BAB II TINJAUAN PUSTAKA A. 1. Pengertian Post …repository.poltekkes-tjk.ac.id/798/4/BAB II.pdfa....
Transcript of BAB II TINJAUAN PUSTAKA A. 1. Pengertian Post …repository.poltekkes-tjk.ac.id/798/4/BAB II.pdfa....
6
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA
A. Post Operasi
1. Pengertian Post Operasi
Post operasi merupakan fase yang dimulai ketika pasien memasuki
ruangan pasca anastesi dan berakhir ketika luka sayatan sudah benar-benar
sembuh. Tindakan yang dilakukan selama fase post operasi yaitu mengkaji
respon pasien terhadap tindakan pembedahan, melakukan intervensi untuk
memfasilitasi proses penyembuhan serta mencegah terjaddinya komplikasi,
memberikan penyuluhan dan memberikan dukungan terhadap pasien dan
keluarga atau orang terdekat dan merencanakan perawatan di rumah (Kozier,
Erb, Berman, & Snyder, 2010).
2. Masalah Post Operasi
Pembedahan dapat melibatkan banyak sistem tubuh secara langsung dan
tidak langsung dan merupakan pengalaman yang ruit bagi pasien, diagnosis
keperawatan berfokus pada luasnya variasi masalah aktual, potensial, dan
kolaboratif. Masalah potensial yang sering muncul pasca operasi adalah
masalah pernafasan, masala sirkulasi, masalah urinarius, masalah
gastrointestinal, masalah luka, dan masalah psikologi kecemasan pasca
operasi (Kozier B. , Erb, Berman, & Synder, 2012)
B. Konsep Tidur
1. Pengertian Tidur
Tidur merupakan salah satu kebutuhan dasar manusia, tidur merupakan
sebuah proses biologis yang umum terjadi pada semua orang. Tidur sangat
penting bagi kesehatan baik untuk orang sehat maupun sakit. Orang yang
sakit
7
sering kali memerlukan istirahat dan tidur yang lebih banyak daripada orang
sehat. Tidur dikarakteristikkan dengan adanya aktivitas fisik minimal,
bervariasinya tingkat kesadaran, perubahan pada fisiologis tubuh serta
adanya penurunan respons terhadap stimulus eksternal (Kozier, Erb,
Berman, & Snyder, 2010).
Tidur merupakan suatu kondisi yang berulang-ulang, dan terjadi
perubahan status kesadaran selama periode tertentu. Setiap individu
membutuhkan jumlah yang berbeda untuk istirahat dan tidur. Apabila
seseorang memeroleh tidur yang cukup, mereka akan merasa tenaganya
pulih. Namun apabila seseorang kekurangan jumlah tidur dapat
memengaruhi kemempuan berkonsentrasi, membuat keputusan dan
partisipasi dalam melakukan kegiatan harian akan menurun (Potter & Perry,
2005)
2. Fisiologi Tidur
Siklus alami tidur diperkirakan dikendalikan oleh pusat yang terdapat
pada bagian bawah otak. Pusat ini secara aktif menghambat keadaan terjaga,
sehingga menyebabkan seseorang tidur (Kozier, Erb, Berman, & Snyder,
2010)
Fisiologi tidur merupakan pengaturan kegiatan tidur oleh adanya
hubungan mekanisme serebral yang secara bergantian untuk mengaktifkan
dan menekan pusat otak agar dapat tidur dan bangun. Salah satu aktivitas
tidur ini diatur oleh sistem pengaktivasi retikularis yang merupakan sistem
yang mengatur seluruh tingkatan kegiatan susunan saraf pusat termasuk
pengaturan kewaspadaan dan tidur. Pusat pengaturan aktivitas kewaspadaan
dan tidur terletak dalam mesensefalon dan bagian atas pons. Selain itu
reticular activating system (RAS) dapat memberikan rangsangan visual
pendengaran, nyeri, dan perabaan juga dapat menerima stimulasi dan korteks
serebri termasuk rangsangan emosi dan proses pikir. Reticular activating
8
system (RAS) terdiri dari neuron neuron di medulla oblongata, pons, dan
midbrain. Pusat ini terlibat dalam mempertahankan status bangun dan
mempermudah beberapa tahap tidur. Dalam keadaan sadar neuron dalam
RAS akan melepaskan katekolamin seperti norepineprin. Demikian juga
pada saat tidur, kemungkinan disebabkan adanya pelepasan serum serotinin
dari sel khusus yang berada di pons dan batang otak tengah, yaitu bulbar
synchronizing regional (BSR), sedangkan bangun tergantung dari
keseimbangan impuls yang diterima di pusat otak dan sistem limbik. Dengan
demikian sistem pada batang otak yang mengatur siklus atau perubahan
dalam tidur adalah RAS dan BSR (Hidayat, 2008)
3. Jenis-jenis Tidur
a. Tidur Gelombang Lambat
Jenis tidur ini disebabkan oleh menurunnya kegiatan dalam sistem
pengaktivasi reticularis, karena otak bergerak sangat lambat, atau disebut
juga tidur non rapid eye movement (NREM). Tidur ini dikenal dengan
tidur yang dalam, istirahat penuh atau juga dikenal dengan tidur
nyenyak. Pada tidur jenis ini, gelombang otak bergerak lebih lambat,
sehingga menyebabkan tidur tanpa bermimpi. Tidur gelombang lambat
bisa juga disebut dengan tidur gelombang delta, dengan ciri-ciri: betul-
betul istirahat penuh, tekanan darah menurun, frekuensi nafas menurun,
pergerakan bola mata melambat, mimpi berkurang, dan metabolisme
turun.
Perubahan selama proses tidur gelombang lambat adalah melalui
elektroensefalografi dengan memperlihatkan gelombang otak berada
pada setiap tahap tidur, yaitu: pertama, kewaspadaan penuh dengan
gelombang beta yang berfrekuensi tinggi dan bervoltase rendah: istirahat
tenang yang diperlihatkan pada gelombang alfa; ketiga, tidur ringan
karena terjadi perlambatan gelombang alfa ke jenis teta atau yang
9
bervoltase rendah; dan keempat, tidur nyenyak karena gelombang lambat
dengan gelombang delta bervoltase tinggi dengan kecepatan 1-2 per
detik (Hidayat, 2008)
Tahapan tidur jenis gelombang lambat:
1) Tahap I
Merupakan tahap transisi antara bangun dan tidur dengan ciri: relaks,
masih sadar dengan lingkungannya, merasa mengantuk, bola mata
bergerak dari samping ke samping, frekuensi nadi dan napas sedikit
menurun, dapat bangun segera selama tahap ini berlangsung 5 menit.
2) Tahap II
Merupakan tahap tidur ringan dan proses tubuh terus menurun
dengan ciri sebagai berikut: mata pada umumnya menetap, denyut
jantung dan frekuensi napas menurun, temperatur tubuh menurun,
metabolism menurun, berlangsung pendek dan berakhir 10-15 menit.
3) Tahap III
Merupakan tahap tidur dengan ciri denyut nadi dan frekuensi napas
dan proses tubuh lainnya lambat, disebabkan oleh adanya dominasi
system saraf parasimpatis dan sulit untuk bangun.
4) Tahap IV
Merupaka tahap tidur dalam dengan ciri kecepatan jantung dan
pernapasan turun, jarang bergerak dan sulit dibangunkan, gerak bola
mata cepat, sekresi lambung menurun, dan tonus otot menurun
b. Tidur paradoks
Tidur ini dapat berlangsung pada tidur malam yang terjadi selama 5-
20 menit, rata-rata timbul 90 menit. Periode pertama terjadi selama 80-
100 menit, akan tetapi apabila kondisi orang sangat lelah, maka awal
tidur sangat cepat bahkan jenis tidur ini tidak ada. Ciri tidur paradoks
atau REM sebagai berikut:
10
1) Biasanya disertai dengan mimpi aktif
2) Lebih sulit dibangunkan daripada selama tidur nyenyak gelombang
lambat
3) Tonus otot selama tidur nyenyak sangat tertekan, menunjukkan
inhibisi kuat proyeksi spinal atas sistem pengaktivasi retikularis
4) Frekuensi jantung dan pemafasan menjadi tidak teratur
5) Pada otot perifer terjadi beberapa gerakan otot tidak teratur
6) Mata cepat tertutup dan terbuka, nadi cepat dan irregular, tekanan
darah meningkat, sekresi gaster meningkat, danmetabolisme
meningkat
7) Tidur ini penting untuk keseimbangan mental, emosi, juga berperan
dalam belajar, memori, dan adaptasi (Hidayat, 2008).
