosakata menurut Nurgiantoro
(1995:209), adalah sebagai berikut :
1. Penguasaan reseptif adalah penguasaan yang hanya ada dalam proses
pemikiran seperti kegiatan menyimak dan membaca yang disebut juga
proses decoding.
2. Penguasaan produktif adalah penguasaan mengkomunikasikan ide, pikiran,
perasaan melalui bentuk-bentuk kebahasaan secara lisan atau tulisan yang
disebut proses encoding.
33
Penguasaan penulisan merupakan kemampuan penulisan kosakata sesuai
dengan kaidah kebahasaan. Tanpa penguasaan tulisan ini, kemampuan
seseorang dalam menguasai kosakata belumlah sempurna.
II. 4. 5 Manfaat Penguasaan Kosakata
Penguasaan kosakata memiliki peranan yang sangat penting dalam
keterampilan berbahasa. Hal ini sesuai dengan yang dikemukan oleh Hardhono
(1988:7), bahwa dari semua aspek dasar bahasa asing yang harus dikuasai siswa
daalam proses belajar, aspek kosakata dianggap yang paling penting karena tanpa
penguasaannya tidak mungkin orang bisa menggunakan bahasa asing.
Pengalaman menunjukkan bahwa meskipun siswa dapat membaca teks dengan
ucapan yang baik dan punya pengetahuan yang cukup tentang tata bahasa, namun
jika mereka tidak dapat menangkap apa yang dibaca, maka mereka tidak
memahami dan tidak dapat mengutarakan kembali isi bacaan tersebut.
Melalui kosakata, manusia dapat mengekspresikan pikiran, gagasan, serta
perasaan terhadap orang lain. Semakin banyak kosakata yang dimiliki seseorang
maka akan semakin banyak gagasan yang dapat ia ungkapkan.
Hal tersebut didukung Keraf (1996:24) mengenai salah satu manfaat
kosakata, yaitu :
“ Mereka yang luas kosakatanya akan memiliki kemampuan yang tinggi
untuk memilih setepat-tepatnya kata mana yang paling harmonis untuk mewakili
maksud atau gagasannya. Sebaliknya yang miskin kosakatanya akan sulit
34
menemukan kata yang tepat, dan ketiga, karena ia tidak tahu bahwa ada
perbedaan antara kata-kata yang bersinonim itu.”
Adapun dalam kehidupan sosial, seperti yang dikemukakan oleh Keraf
(1996:23), berikut ini :
“ Mereka yang terlibat dalam jaringan komunikasi masyarakat
kontemporer ini memerlukan persyaratan-persyaratan tertentu. Persyaratan itu
antara lain : ia harus menguasai sejumlah besar kosakata yang dimiliki masyarakat
bahasanya, serta mampu pula menggerakkan kekayaannya itu menjadi jaringan-
jaringan kalimat yang jelas dan efektif, sesuai dengan kaidah-kaidah sintaksis
yang berlaku, untuk menyampaikan rangkaian pikiran dan perasaannya kepada
anggota-anggota masyarakat lainnya.”
Dari berbagai pendapat diatas maka, manfaat penguasaan kosakata bagi
pengguna bahasa agar dapat berkomunikasi dan mengungkapkan ide secara lisan
maupun tulisan kepada orang lain.
Oleh karena itu, penguasaan kosakata sangatlah penting dalam kehidupan
individu itu sendiri dan juga kehidupan dalam bermasyarakat atau sosial.
II. 4. 6 Teknik Penguatan Mengingat Kosakata
Daya jiwa itu adalah ingatan. Ingatan ialah suatu daya jiwa kita yang dapat
menerima, menyimpan, dan memproduksi kembali pengertian-pengertian atau
tanggapan-tanggapan kita. Bobbi de porter ( Destiany, 1999:216) berpendapat
bahwa kunci untuk mendapat daya ingat adalah bagaimana cara kita
35
mengasosiasikan berbagai hal dalam memori kita dan dapat menggunakan
asosiasi sederhana untuk mendapat informasi yang tersembunyi, dan asosiasi yang
kompleks untuk mengingat teori-teori yang sulit dan bagian informasi yang
mengndung banyak potongan-potongan kecil yang saling berkaitan.
Hal yang setara mengenai pengertian asosiasi diungkapkan juga oleh
Depdiknas (2001:72) asosiasi adalah tautan dalam ingatan seseorang pada orang
atau barang, pembentukan hubungan atau pertalian antara gagasan, ingatan, atau
kegiatan panca indra.
Sujianto (1995: 41-42) dalam bukunya yang berjudul Psikologi Pendidikan
Umum membagi hal daya ingatan itu menjadi dua golongan yaitu :
1. Daya ingatan mekanis, yang artinya daya ingatan itu hanya untuk kesan-
kesan penginderaan.
