BAB II TINJAUAN PUSTAKA A. 1. a. - repository.ump.ac.idrepository.ump.ac.id/3938/3/DION ADI BAB...
-
Upload
dinhkhuong -
Category
Documents
-
view
216 -
download
0
Transcript of BAB II TINJAUAN PUSTAKA A. 1. a. - repository.ump.ac.idrepository.ump.ac.id/3938/3/DION ADI BAB...
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA
A. Landasan Teori 1. Motivasi Kerja
a. Pengertian Motivasi Kerja
Motivasi terbentuk dari sikap (attitute) karyawan dalam menghadapi situasi
kerja di perusahaan (situation). Menurut Mangkunegara (2007), “Motivasi merupakan
kondisi atau energi yang menggerakkan diri karyawan yang terarah atau yang tertuju
untuk mencapai tujuan organisasi perusahaan”. Pendapat lain juga dikemukakan oleh
Bangun (2012), bahwa pengertian “Motivasi adalah pemberian daya gerak yang
menciptakan kegairahan kerja seseorang agar mau bekerja sama, bekerja efektif dan
terintegrasi dengan segala daya upaya untuk mencapai kepuasan”. Pendapat lain juga
dikemukakan Duica (2008) dalam Robescu (2016) “Motivation is defined as all
internal and eksternal driving proces that makes the individual to perform an activity,
what determines the limits and forms activity and which give it its activities oriented
towards achieving certain goals”. Sikap mental karyawan yang pro dan positif
terhadap situasi kerja itulah yang memperkuat motivasi kerjanya untuk mencapai
kinerja yang maksimal.
Berdasarkan pengertian beberapa ahli diatas dapat disimpulkan bahwa
motivasi merupakan dorongan dari internal maupun eksternal seseorang untuk
mempengaruhinya agar lebih maju yang bersifat positif. Sikap mental karyawan
haruslah memiliki sikap mental yang siap sedia secara psikofisik (siap secara mental,
fisik, situasi, dan tujuan). Artinya karyawan harus siap sedia berusaha keras mencapai
target kerja yaitu tujuan utama organisasi.
b. Prinsip-Prinsip dalam Motivasi
Menurut Mangkunegara (2012) terdapat beberapa prinsip memotivasi kerja
pegawai, yaitu:
1. Prinsip Partisivasi
Dalam upaya memotivasi kerja, pegawai perlu diberikan kesempatan ikut
berpatisipasi dalam menentukan tujuan yang akan dicapai oleh pemimpin.
2. Prinsip Komunikasi
Pemimpin mengkomuniksikan segala sesuatu yang berhubungan dengan usaha
pencapaian tugas, dengan informasi yang jelas, pegawai lebih mudah dimotivasi
kerjanya.
3. Prinsip Mengakui Andil Bawahan
Pemimpin yang mengakui bahwa bawahan (pegawai) mempunyai andil didalam
usaha pencapaian tujuan. Dengan pengakuan tersebut, pegawai akan lebih mudah
termotivasi kerjanya.
4. Prinsip Pendelegasian Wewenang
Pemimpin yang memberikan otoritas atau wewnang kepada pegawai bawahan
untuk sewaktu-waktu dapat mengambil keputusan terhadap pekerjaan yang
dilakukannya, akan membuat pegawai yang bersangkutan menjadi temotivasi
untuk mencapai tujuan yang diharapkan oleh pemimpin.
5. Prinsip Memberi Perhatian
Pemimpin memberikan perhatian terhadap apa yang diinginkan pegawai bawahan,
akan memotivasi pegawai bekerja apa yang diharapkan oleh pemimpin.
c. Teori Motivasi David McClelland
David McClelland memelopori pemikiran tentang motivasi kerja dengan
mengembangkan motivasi berbasis teori dan model, dan digunakan dalam perbaikan
Pengaruh Motivasi Kerja..., Dion Adi Surya, FEB UMP 2017Pengaruh Motivasi Kerja..., Dion Adi Surya, FEB UMP 2017
metode penilaian kinerja, serta penilaian dan tes berbasis kompetensi, ide-nya telah
diadopsi secara luas diberbagai organisasi.
(David, 1987) dalam (Handayani, 2015), memperkenalkan teori kebutuhan
berprestasi atau Need for achievement (N.Ach), yang menyatakan bahwa motivasi
berbeda-beda, sesuai dengan kekuatan kebutuhan seseorang akan prestasi. McClelland
mendefinisikan motivasi sebagai suatu kebutuhan yang bersifat sosial, kebutuhan
yang muncul akibat pengaruh eksternal. McClelland memperkenalkan tiga jenis
motivasi, yang diidentifikasi dalam buku “The Achieving Society” yaitu:
1. Kebutuhan Berprestasi (Need for Achievement)
Need for achievement adalah kebutuhan untuk berprestasi yang merupakan
refleksi dari dorongan akan tanggung jawab untuk pemecah masalah. Seseorang yang
memiliki kebutuhan berprestasi tinggi cenderung untuk mengambil resiko. Kebutuhan
akan prestasi merupakan dorongan untuk mengungguli, berprestasi sehubungan
dengan seperangkat standar, bergulat untuk sukses.
Kebutuhan akan prestasi adalah kebutuhan seseorang untuk memiliki
pencapaian signifikan, menguasai berbagai keahlihan, atau memiliki standar yang
tinggi. Orang yang memiliki n-ach tinggi biasanya selalu ingin menghadapi tantangan
baru dan mencari tingkat kebebasan yang tinggi. Sebab-sebab seseorang memiliki n-
ach yang tinggi diantaranya adalah pujian dan imbalan akan kesuksesan yang dicapai,
perasaan positif yang timbul dari prestasi, dan keinginan untuk menghadapi
tantangan.
2. Kebutuhan Kekuasaan (Need of Power)
Need of Power adalah kebutuhan akan kekuasaan yang merupakan refleksi
dari dorongan untuk mencapai autoritas, untuk memiliki pengaruh kepada orang lain.
Kebutuhan akan kekuasaan adalah kebutuhan untuk membuat orang lain berperilaku
Pengaruh Motivasi Kerja..., Dion Adi Surya, FEB UMP 2017Pengaruh Motivasi Kerja..., Dion Adi Surya, FEB UMP 2017
dalam suatu cara dimana orang-orang itu tanpa dipaksa tidak akan berperilaku
demikian atau suatu bentuk ekspresi dari individu untuk mengendalikan dan
mempengaruhi orang lain.
McCleland menyatakan ada dua jenis kebutuhan akan kekuasaan yaitu, pribadi
dan kekuasan
a. Pribadi
Contoh dari kekuasaan pribadi adalah seorang pemimpin organisasi yang mencari
posisi lebih tinggi agar bisa mengatur orang lain dan mengarahkan ke mana
organisasinya akan bergerak.
b. Sosial
Kekuasaan sosial adalah kekuasaan yang misalnya dimiliki oleh pemimpin.
3. Kebutuhan Berafiliasi (Need for Affilation)
Need for Affilation yaitu kebutuhan untuk berafiliasi yang merupakan
dorongan untuk berinteraksi dengan orang lain, berada bersama orang lain. Kebutuhan
akan afiliasi adalah hasrat untuk berhubungan antar pribadi yang ramah dan akrab.
Individu mereflesikan keinginan untuk mempunyai hubungan yang erat, kooperatif
dan penuh sikap persahabatan dengan pihak lain. Individu yang mempunyai
kebutuhan afiliasi yang tinggi umumnya berhasil dalam pekerjaan yang memerlukan
interaksi sosial yang tinggi.
