Bab II. Tinjauan Pustaka
-
Upload
linur-huda -
Category
Documents
-
view
97 -
download
0
description
Transcript of Bab II. Tinjauan Pustaka
3
II. TINJAUAN PUSTAKA
2.1 BANGUNAN BERTINGKAT
Rancangan sebuah bangunan tinggi untuk penggunaan tunggal seperti apartemen, perkantoran,
sekolahan dan rumah sakit, ataupun untuk penggunaan ganda berskala lebih besar memerlukan
pendekatan tim antara berbagai disiplin ilmu perancangan, fabrikasi bahan, dan konstruksi bangunan.
Arsitek akan memimpin upaya tim sehingga komponen bahan, pelayanan, dan kegiatan berlaku
sebagai suatu kesatuan. Kini seorang arsitek tidak dapat lagi mempunyai kebebasan dalam merancang.
Ia tidak hanya dibatasi oleh bentuk tertutup umum yang terdapat pada suatu pencakar langit dan
tuntutan penggunaan bahan secara efisien, tetapi ia harus juga mengamati banyak ketentuan lainnya
yang berkaitan dengan persyaratan keamanan, bahaya kebakaran, dan persyaratan kesehatan yang
rumit.
Seorang arsitek harus mendekati perancangan bangunan sebagai suatu sistem menyeluruh di
mana struktur penunjang fisik sebagai bagian organik tumbuh bersama rancangan bangunan tersebut,
struktur tidak bisa lagi dipandang sebagai suatu tambahan terpisah yang tidak berhubungan, untuk
kemudian dimuat di dalam ruang fungsional oleh insinyurnya. Walaupun pendekatan rancangan yang
menyeluruh ini harus diterapkan pada semua bangunan arsitektur, hal ini sangat penting apabila
dikaitkan dengan skala bangunan tinggi yang memerlukan sistem penunjang struktur yang rumit di
mana gaya-gaya fisik dan lingkungan merupakan penentu rancangan yang utama. Bangunan harus
mampu menghadapi gaya-gaya vertikal gravitasi dan gaya-gaya horizontal angin di atas tanah serta
gaya-gaya gempa di bawah tanah. Kulit bangunan harus menahan perbedaan suhu, tekanan udara, dan
kelembapan antara lingkungan luar dan dalam bangunan. Unsur-unsur struktur bangunan harus
tanggap terhadap semua gaya ini. Batang-batangnya harus disusun dan disambung satu sama lain
sehingga dapat menyerap gaya-gaya ini dan meneruskannya dengan aman ke tanah dengan usaha
sesedikit mungkin. Seorang arsitek yang peka terhadap gaya-gaya di atas beserta sumbernya dan
menyadari sifat keteraturan struktur akan mampu menanggapi dengan suatu tata letak yang dapat
diterima akal pada tahap awal perancangan. Ia akan dapat berkomunikasi dengan seorang insinyur
struktur karena mampu berbicara dalam bahasa insinyur itu. Artinya, seorang arsitek yang mampu
mempunyai pengertian dasar tentang asas-asas keteknikan dapat benar-benar bekerja sama dengan ahli
struktur untuk mencapai pemecahan yang optimum. (Wolfgang Schueller, 2001)
Unsur-unsur struktur adalah tulang punggung yang penting untuk “badan” bangunan, dan
seorang arsitek yang mampu mengendalikan unsur-unsur struktur dan menampilkannya untuk
mengungkapkan hakikat bangunanlah yang dapat mengidentifikasi dan mencerminkan tujuan
pembangunannya sebagai suatu wadah untuk interaksi berbagai sistem kegiatan yang berbeda.
2.1.1 Perkembangan Bangunan Tinggi
Gedung Perpustakaan IPB ini termasuk bangungan tinggi, karena tidak hanya terdapat 1 lantai
saja, melainkan sampai 6 lantai, dimulai dari lantai dasar, lantai 1, lantai 2, lantai 3, lantai 4, dan lantai
LMR. Pada bagian ini akan dituliskan tentang perkembangan bangunan tinggi di dunia yang di ambil
dari buku Wolfgang Schueller.
Menurut Wolfgang Schueller (2001), bangunan tinggi pertama telah ada pada zaman purba.
Struktur dinding penahan beban setinggi 10 lantai sudah digunakan di kota-kota Kerajaan Romawi.