4. Siklus Tidur
Selama siklus tidur, individu melalui tidur NREM dan REM, siklus
komplet biasanya berlangsung sekitar 1,5 jam pada orang dewasa. Dalam
siklus tidur pertama orang yang tidur melalui ketiga tahap pertama tidur
NREM dalam total waktu 20 sampai 30 menit. Kemudian, tahap IV dapat
berlangsung sekitar 30 menit. Setelah tahap IV NREM tidur kembali ke tahap
III dan II sekitar 20 menit. Setelah itu, terjadi tahap REM pertama, yang
berlangsung sekitar 10 menit, melengkapi siklus tidur pertama. Orang tidur
biasanya mengalami empat sampai enam siklus tidur selama 7 sampai 8 jam.
Orang tidur yang dibangunkan ditahap manapun harus memulai Tahap I tidur
NREM yang baru dan berlanjut ke seluruh tahap tidur REM.
Durasi tahap tidur NREM dan REM bervariasi selama periode tidur.
Seiring dengan berlalunya malam, orang tidur menjadi tidak terlalu lelah dan
meluangkan lebih sedikit waktu di Tahap III dan IV tidur NREM. Tidur
REM meningkat dan mimpi cenderung memanjang. Apabila orang tidur
sangat lelah, siklus REM sering terjadi secara singkat misalnya, 5 menit
11
sebagai pengganti 20 menit selama bagian awal tidur. Sebelum tidur berakhir,
terjadi periode hampir terbangun, dan didominasi oleh Tahap I dan II tidur
NREM dan tidur REM (Kozier, Erb, Berman, & Snyder, 2010).
5. Fungsi Tidur
Efek tidur pada tubuh tidak dipahami secara penuh. Tidur memberi
pengaruh fisiologis pada sistem saraf dan struktur tubuh lain. Tidur
sedemikian rupa memulihkan tingkat aktivitas normal dan keseimbangan
normal di antara bagian sistem saraf. Tidur juga penting untuk sintesis
protein, yang memungkinkan terjadinya proses perbaikan. Peran tidur dalam
kesejahteraan psikologis paling terlihat dengan memburuknya fungsi mental
akibat tidak tidur. Individu dengan jumlah tidur yang tidak cukup cenderung
mudah marah secara emosional, memiliki konsentrasi yang buruk, dan
mengalami kesulitan dalam pembuatan keputusan (Kozier, Erb, Berman, &
Snyder, 2010).
6. Kebutuhan Tidur
Kebutuhan tidur manusia beragam, tergantung pada tingkat
perkembangan. Telah dibuktikan bahwa mempertahankan irama bangun
tidur yang teratur lebih penting dibandingkan jumlah jam tidur sebenarnya
(Kozier, Erb, Berman, & Snyder, 2010).
a. Bayi Baru Lahir
Bayi baru lahir tidur selama 16 sampai 18 jam sehari, biasanya dibagi
menjadi sekitar tujuh periode tidur. Tidur NREM ditandai dengan
pernapasan teratur, mata tertutup, dan tubuh dan mata tidak bergerak.
Tidur REM terlihat dari pergerakan mata cepat yang dapat dipantau
melalui kelopak mata yang tertutup, pergerakan tubuh, dan pernapasan
tidak teratur. Sebagian besar waktu tidur dihabiskan dalam Tahap III dan
IV dari tidur NREM. Hampir 50% tidur adalah tidur REM.
12
b. Bayi
Beberapa bayi tidur selama 22 jam per hari, bayi lain tidur selama 12
sampai 14 jam per hari. Sekitar 20%-30% tidur adalah tidur REM.
Pertama-tama, bayi terbangun setiap 3 sampai 4 jam, makan dan
kemudian kembali tidur. Periode terjaga penuh mengalami peningkatan
secara bertahap selama beberapa bulan pertama. Pada bulan keempat,
sebagian besar bayi tidur sepanjang malam dan menetapkan pola tidur
siang yang bervariasi pada setiap individu. Namun mereka umumnya
terbangun lebih awal di pagi hari. Di akhir tahun pertama, seorang bayi
biasanya tidur siang sebanyak satu atau dua kali sehari dan tidur 14 jam
tiap 24 jam.
c. Batita (Todler)
Kebutuhan tidur batita menurunn menjadi 10 sampai 12 jam sehari.
Sekitar 20% sampai 30% tidur berupa tidur REM. Sebagian besar batita
tetap memerlukan tidur siang, tetapi kebutuhan untuk tidur di
pertengahan pagi hari secara bertabap menurun. Siklus bangun tidur
normal batita biasanya ajeg pada usia 2 atau 3 tahur. Batita dapat
memberikan penolakan besar untuk tidur. Orang tua perlu ditenangkan
bahwa jika anak mendapat cukup perhatian dari mereka selama siang
hari, mempertahankan pendekatan yang konsisten berkenaan dengan
waktu tidur akan meningkatkan kebiasaan tidur yang baik untuik seluruh
keluarga. Anak yang terbangun di malam hari mungkin takut gelap atau
memiliki pengalaman buruk di malam hari atau mimpi buruk.
d. Pra Sekolah
Anak presekolan biasanya memerlukan 11 jam tidur per malam,
terutama jika anak sudan masuk prasekolah. Kebutuhan tidur
berfluktuasi terkit dengan aktivitas dan lonjakan pertumbuhan. Banyak
13
anak di usia ini tidak menyuki waktu tidur dan enggan,tidur dengan
meminta dibacakan ceria lain, permainan lain atau menonton acara
televisi. Anak usia 4 sampai 5 tahun dapat menjadi gelisah dari mudah
marah jika kebutuhan tidur tidak terpenuhi. Tidur siang atau waktu yang
tenang selama siang hari mungkin diperlukan utuk mengembalikan
tingkat energi.
Anak-anak di usia ini tetap memerlukan ritual waktu tidur. Orang tua
dapat membantu anak-anak yang tidak mau tidur dengan mengingatkan
mereka bahwa waktu tidur sudah mendekat dan dengan terus
menggunakan ketegasan yang sama dan pendekatan yang konsisten yang
disarankan untuk batita. Anak prasekoah lebih sering terbangun di
malam hari. Tidur REM tetap 20% sampai 30% lebih lama dibandingkan
waktu tidur orang dewasa; namun, waktu tidur Tahap I menjadi lebih
sedikit.
e. Anak Usia Sekolah
Anak usia sekolah tidur antara 8 sampai 12 jam per malam tanpa tidur
siang Anak usia 8 tahun minimal memerlukan 10 jam tidur setiap malam.
Saat anak mendekati usia 11 atau 12 tahun dibutuhkai tidur yang lebih
sedikit dan wakiu tidur dapat telat sampai jam 10 malam. Tidur REM
pada anak di usia ini berkurang sekitar 20%. Walaupun beberapa anak
tetap bangun di malam hari karena mimpi buruk, masalah ini terus
menurun seiring dengan pertambahan usia.
f. Remaja
Sebagian besar remaja memerlukan 8 sampai 10 jam waktu tidur
setiap malam untuk mencegah keletihan yang tidak perlu dan kerentanan
terhadap infeksi. Perubahan pola tidur biasa terjadi pada remaja. Anak-
anak yang tadinya bangun tidur lebih awal kini mulai tidur lama di pagi
hari dan kadang-kadang tidur siang Alasan tidar siang tidak sepenuhnya
dipahami, tetapi mungkin itu merupakan hasil dari kematangan fisik dan
14
pengurangan tidur di waktu malam. Sekitar 20% tidur pada usia ini
berupa tidur REM.
