BAB II TINJAUAN PUSTAKA A. 1. ikasi - repository.ump.ac.idrepository.ump.ac.id/4585/3/SETIA BUDI BAB...

17
7 BAB II TINJAUAN PUSTAKA A. Landasan Teori 1. Kompetensi Komunikasi Kompetensi komunikasi adalah tingkat keterampilan penyampaian pesan oleh seseorang kepada orang lain untuk memberitahu dan mengubah sikap, pendapat atau perilaku secara keseluruhan baik secara langsung dengan lisan maupun tidak langsung (Purwanto, 2008). Sedangkan menurut Suprapto (2011) “komunikasi merupakan suatu proses interaksi yang mempunyai arti antara sesama manusia”. Menurut Devito (2011) “kompetensi komunikasi mengacu pada kemampuan seseorang untuk berkomunikasi secara efektif”. Kemampuan ini mencakup hal-hal seperti pengetahuan tentang peran lingkungan (konteks) dalam mempengaruhi kandungan (content) dan bentuk pesan komunikasi. Misalnya, pengetahuan bahwa suatu topik mungkin layak dikomunikasikan kepada pendengar tertentu di lingkungan tertentu tetapi mungkin tidak layak bagi pendengar dan lingkungan yang lain. Menurut Devito (2011) dimensi-dimensi dari kompetensi komunikasi adalah antara lain sebagai berikut : a. Motivasi komunikasi. sering kali terkait dengan kesediaan seseorang untuk mendekati atau menghindari interaksi dengan yang lain. Kebanyakan penelitian motivasi komunikasi masuk dalam kerangka karakteristik, kejengahan seperti rasa takut komunikasi atau rasa 7 Pengaruh Kompetensi Komunikasi..., Setia Budi, Fakultas Ekonomi dan Bisnis UMP, 2017

Transcript of BAB II TINJAUAN PUSTAKA A. 1. ikasi - repository.ump.ac.idrepository.ump.ac.id/4585/3/SETIA BUDI BAB...

Page 1: BAB II TINJAUAN PUSTAKA A. 1. ikasi - repository.ump.ac.idrepository.ump.ac.id/4585/3/SETIA BUDI BAB II.pdf · ... kemampuan untuk menyadari apa yang dirasakan b. ... -nilai organisasi

7

BAB II

TINJAUAN PUSTAKA

A. Landasan Teori

1. Kompetensi Komunikasi

Kompetensi komunikasi adalah tingkat keterampilan penyampaian

pesan oleh seseorang kepada orang lain untuk memberitahu dan mengubah

sikap, pendapat atau perilaku secara keseluruhan baik secara langsung

dengan lisan maupun tidak langsung (Purwanto, 2008). Sedangkan

menurut Suprapto (2011) “komunikasi merupakan suatu proses interaksi

yang mempunyai arti antara sesama manusia”.

Menurut Devito (2011) “kompetensi komunikasi mengacu pada

kemampuan seseorang untuk berkomunikasi secara efektif”. Kemampuan

ini mencakup hal-hal seperti pengetahuan tentang peran lingkungan

(konteks) dalam mempengaruhi kandungan (content) dan bentuk pesan

komunikasi. Misalnya, pengetahuan bahwa suatu topik mungkin layak

dikomunikasikan kepada pendengar tertentu di lingkungan tertentu tetapi

mungkin tidak layak bagi pendengar dan lingkungan yang lain.

Menurut Devito (2011) dimensi-dimensi dari kompetensi

komunikasi adalah antara lain sebagai berikut :

a. Motivasi komunikasi.

sering kali terkait dengan kesediaan seseorang untuk mendekati

atau menghindari interaksi dengan yang lain. Kebanyakan

penelitian motivasi komunikasi masuk dalam kerangka

karakteristik, kejengahan seperti rasa takut komunikasi atau rasa

7

Pengaruh Kompetensi Komunikasi..., Setia Budi, Fakultas Ekonomi dan Bisnis UMP, 2017

Page 2: BAB II TINJAUAN PUSTAKA A. 1. ikasi - repository.ump.ac.idrepository.ump.ac.id/4585/3/SETIA BUDI BAB II.pdf · ... kemampuan untuk menyadari apa yang dirasakan b. ... -nilai organisasi

8

malu Skala motivasi dirancang untuk mengukur kesediaan

seseorang untuk memperluas empati, mengatur interaksi, dan

menyesuaikan komunikasi di dalam organisasi.

b. Pengetahuan komunikasi.

Untuk membuat rencana tindakan, sering kali disebut sebagai

skenario komunikasi. Pengetahuan ini diraih melalui pendidikan,

pengalaman, dan dengan pengamatan

c. Ketrampilan komunikasi.

