Bab II Tinjauan Pustaka
-
Upload
widda-filles-quiella -
Category
Documents
-
view
6 -
download
0
description
Transcript of Bab II Tinjauan Pustaka
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA
2.1. Sumber Daya Manusia
2.1.1. Pengertian Sumber Daya Manusia
Menurut Herman Sofyandi (2008:6) Manajemen Sumber Daya
Manusia didefinisikan sebagai suatu strategi dalam menerapkan fungsi-
fungsi manajemen yaitu Planning, Organizing, Leading, & Controling,
dalam setiap aktifitas/fungsi operasional SDM mulai dari proses
penarikan, seleksi, pelatihan dan pengembangan, penempatan yang
meliputi promosi, demosi, & transfer, penilaian kinerja, pemberian
kompensasi, hubungan industrial, hingga pemutusan hubungan kerja,
yang ditujukan bagi peningkatan kontribusi produktif dari SDM
organisasi terhadap pencapaian tujuan organisasi secara lebih efektif dan
efisien.
2.1.2. Fungsi – Fungsi Manajemen Sumber Daya Manusia
Menurut Drs. H. Malayu S.P. Hasibuan (2007:21) Fungsi
manajemen sumber daya manusia meliputi :
1. Perencanaan
Merencanakan kerja secara efektif serta efisien agar sesuai dengan
kebutuhan perusahaan dalam membantu terwujudnya tujuan.
Perencanaan dilakukan dengan menetapkan program-program
kepegawaian meliputi pengorganisasian, pengarahan,
pengendalian, pengadaan, pengembangan, kompensasi,
pengintegrasian, pemeliharaan, kedisiplinan, dan pemberhentian
karyawan.
2. Pengorganisasian
Pengorganisasian adalah kegiatan untuk mengorganisasi semua
karyawan dengan menetapkan pembagian kerja, hubungan kerja,
delegasi wewenang, integrasi, dan koordinasi dalam bagan
organisasi.
3. Pengarahan
Pengarahan adalah kegiatan mengarahkan semua karyawan, agar
mau bekerja sama dan bekerja efektif serta efisien dalam
membantu tercapainya tujuan perusahaan, karyawan, dan
masyarakat.
4. Pengendalian
Pengendalian adalah kegiatan mengendalikan semua karyawan,
agar mentaati peraturan-peraturan perusahaan dan bekerja sesuai
dengan rencana. Apabila terdapat penyimpangan atau kesalahan,
diadakan tindakan perbaikan dan penyempurnaan rencana.
5. Pengadaan
Pengadaan adalah proses penarikan, seleksi, penempatan, orientasi
dan induksi untuk mendapatkan karyawan yang sesuai dengan
kebutuhan perusahaan. Pengadaan yang baik akan membantu
terwujudnya tujuan.
6. Pengembangan
Pengembangan adalah proses peningkatan keterampilan teknis,
teoritis, konseptual, dan moral karyawan melalui pendidikan dan
pelatihan. Pendidikan dan pelatihan yang diberikan harus sesuai
dengan kebutuhan pekerjaan masa kini maupun masa depan.
7. Kompensasi
Kompensasi adalah pemberian balas jasa langsung dan tidak
langsung, uang atau barang kepada karyawan sebagai imbalan jasa
yang diberikan kepada perusahaan. Prinsip kompensasi adalah adil
dan layak. Adil diartikan sesuai dengan prestasi kerjanya, dan
layak diartikan kebutuhan primernya serta berpedoman pada batas
upah minimum pemerintah dan berdasarkan internal dan eksternal
konsistensi.
8. Pengintegrasian
Pengintegrasian adalah kegiatan untuk mempersatukan
kepentingan perusahaan dan kebutuhan karyawan, agar
terciptanya kerja sama yang serasi dan saling menguntungkan.
Perusahaan memperoleh laba, karyawan dapat memenuhi
kebutuhan dari hasil pekerjaannya.
9. Pemeliharaan
Pemeliharaan adalah kegiatan untuk memelihara atau
meningkatkan kondisi fisik, mental, dan loyalitas karyawan, agar
mereka tetap mau bekerja sama sampai pensiun.
10. Kedisiplinan
Kedisiplinan merupakan fungsi MSDM yang terpenting dan kunci
terwujudnya tujuan karena tanpa disiplin yang baik sulit terwujud
tujuan yang maksimal. Kedisiplinan adalah keinginan dan
kesadaran untuk mentaati peraturan-peraturan perusahaan dan
norma-norma sosial.
11. Pemberhentian
Pemberhentian adalah putusnya hubungan kerja seseorang dari
suatu perusahaan yang disebabkan oleh keinginan karyawan,
keinginan perusahaan, kontrak kerja berakhir, pensiun dan sebab-
sebab lainnya.