Kota-kota di Barat berkembang sangat cepat pada abad kesembilan belas, dan kepadatan penduduk
menyebabkan timbul kembalinya bangunan-bangunan tinggi yang menghilang dengan runtuhnya
4
Kerajaan Romawi. Prinsip struktur dinding penahan dari bahan batu digunakan kembali. Akan tetapi,
keterbatasan sistem struktur jenis ini adalah bahwa dengan bertambahnya tinggi bangunan, ketebalan
dinding (yang berarti berat bangunan) harus bertambah pula, berbanding langsung dengan sifat gaya
gravitasi.
Keterbatasan konstruksi ini jelas terlihat pada Monadnock Building pada tahun 1891 yang
berlantai 16 di Chicago, Amerika Serikat, yang memerlukan dinding setebal 6 kaki di bagian
dasarnya. Penggunaan sistem rangka yang ringan tampaknya merupakan jawaban paling tepat karena
rangka besi, dan kemudian baja, kemungkinan bangunan menjadi tinggi serta bukaan yang lebih besar
dan banyak. Perkembangan rangka baja memerlukan waktu yang lebih dari 100 tahun. Selama itu,
selain baja harus diakui sebagai bahan bangunan, metode produksi pun terus dikembangkan. Hal ini
menuntut penelitian tentang perilaku bahan baru tersebut agar menghasilkan bentuk batang dan bentuk
rakitan yang paling baik. Selain itu diperlukan pula pengembangan detail yang cermat dan
keterampilan pertukangan.
Para insinyur abad kesembilan belas membuat para arsitek menyadari potensi unsur rangka ini.
Mereka memperluas penggunaannya pada jembatan, pabrik, pergudangan, dan ruang pameran.
Pengaruh ini dapat diamati sampai ke tahun 1801 pada sebuah pabrik kapas rangka baja berlantai
tujuh di Manchester, Inggris, yang menggunakan kolom dan balok baja sebagai kerangka interior.
Baja profil I digunakan di gedung ini, mungkin untuk pertama kali. Para perancangnya secara instuisi
mengenal efisiensi bentuk itu dalam menahan lendutan. Sebenarnya, pabrik ini menjadi dasar
pengembangan rangka baja yang kemudian muncul di Chicago pada sekitar tahun 1890.
Crystal Palace, yang dibangun untuk Pameran International London pada tahun 1851,
merupakan rangka baja lengkap yang pertama. Konstruksi berat sistem dinding pendukung yang
ketika itu mendasari standar arsitektur seolah ditantang oleh efek anti-gravitasi dari bidang-bidang
kaca dan rangka kayu-baja. Bangunan ini memperlihatkan pendekatan berskala besar yang pertama
menuju produksi massal. Pembagian ruang direncanakan berdasarkan lembar standar gelas yang
terbesar (panjang 4 kaki) dan proses konstruksi diperlihatkan sebagai bagian dari rancangannya.
Mercusuar di Black Harbor, Long Island, yang dibangun pada tahun 1843, adalah struktur
rangka baja tempa pertama di Amerika Serikat. Sepuluh tahun kemudian, beberapa bangunan
menggunakan rangka interior bersama-sama dengan dinding pendukung fasade batu. Rangka interior
terdiri dari kolom baja cor yang mendukung balok baja tempa.
Sebelum bangunan tinggi dapat tanggap terhadap potensi rangka baja yang baru ini, terlebih
dahulu harus dikembangkan sarana angkut vertikal. Elevator pertama muncul pada tahun 1851 di
sebuah hotel di Fifth Avenue, New York. Sistem rel vertikal disempurnakan menjadi sistem gantung
pada tahun 1866, tetapi kemungkinan penggunaan elevator untuk bangunan tinggi pertama kali diakui
pada Equitable Life Insurance Company Building di New York pada tahun 1870. Selanjutnya,
William Jennnings mengembangkan sistem rangka pada Home Insurance Building di Chicago pada
tahun 1883. Bangunan tinggi ini adalah contoh partama yang seluruhnya didukung oleh rangka baja
sementara fasade dinding batu hanya memiliki beban sendiri. Bangunan ini juga merupakan yang
pertama kali menggunakan balok baja di bagian atasnya. Pada tahun 1889 bangunan Jennings yang
kedua, Leiter Building, merupakan yang pertama kali menggunakan rangka baja murni, yang tidak
menggunakan dinding pendukung sama sekali
Gedung Rand McNally merupakan kedua yang berlantai sembilan yang berada di Chicago pada
taun 1889 oleh Burnham and Root merupakan yang pertama menggunakan rangka baja seluruhnya.
