BAB II TINJAUAN PUSTAKA A. 1. ikasi - repository.ump.ac.idrepository.ump.ac.id/4585/3/SETIA BUDI BAB...
Transcript of BAB II TINJAUAN PUSTAKA A. 1. ikasi - repository.ump.ac.idrepository.ump.ac.id/4585/3/SETIA BUDI BAB...
7
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA
A. Landasan Teori
1. Kompetensi Komunikasi
Kompetensi komunikasi adalah tingkat keterampilan penyampaian
pesan oleh seseorang kepada orang lain untuk memberitahu dan mengubah
sikap, pendapat atau perilaku secara keseluruhan baik secara langsung
dengan lisan maupun tidak langsung (Purwanto, 2008). Sedangkan
menurut Suprapto (2011) “komunikasi merupakan suatu proses interaksi
yang mempunyai arti antara sesama manusia”.
Menurut Devito (2011) “kompetensi komunikasi mengacu pada
kemampuan seseorang untuk berkomunikasi secara efektif”. Kemampuan
ini mencakup hal-hal seperti pengetahuan tentang peran lingkungan
(konteks) dalam mempengaruhi kandungan (content) dan bentuk pesan
komunikasi. Misalnya, pengetahuan bahwa suatu topik mungkin layak
dikomunikasikan kepada pendengar tertentu di lingkungan tertentu tetapi
mungkin tidak layak bagi pendengar dan lingkungan yang lain.
Menurut Devito (2011) dimensi-dimensi dari kompetensi
komunikasi adalah antara lain sebagai berikut :
a. Motivasi komunikasi.
sering kali terkait dengan kesediaan seseorang untuk mendekati
atau menghindari interaksi dengan yang lain. Kebanyakan
penelitian motivasi komunikasi masuk dalam kerangka
karakteristik, kejengahan seperti rasa takut komunikasi atau rasa
7
Pengaruh Kompetensi Komunikasi..., Setia Budi, Fakultas Ekonomi dan Bisnis UMP, 2017
8
malu Skala motivasi dirancang untuk mengukur kesediaan
seseorang untuk memperluas empati, mengatur interaksi, dan
menyesuaikan komunikasi di dalam organisasi.
b. Pengetahuan komunikasi.
Untuk membuat rencana tindakan, sering kali disebut sebagai
skenario komunikasi. Pengetahuan ini diraih melalui pendidikan,
pengalaman, dan dengan pengamatan
c. Ketrampilan komunikasi.
Mencakup kinerja aktual dari perilaku. Hal ini sering kali
merupakan bagian yang sulit bagi komunikator – mengubah
motivasi dan rencana menjadi tindakan. Individu sering kali
termotivasi untuk berkomunikasi dan memiliki pengetahuan,
namun kurang ketrampilan dalam pengkomunikasiannya secara
aktual. Banyak ukuran ketrampilan mencakup variabel-variabel
terkait seperti orientasi lain, kejengahan sosial, keekspresifan,
manajemen interaksi. Pendekatan pendekatan ketrampilan lain
fokus pada kemampuan psikomotor – kemampuan seseorang untuk
berbicara, mendengar, melihat dan mengungkapkan pesan secara
non-verbal dalam situasi tertentu. Ketrampilan yang dibutuhkan
oleh organisasi termasuk pembinaan hubungan, menyimak dan
mengikuti instruksi, memberikan umpan balik, bertukar informasi,
mencari umpan balik, dan penyelesaian masalah.
Berdasarkan uraian diatas, dapat disimpulkan bahwa kompetensi
Pengaruh Kompetensi Komunikasi..., Setia Budi, Fakultas Ekonomi dan Bisnis UMP, 2017
9
komunikasi adalah kemampuan, keterampilan serta pengetahuan seseorang
dalam berkomunikasi dan berinteraksi antar sesama manusia.
2. Kecerdasan emosional (EQ)
Pada buku Daniel Goleman yang berjudul Emotional Intelligence.
Goleman (2009) menjelaskan bahwa “kecerdasan emosional atau
Emotional Intelligence merujuk kepada kemampuan mengenai perasaan
kita sendiri dan perasaan orang lain, kemampuan memotivasi diri sendiri,
dan kemampuan mengelola emosi dengan baik pada diri sendiri dan dalam
hubungan dengan orang lain”. Sedangkan menurut Agustian (2009)
“kecerdasan emosional diartikan sebagai kemampuan yang menunjukkan
bagaimana seseorang secara efektif mampu berhadapan dengan emosi baik
dari dalam dirinya maupun dari orang lain”.