2.1.3. Komponen Manajemen Sumber Daya Manusia
Menurut Drs. H. Malayu S.P. Hasibuan (2007:12) tenaga kerja
manusia pada dasarnya dibedakan atas pengusaha, karyawan, dan
pimpinan.
1. Pengusaha
Pengusaha adalah setiap orang yang menginvestasikan modalnya
untuk memperoleh pendapatan dan besarnya pendapatan itu tidak
menentu tergantung pada laba yang dicapai perusahaan tersebut.
2. Karyawan
Karyawan adalah penjual jasa (pikiran dan tenaganya) dan mendapat
kompensasi yang besarnya telah ditetapkan terlebih dahulu. Mereka
wajib dan terikat untuk mengerjakan pekerjaan yang diberikan dan
berhak memperoleh kompensasi sesuai dengan perjanjian.
3. Pimpinan dan Manajer
Pemimpin adalah seseorang yang mempergunakan wewenang dan
kepemimpinannya untuk mengarahkan orang lain serta bertanggung
jawab atas pekerjaan orang tersebut dalam mencapai suatu tujuan.
2.1.4. Tujuan Manajemen Sumber Daya Manusia
Menurut Herman Sofyandi (2008:6) tujuan dan manajemen sumber
daya manusia tidak hanya diperlukan untuk memberikan gambaran tujuan
dari manajemen puncak, tetapi juga merupakan penyeimbang tantangan –
tantangan yang dihadapi oleh organisasi yang meliputi fungsi-fungsi
manajemen sumber daya manusia, masyarakat, dan karyawan yang
dipengaruhi oleh tantangan-tantangan tersebut. Kegagalan dalam
menetapkan tujuan dapat membahayakan kinerja perusahaan, tingkat laba,
dan bahkan kelangsungan hidup organisasi. Tujuan-tujuan manajemen
sumber daya manusia terdiri dari empat tujuan yaitu :
a. Tujuan Organisasi
Ditujukan untuk dapat mengenali keberadaan manajemen sumber
daya manusia diciptakan untuk dapat membantu para manajer, namun
demikian para manajer tetap bertanggungjawab terhadap kinerja
karyawannya. Keberadaan departemen sumber daya manusia adalah
untuk membantu para manajer dalam mencapai tujuan-tujuan
organisasi. Departemen sumber daya manusia membantu para
manajer dalam menangani hal-hal yang berhubungan dengan sumber
daya manusia. Sebagai contoh departemen sumber daya manusia dari
Hewlett Parkard menemukan bahwa penanganan masalah-masalah
sumber daya manusia tersebut dapat mempertinggi kontribusi
karyawan terhadap organisasi melalui ketersedian sistem informasi
yang akurat yang dapat memangkas biaya anggaran yang cukup
tinggi.
b. Tujuan Fungsional
Ditujukan untuk mempertahankan kontribusi departemen pada
tingkat yang sesuai dengan kebutuhan organisasi. Sumber daya
manusia menjadi tidak berharga jika manajemen sumber daya
manusia memiliki kriteria yang lebih rendah dari tingkat kebutuhan
organisasi.
c. Tujuan Sosial
Ditujukan untuk secara etis dan sosial merespon terhadap kebutuhan-
kebutuhan dan tantangan-tantangan masyarakat melalui tindakan
meminimasi dampak negatif terhadap organisasi. Kegagalan
organisasi dalam menggunakan sumber dayanya bagi keuntungan
masyarakat dapat menyebabkan hambatan-hambatan. Sebagai contoh
masyarakat dapat membatasi keputusan-keputusan manajemen
sumber daya manusia melalui perangkat hukum seperti adanya
tindakan diskriminasi, keamanan, dan berbagai masalah lain yang
menjadi perhatian masyarakat.
2.2. Pengembangan Karier
2.2.1. Pengertian Pengembangan Karier
Pengembangan adalah suatu usaha untuk meningkatkan
kemampuan teknis, teoritis, konseptual, dan moral karyawan sesuai
dengan kebutuhan pekerjaan/jabatan melalui pendidikan dan latihan.
Pendidikan meningkatkan keahlian teoritis, konseptual dan moral
karyawan, sedangkan latihan bertujuan untuk meningkatkan keterampilan
teknis pelaksanaan pekerjaan karyawan (Drs. H. Malayu S.P. Hasibuan,
2007:12).
Menurut Greenhaus dalam Kaswan (2012:118) Karier adalah pola
pengalaman yang terkait dengan pekerjaan (misalnya : posisi pekerjaan,
kewajiban pekerjaan, keputusan dan interpretasi subjektif mengenai
peristiwa yang berkaitan dengan pekerjaan) dan aktivitas sepanjang
rentang masa hidup seseorang.