Mereka juga mengembangkan konsep geser vertikal pada Masonic Temple berlantai 20 di Chicago
pada tahun 1891. Pada ketinggian ini gaya angin menjadi pertimbangan rancangan yang penting.
Untuk meningkatkan kekakuan lateral rangka baja tersebut, para arsiteknya memperkenalkan pengaku
5
diagonal (diagonal bracing) pada rangka fasade, dan dengan demikian menciptakan prinsip rangka
vertikal atau dinding geser.
Perbaikan metode rancangan baja memungkinkan bangunan gedung tumbuh terus ke atas pada
tahun 1905, Metropolitan Tower Building berlantai 50 dibangun di New York, diikuti oleh Emipre
State Building berlantai 102, juga di New York pada tahun 1931. Perbaikan teknik membangun
selanjutnya diarahkan untuk mengembangkan tata letak rangka, perbaikan kualitas bahan, dan teknik
konstruksi yang lebih baik dan bukan pada peningkatan ketinggian.
Pada tahun 1890-an beton mulai menempatkan diri sebagai bahan struktur yang lumrah. Pada
perancangan seperti Auguste Perret, Francoise Hennebique, dan Tony Garnier di Prancis serta Robert
Maillart di Swiss adalah sebagian di antara para penemu beton bertulang. Perret adalah yang pertama
kali menggunakan rangka beton bertulang dalam konstruksi bangunan tinggi dan mengungkapkannya
serta arsitektural dalam Rue Apartment Building di Paris pada tahun 1903. Pada saat yang sama, Ingall
Building berlantai 16 di Cincinnati adalah pencakar langit rangka beton yang pertama di dunia. Akan
tetapi, pada paruh abad pertama, bangunan beton hanya muncul secara sporadis. Ketika itu tidak ada
usaha untuk mencari sifat bahan ini yang sebenarnya, sistem beton pada umumnya meniru pendekatan
rangka baja. Akan tetapi, setelah Perang Dunia II sikap ini berubah. Teknik konstruksi yang canggih,
bersama-sama dengan pengembangan bahan-bahan berkualitas tinggi, mulai menghasilkan konsep-
konsep perancangan baru seperti plat rata (flat slab) dan dinding grid fasade pendukung (load bearing
facadegrid wall). Kedua sistem ini mulai menyaingi plat satu arah yang tradisional dan dinding tirai
(curtain wall) tipikal untuk struktur rangka kaku. Pencakar langit seperti Marina City Towers di
Chicago pada tahun 1963 benar-benar mengungkapkan watak seni pahat monolitik dari bahan beton.
2.1.2 Struktur Bangunan Tinggi yang Lazim
Maksud dari bagian ini adalah untuk memperkenalkan sistem-sistem bangunan tinggi pendukung
beban yang lazim dijumpai. Unsur-unsur struktur dasar bangunan menurut Wolfgang Schueller, 2001,
adalah sebagai berikut:
1. Unsur linier
- Kolom dan balok. Mampu menahan gaya aksial dan gaya rotasi.
2. Unsur permukaan
- Dinding. Bisa berlubang atau berangka, mampu menahan gaya-gaya aksial dan rotasi.
- Plat. Padat atau beruas, ditumpu pada rangka lantai, mampu memikul beban di dalam
dan tegak lurus terhadap bidang tersebut.
3. Unsur spasial
- Pembungkus fasade atau inti (core), misalnya dengan mengikat bangunan agar berlaku
sebagai suatu kesatuan.
Perpaduan dari unsur-unsur dasar di atas akan membentuk struktur tulang dari bangunan.
Dapat di bayangkan berbagai kemungkinan pemecahan yang tak terhingga.
- Dinding pendukung sejajar (parallel bearing walls)
Sistem ini terdiri dari unsur-unsur bidang vertikal yang dipratekan oleh berat sendiri ,
sehingga menyerap gaya aksi lateral secara efisien. Sistem dinding sejajar ini terutama
digunakan untuk bangunan apartemen yang tidak memerlukan struktur inti.
- Inti dan dinding pendukung fasade (core and facade bearing walls)
Unsur bidang vertikal membentuk dinding luar yang mengelilingi sebuah struktur inti.