Menurut Agustian (2009) “kecerdasan emosional (emotional
intelligence) adalah kemampuan seseorang untuk mendeteksi serta
mengelola petunjuk-petunjuk dan informasi emosional. Orang-orang yang
mengenal emosi-emosi mereka sendiri dan mampu dengan baik membaca
emosi orang lain dapat menjadi lebih efektif dalam pekerjaan mereka”.
Menurut Agustian (2009) Kecerdasan emosional terdiri dari 5
dimensi diantaranya adalah :
a. Kesadaran diri, kemampuan untuk menyadari apa yang dirasakan
b. Pengelolan diri, kemampuan untuk mengelola emosi dan rangsangan
sendiri.
c. Motivasi diri, kemampuan untuk bertahan dalam menghadapi
kemunduran dan kegagalan.
Pengaruh Kompetensi Komunikasi..., Setia Budi, Fakultas Ekonomi dan Bisnis UMP, 2017
10
d. Empati, kemampuan untuk merasakan bagaimana perasaan orang lain.
e. Keterampilan sosial, kemampuan untuk menangani emosi orang lain.”
Berdasarkan uraian diatas, dapat disimpulkan bahwa kecerdasan
emosional adalah kumpulan keterampilan, kemampuan yang mempengaruhi
kemampuan seseorang untuk berhasil dalam menghadapi tuntutan dan
tekanan lingkungan serta menggunakannya secara efektif sebagai motivasi
diri dan mengendalikan diri untuk mencapai tujuan yang produktif.
3. Kecerdasan Spiritual (SQ)
“Kecerdasan spiritual merupakan landasan yang diperlukan untuk
memfungsikan kecerdasan emosional dan kecerdasan intelektual secara
efektif, sehingga kecerdasan spiritual merupakan kecerdasan tertinggi”
(Agustian (2009). Tingkat spiritual yang tinggi dan berkembang baik
mampu memaknai penderitaan hidup dengan memberi makna positif pada
setiap peristiwa, masalah, bahkan penderitaan yang dialaminya. Dengan
memberi makna yang positif itu, ia mampu membangkitakan jiwanya dan
melakukan perbuatan dan tindakan yang positif (Notoprasetyo, 2012).
Menurut Zohar dan Marshall (2007) menjelaskan kecerdasan
spiritual sebagai kecerdasan untuk menghadapi dan memecahkan
persoalan makna dan nilai yaitu kecerdasan untuk menempatkan prilaku
hidup kita dalam makna yang lebih luas dan kaya, kecerdasan untuk
menilai bahwa tindakan atau jalan hidup seorang akan lebih bermakna
dibandingkan yang lain. Sedangkan menurut Agustian (2009)
mendefinisikan kecerdasan spiritual adalah kemampuan memberi makna
Pengaruh Kompetensi Komunikasi..., Setia Budi, Fakultas Ekonomi dan Bisnis UMP, 2017
11
ibadah terhadap setiap perilaku dan kegiatan melalui langkah-langkah dan
pemikiran yang bersifat fitrah, menuju manusia yang seutuhnya dan
memiliki pola pemikiran integralistik serta berprinsip hanya karena Allah.
Zohar dan Marsyal (2007) memberikan delapan dimensi untuk
menguji sejauh mana kualitas kecerdasan spiritual seseorang. Barometer
kepribadian yang dipakai meliputi:
a. Kapasitas diri untuk bersikap fleksibel, seperti aktif dan adaptif
secara spontan.
b. Memiliki tingkat kesadaran (self-awareness) yang tinggi.
c. Kemampuan untuk menghadapi dan memanfaatkan penderitaan
(suffering)
d. Kualitas hidup yang diilhami oleh visi dan nilai-nilai.
e. Keengganan untuk menyebabkan kerugian yang tidak perlu
(unnecessary harm).
f. Memiliki cara pandang yang holistik, dengan melihat
kecenderungan untuk melihat keterkaitan di antara segala sesuatu
yang berbeda.
g. Memiliki kecenderungan nyata untuk bertanya: ”Mengapa”
(”why”) atau ”Bagaimana jika” (”what if?”) dan cenderung untuk
mencari jawaban-jawaban yang fundamental (prinsip dan
mendasar).
h. Menjadi apa yang disebut oleh para psikolog sebagai ”field-
independent” (”bidang mandiri”), yaitu memiliki kemudahan untuk
bekerja melawan konvensi.