2.2.2. Pengembangan Karier yang Dilakukan Individu
Secara individual setiap anggota organisasi harus siap megembangkan
dirinya dalam rangka penelitian kariernya lebih lanjut. Drs. T. Hani Handoko
dalam bukunya tersebut mengatakan bahwa ada 6 (enam) kegiatan
pengembangan karier yang dapat dilakukan masing-masing individu sebagai
berikut :
a. Prestasi Kerja. Kegiatan paling penting untuk memajukan karier adalah
prestasi kerja yang baik karena hal ini mendasari semua kegiatan
pengembangan karier lainnya. Kemajuan karier sangat tergantung pada
prestasi kerja (performance).
b. Exposure. Kemajuan karier juga ditentukan oleh exposure, berarti
menjadi dikenal oleh orang-orang yang memutuskan promosi transfer
dan kesempatan-kesempatan karier lainnya. Tanpa exposure, karyawan
yang berprestasi baik, mungkin tidak memperoleh kesempatan untuk
mencapai sasaran-sasaran kariernya. Para manajer mendapatkan
“exposure” terutama melalui prestasi, laporan-laporan tertulis, prestasi
lisan, kerja panitia, pelayanan masyarakat dan bahkan lama jam kerja
mereka.
c. Permintaan Berhenti. Hal ini merupakan suatu cara untuk mencapai
sasaran karier apabila ada kesempatan karier di tempat lain. Sehingga
dengan permintaan berhenti tersebut, yang bersangkutan berpindah
tempat bertugas/bekerja. Berpindah pindah tempat bekerja tersebt bagi
sementara manajer profesional merupakan bagian strategi karier mereka.
d. Kesetian Organisasional. Kesetiaan pada organisasi di mana seseorang
bertugas/bekerja turut menentukan kamajuan karier yang bersangkutan.
Kesetiaan organisasional yang rendah pada umumnya ditemui pada para
sarjana baru (yang mempunyai harapan tinggi, tetapi sering kecewa
dengan tempat tugas pertama mereka) dan para profesional ( yang
kesetian pertamanya pada profesionalnya).
e. Mentors dan Sponsors. Para mentor atau pembimbing karier informal
bila berhasil membimbing karier karyawan atau pengembangan
kariernya lebih lanjut, maka para mentor tersebut dapat menjadi sponsor
mereka. Seorang sponsor adalah disebut dapat menciptakan kesempatan
– kesempatan pengembangan karier bagi orang-orang lain. Sering kali
sponsor karyawan adalah atasan langsung mereka.
f. Kesempatan-kesempatan untuk tubuh. Hal ini terjadi, apabila karyawan
meningkatkan kemampuan, misalnya melalui karyawan meningkatkan
kemampuan, misalnya melalui program latihan, pengambilan kursus-
kursus atau penambahan gelar dan sebagainnya. Hal ini berguna baik
bagi departemen personalia dalam pengembangan sumber daya manusia
internal maupun bagi pencapaian rencana karier karyawan.
Pengembangan karier secara organisasional. Pengembangan suatu karier
seharuasnya memang tidak tergantung pada usaha-usaha individual saja,
sebab hal itu kadang kala tidak sesuai dengan kepentingan organisasi.
Untuk memungkinkan sinkronnya dengan kepentingan organisasi, maka
pihak bagian organisasi yang berwenang untuk itu, yakni departemen
personalia, dapat mengatur pengembangan karier para
karyawan/anggota organisasi. Misalnya dengan mengadakan program-
program latihan, kursus-kursus pengembangan karier dan sebagainya.
Dalam hal ini lebih mantap lagi apabila pihak pimpinan organisasi dapat
menyetujui dan merestui program-program departemen personalia
tersebut. Sehingga dengan demikian pihak manajemen (pimpinan)
selalu “well-informed” mengenai upaya –upaya karier personalia dalam
organisasi.
2.2.3. Pengetahuan/Kompensasi yang Dibutuhkan Untuk Mengelola Karir
Menurut Jones dan Defillippi (dalam Kaswan, 2012:119)
menyaring ada enam kompetensi, yaitu :
a. Pengetahuan Apa (Knowing What ) : memahami peluang, ancaman
dan tuntutan.
b. Pengetahuan Mengapa ( Knowing Why) : memahami makna, motif
dan minat mengejar karir,
c. Pengetahuan Di mana ( Knowing Where) : mengetahui lokasi dan
batas untuk memasuki pelatihan dan maju dalam sistem karir.
d. Pengetahuan Siapa (Knowing Who) : membentuk hubungan yang
didasarkan pada daya tarik dan midal sosial yang akan memperoleh
akses terhadap kesempatan dan sumber daya.
e. Pengetahuan Kapan ( Knowing When) : memahami waktu dan
pilihan aktivitas dalam karir
f. Pengetahuan Bagaimana (Knowing How) : memahami dan
menguasai keterampilan dan talenta yang dibutuhkan untuk kinerja
efektif dalam tugas dan tanggung jawab.