Mencakup kinerja aktual dari perilaku. Hal ini sering kali

merupakan bagian yang sulit bagi komunikator – mengubah

motivasi dan rencana menjadi tindakan. Individu sering kali

termotivasi untuk berkomunikasi dan memiliki pengetahuan,

namun kurang ketrampilan dalam pengkomunikasiannya secara

aktual. Banyak ukuran ketrampilan mencakup variabel-variabel

terkait seperti orientasi lain, kejengahan sosial, keekspresifan,

manajemen interaksi. Pendekatan pendekatan ketrampilan lain

fokus pada kemampuan psikomotor – kemampuan seseorang untuk

berbicara, mendengar, melihat dan mengungkapkan pesan secara

non-verbal dalam situasi tertentu. Ketrampilan yang dibutuhkan

oleh organisasi termasuk pembinaan hubungan, menyimak dan

mengikuti instruksi, memberikan umpan balik, bertukar informasi,

mencari umpan balik, dan penyelesaian masalah.

Berdasarkan uraian diatas, dapat disimpulkan bahwa kompetensi

Pengaruh Kompetensi Komunikasi..., Setia Budi, Fakultas Ekonomi dan Bisnis UMP, 2017

Page 3: BAB II TINJAUAN PUSTAKA A. 1. ikasi - repository.ump.ac.idrepository.ump.ac.id/4585/3/SETIA BUDI BAB II.pdf · ... kemampuan untuk menyadari apa yang dirasakan b. ... -nilai organisasi

9

komunikasi adalah kemampuan, keterampilan serta pengetahuan seseorang

dalam berkomunikasi dan berinteraksi antar sesama manusia.

2. Kecerdasan emosional (EQ)

Pada buku Daniel Goleman yang berjudul Emotional Intelligence.

Goleman (2009) menjelaskan bahwa “kecerdasan emosional atau

Emotional Intelligence merujuk kepada kemampuan mengenai perasaan

kita sendiri dan perasaan orang lain, kemampuan memotivasi diri sendiri,

dan kemampuan mengelola emosi dengan baik pada diri sendiri dan dalam

hubungan dengan orang lain”. Sedangkan menurut Agustian (2009)

“kecerdasan emosional diartikan sebagai kemampuan yang menunjukkan

bagaimana seseorang secara efektif mampu berhadapan dengan emosi baik

dari dalam dirinya maupun dari orang lain”.

Menurut Agustian (2009) “kecerdasan emosional (emotional

intelligence) adalah kemampuan seseorang untuk mendeteksi serta

mengelola petunjuk-petunjuk dan informasi emosional. Orang-orang yang

mengenal emosi-emosi mereka sendiri dan mampu dengan baik membaca

emosi orang lain dapat menjadi lebih efektif dalam pekerjaan mereka”.

Menurut Agustian (2009) Kecerdasan emosional terdiri dari 5

dimensi diantaranya adalah :

a. Kesadaran diri, kemampuan untuk menyadari apa yang dirasakan

b. Pengelolan diri, kemampuan untuk mengelola emosi dan rangsangan

sendiri.

c. Motivasi diri, kemampuan untuk bertahan dalam menghadapi

kemunduran dan kegagalan.

Pengaruh Kompetensi Komunikasi..., Setia Budi, Fakultas Ekonomi dan Bisnis UMP, 2017

Page 4: BAB II TINJAUAN PUSTAKA A. 1. ikasi - repository.ump.ac.idrepository.ump.ac.id/4585/3/SETIA BUDI BAB II.pdf · ... kemampuan untuk menyadari apa yang dirasakan b. ... -nilai organisasi

10

d. Empati, kemampuan untuk merasakan bagaimana perasaan orang lain.

e. Keterampilan sosial, kemampuan untuk menangani emosi orang lain.”

Berdasarkan uraian diatas, dapat disimpulkan bahwa kecerdasan

emosional adalah kumpulan keterampilan, kemampuan yang mempengaruhi

kemampuan seseorang untuk berhasil dalam menghadapi tuntutan dan

tekanan lingkungan serta menggunakannya secara efektif sebagai motivasi

diri dan mengendalikan diri untuk mencapai tujuan yang produktif.