Kecerdasan spiritual dapat juga menjadikan orang lebih cerdas
secara spiritual dalam beragama, artinya seseorang yang memiliki
kecerdasan tinggi mungkin menjalankan agamanya tidak secara picik,
Pengaruh Kompetensi Komunikasi..., Setia Budi, Fakultas Ekonomi dan Bisnis UMP, 2017
12
ekslusif, fanatik atau prasangka. Kecerdasan spiritual juga memungkinkan
orang untuk menyatukan hal-hal yang bersifat intrapersonal dan
interpersonal, serta menjembatani kesenjangan antara diri sendiri dan
orang lain. Seorang yang memiliki kecerdasan spiritual tinggi cenderung
menjadi seorang pemimpin yang penuh pengabdian, bertanggungjawab
untuk membawakan visi dan nilai yang lebih tinggi kepada orang lain, dan
bisa memberi inspirasi kepada orang lain.
Berdasarkan uraian di atas maka dapat disimpulkan bahwa
kecerdasan spiritual adalah kecerdasan untuk memberi makna yang lebih
bernilai, luas dan kaya terhadap perilaku atau jalan kehidupan seseorang.
4. Budaya Organisasi
Budaya organisasi sebagai unit sosial yang didirikan oleh manusia
dalam jangka waktu yang relatif lama untuk mencapai tujuan dengan
membentuk jiwa yang kuat agardapat menghadapi tugas-tugas yang
diberikan dalam perusahaan.Selain itu budaya organisasi dapat
mengajarkan tentang arti kebersamaan dalam mencapai tujuan dan tidak
bersifat individualisme. Menurut Schein (2009), “budaya organisasi adalah
pola asumsi bersama yang dipelajari oleh suatu kelompok dalam
memecahkan masalah melalui adaptasi eksternal dan integrasi internal,
yang telah bekerja cukup baik untuk dipertimbangkan kebenarannya, oleh
karena itu, untuk diajarkan kepada anggota baru sebagai cara yang benar
untuk melihat, berpikir, dan merasakan kaitannya dengan masalah-masalah
Pengaruh Kompetensi Komunikasi..., Setia Budi, Fakultas Ekonomi dan Bisnis UMP, 2017
13
yang ada”. Sedangkan Sutrisno (2010), mendefinisikan budaya organisasi
sebagai perangkat sistem nilai- nilai (values), keyakinan- keyakinan
(beliefs), asumsi-asumsi (assumptions), atau norma- norma yang telah
lama berlaku, disepakati dan diikuti oleh para anggota suatu organisasi
sebagai pedoman perilaku dan pemecahan masalah- masalah
organisasinya. Menurut Robbins (2011) menegaskan “Budaya organisasi
adalah sistem makna bersama yang diselenggarakan oleh anggota yang
membedakan satu organisasi dengan organisasi lain.
Menurut Robbins (2011), untuk menilai kualitas budaya suatu
organisasi dapat dilihat dari sepuluh faktor utama, yaitu sebagai berikut:
a. Inisiatif individu, yaitu tingkat tanggung jawab, kebebasan dan
independensi yang dipunyai individu.
b. Toleransi terhadap tindakan beresiko, yaitu sejauh mana para
pegawai dianjurkan untuk bertindak agresif, inovatif dan berani
mengambil resiko
c. Arah, yaitu sejauh mana organisasi tersebut menciptakan dengan
jelas sasaran dan harapan mengenai organisasi
d. Integrasi, yaitu tingkat sejauh mana unit-unit dalam organisasi
didorong untuk bekerja dengan cara yang terkoordinasi.
e. Dukungan manajemen, yaitu tingkat sejauh mana para manajer
memberi komunikasi yang jelas, bantuan serta dukungan terhadap
bawahan mereka.
f. Kontrol, yaitu jumlah peraturan dan pengawasan langsung yang
digunakan untuk mengawasi dan mengendalikan perilaku pegawai.
g. Indentitas, yaitu tingkat sejauh mana para anggota teridentifikasi
dirinya secara keseluruhan dengan organisasinya daripada dengan
kelompok kerja tertentu atau dengan bidang keahlian professional.