Hal ini memungkinkan ruang interior yang terbuka, yang bergantung pada kemampuan
bentangan dari struktur lantai. Inti ini membuat sistem-sistem transportasi mekanis dan
vertikal serta menambah kekakuan bangunan.
- Boks berdiri sendiri (self supporting boxes)
6
Boks merupakan unit tiga dimensi prefabrikasi yang menyerupai bangunan dinding
pendukung apabila diletakkan di suatu tempat dan digabung dengan unit lainnya. Dalam
contoh tersebut boks-boks ini ditumpuk seperti bata dengan “pola English bond” sehingga
terjadi susunan balok dinding berselang-seling.
- Plat terkantilever (cantilevered slab)
Pemikulan sistem lantai dari sebuah inti pusat akan memungkinkan ruang bebas kolom
yang batas kekuatan platnya adalah batas besar ukuran bangunan. Besi akan banyak
diperlukan, terutama apabila proyeksi pelat adalah besar. Kekakuan pelat dapat ditingkatkan
dengan menggunakan teknik-teknik pratekan.
- Plat rata (flat slab)
Sistem bidang horizontal pada umumnyaterdiri dari plat lantai beton beton tebal rata
yang ditumpu pada kolom. Apabila tidak terdapat penebalan plat dan atau kepala pada bagian
atas kolom, maka sistem ini dikatakan sistem plat rata. Pada kedua sistem ini tidak terdapat
balok yang dalam (deep beam) sehingga tinggi lantai bisa minimum.
- Interspasial ( interspatial)
Struktur rangka tinggi selantai yang terkantilever diadakan pada setiap lantai antara
untuk memungkinkan ruang fleksibel di dalam dan di atas rangka. Ruangan yang berada di
dalam lantai rangka digunakan untuk peralatan tetap, dan ruangan bebas pada lantai di
atasnya dapat digunakan untuk kegiatan lainnya.
- Gantung (suspension)
Sistem ini memungkinkan penggunaan bahan secara efisien dengan menggunakan
penggantung sebagai pengganti kolom untuk memikul beban lantai. Kekuatan unsur tekan
harus dikurangi karena adanya bahaya tekuk, berbeda dengan unsur tarik, yang dapat
mendayagunakan kemampuannya secara maksimal. Kabel-kabel ini meneruskan beban
gravitasi ke rangka di bagian atas yang terkantilever dari inti pusat.
- Rangka selang-seling (staggered truss)
Rangka tinggi selantai disusun sedemikian rupa sehingga setiap lantai bangunan
menumpang di bagian atas suatu rangka dan di bawah rangka di atasnya. Selain memikul
beban vertikal, susunan rangka akan mengurangi tuntutan kebutuhan ikatan angin dengan
cara mengarahkan beban angin ke dasar bangunan melalui balok-balok dan plat lantai.
- Rangka kaku (rigid frame)
Sambungan kaku digunakan antara susunan unsur linear untuk membentuk bidang
vertikal dan horizontal. Bidang vertikal terdiri dari kolom dan balok, biasanya pada grid
persegi. Organisasi grid serupa juga digunakan untuk bidang horizontal yang terdiri atas
balok dan gelagar. Dengan keterpaduan rangka spesial yang bergantung pada kekuatan
kolom dan balok, maka tinggi lantai ke lantai dan jarak antara kolom menjadi penentu
pertimbangan rancangan.
- Rangka kaku dan inti (rigid frame and core)
Rangka kaku bereaksi terhadap beban lateral, terutama melalui lentur balok dan kolom.
Perilaku demikian berakibat ayunan (drift) lateral yang besar pada bangunan dengan
ketinggian tertentu. Akan tetapi, apabila dilengkapi dengan struktur inti, ketahanan lateral
bangunan akan sangat meningkat karena interaksi inti dan rangka. Sistem inti ini memuat
sistem-sistem mekanis dan transportasi vertikal.
- Rangka trussed (trussed frame)
Gabungan rangka kaku (atau bersendi) dengan rangka geser vertikal akan memberikan
peningkatan kekuatan dan kekakuan struktur. Rancangan struktur dapat berdasarkan
penggunaan rangka untuk menahan beban gravitasi dan rangka vertikal untuk beban angin,
yang serupa dengan rangka kaku dan inti.
- Rangka belt-trussed dan inti (belt-trussed frameand core)
7
Belt truss mengikat kolom fasade ke inti sehingga meniadakan aksi terpisah rangka dan
inti. Pengakuan ini dinamai cap trussing apabila berada pada bagian atas bangunan, dan belt
trussing apabila berada di bagian bawahnya.