3. Kecerdasan Spiritual (SQ)

“Kecerdasan spiritual merupakan landasan yang diperlukan untuk

memfungsikan kecerdasan emosional dan kecerdasan intelektual secara

efektif, sehingga kecerdasan spiritual merupakan kecerdasan tertinggi”

(Agustian (2009). Tingkat spiritual yang tinggi dan berkembang baik

mampu memaknai penderitaan hidup dengan memberi makna positif pada

setiap peristiwa, masalah, bahkan penderitaan yang dialaminya. Dengan

memberi makna yang positif itu, ia mampu membangkitakan jiwanya dan

melakukan perbuatan dan tindakan yang positif (Notoprasetyo, 2012).

Menurut Zohar dan Marshall (2007) menjelaskan kecerdasan

spiritual sebagai kecerdasan untuk menghadapi dan memecahkan

persoalan makna dan nilai yaitu kecerdasan untuk menempatkan prilaku

hidup kita dalam makna yang lebih luas dan kaya, kecerdasan untuk

menilai bahwa tindakan atau jalan hidup seorang akan lebih bermakna

dibandingkan yang lain. Sedangkan menurut Agustian (2009)

mendefinisikan kecerdasan spiritual adalah kemampuan memberi makna

Pengaruh Kompetensi Komunikasi..., Setia Budi, Fakultas Ekonomi dan Bisnis UMP, 2017

Page 5: BAB II TINJAUAN PUSTAKA A. 1. ikasi - repository.ump.ac.idrepository.ump.ac.id/4585/3/SETIA BUDI BAB II.pdf · ... kemampuan untuk menyadari apa yang dirasakan b. ... -nilai organisasi

11

ibadah terhadap setiap perilaku dan kegiatan melalui langkah-langkah dan

pemikiran yang bersifat fitrah, menuju manusia yang seutuhnya dan

memiliki pola pemikiran integralistik serta berprinsip hanya karena Allah.

Zohar dan Marsyal (2007) memberikan delapan dimensi untuk

menguji sejauh mana kualitas kecerdasan spiritual seseorang. Barometer

kepribadian yang dipakai meliputi:

a. Kapasitas diri untuk bersikap fleksibel, seperti aktif dan adaptif

secara spontan.

b. Memiliki tingkat kesadaran (self-awareness) yang tinggi.

c. Kemampuan untuk menghadapi dan memanfaatkan penderitaan

(suffering)

d. Kualitas hidup yang diilhami oleh visi dan nilai-nilai.

e. Keengganan untuk menyebabkan kerugian yang tidak perlu

(unnecessary harm).

f. Memiliki cara pandang yang holistik, dengan melihat

kecenderungan untuk melihat keterkaitan di antara segala sesuatu

yang berbeda.

g. Memiliki kecenderungan nyata untuk bertanya: ”Mengapa”

(”why”) atau ”Bagaimana jika” (”what if?”) dan cenderung untuk

mencari jawaban-jawaban yang fundamental (prinsip dan

mendasar).

h. Menjadi apa yang disebut oleh para psikolog sebagai ”field-

independent” (”bidang mandiri”), yaitu memiliki kemudahan untuk

bekerja melawan konvensi.

Kecerdasan spiritual dapat juga menjadikan orang lebih cerdas

secara spiritual dalam beragama, artinya seseorang yang memiliki

kecerdasan tinggi mungkin menjalankan agamanya tidak secara picik,

Pengaruh Kompetensi Komunikasi..., Setia Budi, Fakultas Ekonomi dan Bisnis UMP, 2017

Page 6: BAB II TINJAUAN PUSTAKA A. 1. ikasi - repository.ump.ac.idrepository.ump.ac.id/4585/3/SETIA BUDI BAB II.pdf · ... kemampuan untuk menyadari apa yang dirasakan b. ... -nilai organisasi

12

ekslusif, fanatik atau prasangka. Kecerdasan spiritual juga memungkinkan

orang untuk menyatukan hal-hal yang bersifat intrapersonal dan

interpersonal, serta menjembatani kesenjangan antara diri sendiri dan

orang lain. Seorang yang memiliki kecerdasan spiritual tinggi cenderung

menjadi seorang pemimpin yang penuh pengabdian, bertanggungjawab

untuk membawakan visi dan nilai yang lebih tinggi kepada orang lain, dan

bisa memberi inspirasi kepada orang lain.

Berdasarkan uraian di atas maka dapat disimpulkan bahwa

kecerdasan spiritual adalah kecerdasan untuk memberi makna yang lebih

bernilai, luas dan kaya terhadap perilaku atau jalan kehidupan seseorang.