Pengaruh Kompetensi Komunikasi..., Setia Budi, Fakultas Ekonomi dan Bisnis UMP, 2017
14
h. Sistem imbalan, yaitu tingkat sejauh mana alokasi imbalan (kenaikan
gaji, promosi) didasarkan atas criteria prestasi pegawai sebagai
kebalikan dari senioritas, pilih kasih, dan sebagainya.
i. Toleransi terhadap konflik, yaitu tingkat sejauh mana para pegawai
diberikan kebebasan untuk mengemukakan masalah yang ada dan
memberikan kritik secara terbuka.
j. Pola-pola komunikasi, yaitu tingkat sejauh mana komunikasi
organisasi dibatasi oleh hierarki kewenangan yang formal.
Dengan demikian dapat disimpulkan bahwa budaya organisasi
merupakan pola keyakinan dan nilai-nilai organisasi yang diyakini dan
dijiwai oleh seluruh anggotanya dalam melakukan pekerjaan sebagai cara
yang tepat untuk memahami, memikirkan, dan merasakan terhadap
masalah-masalah.
5. Kinerja Karyawan
Pada umumnya sebagian besar perusahaan percaya bahwa untuk
mencapai sebuah keberhasilan harus mengupayakan kinerja individu
semaksimal mungkin. Kinerja karyawan yang optimal mampu
membangun keberhasilan bagi perusahaan. Menurut Mangkunegara (2010)
menyatakan bahwa “kinerja karyawan (prestasi kerja) adalah hasil kerja
secara kualitas dan kuantitas yang dicapai oleh seorang karyawan dalam
melaksanakan tugasnya sesuai dengan tanggung jawab yang diberikan
kepadanya”. Oleh karena itu, disimpulkan bahwa kinerja karyawan adalah
prestasi kerja atau hasil kerja (output) dengan kualitas yang dicapai SDM
persatuan periode waktu dalam melaksanakan tugas kerjanya sesuai
dengan tanggung jawab yang diberikan kepadanya. Sedangkan Rivai
Pengaruh Kompetensi Komunikasi..., Setia Budi, Fakultas Ekonomi dan Bisnis UMP, 2017
15
(2009) mengatakan bahwa “kinerja merupakan perilaku nyata yang
ditampilkan setiap orang sebagai prestasi kerja yang dihasilkan oleh
karyawan sesuai dengan perannya dalam perusahaan”.
Menurut Gomes (2010) ada kriteria 5 kriteria untuk menentukan
kinerja seseorang yaitu : 1) pengembangan diri, 2) kerja tim, 3)
komunikasi, 4) jumlah produk yang dihasilkan, dan 5) keputusan yang
diambil. selanjutnya menurut Mangkunegara (2008) istilah kinerja berasal
dari kata Job performance atau performance yang berarti prestasi kerja
atau prestasi sesungguhnya yang dicapai oleh seseorang. Biasanya orang
yang kinerjanya tinggi disebut orang yang produktif dan sebaliknya orang
yang tingkat kinerjanya tidak mencapai standart dikatakan sebagai orang
yang tidak produktif atau berperforma rendah.
Menurut Mangkunegara (2010), faktor-faktor kinerja terdiri faktor
internal dan faktor eksternal. Faktor internal adalah faktor yang
dihubungkan dengan sifat-sifat seseorang. Misalnya, kinerja seorang baik
disebabkan karena mempunyai kemampuan tinggi dan seseorang itu tipe
pekerja keras, sedangkan seseorang mempunyai kinerja jelek disebabkan
orang tersebut mempunyai kemampuan rendah dan orang tersebut tidak
memiliki upaya-upaya untuk memperbaiki kemampuannya.
Berdasarkan uraian sebelumnya dapat disimpulkan bahwa kinerja
karyawan merupakan suatu bentuk kesuksesan seseorang untuk mencapai
peran atau terget tertentu yang berasal dari perbuatannya sendiri.
Pengaruh Kompetensi Komunikasi..., Setia Budi, Fakultas Ekonomi dan Bisnis UMP, 2017
16
B. Hasil Penelitian Terdahulu
Penelitian terdahulu yang pernah dilakukan mengenai pengaruh
kecerdasan emosional dan kecerdasan spiritual terhadap kinerja sumber daya
manusia, yang menjadi rujukan peneliti ini, selengkapnya dapat dijelaskan pada
Tabel 2.1.