Keenam kompetensi itu saling terkait. Pengetahuan apa,
dimana, kapan membentuk peta industri, sedang pengetahuan
mengapa, bagaimana , dan siapa menyediakan pengetahuan dan
keterampilan diri dan keterampilan mengarungi sistem karir. Banyak
aktivitas pengembangan karier didasarkan pada penguasaan dan
penggunaan keterampilan itu.
2.3. Program Diklat Executive Education IV
Program diklat Executive Education IV merupakan diklat penjenjangan
bagi pegawai yang mengaku jabatan struktural untul setingkat Supervisor
Atas, seperti Manajer UPJ, Manajer Ranting, Asisten Manajer dan
sebagainya. Diklat Executive Education IV dilaksanakan dengan strategi
pelaksanaan di In Class Training (ICT) dan On The Job Training (OJT).
Waktu pelaksanaan diklat Executive Education IV diselenggarakan selama
44 hari dengan tahapan kegiatan 14 (empat belas) hari mengikuti In Class
Training (ICT) dan 30 (tiga puluh) hari mengikuti On The Job Training
(OJT).
2.3.1. In Class Training
In Class Training dalam penyelenggaraan Diklat Executive
Education IV merupakan salah satu tahapan proses pembelajaran untuk
membangun, meningkatkan dan memelihara kompetensi pegawai yang
akan memangku jabatan Supervisor Atas. Materi yang diberikan dalam
proses pembelajaran meliputi perspektif stratejik, keuangan, pemasaran,
operasi, sumber daya manusia.
Dari berbagai perspetif balance score card dalam pengelolaan suatu
organisasi, bertujuan untuk membangun kapasitas kepemimpinan dan
kualitas berusaha sebagai supervisor atas dan atau jabatan setingkat,
perspektif stratejik dengan kandungan materi kepemimpinan
transaksional dan nilai integritas, diharapkan akan meningkatkan
kapasitas perilaku memimpin yang jujur. Dari perspektif keuangan
dengan materi profesi yang menjadi persyaratan untuk mengikuti diklat
ini. Disamping itu perspelktif pemasaran yang berisi materi komunikasi
efektif diharapkan para supervisor atas mampu berkomunikasi secara
efektif dalam mengelola pekerjaannya.
Untuk perspektif operasi dengan isi materi manajemen mutu peserta
diharapkan mampu untuk menjaga kualitas hasil kerja yang bersangkutan.
Sedangkan perspektif SDM akan memperkaya peserta dalam membina
dan mengembangkan sumberdaya manusia yang menjadi tanggung
jawabnya. Telaahan staf merupakan kandungan materi yang harus
diselesaikan pada saat peserta melaksanakan On The Job Training ( OJT)
yang berisi kemampuan dalam melakukan penulisan laporan dri tugas
dalam menganalisa dan menyelesaikan permasalahan yang menjadi
persoalan pada saat yang bersangkutan menjadi peserta OJT.
Materi corporate exposure diberikan kepada peserta dengan
harapan mereka mampu untuk mengikuti perkembangan perusahaan
sesuai dengan perkembangan lingkunagan internal dan eksternal. Sesuai
dengan desai materi yang demikian itu diharapkan dapat membangun
keterampilan kerja dalam mengelola suatu sub unit, bagian, fungsi, dan
atau jenjang jabatan yang setingkat Perseroan. Dengan kata lain dengan
materi yang dimaksud diharapkan peserta mampu mengelola sub unit –
sub unit tersebut dengan benar dan baik serta mengutamakan nilai-nilai
perusahaan yang telah diberikan dalam proses pembelajaran.
Dari uraian diatas dapat disimpulkan bahwa tujuan dari diklat
Executif Education IV adalah peserta diharapkan mampu menunjukan
potensi dan kapabilitas yang terbaik bagi perseroan serta mampu
memahami secara komprehensif penggunaan sumberdaya dalam
mengelola tugas dan tanggung jawab pada jabatan setingkat supervisor
atas.
Kurikulum In Class Training (ICT) Diklat Executife Education IV
dirancang untuk memenuhi kebutuhan kompetensi jabatan pada level
kompetensi supervisor atas, dengan kurikulum sebagai berikut :
a. Kepemimpinan Transaksional
b. Value Of Integrity for Execitivie
c. Komunikasi Efektif
d. Breakthrough to success
e. CMC IV
f. OMT IV
g. Problem Solving Decision Making
h. Manajemen Mutu
i. Manajemen Konflik
j. Manajemen Kinerja
k. Telaahan Staf
l. Corporate Exposure
Metode penyelenggaraan In Class Training ditetapkan berdasarkan
tujuan diklat yang akan dicapai, yaitu menggunakan berbagai metode
seperti ceramah, diskusi, tanya jawab, barmain peran, studi kasus, cara
belajar orang dewasa dan berbagai metode yang sesuai dengan kebutuhan
materi yang diajarkan.