4. Budaya Organisasi

Budaya organisasi sebagai unit sosial yang didirikan oleh manusia

dalam jangka waktu yang relatif lama untuk mencapai tujuan dengan

membentuk jiwa yang kuat agardapat menghadapi tugas-tugas yang

diberikan dalam perusahaan.Selain itu budaya organisasi dapat

mengajarkan tentang arti kebersamaan dalam mencapai tujuan dan tidak

bersifat individualisme. Menurut Schein (2009), “budaya organisasi adalah

pola asumsi bersama yang dipelajari oleh suatu kelompok dalam

memecahkan masalah melalui adaptasi eksternal dan integrasi internal,

yang telah bekerja cukup baik untuk dipertimbangkan kebenarannya, oleh

karena itu, untuk diajarkan kepada anggota baru sebagai cara yang benar

untuk melihat, berpikir, dan merasakan kaitannya dengan masalah-masalah

Pengaruh Kompetensi Komunikasi..., Setia Budi, Fakultas Ekonomi dan Bisnis UMP, 2017

Page 7: BAB II TINJAUAN PUSTAKA A. 1. ikasi - repository.ump.ac.idrepository.ump.ac.id/4585/3/SETIA BUDI BAB II.pdf · ... kemampuan untuk menyadari apa yang dirasakan b. ... -nilai organisasi

13

yang ada”. Sedangkan Sutrisno (2010), mendefinisikan budaya organisasi

sebagai perangkat sistem nilai- nilai (values), keyakinan- keyakinan

(beliefs), asumsi-asumsi (assumptions), atau norma- norma yang telah

lama berlaku, disepakati dan diikuti oleh para anggota suatu organisasi

sebagai pedoman perilaku dan pemecahan masalah- masalah

organisasinya. Menurut Robbins (2011) menegaskan “Budaya organisasi

adalah sistem makna bersama yang diselenggarakan oleh anggota yang

membedakan satu organisasi dengan organisasi lain.

Menurut Robbins (2011), untuk menilai kualitas budaya suatu

organisasi dapat dilihat dari sepuluh faktor utama, yaitu sebagai berikut:

a. Inisiatif individu, yaitu tingkat tanggung jawab, kebebasan dan

independensi yang dipunyai individu.

b. Toleransi terhadap tindakan beresiko, yaitu sejauh mana para

pegawai dianjurkan untuk bertindak agresif, inovatif dan berani

mengambil resiko

c. Arah, yaitu sejauh mana organisasi tersebut menciptakan dengan

jelas sasaran dan harapan mengenai organisasi

d. Integrasi, yaitu tingkat sejauh mana unit-unit dalam organisasi

didorong untuk bekerja dengan cara yang terkoordinasi.

e. Dukungan manajemen, yaitu tingkat sejauh mana para manajer

memberi komunikasi yang jelas, bantuan serta dukungan terhadap

bawahan mereka.

f. Kontrol, yaitu jumlah peraturan dan pengawasan langsung yang

digunakan untuk mengawasi dan mengendalikan perilaku pegawai.

g. Indentitas, yaitu tingkat sejauh mana para anggota teridentifikasi

dirinya secara keseluruhan dengan organisasinya daripada dengan

kelompok kerja tertentu atau dengan bidang keahlian professional.

Pengaruh Kompetensi Komunikasi..., Setia Budi, Fakultas Ekonomi dan Bisnis UMP, 2017

Page 8: BAB II TINJAUAN PUSTAKA A. 1. ikasi - repository.ump.ac.idrepository.ump.ac.id/4585/3/SETIA BUDI BAB II.pdf · ... kemampuan untuk menyadari apa yang dirasakan b. ... -nilai organisasi

14

h. Sistem imbalan, yaitu tingkat sejauh mana alokasi imbalan (kenaikan

gaji, promosi) didasarkan atas criteria prestasi pegawai sebagai

kebalikan dari senioritas, pilih kasih, dan sebagainya.

i. Toleransi terhadap konflik, yaitu tingkat sejauh mana para pegawai

diberikan kebebasan untuk mengemukakan masalah yang ada dan

memberikan kritik secara terbuka.

j. Pola-pola komunikasi, yaitu tingkat sejauh mana komunikasi

organisasi dibatasi oleh hierarki kewenangan yang formal.

Dengan demikian dapat disimpulkan bahwa budaya organisasi

merupakan pola keyakinan dan nilai-nilai organisasi yang diyakini dan

dijiwai oleh seluruh anggotanya dalam melakukan pekerjaan sebagai cara

yang tepat untuk memahami, memikirkan, dan merasakan terhadap

masalah-masalah.