Selama remaja, remaja putra mulai mengalami emisi nokturcal (orgasme
dan emisi semen selama tidur) dikenal sebagai "mimpi basah", beberapa
kali setiap bulan. Remaja putra perlu diberi informasi mengenai
perkembangan normal ini untuk mencegah rasa malu dan rasa takut.
g. Dewasa Muda
Siklus bangun tidur sangat penting bagi orang dewasa muda. Mereka
biasanya memiliki gaya hidup aktif dan diperkirakan memerlukan 7
sampai 8 jam tidur setiap malam tetapi bisa kurang dari waktu tersebut.
h. Dewasa Usia Pertengahan
Orang dewasa usia pertenganan biasanya mempertahankan pola tidur
yang dibentuk pada usia lebih muda. Mereka biasanya tidur 6 sampai 8
jam per malam. Sekitar 20% tidur berupa tidur REM. Jumlah terbangun
dari tidur meningkat dan jumlah tidur Tahap IV mulai menurun.
i. Lansia
Lansia tidur sekitar 6 jam setiap malam. Sektiar 20% sampai 25%
tidur berupa tidur REM. Tidur Tahap IV menurun dengan mencolok dan
pada beberapa keadaan, tidak terjadi tidur Tahap IV. Periode tidur REM
pertama berlangsung lebih lama. Banyak lansia terbangun lebih sering di
malam hari dan sering kali mereka memerlukan waktu yang lama untuk
dapat kembali tidur. Karena perubahan dalam tidur Tahap IV lansia
mengalami tidur pemulihan yang lebih sedikit.
Beberapa lausia dapat dikatokan mengalani sindrom Sundowner.
Walaupun bukan merupakan gangguan tidur secara langsung, sindrom
tersebut merujuk pada keadaan kebingungan yang cendrung muncul pada
petang hari (sesuai dengan namanya) dan dapat terjadi karena perubahaa
irama sirkadian (perubahan siklus bangun tidur), penurunan stimulasi
sensorik di petang hari, kondisi mental seperti penyakit Alzaimer.
15
7. Faktor-faktor yang Memengaruhi Tidur
Kualitas maupun kuantitas tidur dipengaruhi oleh sejumlah faktor.
Kualitas tidur merujuk pada kemampuan individu untuk tetap tertidur dan
mendapatkan sejumlah tidur REM dan NREM yang pas. Kuantitas tidur
adalah total waktu tidur individu.
a. Sakit
Sakit yang menyebabkan nyeri atau gangguan fisik dapat
menyebabkan masalah tidur. Orang yang sakit memerlukan tidur lebih
banyak dibandingkan keadaan normal dan irama tidur dan bangun yang
normal sering kali terganggu. Orang yang kurang mendapat waktu tidur
REM pada akhirnya menghabiskan lebih banyak waktu tidur
dibandingkan orang normal pada tahap tidur ini.
b. Lingkungan
Lingkungan dapat mempercepat atau memperlambat tidur. Setiap
perubahan misalnya, suara bising di lingkungan dapat menghambat tidur.
Ketiadaan stimulus yang biasa atau keberadaan stimulus yang tidak biasa
dapat mencegah orang untuk tidur. Tidur Tahap I adalah tidur yang paling
ringan dan tidur Tahap III dan IV adalah tidur yang paling dalam;
hasilnya, suara yang lebih keras dibutuhkan untuk membangunkan orang
yang berada dalam tidur Tahap III dan IV. Namun, jika waktunya telah
berlebihan, seseorang dapat menjadi terbiasa terhadap suara bising
sehingga tingkat suara tidak lagi berpengaruh.
Ketidaknyamanan akibat suhu lingkungan dan kurang ventilasi dapat
memengaruhi tidur. Kadar cahaya dapat menjadi faktor lain yang
memengaruhi tidur. Kadar cahaya dapat menjadi faktor lain yang
berpengaruh. Seseorang yang terbiasa tidur dalam gelap mungkin sulit
tidur pada keadaan terang.
c. Letih
16
Diperkirakan bahwa orang yang letih sedang biasanya mengalami
tidur yang tenang. Letih juga memengaruhi pola tidur. Semakin letih
seseorang, semakin pendek periode tidur REM pertama. Saat seseorang
beristirahat, periode REM menjadi lebih panjang.
d. Gaya Hidup
Seseorang yang jam kerjanya bergeser dan sering kali berganti jam
kerja harus mengatur aktivitas untuk siap tertidur disaat yang tepat.
Olahraga sedang biasanya kondusif untuk tidur, tetapi olah raga
berlebihan dapat memperlambat tidur. Kemampuan seseorang untuk
relaks sebelum istirahat adalah faktor terpenting yang memengaruhi
kemampuan untuk tertidur.
e. Stress Emosioal
Ansietas dan depresi sering kali mengganggu tidur. Seseorang yang
pikirannya dipenuhi dengan masalah pribadi mungkin tidak mampu relaks
dengan cukup untuk dapat tidur. Ansietas meningkatkan kadar
norepinefrin dalam darah melalui stimulasi sistem saraf simpatis.
Perubahan kimia ini menyebabkan kurangnya waktu tidur Tahap IV
NREM dan tidur REM serta lebih banyak perubahan dalam tahap tidur
lain dan lebih sering terbangun.
f. Stimulan dan Alkohol
Minuman yang mengandung kafein bekerja sebagai stimulan sistem
saraf pusat, sehigga memengaruhi tidur. Orang yang minumalkohol dalam
jumlah berlebihan sering kali mengalami gangguan waktu tidur. Alkohol
yang berlebihan mengganggu tidur REM , walaupun dapat mempercepat
awitan tidur. Sementara mengganti kehilangan waktu tidur REM setelah
beberapa efek yang disebabkan oleh alkohol menghilang, individu
seringkali mengalami mimpi buruk. Orang yang toleran terhadap alkohol
mungkin tidak mampu tidur dengan baik dan akibatnya menjadi mudah
marah.
17
g. Diet
Penurunan berat badan telah dihubungkan dengan pengurangan waktu
tidur total serta tidur yang terputus dan bangun tidur lebih awal. Di sisi
lain, pertambahan berat badan tampak berhubungan dengan peningkatan
total waktu tidur, berkurangnya tidur yang terputus, dan bangun tidur
lebih lambat. L-triptofan dalam makanan mislanya keju dan susu dapat
menginduksi tidur, ebuah bukti yang mungkin dapat menjelaskan
mengapa susu sangat membantu seseorang untuk tidur.
h. Merokok
Nikotin memiliki efek stimulan pada tubuh, dan perokok sering kali
lebih sulit tertidur dibandingkan bukan perokok. Perokok biasanya mudah
terbangun dan sering kali menggambarkan diri mereka sebagai orang
yang tidur di waktu fajar. Dengan tidak merokok setelah makan malam,
seseorang biasanya dapat tidur dengan lebih baik, terlebih lagi, banyak
orang yang dahulunya perokok melaporkan bahwa pola tidur mereka
membaik setelah mereka berhenti merokok.
i. Motivasi
Keinginan untuk tetap terjaga sering kali dapat mengatasi rasa letih
seseorang. Misalnya, seseorang yang sudah lelah mungkin dapat tetap
terjaga saat menghadiri konser yang menarik. Sebaliknya, ketika
seseorang mengalami rasa bosan dan tidak termotivasi untuk tetap terjaga,
tidur sering kali terjadi dengan cepat.
8. Macam-macam Gangguan Tidur
Gangguan tidur adalah kondisi yang jika tidak diobati, secara umum
akan menyebabkan gangguan tidur malam yang mengakibatkan munculnya
salah satu dari ketiga masalah berikut: insomnia; gerakan atau sensasi
abnormal di kala tidur atau ketika terjaga di tengah malam; atau rasa
mengantuk yang berlebihan di siang hari (Potter & Perry, 2005).
18
a. Insomnia
Insomnia, gangguan tidur yang aling sering terjadi, adalah bangun
tidur. Terdapat tiga tipe insomnia: sulit tidur (insomnia awal), sulit untuk
tetap tertidur karena sering terbangun atau terbangun dalam waktu lama
(insomnia intermiten berkala atau insomnia pemeliharaan) dan terbangun
pada dini hari atau terbangun sebelum waktunya (insomnia terminal)
Insomnia dapat terjadi akibat ketiaknyamanan fisik tetapi lebih sering
terjadi akibat stimulasi mental yang berlebihan karena ansietas. Individu
yang terbiasa menggunakan obat-obatan atau yang meminum
alkohol dalam jumlah besar cenderung menderita insomnia.
b. Hipersomnia
Hipersomnia, kebalikan dari insomnia, adalah tidur berlebihan,
terutama disiang hari. Individu yang mengalami hipersomnia sering kali
tidur sampai tengah hari dan banyak tidur diang selama siang hari.