2. Daya ingatan logis, yang artinya daya ingatan itu hanya untuk kesan-kesan
yang mengandung pengertian.
Sehubungan dengan hal tersebut, Sudjianto (1995: 42) menjelaskan maka
selain dari pribadi anak itu sendiri dibutuhkan juga usaha lebih dari satu
guru agar bahan pelajaran dapat lama tinggal di dalam ingatan siwa,
karena ternyata dari daya menerima, ada ingatan yang cepat dan ada yang
lambat. Daya ingatan – cepat dan mudah – menerima – menyimpan –
memproduksi – siap.
Oleh karena itu, ingatan bisa lebih baik bila bahan ajaran diberikan secara
terus-menerus. Walaupun kita tidak bisa menutup mata kalau ingatan itu
36
pada dasarnya bersifat individual, yang artinya tiap-tiap anak mempunyai
tipe-tipe ingatan yang berbeda.
1. Sifat perorangan
2. Keadaan diluar jiwa kita (alam sekitar dan keadaan jasmaniah)
3. Keadaan jiwa kita
Tiap-tiap orang juga mempunyai tipe-tipe tanggapan sendiri-sendiri,
Sujianto (1995:34) mengelompokkan menjadi beberapa tipe, yaitu :
1. Tipe visual, artinya orang itu mempunyai ingatan yang baik sekali bagi
apa yang telah dilihatnya.
2. Tipe Auditif, artinya orang itu dapat mengingat dengan baik sekali bagi
apa yang telah didengarnya.
3. Tipe motorik, artinya orang itu mempunyai ingatan baik sekali bagi apa
yang telah dirasakan geraknya.
4. Tipe taktil, artinya orang itu mempunyai ingatan yang baik buat segala hal
yang telah dirabanya.
5. Tipe campuran, artinya kekuatan tiap indra sama saja dan mempunyai
ingatan yang sama kuatnya buat segala hal yang telah pernah ada
diindranya.
Untuk menimbulkan kesan-kesan itu dengan cepat, anak harus diberi
metode yang baik dalam mengingat dan menghafal.
Metode yang baik menurut Sujianto (1995:44) adalah metode campuran,
yaitu anak mengamati secara keseluruhan lebih dahulu dan memperhatikan
37
kesukaran-kesukarannya baru nanti dihafalkan semuanya dan memperkuat
ingatan perlu diperhatikan tipe-tipe tanggapan siswa.
II. 5 Penelitian Terdahulu
Penelitian ini sejalan dengan penelitian sebelumnya oleh Fina Febiyanti
(023733) jurusan bahasa Prancis dengan judul “Efektivitas Metode Repon Fisik
Total dalam Upaya Meningkatkan Penguasaan Kosakata bahasa Prancis (Studi
Ekperimen Kuasi terhadap siswa kelas X.6 SMA Negeri Cicalengka Tahun
Ajaran 2006-2007).
Penelitian ini ditujukan untuk mengetahui kemampuan siswa sebelum dan
sesudah penerapan metode RFT dan untuk mengetahui efektivitas RFT dalam
meningkatkan penguasaan kosakata bahasa Prancis tingkat pemula. Populasi
penelitian ini ditujukan kepada siswa X.6 SMA Negeri Cicalengka, sampel
penelitian total jumlah siswa 38 orang.
Metode RFT sebagai salah satu metode pengajaran kosakata yang telah
diujicobakan pada siswa menunjukkan hasil yang positif. Dengan penerapan
metode RFT, kemampuan penguasaan kosakata siswa sebelum dan sesudah
perlakuan mengalami peningkatan. Hasil pretest 6,23 kemudian meningkat prates
menjadi 9,02. Berdasarkan perhitungan diperoleh nilai thitung sebesar 23,83 taraf
signifikasi yang digunakan adalah taraf signifikasi 1% dengan derajat kebesaran
(d.b) sebesar 37 maka di peroleh ttabel sebesar 2,735. Hal ini berarti thitung >
ttabel, 28,83 > 2,735. Dari hasil perhitungan tersebut metode respon fisik total
efektif untuk meningkatkan kosakata bahasa Perancis.
38
Dari hasil penelitian tersebut, pembelajaran kosakata dengan metode
Respon Fisik Total (RFT) cukup membantu peningkatan kemampuan
memperkaya kosakata . oleh karena itu, dalam penelitian ini akan diujicobakan
penerapan metode Respon Fisik Total (RFT) dalam pembelajaran bahasa Jepang
untuk mengingat kosakata pada siswa SMA Negeri 1 Bandung.