5. Kinerja Karyawan

Pada umumnya sebagian besar perusahaan percaya bahwa untuk

mencapai sebuah keberhasilan harus mengupayakan kinerja individu

semaksimal mungkin. Kinerja karyawan yang optimal mampu

membangun keberhasilan bagi perusahaan. Menurut Mangkunegara (2010)

menyatakan bahwa “kinerja karyawan (prestasi kerja) adalah hasil kerja

secara kualitas dan kuantitas yang dicapai oleh seorang karyawan dalam

melaksanakan tugasnya sesuai dengan tanggung jawab yang diberikan

kepadanya”. Oleh karena itu, disimpulkan bahwa kinerja karyawan adalah

prestasi kerja atau hasil kerja (output) dengan kualitas yang dicapai SDM

persatuan periode waktu dalam melaksanakan tugas kerjanya sesuai

dengan tanggung jawab yang diberikan kepadanya. Sedangkan Rivai

Pengaruh Kompetensi Komunikasi..., Setia Budi, Fakultas Ekonomi dan Bisnis UMP, 2017

Page 9: BAB II TINJAUAN PUSTAKA A. 1. ikasi - repository.ump.ac.idrepository.ump.ac.id/4585/3/SETIA BUDI BAB II.pdf · ... kemampuan untuk menyadari apa yang dirasakan b. ... -nilai organisasi

15

(2009) mengatakan bahwa “kinerja merupakan perilaku nyata yang

ditampilkan setiap orang sebagai prestasi kerja yang dihasilkan oleh

karyawan sesuai dengan perannya dalam perusahaan”.

Menurut Gomes (2010) ada kriteria 5 kriteria untuk menentukan

kinerja seseorang yaitu : 1) pengembangan diri, 2) kerja tim, 3)

komunikasi, 4) jumlah produk yang dihasilkan, dan 5) keputusan yang

diambil. selanjutnya menurut Mangkunegara (2008) istilah kinerja berasal

dari kata Job performance atau performance yang berarti prestasi kerja

atau prestasi sesungguhnya yang dicapai oleh seseorang. Biasanya orang

yang kinerjanya tinggi disebut orang yang produktif dan sebaliknya orang

yang tingkat kinerjanya tidak mencapai standart dikatakan sebagai orang

yang tidak produktif atau berperforma rendah.

Menurut Mangkunegara (2010), faktor-faktor kinerja terdiri faktor

internal dan faktor eksternal. Faktor internal adalah faktor yang

dihubungkan dengan sifat-sifat seseorang. Misalnya, kinerja seorang baik

disebabkan karena mempunyai kemampuan tinggi dan seseorang itu tipe

pekerja keras, sedangkan seseorang mempunyai kinerja jelek disebabkan

orang tersebut mempunyai kemampuan rendah dan orang tersebut tidak

memiliki upaya-upaya untuk memperbaiki kemampuannya.

Berdasarkan uraian sebelumnya dapat disimpulkan bahwa kinerja

karyawan merupakan suatu bentuk kesuksesan seseorang untuk mencapai

peran atau terget tertentu yang berasal dari perbuatannya sendiri.

Pengaruh Kompetensi Komunikasi..., Setia Budi, Fakultas Ekonomi dan Bisnis UMP, 2017

Page 10: BAB II TINJAUAN PUSTAKA A. 1. ikasi - repository.ump.ac.idrepository.ump.ac.id/4585/3/SETIA BUDI BAB II.pdf · ... kemampuan untuk menyadari apa yang dirasakan b. ... -nilai organisasi

16

B. Hasil Penelitian Terdahulu

Penelitian terdahulu yang pernah dilakukan mengenai pengaruh

kecerdasan emosional dan kecerdasan spiritual terhadap kinerja sumber daya

manusia, yang menjadi rujukan peneliti ini, selengkapnya dapat dijelaskan pada

Tabel 2.1.

Tabel 2.1.

Penelitian Terdahulu

No Penelitian dan

Tahun Penelitian Judul Hasil Penelitian

1 Yussi Rapareni

(2013)

Analisis Pengaruh

Kompetensi Komunikasi,

Kecerdasan emosional, dan

Budaya Organisasi

Terhadap Kinerja Karyawan

Radio Republik Indonesia

Palembang

Hasil penelitian menunjukan

bahwa variabel Kompetensi

komunikasi, Kecerdasan

emosional dan budaya

organisasi mempunyai

pengaruh yang signifikan

terhadap kinerja karyawan

dengan nilai determinasi (R2)

Sebesar 72,7%

2 Suardi Yakub

(2015)

Pengaruh Kompetensi

komunikasi dan Kecerdasan

emosional Terhadap Kinerja

Karyawan Pada PT.