Hipersomnia dapat disebabkan oleh kondisi medis, misalnya, kerusakan
sistem saraf pusat dan gangguan ginjal, hati, atau metabolik tertentu,
seperti asidosis diabetikum dn hipotiroidisme. Pada beberapa kondisi,
seseorang menggunakan hipersomnia sebagai sebuah mekanisme koping
untuk menghindar dari tanggung jawab selama siang hari.
c. Parasomnia
Parasomnia adalah perilaku yang dapat mengganggu tidur atau terjadi
selama tidur International Classification OF Sleep Disorder (American
Sleep Disorder Association, 1997) membagi parasomnia menjadi
gangguan terjaga (mis, berjalan dalam tidur, teror tidur), gangguan
transisi bangun tidur (mis, menggigau), parasomnia yang berhubugan
dengan tidur REM (mis, mimpi buruk) dan lainnya (mis, bruksisme).
d. Narkolepsi
Narkolepsi dari bahasa Yunani naroco, artinya “mati rasa”, dan lepsis,
artinya “serangan” adalah gelombang rasa ngantuk yang berlebihan
19
secara mendadak yang terjadi di siang hari; sehingga, narkolepsi juga
disebut sebagai serangan tidur”. Penyebabnya tidak diketahui, walau
diyakini bahwa narkolepsi terjadi karena kurangnya hipokretin kimia
dalam sistem saraf pusat yang mengatur tidur. Awitan gejala cenderung
terjadi antara usia 15 dan 30 tahun. Pada serangan narkoleptik, tidur
dimulai dengan fase REM. Walaupun individu yang menderita
narkolepsi tidru dengan baik di malam hari, mereka tidur beberapa kali
selama siang hari bahkan saat berbicara dengan orang lain atau saat
mengendarai mobil. Narkolepsi menurut riwayat telah dikendalikan oleh
stimulan dan antidepresan sistem saraf pusat tetapi sebuah obat yang
telah diakui oleh Food and Drug Adminitration Amerika Serikat tahun
1990, modafinil, meningkatkan kewaspadaan tanpa menstimulasi sistem
tubuh lain atau mengganggu tidur di waktu malam.
e. Apnea tidur
Apnea tidur adalah henti napas secara periorik selama tidur. Ganggian
ini perlu dikaji oleh scorang ahli di bidang tidur, tetapi apnea tidur sering
kali dicurigai terjadi pada orang yang berdengkur dengan keras, sering
terjaga di waktu malam, mengalami rasa kantuk berlebihan di siang hari,
insomnia sakit kepala di pagi hari, kemunduran intelektual, iritabilitas
atau perubahan pribadian lain, serta perubahan fisiologis seperti
hipertensi dan antmia jantung. Apnea tidur paling sering terjadi pada pria
berusia lebih dari 50 tahun dan pada wanita pasca menopause.
Periode apnea, yang berlangsung dari 10 detik sampai 2 menit, terjadi
selama tidur REM atau tidur NREM. Frekuensi periode apnea berkisar
dari 50 sampai 600 kali per malam. Episode apnea ini menyedot energi
seseorang dan menyebabkan rasa kantuk berlebihan di siang hari.
f. Deprivasi Tidur
Gangguan berkepanjangan dalam jumlah, kualitas, dan konsistensi
tidur dapat memicu sebuah sindrom yang disebut deprivasi (kurang)
20
tidur. Ini bukan merupakan gangguan tidur tetapi merupakan akibat dari
gangguan tidur. Deprivasi tidur menimbulkan beraga gejala fisiologis
dan prilaku, keparahannya bergantung pada tingkat deprivasi. Dua tipe
utama deprivasi tidur adalah deprivasi REM dan deprivasi NREM.
Kombinasi kedua deprivasi tersebut dapat meningkatkan keparahan
gejala (Kozier, Erb, Berman, & Snyder, 2010).
9. Masalah Keperawatan Gangguan Pola Tidur
a. Definisi
Gangguan pola tidur menurut Standar Diagnosis Keperawatan
Indonesia (PPNI, 2016) merupakan gangguan kualitas dan kuantitas
waktu tidur akibat faktor internal.
b. Batasan karakteristik
Batasan karakteristik gangguan pola tidur menurut Aplikasi Asuhan
Keperawatan Berdasarkan Diagnosis Medis dan Nanda Nic-Noc (Nurarif
& Kusuma, 2015) yaitu sebagai berikut:
1) Perubahan pola tidur normal
2) Penurunan kemampuan berfungsi
3) Ketidakpuasan tidur
4) Menyatakan sering terjaga
5) Menyatakan tidak mengalami kesulitan tidur
6) Menyatakan tidak merasa cukup istirahat
c. Faktor yang berhubungan dengan gangguan pola tidur
1) Kelembaban lingkungan sekitar
2) Suhu lingkungan sekitar
3) Tanggung jawab memberi asuhan
4) Perubahan pejanan terhadap cahaya gelap
5) Gangguan
6) Kurang kontrol tidur
21
7) Kurang privasi, pencahayaan
8) Bising, bau gas
9) Tidak familier dengan prabot tidur
d. Gejala klinis
Gejala klinis gangguan pola tidur menurut Hidayat, 2010 yaitu
ditandai dengan perasaan lelah, gelisah, emosi, apatis, adanya kehitaman
di daerah sekitar mata, kelopak mata bengkak, konjungtiva merah, dan
mata perih, perhatian tidak fokus, serta sakit kepala.
e. Perencanaan keperawatan
Perencanaan keperawatan berhubungan dengan cara untuk
mempertahankan kebutuhan istirahat dan tidur dalam batas normal.
Rencana tindakan:
1) Lakukan identifikasi faktor yang mempengaruhi masalah tidur
2) Lakukan pengurangan distraksi lingkungan dan hal-hal yang dapat
mengganggu tidur
3) Tingkatkan aktivitas pada siang hari
4) Coba untuk memicu tidur (induce sleep)
5) Kurangi potenisal cedera selama tidur
6) Berikan pendidikan kesehatan dan lakukan rujukan jika diperlukan
10. Penatalaksanaan Gangguan Pola Tidur
a. Penatalaksanaan farmakologi
Penggunaan obat-obatan untuk menatalaksanakan gejala merupakan
hal yang banyak dilakukan di Amerika. Ada obat-obatan yang banyak
digunakan yang berhubungan dengan insomnia. Stimulan sistem saraf
pusat seperti amfetamin, nikotin, terbutalin, teofilin, dan pemolin
(Cylert), harus digunakan secara teprisah dan dibawah talaksanaan medis
(McKEnry dan Salerno, 1995). Selain itu, penghentian depresan SSP,
22
seperti alkohol barbiturat, antidepresan trisiklik (amitriptilin, imipramın
dan doksepin, serta triazolam (Halcon), dapat menyebabkan insomnia
dan harus diatur dengan cermat.
Obat tidur dapat membantu klien jika digunakan dengan benar. Tetapi,
penggunaan agens antiansietas sedatif, atau hipnotik jangka panjang
dapat mengganggu tidur dan menyebabkan masalah yang lebih serius.
Satu kelompok obat yang dianggap relatif aman adalah benzodiazepin.