Tabel 2.1.
Penelitian Terdahulu
No Penelitian dan
Tahun Penelitian Judul Hasil Penelitian
1 Yussi Rapareni
(2013)
Analisis Pengaruh
Kompetensi Komunikasi,
Kecerdasan emosional, dan
Budaya Organisasi
Terhadap Kinerja Karyawan
Radio Republik Indonesia
Palembang
Hasil penelitian menunjukan
bahwa variabel Kompetensi
komunikasi, Kecerdasan
emosional dan budaya
organisasi mempunyai
pengaruh yang signifikan
terhadap kinerja karyawan
dengan nilai determinasi (R2)
Sebesar 72,7%
2 Suardi Yakub
(2015)
Pengaruh Kompetensi
komunikasi dan Kecerdasan
emosional Terhadap Kinerja
Karyawan Pada PT.
Perkebunan Nusantara I
(Persero) Aceh
Hasil penelitian menunjukan
bahwa variabel kompetensi
komunikasi dan Kecerdasan
emosional mempunyai
pengaruh yang signifikan
secara parsial terhadap
kinerja karyawan dengan
nilai determinasi (R2)
Sebesar 60,4%
3 Rio Marpaung
& Citra
Rumondang
(2013)
Pengaruh Kecerdasan
Intelektual, Kecerdasan
emosional dan Kecerdasan
Spiritual terhadap Kinerja
Karyawan PT. Angkasa
Pura II cabang ssk ii
Pekanbaru
Hasil penelitian menunjukan
bahwa variabel Kecerdasan
Intelektual, Kecerdasan
emosional dan Kecerdasan
Spiritual mempunyai
pengaruh yang signifikan
terhadap kinerja karyawan
dengan nilai determinasi (R2)
Pengaruh Kompetensi Komunikasi..., Setia Budi, Fakultas Ekonomi dan Bisnis UMP, 2017
17
Sebesar 61,9%
4. Yossy Kanta
Marga (2016) Pengaruh Pelatihan,
Kecerdasan emosional,
dan Budaya Organisasi
terhadap Kinerja karyawan
pada PT. pelayaran
tempuran emas Surabaya
Hasil penelitian menunjukan
bahwa variabel Pelatihan,
Kecerdasan emosional,
dan Budaya Organisasi
mempunyai pengaruh yang
signifikan terhadap kinerja
karyawan dengan nilai
determinasi (R2)
Sebesar 63,2%
5 Paisal (2010) pengaruh kecerdasan
emosional dan kecerdasan
spiritual terhadap kinerja
karyawan pada LBPP-LIA
Palembang
Hasil penelitian menunjukan
bahwa variabel Kecerdasan
emosional, dan kecerdasan
spiritual mempunyai
pengaruh positif dan
signifikan terhadap kinerja
karyawan dengan nilai
determinasi (R2)
Sebesar 90,3%
C. Kerangka Pemikiran
Kinerja sumber daya manusia dewasa ini dituntut untuk terus
ditingkatkan di dunia usaha. Hal ini dikarenakan adanya persaingan usaha
yang sangat ketat, tuntutan pemenuhan kepuasan konsumen, dan adanya
tuntutan target yang harus tercapai. Untuk meningkatkan kinerja SDM,
maka salah satu usaha yang dapat dilakukan adalah meningkatkan
kemampuan atau keahlian para karyawan itu sendiri.