Perkebunan Nusantara I

(Persero) Aceh

Hasil penelitian menunjukan

bahwa variabel kompetensi

komunikasi dan Kecerdasan

emosional mempunyai

pengaruh yang signifikan

secara parsial terhadap

kinerja karyawan dengan

nilai determinasi (R2)

Sebesar 60,4%

3 Rio Marpaung

& Citra

Rumondang

(2013)

Pengaruh Kecerdasan

Intelektual, Kecerdasan

emosional dan Kecerdasan

Spiritual terhadap Kinerja

Karyawan PT. Angkasa

Pura II cabang ssk ii

Pekanbaru

Hasil penelitian menunjukan

bahwa variabel Kecerdasan

Intelektual, Kecerdasan

emosional dan Kecerdasan

Spiritual mempunyai

pengaruh yang signifikan

terhadap kinerja karyawan

dengan nilai determinasi (R2)

Pengaruh Kompetensi Komunikasi..., Setia Budi, Fakultas Ekonomi dan Bisnis UMP, 2017

Page 11: BAB II TINJAUAN PUSTAKA A. 1. ikasi - repository.ump.ac.idrepository.ump.ac.id/4585/3/SETIA BUDI BAB II.pdf · ... kemampuan untuk menyadari apa yang dirasakan b. ... -nilai organisasi

17

Sebesar 61,9%

4. Yossy Kanta

Marga (2016) Pengaruh Pelatihan,

Kecerdasan emosional,

dan Budaya Organisasi

terhadap Kinerja karyawan

pada PT. pelayaran

tempuran emas Surabaya

Hasil penelitian menunjukan

bahwa variabel Pelatihan,

Kecerdasan emosional,

dan Budaya Organisasi

mempunyai pengaruh yang

signifikan terhadap kinerja

karyawan dengan nilai

determinasi (R2)

Sebesar 63,2%

5 Paisal (2010) pengaruh kecerdasan

emosional dan kecerdasan

spiritual terhadap kinerja

karyawan pada LBPP-LIA

Palembang

Hasil penelitian menunjukan

bahwa variabel Kecerdasan

emosional, dan kecerdasan

spiritual mempunyai

pengaruh positif dan

signifikan terhadap kinerja

karyawan dengan nilai

determinasi (R2)

Sebesar 90,3%

C. Kerangka Pemikiran

Kinerja sumber daya manusia dewasa ini dituntut untuk terus

ditingkatkan di dunia usaha. Hal ini dikarenakan adanya persaingan usaha

yang sangat ketat, tuntutan pemenuhan kepuasan konsumen, dan adanya

tuntutan target yang harus tercapai. Untuk meningkatkan kinerja SDM,

maka salah satu usaha yang dapat dilakukan adalah meningkatkan

kemampuan atau keahlian para karyawan itu sendiri.

Berdasarkan penelitian sebelumnya yang dilakukan Rapareni

(2013) menemukan bahwa kompetensi komunikasi, kecerdasan emosional

dan budaya organisasi memiliki pengaruh yang signifikan terhadap kinerja

karyawan dengan hasil uji determinasi (R2) 72,7%. Hal ini menunjukkan

Pengaruh Kompetensi Komunikasi..., Setia Budi, Fakultas Ekonomi dan Bisnis UMP, 2017

Page 12: BAB II TINJAUAN PUSTAKA A. 1. ikasi - repository.ump.ac.idrepository.ump.ac.id/4585/3/SETIA BUDI BAB II.pdf · ... kemampuan untuk menyadari apa yang dirasakan b. ... -nilai organisasi

18

bahwa tingkat kompetensi komunikasi, kecerdasan emosional dan budaya

organisasi yang terbilang baik yang mana pada akhirnya akan

meningkatkan kinerja karyawan. Sedangkan pada penelitian Paisal (2010)