2.3.2. On The Job Training
On the Job training (OJT) merupakan salah satu program diklat
penjenjangan yang harus diikuti oleh Siswa EE IV. Program diklat ini
merupakan implementasi dari kebijakan direksi PT PLN (Persero) yang
tercantum dalam Surat Keputusan Direksi PT PLN (Persero) No.
412.K/DIR/2008 tentang SISDIKLAT. Strategi pelaksanaan diklat
Executive Education IV dilakukan denga teknik sesuai dengan tujuan
diklat uang telah ditetapkan. Salah satu teknik yang digunakan dalam
diklat tersebut adalah strategi pelaksanaan In Class Training (ICT) dan
On The Job Training (OJT).
Salah satu program yang dapat memenuhi kebutuhan kompetensi
jabatan, khususnya keterampilan dan sikap kerja, maka kepada Siswa EE
IV diwajibkan untuk mengikuti On The Job Training (OJT). Dengan
demikian yang bersangkutan diharapkan dapat memenuhi persyaratan
kebutuhan kompensasi jabatan struktural sesuai dengan jabatan
Supervisor Atas di Perseroan.
Dalam pelaksanaan On The Job Training (OJT) siswa OJT
diberikan bimbingan oleh Mentor. Metode pembimbingan yang dilakukan
oleh Mentor melalui Coaching, Mentoring dan Counseling (CMC). Oleh
karena itu untuk dapat menyelenggarakan program on the job training
(OJT) dengan efektif perlu disusun Panduang On The Job Training (OJT)
Diklat Executive Education IV.
Maksud program On The Job Training (OJT) adalam memberi
kesempatan kepada Siswa EE IV untuk membangun kompetensi sesuai
dengan kebutuhan kompetensi jabatan pada jabatan Supervisor Atas di
Perseroan/Perusahaan. Tujuan program On The Job Training (OJT)
adalah diharapkan Siswa EE IV mampu menunjukan dan memiliki
kompetensi sesuai dengan persyaratan kebutuhan kompetensi jabatan
Supervisor atas di perseroan/Perusahaan.
Dalam penyelenggaraan program on the job trining (OJT),
ditetapkan kriteria yang menjadi persyaratan untuk menjadi peserta
program tersebut. Persyaratan peserta untuk menjadi Siswa OJT adalah
siswa EE IV yang telah mengikuti diklat In Class Training (ICT)
Metode yang diterapkan dalam program on the job training adalah metode
yang dipilih sesuai dengan tujuan program diklat yang telah ditetapkan.
Metode yang dimaksud adalah :
a. Diskusi
b. Tanya Jawab
c. Percobaan
d. Praktek
e. Latihan
f. Simulasi
g. Ceramah
Waktu pelaksanaan On The Job Training (OJT) dilaksanakan dalam
kurun waktu 1 (satu) bulan. Apabila siswa OJT belum mampu
menunjukan kompetensi dan kinerja sebagaimana dimaksud dalam
persyaratan kebutuhan kompetensi jabatan Supervisor Atas di
Perseroan/Perusahaan, maka Siswa OJT diberikan perpanjangan waktu
OJT selama 1 (satu) bulan. Apabila setelah waktu perpanjangan OJT,
selesai OJT belum mampu menunjukan kompetensi dan kinerja yang
dipersyaratkan, maka siswa OJT yang bersangkutan tidak memenuhi
syarat untuk menjadi Supervisor Atas.
Pelaksanaan program On The Job Training (OJT) dilakukan dengan
strategi pelaksanaan pembelajaran langsung di tempat kerja atau on the
job training (OJT). Strategi pelaksanaan ini ditetapkan berdasarkan
pertimbangan pengetahuan dan pengalaman siswa OJT. Pertimbangan ini
mengacu kepada Siswa OJT yang telah memiliki pengalaman bekerja di
Perusahaan. Dengan bekal pengalaman bekerja tersebut, siswa telah
memiliki sikap dan perilaku bekerja sesuai dengan perkembangan
lingkukngan kerjanya di Perusahaan. Dalam mengimplemantasikan
pengetahuan dan keterampilan tersebut, siswa OJT dibimbing oleh
seorang mentor yang memiliki pengalaman praktis di lapangan secara
operasional. Dengan demikian diharapkan strategi ini dapat membangun
kompetensi dan meningkatkan sikap kerja serta kinerja Siswa OJT secara
efektif
Evaluasi pelaksanaan on the job training (OJT) dilakukan dengan
menilai kompetensi dan kinerja Siswa OJT selama mengikuti program
tersebut. Penilaian dilakukan dengan berbagai indikator, sehingga akan
diperoleh hasil belajar sesuai dengan tujuan on the jon training (OJT)
yang telah ditetapkan. Indikator penilaian tersebut adalah sebagai berikut:
1. Evaluasi perilaku individu atau soft competence (Kompetensi inti dan
kompetensi peran)
2. Evaluasi kemampuan teknis atau hard competence (kompetensi
bidang)
3. Penilaian laporan pelaksanaan OJT siswa OJT
4. Penilaian telaahan staf siswa OJT
5. Penilaian prestasi telaahan siswa OJT
6. Terhadap hasil penilaian yang telah dilakukan oleh Mentor dan yang
berwenang, siswa OJT tidak dapat mengajukan keberatan dalam
bentuk apapun.