- Tabung dalam tabung (tube in tube)
Kolom dan balok eksterior ditempatkan sedemikian rapat sehingga fasade menyerupai
dinding yang diberi pelubangan (untuk jendela). Seluruh bangunan berlaku sebagai tabung
kosong yang terkantilever dari tanah. Inti interior (tabung) meningkatkan kekakuan bangunan
dengan ikut memikul beban bersama kolom-kolom fasade.
- Kumpulan tabung (bundled tube)
Sistem kumpulan tabung dapat digambarkan sebagai suatu himpunan tabung-tabung
terpisah yang membentuk tabung multisel. Pada sistem ini memungkinkan bangunan
mencapai bentuk yang paling tinggi dan daerah lantai yang paling luas.
2.2 BIM (BUILDING INFORMATION MODELING)
Dalam sejarah desain dan konstruksi bangunan mengandalkan gambar untuk mewakili
pekerjaan yang dilakukan dilapangan. Biasanya berisi tentang kode bangunan yang disebut dengan
dokumen-dokumen atau arsip, digunakan untuk pengelolaan bangunan tersebut setelah selesai. Tetapi
terdapat kendala untuk memenuhi hal tersebut , yaitu dibutuhkannya beberapa gambaran dari berbagai
sudut untuk menggambarkan objek 3D yang secara rinci agar baik untuk kegiatan konstruksi dan
mengurangi dari kesalahan dan gambar-gambar tersebut kini hanya dapat dipegang oleh beberapa
orang dalam bentuk hardcopy atau arsip-arsip yang belum dapat diinterpretasikan oleh komputer.
2.2.1 Pengertian BIM (Building Information Modeling)
Menurut Eastman et al (2008), BIM merupakan perubahan paradigma yang memiliki banyak
manfaat, tidak hanya untuk mereka yang bergerak dalam bidang industri kontruksi bangunan tetapi
juga untuk masyarakat yang lebih luas lagi, bangunan yang lebih baik adalah bangunan yang dalam
tahap pembangunannya menggunakan energi, tenaga kerja dan modal yang lebih sedikit. BIM pada
dasarnya adalah digital platform untuk pembuatan bangunan virtual. Jika BIM diterapkan, modelnya
harus dapat berisi semua informasi bangunan tersebut, informasi tersebut digunakan untuk
bekerjasama, memprediksi, dan membuat keputusan tentang desain, konstruksi, biaya, dan tahap
pemeliharaan bangunan.
BIM dianggap lebih dari sekedar teknologi biasa, melainkan cara baru untuk menangani proses
pembangunan. Dengan menggunakan BIM dapat diperoleh 3D, 4D, 5D, dan 6D. Dimana 3D berbasis
obyek pemodelan parametric, 4D adalah urutan dan penjadwalan material, pekerja, luasan area, waktu,
dan lain-lain, 5D termasuk estimasi biaya dan part-lists, dan 6D mempertimbangkan untuk fasilitas
manajemen, biaya siklus hidup, dan dampak lingkungan. Konsep ini sangat tergantung pada teknologi
software yang digunakan. Inti dari konsep tersebut adalah bahwa model BIM berisi informasi-
informasi. Model suatu objek tidak hanya geometris tetapi model tersebut juga berisi informasi
tentang bahan yang digunakan, berat, biaya, waktu dan bagaimana bagian dipasang, dan lain-lain.
(Janni Tjell, 2010)
Building Information Modeling (BIM) adalah sebuah pendekatan untuk desain bangunan,
konstruksi, dan manajemen. Ruang lingkup BIM ini mendukung dari desain proyek, jadwal, dan
informasi-informasi lainnya secara terkordinasi dengan baik. Pada dasarnya Building Information
modeling (BIM) ini merupakan penggabungan dari dua gagasan penting, yaitu :
- Menjaga informasi desain kritis dalam bentuk digital, sehingga lebih mudah untuk
diperbaharui dan berbagi dari perusahaan yang merencanakan dan perusahaan yang
menggunakannya.
8
- Membuat real-time yang berhubungan terus menerus antara data desain digital dengan
inovasi-inovasi teknologi pemodelan bangunan, sehingga dapat mengehemat waktu dan uang
serta meningkatkan produktivitas dan kualitas proyek.