Obat ini tidak menyebabkan depresi SSP umum seperti sedatif atau
hipnotik. Benzodiazepin menimbulkan efek relaksasi, antiansietas, dan
hipnotik dengan memfasilitasi kerja neuron di SSP yang menekan
responsivitas terhadap stimulus, sehingga dapat mengurangi terjaga
(Potter & Perry, 2005).
b. Penatalaksanaan non farmakologi
Penatalaksanaan non farmakologis menurut buku (Solehati & Kosasih,
2015) dapat dilakukan dengan menggunakan terapi komplementer dan
terapi alternatif diantaranya:
1) Alternative Medical System
2) Mind Body And Spiritual Therapies
3) Biologically Based Therapies
4) Manipulative And Body-Based Therapies
5) Energy Therapies
C. Konsep Terapi Alternatif
1. Pengertian Terapi Komplementer Dan Alternatif
Terapi komplementer dan alternatif merupakan suatu intervensi untuk
menigkatkan, memelihara, menjaga kesehatan dan kesejahteraan, mencegah
penyakit, dan menurunkan gejala yang dialami individu (kanker, peyakit
jantung, diabetes, artritis, nyeri kepala, gangguan leher, hipertensi, strain dan
sprain, juga gangguan tidur (Monahan, 2007 dalam Solehati 2015)
23
2. Manfaat Terapi Komplementer Dan Alternatif
a. Meningkatkan kesehatan dan kesejahteraan
b. Memelihara kesehatan dan kesejahteraan
c. Menjaga kesehatan dan kesejahteraan
d. Mencegah penyakit
e. Menurunkan gejala penyakit, seperti penyakit kanker, jantung, diabetes
f. Artritis, nyeri kronik sindrom, dan nyeri akut
g. Menurunkan keluhan-keluhan, seperti nyeri punggung, alergi, cemas
h. Artritis, nyeri kepala, gangguan leher, hipertensi, strain dan sparin, serta
gangguan tidur
3. Pengelompokan Terapi Komplementer Dan Alternatif
Menurut buku Solehati (2015) penggunaan terapi komplementer dan
alternatif semakin meningkat, selain pelaksanaanya mudah, juga tidak
menimbulkan efek samping. Pengelompokan terapi komplementer dan
alternatif menurut para ahli yaitu sebagai berikut ini:
a. Alternative Medical System
Terapi yang termasuk ke dalam kelompok ini adalah traditional
chinese medicine, akupunktur, akupresur, auricular therapy, gi-gong, dan
tai-chi
1) Traditional Chinese Medicine
Traditional chinese medicine atau pengobatan tradisional china
terdiri atas beberapa modalitas, yaitu herbal, diet, moxibustion,
akupuntur, meditasi, dan olahraga. Terapi ini sudah berusia ribuan
tahun dan berakar dari Taoisme. Ada beberapa konsep utama yang
merupakan pengobatan China. Konsep yang paling penting adalah
Yin-Yang yang menggambarkan fenomena berlawanan, tetapi saling
melengkapi dan berada dalam keseimbangan yang dinamis. Penyakit
24
ini diklasifikasikan dalam tiga kategori utama, yaitu sebagai berikut:
penyebab eksternal, penyebab internal, dan bukan penyebab internal
ataupun eksternal.
2) Akupuntur
Suatu metode pengobatan tradisional China dengan menstimulasi
titik tertentu (akupoin) pada tubuh dengan cara memasukan jarum
khusus steril di sepanjang rangkaian garis meridian energi yang
menghasilkan perubahan fungsi pada sistem tubuh, seperti
memodifikasi persepsi rasa nyeri. Selain itu, akupunktur juga dapat
menormalkan fungsi fisiologis, serta mengobati atau mencegah
penyakit.
3) Akupresur
Akupresur adalah suatu metode teurapeutik yang mempergunakan
tekanan digital dengan cara tertentu pada titik-titik yang dibuat pada
tubuh untuk mengurangi rasa nyeri, mengatur fungsi tubuh, dan
menghasilkan analgesia.
4) Auricular Therapy
Auricular therapy merupakan terapi komplementer yang
menggunakan daun telinga sebagai fokus titik penyembuhannya
dalam menyembuhkan keluhan nyeri ataupun keluhan psikologis.
5) Qi-Gong
Qi-Gong merupakan terapi relaksasi yang menggunakan
manipulasi pada pemikiran. Tarikan napas dalam dan gerakan senam
yang dilakukan pada teknik Qi-Gong ini dapat memperbaiki sirkulasi
energi dan darah di dalam tubuh.
6) Tai-Chi
Tai-Chi adalah suatu teknik yang menggabungkan beberapa
aktivitas, seperti pernapasan, gerakan, dan meditasi dengan tujuan
25
untuk membersihkan, serta memperkuat sirkulasi darah dan energi
kehidupan yang penting. Terapi ini akan merangsang sistem imun
dan mempertahankan keseimbangan tubuh internal dan eksternal.
b. Mind-Body and Spiritual Therapies
Terapi yang termasuk ke dalam kelompok ini antara lain: terapi
hipnosis, imagery, spirituality, meditasi, yoga, terapi warna, biofeed-back,
terapi relaksasi, musik, dan terapi grup.
1) Terapi Relaksasi
Respons relaksasi merupakan bagian dari penurunan umum
fisiologis, kognitif dan stimulasi perilaku. Relaksasi membantu
seseorang untuk membangun keterampilan kognitif serta untuk
mengurangi cara yang negatif dalam merespons situasi dalam
lingkungan mereka.
2) Hipnosis
Hipnosis merupakan terapi komplementer yang menggunakan
modifikasi alam bawah sadar pasiennya. Pasien dibimbing untuk
melakukan relaksasi dengan teknik-teknik tertentu yang secara
alamiah akan membuka gerbang pikiran bawah sadarnya. Kondisi
seperti ini akan lebih memudahkan pasien untuk menerima sugesti
penyembuhan yang diberikan oleh pemberi intervensi hypnosis
3) Imagery
Imagery atau imajinasi merupakan terapi yang menggunakan
teknik visualisasi yang menggunakan kesadaran pikiran untuk
menciptakan gambaran mental agar menstimulasi perubahan fisik
dalam tubuh, memperbaiki kesejahteraan, serta meningkatkan
kesadaran diri.
4) Spirituality
26
Spirituality merupakan terapi di mana seseorang dihubungkan
dengan keyakinan, tujuan, dan makna hidupnya yang, meliputi religi
dan kepercayaan akan kekuatan sendiri.
5) Meditasi
Meditasi adalah terapi yang ditujukan pada diri untuk
merelaksasikan tubuh dan menenangkan pikiran dengan
menggunakan ritme pernapasan yang memiliki fokus.
6) Yoga
Yoga adalah suatu teknik yang berfokus pada susunan otot,
mekanisme pernapasan, postur, dan kesacaran tubuh. Yoga bertujuan
untuk memperoleh kesejahteraan fisik dan mental melalui pencapaian
kesempurnaan tubuh dengan olahraga, pernapasan yang benar,
mempertahankan postur tubuh, dan meditasi.
7) Terapi Warna
Terapi warna adalah terapi yang menggunakan warna dalam
proses penyembuhan suatu penyakit. Menurut Darmaprawira (2002),
warna dapat memengaruhi keadaan jiwa seseorang dengan kuat,
memengaruhi emosi seseorang, serta menggambarkan suasana hati
yang dirasakan oleh seseorang.
8) Terapi Musik
Terapi musik adalah terapi yang menggunakan irama musik
tertentu dengan tujuan untuk penyembuhan suatu penyakit, serta
meningkatkan atau memperbaiki kondisi fisik, emosi, kognitif, dan
sosial (Potter & Perry, 2005; Pratiwi, 2008). Terapi ini memperbaiki
gerakan dan komunikasi fisik, memperbaiki ingatan mengembangkan
ekspresi emosional dan mengalihkan perasaan nyeri.
27
Menurut Tuner (2010) musik dapat memberikan rangsangan pada
syaraf simpatis dan parasimpatis untuk menghasilkan respons
relaksasi berupa penurunan frekuensi nadi, relaksasi otot, dan
menyebabkan tidur.
9) Biofeedback
Biofeedback merupakan suatu kelompok prosedur terapeutik yang
menggunakan alat elektronik atau elektromekanik untuk mengukur,
memproses dan memberikan informasi bagi individu tentang aktivitas
sistem saraf otonom dan neuromuskuler. Informasi atau umpan balik
diberikan dalam bentuk tanda fisik, fisiologis, pendengaran dan
umpan balik (Rakel dan Faas, 2006),
10) Terapi Grup
Terapi grup merupakan terapi yang menggunakan kelompok
sebagai alternative penyembuhannya. Terapi grup biasanya digunakan
pada pasien-pasien yang memiliki keluhan yang sama, misalnya terapi
grup pada kelompok HIV-AIDS, kelompok penderita kanker dan
sebagainya.
c. Biologically Based Therapies
Yang termasuk ke dalam kelompok biologically based therapies
adalah sebagai berikut:
1) Obat Herbal
Obat herbal merupakan pengobatan menggunakan tanaman herbal.