2.4. Kompetensi
2.4.1. Pengertian Kompetensi
Menurut Prof. Dr. Hj. Sedarmayanti, M.Pd., APU (2011:126)
kompetensi pada umumnya diartikan sebagai kecakapan, keterampilam
kemampuan. Kata dasarnya kompeten, berarti cakap, mampu atau
terampil. Pada konteks manajemen sumber daya manusia, istilah
kompetensi mengacu kepada atribut/karakteristik seseorang yang
membuatnya berhasil dalam pekerjaan. Konsep luas kompetensi memuat
kemampuan mentransfer keahlian dan kemampuan kepada situasi baru
dalam wilayah kerja. Menyangkut organisasi dan perencanaan pekerjaan,
inovasi dan mengatasi aktivitas rutin, kualitas efektivitas personel yang
dibutuhkan di tempat berkaitan dengan rekan kerja, manajer serta
pelanggan.
2.4.2. Model Kompetensi
Berdasarkan penelitian dengan sampel 20 negara, maka jenis
pekerjaan dan industri ditentukan 18 kompetensi bersifat “generik” yang
umum ditemui pada berbagai bidang pekerjaan dan industri (Prof. Dr. Hj.
Sedarmayanti, M.Pd., APU, 2011:127) yaitu :
a. Achievement Orientation ( Orientasi Pencapaian)
b. Analytical Thingking (Berpikir Konseptual)
c. Conceptual Thingking (Berpikir Konsepual)
d. Customer Service Orientation (Orientasi Layanan Pelanggan)
e. Developing Others (Mengembangkan Lainnya)
f. Dorectoveness (Penginstruksian)
g. Fleksibility (Fleksibilitas)
h. Impact and Influence (Dampak dan Pengaruh)
i. Information Seeking (Pencarian Informasi)
j. Initiative (Inisiatif)
k. Integrity (Integritas)
l. Interpersonal Understanding (Pemahaman Antar Pribadi)
m. Organizational Awarness (Kesadaran Organisasional)
n. Organizational Commitment (Komitmen Organisasional)
o. Relationship Building (Menjalin Hubungan)
p. Self Confidence (Rasa Percaya Diri)
q. Team Leadership (Kepemimpinan dalam Kelompok)
r. Teamwork and Cooperation (Kerjasama dan Kelompok kerja)
2.4.3. Pengukuran Kompetensi
Pengukuran kompetensi dilakukan dengan mengidentifikasi dengan
akurat tingkat kompetensi yang dimiliki oleh karyawan melalui beberapa
cara (Prof. Dr. Hj. Sedarmayanti, M.Pd., APU, 2011:127), yaitu :
1. Behavior Event Interview (BEI)
Prinsip BEI adalah mencari data rinci dari pengalaman masa lalu
kandidat tentang :
a. Apa yang dilakukan kandidat pada situasi tertentu, bukan apa
yang mungkin dilakukan.
b. Apa yang dipikirkan dan dirasakan pada situasi tertentu.
2. Tes
Beberapa contoh tes dan kompetensi yang diukur adalah :
a. Picture Story Exercise (PSE) mengukur achievement & impact
and Influence.
b. Wechler Adult Intelligence Survey mengukur conceptual thinking
& analytical thinking.
c. The Watson-Glaser Critical Thinking Appraisal mengukur
conceptual & analytical thingking.
3. Assesment Center
Kandidat dikumpulkan disuatu tempat selama beberapa hari untuk
melakukan beberapa kegiatan, dinilai oleh assesor.
Beberapa kegiatan yang biasanya dilakukan adalah in-basket exercise,
“stress” exercise dan wawancara, presentasi mengenai visi, misi dan
strategi, atau leaderless groupe exercises.
4. Biodata
Beberapa kompetensi dapat diprediksi berdasarkan pengalaman kerja
seseorang, misalnya acheivement motive dengan melihat prestasi
akademis, team leadership dari kegiatan organisasi yang dipimpinnya,
atau relationship building dari kegiatan sosial yang diikutinya.
5. Rating
Rating dapat dilakukan oleh pimpinan, rekan kerja, bawahan,
pelanggan, atau spesialis. Sering disebut “360 assesment” dan
beberapa metode rating antara lain competency assesment
questionnaires, customer survey, managerial style serta organization
climate.