Kebutuhan ini adalah kebutuhan yang didasari oleh keinginan untuk
mendapatkan dan menjalankan hubungan yang baik dengan orang lain. Orang merasa
ingin disukai dan diterima oleh sesamanya. McClelland mengatakan bahwa kebutuhan
yang kuat akan afiliasi akan mencampuri objektifitas seseorang. Sebab, jika ia merasa
ingin disukai, maka ia akan melakukan apapun agar orang lain suka akan
keputusannya.
Pengaruh Motivasi Kerja..., Dion Adi Surya, FEB UMP 2017Pengaruh Motivasi Kerja..., Dion Adi Surya, FEB UMP 2017
d. Faktor-Faktor yang Mempengaruhi Motivasi
Menurut Sutrisno (2016), faktor-faktor tersebut dapat dibedakan atas faktor
intern dan ekstern yang berasal dari karyawan.
1. Faktor Intern
a) Keinginan untuk hidup
Keinginan untuk hidup merupakan setiap manusia yang hidup di muka bumi ini.
Untuk mempertahankan hidup ini orang mau mengerjakan apa saja, apakah
pekerjaan itu baik atau jelek, apakah halal atau haram dan sebagainya.
b) Keinginan untuk dapat memiliki
Keinginan untuk dapat memiliki benda dapat mendorong seseorang untuk mau
melakukan pekerjaan. Hal ini banyak yang kita alami dalam kehidupan kita
sehari-hari, bahwa keinginan yang keras untuk dapat memiliki itu dapat
mendorong orang untuk mau bekerja.
c) Keinginan untuk memperoleh penghargaan
Seseorang mau bekerja disebabkan adanya keinginan untuk diakui, dihormati
oleh orang lain. Untuk memperoleh status sosial yang lebih tinggi, orang mau
mengeluarkan uangnya, untuk memperoleh uang itu pun ia harus bekerja keras.
Jadi, harga diri, nama baik, kehormatan yang ingin dimiliki itu harus diperankan
sendiri, mungkin dengan bekerja keras memperbaiki nasib, sebab status untuk
diakui seorang terhormat tidak mungkin diperoleh bila yang bersangkutan
termasuk pemalas, tidak mau bekerja, dan sebagainya.
d) Keinginan untuk memperoleh pengakuan.
Keinginan untuk memperoleh pengakuan itu dapat meliputi hal-hal:
(1) Adanya pengahargaan terhadap prestasi
Pengaruh Motivasi Kerja..., Dion Adi Surya, FEB UMP 2017Pengaruh Motivasi Kerja..., Dion Adi Surya, FEB UMP 2017
(2) Adanya hubungan kerja yang harmonis dan kompak
(3) Pimpinan yang adil dan bijaksana
(4) Perusahaan tempat bekerja dihargai oleh masyarakat.
(5) Keinginan untuk berkuasa
e) Keinginan untuk berkuasa
Keinginan untuk berkuasa akan mendorong seseorang untuk bekerja. Kadang-
kadang keinginan untuk berkuasa ini dipenuhi dengan cara-cara tidak terpuji,
namun cara-cara yang dilakukannya itu masih termasuk bekerja juga.
2. Faktor Ekstern
a) Kondisi lingkungan kerja.
Lingkungan pekerjaan adalah keseluruhan sarana dan prasana kerja yang ada
disekitar karyawan yang sedang melakukan pekerjaan yang dapat memengaruhi
pelaksanaan pekerjaan. Lingkungan kerja ini, meliputi tempat kerja, fasilitas dan
alat bantu pekerjaan, kebersihan, pencahayaan, ketenangan, termasuk juga
hubungan kerja antara orang-orang yang ada ditempat tersebut.
b) Kompensasi yang memadai.
Kompensasi merupakan sumber penghasilan utama bagi karyawan untuk
menghidupi diri beserta keluarganya. Kompensasi yang memadai merupakan
alat motivasi yang paling ampuh bagi perusahaan untuk mendorong para
karyawan bekerja dengan baik.
c) Supervisi yang baik.
fungsi supervisi dalam suatu perusahaan adalah memberikan pengarahan,
membimbing kerja para karyawan agar dapat melaksanakan kerja dengan baik
tanpa membuat kesalahan.
d) Adanya jaminan pekerjaan
Pengaruh Motivasi Kerja..., Dion Adi Surya, FEB UMP 2017Pengaruh Motivasi Kerja..., Dion Adi Surya, FEB UMP 2017
Setiap orang akan mau bekerja bersunggguh-sungguh mengorbankan apa yang
ada pada dirinya untuk perusahaan, kalau yang bersangkutan merasa ada
jaminan karier yang jelas dalam melakukan pekerjaan. Mereka bekerja bukan
untuk hari ini saja, tetapi mereka berharap akan bekerja sampai tua cukup dalam
satu perusahaan saja, tidak usah sering kali pindah.
e) Status dan tanggung jawab.
Status atau kedudukan dalam jabatan tertentu merupakan dambaan setiap
karyawan dalam bekerja. Mereka bukan hanya mengharapkan kompensasi
semata, tetapi pada satu masa mereka juga berharap akan dapat kesempatan
menduduki jabatan dalam suatu perusahaan. Dengan menduduki jabatan, orang
akan merasa dirinya dipercayai, diberi tanggung jawab, dan wewenang yang
besar untuk melakukan kegiatan-kegiatan.
f) Peraturan yang fleksibel
Bagi perusahaan besar biasanya sudah ditetapkan sistem dan prosedur kerja
yang harus dipatuhi oleh seluruh karyawan. Sistem dan prosedur kerja ini dapat
kita sebut dengan peraturan yang berlaku dan bersifat mengatur dan melindungi
para karyawan. Semua ini merupakan aturan main yang mengatur hubungan
kerja antara karyawan dengan perusahaan, termasuk hak dan kewajiban para
karyawan, pemberian kompensasi, promosi, mutasi dan sebagainya.
2. Lingkungan Kerja
a. Pengertian Lingkungan Kerja
Lingkungan kerja merupakan bagian komponen yang sangat penting bagi
pegawai di dalam melakukan aktivitas pekerjaan. Pegawai dituntut secara maksimal
Pengaruh Motivasi Kerja..., Dion Adi Surya, FEB UMP 2017Pengaruh Motivasi Kerja..., Dion Adi Surya, FEB UMP 2017
untuk menjalankan pekerjaannya. Dalam hal ini, perusahaan harus mampu
memberikan fasilitas yang memadai agar karyawan dapat memberikan kinerja yang
diinginkan, seperti yang dikatakan dalam jurnal jurnal internasional Ollukaran (2012)
bahwa “The environment that people are required to work in can have a significant
impact on their ability to undertake the tasks that they have been asked to do”.
Menurut Nitisemito (2010) dalam Nugroho (2016), mendefinisikan “Lingkungan
kerja adalah segala sesuatu yang ada disekitar para pekerja yang dapat mempengaruhi
dirinya dalam menjalankan tugas yang diembankan”. Sedangkan menurut
(Sedarmayanti, 2009) dalam Prasetyo dkk (2015), menjelaskan “Lingkungan kerja
adalah keseluruhan alat perkakas dan bahan yang dihadapi, lingkungan sekitarnya
dimana seseorang berkerja, metode kerjanya, serta pengaturan kerjanya baik
perseorangan maupun sebagai kelompok”.