Tanaman ini telah banyak diteliti secara luas. Terapi dengan
menggunakan obat herbal merupakan bentuk pengobatan lama.
Bangsa Belanda telah menggunakan obat herbal ini sejak 60.000
tahun yang lalu (Fontaine, 2005)
28
2) Aromaterapi
Aromaterapi merupakan metode menggunakan minyak essensial
untuk meningkatkan kesehatan fisik, emosi, spiritual, menuruinkan
nyeri dan kecemasan, seperti nankincense, cengkih, wintergreen,
lavender, peppermint dan eucalyptus (Monahan, 2007)
3) Bach Flower Remedies
Bach flower remedies merupakan terapi komplementer yang
menggunakan bunga-bunga sebagai energi dalam proses
penyembuhannya. Bunga-bunga tersebut diambil saat mekar dan
dimasukkan ke dalam gelas kristal yang telah berisi air
d. Manipulative and Body-Based Therapies
Terapi yang termasuk ke dalam kelompok ini adalah massage,
chiropractic, craniosacral terapy, dan reflexiology.
1) Massage
Massage merupakan terapi menggunakan pijatan pada area
tertentu yang dapat merangsang relaksasi.
2) Chiropractic (Kiropraktik)
Terapi kiropraktik merupakan suatu terapi holistik yang dalam
pelaksanaannya biasanya tidak menggunakan obat-obatan atau
tindakan operasi. Terapi kiropraktik mempromosikan diet alami serta
olahraga yang teratur sebagai komponen penting agar tubuh dapat
berfungsi dengan baik (Fontaine, 2005).
3) Craniosacral Terapy
Craniosacral terapy merupakan terapi yang menggunakan
pendekatan pribadi secara utuh serta pendekatan inter-koneksi antara
pikiran, tubuh, dan jiwadalam proses penyembuhannya.
4) Reflexiology (Refleksi)
29
Terapi ini menggunakan intuisi. Terapi refleksi yang sering
dilakukan adalah pada daerah telapak kaki, Banyak manfaat dari
terapi refleksi, di antaranya menurunkan nyeri, sakit kepala,
meningkatkan imun tubuh, meningkatkan kualitas tidur, dan
meningkatkan penyembuhan luka.
e. Energy Therapies
Terapi yang termasuk ke dalam kelompok ini adalah sentuhan
therapeutic, healing touch, bioelektromagnetik, dan reiki
1) Sentuhan Therapeutic
Sentuhan therapeutic merupakan terapi yang menggunakan
sentuhan cara yang tepat dan halus pada klien. Sentuhan terapeutik
merupakan potensi alami manusia dengan cara meletakkan tangan
pada atau dekat dengan tubuh seseorang. Terapi ini melibatkan
pedoman keseimbangan energi seseorang dengan suatu cara yang
disengaja, termasuk meletakkan tangan praktisi pada tubuh atau dekat
tubuh klien.
2) Healing Touch
Healing touch merupakan terapi sentuhan menggunakan tangan
dalam mentransfer energi kepada pasien dalam penyembuhannya.
Terapi ini merupakan terapi noninvasive.
3) Bioelektromagnetik
Bioelektromagnetik merupakan terapi alternatif komplementer
menggunakarn alat beda potensial listrik pada manusia melalui uji
pancaran infra merah dan pancaran ion negatif dengan mengguriakan
alat metrologic photometer serta digital capacitance.
4) Reiki
Reiki adalah suatu terapi berasal dari praktik Buddha kuno dengan
cara menempatkan tangannya pada atau di atas bagian tubuh serta
30
memindahkan energi kehidupan semesta kepada klien. Energi inilah
yang akan memberikan kekuatan.
4. Peran Keperawatan dalam Terapi Komplementer dan Alternatif
Perawat sebagai salah satu tim kesehatan dapat menggunakan terapi
komplementer dan alternatif dalam mengatasi masalah sesuai dengan
keluhan ganguan pada kebutuhan dasar pasien/klien. Perawatlah yang
selama ini bekerja sangat dekat dengan klien mereka, serta berada dalam
posisi mengenali titik pandang budaya spiritual yang dimiliki oleh klien.
Beberapa pakar terapi menyebutkan, bahwa komplementer/pendekatan
nonfarmakologis bisa dilakukan oleh perawat, baik di rumah sakit maupun di
komunitas meliputi:
a. Pendekatan dengan modulasi psikologis nyeri, seperti relaksasi,
hipnoterapi, imajinasi, umpan balik biologis, psikopropilaksis, dan
distraksi
b. Modulasi sensorik nyeri, seperti massage, sentuhan terapeutik,
akupunktur akupresur, transcutaneus electrical nerve stimulations
(TENS), music hidroterapi zet, homeopati, modifikasi lingkungan
persalinan, pengaturan posisi dan postur, serta, dan ambulasi.
D. Konsep Massage
1. Pengertian Massage
Massage merupakan suatu teknik integrasi sensori yang memengaruhi
sistem saraf otonom. Metode yang digunakan adalah dengan cara mengusap
kulit klien secara perlahan-lahan dan berirama dengan kecepatan tangan 60
kali usapan per menit (Potter & Perry, 2005).
2. Manfaat Massage
31
Manfaat massage adalah memperlancar peredaran darah dan getah
bening. Dimana massage akan membantu memperlancar metabolisme dalam
tubuh. Treatment massage akan membantu memengaruhi kontraksi dinding
kapiler sehingga terjadi keadaan vasodilatasi atau melebarnya pembuluh
darah kapiler dan pembuluh getah bening. Aliran oksigen dalam darah
meningkat, pembuangan sisa-sisa metabolic semakin lancar sehigga
memacu hormon endoprhin yang berfungsi memberikan rasa nyaman
(Nuraini, 2013)
Massage tidak hanya bermanfaat untuk melancarkan peredaran darah,
tetapi juga bermanfaat untuk menambah energi. Ini terjadi karena secara
mekanis, massage memiliki kemampuan menangkal penyakit. Massage akan
manjur apabila dilakukan pada titik yang tepat dan menggunakan teknik
yang benar. Bila teknik dan titik tidak sesuai, maka efek yang dirasakan akan
berbeda (Wong, 2011).
Seseorang akan tertidur jika ia telah merasa nyaman dan rileks. Perawat
dapat menganjurkan dan menggunakan beberapa tindakan untuk
meningkatkan rasa nyaman salah satunya adalah dengan memberikan
massage tepat sesaat sebelum klien tidur (Potter & Perry, 2005).
Upaya yang membuat nyaman sangat penting untuk membuat pasien tidur
dan tetap tidur terutama jika efek penyakit seseorang memengaruhi tidur.
Untuk menigkatkan kenyamanan pasien dapat menawarkan pemberian
massage sebelum tidur (Kozier, Erb, Berman, & Snyder, 2010).