2.4.4. Kompetensi Masa Depan Bagi Eksekutif Puncak
a. Strategi berpikir
Mengerti kecenderungan perubahan lingkungan, peluang pasar,
melakukan analisis (Strenght, Weaknesses, Opportunities, Threat)
terhadap organisasinya.
b. Merubah kepemimpinan
Mengkomunikasikan visi organisasi yang dapa “merubah” karyawan
menjadi stakeholders, membangkitkan motivasi dan komitmen,
berperan sebagai “sposor” dari inovasi yang dilakukan.
c. Mengelola hubungan
Membina hubungan dan jaringan yang luas dengan pihak lain.
2.4.5. Manfaat Penetapan Kompetensi
Menurut Marwansyah (2010:46) manfaat penetapan kompetensi adalah
sebagai berikut :
a. Menciptakan pendekatan sistem bagi aktivitas sumber daya
manusia dan membuat aktivitas ini lebih efektif.
Hasil terbaik diperoleh ketika unsur-unsur yang saling
berhubungan dan berkoordinasi diperlukan sebagai sistem,
daripada ditangani sebagai elemen-elemen yang berdiri sendiri.
Dalam kegiatan SDM berdasarkan kompetensi, akan menciptakan
sinergi di antara subsistem yang berbeda dengan cara saling
memperkuat satu sama lain.
b. Menciptakan “bahasa” yang sama bagi aktivitas sumber daya
manusia sehingga memudahkan implementasi
Organisasi menjadi semakin datar karena kehadiran teknologi dan
praktik-praktik menajemen yang lebih maju, kebutuhan akan
pengembangan karir yang dikelola sendiri oleh karyawan, diakui
sebagai faktor kunci bagi tersedianya pekerjaan yang termotivasi
dan bagi terwujudnya organisasi pembelajaran (learning
organization). Pendekatan berbasis kompetensi terhadap
manajemen sumber daya manusia membantu orang-orang untuk
memahami aspek ini secara jauh lebih baik. Caranya adalah
dengan menciptakan “bahasa” umum yang sama untuk seluruh
elemen organisasi, sehingga para karyawan memahami peran dan
tanggung jawab yang berbeda-beda dan bagaimana mereka bisa
berkembang untuk mewujudkan aspirasi mereka.
c. Memberikan gambaran kepada manajemen tentang jenjang
kompetensi yang tersedia dan yang dibutuhkan
Manajemen dapat melihat profil kompetensi pada pekerja untuk
mengidentifikasikan kesenjangan antara jenjang kompetensi yang
tersedia dan yang diperlukan, baik untuk mewujudkan tujuan-
tujuan strategis saat ini maupun membuta tujuan-tujuan strategis
yang baru. Kerangka kerja berbasis kompetensi membantu
manajemen dalam mengidentifikasikan langkah-langkah dan
bentuk intervensi yang diperlukan untuk mencapai tujuan-tujuan
strategis ini.
2.4.6. Penggolongan Kompetensi
Kompetensi dapat digolongkan atau dikategorikan dalam ( Saifuddin
Bachrun, 2011: 18)
a) Kompetensi Universal
Kompetensi universal merupakan kompetensi yang harus dimiliki
oleh seluruh karyawan perusahaan. Kompetensi ini menjadi
perwujudan dari budaya dan nilai-nilai yang dianut oleh
perusahaan.
b) Kompetensi Kepemimpinan
Kompetensi kepemimpinan merupakan kompetensi yang harus
dikuasai oleh pada staf yang memegang jabatan dengan memiliki
anak buah. Jabatan-jabatan itu misalnya staf, supervisor,
superintenden, manajer, manajer senior, dan direktur. Ini biasanya
juga disebut sebagai soft skill.
c) Kompetensi Teknis
Kompetensi teknis merupakan kompetensi yang harus dikuasai
oleh para pemegang jabatan berdasar spesialisasi/keahlian.
Misalnya, sumber daya manusia, keuangan, pemasaran, logistik,
pembelian, teknikal, rekayasa, keselamatan kerja dan lingkunagn.
Ini bisa disebut juga sebagai Hard Skill.
2.4.7. Komponen Sistem Berbasis Kompetensi
Komponen-komponen inti dari sistem yang berbasis kompetensi
(Marwansyah, 2010:41) :
a. Identifikasi/ penilaian atas hasil-hasil yang diinginkan
Manajemen perlu mengetahui kinerja organisasi apa yang ingin
dicapai, agar bisa mengidentifikasikan kompetensi yang
diperlukan. Penilaian atas kinerja organisasi juga akan
memberikan data untuk membantu evaluasi keberhasilan program-
program pengembangan yang dilakukan oleh organisasi.
b. Model Kompetensi
Identifikasi kompetensi-kompetensi yang benar-benar berdampak
pada hasil yang diinginkan.
c. Penilaian kompetensi karyawan
Pihak manajemen perlu mengetahui kompetensi karyawan agar
bisa membandingkannya dengan kompetensi karyawan agar nisa
membandingkannya dengan kompetensi ideal atau kompetensi
yang diinginkan (model kompetensi)
d. Sumber daya dan strategi pengembgangn karyawan
Manajemen perlu memiliki sumber daya dan program-program
pelatihan dan pengembangan yang bisa mengatasi kesenjangan
kompetensi karyawan dengan kompetensi ideal.