Dari uraian diatas dapat disimpulkan lingkungan kerja adalah segala sesuatu
yang ada disekitar pegawai untuk menjalankan tanggung jawabnya dalam bekerja,
baik yang berbentuk fisik maupun non fisik, yang dapat mempengaruhi kinerjanya
secara optimal dan mampu menyelesaikan tugas yang di berikan secara efektif.
b. Jenis-jenis Lingkungan Kerja
Menurut Sedarmayanti (2007) dalam Nugroho dan Satrio (2016), menyatakan
secara garis besar jenis lingkungan kerja terbagi menjadi dua, yaitu:
1. Lingkungan kerja fisik
Lingkungan kerja fisik adalah semua keadaan berbentuk fisik yang terdapat
disekitar tempat kerja yang dapat mempengaruhi karyawan baik secara langsung
maupun tidak langsung. Lingkungan kerja fisik termasuk didalamnya adalah
penerangan (cahaya), pewarnaan, kebersihan tempat kerja, sirkulasi udara, tata
ruang, peralatan kerja yang tersedia, bau yang tidak sedapp dan suara bising.
Pengaruh Motivasi Kerja..., Dion Adi Surya, FEB UMP 2017Pengaruh Motivasi Kerja..., Dion Adi Surya, FEB UMP 2017
2. Lingkungan kerja non fisik
Lingkungan kerja non fisik adalah semua keadaan yang terjadi yang berkaitan
dengan hubungan kerja, baik hubungan dengan atasan maupun hubungan sesama
rekan kerja, ataupun hubungan dengan bawahan. Lingkungan kerja non fisik
termasuk didalamnya adalah suasana kerja penjelasan tugas dan pengawasan kerja.
c. Indikator-indikator lingkungan kerja
Menurut Sedarmayanti (2009) dalam Rosa (2015), indikator-indikator
lingkungan kerja yaitu sebagai berikut:
1. Penerangan atau cahaya di tempat kerja
Cahaya atau penerangan sangat besar manfaatnya bagi pegawai guna mendapat
menyelamatkan dan kelencaran kerja, oleh sebab itu perlu diperhatikan adanya
penerangan (cahaya) yang terang tetapi tidak menyilaukan. Cahaya yang kurang
jelas (kurang cukup) mengakibatkan penglihatan menjadi kurang jelas, sehingga
pekerjaan akan lambat, banyak mengalami kesalahan, dan pada akhirnya
menyebabkan kurang efisien dalam melaksanakan pekerjaan, sehingga tujuan
organisasi sulit tercapai.
2. Sirkulasi udara ditempat kerja
Oksigen merupakan gas yang dibutuhkan oleh makhluk hidup untuk menjaga
kelangsungan hidup, yaitu untuk proses metabolisme. Udara di sekitar dikatakan
kotor apabila kadar oksigen dalam udara tersebut telah berkurang dan telah
bercampur dengan gas atau bau-bauan yang berbahaya bagi kesehatan tubuh.
Sumber utama adanya udara segar adalah adanya tanaman disekitar tempat kerja.
Tanaman merupakan penghasil oksigen yang dibutuhkan oleh manusia.
3. Kebisingan ditempat kerja
Pengaruh Motivasi Kerja..., Dion Adi Surya, FEB UMP 2017Pengaruh Motivasi Kerja..., Dion Adi Surya, FEB UMP 2017
Salah satu polusi yang cukup menyibukkan para pakar untuk mengatasinya adalah
kebisingan, yaitu bunyi yang tidak dikehendaki, karena terutama dalam jangka
panjang bunyi tersebut dapat mengganggu ketenangan bekerja, merusak
pendengaran, dan menimbulkan kesalahan komunikasi, bahkan menurut penelitian,
kebisingan yang serius dapat menyebabkan kematian.
4. Bau tidak sedap di tempat kerja
Adanya bau-bauan disekitar tempat kerja dapat dianggap sebagai pencemaran,
karena dapat mengganggu konsentrasi bekerja, dan bau-bauan yang terjadi terus-
menerus dapat mempengaruhi kepekaan penciuman. Pemakaian “air condition”
yang tepat merupakan salah satu cara yang dapat digunakan untuk menghilangkan
bau-bauan yang mengganggu disekitar tempat kerja.
5. Keamanan ditempat kerja
Guna menjaga tempat dan kondisi lingkungan kerja tetap dalam keadaan aman
maka perlu diperhatikan adanya keamanan dalam bekerja. Oleh karena itu faktor
keamanan perlu diwujudkan keberadaanya. Salah satu upaya untuk menjaga
keamanan ditempat kerja, dapat memanfaatkan tenaga satuan petugas pengaman.
3. Penempatan Kerja
a. Pengertian Penempatan Kerja
“Penempatan pegawai ialah mengalokasikan para pegawai pada posisi kerja
tertentu hal ini khusus terjadi pada pegawai baru (Priansa, 2016). Selatjutnya menurut
Siswanto dalam Runtrunuwu (2015), mendefinisikan “Penempatan adalah proses
pemberian tugas dan pekerjaan kepada tenaga kerja yang lulus seleksi untuk
Pengaruh Motivasi Kerja..., Dion Adi Surya, FEB UMP 2017Pengaruh Motivasi Kerja..., Dion Adi Surya, FEB UMP 2017
dilaksanakan sesuai ruang lingkup yang telah ditetapkan, serta mampu
mempertanggung jawabkan segala resiko dan kemungkinan-kemungkinan yang
terjadi atas tugas dan pekerjaan, wewenang serta tanggung jawabnya”. Pendapat lain
juga dikemukakan oleh Mathis & Jackson (2006) dalam Runtunuwu (2015),
mendefinisikan “Penempatan adalah menempatkan posisi seseorang ke posisi
pekerjaan yang tepat, seberapa baik seorang karyawan cocok dengan pekerjaanya
akan mempengaruhi jumlah dan kualitas pekerjaan”.
Berdasarkan uraian beberapa para ahli diatas dapat disimpulkan penempatan
kerja adalah suatu proses pemberian tugas dan pekerjaan kepada tenaga kerja yang
telah lulus seleksi yang sesuai dengan kemampuan dan bidang keahliannya.
b. Prinsip-prinsip Penempatan Pegawai
Menurut Priansa (2016), penempatan pegawai perlu didasarkan atas sejumlah
prinsip yang menjadi rujukan bagi organisasi. Prinsip-prinsip tersebut antara lain:
1. Kemanusiaan
Prinsip menganggap manusia sebagai unsur pegawai yang memiliki persamaan
harga diri, kemauan, keinginan, cita-cita, serta kemampuan yang harus dihargai
sebagai sesama manusia. Penempatan pegawai hendaknya berpedoman pada
prinsip kemanusiaan.
2. Demokrasi
Penempatan pegawai harus berlandaskan pada prinsip demokrasi. Artinya pegawai
harus diberikan hak untuk mengemukakan pendapatannya dalam organisasi.
3. Individu yang tepat
Pengaruh Motivasi Kerja..., Dion Adi Surya, FEB UMP 2017Pengaruh Motivasi Kerja..., Dion Adi Surya, FEB UMP 2017
Prinsip ini menjadi rujukan organisasi untuk menempatkan pegawai pada tempat
yang tepat sehingga pegawai tersebut akan mampu mengemban tugas dan
tanggungjawabnya dengan lebih optimal.
4. Kesamaan kompensasi
Kompensasi yang diberikan kepada pegawai hendaknya didasarkan pada asas
keadilan atau persamaan atas penempatan yang dilakukan oleh organisasi.
5. Kesatuan arah
Prinsip ini memandang bahwa seluruh tugas dan pekerjaan yang diemban pegawai
harus seiring dan searah sesuai dengan kesatuan arah, kesatuan pelaksanaan tugas
dan sejalan dengan berbagai program dan rencana yang digariskan oleh organisasi.