Berdasarkan penelitian sebelumnya yang dilakukan Rapareni
(2013) menemukan bahwa kompetensi komunikasi, kecerdasan emosional
dan budaya organisasi memiliki pengaruh yang signifikan terhadap kinerja
karyawan dengan hasil uji determinasi (R2) 72,7%. Hal ini menunjukkan
Pengaruh Kompetensi Komunikasi..., Setia Budi, Fakultas Ekonomi dan Bisnis UMP, 2017
18
bahwa tingkat kompetensi komunikasi, kecerdasan emosional dan budaya
organisasi yang terbilang baik yang mana pada akhirnya akan
meningkatkan kinerja karyawan. Sedangkan pada penelitian Paisal (2010)
menyimpulkan bahwa kecerdasan emosional dan kecerdasan spiritual
memiliki pengaruh yang signifikan terhadap kinerja karyawan dengan
hasil uji determinasi (R2) 90,3%. Hal ini menunjukan variabel kecerdasan
spiritual secara parsial berpengaruh signifikan dan positif terhadap kinerja
karyawan. Menurut Devito (2011) kompetensi komunikasi mempunyai
pengaruh terhadap kinerja karyawan karena melalui ketrampilan yang
dibutuhkan oleh organisasi seperti pembinaan hubungan, menyimak dan
mengikuti instruksi, memberikan umpan balik, bertukar informasi,
mencari umpan balik, dan penyelesaian masalah merupakan upaya dalam
mengembangkan dan meningkatkan kinerja karyawan. Sedangkan
menurut Agustian (2009) antara kecerdasan emosional dan kecerdasan
spiritual sangat di butuhkan dalam upaya peningkatan kinerja karyawan
karena dengan meningkatkan EQ dan SQ dapat meningkatkan kualitas
hidup karyawan, menjadikan pribadi yang menarik, menyenangkan, penuh
percaya diri serta dapat memotivasi diri sendiri. Selanjutnya menurut
Robbins (2011) dengan adanya budaya organisasi yang baik dan
berkualitas akan menciptakan perbedaan antara organisasi satu dengan
organisasi lainnya, membangun rasa identitas bagi anggota organisasi,
mempermudah tumbuhnya komitmen dan meningkatkan kemantapan
system social, sebagai perekat social, menuju integrasi organisasi dan
Pengaruh Kompetensi Komunikasi..., Setia Budi, Fakultas Ekonomi dan Bisnis UMP, 2017
19
peningkatan kinerja karyawan.
Berikut ini akan menjelaskan hubungan antara variabel
independent (X) terhadap variabel dependent (Y) sebagai berikut :
1. Hubungan antara kompetensi komunikasi (X1) dengan kinerja
karyawan (Y). Menurut Devito (2011) Komunikasi merupakan bagian
yang penting dalam kehidupan kerja, sebab komunikasi yang tidak
baik mempunyai dampak yang luas terhadap kehidupan organisasi,
misalnya konflik antar karyawan, dan sebaliknya komunikasi yang
baik dapat meningkatkan saling pengertian, kerjasama dan juga
kepuasan kerja. Mengingat yang bekerjasama dalam suatu organisasi
dalam rangka mencapai tujuan merupakan sekelompok sumber daya
manusia dengan berbagai karakter, maka komunikasi yang terbuka
harus dikembangkan dengan baik. Karyawan yang mempunyai
kompetensi komunikasi yang baik akan mampu memperoleh dan
mengembangkan tugas yang diembannya, sehingga tingkat kinerja
karyawan menjadi semakin baik.
Hal ini sejalan dengan penelitian Yakub (2015) yang menunjukan
bahwa kompetensi komunikasi berpengaruh positif dan signifikan
terhadap kinerja karyawan.
2. Hubungan antara kecerdasan emosional (X2) dengan kinerja karyawan
(Y). Menurut Agustian (2009) Faktor-faktor yang mempengaruhi
kinerja di antaranya adalah kemampuan (ability) dan motivasi. Namun
kemampuan dan motivasi tersebut akan lebih baik apabila dikelola
Pengaruh Kompetensi Komunikasi..., Setia Budi, Fakultas Ekonomi dan Bisnis UMP, 2017
20
dengan kecerdasan emosional sehingga kemampuan dan motivasi
tersebut menjadi lebih terarah dan sesuai dengan tujuan yang telah
ditetapkan perusahaan. Kecerdasan emosional dituntut digunakan
dalam situasi-situasi tugas yang membutuhkan tingkat pengetahuan
dan keterampilan yang biasanya didasarkan pada pengalaman. Dengan
pengelolaan kecerdasan emosional secara lebih baik, akan dapat
meminimalisasi hambatan yang akan dihadapi oleh karyawan dalam
menyelesaikan pekerjaannya. Sehingga dapat disimpulkan bahwa
kecerdasan emosional sangat berperan penting dalam mengelola tugas-
tugas dengan baik sehingga dapat mencapai kinerja yang diharapkan
oleh perusahaan. Hal ini sejalan dengan penelitian Marpaung (2013);
Yakub (2015); Kanta (2016) yang menunjukan bahwa kecerdasan
emosional berpengaruh positif dan signifikan terhadap kinerja
karyawan.