menyimpulkan bahwa kecerdasan emosional dan kecerdasan spiritual

memiliki pengaruh yang signifikan terhadap kinerja karyawan dengan

hasil uji determinasi (R2) 90,3%. Hal ini menunjukan variabel kecerdasan

spiritual secara parsial berpengaruh signifikan dan positif terhadap kinerja

karyawan. Menurut Devito (2011) kompetensi komunikasi mempunyai

pengaruh terhadap kinerja karyawan karena melalui ketrampilan yang

dibutuhkan oleh organisasi seperti pembinaan hubungan, menyimak dan

mengikuti instruksi, memberikan umpan balik, bertukar informasi,

mencari umpan balik, dan penyelesaian masalah merupakan upaya dalam

mengembangkan dan meningkatkan kinerja karyawan. Sedangkan

menurut Agustian (2009) antara kecerdasan emosional dan kecerdasan

spiritual sangat di butuhkan dalam upaya peningkatan kinerja karyawan

karena dengan meningkatkan EQ dan SQ dapat meningkatkan kualitas

hidup karyawan, menjadikan pribadi yang menarik, menyenangkan, penuh

percaya diri serta dapat memotivasi diri sendiri. Selanjutnya menurut

Robbins (2011) dengan adanya budaya organisasi yang baik dan

berkualitas akan menciptakan perbedaan antara organisasi satu dengan

organisasi lainnya, membangun rasa identitas bagi anggota organisasi,

mempermudah tumbuhnya komitmen dan meningkatkan kemantapan

system social, sebagai perekat social, menuju integrasi organisasi dan

Pengaruh Kompetensi Komunikasi..., Setia Budi, Fakultas Ekonomi dan Bisnis UMP, 2017

Page 13: BAB II TINJAUAN PUSTAKA A. 1. ikasi - repository.ump.ac.idrepository.ump.ac.id/4585/3/SETIA BUDI BAB II.pdf · ... kemampuan untuk menyadari apa yang dirasakan b. ... -nilai organisasi

19

peningkatan kinerja karyawan.

Berikut ini akan menjelaskan hubungan antara variabel

independent (X) terhadap variabel dependent (Y) sebagai berikut :

1. Hubungan antara kompetensi komunikasi (X1) dengan kinerja

karyawan (Y). Menurut Devito (2011) Komunikasi merupakan bagian

yang penting dalam kehidupan kerja, sebab komunikasi yang tidak

baik mempunyai dampak yang luas terhadap kehidupan organisasi,

misalnya konflik antar karyawan, dan sebaliknya komunikasi yang

baik dapat meningkatkan saling pengertian, kerjasama dan juga

kepuasan kerja. Mengingat yang bekerjasama dalam suatu organisasi

dalam rangka mencapai tujuan merupakan sekelompok sumber daya

manusia dengan berbagai karakter, maka komunikasi yang terbuka

harus dikembangkan dengan baik. Karyawan yang mempunyai

kompetensi komunikasi yang baik akan mampu memperoleh dan

mengembangkan tugas yang diembannya, sehingga tingkat kinerja

karyawan menjadi semakin baik.

Hal ini sejalan dengan penelitian Yakub (2015) yang menunjukan

bahwa kompetensi komunikasi berpengaruh positif dan signifikan

terhadap kinerja karyawan.

2. Hubungan antara kecerdasan emosional (X2) dengan kinerja karyawan

(Y). Menurut Agustian (2009) Faktor-faktor yang mempengaruhi

kinerja di antaranya adalah kemampuan (ability) dan motivasi. Namun

kemampuan dan motivasi tersebut akan lebih baik apabila dikelola

Pengaruh Kompetensi Komunikasi..., Setia Budi, Fakultas Ekonomi dan Bisnis UMP, 2017

Page 14: BAB II TINJAUAN PUSTAKA A. 1. ikasi - repository.ump.ac.idrepository.ump.ac.id/4585/3/SETIA BUDI BAB II.pdf · ... kemampuan untuk menyadari apa yang dirasakan b. ... -nilai organisasi

20

dengan kecerdasan emosional sehingga kemampuan dan motivasi

tersebut menjadi lebih terarah dan sesuai dengan tujuan yang telah

ditetapkan perusahaan. Kecerdasan emosional dituntut digunakan

dalam situasi-situasi tugas yang membutuhkan tingkat pengetahuan

dan keterampilan yang biasanya didasarkan pada pengalaman. Dengan

pengelolaan kecerdasan emosional secara lebih baik, akan dapat

meminimalisasi hambatan yang akan dihadapi oleh karyawan dalam

menyelesaikan pekerjaannya. Sehingga dapat disimpulkan bahwa

kecerdasan emosional sangat berperan penting dalam mengelola tugas-

tugas dengan baik sehingga dapat mencapai kinerja yang diharapkan

oleh perusahaan. Hal ini sejalan dengan penelitian Marpaung (2013);

Yakub (2015); Kanta (2016) yang menunjukan bahwa kecerdasan

emosional berpengaruh positif dan signifikan terhadap kinerja

karyawan.

3. Hubungan antara kecerdasan spiritual (X3) dengan kinerja karyawan

(Y). Menurut Zohar dan Marshall (2007), penerapan lingkungan kerja

yang spiritual meningkatkan produktivitas dan menurunkan turn over.