6. Kesatuan tujuan
Prinsip ini erat hubungannya dengan kesatuan arah, artinya arah yang dilaksanakan
pegawai harus difokuskan pada tujuan yang dicapai oleh organisasi.
7. Kesatuan komando
Pegawai yang bekerja dalam organisasi dipengaruhi oleh adanya komando
sehingga prinsip arus pekerjaan dalam organisasi akan terjaga. Penempatan
pegawai hendaknya disesuaikan dengan kesatuan komando yang ada didalam
organisasi.
8. Efektifitas
Efektifitas dalam melaksanakan tugas dan pekerjaan merupakan kunci dari
penempatan pegawai. Pegawai yang ditempatkan pada bidang yang tepat sesuai
Pengaruh Motivasi Kerja..., Dion Adi Surya, FEB UMP 2017Pengaruh Motivasi Kerja..., Dion Adi Surya, FEB UMP 2017
dengan apa yang ada didalam diri pegawai akan mengahasilkan kinerja yang lebih
efektif dibandingkan dengan pegawai yang tidak sesuai.
9. Efisiensi
Prinsip ini merupakan berpandangan bahwa penempatan pegawai didalam
organisasi hendaknya berdasarkan pada prinsip efisiensi. Misalnya pegawai yang
telah mengikuti pelatihan A, ada baiknya ditempatkan pada pekerjaan yang
memang berhubungan dengan pelatihan A tersebut sehingga organisasi
memberikan pelatihan yang tepat guna dan tidak membuang-buang biaya.
10. Kinerja
Penempatan pegawai hendaknya didasarkan atas kriterianya dan standar kinerja
yang ditetapkan sehingga pegawai yang ditempatkan didalam organisasi merujuk
pada prinsip kinerja tersebut.
c. Konsep-konsep Penempatan Kerja
Menurut Siagian (2008), “Konsep penempatan kerja mencakup promosi,
transfer/alih tugas, dan bahkan demosi sekalipun”. Dikatakan demikian, karena
sebagaimana halnya dengan para pegawai baru, pegawai lama juga perlu direkrut
secara internal, perlu dipilih dan biasanya juga menjalani program pengenalan
sebelum mereka ditempatkan pada posisi baru dan mengerjakan pekerjaan baru pula.
1. Promosi ialah apabila seorang pegawai dipindahkan dari satu pekerjaan ke
pekerjaan lain yang tanggung jawabnya lebih besar, tingkatannya dalam hierarki
jabatan lebih tinggi dan penghasilannya pun lebih besar pula.
2. Alih tugas, alih tugas dapat mengambil salah satu dari dua bentuk. Bentuk pertama
adalah penempatan seseorang pada tugas baru pada tanggung jawab, hierarki
jabatan dan penghasilan yang relatif sama dengan statusnya yang lama. Bentuk lain
Pengaruh Motivasi Kerja..., Dion Adi Surya, FEB UMP 2017Pengaruh Motivasi Kerja..., Dion Adi Surya, FEB UMP 2017
adalah alih tempat, jika cara ini ditempuh maka seorang pekerja melakukan
pekerjaan yang sama atau sejenis, penghasilan tidak berubah dan tanggung
jawabnya pun relatif sama. Hanya saja secara fisik lokasi tempatnya bekerja lain
dari yang sekarang.
3. Demosi sebagaimana diartikan penurunan pegawai ke pekerjaan yang tanggung
jawabnya lebih rendah, dan biasanya juga dengan tingkat gaji yang rendah,
dilakukan dengan unjuk kerja yang buruk dari pegawai atau prilaku yang tidak
tepat. Pada umumnya demosi dikaitkan dengan pengenaan suatu sanksi disiplin
karena berbagai alasan, seperti:
a) Penilaian negatif oleh atasan karena prestasi kerja yang tidak/kurang
memuaskan,
b) Prilaku pegawai yang disfungsional, seperti tingkat kemangkiran yang tinggi.
Akan tetapi, tidak sedemikian gawatnya sehingga yang bersangkutan belum pantas
dikenakan hukuman yang lebih berat seperti pemberhentian tidak atas permintaan
sendiri.
d. Kriteria dalam Penempatan Kerja
Penempatan pegawai perlu dilakukan dengan pertimbangan berbagai kriteria
tertentu, sejumlah kriteria yang perlu dipertimbangkan menurut Priansa (2016), adalah
sebagai berikut:
1. Keahlian
Keahlian merupakan kesanggupan dan kecakapan pegawai dalam mengemban
tugas dan pekerjaannya. Setiap tugas dan pekerjaan yang diemban harus didukung
oleh keahlian memadai.
Pengaruh Motivasi Kerja..., Dion Adi Surya, FEB UMP 2017Pengaruh Motivasi Kerja..., Dion Adi Surya, FEB UMP 2017
2. Ketrampilan
Ketrampilan merupakan kemampuan dan penguasaan teknis operasional spesifik
dari pegawai dalam tugas dan pekerjaan. Keterampilan diperoleh melalui pelatihan,
pengalaman dan proses belajar.
3. Kualifikasi
Kualifikasi merupakan syarat teknis dan non teknis dalam mengemban tugas
tertentu yang ada didalam organisasi. Untuk menduduki jabatan struktural dalam
organisasi maka kualifikasi dibutuhkan sebagai persyaratan untuk menduduki
jabatan tertentu.
4. Pengetahuan
Pengetahuan merupakan data, informasi, maupun rekaman peristiwa tertentu yang
ada dibenak pegawai. Pengetahuan pegawai dapat diperoleh melalui pengalaman
kerja, pendidikan formal, pendidikan informal, pelatihan, membaca buku, dan
berbagai aktivitas lainnya. Pegawai dituntut untuk memiliki pengetahuan yang
memadai yang mampu mendukung tugas dan pekerjaan yang diembannya.
5. Kemampuan
Kemampuan sangat penting karena bertujuan untuk mengukur kinerja pegawai,
maksudnya dapat mengukur sejauh mana pegawai tersebut mampu mengemban
tugas dan tanggungjawabnya dengan baik. Hal ini memberikan kaitan dengan
kenyataan bahwa setiap jenis pekerjaan menuntut pengetahuan, keterampilan dan
sikap tertentu agar dapat melakukan pekerjaan dengan baik.
6. Sikap
Pengaruh Motivasi Kerja..., Dion Adi Surya, FEB UMP 2017Pengaruh Motivasi Kerja..., Dion Adi Surya, FEB UMP 2017
Sikap merupakan pernyataan evaluatif yang baik dan menguntungkan. Hal ini
menyangkut mengenai objek, orang atau peristiwa dimana sikap dapat
mencerminkan bagaimana pegawai merasakan sesuatu.
e. Prosedur Penempatan Pegawai
Pengambilan keputusan dalam penempatan pegawai didasarkan pada hasil
seleksi yang telah dilakukan oleh manajer SDM. Menurut Priansa (2016), sejumlah
prosedur yang dapat ditempuh dalam penempatan pegawai adalah:
1. Manajer SDM mendelegasikan kekuasaanya (delegation of authority) kepada
bagian seleksi pegawai untuk melaksanakan seleksi calon pegawai guna mengisi
formasi yang telah tersedia berdasarkan kualifikasi tertentu yang dibutuhkan oleh
organisasi.