3. Teknik Massage
Dalam buku Dasar Ilmu Akupresur dan Moksibasi (Ikhsan, 2017)
terdapat lima teknik massage yaitu sebagai berikut:
a. Mengusap (Efflurage/strocking)
Adalah gerakan mengusap dengan menggunakan telapak tangan atau
bantalan jari tangan. Gerakan dilakukan dengan meluncurkan tangan
32
dipermukaan tubuh searah dengan peredaran darah menuju jantung
maupun kelenjar-kelenjar getah bening. Tekanan diberikan secara
bertahap dan disesuaikan dengan kenyamanan klien. Gerakan ini
dilakukan untuk mengawali dan mengakhiri pemijatan. Manfaat gerakan
ini adalah merelaksasi otot dan ujung-ujung syaraf. Selain itu menurut
Satiyem et all (2015) dalam Sholekhah A (2016) efflurage memiliki efek
sadatif yaitu menenangkan sehingga selalu digunakan diawal dan diakhir
pengurutan. Khasiat gerakan urut:
1) Menghilangkan secara mekanis sel-sel epitel yang telah mati
2) Akibat pengusapan terhadap peredaran darah dan getah bening
sehingga:
a) Mempercepat pengangkutan zat zat sampah dan darah yang
mengandung karbondioksida, memperlancar aliran limfe baru
dan darah yang mengandung sari makanan dan oksigen
b) Pertukaran zat metabolisme disemua jaringan meningkatkan dan
pemberian makanan kepada kulit dari tubuh yang terjamin.
b. Meremas (Petrisage)
Adalah gerakan memijit atau meremas dengan menggunakan telapak
tangan atau jari-jari tangan. Teknik ini digunakan pada area tubuh yang
berlemak dan jaringan otot yang tebal. Dengan meremas remas terjadi
pengosongan dan pengisian pembuluh darah vena dan limfe. Suplai darah
yang lebih banyak dibawa ke otot yang sedang dipijat.
c. Menekan (Friction)
Adalah gerakan melingkar kecil-kecil dengan penekanan yang lebih
dal am menggunakan jari, ibu jari, buku jari bahkan siku tangan. Gerakan
ini bertujuan melepaskan bagian-bagian otot yang kejang juga
menyingkirkan akumulasi dari sisa-sisa metabolisme. Pijat friction juga
membantu memecah deposit lemak karena bermanfaat dalam kasus
obesitas. Friction juga dapat meningkatkan aktivitas sel-sel tubuh
33
sehingga aliran darah lebih lancar di bagian yang terasa sakit sehingga
dapat meredakan rasa sakit. Selain itu menurut Satiyem et all (2015)
dalam Sholekhah A (2016) manfaat gerakan Friction yaitu:
1) Berpengaruh terhadap penyembuhan bagian bagian jaringan yang
sakit
2) Merangsang produksi kelenjar lemak yang bermanfaat untuk kulit
kering
3) Friction mempengaruhi peredaran darah dan aktivitas kelenjar
kelenjar dalam kulit
d. Menggetar (Vibration)
Adalah gerakan pijat dengan menggetarkan bagian tubuh dengan
menggunakan telapak tangan ataupun jari-jari tangan. Untuk melakukan
vibrasi, taruh telapak tangan dibagian tubuh yang akan digetar, kemudian
tekan dan getarkan dengan gerakan kuat atau lembut. Gerakan yang
lembut disebut vibrasi, gerakan yang kuat disebut shaking atau
mengguncang. Vibrasi bermanfaat untuk memperbaiki/memulihkan dan
mempertahankan fungsi saraf serta otot
e. Memukul (Tapotement)
Adalah gerakan menepuk atau memukul yang bersifat merangsang
jaringan otot, dilakukan dengan kedua tangan bergantian secara cepat.
Untuk memperoleh hentakan tangan yang ringan, tidak sakit pada klien
tapi merangsang sesuai dengan tujuannya, maka diperlukan fleksibilitas
pergelangan tangan. Tapotement tidak boleh dikenakan pada area yang
bertulang menonjol ataupun pada otot yang tegang serta area yang terasa
sakit atau nyeri. Tapotement bermanfaat untuk memperkuat kontraksi otot
saat distimulasi. Pijat ini juga berguna untuk mengurangi deposit lemak
dan bagian otot yang lembek.
4. Fisiologi Massage
34
Adanya pengaruh terapi massage terhadap kualitas tidur responden sesuai
dengan pernyataan Ayu (2009) bahwa salah satu manfaat langsung dari
massage adalah relaksasi menyeluruh dan ketenangan, yang dapat
memberikan kenyamanan saat tidur, hal itu disebabkan karena massage
bekerja langsung pada kulit, dimana kulit merupakan organ tubuh terbesar
dari manusia dan dipenuhi ujungujung syaraf. Massage juga dapat memicu
terlepasnya endorfin, zat kimia otak (neurotransmitter) yang menghasilkan
perasaan nyaman. Sedangkan Hadibroto dan Alam (2006) menyatakan
bahwa efek langsung yang bersifat mekanis dari tekanan secara berirama dan
gerakan-gerakan yang digunakan dalam massage, secara dramatis
meningkatkan aliran darah. Manfaat massage sangat terasa pada tubuh,
pikiran dan jiwa (Triyadini, Asrin, & Upoyo, 2010).
E. Konsep Akupresur
1. Pengertian Akupresur
Akupresur berasal dari bahasa Yunani, yaitu acus (kata benda) yang
berarti jarum dan pressure (kata kerja) yang berarti tekanan. Didalam bahasa
Inggris menjadi to pressure, sedangkan kata asal dalam bahasa Cina adalah
zhēn yā fǎ. Sistem akupresur secara definisi adalah sistem pengobatan
dengan cara menekan-nekan pada titik-titik tertentu pada tubuh (meridian)
untuk memperoleh efek rangsang pada energi vital (QI) guna mendapatkan
kesembuhan dari suatu penyakit atau untuk meningkatkan kualitas kesehatan
(Ikhsan, 2017).
Akupresur disebut juga terapi totok/tusuk jari merupakan salah satu
bentuk fisioterapi dengan memberikan pemijatan dan stimulasi pada titik-
titik tertentu atau accupoint pada tubuh. Akupresur juga diartikan sebagai
menekan titik-titik penyembuhan menggunakan jari secara bertahap yang
merangsang kemampuan tubuh untuk penymbuhan diri secara alami.
35
Akupresur memanfaatkan rangsangan pada titik-titik akupuntur tubuh pasien
untuk memengaruhi aliran bionergi tubuh (Setyowati, 2018).
2. Keberadaan Acupoint
Acupoint atau titik-titik meridian akupuntur atau akupresur merupakan
konduktor listrik pada permukaan kulit yang dapat menyalurkan energi
penyembuhan yang paling efektif, sehingga penyembuhan energi yang
paling bagus dengan menggunakan titik-titik akupresur. Acupoint terletak di
permukaan tubuh, terutama pada lokasi dimana bundle saraf menembus
fascia otot atau secara histologis merupakan struktur neodermal dengan
densitas lokal yang tinggi yang banyak mengandung saraf simpatik
(Setyowati, 2018).
Akupresur bertujuan untuk melancarkan qi meridian-meridian di dalam
tubuh manusia. Di dalam tubuh manusia terdapat 12 meridian umum yang
mewakili organ-organ tubuh yaitu paru-paru, usus besar, lambung, limpa,
jantung, usus kecil, kandung kemih, ginjal, perikardium, san ciao, kandung
empedu, dan hati.
Letak titik akupresur gangguan tidur yaitu terdapat pada meridian
jantung/Heart (HT) 7 atau biasa disebut dengan titik shenmen. Titik ini
terletak pada sisi ulnair lipat pergelanngan tangan, dengan indikasi histeria,
nyeri dada, pelupa, berdebar-debar, sakit kuning, nyeri pada daerah iga, rasa
terbakar di telapak tangan dan neurasthenia serta insomnia atau gangguan
tidur (Ikhsan, 2017).
36
Gambar 2.1
Letak titik HT 7 Sumber: Ikhsan (2017)
3. Manfaat Akupresur
Akupresur bermanfaat untuk pencegahan penyakit, penyembuhan
penyakit, rehabilitas (pemulihan) dan meningkatkan daya tahan tubuh.
Akupresur juga bermanfaat untuk menghilangkan nyeri dan gejala-gejala
pada berbagai penyakit, seperti menurunkan low back pain, dan menurunkan
heart rate pada pasien stroke (Setyowati, 2018).
4. Fisiologi
Memberikan massage pada titik HT 7 Menstimulasi dengan cara
pemijatan dan penekanan pada titik-titik akupresur akan berpengaruh pada
perubahan fisiologi tubuh serta dapat mempengaruhi keadaan mental dan
emosional seseorang. Menurut Chen, Lin, Wu & Lin tahun 1999 penekanan
pada titik akupresur seperti pada titik meridian jantung 7 (shenmen) secara
fisiologis akan menstimulus peningkatan pengeluaran serotonin. Serotonin
37
akan berperan sebagai neurotransmiter yang membawa sinyal ke otak untuk
mengaktifkan kelanjar pineal memproduksi hormon melatonin. Kemudian
hormon melatonin ini akan mempengaruhi suprachiasmatic nucleus (SCN)
di hipotalamus anterior otak dalam pengaturan ritme sirkadian sehingga
terjadi penurunan sleep latency, nocturnal awakening, dan peningkatan total
sleep time dan kualitas tidur (Majid, 2017).