Building Information Modeling (BIM) pada umumnya didefinisikan sebagai proses penciptaan
hebat dilihat dari kumpulan data dari berbagai ahli / professional dalam bidang desain dan konstruksi
yang dapat diolah dan dihitung dalam bentuk tiga dimensi. BIM memungkinkan untuk para
perencana, engineer, dan kontraktor untuk memvisualisasikan seluruh lingkup dari proyek
bangunannya dalam bentuk tiga dimensi. BIM juga dikenal sebagai proses menggunakan model 3-D
untuk meningkatkan kerjasama antar orang-orang yang melaksanakan proyek. Menggunakan
pendekatan kolaboratif, antara desainer dan kontraktor dapat merencanakan output secara tepat dan
rinci dari mulai lokasi yang dibutuhkan untuk pembangunan proyek hingga proyek tersebut selesai.
(T.M. Korman, L. Simonian & E. Speidel, 2010)
BIM adalah sebuah proses dan informasi yang menghasilkan metodologi untuk mengelola
desain bangunan dan data penting dari proyek yang dilaksanakan dalam bentuk digital di seluruh
siklus pembuatan bangunan. (Teemu Lehtinen, 2010)
BIM ini merupakan platform yang digunakan untuk memberikan pengetahuan dan alat
komunikasi antar peserta proyek. Dengan kata lain, BIM adalah informasi proses pengembangan
model bangunan. 3D dengan kualitas yang sangat baik dapat diperoleh dengan merender dari BIM.
Jika kontraktor hanya lebih menggunakan model tersebut untuk menyampaikan konsep BIM dalam
bentuk 3D dan tidak menggunakan informasi yang terdapat didalam BIM disebut sebagai BIM
“Hollywood”. Kontraktor yang menggunakan BIM “Hollywood” untuk memenangkan pekerjaan,
namun mereka tidak sepenuhnya menggunakan potensi dari Building Information Modeling. (Mehmet
F. Hergunsel, 2011)
Terkadang Building Information Modeling dipraktekkan secara internal hanya didalam satu
organisasi proyek dan tidak dibagikan dengan anggota organsasi lainnya, itu disebut sebagai BIM
“lonely”. Sebagai contoh, sebuah perusahaan arsitektur dapat memutuskan untuk merancang
menggunakan Building Information Modeling dan menggunakannya untuk visualisasi dan analisa.
Perusahaan arsitek tersebut mungkin memilliki kolaborasi internal, namun arsitek dapat memutuskan
untuk memberikan gambar-gambar dalam bentuk dua dimensi dan membatasi untuk mengakses
Building Information Modeling, hal tersebut akan menghambat partisipasi dari Contruction manager
(CM) kecuali CM menciptakan model baru. (Vandaro, 2009)
Manfaat Building Information Modeling (BIM) dalam tahap desain yaitu apabila dalam sebuah
proyek bangunan arsitek harus menyeimbangkan ruang lingkup proyek antara jadwal dan biaya.
Apabila terjadi perubahan dari satu variabel biaya waktu dan uang maka akan mempengaruhi
hubungan antara konsultan dan klien, dengan menggunakan Building Information Modeling (BIM)
semua informasi penting sudah tersedia, sehingga proyek yang berhubungan dengan keputusan dapat
dibuat lebih cepat dan efektif.
Objek 3D dengan menggunakan BIM dapat dilihat dan diperiksa secara otomatis apabila ada
kesalahan ataupun kendala. Dengan kemampuan yang dimiliki oleh BIM maka kesalahan dapat
berkurang. Konsep dan metode BIM dipilih karena bentuk-bentuk geometri beserta propertinya
diperlakukan seperti halnya pada dunia nyata. Tidak dikenal perumpamaan ataupun layering seperti
halnya konsep dan metode pada perangkat CAD. BIM dapat mengubah cara AEC (tim proyek) dalam
bekerja sama untuk berkomunikasi, memecahkan masalah dan membangun proyek lebih baik lebih
cepat dan dengan biaya kurang.
9
2.2.2 Sejarah BIM (Building Information Modeling)
Menurut Ballard dan Koskela (1998), dari yang tradisional sampai tingkat yang lebih tinggi
dalam industri bangunan untuk melaksanakan proyek menggunakan proses linear dimana
penyampaian komunikasi dan pertukaran informasi terjadi secara berurutan dari pelaku industri
dengan pelaku industri lainnya. Setiap pelaku industi memenuhi kewajibannya masing-masing untuk
menghasilkan dan menambahkan informasi pada semua gambar dalam proyek bangunannya masing-
masing. Itu berarti dalam mendapatkan ide untuk pembangunan konstruksi biasanya membutuhan
waktu tujuh kali lebih banyak bahkan lebih dari itu. Dapat dilihat mengapa perselisihan beda pendapat
dan miskomunikasi adalah masalah umum dalam industri bangunan.