2. Atas pelaksanaan seleksi calon pegawai, bagian seleksi pegawai
melaporkan/mempertanggungjawabkan segala kegiatan yang telah dilaksanakan
dalam rangka seleksi pegawai kepada manajer SDM yang merupakan pemimpin
langsung pegawai.
3. Setelah menerima laporan seleksi (selection report), manajer SDM mendelegasikan
kekuasaannya kepada bagian penempatan pegawai untuk penempatan pegawai
yang telah lulus seleksi berdasarkan kondisi yang ada berdasarkan laporan bagian
seleksi calon pegawai.
4. Bagian seleksi calon pegawai atas dasar pelaksanaan fungsi horizontal memberikan
hasil seleksi (calon pegawai yang lulus seleksi) kepada bagian penempatan
pegawai untuk menempatkan pegawai pada posisi yang tepat.
5. Atas pelaksanaan fungsi dalam penempatan pegawai, bagian penempatan pegawai
melaporkan/ mempertanggungjawabkan segala kegiatannya kepada manajer SDM
Pengaruh Motivasi Kerja..., Dion Adi Surya, FEB UMP 2017Pengaruh Motivasi Kerja..., Dion Adi Surya, FEB UMP 2017
yang merupakan pihak yang mendelegasikan kekuasaan/ pimpinan langsung
kepada bagian penempatan pegawai.
f. Faktor –Faktor yang Mempengaruhi Penempatan Kerja
Menurut Mangkuprawira(2014),faktor-faktor yang mempengaruhi
penempatan kerja meliputi faktor antara lain:
1. Pertumbuhan Perusahaan
Pertumbuhan bisnis atau perkembangan kondisi pemerintahan umumnya
menyebabkan terjadinya pengisian posisi pekerjaan baru, baik melaui promosi
karyawan yang sudah ada atau yang baru sama sekali.hal ini karena adanya
pengaruh ekspansi bisnis yang mampu menciptakan posisi pekerjaan yang baru.
Tentu saja proses tersebut sangat didukung oleh keadaan stabilitas sosio-ekonomi-
politik dalam dan luar negeri.
2. Reorganisasi
Sebuah restrukturisasi pokok dari sebuah perusahaan akan menghasilkan jenis yang
beragam dalam hal kegiatan-kegiatan personal, misalnya jika terjadi marger atau
reorganisasi perusahaan. Pembelian atau penjualan perusahaan atau marger dengan
perusahaan lain yang mempengaruhi aktivitas departemen SDM, seperti rancangan
pekerjaan, kompensasi, manfaat, hubungan kerja, dan program pensiun dini.
Ujung-ujungnya adalah mempengaruhi keputusan penempatan karyawan.
3. Kecendruangan ekonomi umum
Suatu konskuensi dari pengaruh menurunnya pertumbuhan ekonomi adalah secara
signifikan akan menurunkan ketersediaan pekerjaan, baik bagi karyawan yang
permanen dan temporer, serta sekaligus para pencari kerja. Resesi ekonomi akan
mengakibatkan terjadinya pengangguran besar-besaran. Sebaliknya, jika kondisi
Pengaruh Motivasi Kerja..., Dion Adi Surya, FEB UMP 2017Pengaruh Motivasi Kerja..., Dion Adi Surya, FEB UMP 2017
ekonomi keseluruhan semakin membaik, maka departemen SDM akan proaktif
melakukan kegiatannya, seperti promosi, rekrutmen, dan seleksi karyawan baru.
4. Atrisi
Pengurangan karyawan yang disebabkan terjadinya terminasi, pengunduran diri,
pensiun, pengalihan keluar dari unit bisnis dan meninggal disebut atrisi. Secara
khusus, program pensiun dini telah meningkat selama terjadinya penurunan
aktivitas usaha dan kelambanan aktivitas ekonomi. Dalam situasi tersebut para
karyawan berada dalam posisi tertekan dan terjadilah pemangkasan kelebihan
karyawan (rasionalisasi).
4. Kinerja Pegawai
a. Pengertian Kinerja
Kinerja meupakan istilah yang berasal dari kata job performance atau actual
performance (prestasi kerja atau prestasi sesungguhnya yang dicapai seseorang).
Definisi kinerja dikemukakan oleh Kusriyanto (1991) dalam Mangkunegara (2007),
adalah “Perbandingan hasil yang dicapai dengan peran serta tenaga kerja persatuan
waktu (lazimnya per jam)”.
Pendapat lain juga dikemukakan Wirawan (2009), bahwa “Kinerja adalah
keluaran yang dihasilkan oleh fungsi-fungsi atau indikator-indikator suatu pekerjaan
atau suatu profesi dalam waktu tertentu”. Kinerja seseorang dapat diukur dari
ketepatan waktu dalam mengerjakan suatu tugas atau pekerjaannya yang tidak
melampaui batas waktu yang diberikan, seperti yang dikemukakan Nawawi (2006)
dalam Timbuleng (2015), “Kinerja dikatakan tinggi apabila suatu target kerja dapat
Pengaruh Motivasi Kerja..., Dion Adi Surya, FEB UMP 2017Pengaruh Motivasi Kerja..., Dion Adi Surya, FEB UMP 2017
diselasaikan pada waktu yang tepat atau tidak melampaui batas waktu yang
disediakan.
Dari beberapa pendapat ahli tersebut dapat disimpulkan bahwa kinerja adalah
penilaian yang dilakukan secara sistematis untuk mengetahui kinerja pegawai atau
kinerja organisasi dalam sebuah perusahaan juga memberikan tanggung jawab yang
sesuai kepada pegawai agar dapat bekerja dengan efisien dan efektif.
b. Faktor-faktor kinerja pegawai
Menurut Wirawan (2009), “Kinerja pegawai merupakan hasil sinergi dari
sejumlah faktor, faktor tersebut adalah faktor lingkungkan internal organisasi, faktor
lingkungan eksternal, dan faktor internal karyawan atau pegawai”.
1. Faktor internal pegawai
Faktor internal pegawai yaitu faktor- faktor dari dalam diri pegawai yang
merupakan faktor bawaan dari lahir dan faktor yang diperoleh ketika ia
berkembang. Faktor-faktor bawaan misalnya bakat, sifat pribadi, serta keadaan
fisik dan kejiwaan. Sementara itu, faktor-faktor yang diperoleh, misalnya
pengetahuan, keterampilan, etos kerja, pengalaman kerja dan motivasi kerja.
Setelah dipengaruhi oleh lingkungan internal organisasi dan lingkungan eksternal,
faktor internal pegawai ini menentukan kinerja pegawai. Jadi dapat diasumsikan
bahwa makin tinggi faktor-faktor internal tersebut, makin tinggi pula kinerja
pegawai, begitupun sebaliknya. Misalnya, jika pegawai mempunyai bakat dan sifat
yang diperlukan oleh pekerjaan yang ia kerjakan, kemungkinan besar ia dapat
menyelesaikan pekerjaannya dengan kinerja baik. Sebaliknya, jika ia tidak
Pengaruh Motivasi Kerja..., Dion Adi Surya, FEB UMP 2017Pengaruh Motivasi Kerja..., Dion Adi Surya, FEB UMP 2017
mempunyai bakat da sifat pribadi yang diperlukan oleh pekerjaannya,
kemungkinan besar kinerjanya akan buruk.