2.5. Supervisor
2.5.1. Definisi Supervisor
Dari sudut pandang manajemen Supervisi merupakan gabungan
seni dan keterampilan dalam memanfaatkan upaya-upaya orang lain
untuk menyelesaikan tugas (pekerjaan) yang menjadi tanggung jawab
menuju sasaran (yang akhirnya akan dicapai) dan juga sebagai rujukan
untuk menilai kinerja mereka. Dulu supervisor adalah seorang penyelia
yang bertugas memimpin sekelompok orang yang bekerja sama. Ia benar-
benar “orang depan” karena selalu mengambil posisi terdepan bagi orang-
orang yang dipimpinnya (Dr. S. Josephine Tobing, S.E., M.S dan Amrin
Harianto Napitupulu, S.E. : 2)
2.5.2. Tugas-Tugas Supervisor
Menurut A.M. Lilik Agung (2009:20) supervisor memiliki tiga
tugas utama yang menjadi tanggung jawabnya. Tiga tugas utama ini
secara garis besar juga dimiliki oleh para Manajer maupun Eksekutif
organisasi. Secara keseluruhan, tiga tugas yang harus dijalankan oleh
Supervisor sebagai berikut :
1) Mengelola Diri Sendiri
2) Mengelola Pekerjaan
3) Mengelola Anak Buah
2.5.3. Peran Supervisor
Secara garis besar peran supervisor dapat dijelaskan sebagai berikut
( A.M. Lilik Agung, 2009:14) :
1) Sebagai “pemimpin” dan “manajer”
Supervisor tidak hanya mengelolam tapi juga memimpin
(mengarahkan, memotivasi, membina, memberdayakan), agar
anak buah mampu bekerja sesuai dengan apa yang telah
ditentukan.
2) Barisan terdepan dari manajemen yang berhadapan langusng
dengan pelaksana
Supervisor merupakan wakil dari manajemen untuk menjadi
pemimpin pelaksana tugas di lapangan. Supervisor bertanggung
jawab untuk mengamankan dan melaksanakan keputusan
manajemen.
3) Supervisor dalam proses manajemen akan melaksanakan semua
sistem manajerial seperti manajer pada level di atasnya
Supervisor harus mampu menjalankan sistem manajemen. Sistem
manajemen akan menolong supervisor dalam menyelesaikan
tanggung jawabnya. Dengan sistem manajemen yang dipakai
seperti sistem manajemen level di atasnya, maka koordinasinya
akan menjadi efektif dan efisien.
4) Mewakili nama perusahaan dalam berbagai interaksi sosial,
sehingga wajib menjaga citra dan perusahaan
Supervisor sering harus bersinggungan dengan lingkungan
sosialnya. Ketika berinteraksi ini supervisor harus mampu
menjaga citra dirinya, sehingga layak dipercara dan pantas bekerja
sama.
2.5.4. Kompetensi yang Harus Dimiliki Seorang Supervisor
Seorang supervisor harus mempelajari cara mengerjakan berbagai
macam hal yang ada di lingkungan luar dan dalam organisasi. Menurut
Dr. S. Josephine Tobing, S.E., M.S dan Amrin Harianto Napitupulu, S.E.
Kemampuan yang harus dimiliki oleh supervisor adalah sebagai berikut :
1. Supervisor harus mempelajari cara memberikan pengarahan dan
petunjuk kepada orang-orang mengenai usaha bisnis yang diawasi.
2. Supervisor harus mempelajari cara bekerja di dalam organisasi.
Dia harus mempunyai metodologi kerja seperti referensi (teori)
dan konsep pemikiran sebagai sistem yang terkait satu dengan
yang lain dalam organisasi dan mengacu kepada efisiensi.
3. Supervisor harus mempelajari cara melatih atau mengajar orang
lain mengerjakan pekerjaan.
4. Supervisor harus belajar berkomunikasi dan menulis dengan jelas
serta efektif dan juga harus mampu mengajarkan untuk menyimak
pembicaraan.
5. Supervisor harus mempelajari bagaimana menganalisis beban
pekerjaan (work loads). Kemudian, membangun hubungan yang
nyaman.
6. Supervisor harus mempelajari cara membuat rencana kerja atau
kegiatan melalui program dan rencana-rencana stratejik.
7. Supervisor harus mempelajari cara membuat jadwal kerja sesuai
tabel, formatur kerja dengan waktu untuk suatu rencana dan
memberikan prioritas di antara berbagai macam pekerjaan.
8. Supervisor harus mempelajari caranya memperbaiki efisiensi kerja
dengan program Balance Score Card (BSC) atau serba terukur.