3. Hubungan antara kecerdasan spiritual (X3) dengan kinerja karyawan
(Y). Menurut Zohar dan Marshall (2007), penerapan lingkungan kerja
yang spiritual meningkatkan produktivitas dan menurunkan turn over.
Kecerdasan spiritualnya tinggi dan didukung lingkungan kerja yang
juga spiritual, secara positif menjadi lebih kreatif, memiliki kepuasan
kerja yang tinggi, mampu bekerja dengan baik secara tim, dan
memiliki komitmen yang tinggi terhadap organisasi serta dapat
meningkatkan kinerja seorang karyawan. Hal ini sejalan dengan
Pengaruh Kompetensi Komunikasi..., Setia Budi, Fakultas Ekonomi dan Bisnis UMP, 2017
21
penelitian Marpaung (2013) yang menunjukan bahwa kecerdasan
spiritual berpengaruh positif dan signifikan terhadap kinerja karyawan.
4. Hubungan antara budaya organisasi (X4) dengan kinerja karyawan
(Y). Menurut Robbins (2011) Budaya organisasi yang diterapkan pada
suatu perusahaan dapat membentuk dan mengendalikan perilaku
organisasi dan anggota organisasi. Orang-orang yang terlibat dalam
organisasi merupakan sumber utama budaya organisasi, karena
seseorang hanya akan bergabung pada organisasi yang dirasakan
sesuai, demikian sebaliknya organisasi hanya akan sesuai dengan dan
menerima orang-orang yang sesuai dengan nilai-nilai di dalam
organisasi. Budaya organisasi dibentuk oleh semua orang yang terlibat
dengan organisasi (pemilik, pimpinan, dan karyawan) yang mengacu
pada etika organisasi, peraturan kerja, dan tipe struktur organisasi.
Dengan adanya kesamaan langkah dan visi di dalam melakukan tugas
dan tanggung jawab yang diwujudkan dalam pelaksanaan budaya
organisasi, maka masing¬-masing individu dapat meningkatkan
fungsinya dan mengembangkan hubungan antar individu atau bagian
karena individu atau bagian yang lain saling melengkapi dalam
kegiatan usaha perusahaan. Dengan demikian kinerja karyawan akan
dapat ditingkatkan. Hal ini sejalan dengan penelitian Kanta (2016)
yang menunjukan bahwa budaya organisasi berpengaruh positif dan
signifikan terhadap kinerja karyawan.
Dari beberapa penelitian sebelumnya mengenai variabel
Pengaruh Kompetensi Komunikasi..., Setia Budi, Fakultas Ekonomi dan Bisnis UMP, 2017
22
kompetensi komunikasi, kecerdasan emosional dan budaya organisasi
terhadap kinerja. Maka peneliti merujuk pada penelitian Rapareni
(2013) dengan menambahkan satu variabel yaitu kecerdasan spiritual
dengan kerangka pemikiran sebagai berikut :
Gambar 2.1 Kerangka Pemikiran
Keterangan garis:
= Hubungan secara parsial
= Hubungan secara simultan
Pengaruh Kompetensi Komunikasi..., Setia Budi, Fakultas Ekonomi dan Bisnis UMP, 2017
23
D. Hipotesis
Berdasarkan tujuan penelitian yang ingin dicapai dan didasari oleh
landasan teori yang telah diuraikan, maka hipotesis dalam penelitian ini adalah:
H1 : Kompetensi komunikasi, kecerdasan emosional, kecerdasan spiritual dan
budaya orgnisasi berpengaruh signifikan secara simultan terhadap kinerja
karyawan Depo Pelita Banjarnegara
H2 : Kompetensi komunikasi berpengaruh positif dan signifikan terhadap
kinerja karyawan Depo Pelita Banjarnegara
H3 : Kecerdasan emosional berpengaruh positif dan signifikan terhadap kinerja
karyawan Depo Pelita Banjarnegara
H4 : Kecerdasan spiritual berpengaruh positif dan signifikan terhadap kinerja
karyawan Depo Pelita Banjarnegara
H5 : Budaya orgnisasi berpengaruh positif dan signifikan terhadap kinerja
karyawan Depo Pelita Banjarnegara
Pengaruh Kompetensi Komunikasi..., Setia Budi, Fakultas Ekonomi dan Bisnis UMP, 2017