2. Faktor-faktor lingkungan internal organisasi.
Dalam melaksanakan tugasnya, pegawai memerlukan dukungan organisasi tempat
ia bekerja. Dukungan tersebut sangat mempengaruhi tinggi rendahnya kinerja
pegawai, misalnya penggunaan teknologi robot oleh organisasi. Menurut
penelitian, penggunaan robot akan meningkatkan produktivitas karyawan 14
sampai 30 kali lipat. Sebaliknya jika sistem kmpensasi dan iklim kerja organisasi
buruk, maka kinerja karayawan akan menurun. Faktor internal organisasi lainnya,
misalnya strategi organisasi, dukungan sumber daya yang diperlukan untuk
melaksanakan pekerjaan, serta sistem manajemen dan kompensasi. Oleh karena
itu, manajemen organisasi harus menciptakan lingkungan internal organisasi yang
kondusif sehingga dapat mendukung dan meningkatkan produktivitas karyawan.
3. Faktor lingkungan eksternal organisasi.
Faktor-faktor lingkungan eksternal organisasi adalah keadaan, kejadian atau situasi
yang terjadi dilingkungan eksternal organisasi yang mempengaruhi kinerja
pegawai. Misalnya krisis ekonomi dan keuangan yang terjadi di indonesia tahun
1997 meningkatkan inflasi, menurunkan nilai nominal upah dan gaji karyawan, dan
selanjutnya menurunkan daya beli karyawan.jika inflasi tidak diikuti dengan
kenaikan upah atau gaji karyawan yang sepadan dengan tingkat inflasi, maka
kinerja mereka akan menurun.
Pengaruh Motivasi Kerja..., Dion Adi Surya, FEB UMP 2017Pengaruh Motivasi Kerja..., Dion Adi Surya, FEB UMP 2017
c. Mengukur Kinerja Pegawai
Standar pekerjaan dapat ditentukan dari isi suatu pekerjaan, dapat dijadikan
sebagai dasar penilaian setiap pekerjaan. Untuk memudahkan penilaian kinerja
karyawan, standar pekerjaan harus dapat diukur dan dipahami secara jelas. Menurut
Bangun (2012), suatu pekerjaan dapat diukur dengan cara yaitu:
1. Kuantitas pekerjaan
Dimensi ini menunjukkan jumlah pekerjaan yang dihasilkan individu atau
kelompok sebagai persyaratan yang menjadi standar pekerjaan. Setiap pekerjaan
memiliki persyaratan yang berbeda sehingga menuntut karyawan harus memenuhi
persyaratan tersebut baik pengetahuan, keterampilan, maupun kemampuan yang
sesuai.
2. Kualitas pekerjaan
Setiap karyawan dalam perusahaan harus memenuhi persyaratan tertentu untuk
dapat menghasilkan pekerjaan sesuai kualitas yang dituntut suatu pekerjaan
tertentu. Setiap pekerjaan mempunyai standar kualitas tertentu yang harus
disesuaikan oleh karyawan untuk dapat mengerjakannya sesuai ketentuannya.
Karyawan memiliki kinerja baik bila dapat menghasilkan pekerjaan sesuai
persyaratan kualitas yang dituntut pekerjaan tersebut.
3. Ketepatan waktu
Setiap pekerjaan memiliki karakteristik yang berbeda, untuk jenis pekerjaan
tertentu harus diseleseikan tepat waktu, karena memiliki ketergantungan atas
pekerjaan lainnya. Jadi, bila pekerjaan pada suatu bagian tertentu tidak selesai tepat
waktu akan menghambat pekerjaan pada bagian lain, sehingga mempengaruhi
jumlah dan kualitas hasil pekerjaan.
4. Kehadiran
Pengaruh Motivasi Kerja..., Dion Adi Surya, FEB UMP 2017Pengaruh Motivasi Kerja..., Dion Adi Surya, FEB UMP 2017
Suatu jenis pekerjaan tertentu menuntut kehadiran karyawan dalam
mengerjakannya sesuai waktu yang ditentukan. Ada tipe pekerjaan yang menuntut
kehadiran karyawan selama delapan jam sehari untuk lima hari kerja seminggu.
Kinerja karyawan ditentukan oleh tingkat kehadiran karyawan dalam
mengerjakannya.
5. Kemampuan kerja sama
semua pekerjaan dapat diselesaikan oleh satu orang karyawan saja. Untuk jenis
pekerjaan tertentu mungkin harus diselesaikan oleh dua orang karyawan atau lebih,
sehingga membutuhkan kerja sama antar karyawan sangat dibutuhkan. Kinerja
karyawan dapat dinilai dari kemampuannya bekerja sama dengan rekan sekerja
lainnya.
d. Pengertian Evaluasi Kerja/Penilaian Kerja
Penilaian pegawai merupakan evaluasi yang sistematis dari pekerjaan pegawai
dan potensi yang dapat dikembangkan Andrew E.. Sikula (1981) dalam
Mangkunegara (2007). Selanjutnya menurut Wirawan (2009) mendefinisikan
“Evaluasi kinerja sebagai proses penilai – pejabat yang melakukan penilaian
(appraiser) mengumpulkan informasi mengenai kinerja ternilai – pegawai yang
dinilai (appraise) yang didokumentasikan secara formal untuk menilai kinerja ternilai
dengan membandingkannya dengan standar kinerjanya secara priodik untuk
membantu pengambilan keputusan manajemen SDM”.
Dari beberapa pendapat ahli tersebut, dapat disimpulkan bahwa evaluasi
kinerja adalah penilaian yang dilakukan secara sistematis untuk mengetahui hasil
pekerjaan karyawan dan kinerja organisasi.
e. Tujuan Penilaian Kerja / Evaluasi kerja
Pengaruh Motivasi Kerja..., Dion Adi Surya, FEB UMP 2017Pengaruh Motivasi Kerja..., Dion Adi Surya, FEB UMP 2017
“Tujuan evaluasi kinerja adalah untuk memperbaiki atau meningkatkan kinerja
organisasi melalui peningkatan kinerja dari SDM organisasi” Mangkunegara (2007).
Secara lebih spesifik, tujuan dari evaluasi kinerja sebagaimana dikemukakan Sunyoto
(1999) dalam Mangkunegara (2007), adalah:
1. Meningkatkan saling pengertian antara karyawan tentang persyaratan kinerja.
2. Mencatat dan mengakui hasill kerja seseorang karyawan, sehingga mereka
termotivasi untuk yang lebih baik, atau sekurang-kurangnya berprestasi sama
dengan prestasi yang terdahulu.
3. Memberikan peluang kepada karyawan untuk mendiskusikan keinginan dan
aspirasinya dan meningkatkan kepedulian terhadap karier atau terhadap pekerjaan
yang diembannya sekarang.
4. Mendefinisikan atau merumuskan kembali sasaran masa depan, sehingga karyawan
termotivasi untuk berprestasi sesuai dengan potensinya.
5. Memeriksa rencana pelaksanaan dan pengembangan yang sesuai dengan kebutuhan
pelatihan, khusus rencana diklat, dan kemudian menyetujui rencana itu jika tidak
ada hal-hal yang perlu diubah.
Banyak organisasi berusaha mencapai sasaran suatu kedudukan yang terbaik
dan terpercaya dalam bidangnya. Untuk itu sangat tergantung dari para
pelaksanaannya, yaitu para karyawannya agar mereka mencapai sasaran yang telah
ditetapkan oleh organisasi dalam Coorporate planning-nya.
f. Faktor-Faktor yang Mempengaruhi Pencapaian Kerja
Menurut Mangkunegara (2012), Faktor yang mempengaruhi pencapaian
kinerja adalah sebagai berikut:
1. Faktor Kemampuan (Ability)
Pengaruh Motivasi Kerja..., Dion Adi Surya, FEB UMP 2017Pengaruh Motivasi Kerja..., Dion Adi Surya, FEB UMP 2017
Secara psikologis, kemampuan (ability) terdiri dari kemampuan potensi (IQ) dan
kemampuan reality (knowledge + skill). Artinya pimpinan dan karyawan yang
memiliki IQ di atas rata-rata (IQ 110-120) apalagi IQ superior, very superior,
gifted dan genius dengan pendidikan yang memadai untuk jabatannya dan tampil
dalam pekerjaan sehari-hari, maka akan lebih mudah mencapai kinerja maksimal.