Sejak pertama kali banyak yang mengganggap BIM sebagai teknologi baru yang didasarkan
pada software dan penelitian mengenai BIM diartikan sebagai pengembangan software. Software yang
mampu merancang bentuk 3D sudah ada sejak tahun 1973, kemudian pada tahun 1975 Eastman
memprediksikan bahwa teknologi baru ini mampu membuat industri bangunan jauh lebih efektif.
(Janni Tjell, 2010)
Menurut Eastman (1975), konsep BIM ketika pertama kali diluncurkan diprediksikan dengan
cara pendekatan ini dibuat akan mengubah proses didalam industri baangunan, tetapi tidak ada
perubahan dan tidak sesuai dengan prediksi. Perubahan dari teknologi BIM ternyata menyebabkan
untuk mempertimbangkan paradigma dalam industri konstruksi bangunan seperti yang disarankan
oleh Eastman (Eastman, 2008). Perubahan paradigma dalam konteks ini berarti mengubah persepsi
mendasar bagaimana merancang dan membangun sebuah gedung. Perubahan persepsi ini harus datang
dari orang yang terlibat dalam industri konstruksi bangunan, karena mereka yang harus membuat
perubahan. Eastman et al, mengatakan bahwa mengadopsi BIM saja tidak akan selalu menyebabkan
suatu proyek akan sukses. BIM adalah seperangkat teknologi dan proses kerja yang harus didukung
oleh tim, manajemen, dan owner. BIM tidak akan menggantikan manajemen yang sangat baik, tim
proyek yang baik ataupun budaya kerja yang saling menghargai.
2.2.3 BIM Tools
Ada banyak tools dalam Building Information Modeling. Bagian ini akan mengidentifikasi
produk BIM. Dalam Lampiran 1 terdapat table yang akan mendeskripsikan progam-progam untuk
membuat Building Information Modeling dan fungsi utamanya. Daftar ini mencakup MEP, structural,
arsitektur, dan fungsi 3D modeling software. Beberapa software ini juga mampu untuk penjadwalan
dan estimasi biaya.
Ada beberapa jenis software yang digunakan oleh para kontraktor untuk menggambar dan
merancang struktur dan MEP, seperti yang terlihat pada Tabel 1 dibawah ini:
Tabel 1. Software Building Information Modeling (BIM) untuk Menggambar Shop Drawing dan
Fabrication (Reinhardt, 2009)
Product Name Manufacturer Primary Function
Cadpipe Commercial Pipe AEC Design Group 3D Pipe Modeling
Revit MEP Autodesk 3D Detailed MEP Modeling
SDS/2 Design Data 3D Detailed Structural
Modeling
Fabrication for AutoCAD MEP East Coast CAD/CAM 3D Detailed MEP Modeling
CAD-Duct Micro Application Packages 3D Detailed MEP Modeling
Duct Designer 3D, Pipe
Designer 3D
QuickPen International 3D Detailed MEP Modeling
Tekla Structures Tekla 3D Detailed Structural
Modeling
10
2.3 TEKLA
Tekla BIM (Building Information Modeling) merupakan software yang dapat membantu
kontraktor untuk mengelola resiko dari biaya-biaya yang tidak terduga dan hilangnya waktu, terutama
pada fase pelaksanaan proyek.
Data penting untuk pekerjaan proyek seperti desain untuk supply dan instalasi dapat
dimasukkan kedalam software Tekla. Dengan begitu dapat merespon apabila terjadi penyimpangan
dan juga dapat mengelola proyek secara baik dalam satu sistem. Software Tekla berhadapan langsung
dengan manajemen konstruksi dan software desain untuk mewujudkan platform manajemen yang
komprehensif.
Software Tekla merupakan revolusi baru dalam bidang rekayasa struktur yang memiliki
beberapa keunggulan dibanding program aplikasi lainnya. Tekla BIM (Building Information
Modeling) merupakan software yang berbasis ensiklopedi proyek. Software Tekla Structures
merupakan perangkat lunak Building Information Modeling (BIM) yang memungkinkan untuk
membuat dan mengelola data secara akurat dan rinci, serta dapat membuat model struktur 3D tanpa
melupakan material dan struktur yang kompleks. Model Tekla Structures ini dapat mencakup seluruh
proses konstruksi bangunan dari konsep desain untuk fabrikasi, erection, dan manajemen konstruksi.