Kecerdasan spiritualnya tinggi dan didukung lingkungan kerja yang

juga spiritual, secara positif menjadi lebih kreatif, memiliki kepuasan

kerja yang tinggi, mampu bekerja dengan baik secara tim, dan

memiliki komitmen yang tinggi terhadap organisasi serta dapat

meningkatkan kinerja seorang karyawan. Hal ini sejalan dengan

Pengaruh Kompetensi Komunikasi..., Setia Budi, Fakultas Ekonomi dan Bisnis UMP, 2017

Page 15: BAB II TINJAUAN PUSTAKA A. 1. ikasi - repository.ump.ac.idrepository.ump.ac.id/4585/3/SETIA BUDI BAB II.pdf · ... kemampuan untuk menyadari apa yang dirasakan b. ... -nilai organisasi

21

penelitian Marpaung (2013) yang menunjukan bahwa kecerdasan

spiritual berpengaruh positif dan signifikan terhadap kinerja karyawan.

4. Hubungan antara budaya organisasi (X4) dengan kinerja karyawan

(Y). Menurut Robbins (2011) Budaya organisasi yang diterapkan pada

suatu perusahaan dapat membentuk dan mengendalikan perilaku

organisasi dan anggota organisasi. Orang-orang yang terlibat dalam

organisasi merupakan sumber utama budaya organisasi, karena

seseorang hanya akan bergabung pada organisasi yang dirasakan

sesuai, demikian sebaliknya organisasi hanya akan sesuai dengan dan

menerima orang-orang yang sesuai dengan nilai-nilai di dalam

organisasi. Budaya organisasi dibentuk oleh semua orang yang terlibat

dengan organisasi (pemilik, pimpinan, dan karyawan) yang mengacu

pada etika organisasi, peraturan kerja, dan tipe struktur organisasi.

Dengan adanya kesamaan langkah dan visi di dalam melakukan tugas

dan tanggung jawab yang diwujudkan dalam pelaksanaan budaya

organisasi, maka masing¬-masing individu dapat meningkatkan

fungsinya dan mengembangkan hubungan antar individu atau bagian

karena individu atau bagian yang lain saling melengkapi dalam

kegiatan usaha perusahaan. Dengan demikian kinerja karyawan akan

dapat ditingkatkan. Hal ini sejalan dengan penelitian Kanta (2016)

yang menunjukan bahwa budaya organisasi berpengaruh positif dan

signifikan terhadap kinerja karyawan.

Dari beberapa penelitian sebelumnya mengenai variabel

Pengaruh Kompetensi Komunikasi..., Setia Budi, Fakultas Ekonomi dan Bisnis UMP, 2017

Page 16: BAB II TINJAUAN PUSTAKA A. 1. ikasi - repository.ump.ac.idrepository.ump.ac.id/4585/3/SETIA BUDI BAB II.pdf · ... kemampuan untuk menyadari apa yang dirasakan b. ... -nilai organisasi

22

kompetensi komunikasi, kecerdasan emosional dan budaya organisasi

terhadap kinerja. Maka peneliti merujuk pada penelitian Rapareni

(2013) dengan menambahkan satu variabel yaitu kecerdasan spiritual

dengan kerangka pemikiran sebagai berikut :

Gambar 2.1 Kerangka Pemikiran

Keterangan garis:

= Hubungan secara parsial

= Hubungan secara simultan

Pengaruh Kompetensi Komunikasi..., Setia Budi, Fakultas Ekonomi dan Bisnis UMP, 2017

Page 17: BAB II TINJAUAN PUSTAKA A. 1. ikasi - repository.ump.ac.idrepository.ump.ac.id/4585/3/SETIA BUDI BAB II.pdf · ... kemampuan untuk menyadari apa yang dirasakan b. ... -nilai organisasi

23

D. Hipotesis

Berdasarkan tujuan penelitian yang ingin dicapai dan didasari oleh

landasan teori yang telah diuraikan, maka hipotesis dalam penelitian ini adalah:

H1 : Kompetensi komunikasi, kecerdasan emosional, kecerdasan spiritual dan

budaya orgnisasi berpengaruh signifikan secara simultan terhadap kinerja

karyawan Depo Pelita Banjarnegara

H2 : Kompetensi komunikasi berpengaruh positif dan signifikan terhadap

kinerja karyawan Depo Pelita Banjarnegara

H3 : Kecerdasan emosional berpengaruh positif dan signifikan terhadap kinerja

karyawan Depo Pelita Banjarnegara

H4 : Kecerdasan spiritual berpengaruh positif dan signifikan terhadap kinerja

karyawan Depo Pelita Banjarnegara

H5 : Budaya orgnisasi berpengaruh positif dan signifikan terhadap kinerja

karyawan Depo Pelita Banjarnegara

Pengaruh Kompetensi Komunikasi..., Setia Budi, Fakultas Ekonomi dan Bisnis UMP, 2017