F. Alat Ukur Gangguan Tidur
1. Definisi PSQI
PSQI (Pittsburg Sleep Quality Index) merupakan suatu metode penilaian
yang berbentuk kuesioner yang digunakan untuk mengukur kualitas tidur
dan gangguan tidur orang dewasa dalam interval satu bulan. PSQI
merupakan alat ukur yang telah diuji validitas dan reliabilitas oleh Buysse,
dkk pada tahun 1998 sehingga tidak perlu dilakukan pengujian lagi karena
sudah diterbitkan dalam jurnal pada website universitas Pittsburgh dan
memiliki validitas dan reabilitas yang tinggi (Melati, 2017).
Dari penilaian kualitas tidur dengan menggunakan metode PSQI ini akan
didapatkan outputan berupa Sleeping Index. Sleeping Index merupakan suatu
skor atau nilai yang didapatkan dari pengukuran kualitas tidur seseorang
yang pengurkurannya dicari dengan cara mengisi kuesioner PSQI dengan
pembobotan tertentu. Index atau nilai tersebut yang nantinya akan
menggambarkan seberapa baikkah kualitas dari tidur seseorang. Kuesioner
PSQI terdiri dari 9 pertanyaan. Hasil dalam pengukuran keseluruhan adalah
0-21 yang diperoleh dari 7 komponen penilaian diantaranya kualitas tidur
secara subyektif (subjective sleep quality), waktu yang diperlukan untuk
memulai tidur (sleep latency), lamanya waktu tidur (sleep duration),
efisiensi tidur (habitual sleep efficiency), gangguan tidur yang sering dialami
pada malam hari (sleep disturbance), penggunaan obat untuk membantu
tidur (using medication), dan gangguan tidur yang sering dialami pada siang
38
hari (daytime disfunction). Semakin tinggi skor nilai maka akan semakin
buruk kualitas tidurnya. Banyak penelitian tentang gangguan tidur yang
menggunakan metode PSQI, hal tersebut dikarenakan PSQI memiliki
validitas dan reliabilitas yang tinggi. Namun metode PSQI ini juga memiliki
kekurangan yaitu pengisian kuesioner PSQI dapat memperoleh hasil yang
kurang akurat dikarenakan keterbatasan dan kesulitan klien untuk
memahami pertanyaan sehingga perlu untuk dipandu dalam pengisiannya.
G. Penelitian Terkait
Penelitian yang berjudul “Efektivitas Terapi Massage Dengan Terapi Mandi
Air Hngat Terhadap Penurunan Insomnia Lansia” (Triyadini, Asrin, & Upoyo,
2010) pada penelitian ini dilakukan eksperimen berupa pemberian terapi
relaksasi dengan membandingkan efektifitas antara terapi massage dengan terapi
mandi air hangat untuk menurunkan skala insomnia. Populasi dalam penelitian
ini adalah lansia yang tinggal di Panti Wredha Catur Nugraha Banyumas yang
berjumlah 35 orang. Teknik pengambilan sampel dilakukan dengan purposive
sampling yaitu pengambilan sampel yang didasarkan pada pertimbangan tertentu
berdasarkan ciri atau sifat populasi. Adapun jumlah sampel dalam penelitian ini
yaitu 12 orang responden. Hasil perhitungan dengan pair “t” test diperoleh nilai
‘t’hitung = 17,474 artinya bahwa telah terjadi penurunan skala insomnia antara
sebelum dan sesudah pemberian terapi massage.
Penelitian yang berjudul “Perbedaan Kualitas Tidur Lansia Setelah
Mendapatkan Terapi Komplementer Akupresur Dan Terapi Musik Instrumental
Di Panti Sosial Tresna Werda Teratai Palembang Tahun 2017” (Majid, 2017)
dengan jumlah responden pada penelitian ini sebanyak 30 lansia yang dibagi
menjadi dua kelompok dengan 15 lansia pada kelompok terapi komplementer
akupresur dan 15 lansia kelompok terapi musik instrumental. Hasil uji statistik
mann-whitney terhdap kualitas tidur lansia sesudah diberikan terapi akupresur
39
dan musik instrumental didapatkan nilai p value = 0.038 (p value < 0,05) yang
artinya terdapat perbedaan yang signifikan kualitas tidur lansia kelompok
akupresur dan musik instrumental
Penelitian yang berjudul “Pengaruh Terapi Akupresur Terhadap Kualitas
Tidur Lansia Di Balai PSTW Unit Budi Luhur Kasongan Bantul Yogyakarta”
(Kusumawardani, Isnaeni, & Kirnantoro, 2017) dengan jumlah responden pada
penelitian ini adalah 30 responden dengan teknik simple random sampling yang
terbagi menjaddi 15 responden pada kelompok intervensi dan 15 responden pada
kelompok kontrol. Hasil uji beda independnet t test tersebut menunjukkan bahwa
terdapat perbedaan bermakna antara kelompok intervensi dan kelompok kontrol.
Berdasarkan uji analisa data di atas berarti Ha yang menyatakan ada pengaruh
terapi akupresur terhadap kualitas tidur lansia di Balai PSTW Unit Budi Luhur
Kasongan Bantul Yogyakarta diterima dan H0 yang menyatakan tidak ada
pengaruh terapi akupresur terhadap kualitas tidur lansia di Balai PSTW Unit
Budi Luhur Kasongan Bantul Yogyakarta ditolak. Sehingga dapat disimpulkan
bahwa ada pengaruh terapi akupresur terhadap kualitas tidur lansia di Balai
PSTW Unit Budi Luhur Kasongan Bantul Yogyakarta.
H. Kerangka Teori
Kerangka teori merupakan kerangka untuk menjawab pertanyaan penelitian.
Berdasarkan teori yang telah dikemukanan diatas, maka dapat digambarkan
kerangka teori sebagai berikut:
Post operasi Gangguan pola tidur
Farmakologi: 1. Golongan sedatif 2. Golongan hipnotik
Non Farmakologi: 1. Alternative Medical
System: Akupresur 2. Mind Body And Spiritual
Therapies: Terapi Musik 3. Biologically Based
Therapies 4. Manipulative And Body-
Based Therapies: Massage 5. Energy Therapies
40
Gambar 2.2 Kerangka Teori
Sumber: Potter&Perry (2005); Solehati (205); Majid (2017)
I. KERANGKA KONSEP
Kerangka konsep pada penelitian merupakan suatu kerangka hubungan antar
konsep-konsep atau variabel yang diambil melalui penelitian-penelitian yang
dilakukan (Notoatmodjo, 2018). Kerangka konsep pada penelitian ini yaitu:
Skor PSQI sebelum diberikan massage pada titik
akupresur HT 7 pada kelompok
eksperimen
Pemberian massage pada titik akupresur
HT 7
Skor PSQI sesudah diberikan massage
pada titik akupresur HT 7 pada kelompok
eksperimen
Skor PSQI sebelum diberikan terapi
musik instrumental pada kelompok
kontrol
Pemberian terapi musik instrumental
Skor PSQI sebelum diberikan
terapi musik instrumental pada kelompok kontrol
Massage pada titik akupresur HT 7
Peningkatan hormon melatonin
Penurunan sleep latency, nocturnal awakening, dan
peningkatan total sleep time dan kualitas tidur
Tidur
41
Gambar 2.3
Kerangka Konsep
I. Hipotesis Penelitian
Hipotesis merupakan jawaban sementara dari suatu penelitian. Biasanya
hipotesis terdiri dari pernyataan terhadap adanya atau tidak adanya hubungan
antara dua variabel yaitu variabel bebas dan variabel terikat (Notoatmodjo,
2018).
Ha:
1. Ada perbedaan gangguan pola tidur sebelum dan sesudah diberikan massage
pada titik akupresur HT 7 pada pasien post operasi pada kelompok
eksperimen
2. Ada perbedaan gangguan pola tidur sebelum dan sesudah diberikan terapi
musik instrumental pada pasien post operasi pada kelompok kontrol
3. Ada perbedaan selisih atau perubahan gangguan pola tidur pada kelompok
eksperimen dan kelompok kontrol.