Tekla merupakan software solusi untuk informasi – model pada manajemen konstruksi. Tekla
dapat digunakan oleh kontraktor, sub-kontraktor, dan para profesional manajemen proyek yang
membantu dalam pelaksanaan dan pemeriksaan data proyek. Tekla dapat memproses sejumlah besar
data model dan non model terlepas dari sumber. Software ini dapat digunakan untuk meningkatkan
transfer informasi desain dan data perencanaan antara desain dan tim konstruksi. Hal ini dapat
memperjelas komunikasi dan pengambil keputusan pada setiap pelaksanaan, desain, dan manajemen
proyek bangunan.
Keunggulan Tekla antara lain yaitu terintegrasinya pemodelan, analisis, desain struktur dengan
menyertakan setiap detail penting saat mengelola proses konstruksi secara keseluruhan, bill quantity,
squance pekerjaan sampai kegiatan schedulling bahkan dapat digabungkan dengan software lainnya,
software Tekla Structures 17 ini terhubung dengan berbagai jenis system melewati Tekla Open API,
contoh format biasa yang didukung oleh Tekla Structures adalah IFC, CIS/2,SDNF dan DSTV.
Contoh dari format yang sudah jadi hak milik yang didukung oleh Tekla Structures adalah DWG,
DXF, dan DGN. Sehingga kegiatan AEC (architect, engineering, contruction) dapat terintegrasi
dalam satu pemodelan yang dapat diakses secara real time. Dalam software Tekla terdapat data-data
yang akurat, rinci, dan 3D yang dapat digunakan bersama oleh kontraktor, structural engineers, Steel
detailers and fabricators, Precast and Cast-in-Place concrete contractors, detailers and
manufacturers, Educational institutions, dan Application developers. Semua perubahan secara
otomatis akan update sewaktu-waktu dan butuh dilakukan revisi. Pemodelan yang membutuhkan
waktu singkat dan kemampuan mengoperasikannya akan memberikan hasil manajemen proyek yang
efisien. Apabila diaplikasikan hal tersebut sangat menghemat biaya, waktu dan sumber daya manusia.
2.4 MANAJEMEN PROYEK
Manajemen proyek ialah pengelolaan kegiatan pelaksanaan dalam rangka mewujudkan suatu
keinginan atau gagasan, meliputi perencanaan, pelaksanaan serta pengendaliannya dengan batasan-
batasan tertentu sehubungan dengan biaya, mutu dan waktu. Untuk memperoleh batasan-batasan yang
sesuai, maka diperlukan biaya adanya sistem (manajemen) yang dapat mengelola input (berupa
rencana konstruksi dan sumber daya) menjadi output bangunan jadi. (Febriana Saputri, 2011)
11
Manajemen konstruksi profesional suatu metoda yang efektif untuk memenuhi kebutuhan
pekerjaan konstruksi . Manajemen konstruksi profesional menangani tahap-tahap perencanaan, desain
dan konstruksi proyek ke dalam tugas-tugas yang terpadukan. Tugas-tugas itu dibebankan pada suatu
tim manajemen proyek yang terdiri dari pemilik, manajer konstruksi profesional dan organisasi
perancang. Sebuah kontraktor utama konstruksi dan/atau badan pendukung dana dapat pula
merupakan bagian dari tim tersebut. Tim ini bekerjasama sejak awal desain sampai pada penyelesaian
proyek, dengan tujuan bersama yaitu untuk melayani sebaik-baiknya kepentingan pemilik. Hubungan
kontrak antar anggota tim dimaksudkan untuk menekan sekecil mungkin adanya pertentangan dan
menumbuhkan daya tanggap dalam lingkungan tim manajemen itu sendiri. Interaksi yang bertalian
dengan biaya konstruksi, dampak lingkungan, kualitas dan jadwal penyelesaian, akan diperiksa
dengan teliti oleh tim, sehingga dapat diwujudkan sebuah proyek yang bernilai maksimum bagi
pemilik dalam kerangka-waktu yang seekonomis mungkin. (Donald S. Barrie, Boyd C.Paulson, JR.,
Sudinarto, 1995)