2. Faktor Motivasi (motivation)
Motivasi diartikan sebagai suatu sikap (attitude) pimpinan dan karyawan terhadap
situasi kerja dilingkungan organisasi. Mereka yang positif terhadap situasi kerjanya
akan menunjukkan motivasi kerja yang tinggi dan sebaliknya jika mereka bersikap
negatif terhadap situasi kerja maka, akan menunjukkan motivasi yang rendah.
Situasi kerja yang dimaksud mencangkup antara lain hubungan kerja, fasilitas
kerja, iklim kerja, kebijakan pimpinan, pola kepemimpinan kera dari kondisi kerja.
B. Penelitian Terdahulu
Beberapa peneliti telah melakukan penelitian tentang kinerja pegawai. Hasil dari
penelitian akan digunakan sebagai bahan referensi dan perbandingan dalam penelitian ini,
antara lain yaitu :
Tabel 2.1
Penelitian Terdahulu
No Peneliti dan Tahun
Penelitian
Judul Penelitian Keterangan
1. Dhermawan,Sudibya, dan Utama, (Agustus 2012).
Pengaruh Motivasi, Lingkungan Kerja, Kompetensi dan Kompensasi terhadap Kepuasan Kerja dan Kinerja pegawai dilingkungan Dinas Pekerjaan Umum
Penelitian ini mengguna sampel sebanyak 150 orang pegawai. Peneliti menggunakan metode analisis dengan Structural Equation Modelling (SEM). Dari hasil penelitiannya bahwa motivasi dan lingkungan kerja berpengaruh tidak signifikan terhadap kepuasan kerja sementara kompetensi dan
Pengaruh Motivasi Kerja..., Dion Adi Surya, FEB UMP 2017Pengaruh Motivasi Kerja..., Dion Adi Surya, FEB UMP 2017
Provinsi Bali. kompensasi berpengaruh signifikan. Motivasidan kompetensi berpengaruh tidak signifikan terhadap kinerja pegawai sementara lingkungan kerja,kompensasi dan kepuasan kerja berpengaruh signifikan.
2. Runtunuwu, Lapian, dan Datulong, (September, 2015)
Pengaruh Disiplin, Penempatan dan Lingkungan Kerja terhadap Kinerja pegawai pada Badan Pelayanan Perizinan Terpadu kota Manado.
Populasi berjumlah 30 orang. Sampel yang digunakan adalah dengan teknik sampling jenuh. Teknik analisis yang digunakan yaitu Analisis Regresi Berganda. Penelitian ini menemukan hasil bahwa: Disiplin Kerja, Penempatan Kerja dan Lingkungan Kerja secara bersama berpengaruh positif dan signifikan terhadap Kinerja Pegawai.
3. Winda Jennifer Rori, Peggy A. Mekel, dan Imelda Ogi (Juni, 2014).
Pengaruh Pendidikan, Pelatihan, dan Penempatan Kerja terhadap Kinerja Pegawai Kantor Inspektorat kota Manado.
Populasi penelitian seluruh pegawai kantor Inspektorat kota Manado berjumlah 44 orang dan semuanya dijadikan sampel. Metode analisis yang digunakan regresi linear berganda. Hasil penelitian menunjukkan pendidikan, pelatihan dan penempatan kerja baik secara simultan maupun parsial berpengaruh terhadap kinerja pegawai.
4. Adjib Hamzah dan Nina Oktarina (Februari, 2015)
Pengaruh Pelaksanaan Keselamatan, Kesehatan Kerja, Sarana Kantor dan Pengalaman Kerja terhadap Kinerja Pegawai Dinas Kesehatan Provinsi Jawa Tengah.
Penelitian ini menggunakan populasi 80 pegawai, metode pengumpulan data yang digunakan adalah kuesioner, observasi, dokumentasi dan interview. Tehnik analisis data menggunakan analisis regresi berganda dan analisis deskriptif persentase. Dari hasil penelitiannya bahwa pelaksanaan keselamatan, kesehatan kerja, sarana kantor dan pengalaman kerja berpengaruh secara signifikan terhadap kinerja pegawai.
5. Max Saleleng Pengaruh Lingkungan Responden penelitian berjumlah 34
Pengaruh Motivasi Kerja..., Dion Adi Surya, FEB UMP 2017Pengaruh Motivasi Kerja..., Dion Adi Surya, FEB UMP 2017
dan Agus Supandi Suegoto (September, 2015)
Kerja, Motivasi, Pelatihan dan Kompensasi terhadap Kinerja Pegawai Dinas Pertanian Kabupaten Sorong.
orang. Teknik pengumpulan data adalah observasi, wawancara dan kuesioner. Teknik analisis data yang digunakan adalah Regresi Berganda. Hasil penelitian menunjukan: Lingkungan Kerja, Motivasi, Pelatihan, dan Kompensasi baik secara bersama maupun parsial berpengaruh positif dan signifikan terhadap kinerja pada Dinas Pertaniaan Kabupaten Sorong Selatan.
6. Ricky Montolalu, Lotje Kawet dan Olivia Nelwan (Maret, 2016)
Pengaruh Kepribadian, Orientasi dan Penempatan Pegawai terhadap Kinerja Pegawai Dinas Pariwisata dan Kebudayaan Provinsi Sulawesi Utara.
Hasil penelitian menunjukan secara simultan kepribadian, orientasi kerja dan penempatan pegawai berpengaruh signifikan terhadap kinerja pegawai. Secara parsial kepribadian berpengaruhnegatif dan signifikan dan penempatan pegawai berpengaruh positif dan signifikan, sedangkan orientasi kerja tidak berpengaruh terhadap kinerja pegawai pada Disbudpar.
7. Ika Ruhana, Mochammad Al Musadieq, Eka Cahyani Putri Susanti (Desember, 2014)
Pengaruh Human Relation (Hubungan Antar Manusia) dan Kondisi Lingkungan Kerja terhadap Kinerja Karyawan Dinas Pekerjaan Umum Cipta Karya Kabupaten Lamongan
Hasil pengujian analisis regresi linier berganda secara simultan dengan menggunakan uji F menunjukkan bahwa hipotesis I diterima. Variabel komunikasi, kondisi fisik lingkungan kerja dan kondisi non fisik lingkungan kerja secara bersama-sama memberikan kontribusi terhadap variabel kinerja karyawan sebesar 68,6%. Sedangkan pengujian analisis regresi linier berganda secara parsial dengan menggunakan uji t menunjukkan bahwa hipotesis II diterima, yang menyatakan bahwa variabel komunikasi, kondisi fisik lingkungan kerja, dan kondisi non fisik lingkungan kerja berpengaruh signifikan pada taraf kepercayaan 95%
Pengaruh Motivasi Kerja..., Dion Adi Surya, FEB UMP 2017Pengaruh Motivasi Kerja..., Dion Adi Surya, FEB UMP 2017
secara parsial terhadap kinerja karyawan.
Sumber: Berbagai Jurnal
C. Hubungan Antar Variabel (variabel dependen dengan variabel independen)
1. Hubungan Motivasi dengan Kinerja Pegawai
Menurut (Hasibuan, 2007) dalam (Warso, 2016), mengemukakan bahwa
“Motivasi adalah pemberian daya penggerak yang menciptakan kegairahan kerja
seseorang, agar mereka mau berkerjasama, berkerja efektif dan terintegrasi dengan
segala daya upayanya untuk mencapai kepuasan”. Dari definisi tersebut dapat
disimpulkan bahwa pada dasarnya motivasi dari seorang pegawai memiliki hubungan
erat dengan tingkat kinerja, karena dengan adanya motivasi akan memberikan
dorongan pada pegawai untuk meningkatkan kinerjanya. Apabila tujuan telah
tercapai, maka akan tercapai kepuasan dan cendrung untuk diulang kembali, sehingga
menghasilkan kinerja yang lebih baik lagi.
2. Hubungan Lingkungan Kerja dengan Kinerja Pegawai
Menurut Nitisemito (2010) dalam Nugroho (2016), mendefinisikan
“Lingkungan kerja adalah segala sesuatu yang ada disekitar para pekerja yang dapat
mempengaruhi dirinya dalam menjalankan tugas yang diembankan”. Dari uraian
tersebut dapat disimpulkan bahwa lingkungan kerja memiliki hubungan dengan
kinerja pegawai, hal ini disebabkan karena lingkungan kerja mempunyai pengaruh
langsung terhadap para pegawai. Oleh karena itu, lingkungan kerja dalam suatu
instansi perlu diperhatikan, karena apabila terciptanya lingkungan kerja yang kondusif
dapat meningkatan kinerja pegawainya, begitupun sebaliknya.
3. Hubungan Penempatan Kerja dengan Kinerja Pegawai
Pengaruh Motivasi Kerja..., Dion Adi Surya, FEB UMP 2017Pengaruh Motivasi Kerja..., Dion Adi Surya, FEB UMP 2017
Menurut Ardana (2012) dalam Montolalu (2016), menyatakan bahwa
“Penempatan pegawai adalah suatu proses pemberian tugas dan pekerjaan yang lulus
dalam seleksi untuk dilaksanakan secara continue dan wewenang serta tanggung
jawab yang melekat sebesar porsi dan komposisi yang di tetapkan serta mampu
mempertanggungjawabkan segala risiko yang mungkin terjadi atas tugas dan
pekerjaan, wewenang dan tanggung jawab tersebut”. Dari uraian tersebut dapat
disimpulkan bahwa penempatan kerja memiliki hubungan dengan kinerja pegawai,
hal tersebut dapat disebabkan karena penempatan kerja mempengaruhi kinerja
pegawai. Apabila penempatan pegawai sesuai dengan kompetensi yang dimiliki maka
dapat meningkatkan kinerja pegawai tersebut dalam bidangnya, begitupun sebaliknya.
D. Kerangka Pemikiran
Berdasarkan landasan teori dan penelitian terdahulu diatas, penelitian ini
menggunakan variabel bebas (independen), yaitu Motivasi Kerja, Lingkungan Kerja
dan Penempatan Kerja. Sedangkan variabel terikatnya (dependen) yaitu Kinerja
Pegawai. Berdasarkan hubungan antar variabel diatas dapat diketahui pengaruh
variabel motivasi kerja, lingkungan kerja dan penempatan kerja terhadap kinerja
pegawai sebagai berikut:
1. Pengaruh motivasi kerja terhadap kinerja pegawai
Motivasi merupakan keadaan dalam diri seseorang yang mendorong keinginan
individu untuk melaksanakan kegiatan tertentu guna mencapai tujuan. Motivasi
timbul karena adanya kebutuhan dalam diri seseorang yang dituntut adanya pemuasan
dalam memenuhi kebutuhan pegawai. Apabila kebutuhan terpenuhi maka, akan
memotivasi pegawai untuk bekerja lebih baik. Oleh karena itu motivasi memiliki
pengaruh terhadap kinerja, ini dapat dilihat dari penelitian yang dilakukan oleh
Pengaruh Motivasi Kerja..., Dion Adi Surya, FEB UMP 2017Pengaruh Motivasi Kerja..., Dion Adi Surya, FEB UMP 2017
(Dhermawan, 2012; Handayani, 2015; Warso, 2016), dimana motivasi berpengaruh
signifikan terhadap kinerja pegawai.
2. Pengaruh lingkungan kerja terhadap pegawai
Lingkungan kerja merupakan salah satu komponen yang penting dalam
melakukan aktivitas berkerja,karena baik atau buruknya kinerja seorang pegawai salah
satunya dapat disebabkan dari lingkungan kerjanya sendiri. Lingkungan kerja yang
baik dapat meningkatkankinerja pegawai. Sebaliknya apabila lingkungan kerja yang
buruk dapat mengganggu aktivitas para pegawai dalam melaksanakan tugasnya. Oleh
karena itu, lingkungan kerja memiliki pengaruh terhadap kinerja pegawai, hal ini telah
dibuktikan oleh penelitian terdahulu yang dilakukan oleh (Susanti, 2014; Runtunuwu,
2015; Satrio 2016), dimana lingkungan kerja berpengaruh signifikan terhadap kinerja
pegawai.
3. Pengaruh penempatan kerja terhadap kinerja pegawai
Penempatan adalah suatu proses pemberian tugas kepada tenaga kerja dan
dijalankan secara bersama-sama dengan tanggung jawab yang telah diberikan. Dapat
disimpulkan apabila penempatan kerja seorang pegawai sesuai dengan kompetensi
yang diperlukan organisasi, maka dapat menghasilkan kinerja yang efektif dan efisien.
Oleh karena itu, penempatan kerja memiliki pengaruh terhadap kinerja pegawai. Hal
ini telah dibuktikan oleh penelitian terdahulu yang dilakukan oleh (Anita, 2013; Rori,
2014; Runtunuwu, 2015), dimana penempatan kerja berpengaruh signifikan terhadap
kinerja pegawai.
Pengaruh variabel independen dengan variabel dependen dapat dijadikan sebuah
kerangka pemikiran untuk penelitian. Kerangka pemikiran yang diajukan untuk
penelitian ini adalah berdasarkan pada hasil telaah teoritis seperti yang telah diuraikan
diatas. Dari uraian diatas dapat diajukan model kerangka pemikiran sebagai berikut:
Pengaruh Motivasi Kerja..., Dion Adi Surya, FEB UMP 2017Pengaruh Motivasi Kerja..., Dion Adi Surya, FEB UMP 2017
Gambar 2.1
Kerangka Pemikiran Teoritis
E. Hipotesis
Hipotesis dalam penelitian ini adalah:
H1: Motivasi Kerja secara parsial berpengaruh signifikan terhadap kinerja pegawai.
H2: Lingkungan Kerja secara parsial berpengaruh signifikan terhadap Kinerja pegawai.
H3: Penempatan Kerja secara parsial berpengaruh signifikan terhadap kinerja pegawai.
H4: Motivasi Kerja, Lingkungan Kerja dan Penempatan Kerja secara simultan
berpengaruh terhadap kinerja pegawai.
Motivasi Kerja
(𝑋𝑋1)
Lingkungan Kerja
(𝑋𝑋2)
Penempatan Kerja
(𝑋𝑋3)
KinerjaPegawai
(Y)
H 1
H 2
H 3
H 4
Pengaruh Motivasi Kerja..., Dion Adi Surya, FEB UMP 2017Pengaruh Motivasi Kerja..., Dion Adi Surya, FEB UMP 2017